Anda di halaman 1dari 23

Industri Kosmetik dan Manfaat Bagi Konsumen Kosmetik di Indonesia

*Arif Rahman Hakim, Citra, Muhamad Daviya Nur Fauzi

Majoring In Chemistry Faculty Of Math And Science


Padang State University

*Email: citra.9871@gmail.com

Abstrak: Kosmetik[1] merupakan suatu produk


yang menjadi trend dimasyarakat. Hal ini tak lepas
dari kebutuhan manusia dimulai dari kalangan
remaja hingga dewasa. Industri kosmetik [2]sangat
berkembang diseluruh dunia, namun ada beberapa
produk tertentu dan paling diminati oleh
masyarakat. Saat ini kosmetik yang paling terkenal
oleh masyarakat di Antaranya Wardah[3], Purbasari,
Mustika Ratu[4], dan banyak produk lain yang juga
dikenal masyarakat.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui
mutu dari kosmetik khususnya sabun kecantikan
dengan metode reaksi saponifikasi. Untuk itu
pengkajian tentang perkembangan kosmetik saat
ini perlu dipahami guna mengetahui manfaat[5],
pembuatan, serta zat kimia apa yang terkandung
didalam kosmetik[6] itu sendiri, sehingga kita dapat
memilih produk mana yang aman untuk kulit dan
kesehatan konsumen. Analisis sabun padat
transparan menghasilkan pH konstan 9, warna
transparan hijau-pink,konsistensi padat, bau khas
jeruk. Sabun sudah memiliki standar mutu yang
berkualitas sehingga sabun kosmetik ini boleh
diperjualbelikan.
Dalam perindustrian kosmetik kita dapat
meningkatkan perindustrian dengan teknik
pemasaran yang bagus, bahan baku yang baik dan
berkualitas dan nama baik perusahaan yang perlu
dijaga juga. Perlunya wawasan yang tinggi untuk
para produsen juga diperlukan dalam mengolah
perindustrian agar lebih baaik lagi kedepannya.
Untuk membangun perindustrian kosmetik yang di
sukai konsumen kita tidak hanya membuat produk
yang berkualitas saja, tetapi kita juga harus
memperhatikan daya saing, kemasan yang dikemas
menarik dan teknik marketing yang digunakan
dalam pembuatan kosmetik tersebut.
Kata Kunci: Kosmetik, Manfaat, Pembuatan
1. Pendahuluan
Kosmetik berasal dari bahasa Yunani; kosmetike tekhne yang memiliki arti berhias diri.
Adapun definisi kosmetik menurut FDA (Food And Drug Administration)[7] yaitu kosmetik
merupakan produk yang di gunakan pada tubuh manusia guna mempercantik, membersihkan,
serta mengubah penampilan dari konsumen. Di era modern ini kosmetik hampir menjadi
kebutuhan[8] yang sangat penting bagi beberapa kalangan khususnya kalangan wanita, karena
berpenampilan cantik dan menarik adalah dambaan setiap wanita[33-34]. Dengan adanya kosmetik
wanita akan senantiasa akan menyisihkan keuangan demi membeli segelintir kosmetik yang
inginkan[10]. Sebuah penelitian di amerika menyatakan bahwa 85% wanita menjadikan kosmetik
sebagai kebutuhan hidupnya[35-37]. Harapan tampil cantik adalah dambaan setiap remaja putri di
belahan dunia manapun. Dengan demikian mereka akan berlomba-lomba untuk membeli produk
kecantikan[9] yang banyak ditawarkan.
