Anda di halaman 1dari 13

makalah hukum wakaf

Diajukan untuk memenuhi salah satu mata kuliah fiqih muamalah 2


Dosen : Jalaludin, M.E.Sy.

Disusun Oleh
Muhammad Ridha Ramadhan (19354028)
Shesi Kirana Nursalina (19354042)
Wina Rahayu (19354055)

PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
MA’SOEM UNIVERSITY
Jl. Raya Cileunyi-Rancaekek No. 22 Bandung Tlp. (022) 779 6240
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah penulis panjatkan puji dan syukur berkat rahmat Allah SWT, yang
telah memudahkan kami dalam menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik. Shalawat dan
salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, Rasulullah terakhir yang diutus
dengan membawa syari’ah yang mudah, penuh rahmat, dan membawa keselamatan dalam
kehidupan dunia dan akhirat.
Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas pada mata kuliah “Fiqih Muamalah
2” berjudul ” Hukum Wakaf” Penulis telah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan
kemampuan yang ada agar makalah ini dapat tersusun sesuai harapan. Sesuai dengan
fitrahnya, manusia diciptakan Allah sebagai makhluk yang tak luput dari kesalahan dan
kekhilafan, maka dalam makalah yang penulis susun ini belum mencapai tahap
kesempurnaan. Mudah-mudahan makalah ini dapat memberikan manfaat untuk kita semua
dan memberikan pemahaman.

Jatinangor, Mei 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang.................................................................................................................................1
Rumusan Masalah............................................................................................................................2
Tujuan..............................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Wakaf......................................................................................................................3
2.2 Dasar Hukum Wakaf.................................................................................................................4
2.3 Rukun dan Syarat wakaf............................................................................................................5
2.4 Jenis Jenis Wakaf.......................................................................................................................6
2.5 syarat-syarat wakif.....................................................................................................................7
2.6 menukar dan menjual harta wakaf.............................................................................................7
2.7 pengawasan harta wakaf............................................................................................................8
BAB III PENUTUP
3.1 Saran.........................................................................................................................................12
3.2 Kesimpulan...............................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................13

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Wakaf merupakan salah satu bentuk kegiatan ibadah yang sangat dianjurkan bagi
umat Islam karena pahala wakaf akan selalu mengalir meskipun sang wakif telah wafat.
Dalam sejarahnya, wakaf merupakan instrumen maliyah, yang sebagai ajaran ia tergolong
pada syariah yang bersifat sakral dan suci, tetapi pemahaman dan implementasi wakaf
tersebut tergolong pada fiqh (upaya yang bersifat kemanusiaan); karena itu, bisa dipahami
bahwa praktik dan realisasi wakaf tersebut terkait erat dengan realitas dan kepentingan umat
di masing-masing negara muslim (termasuk Indonesia).
Di beberapa negara, wakaf secara serius dijadikan sebagai media untuk
mensejahterakan rakyat di samping pendapatan negara yang lain. Kekekalan objek wakaf
menjadi salah satu doktrin utama untuk melestarikan keberadaannya dan modifikasi
pemanfaat yang bervariasi menjadi inovasi pemberdayaan harta wakaf sehingga tidak statis
dan stagnan. Wakif mengalami perubahan bentuknya, tidak hanya wakif perorangan tetapi
juga wakif lembaga (baca: badan hukum), yang dituntut kredibilitas dan akuntabilitasnya.
Demikian pula dengan keberadaan nadzir yang profesional menjadi pilihan dan keniscayaan
zaman modern sekarang ini dalam mengemban amanat untuk mengelola harta wakaf.
Hal-hal tersebut yang menjadi fokus kajian pada tulisan ini yang lebih rinci disebar
dalam sub kajian mengenai wakaf ditinjau dari fiqh muamalah, wakaf ditinjau dari hukum
nasional, transformasi aturan wakaf dari fiqh ke hukum nasional, dan implikasi sosial wakaf
yang muncul dari aturan hukum yang ditetapkan di Indonesia.
Sebagai acuan dalam pembacaan tulisan ini, penulis memberikan catatan bahwa
tulisan ini tidak akan memperbincangkan perdebatan tentang keberadaan istilah fiqh secara
umum, tetapi terkonsentrasi pada wacana fiqh klasik tentang wakaf dan hal-hal yang terkait.
Hukum nasional yang dimaksud adalah semua aturan yang dibuat oleh aparatur negara, baik
pemerintah maupun Dewan. Tetapi fokus hukum nasional yang dianalisis dalam tulisan ini
adalah UU No. 41 tahun 2004 tentang wakaf, meskipun tidak menutup kemungkinan juga
mengambil aturan hukum nasional yang lain. Tulisan ini menggunakan pendekatan deskriptif
referensial dengan nuansa kajian fiqh muamlat dan hukum Islam, yang selalu mengalami
perubahan seiring dengan bersentuhannya institusi wakaf dengan realitas sehingga
keniscayaan munculnya ijtihad baru tak terelakkan.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi wakaf?
2. Bagaimana dasar hukum wakaf?
3. Bagaimana rukun dan syarat wakaf?
4. Apa saja macam-macam wakaf?
5. Apa syarat-syarat wakif?
6. Bagaimana menukar dan menjual harta wakaf?
7. Bagaimana pengawasan harta wakaf?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi wakaf.
2. Mengetahui dasar hukum wakaf.
3. Mengetahui rukun dan syarat wakaf.
4. Mengetahui macam-macam wakaf.
5. Mengetahui syarat-syarat wakif.
6. Mengetahui menukar dan menjual harta wakaf.
7. Mengetahui pengawasan harta wakaf.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Wakaf


