Anda di halaman 1dari 16

Kosmetik halal

Manajemen inndustri halal


Dosen pengampu MUHAMMAD ARIF SE. MM
Latar belakang
Indonesia merupakan negara dengan mayoritas penduduk muslim, yakni lebih dari 80 persen
dari keseluruhan penduduknya. Sehingga permintaan akan produk halal tergolong besar
Menurut Lembaga Pengkajian Pangan Obat-Obatan dan Kosmetika MUI
- LPPOM MUI (2016), pada tahun 2015 terdapat 907 produk kosmetik
yang telah memiliki sertifikasi halal. Jumlah kosmetik yang memiliki
sertifikasi halal dapat dilihat melalui daftar produk halal yang
dipublikasikan oleh LPPOM MUI setiap tahunnya. Berdasarkan daftar
produk halal tahun 2016, jumlah produk kosmetik yang memiliki
sertifikasi halal terus bertambah dari tahun sebelumnya.
Menurut Lembaga Pengkajian Pangan Obat-Obatan dan Kosmetika MUI
- LPPOM MUI (2016), pada tahun 2015 terdapat 907 produk kosmetik
yang telah memiliki sertifikasi halal. Jumlah kosmetik yang memiliki
sertifikasi halal dapat dilihat melalui daftar produk halal yang
dipublikasikan oleh LPPOM MUI setiap tahunnya. Berdasarkan daftar
produk halal tahun 2016, jumlah produk kosmetik yang memiliki
sertifikasi halal terus bertambah dari tahun sebelumnya.
rumusan masalah

01 Bagaimana sejarah
munculnya kosmetik 02 Bagaimana syarat sebuah
kosmetik dapat dikatakan
halal di dunia terutama di halal?
Indoneia?

Apa saja bahaya dari


penggunaan kosmetik
03 Apa saja faktor yang
mempengaruhi
04 yang tidak halal?
Dan
perkembangan kosmetik Apa saja ciri-ciri dari
halal? kosmetik tidak halal atau
haram?
Tujuan penulisan

1. Untuk mengetahui sejarah munculnya kosmetik halal di dunia dan di


Indonesia.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kosmetik


halal.

3. Untuk mengetahui syarat sebuah kosmetik dapat dikatakan halal.

4. Untuk mengetahui bahaya dari kosmetik yang tidak halal.

5. Untuk mengetahui ciri-ciri kosmetik tidak halal atau haram


pembahasan
2.1 Sejarah Awal Kosmetik Halal di Dunia & Indonesia
Bukti penggunaan kosmetik sejak zaman dahulu adalah Ratu
Cleopatra yang terkenal dengan pesona kecantikannya
memiliki kebiasaan khusus untuk merawat kulitnya,
Cleopatra secara rutin berendam dalam bak berisi cairan
susu. Rutinitas tersebut dimaksudkan untuk menjagakulit
tubuhnya agar tetap mulus, halus dan berkilau. Sementara
itu di China para selir kaisar memerahi bibirnya dengan cara
menekan bibir mereka dengan kelopak bunga bewarna
merah agar bibir tetap terlihat merah dan menarik
Di Indonesia pengetahuan tentang kosmetik sudah dimulai jauh sebelum zaman
penjajahan Belanda dengan ditemukannya sebuah naskah kuno tentang kebiasaan
seorang putri raja yang sangat gemar menggunkan ramuan tradisional seperti
kunyit dan masker dari sebuah bengkuang dan beras yang ditumbuk untuk
mencerahkan kulit atau menggunakan telur kemudian digunakan untuk masker
rambut. Pengetahuan tentang masker kosmetik di peroleh secara turun-temurun
dari orang tua ke generasi penerusnya, tidak hanya terjadi di kalangan
pemerintahan masa itu yakni keraton atau istana, tetapi juga di kalangan rakyat
biasa yang berkaca pada kecantikan para putri raja dan prameswari raja
Seiring dengan perkembangan zaman dan munculnya berbagai teknologi serta
inovasi yang canggih, maka berbagai produk kosmetik bermunculan dengan
berbagai variasinya. Dari sana jugalah mulai muncul kosmetik halal. Di
Indonesia sendiri, brand kosmetik halal sudah ada sejak tahun 1995. Namun tren
kosmetik halal ini baru menjamur pada 5 tahun terakhir yakni pada 2018 dan tren
ini sudah mendunia. Tak hanya di Asia Tenggara, bahkan sudah masuk ke Eropa,
Asia Timur,dll
2.2 Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kosmetik Halal
Hasil penelitian Suki (2014) memaparkan bahwa keahlian selebriti dan
sikap terhadap merek mempengaruhi pembelian kosmetik halal pada
konsumen Muslim. Selain itu, intensi pembelian kosmetik halal juga
dipengaruhi oleh kualitas produk (quality), citra merek Halal (labeling),
kepuasan, kepercayaan, dan loyalitas merek Halal (Ali, Xiaoling, &
Sherwani, 2018). Sedangkan menurut Rahman, Asrarhaghighi, &
Rahman (2015), intensi pembelian kosmetik halal dipengaruhi oleh
religiusitas, pengetahuan dan sikap. Dengan demikian penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
pembelian kosmetik halal.
Berikut ini beberapa faktor pendorong konsumen kosmetik halal yang mana hal
ini membuat para perancang menciptakan berbagai kosmetik halal :
1. Faktor Budaya Budaya adalah penyebab keinginan dan perilaku seseorang
yang paling dasar. Pemasar selalu berusaha menemukan perubahan budaya untuk
menemukan produk baru yang mungkin diinginkan orang.

