FIQH MUAMALAH 1
“HARTA DAN UKUD”
DISUSUN OLEH
NUR JANNAH (212310073)
APRI VERI NANDA (212310028)
ISWANTO (212310150)
ASSALAMU`ALAIKUM WR.WB
Pertama-tama, penulis mengucapkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT
yang mana telah melimpahkan hidayah, berkah, rahmat, dan karunia-Nya kepada
penulis, sehingga penyusunan tugas ini dapat diselesaikan. Sholawat serta salam tak lupa
juga kita kirimkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW yang telah
memberikan suri tauladan dalam segala aspek kehidupan manusia sehingga
menginspirasi bagi setiap langkah kebenaran ummatnya untuk mendapatkan syafa’at-Nya
di hari akhir kelak.
Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah FIQH
MUAMALAH 1 yang membahas tentang HARTA DAN UKUD. Tugas ini telah kami
susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak HENDRA EKA SAPUTRA
SE,M,.SEI selaku dosen pengampu mata kuliah FIQH MUAMALAH 1 yang telah
membimbing kami dalam mempelajari mata kuliah FIQH MUAMALAH 1, dan teman-
teman yang selalu memberikan ide-ide yang positif untuk kami.
Terlepas dari semua itu, kami selaku penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu,
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi perbaikan makalah ini ke arah yang lebih baik.
Akhir kata kami berharap semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca.
WASSALAMU`ALAIKUM WR.WB
KELOMPOK 2
ii
DAFTAR ISI
COVER............................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG.................................................................1
RUMUSAN MASALAH..............................................................2.
BAB II PEMBAHASAN
PENGERTIAN UKUD.................................................................11
SYARAT-SYARAT UKUD............................................................18
KESIMPULAN................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................20
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
1
Al-’uqûd al-murakkabah/multi akad ini merupakan perbincangan yang masih hangat
dikalangan para cendikiawan muslim untuk menentukan keabsahan hukumnya; pendapat
pertama mengatakan hukumnya mubah berdasar kaidah fikih: al-ashlu fi al-mu’amalat
alibahah (hukum asal muamalah adalah boleh). Pendapat kedua mengharamkan
berdasarkan dengan hadits-hadits yang mengharamkan dua jual beli dalam satu jual beli
(bai’ataini fi bai’atin), atau mengharamkan dua akad dalam satu akad (shafqatain fi
shafqatin).
B.Rumus masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Harta
Harta dalam bahasa Arab disebut al-mal, berasal dari kata -مال
یمیل- میالالyang menurut bahasa berarti condong, cenderung, atau miring. Al-
mal juga diartikan sebagai segala sesuatu yang menyenangkan manusia dan mereka
pelihara, baik dalam bentuk materi, maupun manfaat.
Menurut bahasa umum, arti mal ialah uang atau harta. Adapun menurut
istilah, ialah “segala benda yang berharga dan bersifat materi serta beredar di antara
manusia”.
Menurut ulama Hanafiyah yang dikutip oleh Nasrun Haroen,26al-mal (harta) yaitu:
الى إدخاره ویمكن االالنسان طبع إلیھ یمیل ما
واحرازه حیازتة یمكن ما كان أو الحاجة وقت
وینتفع بھ
Menurut jumhur ulama (selain ulama Hanafiyah) yang juga dikutip oleh
Nasroen Haroen, al-mal (harta) yaitu:
بضمانھ متلفھا یلزم قیمة لھ ما كل
"segala sesuatu yang mempunyai nilai, dan dikenal ganti rugi bagi
orang yang merusak atau melenyapkannya"
3
Harta tidak saja bersifat materi melainkan juga termasuk manfaat dari
suatu benda. Akan tetapi, ulama Hanafiyah berpendirian bahwa yang dimaksud dengan
harta itu hanya bersifat materi.
Milik adalah sesuatu yang dapat digunakan secara khusus dan tidak
dicampuri penggunaannya oleh orang lain. Adapun harta adalah sesuatu yang
dapat disimpan untuk digunakan ketika dibutuhkan. Dalam penggunaannya,
harta dapat dicampuri oleh orang lain. Jadi, menurut ulama Hanafiyah, yang
dimaksud harta hanyalah sesuatu yang berwujud (a’yan).
