Anda di halaman 1dari 5

NAMA : WAHYU AGUNG PANJI SUBEKTI

NIM : 18540017

UJIAN TENGAH SEMESTER

1. A. pengertian
Pengertian zakat :
Bagian dari harta dengan persyaratan tertentu yang diwajibkan oleh Allah kepada
pemiliknya untuk diserahkan kepada yang berhak menerimanya, dengan persyaratan
tertentu pula.

Pegertian wakaf :
Menahan harta yang mungkin diambil mamfaatnya tanpa menghabiskan atau merusak
badanya dan digunakan untuk kebaikan.
B. DASAR HUKUM
Zakat : Surat Al-Baqarah 110
Wakaf : Surat Al Imran 92
C. SYARAT DAN RUKUN
Zakat :
Muslim dan merdeka, bukan budak atau hamba sahaya
Mencapai Nisab atau batas minimal harta yang dimiliki seseorang untuk berzakat
Memenuhi haul atau masa kepemilikan satu tahun
Milik penuh, bukan harta tidak tersangkut utang
Melebihi kebutuhan pokok
Penyerahan kepemilikan
Membaca niat

Wakaf :
Rukun wakaf :
1. Pertama, orang yang berwakaf (al-waqif)
2. Kedua, benda yang diwakafkan (al-mauquf).
3. Ketiga, orang yang menerima manfaat wakaf (al-mauquf ‘alaihi).
4. Keempat, lafadz atau ikrar wakaf (sighah).
Syarat wakaf :

1. Syarat-syarat orang yang berwakaf (al-waqif): Syarat-syarat al-waqif ada empat,


pertama orang yang berwakaf ini mestilah memiliki secara penuh harta itu, artinya
dia merdeka untuk mewakafkan harta itu kepada sesiapa yang ia kehendaki. Kedua
dia mestilah orang yang berakal, tak sah wakaf orang bodoh, orang gila, atau orang
yang sedang mabuk. Ketiga dia mestilah baligh. Dan keempat dia mestilah orang
yang mampu bertindak secara hukum (rasyid). Implikasinya orang bodoh, orang
yang sedang muflis dan orang lemah ingatan tidak sah mewakafkan hartanya.
2. Syarat-syarat harta yang diwakafkan (al-mauquf): Harta yang diwakafkan itu tidak
sah dipindahmilikkan, kecuali apabila ia memenuhi beberapa persyaratan yang
ditentukan oleh ah; pertama barang yang diwakafkan itu mestilah barang yang
berharga Kedua, harta yang diwakafkan itu mestilah diketahui kadarnya. Jadi apabila
harta itu tidak diketahui jumlahnya (majhul), maka pengalihan milik pada ketika itu
tidak sah. Ketiga, harta yang diwakafkan itu pasti dimiliki oleh orang yang berwakaf
(wakif). Keempat, harta itu mestilah berdiri sendiri, tidak melekat kepada harta lain
(mufarrazan) atau disebut juga dengan istilah (ghaira shai’).
3. Syarat-syarat orang yang menerima manfaat wakaf (al-mauquf alaih): Dari segi
klasifikasinya orang yang menerima wakaf ini ada dua macam, pertama tertentu
(mu’ayyan) dan tidak tertentu (ghaira mu’ayyan). Yang dimasudkan dengan tertentu
ialah, jelas orang yang menerima wakaf itu, apakah seorang, dua orang atau satu
kumpulan yang semuanya tertentu dan tidak boleh dirubah. Sedangkan yang tidak
tentu maksudnya tempat berwakaf itu tidak ditentukan secara terperinci,
umpamanya seseorang sesorang untuk orang fakir, miskin, tempat ibadah, dll.
Persyaratan bagi orang yang menerima wakaf tertentu ini (al-mawquf mu’ayyan)
bahwa ia mestilah orang yang boleh untuk memiliki harta (ahlan li al-tamlik), Maka
orang muslim, merdeka dan kafir zimmi yang memenuhi syarat ini boleh memiliki
harta wakaf. Adapun orang bodoh, hamba sahaya, dan orang gila tidak sah
menerima wakaf. Syarat-syarat yang berkaitan dengan ghaira mu’ayyan; pertama
ialah bahwa yang akan menerima wakaf itu mestilah dapat menjadikan wakaf itu
untuk kebaikan yang dengannya dapat mendekatkan diri kepada Allah. Dan wakaf ini
hanya ditujukan untuk kepentingan Islam saja.
4. Syarat-syarat Shigah Berkaitan dengan isi ucapan (sighah) perlu ada beberapa syarat:
Pertama, ucapan itu mestilah mengandungi kata-kata yang menunjukKan kekalnya
(ta’bid). Tidak sah wakaf kalau ucapan dengan batas waktu tertentu. Kedua, ucapan
itu dapat direalisasikan segera (tanjiz), tanpa disangkutkan atau digantungkan
kepada syarat tertentu. Ketiga, ucapan itu bersifat pasti. Keempat, ucapan itu tidak
diikuti oleh syarat yang membatalkan. Apabila semua persyaratan diatas dapat
terpenuhi maka penguasaan atas tanah wakaf bagi penerima wakaf adalah sah.
Pewakaf tidak dapat lagi menarik balik pemilikan harta itu telah berpindah kepada
Allah dan penguasaan harta tersebut adalah orang yang menerima wakaf secara
umum ia dianggap pemiliknya tapi bersifat ghaira tammah.

