Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

LEMBAGA KEUANGAN SYARI’AH NON BANK

“Lembaga Wakaf”

Disusun Oleh : Torik Faisal H –{127721100143}-

PRODI EKONOMI SYARI’AH

FAKULTAS ILMU ILMU KEISLAMAN

UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA /2014-2015


Kata Pengantar

Puji syukur saya sanjungkan kepada Allah SWT karena dengan limpahan
karunia-Nya saya bisa menyelesaikan tugas dengan tepat waktu,mudah mudahan
makalah yang saya buat bisa bermanfaat dan menambah wawasan bagi kita
semua, Amin... Makalah ini merupakan tugas dari mata kuliah LEMBAGA
KEUANGAN SYARI’AH NON BANK yang berisi tentang “Lembaga Wakaf”.

Saya tahu makalah ini masih jauh dari kesempurnaan untuk disajikan
,maka dari itu kritik dan saran yang membangun saya harapkan demi
kesempurnaan penyusunan makalah makalah berikutnya. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi pembaca pada umumnya, Amin.

Bangkalan, 10 November. 2014

i
Daftar Isi
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 1
C. Tujuan ....................................................................................................... 1
BAB II ..................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 2
A. Definisi Wakaf ......................................................................................... 2
B. Sejarah Dan Perkembangan Wakaf .......................................................... 4
1. Pada Masa Rasulullah SAW. ................................................................ 4
2. Pada Masa Dinasti Islam....................................................................... 6
3. Sejarah Dan Perkembangan Wakaf Di Indonesia ................................ 8
C. Wakaf Tunai (Wakaf Uang) ................................................................... 10
D. Wakaf Uang Dan Pemberdayaan Masyarakat ........................................ 14
E. Badan Wakaf Indonesia (BWI) .............................................................. 17
1. Profil BWI........................................................................................... 17
2. Tugas Dan Wewenang. ....................................................................... 18
3. Startegi ................................................................................................ 19
BAB III ................................................................................................................. 21
PENUTUP ............................................................................................................. 21
A. Kesimpulan ............................................................................................. 21
Daftar pustaka ....................................................................................................... 23

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Wakaf, sebagaimana halnya zakat, adalah termasuk harta/asset ummat


muslim yang harus dijaga dan dikembangkan demi kepentingan ummat muslim
itu sendiri. Dalam perjalanannya, wakaf pada dunia Islam mengalami berbagai
macam kondisi -pasang dan surut- terus mewarnai perkembangannya dan
tampaknya hal seperti itu akan terus terjadi sepanjang masa.

Wakaf pada mulanya hanyalah keinginan seseorang yang ingin berbuat baik
dengan kekayaan yang dimilikinya dan dikelola secara individu tanpa ada aturan
yang pasti.Namun setelah masyarakatIslam merasakan betapa manfaatnya
lembaga wakaf, maka timbullah keinginan untuk mengatur perwakafan dengan
baik. Kemudian dibentuk lembaga yang mengatur wakaf untuk mengelola,
memelihara dan menggunakan harta wakaf, baik secara umum seperti masjid atau
secara individu atau keluarga.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian wakaf tuani ?


2. Bagaimana sejarah wakaf tuani?
3. Bagaimana mekanisme wakaf tunai ?

C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian wakaf tunai.


2. Mengetahui perkembangan wakaf tunai dalam sejarah.
3. Memahami mekanisme pengelolaan wakaf tunai.

1
BAB II

PEMBAHASAN
A. Definisi Wakaf

Menurut bahasa wakaf berasal dari waqf yang berarti radiah


(terkembalikan), al-tahbis (bertahan), al-tasbil (tertawan) dan al-man’u
(mencegah). Sedangkan menurut istilah yang dimaksud dengan wakaf sebgaimana
yang didefinisikan oleh para ulama adalah sebagai berikut:1

1. Ahmad Azhar Basyir berpendapat bahwa yang dimaksud dengan wakaf


ialah menahan harta yang dapat diambil manfaatnya tidak musnah
seketika, dan untuk penggunaan yang dibolehkan serta dimaksudkan untuk
mendapat ridha Allah SWT.
2. Idris Ahmad berpendapat bahwa yang dimaksud wakaf ialah, menahan
harta yang mungkin dapat diambil orang manfaatnya. Kekal zatnya, dan
menyerahkan ke tempat-tempat yang telah ditentukan syara’, serta dilarang
leluasa pada benda-benda yang dimanfaatkannya itu.

Dalam hukum islam wakaf berarti menyerahkan suatu hak milik yang
tahan lama (zatnya) kepada seseorang atau nazhir (penjaga wakaf), baik berupa
perorangan maupun badan pengelola dengan ketentuan bahwa hasil dan
manfaatnya digunakan untuk hal-hal yang sesuai dengan syariat islam. Harta yang
telah diwakafkan keluar dari hak milik yang mewakafkan dan juga bukan pula
menjadi hak milik nazhir, tetapi menjadi hak milik Allah SWT dalam dalam
pengertian hak masyarakat umum.

Sumber hukum wakaf terdapat dalam surat Al-Imran ayat 92 yang


mengatakan:

1
Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hlm 239

2
             

2  
  
  

“kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna)


sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang
kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya,”

Sedangkan di dalam hadits Nabi yang diriwayatkan Muslim bahwa,


“Apabila manusia wafat terputuslah amal perbuatannya, kecuali dari tiga hal
yaitu: sedekah jariyah, atau ilmu pengetahuan yang dimanfaatkan atau anak
shaleh yang mendoakan ibunya.”3 Sebagian ulama menerjemahkan sedekah
jariyah sebagai wakaf sebab jenis sedekah yang lain tidak ada yang tetap mengalir
namun langsung dimiliki zat dan manfaatnya adapun wasiat manfaat walaupun
termasuk dalam hadis tetapi sangat jarang. Dengan begitu menerjemahkan
sedekah dalam hadis dengan arti wakaf lebih utama.4 Adapun definisi waqaf
menurut ahli fikih adalah sebagai berikut.