Pertumbuhan kosmetik di Indonesia[11] sudah dibilang lumayan baik. Tingkat permintaan
pasar dan penjualan pada tahun 2012 meningkat sebesar 13% dengan hasil yang didapat sebesar
Rp. 9 T, jumlah ini meningkat dari tahun kemarin dengan penghasilan Rp. 7 T. Produk
kecantikan berupa kosmetik sangat digemari oleh masyarakat umum. Banyaknya permintaan
masyarakat akan produk kecantikan bermerek mampu menyokong perekonomian negara. Pada
tahun 2009, 2011, dan 2012 bangsa pasar produk PT Uniever Tbk, Mandom Indonesia Tbk, PT
Martina Berto Tbk, dan Mustika Ratu besarnya lebih dari 70% pasar [72]. Empat pasar yang
terdaftar di BEI ini memiliki kemampuan ini mempengaruhi [136] kerja industri baik[73] dengan
memanfaatkan usaha diferensiasi produk, riset dan pengembangan pasar, kepunyaan relasi
jaringan distribusi yang luas. Kolaborasi dalam asosiasi perusahaan kosmetik ini ikut serta dalam
perancangan pembuatan peraturan perdagangan[87].
Sebagai negara muslim dengan lebih dari 200 juta jiwa, dapat dikatakan bahwa negara
Indonesia sangat besar potensinya untuk produk berlabel halal [112]. Bagi konsumen Indonesia
yang mayoritas muslim merupakan hal yang sangat sensitive sekali terhadap status kehalalan [114]
dari produk yang mereka beli, karena ini sangat berhubungan dengan kehidupan spiritual
masyarakatnya dimana meyakini bahwa mengkonsumsi produk yang tidak halal akan membawa
dampak yang tidak baik, tidak hanya untuk kehidupan saat ini [115], namun juga untuk masa
mendatang.
Hal ini juga dimaksudkan pada makna dari inner beauty yang dikenal masyarakat.
Dimana Inner beauty[74] menurut para pakar adalah kecantikan dalam yang terpantul keluar
melalui tingkah laku, keluasan ilmu dan kecemerlangan otak serta kebersihan hati dan jiwa [137].
Dari defenisi ini dapat kita ambil beberapa point yang merupakan unsur pembentuk inner
beauty[74] yaitu keluhuran akhlak atau budi pekerti tingkah laku [138], keluasan ilmu dan
kebersihan jiwa dan hati. Dan kemudian satu pertanyaan yang mungkin timbul dari penjelassan
ini ialah, “seperti apakah representasi feminisme [139] yang sebenarnya itu ?”.
Kecantikan fisik tidak akan bertahan menyusut dan akan memudar [140] seiring dengan
perjalanan waktu ataupun usia dari hari ke hari bertambah tua. Oleh karena itu kecantikan yang
abadi [141] adalah kecantikan yang berasal dari kepribadian dan hati yang positif. Itulah yang
disebut dengan inner beauty [88].Kondisi ini sudah estetika yang mengandung unsur objektif[76]
dan subjektif [142]. Kecantikan juga merupakan bagian dari sistem budaya yang direpresentasikan
melalui simbol [144]. Simbol didalam tubuh adalah sesuatu yang disampaikan sekaligus yang
disembunyikan [143]. Karena itu maka dikatakan bahwa tubuh manusia[76] yang awalnya adalah
tubuh alami (natural body) [89].
Perusahaan yang besar sekalipun dalam waktu singkat biasa saja kehilangan pasar ketika
produk yang mereka tawarkan diduga mengandung bahan yang tidak halal. Semakin tingginya
kesadaran masyarakat terhadap kehalalan produk dan disisi lain pemerintah juga mempersiapkan
undang-undang mengenai jaminan halal [113]. Begitu pesatnya perkembangan teknologi informasi
dan komunikasi sehingga meningkatkan kesadaran konsumen terhadap produk halal [122]. Hal ini
berarti merupakan hal serius yang perlu menjadi perhatian dari sebuah perusahaan yang
melakukan produksi untuk konsumen dari masyarakat Indonesia. Ketika berbicara terkait dengan
kehalalan produk tidak dapat kita pisahkan dari konsep thayyib [123]. Jika kata halal mengacu pada
hukum boleh atau tidaknya suatu produk untuk dikonsumsi [124], thayyib lebih mengacu pada
kualitas produk seperti kandungan gizinya, kesehatan produk, kebersihan dan keamanan produk,
keterjangkauan harga, serta manfaat lainnya [125]. Konsep thayyib pada sebuah produk yang
berlabel halal mensyaratkan perusahaan tersebut agar dapat memhasilkan produknya yang benar
benar memiliki kualitas dan maanfaat bagi konsumen nantinya [126]. Konsep thayyib ini pula yang
menjadi keunggulan tersendiri dalam persaingan produk berlabel halal.