Secara sederhana, pengertian wakaf adalah amalan yang luar biasa. Wakaf termasuk
sedekah jariyah, yang dimana tidak putus pahalanya selama terus memberikan manfaat untuk
banyak orang. Kata Wakaf berasal dari bahasa Arab “Waqafa”. Kata “Waqafa” berarti
menahan atau berhenti atau diam di tempat atau tetap berdiri”.
Pengertian Wakaf Menurut Ahli Fikih :
Para ahli fikih, memiliki pandangan yang berbeda tentang pengertian dari wakaf
tersebut. Pengertian wakaf menurt ahli fikih ini dilansir Liputan6.com dari situs Badan Wakaf
Indonesia.
Abu Hanifah :
Menurut Abu Hanifah, pengertian wakaf adalah menahan suatu benda yang menurut
hukum, tetap di wakif dalam rangka mempergunakan manfaatnya untuk kebajikan.
Berdasarkan definisi itu maka pemilikan harta wakaf tidak lepas dari si wakif, bahkan ia
dibenarkan menariknya kembali dan ia boleh menjualnya.
Jika si wakif wafat, harta tersebut menjadi harta warisan buat ahli warisnya. Jadi yang
timbul dari wakaf hanyalah “menyumbangkan manfaat”. Oleh sebab itu mazhab Hanafi
mendefinisikan wakaf adalah : “Tidak melakukan suatu tindakan atas suatu benda, yang
berstatus tetap sebagai hak milik, dengan menyedekahkan manfaatnya kepada suatu pihak
kebajikan (sosial), baik sekarang maupun akan datang”.
Mazhab Maliki
Mazhab Maliki berpendapat bahwa wakaf itu tidak melepaskan harta yang
diwakafkan dari kepemilikan wakif, namun wakat tersebut mencegah wakif melakukan
tindakan yang dapat melepaskan kepemilikannya atas harta tersebut kepada yang lain dan
wakif berkewajiban menyedekahkan manfaatnya serta tidak boleh menarik kembali
wakafnya.
Perbuatan si wakif menjadi menfaat hartanya untuk digunakan
oleh mustahiq (penerima wakaf), walaupun yang dimilikinya itu berbentuk upah, atau
menjadikan hasilnya untuk dapat digunakan seperti mewakafkan uang. 
Mazhab Syafi’i dan Ahmad bin Hambal

3
Pengertian walah berikutnya dijelaskan menurut Mazhab Syafi’I dan Ahmad bin
Hambal. Syafi’i dan Ahmad berpendapat bahwa wakaf adalah melepaskan harta yang
diwakafkan dari kepemilikan wakif, setelah sempurna prosedur perwakafan. 
Jika wakif wakaf, harta yang diwakafkan tersebut tidak dapat diwarisi oleh warisnya.
Wakif menyalurkan manfaat harta yang diwakafkannnya kepada mauquf’alaih (yang diberi
wakaf) sebagai sedekah yang mengikat, dimana wakif tidak dapat melarang penyaluran
sumbangannya tersebut. Apabila wakif melarangnya, maka Qadli berhak memaksa agar
memberikannya kepada mauquf’alaih. 