Para Fuqaha mentakrifkan mal dengan:
ما يميل ا ليه طبح االنسان ويمكب ادخاره الى وقت الحاجة
4
a. Harta (mal) adalah nama bagi yang selain manusia, yang ditetapkan untuk
kemaslahatan manusia, dapat dipelihara pada suatu tempat, dapat
dilakukan tasharruf dengan jalan ikhtiyar. Demikian dikemukakan oleh kitab Al Bahrur
Raiq.
b. Benda yang dijadikan harta itu, dapat dijadikan harta oleh umum manusia atau oleh
sebagian mereka. Demikian diterangkan dalam kitab Raddul Muhtar.
c. Sesuatu yang tidak dipandang harta, tidak sah kita menjualnya.
d. Sesuatu yang dimubahkan walaupun tidak dipandang harta, seperti sebiji beras, sebiji
beras tidak dipandahg harta walaupun dia boleh kita miliki.Demikian diterangkan dalam
Raddul Muhtar.
e. Harta itu wajib mempunyai wujud. Karenanya manfaat tidak masuk ke dalam bagian
harta, karena tidak mempunyai wujud.
f. Benda yang dapat dijadikan harta, dapat disimpan untuk waktu tertentu,atau untuk
waktu yang lama dan dipergunakan di waktu dia dibutahkan.
5
B. Harta menurut pakar
6
4. Hambali juga mendefinisikan hak milik menjadi dua macam. Pertama,
sesuatu yang mempunyai nilai ekonomi; kedua, dilindungi undang-
undang. Dari 4 madzab tersebut dapat disimpulkan tentang pengertian
harta/hak milik:
a. Sesuatu itu dapat diambil manfaat
b. Sesuatu itu mempunyai nilai ekonomi
c. Sesuatu itu secara ’uruf (adat yang benar) diakui sebagai hak milik
d. Adanya perlindungan undang-undang yang mengaturnya.
7
1) Kesempurnaan ibadah mahdhah, karena ibadah memerlukan sarana,
seperti kain dan mukena untuk menutup aurat.
2) Memelihara dan meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah
SWT, karena kefakiran dapat membawa kepada kekufuran.
3) Untuk meneruskan kehidupan dari suatu periode ke periode berikutnya,
5) Untuk mengembangkan dan menegakkan ilmu-ilmu, karena menuntut ilmu tanpa biaya
akan terasa sulit, misalnya, seseorang tidak dapat kuliah di perguruan tinggi, jika ia tidak
memiliki biaya.
8
7) Untuk menumbuhkan silaturahmi, karena adanya perbedaan dan
keperluan antara satu sama lain.
Penggunaan harta dalam ajaran harus senantiasa dalam pengabdian
kepada Allah dan dimanfaatkan dalam rangka taqarrub (mendekatkan
diri) kepada Allah. Pemanfaatan harta pribadi tidak boleh hanya untuk
pribadi pemilik harta, melainkan juga digunakan untuk fungsi sosial
dalam rangka membantu sesama manusia.
D. Macam-Macam Harta
3. Harta Istihlak dan harta Isti’mal. Harta Istihlak adalah sesuatu yang tidak dapat diambil
kegunaanya dan manfaatnya secara biasa kecuali dengan
menghabiskannya.
9
Harta Istihlak terbagi menjadi dua, yaitu:
A. IstihlakHaqiqi adalah suatu benda yang menjadi harta yang secara jelas (nyata) zatnya
habis sekali digunakan.
B. IstihlakBuquqi adalah suatu harta
yang sudah habis nilainya bila telah digunakan tetapi zatnya masih tetap
ada. Harta Isti’mal adalah sesuatu yang dapat digunakan berulanag kali
dan materinya tetap terpelihara. Harta isti’mal tidaklah habis dengan satu
kali menggunakan tetapi dapat digunakan lama menurut apa adanya.
10
E.Pengertian Ukud
Akad adalah tindakan hukum dua pihak. Sedangkan tindakan hukum satu pihak, seperti
janji memberi hadiah, wasiat, atau wakaf, bukanlah akad, karena tindakan-tindakan
tersebut tidak merupakan tindakan dua pihak, dan karenanya tidak memerlukan qabul.
Konsepsi akad sebagai tindakan dua pihak adalah pandangan ahli-ahli hukum Islam
modern
11
Sedangkan menurut istilah fiqih, kata multi akad merupakan terjemahan dari kata Arab
yaitu al-’uqûd al-murakkabah yang berarti akad ganda (rangkap). Al-’uqûd al-murakkabah
terdiri dari dua kata al-’uqûd (bentuk jamak dari ‘aqd) dan al-murakkabah. Kata ‘aqd
secara etimologi artinya mengokohkan, mengikat, menyambung atau menghubungkan5
dan hukum perdata Indonesia diartikan dengan perjanjian. Sedangkan secara terminologi
‘aqd berarti mengadakan
perjanjian atau ikatan yang mengakibatkan munculnya sebuah kewajiban.