Konsumen produk halal tidak hanya kita temui dari kalangan muslim saja, namun juga
ditemui dari kalangan non-muslim. Para non muslim dari Malaysia juga dapat menikmati
keunggulan dari rumah makan yang sudah bersertifikat halal dimana disana ditemui sajian yang
bersih dan berkualitas [148]. Namun demikian jika kita cermati dari fenomena dari produk berlabel
halal pada saat ini, produsen dari produk halal masih dapat dikategorikan bermain aman.
Akibatnya tingkat persaingan semakin ketat sehingga yang menjadi penghalang bagi produsen
baru semakin ketat. Para produsen tidak hanya bersaing dengan produk produk local namun juga
dihadapkan dengan produk impor dari luar [149]. Sebenarnya perihal ini dapat diatasi dengan
mencari lahan lain di pasar produk produk halal yang masih memiliki peluang yang besar seperti
produk farmasi dan kosmetik misalnya [150]. Di Indonesia sendiri dari data LPPOM MUI kita
temui baru 41 merek kosmetik yang memiliki label halal, sementara yang lainnya (didominasi
produk asing) belum memiliki sertifikat halal.

Daftar Beberapa Kosmetik Halal 2017 hasil referensi yang bersumber dari direktori LPPOM
Halal MUI [116].
1. PT. PARAGON TECHNOLOGY
Produk: Wardah,  Putri Spa Series Olive Body Scrub
Nomor Sertifikat: 00150010680899
Berlaku hingga: 11 Oktober 2018
2. PT. IMMORTAL COSMEDIKA INDONESIA
Produk: Aladerm, Amaranthine, Mazaya, Immortal Cosmetoceutical, Actifem Fmale Hygiene,
Aphroderma, Hydraline
Nomor Sertifikat: 00150068420314
Berlaku hingga: 06 Desember 2018
3. PT. UNILEVER INDONESIA
Produk: Pepsodent, Close Up, Citra, Lux, Lifebuoy, Dove (soap bar), Zwitzal (soap), Camay
International Fragrance (Soap)
Nomor Sertifikat: 00150002450899
Berlaku hingga: 21 Juni 2018
Produk: Vaselin, Ponds, Axe, Clear, Fair & Lovely, Tresemme
Nomor Sertifikat: 00150074871115
Berlaku hingga: 17 November 2017
4. PT. YASULOR INDONESIA
Produk: Garnier Skin Natural (Pure Active, Light, Light Complete, Oil clear,Sakura White, 
Garnier Men (Acnofight, Turbolight)
Nomor Sertifikat: 00150069760714
Berlaku hingga: 21 Juni 2018
5. PT. SPARINDO MUSTIKA
Produk :BDL,  Placenta, Nouvelle Silhoutte 
No. Sertifikat: 00150069260614
Berlaku hingga: 27 September 2018
6. PT. ROHTO LABORATORIES INDONESIA
Produk: Khalisa Lipcare, Lip Ice
No. Sertifikat: 00150067940114
Berlaku hingga: 02 Februari 2018
7. PT. GLORIA ORIGITA COSMETICS
Produk: Purbasari, Freya, Kanna, Soft White, Cleanface,
Nomor Sertifikat: 00150043050107
Berlaku hingga: 11 November 2017
8. PT. FABINDO SEJAHTERA  
Produk: Fanbo, Bambi For Baby,MARCKS™ VENUS, Rivera, Sophim
Nomor Sertifikat: 00150065080413
Berlaku hingga:  19 Agustus 2017
9. PT UNZA VITALIS
Produk: Vitalis, Dashing, Direct For Men, Doremi (Family, Kids), Izzi Body Mist, Sumber
Ayu
Nomor Sertifikat: 00150063720113
Berlaku hingga: 11 November 2017
10. PT L”ESSENTIAL
Produk: Theraskin
Nomor Sertifikat: 00150064620313
Berlaku hingga: 24 November 2017
11. PT. AIR MANCUR
Produk: Harum Sari, Bedak Intisari, Lulur Putri Ayu, Bebiku Baby Powder, Bedak Jerawat
Nirmalasari.