Pertama, Hanafiyah mengartikan wakaf sebagai menahan materi benda


(al-ain) milik wakif dan menyedekahkan atau mewakafkan manfaatnya kepada
siapapun yang diinginkan untuk tujuan kebajikan. Definisi wakaf tersebut
menjelaskan bahwa kedudukan harta wakaf masih tetap tertahan atau terhenti
ditangan wakif itu sendiri. Dengan artian wakif masih menjadi pemilik harta yang
diwakafkannya, manakala perwakafan hanya terjadi ke atas manfaat harta
tersebut, bukan termasuk aset hartanya.

Kedua, Mmalikiyah berpendapat, wakaf adalah menjadikan manfaat suatu


harta yang dimiliki (walaupun pemilikannya dengan cara sewa) untuk diberikan
kepada orang yang berhak dengan satu akad (shigat) dalam jangka waktu tertentu

2
Departemen Agama, Al-qur’an Terjemah, Mahkota Surabaya. Surah Al-Imran ayat 92.
3
Heri Sudarsono, Bank & Lembaga Keuangan Syari’ah Deskripsi dan Ilustrasi, (Yogyakarta :
EKONISIA, 2003), hlm 260.
4
Abdul Aziz Muhammad Azzam, Fiqh Muamalah Sistem Transaksi dalam Fiqh Islam, (Jakarta:
Amza, 2010), hlm 397.

3
sesuai dengan keinginan wakif. Definisi wakaf tersebut hanya menentukan
pemberian wakaf kepada orang atau tempat yang berhak saja.

Ketiga, Syafi’iyah mengartikan wakaf dengan menahan harta yang bisa


memberi manfaat serta kekal materi bendanya (al-ain) dengan cara memeutuskan
hak pengelolaan yang dimiliki oleh wakif untuk diserahkan kepada nazhir yang
dibolehkan oleh syari’ah. Golongan ini menyaratkan harta yang diwakafkan harus
harta yang kekal materinya (al-ain) dengan artian harta tidak mudah rusak atau
musnah serta dapat diambil manfaatnya secara berketerusan.

Keempat, Hanabilah mendefenisikan wakaf dengan bahasa yang sederhana


yaitu menahan asal harta (tanah) dan menyedekahkan manfaat yang dihasilkan. Itu
menurut ulama ahli fikih. 5

Dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004, Wakaf adalah perbuatan


hukum wakif untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta benda
miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai
dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum
menurut syariah. 6

B. Sejarah Dan Perkembangan Wakaf

1. Pada Masa Rasulullah SAW.

Wakaf merupakan salah satu sektor voluntary yan sangat berperan penting
dalam sejarah islam. Pengelolaan harta wakaf dapat dilakukan oleh perseorangan
/non pemerintah, seperti Umar bin Khattab yang mengelola tanah wakafnya
sendiri atau oleh pemerintah seperti wakaf masjid “Dar al Hijr” ,Hal terpenting
esensi tujuan wakif terwujud dan manfaatnya dapat langsungg dirasakan oleh
mauquf alaih.

Pertama kali munculnya wakaf dikenal sejak masa Rasulullah SAW. Yaitu
pada tahun kedua Hijriyah. Rasulullah mewakafkan sebidang tanah yang

5
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2012), hlm 433.
6
Undang-Undang RI No.4 Tahun 2004 Tentang Wakaf.

4
dimanfaatkan untuk dibangun mesjid. Di kalangan para fuqaha terdapat dua
pendapat yang berkembang tentang siapa yang pertama kali melaksanakan syariat
wakaf. Menurut sebagian pendapat ulama mengatakan bahwa yang pertama kali
melaksanakan wakaf adalah Rasulullah. Sementara menuruta sebagian yang lain
yang pertama kali mewakafkan hartanya adalah Umar Ibn Khattab r.a. Dengan
kepemilikan tanah yang di Khaibar.

Pendapat Rasulullah SAW sebagai pelaksana wakaf pertama didasarkan


pada hadits yang diriwayatkan oleh Umar bin Syabah dari Amir bin Sa’ad bin
Mu’ad, ia berkata:”Kami bertanya tentang mula-mula wakaf dalam islam? Orang
Muhajirin mengatakan adalah wakaf Umar, sedangkan orang-orang Anshor
mengatakan adalah wakaf Rasulullah Saw.”(Asy-Syaukani: 129).

Rasulullah SAW. Pada tahun ketiga Hijriyah pernah mewakafkan ketujuh


kebun kurma di Madinah; diantaranya ialah kebun a’raf, Shafiyah, Dalal, Barqah,
dan kebunlainnya. Adapun pendapat sebagian ulama yang mengatakan bahwa
pertama kali melaksanakan syariat wakaf adalah Umar bin Khattab didasarkan
pada hadits yang diriwayatkan Ibnu Umar ra, ia berkata:”Bahwa sahabat Umar
r.a., memperoleh seidang tanah di Khaibar, kemudian Umar r.a., menghadap
Rasulullah SAW, untuk meminta petunjuk, Umar berkata: “Hai Rasulullah SAW.,
saya mendapat sebidang tanah di Khaibar, saya belum mendapat harta sebaik itu,
maka apakah yang engkau perintahkan kepada ku?” Rasulullah SAW.
Bersabda.: “ Bila engkau suka, kau tahan (pokoknya) tanah itu, dan engkau
sedekahkan (hasilnya), tidak dijual, tidak dihibahkan dan tidak diwariskan.”
Ibnuumar berkata: “Umar menyedekahkannya (hasil pengelolaan tanah)kepada
orang-orang fakir, kaum kerabat, hamba sahaya, sabilillah, ibnu sabil, dan tamu.
Dan tidak dilarang bagi yang mengelola (nazhir) wakaf makan dari hasilnya
dengan cara yang baik (sepantasnya) atau memberi makan kepada orang lain
dengan tidak bermaksud menumpuk harta”. (HR, Muslim).