2.2 Dasar Hukum Wakaf


a. Wakaf dalam Alquran

Terjemahnya: “Hai orang-orang yang beriman, ruku’lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah
Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan”. (QS. AlHajj (22):
77)
Kata khair (kebaikan) yang secara umum dimaknai salah satunya dalam bentuk
memberi seperti wakaf, dan berlaku untuk bentuk-bentuk charity atau endowment yang lain
yang bersifat filantropi, tentunya dalam ajaran Islam.

Terjemahnya: “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum
kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu nafkahkan
Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya”. (QS. Ali Imran (3): 92)
Berbeda dengan kata khair (kebaikan), kata birr (kebaikan) terkait erat dengan kata
infaq (memberi). Kata birr ini terletak antara huruf lan (mengandung makna tidak untuk
selamanya) dan hatta (hingga atau sampai yang berhubungan dengan tindakan). Sehingga ada
3 kata kunci pada ayat ini sehingga sering kali dijadikan dalil utama dalam wakaf yang
bersumber dari alquran, (1) kebaikan, (2) tindakan infak, dan (3) harta yang dimiliki adalah
paling dicintai. Psikoanalisis mengatakan tidak mungkin orang memberikan harta yang paling
dicintai kepada orang lain demi kebaikan. Salah satu analisis itulah sehingga kebaikan dalam
konteks kata birr sulit untuk dilakukan.
Oleh para penafsir model infak seperti ini, digolongkan sebagai wakaf, bukan bentuk
pemberian yang lain.
b. Wakaf dalam Hadis

4
Ada beberapa hadis yang dianalisis menjelaskan tentang wakaf. Hadishadis tersebut
antara lain:

Artinya: “Dari Abi Hurairah r.a. sesunggunya Rasulullah Saw berkata: jika seseorang telah
meninggal dunia, maka terputuslah semua amal dari dirinya kecuali tiga, yaitu sadakah
jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak saleh yang mendoakan kepadanya (kepada orang
tuanya)”.
Para ahli hadis dan kebanyakan ahli fiqh mengidentifikasi bahwa wakaf termasuk
sadaqah jariyah, kecuali alDzahiri. Dalam hadis tersebut bahwa sadaqah jariyah
direalisasikan dalam bentuk wakaf yang pahalanya mengalir terus menerus kepada si wakif.
Hadis yang lebih tegas menggambarkan dianjurkannya wakaf, yaitu hadis riwayat Ibn
Umar tentang tanah khairbar. Berikut bunyi hadis tersebut:

Artinya: Dari Ibnu Umar ra. Bahwasanya Umar bin Khattab mendapat bagian sebidang kebun
di Khaibar, lalu ia datang kepada nabi saw. untuk menerima nasehat tentang harta itu, ia
berkata: Ya Rasulallah, sesungguhnya aku telah mendapatkan sebidang tanah di Khaibar
yang aku belum pernah memperoleh tanah seperti itu, apa nasehat engkau kepadaku tentang
tanah itu?. Rasulullah menjawab: Jika engkau mau, wakafkanlah tanah itu dan bersedekalah
dengan hasilnya. Berkata Ibnu Umar: Maka Umar bin Khattab mewakafkan harta itu dengan
arti bahwa tanah itu tidak boleh lagi dijual, dihibahkan dan diwariskan. Ia menyedekahkan
hasil harta itu kepada orang fakir, kepada kerabat, untuk memerdekakan budak, pada jalan
Allah, orang yang terlantar dan tamu. Tidak ada dosa bagi orang yang mengurusnya
(nazir)memakan sebahagian harta itu secara patut atau memberi makan asal tidak bermaksud
mencari kekayaan.
Dari hadis inilah muncul berbagai penafsiran yang secara substantif
memperbincangkan (1) Esensi wakaf, antara dzat benda dan manfaat benda, (2) status
kepemilikan harta wakaf, (3) konsekuensi kepemilikan memunculkan 3 larangan yang
mengiringi perlakuan terhadap benda wakaf, yaitu tidak boleh dijual, dihibahkan, dan
diwariskan, (4) kemestian adanya nadzir, yang memiliki hak konsumsi, dengan syarat tidak
berlebihan dan tidak bermaksud mengambil alih kepemilikan, (5) benda bergerak dan tidak
bergerak, yang belakangan memunculkan wacana wakaf tunai, dan (6) wakaf permanen dan
wakaf temporal.
2.3 Rukun dan Syarat Wakalah