Nomor Sertifikat: 00150009261298
Berlaku hingga: 17 November 2017
12. PT. MEGASURYA MAS
Produk:   Lervia, Popular, Anita, Harmony, Medicare, Lark Beauty
Nomor Sertifikat: 00150012250400
Berlaku hingga: 11 February 2017
13. PT. FILMA UTAMA SOAP
Produk: Marina, Dione Kids, Total Care
Nomor Sertifikat: 00150013140800
Berlaku hingga: 01 November 2018
14. PT. BINA KARYA PRIMA
Produk:  Sahara Soap, BKP Active Soap, Shinzu’I Skin Lightening soap, Dream Soap,
Refined Glycerine
Nomor Sertifikat: 00150040670606
Berlaku hingga: 03 Februari 2017
15. PT GIZI INDONESIA
Produk: Gizi Super Cream (Gizi Secret Of Seaweed Super Cream), C7 HOLY SEASON
Nomor Sertifikat: 00150068630314
Berlaku hingga: 24 Mei 2018
16. PT Mustika Ratu
Produk: Mustika Ratu, Mustika Putri,Moor’s Proffesional Make Up, BASK For Men, Biocell,
Taman Sari Royal Heritage, Ratu Mas
Nomor Sertifikat: 00150064300313
Berlaku hingga: 31 Maret 2017
17. PT. SOPHIE PARIS INDONESIA
Produk: Muslimah Almeera Non Alcohol Perfume
Nomor Sertifikat: 00150071530115
Berlaku hingga: 13 Januari 2017
17. PT TEMPO NAGADI
Produk: Claudia Beauty Soap, Marina Beauty Soap, My Baby Bar Soap
Nomor Sertifikat: 00150073960915
Berlaku hingga: 15 September 2017
18. PT.Megasurya Mas
Produk: Anita, Doll Beauty Soap, Harmony, Medicare Active, Lervia , Lark Beauty Soap,
Popular Loundry Soap
Nomor Sertifikat: 00150012250400
Berlaku hingga: 11 Februari 2017

Di Indonesia, dalam hal memilih produk kecantikan adalah sesuatu yang mudah namun
ada beberapa hal yang menyebabkan pemilihan itu menjadi susah [118]. Hal tersebut disebabkan
para konsumen dihadapkan pada banyaknya pilihan yang ditawarkan dan dan menyebabkan
konsumen kebingungan [119] dalam memilih produk manakah yang ramah terhadap lingkungan
tak lupa dengan memiliki kualitas baik serta aman untuk digunakan dan memiliki label halal.
Jika salah ketika memilih produk kecantikan, maka ini akan berakibat yang cukup fatal bagi
kesehatan dan keindahan kulit konsumen itu sendiri [120]. Namun jika sikap positif yang
menggambarkan rasa puas konsumen terhadap produk yang dibeli [121]. Rasa puas itu muncul
ketika produk yang ditawarkan produsen dapat memenuhi bahkan ditemui melebihi ekspektasi
konsumen. Kosmetik berlabel halal membawa dua ekspektasi konsumen yaitu dari sisi sebagai
kosmetik itu sendiri dan ekspektasi dari label halal yang digunakan [117].