Kemudian syariat wakaf yang telah dilakukan oleh Umar bin Khattab
disusul oleh Abu Thalhah yang mewakafkan kebun kesayangannya, kebun
“Bairaha”. Selanjutnya disusul oleh sahabat Nabi SAW. Lainnya, seperti Abu
Bakar yang mewakafkan sebidang tanahnya di Mekkah yang diperuntukan kepada

5
anak keturunannya yang datang ke Mekkah. Utsman menyedekahkan hartanya di
Khaibar. Ali bin Abi Thalib mewakafkan tanahnya yang subur. Mu’ads bin Jabal
mewakafkan rumahnya, yang populer dengan sebutan “Dar Al-Anshar”.
Kemudian pelaksanaan wakaf disusul oleh Anas bin Malik, Abdullah bin Umar,
Zubair bin Awwam, dan Aisyah istri Rasulullah SAW.7

2. Pada Masa Dinasti Islam


Praktek wakaf menjadi lebih luas di massa pemerintahan Dinasti Umayyah
dan Abbasiyah, ketika semua orang melaksanakan wakaf. Peruntukan wakaf pada
saat itu tidak hanya pada kalangan orang oranf fakir saja dan miskin, akan tetapi
menjadi modal untuk membangun lembaga pendidikan, perpustakaan dan
membayar gaji para stafnya, gaji para guru dan beasiswa untuk para pelajar.
Antusiasme masyarakat dalam pelaksanaan wakaf telah menarik perhatian
Negara untuk mengatur pengelolaan wakaf sebagi sector pembangunan
solidaritass sosial dan ekonomi masyarakat.

Pada masa Bani Abbasiyah pengelolaan wakaf dilakukan oleh Baitul Mall
yang di rancang hanya unntuk menangani wakaf dengan menunjuk qhadi khusus
untuk mengembangkannya. Dana hasil pengelolaan aet wakaf diantaranya di
pergunakan untuk membangun pusat seni yang memiliki pengaruh terhadap
arsitektur islam, terutama arsitektur masjid, sekkolah, da rumah sakit . Hal ini di
pengaruhi politik will pemerinttah yang sangat mendukung peran wakaf dalam
perekonomian.

Pada masa Dinasti Umayyah , pada masa khalifah Hisyam bin Abd malik,
yang menjadi qhadi (hakim) adalah taubah bin ghar Al-hadramiy. Ia sangat
perhatian dan tertarik dalm pengembangan wakaf sehingga terbentuk lembaga
wakaf sendiri sebagai lembaga lainnya di bawah pengawasan hakim. Lembaga
wakaf inilah yang pertama kali dilakukan dalam admistrasi wakaf di mesir,
bahkan di seluruh Negara islam. Pada saat itu juga, hakim taubah mendirikan
lembaga wakaf dibawah depatemen kehakiman yang dikelola dengan dengan baik
dan hasilnya disalurkan kepada ang berhak dan membutuhkan.

7
Nurul Huda & Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam Tinjauan Teoristis dan
Praktis,(Jakarta:kencana, 2013), nlm 314.

6
Pada masa Dinasti Ayyubiyah di Mesir, perkembangan wakaf cukup
mengembirakan yaitu hamper semua lahan pertanian menjadi harta wakaf dan
semua dikelola oleh Negara dan menjadi milk Negara(Baitul Mall). Ketika
shalahuddin Al Ayyubi memerintah mesir ia bermaksud mewakafkan tanah tanah
mmilik Negara kepada yayassan keagamaan dan yayasan sosial sebagaimana yang
dillakukan oleh dinassti fatimiyah sebelumnya, meskipun secara fikih hukum
mewakafkan harat Baitul Mall masih berbeda pendapat diantara ulama. Wakaf
telah menjadi arana bagi Dinasti Ayyubiyah untuk kepentingan politi dan
alirannya. Yaitu madzhab sunni dan mempertahankan kekuasaannya. Harta milik
Negara menjadi modal untuk diwakafkan demi pengembangan Madzhab Sunni
dan menggusur Madzhab Syiah yang dibawa oleh dinasti sebelumnya, yaitu
Dinasti Fathimiyah.

Lembaga pengelola wakaf semakin mengalami perkembangan pad zaman


bani mamluk, pada saat itu harta wakaf telah dikelola secara lebih teratur dengan
membagi pengelola menjadi tiga kelompok besar sebagai berikut :

a. Abbas, terdiri atas perkebunan yang luas di mesir dan hasilnya untuk
memakmurkan masjid.
b. Awqaf hukumiyah,yang terdiri atas tanah tanah perkotaan di mesir dan
kahira yang di manfaatkan untuk pengembangan kota mekkah dan
madinah.
c. Awqaf ahliyah atau wakaf keluarga, terdiri atas wakaf yang berasak dari
keluarga atau keturunan mauquf alaih dengan mengggunnakan hasil
tanahnya sesuai dengan kehendak wakif.

Perkembangan berikutnya, manfaat wakaf telah menjadi tulang punggung


dalam roda ekonomi. Pada masa dinasti mamluk, wakaf mendapat perhatian
khusus meskipun tidak diketahui secara pasti awal mula disahkannya undang
undang wakaf.

Sejak abad lima belas, kerajaan turkii utsmani dapat memperluas wilayah
kekuasaannya sehingga tturki dapat menguasai sebagian besar wilayah Negara
arab. Kekuasan politik diraih oleh dinasti utsmani secara otomatis mempermudah

7
untuk menerapkan syariat islam, diantaranya dalah peraturan tentang perwakafan.
Undang undang yang dikeluarkan pada mas utsmani diantaranya peraturan
menggenai pembukuan pelaksanaan wakaf yang dikeluarkan pada tanggal 19 juli
1280 hijriyyah. Undang undang tersebut mmenggatur pencatatan wakaf, upaya
dan tujuan wakaf, dan melembagakan wakaf dalam upaya realisasi wakaf dari sisi
administrasi dan perundang undanngan.8

3. Sejarah Dan Perkembangan Wakaf Di Indonesia

Lembaga wakaf yang berasal dari agama islam ini telah diterima menjadi
hukum adat bangsa Indonesia sendiri .disamping itu suatu kenyataan pula bahwa
wakaf benda bergerak atau benda tak bergerak. Kalau kita perhatikan di Negara
Negara muslim lain, wakaf mendapat perhatian lebih sehingga menjadi amal
sosial yang mampu memberikan manfaat kepada masyarakat banyak.

