Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

TENTANG RUKUN WAKAF

Nama : Chiquita Belva Erina

NPM : 22.0201.0074

Kelas : Hukum 4 B

Dosen Pengampu : Chrisna BEP, S.H.,M.H

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG

2023/2024
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Wakaf berasal dari bahasa Arab “waqf” yang berarti “menahan” atau “memisahkan”. Dalam
konteks agama Islam, wakaf adalah perbuatan atau tindakan memisahkan sebagian harta atau
aset tanah yang dimiliki oleh seorang wakif (pemberi wakaf), untuk kemudian diperuntukkan
bagi kepentingan amal atau kebaikan umum. Aset yang diwakafkan tidak dapat ditarik kembali
oleh pemberi wakaf atau ahli warisnya, dan manfaatnya harus digunakan sesuai dengan niat awal
wakif. Wakaf juga berarti bentuk investasi sosial yang berkelanjutan, karena manfaatnya akan
terus mengalir untuk selamanya. Sumbangan wakaf dapat berupa tanah, bangunan, uang, atau
aset lainnya yang bermanfaat bagi masyarakat seperti rumah sakit, masjid, sekolah, dan panti
asuhan.

Definisi wakaf menurut ahli fiqih adalah sebagai berikut:

1.) Imam Syafi’I dan Imam Ahmad bin Hambal

Syafi’i dan Hambali berpendapat bahwa wakaf adalah melepaskan harta yang diwakafkan dari
kepemilikan wakif, setelah sempurna prosedur perwakafan. Wakif tidak boleh melakukan apa
saja terhadap harta yang diwakafkan, seperti: perlakuan pemilik dengan cara pemilikannya
kepada yang lain, baik dengan cara tukaran atau tidak. Jika wakif wafat, harta yang diwakafkan
tersebut tidak dapat diwarisi oleh ahli warisnya. Wakif menyalurkan manfaat harta yang
diwakafkannya kepada mauquf ‘alaih (yang diberikan wakaf) sebagai sodaqoh yang mengikat, di
mana wakif tidak dapat melarang penyaluran sumbangannya tersebut.

2.) Imam Hanafi

madzhab Hanafi mendefinisikan wakaf adalah: “Tidak melakukan suatu tindakan atas suatu
benda, yang berstatus tetap sebagai hak milik, dengan menyedekahkan manfaatnya kepada suatu
pihak kebajikan (sosial), baik sekarang maupun akan datang”
3) Imam Maliki

Mazhab Maliki berpendapat bahwa wakaf itu tidak melepaskan harta yang diwakafkan dari
kepemilikan wakif, namun wakaf tersebut mencegah wakif melakukan tindakan yang dapat
melepaskan kepemilikannya atas harta tersebut kepada yang lain dan wakif berkewajiban
menyedekahkan manfaatnya serta tidak boleh menarik kembali wakafnya. Perbuatan si wakif
menjadikan manfaat hartanya untuk digunakan oleh mustahiq (penerima wakaf), walaupun yang
dimilikinya itu berbentuk upah, atau menjadikan hasilnya untuk dapat digunakan seperti
mewakafkan uang.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja rukun dan syarat wakaf yang harus dipenuhi dalam mendirikan wakaf ?

2. ⁠Bagaimana Kriteria benda yang di wakafkan ?

3. Apa hambatan dan tantangan yang dihadapi dalam memenuhi syarat-syarat wakaf dalam
praktik pengelolaan wakaf di masyarakat ?

4. Apa saja hikmah dari wakaf ?

C. Tujuan Makalah

Tujuan membuat makalah ini yaitu sebagai berikut :

1. Untuk menjelaskan rukun dan syarat wakaf yang harus di penuhi.

2. Untuk mengetahui kriteria benda yang di wakafkan.

3. Menjelaskan hambatan dan tantangan yang dihadapi dalam memenuhi syarat-syarat wakaf
dalam praktik pengelolaan wakaf di masyarakat.

