Anda di halaman 1dari 8

PERBANDINGAN HUKUM ZAKAT DAN WAKAF

MAKALAH PENGERTIAN WAQIF DAN WAZIR DAN KEWAJIBANYA


TERHADAP WAQAF

Dosen pengampu:

Muhammad Abdul Aziz, M.Si.

Disusun oleh:
Chindy Halimatus Sa’diah
402019318111
Ratmawati
402019318101
Khania

PROGRAM STUDY PERBANDINGAN MADZHAB

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS DARUSSALAM GONTOR

MANTINGAN NGAWI, JAWA TIMUR INDONESIA

2020 M/ 1441 H
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT, Karena berkat Rahmat, taufik, serta
hidayah-Nya, akhirnya penulisan makalah yang berjudul “Waqif dan Wazir dan
Kewajibanya” ini dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat beserta salam Kami
peruntukkan bagi Nabi Muhammad SAW, yang telah menuntun dan memberikan
keteladanan kepada umat manusia tentang bagaimana cara menempuh dan
mengarungi hidup ini dengan baik dan benar sesuai dengan yang dikehendaki oleh
Allah SWT.

Dengan penyusunan makalah ini, semoga dapat bermanfaat bagi Para Pembaca
khususnya bagi Para Mahasiswi untuk menambah wawasan dalam perkuliahan serta
Para Pembaca lebih mengetahui dan memahami tentang Waqif dan Wazir dan
Kewajibanya.

Kami mengakui bahwa kami adalah manusia yang mempunyai keterbatasan


dalam berbagai hal. Oleh karena itu, tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan
sangat sempurna. begitu pula dengan karya tulis ini yang telah kami selesaikan. Tidak
semua hal dapat kami deskripsikan dengan sempurna pula. Kami melakukannya
semaksimal mungkin dengan kemampuan yang kami miliki. Dimana kami juga
memiliki keterbatasan kemampuan. Semoga makalah ini dapat menjadi khasanah
keilmuan dan membawa manfaat bagi semua pihak.

Senin, 31 Agustus 2020

Penulis
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR

BAB I

A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN MASALAH

BAB II

A. PENGERTIAN WAQIF DAN NADZIR


B. KEWAJIBAN WAQIF dan NADZIR TERHADAP WAQAF

BAB III

A. KESIMPULAN
B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Waqaf menurut bahasa mempunyai arti berhenti atau menahan. Sedangkan


menurut istilah (ilmu tajwid) pengertian waqaf adalah berhenti sejenak ketika
membaca suatu lafadz atau kalimat yang terdapat tanda waqaf guna mengambil nafas
untuk melanjutkan kembali bacaan ayat selanjutnya.

Wakaf adalah Sedekah Jariyah, yakni menyedekahkan harta kita untuk


kepentingan ummat. Harta Wakaf tidak boleh berkurang nilainya, tidak boleh dijual
dan tidak boleh diwariskan. Karena wakaf pada hakikatnya adalah menyerahkan
kepemilikan harta manusia menjadi milik Allah atas nama ummat.

Menurut pengertiannya orang orang yang berpatisipasi dalam mengurus waqaf


adalah “waqif” dan “ nadzir”, merekalah yang mengurus segala sesuataunya yang
berkaitan dengan waqaf, dan mereka pula yang memiliki tanggungjawab besar atas
waqaf. Menurut pengertianya sendiri “ waqif” adalah orang yang mewaqafkan
sebagian hartanya untuk anak yatim, sedangkan pengertian “nadzir” sendiri adalah
orang atau badan yang memegang amanat untuk memelihara dan mengurus harta
wakaf dengan sebaik-baiknya sesuai dengan wujud dan tujuan harta wakaf1.

B. Rumusan Masalah.

a) Apa Pengertian waqif dan nadzir dan syarat syaratnya?

b) Apa kewajiban waqif dan nadzir terhadap waqaf?

C. Tujuan Maslah.

a) Agar dapat memahami pengertian waqif dan nadzir dan syaratnya.

b) Agar dapat memahami kewajiban waqif dan nadzir terhadap waqaf.