2. Faktor Sosial Faktor sosial yang mempengaruhi perilaku konsumen antara lain
kelompok kecil, keluarga, serta peran dan status sosial konsumen.

3. Faktor Pribadi Keputusan konsumen juga dipengaruhi oleh karakteristik


pribadi seperti usia dan tahap siklus hidup pembeli, pekerjaan, situasi ekonomi,
gaya hidup, serta kepribadian dan konsep diri.
memiliki.
2.3 Syarat-syarat Kosmetik Halal

Dalam industri halal, produk yang halal adalah produk yang sudah diuji
kehalalannya serta telah diakui oleh BPOM dan juga MUI
a. bahan yang digunakan adalah halal dan suci
b. ditujukan untuk kepentingan yang dibolehkan secara syar’I dan
c. tidak membahayakan.
d. Penggunaan kosmetika dalam (untuk dikonsumsi/masuk ke dalam
tubuh) yang menggunakan bahan yang najis atau haram hukumnya
haram.
e. Penggunaan kosmetika luar (tidak masuk ke dalam tubuh) yang
menggunakan bahan yang najis atau haram selain babi dibolehkan
dengan syarat dilakukan penyucian setelah pemakaian (tathhir syar’i).
f. Penggunaan kosmetika yang semata-mata berfungsi tahsiniyyat, tidak ada
rukhshah (keringanan) untuk memanfaatkan kosmetika yang haram.
g. Penggunaan kosmetika yang berfungsi sebagai obat memiliki ketentuan hukum
sebagai obat, yang mengacu pada fatwa terkait penggunaan obat-obatan.
h. Produk kosmetika yang mengandung bahan yang dibuat dengan
menggunakan mikroba hasil rekayasa genetika yang melibatkan gen babi atau
gen manusia hukumnya haram.
i. Produk kosmetika yang menggunakan bahan (bahan baku, bahan aktif, dan/atau
bahan tambahan) dari turunan hewan halal (berupa lemak atau lainnya) yang
tidak diketahui cara penyembelihannya hukumnya makruh tahrim, sehingga harus
dihindari.
8. Produk kosmetika yang menggunakan bahan dari produk mikrobial yang tidak
diketahui media pertumbuhan mikrobanya apakah dari babi, harus dihindari
sampai ada kejelasan tentang kehalalan dan kesucian bahannya
2.4 Bahaya Penggunaan Kosmetik Tidak Halal
Kosmetik yang dapat merusak bagian tubuh kita karena bisa saja dibuat dari
bahan-bahan yang berbahaya

Ibadah yang kita lakukan tidak sah karena kita menggunakan produk yang tidak
halal

Dapat menimbulkan penyakit, dll


2.3 Ciri-ciri Kosmetik Haram
berdasarkan QS; Al-Baqarah:173, penggunaan apapun berasal dari babi adalah
haram, dan fatwa MUI No.2/MunasVI/MUI/2000, penggunaan kosmetika yang
mengandung atau berasal dari bagian organisme manusia, hukumnya adalah
haram. Kalaupun berasal dari hewan yang bukan babi,jika hewan tersebut tidak
disembelih secara islam,maka dinyatakan haram.
Sedangkan, zat pembuat kosmetika yang mejadi titik kritis adalah
1. zat aktif dari produk kosmetik tersebut.
2. zat zat penstabil sebagai bahan dasar
3. asam lemak esensial
4. hormon dan ekstrak kelenjar
KESIMPULAN

Dapat dikatakan kosmetik halal adalah produk kosmetik yang telah


terjamin kehalalannya oleh MUI dan juga diproduksi dari bahan dan
dengan cara yang halal. Standar kehalalan produk kosmetik juga telah
diatur dalam Fatwa MUI Nomor 26 tahun 2013 Tentang Standar
Kehalalan Produk Kosmetika dan Penggunaannya

Anda mungkin juga menyukai