Menurut Wahbah Zuhaili ‘aqd adalah pertalian atau perikatan
antara ijab dan qabul sesuai dengan kehendah syariah yang menetapkan
adanya akibat hukum pada objek perikatan.
Kata Al-murakkabah (murakkab) secara etimologi berarti al-jam’u (mashdar), yang berarti
pengumpulan atau penghimpunan.8 Kata murakkab sendiri berasal dari kata “rakkaba-
yurakkibu-tarkiban” yang mengandung arti meletakkan sesuatu pada sesuatu yang lain
sehingga menumpuk, ada yang di atas dan yang di bawah.
Sedangkan murakkab menurut pengertian para ulama fiqih adalah sebagai berikut:
1. Himpunan beberapa hal sehingga disebut dengan satu nama.
Seseorang menjadikan beberapa hal menjadi satu hal (satu nama) dikatakan sebagai
melakukan penggabungan (tarkîb).
2. Sesuatu yang dibuat dari dua atau beberapa bagian, sebagai kebalikan dari sesuatu yang
sederhana (tunggal/basîth) yang tidak memiliki bagian-bagian.
3. Meletakkan sesuatu di atas sesuatu lain atau menggabungkan sesuatu dengan yang
lainnya.
12
Mencermati tiga pengertian tersebut yang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-
masing untuk menjelaskan makna yang lebih mendekati dari istilah murakkab.
demikian pengertian multi akad/al-’uqûd al-murakkabah dalam istilah ada beberapa
pengertian dari kalangan cendikiawan muslim di antarannya;
2. Menurut Al-‘Imrani akad murakkab adalah: “Himpunan beberapa akad kebendaan yang
dikandung oleh sebuah akad --baik secara
gabungan maupun secara timbal balik-- sehingga seluruh hak dan kewa
jiban yang ditimbulkannya dipandang sebagai akibat hukum dari satu akad
Dalam kitab Fiqih syirkah uqud diklasifikasikan menjadi empat macam: 1) syirkah amwal
inan, 2) syirkah amwal mufawadhah, 3) syirkah abdan, dan 4) syirkah wujuh. Bahkan Ulama
Hanafiah membagi syirkah uqudmenjadi enam macam.
13
b. Akad Terkumpul (al-’uqûd al-mujtami’ah)
Al-’uqûd al-mujtami’ah adalah multi akad yang terhimpun dalam satu akad. Dua atau
lebih akad terhimpun menjadi satu akad. Seperti contoh “Saya jual rumah ini kepadamu
dan saya sewakan rumah yang lain kepadamu selama satu bulan dengan harga lima ratus
ribu”.
14
|f. Akad ganda yang banyak di aplikasikan dalam ekonomi Islam.
1) Ijarah muntahiyah bi al-tamlik (akad sewah menyewah yang berakhir dengan
kepemilikan/jual beli)
2) Musyarakah mutanaqishah (akad kerja sama yang berkurang berakhir dengan jual beli
kredit)
3) Murabahah marakkabah (akad bagi hasil berganda berakhir dengan jual beli biasa)
4) Ta’min tauni murakkabah (asuransi berganda)
5) Akad Murabahah lil Aamir bi asy-Syira` (Murabahah KPP [Kepada Pemesan
Pembelian]/Deferred Payment Sale).
6) Ta’jir tamwili (penggabungan akad jual beli dengan sewah menyewah) walaupun ada
sebagaian ulama mengatakan bahwa akad ini sebenarnya adalah al-ijarah muntahiyah bi
al-tamlik
15
Selain multi akad antara salaf dan jual beli yang diharam
kan, ulama juga sepakat melarang multi akad antara berbagai
jual beli dan qardh dalam satu transaksi. Semua akad yang men-gandung unsur jual beli
dilarang untuk dihimpun dengan qardh dalam satu transaksi, seperti antara ijarâh dan
qardh, salam dan qardh, sharf dan qardh, dan sebagainya.
16
penduduk Khaibar melakukan transaksi kurma kualitas sempurna satu kilo dengan
kurma kualitas rendah dua kilo, dua kilo dengan tiga kilo dan seterusnya.