Dalam perjalanan sejarah wakaf terus berkembang dan akan selalau


berkembang bersamaan dengan laju perkembangan zaman dengan berbagai
inovasi inovasi yang relevan, seperti bentuk wakaf uang, wakaf hak katas
kekayaan intelektual (haki), dan lain lain. Di Indonesia sendiri saat ini wakaf kian
mendapat perhatian yang cukup serius dengan di terbitkannya undang undang
nomor 41 tahun 2004tentang wakaf dan PP No. 42 tahun 2006 tentang
pelaksanaanya.

Belakangan, wakaf mengalami perubahan paradigma yang cukup tajam.


Perubahan paradigma itu terutama dalam pengelolaan wakaf yang ditunjukan
sebagai instrumen mensejahtrakan masyarakat muslim. Oleh karena itu,
pendekatan yang digunakan adalah pendekatan bisnis dan manajemen. Konteks
ini kemudian dikenal dengan wakaf produktif.9

a. Pada zaman hindia belanda

Pada waktu pemerintahan hindia belanda hukum pwakafan telah berlaku di


Indonesia berdassarkan hukum islam. Administrasi perwakafan tanah baru di

8
M. Nur Raianto Al Arif, Lembaga Keuangan Syariah, (Bandung:PUSTAKA SETIA, 2012), hlm
410.
9
Andri Soemitra , Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, hlm 436.

8
mulai sejak tahun 1905 dengan di mulainya pendaftaran tanah wakaf berdasarkan
surat edaran sebagai berikut :

1) Surat Edaran Sekretaris Gubernemen tanggal 19 januari 1905 yang


mewajibbkan para bupati untuk membuat daftar yang memuat segala
keterangan untuk semua benda yang bergerak yang oleh pemiliknya ditarik
dari peredaran umum, baik dengan nama wakaf atau dengan nama lain.
2) Surat Edaran Gubernemen tanggal 4 april tahun 1931, yang memberikan
wewenang kepada bupati untuk memeimpin dan menyelesaikan perkara
jika terjadi sengketa mengenai wakaf, atas permintaan para pihak yang
bersengketa.
3) Surat Edaran Sekretaris Gubernemen tanggal 27 mei tahun 1935, berisi
tata cara perwakafan, yaitu perlunya perwakafan diketahuai oleh bupati
untuk di registrasi dan di teliti keabsahannya.
b. Pada zaman kemerdekaan

Setelah kemerdekaan republic indonesiatanggal 17 agustus 1945 maka di


bentuklah undang undang pokok agraria tanggal 24 september 1960 yang
mengandung ketentuan sebagai berikut:

Berdasarkan pasal 2 aturan peralihan Undang-Undang Dasar 145,


peraturan-peraturan perwakafan Hindia Blanda dinyatakan tetap berlaku. Pada
tahun 1958 telah ditetapkan petunjuk-petunjuk mengenai perwakafan oleh
departemen Agama dengan dikeluarkannya surat edaran No. 5/D/1956 tentang
prosedur perwakafan tanah pada tanggal 8 Oktober 1956.

Berdasarkan surat keputusan Mentri Agraria dan Mentri Agama No. 19.
19/22/37-7 tahun 1959 dan SK. 62/Ka/1959, ditetapkanlah pengesahan
perwakafan tanah milik dialihkan kepada Kepala Pengawas Agraria Keresidenan,
yang pelaksanaannya diatur dengan suratpusat Jawatan Agraria kepada Pusat
Jawatan Agama tanggal 13-2-1960 No.23/1/34-11.

Di dalam Undang-Undang No.5 tahun1960 (UUPA), pada bagian XI,


tertera bahwa untuk keperluan suci dan sosial (pasal 49 ayat 3) ditentukan
perwakafan tanah milik dilindungi dan diatur dengan Peraturan Pemerintah.

9
Pada tanggal 17 Mei 1977 ditetapkan peraturan pemerintah No. 28 tahun
1977 tentang perwakafan tanah milik, sebagai pelaksanaan ketentuan pasal 49
ayat 3 UUPA. PP No. 28 tahun 1977 mengatur tata cara perwakafan tanah milik
dalam pengertian hak milik yang baru, serta tata cara pendaftaran tanah wakaf
yang terjadi sebelum Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 1977 yang jumlahnya
sangat besar dibanding dengan perwakafan setelah berlakunya PP No. 28/1977.

Pada tahu 1992 telah terdapat wakaf di Indonesia, yaitu di aceh ,gayo,
tapanoli, jambi, Palembang Bengkulu, dan minahasa . Nama dan benda yang di
wakfkan ber beda beda, di aceh disebut wakeuh, dan di gorontalo disebut wokos,
di payakumbuh disebut ibah.10

C. Wakaf Tunai (Wakaf Uang)

Harta benda wakaf adalah harta benda yang memiliki daya tahan lama atau
manfaat jangka panjang serta mempunyai nilai ekonomi menurut syariah yang
diwakafkan oleh wakif. Harta benda wakaf terdiri dari benda tidak bergerak dan
benda bergerak.

Dalam Pasal 16 Ayat 2, dijelaskan benda tidak bergerak yang dapat


diwakafkan yaitu:11

a) Hak atas tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan


yang berlaku baik yang sudah maupun yang belum terdaftar;
b) Bangunan atau bagian bangunan yang berdiri di atas tanah.
c) Tanaman dan benda lain yang berkaitan dengan tanah
d) Hak milik atas satuan rumah susun sesuai dengan ketentuan
peraturanperundang.undangan yang berlaku;
e) Benda tidak bergerak lain sesuai dengan ketentuan syariah dan peraturan
perundang.undangan yang berlaku.