5
Wakaf dinyatakan sah apabila telah terpenuhi rukun dan syaratnya. Rukun wakaf menurut
fiqh ada 4 (empat) macam, yaitu
(1) waqif (orang yang mewakafkan),
(2) Mauquf‘alaih (pihakyangdiserahi wakaf),
(3) Mauquf (harta yang diwakafkan),
(4) Shighat atau iqrar (pernyataan atau ikrar wakif sebagaisuatukehendakuntuk mewakafkan).
Syarat Wakaf :
Syarat wakaf ini dibagi menjadi tiga yakni syarat orang yang berwakaf, syarat harta yang
diwakafkan dan syarat pelaksanaan wakaf.
Syarat-syarat Orang yang Berwakaf (al-Waqif)
Adapun syarat-syarat al-waqif ada empat yaitu sebagai berikut:
Memiliki secara penuh harta, artinya dia merdeka untuk mewakafkan harta itu kepada sesiapa
yang ia kehendaki.Orang yang berakal, tak sah wakaf orang bodoh, orang gila, atau orang
yang sedang mabuk.Baligh.Orang yang mampu bertindak secara hukum (rasyid).
Implikasinya orang bodoh, orang yang sedang muflis dan orang lemah ingatan tidak sah
mewakafkan hartanya.
Syarat-syarat Harta yang Diwakafkan (al-Mauquf)
Harta yang diwakafkan itu tidak sah dipindahmilikkan, kecuali apabila ia memenuhi beberapa
persyaratan yang ditentukan oleh;
Barang yang diwakafkan itu harus barang yang berharga,Harta yang diwakafkan itu harus
diketahui kadarnya. Jadi apabila harta itu tidak diketahui jumlahnya (majhul), maka
pengalihan milik pada ketika itu tidak sah,Harta yang diwakafkan itu pasti dimiliki oleh
orang yang berwakaf (wakif),Berdiri sendiri,, artinya tidak melekat kepada harta lain
(mufarrazan) atau disebut juga dengan istilah (ghaira shai’).
Syarat Pelaksanaan Wakaf
Wakaf adalah amalan yang tentunya harus dipenuhi syarat-syaratnya. Pelaksanaan wakaf
dianggap sah apabila terpenuhi syarat-syarat, yaitu:
2. Wakaf harus orang yang sepenuhnya menguasai sebagai pemilik benda yang akan
diwakafkan. Si Wakif tersebut harus mukallaf (akil baligh) dan atas kehendak sendiri.
3. Benda yang akan diwakafkan harus kekal dzatnya, berarti ketika timbul manfaatnya
dzat barang tidak rusak. Harta wakaf hendaknya disebutkan dengan terang dan jelas
kepada siapa dan untuk apa diwakafkan.
4. Penerima wakaf haruslah orang yang berhak memiliki sesuatu, maka tidak sah wakaf
kepada hamba sahaya.

6
5. Ikrar wakaf dinyatakan dengan jelas baik dengan lisan maupun tulisan.
6. Dilakukan secara tunai dan tidak ada khiyar (pilihan) karena wakaf berarti
memindahkan wakaf pada waktu itu. Jadi, peralihan hak terjadi pada saat ijab qobul
ikrar wakaf oleh wakif kepada nadzir sebagai penerima benda wakaf.

2.4 Macam-Macam Wakaf 


Pengertian wakaf adalah amal jariah, yang dimana jenis wakaf menurut Ahmad Azhar Basyir
wakaf dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut:
1. Wakaf Ahli (keluarga atau khusus)
Wakaf ahli ialah wakaf yang ditujukan kepada orang orang tertentu, seorang atau lebih.
Baik keluarga wakif atau bukan. Misal: “mewakafkan buku-buku untuk anak-anak yang
mampu mempergunakan, kemudian cucu-cucunya.”
Wakaf semacam ini dipandang sah dan yang berhak menikmati harta wakaf adalah
mereka yang ditunjuk dalam pernyataan wakaf.
2. Wakaf Khairi atau wakaf umum
Wakaf khairi ialah wakaf yang sejak semula ditujukan untuk kepentingan umum, tidak
dikhususkan untuk orang-orang tertentu. Wakaf khairi ini sejalan dengan jiwa amalan
wakaf yang amat digembirakan dalan ajaran Islam, yang dinyatakan bahwa pahalanya
akan terus mengalir, sampai bila waqif telah meninggal, selagi harta wakaf masih tetap
dapat diambil manfaatnya.
Wakaf ini dapat dinikmati oleh masyarakat secara luas dan dapat merupakan salah satu
sarana untuk menyelenggarakan kesejahteraan masyarakat, baik dalam bidang sosial
ekonomi, pendidikan, kebudayaan maupun keagamaan.