Maksud hadis di atas, menurut Ibn Qayyim, adalah akad jual beli pertama dengan kedua
harus dipisah. Jual beli kedua bukanlah menjadi syarat sempurnanya jual beli pertama,
melainkan berdiri sendiri
17
d. Multi akad terdiri dari akad-akad yang akibat hukumnya saling bertolak belakang atau
berlawanan Kalangan ulama Malikiyah mengharamkan multi akad antara akad-akad
yang berbeda ketentuan hukumnya dan/atau akibat hukumnya saling berlawanan atau
bertolak belakang. Larangan ini didasari atas larangan Nabi menggabungkan akad salaf
dan jual beli. Dua akad ini mengandung hukum yang berbeda. Jual beli adalah kegiatan
muamalah yang kental dengan nuansa dan upaya perhitungan untung-rugi, sedangkan
salaf adalah kegiatan sosial yang mengedepankan aspek persaudaraan dan kasih
sayang serta tujuan mulia.
e. Karena itu, ulama Malikiyah melarang multi akad dari akad-akad yang berbeda
hukumnya, seperti antara jual beli dengan ju’âlah, sharf, musâqah, syirkah, qirâdh atau
nikah
1, qabiliyat al-wakalah yaitu bahwa dalam syirkah uqud terkandung akad wakalah sebab
syirkah uqud bertujuan untuk melakukan bisnis (mu'awadhat) yang tidak mungkin
dilakukan kecuali jika terdapat akad kuasa dari masing-masing pihak syarik.
18
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Harta dalam bahasa Arab disebut al-mal, berasal dari kata -مال
یمیل- میالالyang menurut bahasa berarti condong, cenderung, atau miring. Al-
mal juga diartikan sebagai segala sesuatu yang menyenangkan manusia dan mereka
pelihara, baik dalam bentuk materi, maupun manfaat.
Menurut bahasa umum, arti mal ialah uang atau harta. Adapun menurut
istilah, ialah “segala benda yang berharga dan bersifat materi serta beredar di antara
manusia”.
19
pihak atau lebih. Sedangkan kata al-murakkabah (murakkab) secara etimologi berarti al-
jam’u, yakni mengumpulkan atau menghimpun atau kesepakatan dua pihak untuk
melaksanakan suatu muamalah yang meliputi dua akad atau lebih.
DAFTAR PUSTAKA
Wahbab al-Zuhaily, Al Fiqh al-Islami wa Adillatuh, (Damaskus: Dar al-Fikr, 2005), juz 4,
h..8.
Muhammad Abu Zahrah, Al-Milkiyah wa Nazhariyah al-‘aqad fi al-syari’ah al-
Islamiyah, (Mesir; Dar al-Fikr al-Arabi, 1962), h.. 15.
Lihat Mustafa Ahmad al-Zarqa’, Op.cit., h.. 242 dan seterusnya.
Tenku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantar Fiqh Muamalah, (Semarang: PT.
Pustaka Rizki Putra, 2001), h. 153.
M. Abdul Mujieb (et al), Kamus Istilah Fiqh, (Jakarta: PT. Pustaka Firdaus, 1994), cet.
Ke-1, h.. 191
Lihat Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, h.. 27-29. Lihat pula Rahmat Syafe’i. Fiqh
Muamalah, h.. 30-31.
20
Mardani, Fiqh Ekonomi Syari’ah-Fiqh Muamalah, (Jakarta: Kencana, 2012), h. 65.
Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), cet. Ke-2, h..73
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, h.. 9-10
Ahmad Warson Munawwir. 1997. Kamus Al-Munawwir Arab – Indone
sia Terlengkap. Surabaya : Pustaka Progresif
Al-Zuhaili. Al-fiqh al-islâmi wa adillatuhu. Jakarta : Gema Insani 2011
Juz 4
Ascarya. Akad dan Produk Bank Syariah. PT Raja Grafindo Persada.
Jakarta. 2010
Hasanudin. Multi Akad Dalam Transaksi Syariah Kontemporer Pada
Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia. Ciputat : UIN Syahid
2006
Imrani, Abdullah bin Ahmad Abdullah, al Uqud al Maaliyah al Mu
rakkabah study fiqh Ta’shiliyah wa Tathbiqiyyah. Riyad: Dar Kunuz
Elshabelia an Nasr wa Tausi’ 2006
Rachmat Syafe’i, MA. Fiqih Muamalah. Pustaka Setia Bandung. 2006
Syamsul Anwar, MA. Hukum Perjanjian Syariah. PT. Raja Grafindo
Persada. Jakarta. 2007
Tim Penyusun. 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka
Ttn.. Al-Munjid Fil Lughati. Beirut, Libanon : Darul Masyruq 1986
21