Di jelaskan juga benda bergerak dalam ayat 3, UU No. 41 tahun 2004 yaitu:

10
Heri sudarsono , Bank dan Lembaga Keuangan Syariah: Deskripsi dan Ilustrasi, hlm 262.
11
UU No. 41 tahun 2004 Tentang Wakaf.

10
a) Uang; wakaf uang adalah jenis harta yang diserahkan wakif dalam wakaf
uang adalah nilai valuta rupiah.
b) Logam mulia; yaitu logam dan batu mulia yang sifatnya memiliki manfaat
jangka panjang. Objek wakaf berupa logam sangat sulit dipahami karena
dibanyak tempat penyewaan logam dan batu mulia dan batu mulia untuk
disewakan dengan akad ijarah masih tidak bisa.
c) Surat berharga; merupakan instrumen pasar modal berupa saham, obligasi
dan sertifikat.
d) Kendaraan; objek wakaf yang dapat dijadikan sebagai pelengkap kegaiatan
utama atau malah bisa dijadikan kegiatan utama.
e) Hak atas kekayaan intelektual; adalah hak kebendaan yang diakui oleh
hukum atas benda yang tidak berwujud berupa krasi intelektual.
f) Hak sewa; merupakan hak yang timbul atas benda bergerak dan tidak
bergerak atas sewanya dan
g) Benda bergerak lain sesuai dengan ketentuan syariah dan peraturan
perundang.undangan yang berlaku.

Wakaf tunai berdasarkan definisi wakaf dapat di artikan wakaf tunai adlah
penyerahan hak milik berupa uang tunai kepada seseorang , kelompok atau
lembaga nadzhir untuk di kelola secara produktif dengan tidak mengurangi atau
menghilangkan ain asset dapat di ambil hasil atau manfaatnya oleh mauquf alaih
sesuai dengan permintaan wakif yang sejalan dengan syariat islam.

Para ulama berbeda pendapat mengenai hukum wakaf tunai. Hal ini di
pengaruhi kebiasaan masyarakat dulu yang mengoptimalkan asset wakaf melalui
transaksu sewa. Para ulama yang tidak mensyahkan wakaf tunai berargumen
bahwa uang tunai di ciptakan sebagai alat tukar untuk mempermudah transaksi
dalam kehidupan apabila menewakannya akan berkaitan dengan riba.12 Hal ini
disebabkan juga karena cara yang lazim dipakai oleh masyarakat dalam
mengembangkan harta wakaf berkisar pada penyewaan harta wakaf, seperti tanah,
gedung, rumah, dan semacamnya. Oleh karenanya, sebagian ulama kurang
menerima ketika ada diantara ulama yang berpendapat bahwa hukumnya
12
Nurul Huda & Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam Tinjauan Teoritis dan Praktis, hlm
326.

11
mewakafkan uang dirham dan dinar adalah boleh. Dengan uang sebagai
asetwakaf, maka penggunaannya akan berhubungan dengan praktek riba.

Adapun alasan ulama yang tidak membolehkan berwakaf dengan uang


lebih jauh sebagai berikut:13

Bahwa uang bisa habis zatnya sekali pakai. Uang hanya bisa dimanfaatkan
dengan membelanjakan sehingga bendanya lenyap sedangkan inti ajaran wakaf
adalah pada kesinambungan hasil dari modal dasar yang tetap lagi kekal. Oleh
karena itu ada persyaratan agar benda yang akan diwakafkan itu adalah benda
yang tahan lama, tidak habis dipakai.

Uang seperti dinar dan dirham diciptakan sebagai alat tukar yang mudah,
orang melakukan transaksi jual beli, bukan untuk ditarik manfaatnya dengan
mempersewakan zatnya.

Kontroversi wakaf tunai ini telah di jawab oleh majelis ulama Indonesia
(MUI) , pada tangggal 28 syafar 1423 H, bertepatan tanggal 11 mei 2002 M,
Komisifatwa MUI pusat mengeluarkan fatwa tentang kebolehan (jawaz) hukum
wakaf selama di salurkan dan di gunakan yang sesuai dengan hah hal syariah
dan memasukkan surat berharga dalam pengertian uang.

Pengembangan wakaf dewasa ini telah melahirkan konsep sertifikat wakaf


uang yang telah di presentasikan pertama kalai oleh prof. Mannan di third
Harvard university forum in Islamic and finance pada oktober 1999. Di
Bangladesh konsep spektakuler dalam keuangan publik isalam di kenalkan pada
publik pada desember 1997 dan SIBL baru menerbitkannya secara formal di 12
januari 1998.

Ide wakaf uang tersebut dikelola oleh SIBL (Sosial Investment Bnak Ltd)
dengan mengembangkan pasar modal sosial melalui pengembangan instrumen-
instrumen keuangan islam seperti, Waqf properties development bond, cash waqf
deposit certificate, dan puluhan lembaga bisnis lainnya.

13
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi, hlm 265.

12
Dengan mengikuti program ini, seorang muslim tidak hanya
mengembangkan pasar modal sosial tetapi juga dibidang investasi sosial
permanen. Bank dapat menginvestasikan deposit wakaf uang dalam bentuk
investasi jangka pendek; kredit mikro investasi perusahaan kecil untuk
penghapusan kemiskinan dan pemberdayaan keluarga, investasi jangka menengah
seperti, industri krajinan, tenun, garmen, dan sebagainya, serta investasi jangka
panjang melalui berbagai industri berat. 14

1. Adapun tujuan penggalangan wakaf tunai (wakaf uang ) dari masyarakat


antara lain dari masyarakat anntara lain:
2. Menggalang tabungan sosial dan mentransformasikan tabungan social
menjadi modal social serta membantu mengembangkan pasar modal
social.
3. Meningkatkan investasi social
4. Menyisihkan sebagian hasil dari sumber daya orang kaya /berkecupan
kepada fakir miskin dan anak anak generasi berikutnya.
5. Menciptakan kesadaran di antara orang orang kaya mengenai tanggung
jawab social mereka terhadap mmasyarakat di sekitarnya.
6. Menciptakan integrasi antara keamanan dan kedamaian social serta
meningkatkan kesejahteraan.