D. HIKMAH
Zakat :
1. Sebagaimana perwujudan keimanan kepada Allah, serta mensyukuri hikmah-Nya
menumbuhkn akhlak dengan rasa kemanusiaan yang tinggi dan mengilangkan sifat kikir,
rakus dan materialistis.
2. Bertujuan untuk menolong, membantu dan membina fakir miskin kearah kehidupan
yang lebih baik.
3. Sebagai pilar amal bersma antara orang kaya yang berkecukupan kehidupannya dan
para Mujjahid (Pejuang) yang seluruh waktunya digunakan untuk berjihad di jalan Allah.
4. Sebagai salah satu sumber dana bagi pembangunan sarana dan prasarana yang harus
dimiliki umat islam seperti sarana ibadah, pendidikan, kesehatan dan sarana
pengembangan kuantitas sumber daya manusia muslim.
5.Zakat merupakan salah satu instrumen pemerataan pendapatan

Wakaf :
1. Melatih jiwa sosial dan membantu yang kesulitan
2. Belajar bahwa harta benda di dunia ini tidak kekal
3. Amalan tidak terputus
4. Mempererat tali persaudaraan dan mencegah kesenjangan social
5. Mendorong pembangunan Negara

2. A. Fakir
Mereka yang hampir tidak memiliki apa-apa sehingga tidak mampu memenuhi
kebutuhan pokok hidup
B. Miskin
Mereka yang memiliki harta namun tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar
untuk hidup
C. Amil
Mereka yang mengumpulkan dan membagikan zakat
D. Muallaf
Mereka yang baru masuk Islam dan membutuhkan bantuan untuk menyesuaikan diri
dengan keadaan barunya.
D. Riqab (Budak)
seseorang yang terbelenggu dan tidak memiliki kebebasan diri
E. Gharimin
Mereka yang berhutang untuk kebutuhan yang halal dan tidak sangup untuk
memenuhinya
f. Fisabilillah
Orang yang berjuang, berusaha dan melakukan kegiatan untuk menegakkan dan
meninggikan agama Allah.
G. Ibnus Sabil
Mereka adalah para musafir yang kehabisan biaya di negera lain, meskipun ia kaya di
kampung halamannya. Mereka dapat menerima zakat sebesar biaya yang dapat
mengantarkannya pulang ke negerinya.
3. Zakat profesi
Zakat investasi
Zakat Madu Dan Produksi Hewani
Zakat perusahaan
Zakat saham dan obligasi