4. Untuk mengetahui hikmah dari wakaf.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Rukun dan syarat wakaf yang harus dipenuhi dalam mendirikan wakaf

1. Wakif (pemberi wakaf). Seorang wakif di- syaratkan orang yang mampu untuk melakukan
transaksi, diantaranya usia balig, berakal dan tidak dalam keadaan terpaksa. Dalam fiqh Islam
dikenal balig dan rasyid. Balig lebih dominan kepada faktor usia, sedangkan rasyid dititik
beratkan pada kematangan pertimbangan akal. Oleh karena itu, dipandang tepat bila dalam
bertransaksi disyaratkan bersifat rasyid.

2. Mauquf (yang diwakafkan). Harta yang diwakafkan merupakan barang yang jelas wujudnya,
milik orang yang mewakafkan, serta manfaatnya yang bertahan lama untuk digunakan sebab itu,
tidak dibenarkan wakaf yang wujudnya manfaat, karena bentuk wakaf sendiri adalah barang.
Dibolehkan juga wakaf harta rampasan, karena barang tersebut menjadi milik yang
mengambilnya. Sama halnya dengan wakaf orang buta, karena dalam wakaf tidak ada syarat
mampu melihat. Harta wakaf dapat pula berupa uang modal, misalnya saham pada perusahaan,
dan berupa apa saja. Yang terpenting dari pada harta yang berupa modal ialah dapat dikelola
dengan sedemikian rupa sehingga mendatangkan kemaslahatan dan keuntungan.

3. Mauquf ‘alaihi (yang diberi wakaf). Pada syarat berikut, terbagi kepada dua bagian. Yaitu
tertentu dan tidak tertentu. Mauquf alaih tertentu bias jadi dimaksudkan kepada satu orang, dua
4orang atau lebih dalam jumlah yang telah ditetapkan. Yang jelas, memiliki kemampuan untuk
memiliki pada saat terjadinya prosesi wakaf. Oleh karena itu, tidak dibenarkan memberi wakaf
kepada orang yang tidak jelas sosoknya. Misalnya, akan mewakafkan kepada calon anaknya,
padahal dia sendiri belum memiliki anak. Atau kepada anaknya yang miskin, tapi tak seorangpun
anaknya yang miskin. Tidak dibenarkan juga berwakaf kepada orang gila, binatang, burung-
burung kecuali burung merpati yang banyak dijumpai disekitar Masjid Haram Mekah18, atau
wakaf buat diri sendiri. Yang kedua adalah ditujukan kepada masyarakat umum. Hal ini
didasarkan kepada aspek berbuat baik untuk menggapai pahala dan ridha Allah, sebagaimana
wakaf yang secara umum dapat kita saksikan.
4. Shighah wakaf (pernyataan pemberian wakaf dan penerima- annya). Syarat-syarat sighat
wakaf ialah wakaf disighatkan, baik lisan, tulisan maupun dengan isyarat. Wakaf dipandang
telah terjadi apabila ada pernyataan wakif (ijab) dan Kabul dari mauquf alaih tidaklah
diperlukan. Isyarat hanya diperlukan bagi wakif yang tidak mampu dengan cara lisan atau
tulisan.

Rukun Wakaf Menurut UU No 41 Tahun 2004 Dalam urusan wakaf Negara tidak tinggal diam
yaitu dengan mengambil peran dengan adanya pasal 6 Undang Undang Nomor 41 Tahun 2004
tentang wakaf. Nah menurut UU rukun wakaf meliputi:

1. Wakif (pihak yang mewakafkan harta benda miliknya)

2. Nazhir (pihak yang menerima harta benda wakaf dari Wakif untuk dikelola dan dikembangkan
sesuai dengan peruntukannya)

3. Harta Benda Wakaf (harta benda wakaf bisa berupa benda bergerak dan bisa berupa benda
tidak bergerak)

4. Ikrar Wakaf (pernyataan kehendak Wakif yang diucapkan secara lisan atau tulisan kepada
Nazhir untuk mewakafkan harta benda miliknya)

5. peruntukan harta benda wakaf

B. Kriteria benda yang di wakafkan

Adapun ketentuan benda yang sah untuk diwakafkan adalah sebagai berikut:

1. Benda harus memiliki nilai guna. Tidak sah hukumnya mewakafkan sesuatu yang bukan
benda dan tidak berharga menurut syara‘. Karena maksud wakaf adalah mengambil manfaat
benda yang diwakafkan serta mengharapkan pahala atau keridhaan Allah atas perbuatan tersebut.