Kosmetik itu sendiri menguasai dunia perdagangan sebanyak 5%. Untuk itu peluang
kosmetik sangat besar dan banyak orang yanag berlomba-lomba untuk menciptakan inovasi
kosmetik yang baru dengan banyak peminatnya[43] contoh sederhananya adalah seperti lipstik
yang dulu hanya ada satu dengan warna merah saja. Tetapi sekarang telah ada inovasi lipkrim,
lipgloss, liptint dengan jenis dan warna yang bervariasi pula[44-47]. Kosmetik dibeberapa negara
memiliki ciri khas masing-masing[12]. Di Korea Selatan terkenal dengan kosmetik no make up
look dengan perpaduan warna yang fresh. Hal itu menjadi daya tarik anak-anak remaja masa
kini. Produk-produk dari Korea Selatan tidak membuat produk-produk asal negara lain kehilang
pelanggannya. Negara Amerika misalnya, dengan ciri khas yang glamour ala hollywood
kosmetik Amerika adalah pilihan yang sangat tepat. Kosmetik Indonesia[13] sebenarnya
cenderung meniru kosmetik-kosmetik dari negara lain. Dilihat dari cara rias wanita di Indonesia
yang sedikit glamour, tentu dapat diketahui bahwasannya gaya kosmetik lndonesia tidak terlepas
dari gaya kosmetik Amerika. Perkembangan kosmetik Indonesia lebih mengarah pada bahan dan
warna yang sesuai kebutuhan masyarakat.
Sebagai bahan kecantikan sabun[15] juga mampu menjaga kesehatan dengan
membersihkan kotoran-kotoran yang menempel pada kulit[16]. Umumnya kotoran-kotoran dalam
kulit larut dalam air[17] dan dalam lemak[18]. Sabun dapat mengangkat sel sel kulit mati dari sisa-
sisa kosmetik yang sudah digunakan serta mampu menghambat penumbuhan mikroba [19] yang
dapat merusak kulit sehingga sehingga sabun digunakan sebagai pembersih utama dalam
kehidupan sehari-hari. Adapun sifat sabun yaitu bersifat ampifilik[20], dengan gugus hidrofilik[21]
dan gugus hidrofobik[22].
Kosmetik sabun umumnya dibuat dengan metode saponifikasi minyak [23].Proses
pembuatan sabun dengan metode ini memiliki hasil sampingan berupa gliserol24]. Dari
penelitian , reaksi saponifikasi terjadi karena adanya reaksi antara alkali dengan gliserida [25].
Sabun yang baik untuk kecantikan memiliki busa yang lembut yang mengandung bahan-bahan
yang mampu menjaga kesehatan. Bahan untuk pembuatan sabun kecantikan harus memiliki
fungsi moisturizer[26], dan berkilau dari sabun opaque[27] dan sabun transclucent.
Sabun yang bermutu dapat dilihat dari kekerasan sabun, jumlah busa serta manfaatnya
bagi kulit manusia[28]. Untuk sabun kecantikan, bahan baku yang digunakan harus berkualitas
tinggi seperti minyak kelapa murni. Minyak kelapa murni memiliki sifat tahan terhadap panas [29]
dan tidak mudah didegradasi karena minyak kelapa murni memiliki struktur ikatan kimia dengan
struktur ganda. Selain itu minyak kelapa mengandung lemak jenuh[30] serta aroma dan warna[31]
yang khas dari minyak kelapa biasa[32].
Dalam pembuatan produk kosmetik maupun pangan, kehadiran minyak nabati [68-69]
merupakan sesuatu yang sangat penting untuk hal ini. Misal saja dalam bidang pangan kita temui
minyak merupakan media penghantar panas[70] yang sering dipakai [84]. Selain itu juga digunakan
dalam bahan campuran masakan . Sedangkan dalam bidang kosmetik minyak dipakai untuk
bahan pelembab[71] dan pelembut kulit [133]. Diluar fungsi-fungsi spesifik diatas, minyak memiliki
peranan yang sangat esensial sebagai pelarut bahan-bahan[134] yang tidak larut air. Maka tidak
diherankan minyak nabati menjadi komoditas penting di dunia [83]. Oleh sebab itulah, penelitian
terkait dengan sumber-sumber keberadaan minyak nabati sangat diperlukan [135]. Penelitian
tersebur diharapkan dapat menentukan sumber-sumber minyak nabati yang baru untuk
memenuhi kebutuhan akan minyak nabati, berjumlah banyak dan mudah diperoleh tanpa harus
merusak lingkungan [83].