1
M. Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam, Zakat dan Wakaf, Jakarta: UI Press, 1988, hlm. 91
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Waqif dan Nadzir dan Syarat Syaratnya.

1. Pengertian Waqaf

Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian wakaf dalam syari’at Islam kalau
dilihat dari perbuatan orang yang mewakafkan, wakaf ialah suatu perbuatan hukum
dari seseorang yang dengan sengaja memisahkan/ mengeluarkan harta bendanya
untuk digunakan manfaatnya bagi keperluan di jalan Allah/ dalam jalan kebaikan.

Dari beberapa pengertian wakaf di atas, kiranya dapat ditarik cakupan bahwa
wakaf meliputi:

a. Harta benda milik seseorang atau sekelompok orang.

b. Harta benda tersebut bersifat kekal dzatnya atau tidak habis apabila dipakai.

c. Harta tersebut dilepaskan kepemilikannya oleh pemiliknya, kemudian harta tersebut


tidak bisa dihibahkan, diwariskan, ataupun diperjual belikan.

d. Manfaat dari harta benda tersebut untuk kepentingan umum sesuai dengan ajaran
Islam2

Dalil yang menjadi dasar disyari’atkannya ajaran wakaf bersumber dari


pemahaman teks ayat Al-Qur’an dan juga As-Sunnah. Tidak ada dalam ayat Al-
Qur’an yang secara tegas menjelaskan tentang ajaran wakaf. Yang ada adalah
pemahaman konteks terhadap ayat Al-Qur’an yang dikategorikan

2. Pengertian Waqif dan Nadzir, dan syarat syaratnya.

A) Waqif.

Waqif adalah orang yang menyumbangkan hartanya untuk waqaf, menurut para
ulama waqif sendiri merupakan salah satu rukun wajib atas terjadinya waqaf, jika
tidak ada waqif maka tidak ada waqaf. Maka dari itu waqif sangat berperan penting

2
Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007, hlm. 491.
terhadap berlangsungnya waqaf, sedangkan syarat syarat menjadi waqif adalah
sebagai berikut:

Syarat syaratnya

a) Merdekan, atau bukan merupakan hamba sahaya.

b) Berakal sehat, dan tidak gila.

c) Sudah dewasa, atau baligh.

d) Tidak dibawah pengampuan atau dibawah sokongan pihak lain.

Jika waqif tidak memenuhi syarat diatas maka pewaqafan dianggap tidak sah, atau
tidak diterima waqafnya. Karena harta dan orang yang mewaqafkan harus jelas dari
mana asalnya dan bagaimana orang itu mendapatkan hartanyanya tersebut.

B ) Nadzir.

Kata Nadzir secara etimologi berasal dari kata kerja Nadzira – yandzaru yang
berarti “menjaga” dan “mengurus”.3 Di dalam kamus Arab Indonesia disebutkan
bahwa kata Nadzir berarti; “yang melihat”, “pemeriksa”. 4 Dengan demikian kata ini
mempunyai arti “pihak yang melakukan pemeriksaan atau pihak yang memeriksa
suatu obyek atau sesuatu hal yang berkaitan dengan obyek yang ada dalam
pemeriksaannya itu.

Dalam terminologi fiqh, yang dimaksud dengan Nadzir adalah orang yang
diserahi kekuasaan dan kewajiban untuk mengurus dan memelihara harta wakaf.5 Jadi
pengertian Nadzir menurut istilah adalah orang atau badan yang memegang amanat
untuk memelihara dan mengurus harta wakaf dengan sebaik-baiknya sesuai dengan
wujud dan tujuan harta wakaf.6

3
Taufiq Hamami, Perwakafan Tanah dalam Politik Hukum Agraria Nasional, Jakarta: Tatanusa, 2003,
hlm. 97

4
Muhammad Yunus, Kamus Arab Indonesia, Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah/ Pentafsir
al-Qur’an, 1973, hlm. 457

5
Ibnu Syihab al-Ramli, Nihayah al-Muhtaj, Juz IV, Beirut: Daar al-Kitab al Alamiyah, 1996, hlm. 610

6
M. Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam, Zakat dan Wakaf, Jakarta: UI Press, 1988, hlm. 91
Selain kata Nadzir, dalam hukum Islam juga dikenal istilah mutawalli. Mutawalli
merupakan sinonim dari kata Nadzir yang mempunyai makna yang sama yakni orang
yang diberi kuasa dan kewajiban untuk mengurus harta waqaf.7

Dasar dasar hukumnya.

