Nadhir Wakaf
Disusun Oleh:
1
M. Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam, zakat dan wakaf, Jakarta: UI Press,1988. Hlm 91
2
H. Ahmad Djunaidi, Fiqih Wakaf,Jakarta:Direktorat pemberdayaan wakaf,2007.hlm. 69
a. Kedudukan Nadzir Menurut Madzhab Hanafi
Penentuan atau kedudukan Nadzir menurut golongan
hanafiah merupakan hak wakif. Wakif bisa mengangkat dirinya
sendiri sebagai nadzir, jika wakif tidak menunjuk dirinya untuk
menjadi nadzir atau menunjuk oranglain, maka yang berhak
menjadi nadzir adalah orang diberi wasiat (jika ada) dan jika tidak
ada maka yang berhak menunjuk nadzir adalah hakim.
Adbul Wahab Khallaf juga menyebutkan bahwa menurut Abu
Yusuf (pengikut madzhab hanafi) orang yang paling berhak
menentukan nadzir adalah wakif, dengan alasan bahwa wakif
adalah orang yang paling dekat dengan hartanya.
3
Muhammad Abu Zahrah, Muhadlarah fi al-waqf, (Kairo: Dar al-Fikr al-arabi, 1971),h.63-66
4. Mampu atau cakap hukum
Kecakapan didefinisakan sebagai kekuaan seseorang atau
kemampuan dalam mengelola apa yang diserahkan kepadanya.
Para fuqoha sepakat mampu atau cakap hukum menjadi syarat
serang nadhir karena jika pengelolaan wakaf diserahkan kepada
orang yang tidak mampu maka tujuan dari wakaf tidak dapat
tercapai.
5. Islam
Para fuqoha berpendapat bahwa syarat seorang nadhir adalah orang
islam. Jika wakaf diperuntukan bagi mauquf ‘alaih yang beragama
islam atau wakaf diperuntukan untuk sektor umum, seperti masjid
atau lembaga pendidikan.4
4
Taufiq Hamami, perwakafan Tanah dalam Politik Hukum Agraria Nasional, Jakarta: Tatanusa,
2003. Hlm.99
dengan ketentuan waqif. Wewenang nadhir dibatasi oleh ketentuan-
ketentuan yang telah ditetapkan oleh waqif maupun hakim atau
peraturan perundang-undangan yang mengaturnya. Adapun tugas
seorang nadhir yaitu:
1. Menyewakan, yaitu menyewakan tanah (benda wakaf)
2. Memelihara harta wakaf. Dalam memelihara tentu membutuhkan
biaya maka biaya dapat diambilkan dari harta wakaf yang
dipelihara atau dirawat atau diambilkan dari sumber lainnya.
Mengenai sumber pembiayaan tergantung pada persyaratan yang
dikemukakan oleh waqif
3. Membagikan hasil harta wakaf kepada yang berhak menerimanya.
Para ulama’ berpendapat bahwa nadhir wakaf memiliki tugas
mengawasi, memperbaiki, menanami, dan mempertahankan wakaf.
Selain itu nadhir juga mempunyai kewajiban menyampaikan hasil dari
sewaanya, tanaman atau buah-buahan kepada para mustahiq. Nadhir
juga memiliki kewajiban mengembangkan harta wakaf agar lebih
bermanfaat bagi mauquf ‘alaih.5
5. Pencabutan nadhir
Dalam peraturan pemerintah nomor 42 tahun 2006 dijelaskan,
bahwa masa bakti nadhir wakaf adalah 5 tahun dan dapat diangkat
kembali. Pengangkatan kembali dilakukan oleh BWI, jika yang
bersagkutan telah melakukantugasnya dengan baik pada periode
sebelumnya dan sesuai dengan prinsip syariah dan peraturan perundang-
undangan. Menurut undang-undang nomor 41 tahun 2004 tentang wakaf,
pemerhentian nadhir diganti atau diberhentikan apabila:
1) Meninggal dunia
2) Bubar atau dibubarkan untuk nadhir organisasi atau badan
hukum
3) Atas permintaan sendiri
5
Samsudin, Peranan nadhir dalam pengelolaan dan pengembangan tanah wakaf pada yayasan
pendidikan islam at-taqwa, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah,2011. Hlm.34
4) Nadhir tidak melaksanakan tugasnya atau melanggar
ketentuan atau larangan dalam pengelolaan dan
pengembangan harta wakaf sesuai dengan peraturan
5) Dijatuhi hukuman pidana oleh pengadilan yang telah
mempunyai hukum tetap.
Pemberhentian dan penggantian nadzir sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan oleh Badan Wakaf Indonesia.
6
Badan Wakaf Indonesia, Buku Pintar Wakaf, (Jakarta Timur), h.34
BAB III
PENUTUP
Ali,M. Daud. 1988. Sistem Ekonomi Islam, zakat dan wakaf. Jakarta: UI Press.
Badan Wakaf Indonesia, Buku Pintar Wakaf, (Jakarta Timur)