Kebutuhan konsumen kosmetik , dewasa ini tidak disiapkan dengan bahan kosmetik yang
aman,sehingga ditemukan oleh BPOM sebanyak 48 jenis produk kosmetik yang beredar di
pasaran mengandung bahan merkuri[78], hidrokinon dan pewarna yang dilarang [48-50]. Menurut
data dari badan BPOM pada tahun 2011[58-61], ditemukan kosmetik dengan tingkat bahan
berbahayanya sebesar 0,65 %, kemudian pada tahun 2012 turun menjadi 0,54 % [62], namun pada
tahun 2013 mengalami kenaikan sebesar 0,74%[63], dan pada tahun 2014 kembali mengalami
peningkatan hingga 0,78%[64]. Dan data yang terakhir pada tahun 2015 [65] mengalami penurunan
menjadi 0,60% [82]. Pentingnya peran pemerintah dalam melakukan pencegahan dan
pengawasan[66] harus seiring dengan peran masyarakat agar lebih berhati-hati dalam
mengkonsumsi suatu produk kosmetik [132]. Masyarakat juga harus berperan dalam pengaduan
dan melaporkan ke pihak yang berwajib,apabila menemukan dan mengetahui ada pelaku
usaha[67] yang melakukan perbuatan melanggar hukum [90].
Hal ini juga berkaitan dengan kepentingan fisik dari konsumen [51] pengguna produk
kosmetik di Indonesia [127]. Kepentingan fisik yang dimaksud disini adalah kepentingan badani
dari konsumen yang nantinya akan berhubungan dengan keamanan dan keselamatan tubuh atau
jiwa mereka dalam menggunakan produk[52] atau jasa konsumen [128]. Kepentingan fisik
konsumen akan dapat terganggu jika suatu perolehan dari tawaran barang dan jasa malah dapat
menimbulkan kerugian bagi mereka berupa gangguan kesehatan [53-54] atau ancaman pada
keselamatan jiwa mereka [85]. Tindakan pencegahan yang dilakukan banyak konsumen dalam
menghindari resiko kosmetik berbahaya yaitu dengan melakukan evaluasi alternatif [129]
mengamati dan melakukan cek-up dahulu dari label, komposisi, cara pakai mamfaat kode
produksi nama/ alamat produsen nomor izin edar dan expire dari produk [79].
Menteri Perindustrian[55-57], boleh mengizinkan barang dan/ atau jasa diproduksi oleh
pelaku usaha [130]. Tetapi yang menentukaan adalah apakah barang dan/ atau jasa itu layak
dikonsumsi dan dapat diedarkan kedalam masyarakat adalah Menteri Perdagangan [86]. Di sisi
lain, informasi mengenai produk yang digunakan konsumen dari tahun ke-tahun tidak bertambah
luas. Atau jikapun ada ,namun tidak memenuhi kebutuhan informasi yang dibutuhkan oleh
masyarakat yang menjadi pengguna produk terkait. Sebagai usaha untuk menghindari efek
negatif yang akan merugikan konsumen pengguna akan bahan kimia berbahaya yang terkandung
didalamnya,maka perlu kiranya perlindungan konsumen[80].
Sekarang sudah banyak perusahaan ataupun industri yang bergerak dibidang kosmetik
mulai peduli dan sadar akan keramahan lingkungan [14] dengan menghadirkan produk yang aman
menghindari kekawatiran akan image perusahaannya [131]. Dengan menawarkan keamanan
kepada konsumen , maka akan memberikan pengaruh terhadap pilihan mereka pada produk
kosmetik yang ada[81]. Begitu juga halnya dengan konsumen. Banyaknya orang yang menjadikan
kosmetik sebagai kebutuhan[38] pokok sebenarnya menjadi peluang untuk keberadaan kosmetik di
pasaran. Dengan naiknya peminat kosmetik di dunia[39], maka inovasi produk juga meningkat
mulai dari produk hanya produk sederhana meningkat menjadi inovasi-inovasi produk dengan
banyak varian produk yang baru[40].
Dengan banyaknya pemburu kosmetik dinegeri ini, maka ada saja kecurangan kosmetik
yang diperbuat oleh produsen seperti bahan yang tidak aman untuk dipakai sebagai bahan
pembuatan kosmetik. Tetapi seiring dengan perkembangan waktu para konsumen mulai paham
dan bijak dalam pemilihan kosmetik yang beredar dipasaran. Kosmetik yang baik adalah
kosmetik yang tidak mengandung bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan kulit maupun
kesehatan bagian tubuh lainnya[41-42].