2. Benda tetap atau benda bergerak yang dibenarkan untuk diwakafkan.

3. Benda yang diwakafkan harus tentu (diketahui) ketika terjadi akad wakaf.

4. Benda yang diwakafkan benar-benar telah menjadi milik sempurna (al-milk al- tamm) si waqif
(orang yang mewakafkan) ketika terjadi akad wakaf.
C. Hambatan dan tantangan yang dihadapi dalam memenuhi syarat-syarat wakaf dalam
praktik pengelolaan wakaf di masyarakat

1. Kurangnya pemahaman masyarakat: Salah satu hambatan utama adalah kurangnya


pemahaman masyarakat tentang syarat-syarat wakaf yang sebenarnya. Hal ini bisa
mengakibatkan kesalahan dalam mendirikan wakaf dan pengelolaannya.

2. Kurangnya pengawasan dan transparansi: Kurangnya pengawasan dan transparansi dalam


pengelolaan aset wakaf dapat menyebabkan penyalahgunaan dana wakaf atau ketidakjelasan
dalam pelaksanaan program-program wakaf.

3. Tantangan dalam pengelolaan aset: Pengelolaan aset wakaf seperti tanah, bangunan, atau
investasi keuangan dapat menghadapi tantangan seperti perubahan regulasi, perubahan
kebutuhan masyarakat, atau masalah perhutungan yang dapat mempengaruhi efektivitas wakaf.

D. Hikmah Wakaf

1.) Menunjukkan kepedulian terhadap kebutuhan masyarakat.

2.) Pembinaan hubungan kasih sayang antara Wakif dengan dengan anggota masyarakat.

3.) Keuntungan moril bagi Wakif, yaitu kucuran pahala, secara terus menerus selama wakafnya
dimanfaatkan penerima wakaf. Pahala,yang dalam istilah Al Quran “tsawab” ialah kenikmatan
abadi di akhirat kelak.

4.) Sumber pengadaan sarana Ibadat, pendidikan, kesehatan, perumahan, dan lain sebagainya
untuk masa yang lama
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Secara keseluruhan, kesimpulan yang dapat diambil yaitu rukun wakaf adalah hal yang harus
terpenuhi dalam pelaksanaan wakaf, jika rukun tidak terpenuhi maka hukum dalam
melaksanakan wakafnya menjadi tidak sah, karena itu sangat penting bagi kita untuk mengetahui
rukun dari wakaf tersebut. Yang seperti dijelaskan diatas bahwa menurut pendapat para ulama
dapat disimpulkan bahwa rukun wakaf itu ada empat yaitu;wakif, mauquf bih, mauquf’alaih dan
sighat. Jika salah satu dari keempat rukun itu tidak terpenuhi maka wakaf menjadi tidak sah.
Sedangkan menurut UU No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf, rukun wakaf ada enam yaitu; wakif,
nadhir, harta benda wakaf, ikrar wakaf dan peruntukan harta benda wakaf.

B. Saran

Dalam perwakafan haruslah memenuhi rukun dan syarat yang telah tertera dalam hukum islam
dan hukum positif, agar perwakafan terjadi secara khidmat semata-mata mencari ridha Allah
SWT.

DAFTAR PUSTAKA

(Ekonomi et al. n.d.)Akhmad Sirojudin Munir. 2015. “Optimalisasi Pemberdayaan Wakaf Secara
Produktif.” Ummul Quro 6(Jurnal Ummul Qura Vol VI, No 2, September 2015): 94–109.
http://ejournal.kopertais4.or.id/index.php/qura/issue/view/531.

Ekonomi, Jurnal, Bisnis Syariah, Yudi Permana Institut Agama Islam Nasional Laa Roiba
Bogor, and Meirani Rahayu Rukmanda Sekolah Tinggi Agama Islam Miftahul Huda
Pamanukan Subang. “Wakaf: Tinjauan Fiqh, Dasar Hukum, Dan Implementasinya Di
Indonesia.” doi:10.47467/alkharaj.v3i1.307.

(Akhmad Sirojudin Munir 2015)

Anda mungkin juga menyukai