Kadangkala pengertian wakaf dirancukan dengan pengertian sedekah dan


hibah, padahal wakaf memiliki pengertian yang berbeda dengan sedekah ataupun
haibah. Berikut beberapa perbedaan penting anatara wakaf dengan sedekah, dan
hibah.

Wakaf Sedekah/Hibah
Menyerahkan kepemilikan suatu barang Menyerahkan kepemilikan suatu barang
kepada orang lain kepada pihak lain
Hak milik atas barang dikembalikan Hak milik atas barang diberikan kepada
kepada Allah. penerima sedekah
Objek wakaf tidak boleh diberikan atau Objek sedekah/hibah boleh dijual atau

14
Nurul Huda & Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam Tinjauan Teoristis dan Praktis,
hlm 326.

13
dijual kepada pihak lain diberikan kepada pihak lain
Manfaat barang biasanya dinikmati Manfaat barang biasanya dinikmati
untuk kepentingan sosial oleh penerima sedekah/hibah
Objek wakaf biasanya kekal zatnya Objek sedekah/hibah biasanya tidak
harus kekal zatnya
Pengelolaan objek wakaf diserahkan Pengelolaan objek sedekah/hibah
kepada administrator yang disebut diserahkan kepada si penerima.
nazhir/mutawalli

Dan ada juga Beberapakendala yang menjadikan wakaf tunai sulit


berkembang pada masyarakat, yaitu sebagai berikut: 15

1. Masyarakat masih memahami bahwa wakaf berhubungan dengan harta


yang memiliki nilai tinggi dan bersifat tetap, seperti tanah, rumah, dan
sebagainya.
2. Wakaf tunai relatif baru di Indonesia, sehingga dampak langsung dari
kelebihan wakaf tunai bagi kesejahtraan masyarakat belum terasa
implikasinya dalam perekonomian.
3. Lembaga wakaf tunai masih dipahami sebagai lembaga zakat, dan lembaga
zakat bisa dijadikan pengganti keberadaan lembaga wakaf tunai. Hal ini
menjadikan keberadaan lembaga wakaf tunai tidak begitu penting.
4. Tidak ada konsekuensi hukum yang mengikat individu untuk mewakafkan
sebagian hartanya.

D. Wakaf Uang Dan Pemberdayaan Masyarakat

Wakaf merupakan ibadah yang berdimensi ganda, selain mendapat


keridhaan dan pahala Allah. Wakaf merupakan ibadah ibadah yang berdimensi
sosial. Wujud kepentingan sosial tersebut dapat berupa pemberdayaan
masyarakat, jaminan sosial, pendidikan , kesehatan dan lain lain.

15
M. Nur Raianto Al Arif, Lembaga Keuangan Syariah, hlm 417.

14
Dalam memejen modern saat ini, wakaf di integrasikan dengan berbagai
sistem modern yang telah ada, terutama terkait dengan wakaf uang yang saat ini
telah di gencarkan di Indonesia. Berdasarkan UU no 41 tahun 2004 penerimaan
dan pengelolaan uang wakaf dapat di integrasikan dengan lembbaga keuangan
syariah. Dalam wakaf uang, wakif tidak boleh langsung menyerahkan mauquf
yang berupa uang kepada nazhir, tetapi harus melalui LKS yang disebut sebagai
LKS yang di sebut sebagai LKS penerima wakaf uang (PWU).

Dalam system pengelolaanya wakaf uang tidak banyak berbeda dengan


wakaf tanah atau bangunan. Nazhir bertugas untuk menginvestasikan sesuai
syariah dengan syarat: nilai nominal uang yang di investasikan tidak boleh
berkurang . Adapun hasil investasi di alokasikan untuk upah nazhir (maksimal
10%) dan kesejahteraan masyarakat minimal (90%). Untuk lebih jelasnya,
perhatikan bagan berikut.

Saat ini, yang tengah berjalan adalah kerja sama nazhir dengan perbankan
syariah. Ini tercermin dari Keputusan Mentri Agama RI No. 92-96 tahun 2008
yang menunjuk lima bank syariah untuk bermitra dengan nazhir dalam soal wakaf
uang, yaitu Bank Muamalat Indoneisa, DKI Syariah, dan Bank Syariah Mega
Indonesia, Bank Syariah Mandiri, BNI Syariah. Akan tetapi tidak menutup
memungkinkan, wakaf uang juga bisa dipadukan dengan instrumen lembaga
keuangan syariah nonbank.

15
Dalam pasal 34 amandemen UUD 1945 di katakan “bahwa Negara
mengembangkan system jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan
masyarakat yang lemah dan tidak mmampu sesuai dengan martabat
kemanusiaan”. Secara ekplisit Negara harus mampu memberdayakan masyarakat .
Terminologi pemberdayaan adalah membantu agar masyarakat agar mampu
mandiri dalam menyejahterakan dirinya sendiri. Wakaf uang sebagai gerakan
baru dalam perwakafann, terutama di Indonesia mampu mengambil peranan yang
signifikan dalam merancang program program pemberdayaan masyarakat. Sebab,
tugas memberdayakan pemerintah semata setiap elemen masyarakat harus turut
serta dalam memberdayakan masyarakat.

Dalam ketentuan undang-undang terdapat dua model wakaf uang, yaitu


wakaf uang untuk jangka waktu tertentu dan wakaf uang untuk selamanya.
Wakaf uang untuk jangka waktu tertentu harus diinvestasikan pada produk
perbankan agar lebih aman dan memudahkan pihak wakaf dalam menerima
uangnya kembali pada saat jatuh tempo. Adapun wakaf uang untuk selamanya
pihak nazhir memiliki otoritas penuh untuk mengelola dan mengembangkan uang
wakaf untuk mencapai tujuan wakafnya. Apabila kegiatan investasi menggunakan
dana penghimpunan wakaf, keuntungan bersih usaha hasil investasi ini (yaitu
pendapatan kotor dikurangi dengan biaya oprasional) akan dibagikan sesuai
dengan ketentuan undang-undang wakaf yaitu 90% keuntungan untuk tujuan
wakaf, dan 10% untuk penerimaan pengelola atau nazhir.