2.5 Syarat-syarat wakif


Syarat wakif yakni
1. harus berakal sehat
2. dewasa
3. merdeka, dan
4. tidak di bawah pengampunan.

2.6 menukar dan menjual harta wakaf


Dalam pandangan fiqh, ternyata dalam hal tersebut para fuqaha berbeda pendapat.
Mengenai perubahan bentuk pada harta wakaf sebagian para ulama membolehkannya dan

7
sebagian lain sangat melarangnya. Dikalangan mazhab wakaf, walaupun sudah rusak
sekalipun, tidak boleh harta benda wakaf itu dilakukan perubahan dengan benda yang lain
walaupun harta wakaf akan rusak atau tidak menghasilkan sesuatu. Namun dipihak lain,
benda wakaf yang sudah atau kurang berfungsi lagi dikarenakan sudah tidak sesuai dengan
peruntukan harta wakaf. Dalam kaitan ini mazhab Hanafi dan mazhab Hambali menyatakan
bahwa boleh saja mengubah harta wakaf karena sudah tidak memiliki nilai manfaat lagi,
diganti yang lebih bermanfaat untuk masyarakat umum. Kebolehan itu, baik dengan alasan
supaya benda wakaf tersebut bisa berfungsi atau mendatangkan maslahat sesuai dengan
tujuan wakaf.
Dalam hukum Islam pada dasarnya perubahan status wakaf tidak diperbolehkan
kecuali wakaf tersebut tidak dapat kembali dimanfaatkan sesuai dengan tujuan wakaf maka
perubahan itu dapat dilakukan terhadap wakaf yang bersangkutan para ulama atau ahli hukum
islam memang beragam pendapatnya tentang boleh tidaknya melakukan perubahan status
pada benda wakaf seperti menjual, merubah bentuk atau sifat, memindahkan ke tempat lain,
atau menukar dengan benda lain.

2.7 pengawasan harta wakaf

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Wakaf adalah sesuatu yang harus dilakukan tanpa adanya syarat tertentu.
Tujuan wakaf harus jelas yaitu kepada siapa harta benda wakaf akan diberikan.
Penyaluran dana wakaf di KSPPS TAMZIS BINA UTAMA masih belum optimal.
walaupun program yang dicanangkan dengan menggunakan dana wakaf terbilang banyak,
tetapi dana wakaf yang ada belum mampu menjalankan program tersebut. Hal ini
dikarenakan jumlah uang wakaf yang masuk masih sedikit. Selain itu, TAMZIS menanamkan
sikap kehati-hatian dalam pengelolaan dana wakaf yaitu menjaga objek wakaf (uang) tidak
berkurang. Sehingga tidak mampu menggunakan dana wakaf tersebut secara keseluruhan.
Wakaf tunai mempunyai manfaat yang sangat tinggi dan merupakan nikmat yang
sangat agung bagi yang menerimanya. Kebanyakan masyarakat Indonesia terdiri dari
golongan menengah kebawah. Sebagaimana fakir miskin yang tidak mampu mencari
penghidupan ataupun karena usia yang masih kecil, sakit keras, wanita yang lemah, baik
miskin dalam artian ekonomi maupun miskin tenaga. Sehingga membuat mereka tidak dapat
mencari penghasilan. Melalui wakaf yang disalurkan, menjadikan mereka terlepas dari
kesukaran hidup, kemiskinan, kesedihan, dan lain sebagainya.
3.2 Saran
Setelah diuraikannya makalah dengan pembahasan mengenai wakalah ini, diharapkan
dapat menambah pengetahuan pembaca sehingga ke depannya bisa menjadi sumber daya
mansia yang mampu mengaplikasikan teori ini dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam
melakukan kegiatan bermuamalah agar kegiatan tersebut sejalan dengan prinsip syari’ah dan
memperoleh ridha dari Allah SWT.

9
DAFTAR PUSTAKA

https://hot.liputan6.com/read/4405869/pengertian-wakaf-unsur-jenis-syarat-dan-dasar-
hukumnya#:~:text=Dasar%20Hukum%20Wakaf&text=Secara%20umum%20tidak%20terd

https://media.neliti.com/media/publications/285590-wakaf-dalam-perspektif-fikhi-dan-hukum-n-
c4733710.pdf

10

Anda mungkin juga menyukai