Meskipun Nadzir adalah salah satu unsur pembentuk wakaf, namun Al-Qur’an
tidak menyebutkan dengan jelas mengenai Nadzir, bahkan untuk wakaf sendiri Al-
Qur’an tidak menerangkan secara jelas dan terperinci. Tetapi ada beberapa ayat Al-
Qur’an yang memerintahkan agar manusia berbuat baik untuk kebaikan masyarakat.
Ayat-ayat ini dipandang oleh para ahli hukum bisa dijadikan landasan atau dasar
hukum perwakafan. Ayat-ayat Al-Qur’an tersebut antara lain; Surat Al-Baqarah ayat
267.

Yang Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah)
sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami
keluarkan dari bumi untuk kamu.” (Al-Baqarah ayat 267)8

Adapun tertulis di dalam hadist yang berarti:

"Telah mengkabarkan kepada kami Quthaibah bin Said, telah mengabarkan kepada
kita Muhammad bin Abdullah al-Anshori, telah mengabarkan kepada kita Ibnu ‘Auni,
beliau berkata: telah bercerita kepadaku Nafi’ dari Ibnu Umar r.a. bahwasannya
Umar Ibnu Khattab mendapat bagian sebidang kebun di Khaibar, lalu ia datang
kepda Nabi SAW untuk meminta nasihat tentang harta itu, ia berkata : “Ya
Rasulullah, sesungguhnya aku telah mendapat sebidang tanah di Khaibar yang aku
belum pernah memperoleh tanah seperti itu, apa nasehat Engkau kepadaku tentang
tanah itu ?”. Rasulullah SAW menjawab : “Jika engkau mau, wakafkanlah tanah itu
dan bersedekahlah dengan hasilnya. Berkata Ibnu Umar :Maka Umar mewakafkan
harta itu dengan arti bahwa tanah itu tidak boleh lagi dijual, dihibahkan dan

7
Abdir Rauf, Al-Qur’an dan Ilmu Hukum, Jakarta: Bulan Bintang, 1979, hlm. 147

8
Ibid., hlm. 91
diwariskan. Ia menyedekekahkan hasil harta itu kepada yang fakir, kepada kerabat,
untuk memerdekakan budak, pada jalan Allah, orang yang terlantar dan tamu. Tidak
ada dosa bagi orangorang yang mengurusnya (nadzir) memakan harta itu secara
patut atau memberi asal tidak bermaksud mencari kekayaan”. (H.R. Bukhori)".9

Syarat syaratnya.

Sebagaimana disebutkan terdahulu bahwa Nadzir merupakan salah satu unsur


penting dalam wakaf. Oleh karena itu, untuk menjadi Nadzir diperlukan syarat-syarat
yang telah ditentukan hukum Islam, meskipun pada dasarnya semua orang bisa
menjadi Nadzir asalkan memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan.

1. Mempunyai kecakapan dalam melakukan perbuatan hukum Mukallaf sehingga ia


bisa mengelola wakaf dengan baik.

2. Memiliki kreativitas. Ini didasarkan kepada tindakan Umar ketika menunjuk


Hafsah menjadi Nadzir harta wakafnya. Ini karena Hafsah dianggap mempunyai
kreativitas tersebut.10

9
Al Imam Abi Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughiroh, Shahih Bukhori Juz II,
Darul Fikr, 2005, hlm. 124.

10
Ibid. hlm. 499

Anda mungkin juga menyukai