4. Wakaf produktif adalah sebuah skema pengelolaan donasi wakaf dari umat, yaitu
dengan memproduktifkan donasi tersebut, hingga mampu menghasilkan surplus yang
berkelanjutan. Donasi wakaf dapat berupa benda bergerak, seperti uang dan logam
mulia, maupun benda tidak bergerak, seperti tanah dan bangunan. Surplus wakaf
produktif inilah yang menjadi sumber dana abadi bagi pembiayaan kebutuhan umat,
seperti pembiayaan pendidikan dan pelayanan kesehatan yang berkualitas.
Pada dasarnya wakaf itu produktif dalam arti harus menghasilkan karena wakaf
dapat memenuhi tujuannya jika telah menghasilkan dimama hasilnya dimanfaatkan
sesuai dengan peruntukannya (mauquf alaih). Orang yang pertama melakukan
perwakafan adalah Umar bin al Khaththab mewakafkan sebidang kebun yang subur di
Khaybar. Kemudian kebun itu dikelola dan hasilnya untuk kepentingan masyarakat.
Tentu wakaf ini adalah wakaf produktif dalam arti mendatangkan aspek ekonomi dan
kesejahteraan masyarakat. Ironinya, di Indonesia banyak pemahaman masyarakat yang
mengasumsikan wakaf adalah lahan yang tidak produktif bahkan mati yang perlu biaya
dari masyarakat, seperti kuburan, masjid dll.

5. Organisasi zakat yang terbesar di Indonesia ada 2, yaitu Badan Amil Zakat Nasional
(BAZNAS) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ). BAZNAS merupakan lembaga pemerintah
nonstructural yang bersifat mandiri yang dibentuk oleh pemerintah berdasarkan
Keputusan Presiden RI No. 8 Tahun 2001 yang diperbaharui dengan Kepres No.27 Tahun
2008 dan berwenang melakukan tugas pengelolaan zakat secara nasional. Sedangkan
Lembaga Amil Zakat (LAZ) adalah lembaga pengelola zakat yang dibentuk oleh swasta
atau di luar pemerintah. LAZ adalah institusi pengelolaan zakat yang sepenuhnya
diprakarsai oleh masyarakat yang bergerak di bidang dakwah, pendidikan, sosial dan
kemaslahatan umat islam.
Yang menjadi kunci utama dalam suksesnya pendayagunaan zakat adalah pola
manajemen zakat. Pola manajemen zakat saat ini didominasi oleh pola pendistribusian
secara konsumtif. Harusnya yang menjadi pola manajemen zakat yang efektif adalah
pola distribusi dana zakat secara produktif dikarenakan dapat meningkatkan
kesejahteraan.
Pola manajemen zakat ada 3. Pertama,konsumsi yaitu dimana amil memberikan dana
zakat pada mustahik yang kemudian oleh mustahik langsung digunakan untuk
kebutuhannya tanpa diolah lagi. Biasanya yang dibagikan pada mustahik adalah dari
zakat fitrah yang diberikan pada fakir miskin untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
atau zakat mal yang dibagikan pada korban bencana alam.
Kedua,produksi yaitu pola manajemen zakat dimana amil memberikan dana zakat pada
mustahik berupa bentuk modal usaha. Dari modal usaha tersebut, mustahik harus
menggunakan untuk usahanya. Kemudian jika usaha tersebut menghasilkan laba, maka
mustahik berhak menyetorkan sebagian labanya ke amil sebagai pergantian modal yang
sudah diberikan. Namun, apabila mendapati kerugian maka mustahik tidak harus
membayar pada amil. Laba yang diterima amil dari mustahik ini kemudian akan dicatat
di laporan keuangan lembaga/badan amil zakat tersebut. Ketiga,investasi adalah salah
satu pola manajemen zakat dimana dana zakat dimasukkan dilembaga keuangan untuk
dikelola. Kemudian laba/bagi hasil dari pengelolaan dana zakat oleh pihak lembaga
keuangan tersebut akan disalurkan ke mustahik. Itulah ketiga pola manajemen dana
zakat yang lebih efektif, apabila dari pihak lembaga zakat dan mustahik dapat mengelola
atau memanfaatkan zakat dengan baik dan benar maka kesejahteraan akan tercipta

Anda mungkin juga menyukai