Seorang wakif dapat menetapkan jenis peruntukan harta wakaf , misalnya


untuk pemberdayaan komunitas integral. Seperti pemberdayaan pendidikan
pemberddayaan kesehatan, pemberdayaan sosial, dan pemberdayaan ekonomi
suatu komunitas.bentuk pemberdayaan pendidikan misalnya dapat berupa
pendirian sekolah gratis dengan kualitas mutu terjamin atau bantuan sekolah dan
peralatan sekolah dengan tetap memerhatikan kesejahteraan guru. Sementara
pemberdayaan kesehatan dapat berupa pemeriksaan atau pengobatan gratis bagi
masyarakat kurang mampu, atau bantuan biaya bagi masyarakat kurang mampu,
atau bantuan biaya ibu hamil, dan bantuan ibu melahirkan. Kemudian

16
pemberdayaan sosial dapat berupa pelatihan kewira usahaan bagi para
pengannguran atau anak jalanan.16

E. Badan Wakaf Indonesia (BWI)

1. Profil BWI

Penerimaan wakaf berdasarkan literatur sejarah dilakukan oleh institusi


Baitul Mall. Baiyul mal merupakan institusi dominan dalam sebuah pemerintahan
islam pada saat itu. Baitul Mall lah yang berperan secara konkrit menjalankan
program-program pembangunan melalui devisi-devisi kerja yang ada dalam
lembaga ini, disamping tugas utamanya sebagai lembaga negara.

Dengan karakteristiknya yang khas, wakaf memerlukan manajemen


tersendiri dalam lembaga Baitul Mall. Baitul Mall harus menjaga eksistensi harta
wakaf dan keselarasannya dengan niat wakaf dari wakif. Sehingga dalam konteks
perekonomian kontemporer yang tidak menjadikan Baitul Mall sebagai institusi
negara, diperlukan modifikasi institusi dalam pengelolaan wakaf tunai ini.

Untuk konteks indonesia, lembaga wakaf yaang secara khusus mengelola


dana wakaf tunai dan beroprasi secara nasional itu berupa Badan Wakaf
Indonesia.17 Kelahiran BWI merupakan perwujudan amanat-amanat yang di
wariskan dalam undang undang No 41 tahun 2004 tentang wakaf. Kehadiran
badan wakaf Indonesia sebagaimana di jelaskan dalam pasal 47 adalah
memajukan dan mengembangkan perwakafan di Indonesia untuk pertama kalinya,
keanggotaan BWI diangkat oleh presiden Republic Indonesia, sesuai dengan
kepusan presiden nomor 75 /M tahun 2007, yang di tetapkan di Jakarta pada
tanggal 13 juli 2007. jadi BWI adalah lembaga independen untuk
mengembangkan perwakafan di Indonesia yang dalam melaksanakn tugasnya
bersifat bebas dari pengaruh kekuasaan manapun serta bertangggung jawab
kepada massyarakat.

16
.ibid, hlm 421.
17
Drektorat Pemberdayaan Wakaf & Departemen Agama RI, Strategi Pengembangan Wakaf
Tunai di Indonesia, 2007. Hlm 31.

17
BWI berkedudukan di ibu kota Indonesia dan dapat membentuk
perwakilan di provinsi dan kabupaten atau kota sesuai dengan kebutuhan. dalam
kepengurusan , BWI terdiri dari dewan pelaksana dan pertimbangan dan masing
masng di pimpin oleh satu orang ketua dan dua orang wakil ketua yang di pilih
oleh anggota, badan pelaksana merupakan unsur pelakssan tugas, sedangkan
dewa pertimbangan adalah unsur pengawass pwlaksanaan tugas BWI. jumlah
anggota badan wakaf indonesia minimal 20 orang dan maksimal 30 orang yang
berasal dari unsur masyarakat. (pasal 51-53, UU No. 41/2004)

Keanggotaan badan wakaf Indonesia diangkat dan di berhentikan oleh


presiden . keanggotaan perwakilan BWI di daerah di angkat dan di berhentikan
oleh BWI pusat. Keanggotaan badan wakaf Indonesia di angkat untuk selama
jabatan 3 tahun dan dapat di angkat kembali untuk satu kali masa jabatan. Untuk
pperttama kali, pengangkatan badan BWI di usulkan kepada presiden oleh mentri
. pengusulan pengangkatan keanggotaan BWI selanjutnya kepada presiden di
usulkan oleh badan wakaf Indonesia (passal 55,56,57 UU No 41/2004).18

2. Tugas Dan Wewenang.

Sementara sesuai dengan UU No 41/2004 pasal 49 ayat 1 disebutkan ,


BWI Mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut :

a. Melakukan pembinaan kepada nazhir dalam mengelola dan


mengembangkan harta benda wakaf.
b. Melakukan pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf berskala
nasional dan internasional.
c. Memberikan persetujuan atau izin atas perubahan peruntukan da status
harta benda wakaf.
d. Memberhentikan dan mengganti Nazhir .
e. Memberikan persetujuan dan atas penukaran harta benda wakaf.
f. Memberikan saran dan pertimbangan kepada pemerintah dalam
penyusunan kebijakan di bidang perwakafan.

18
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, hlm 445.

18
Pada ayat 2 dalam pasal yang sama di jelaskan bahwa dalam
melaksanakan tugas BWI dapat bekerja sama dengan instansi pemerintah pusat
maupun daerah. Organisasi masyarakat, para ahli, badan internasional, dan pihak
lain yang di anggap berhak.terkait tugas dalam membina Nazhir, BWI melakukan
beberapa strategis sebagaimana disebutkan dalam PP. No 4/2006 pasal 63,
meliputi:

a. Penyiapan sarana dan prasarana penunjang operasioanal Nazhir wakaf baik


perorangan , organisasi badan hukum.
b. Penyusunan regulasi, pemberian motivasi, pemberian fasilitas,
pengoordinasian, pemberdayaan dan pengembangan terhadap masyarakat.
c. Penyediaan fasilitas proses sertifikasi wakaf.
d. Penyiapan dan pengadan blangko blangko AIW baik wakaf benda tidak
bergerak.
e. Penyiapann penyuluh penerangan di daerah untuk melakukan pembinaan
dan pengembangan kepada Nazhir sesuai dengan lingkupnya.
f. Pemberian fasilitas masuknya dana dana wakaf daru dalam dan luar negeri
dalam pengembangan dan pemberdayaan wakaf.

3. Startegi

Adapun strategi untuk merealisasikan visi dan misi badan wakaf Indonesia
adaalah sebagai berikut :19

a. Meninglkatkan kompetensi dan jaringan badan wakaf di Indonesia baik


nasioanal ataupun internasional.
b. Membuat peraturan dan kebijakan di bidang perwakafan.
c. Meningkatkan kesadaran dan kemauan masyarakta untuk berwakaf.
d. Meningkatkan profesionalitas dan keamanahan nazhir dalam pengelolaan
dan pengembangan waka di Indonesia.
e. Mengoordinasi dan membina seluruh Nazhir wakaf.
f. Menerbitkan pengadministrasian harta benda wakaf .
g. Mengawasi dan melindungi harta benda wakaf.

19
M. Nur Rianto Al Arif, Lembaga Keuangan Syariah, hlm 424.

19
h. Menghimpun, mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf yang
berskala nasioanl ataupun internasioanal.

20
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

1. Dalam hukum islam wakaf berarti menyerahkan suatu hak milik yang tahan
lama (zatnya) kepada seseorang atau nazhir (penjaga wakaf), baik berupa
perorangan maupun badan pengelola dengan ketentuan bahwa hasil dan
manfaatnya digunakan untuk hal-hal yang sesuai dengan syariat islam.
2. Wakaf merupakan salah satu sektor voluntary yan sangat berperan penting
dalam sejarah islam. Pengelolaan harta wakaf dapat dilakukan oleh
perseorangan /non pemerintah, seperti Umar bin Khattab yang mengelola
tanah wakafnya sendiri atau oleh pemerintah seperti wakaf masjid “Dar al
Hijr”. Praktek wakaf menjadi lebih luas di massa pemerintahan Dinasti
Umayyah dan Abbasiyah, ketika semua orang melaksanakan wakaf.
Peruntukan wakaf pada saat itu tidak hanya pada kalangan orang oranf fakir
saja dan miskin, akan tetapi menjadi modal untuk membangun lembaga
pendidikan, perpustakaan dan membayar gaji para stafnya, gaji para guru
dan beasiswa untuk para pelajar. Dalam perjalanan sejarah wakaf terus
berkembang dan akan selalau berkembang bersamaan dengan laju
perkembangan zaman dengan berbagai inovasi inovasi yang relevan,
seperti bentuk wakaf uang, wakaf hak katas kekayaan intelektual (haki), dan
lain lain. Di Indonesia sendiri saat ini wakaf kian mendapat perhatian yang
cukup serius dengan di terbitkannya undang undang nomor 41 tahun
2004tentang wakaf dan PP No. 42 tahun 2006 tentang pelaksanaanya.
3. Wakaf tunai berdasarkan definisi wakaf dapat di artikan wakaf tunai adlah
penyerahan hak milik berupa uang tunai kepada seseorang , kelompok atau
lembaga nadzhir untuk di kelola secara produktif dengan tidak mengurangi
atau menghilangkan ain asset dapat di ambil hasil atau manfaatnya oleh
mauquf alaih sesuai dengan permintaan wakif yang sejalan dengan syariat
islam.

21
4. Dalam system pengelolaanya wakaf uang tidak banyak berbeda dengan
wakaf tanah atau bangunan. Nazhir bertugas untuk menginvestasikan sesuai
syariah dengan syarat: nilai nominal uang yang di investasikan tidak boleh
berkurang . Adapun hasil investasi di alokasikan untuk upah nazhir
(maksimal 10%) dan kesejahteraan masyarakat minimal (90%). Untuk lebih
jelasnya, perhatikan bagan berikut
5. Kelahiran BWI merupakan perwujudan amanat-amanat yang di wariskan
dalam undang undang No 41 tahun 2004 tentang wakaf. Kehadiran badan
wakaf Indonesia sebagaimana di jelaskan dalam pasal 47 adalah memajukan
dan mengembangkan perwakafan di Indonesia untuk pertama kalinya,
keanggotaan BWI diangkat oleh presiden Republic Indonesia, sesuai
dengan kepusan presiden nomor 75 /M tahun 2007, yang di tetapkan di
Jakarta pada tanggal 13 juli 2007. Jadi BWI adalah lembaga independen
untuk mengembangkan perwakafan di Indonesia yang dalam melaksanakn
tugasnya bersifat bebas dari pengaruh kekuasaan manapun serta
bertangggung jawab kepada massyarakat.

22
Daftar pustaka
Arif, M. Nur Raianto Al. (2012). Lembaga Keuangan Syariah,
Bandung:PUSTAKA SETIA.

Azzam, Abdul Aziz Muhammad. (2010). Fiqh Muamalah Sistem


Transaksi dalam Fiqh Islam. Jakarta: Amza.

Departemen Agama, Al-qur’an Terjemah, Mahkota Surabaya.

Drektorat Pemberdayaan Wakaf & Departemen Agama RI. (2007).


Strategi Pengembangan Wakaf Tunai di Indonesia.

Huda, Nurul & Mohamad Heykal. (2013). Lembaga Keuangan Islam


Tinjauan Teoristis dan Praktis. Jakarta: Kencana.

Soemitra, Andri. (2012). Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta:


Kencana.

Sudarsono, Heri. (2003). Bank & Lembaga Keuangan Syari’ah Deskripsi


dan Ilustrasi. Yogyakarta : EKONISIA.

Suhendi, Hendi. (2013). Fiqih Muamalah. Jakarta: Rajawali Pers.

Undang-Undang RI No.4 Tahun 2004 Tentang Wakaf.

23

Anda mungkin juga menyukai