Dalam industri kosmetik terdapat empat kegiatan pendukung yang biasanya dilakukan
oleh perusahaan. Kegiatan ini meliputi pembelian, infrastruktur perusahaan, manajemen
pengembangan manusia, pengembangan teknologi [110]. Merupakan fungsi dari pembelian atau
penyediaan bahan baku da in-put lainnya yang dipakai dalam kegiatan pembentukan nilai. Dalam
pemenuhan bahan baku perusahaan dapat juga memenuhinya melalui supplier ataupun melalui
agen yang melakukan impor dari luar negeri [111]. Dalam proses pembelian bahan baku,
hendaknya perusahaan mengedepankan kualitas dimana dapat menjaga kepercayaan konsumen
nantinya [109]. Dengan alternative terdaftarnya perusahaan ini di Badan Pengawas Obat dan
Makanan Republik Indonesia BPOM. Kegiatan pendukung yang kedua yaitu infrastruktur.
Infrastruktur perusahaan merupakan salah satu kegiatan yang pendukung yang sangat diperlukan
oleh perusahaan untuk mendukung kelancaran operasional perusahaan [91]. Infrastruktur itu
meliputi gudang untuk menyimpan bahan baku serta produk jadi, mobil pengiriman yang
digunakan untuk pengiriman ke outlet-outlet, serta aspek perizinan perusahaan. Dengan
dikeluarkannya edaran dari BPOM RI.
Kegiatan pendukung selanjutnya ialah manajemen sumber daya manusia. Ini dibutuhkan agar
perusahaan dapat mengelola sumber daya yang ada sehingga menghasilkan out-put sumber daya
manusia yang maksimal [145]. Manajemen organisasi pada perusahaan yang dilakukan dengan
baik dapat dilihat dari struktur organisasi yang telah disusun oleh perusahaan dan masing-masing
posisi telah ada job descrition dan job specification [92].
Dan yang tak kalah penting kegiatan pengembangan teknologi. Saat ini teknologi
memiliki peran utama dalam menyokong perkembangan keunggulan kompetetif perusahaan [93].
Teknologi inilah yang dapat meningkatkan efektifitas dan efesiensi dalam proses pengolahan
bahan baku kosmetik [146]. Dalam proses produksi, pertama bahan baku akan ditimbang
menggunakan timbangan digital, ini dilakukan agar diperoleh proporsi setiap bahan baku yang
ditimbang itu benar- benar tepat [94]. Setelah itu bahan baku akan dimasukkan mesin penngaduk
(emulsification tank). Mesin ini dilengkapi dengan tangka yang tertutup rapat serta dilengkapi
dengan high speed power agar seluruh bahan dapat tercampur rata, khususnya untuk bahan yang
sulit tercampur. Setelah bahan tercampur dengan sempurna, maka bahan akan dimasukkan dalam
mesin dan didiamkan pada suhu tertentu. Setelah semuanya selesai maka cairan/ cream yang
sudah jadi akan dimasukkan kedalam botol/ tube dengan mesin filling. Mesin ini berguna agar
dalam proses pengisian tidak ditemui udara yang terjebak didalam botol/ tube [95].
Faktor pendorong perusahaan untuk berubah pada sektor cosmetic industry dipaparkan
sebagai berikut:
1. Inovasi produk
Dengan adanya pembaharuan/ inovasi akan berpengaruh pada permintaan pada produk.
Inovasi produk akan menarik konsumen untuk membeli produk. Alasan dilakukannnya inovasi
ini secara terus-menerus adalah untuk menghindari kejenuhan pembeli atau konsumen terhadap
satu macam produk. Inovasi ini dapat dilihat dari jenis dan bentuk dari produk, ada parfume,
deodorant, lulur mandi, body scrup, dan sabun kewanitaan [96].
2. Inovasi proses
Selain inovasi produk, inovasi dalam proses produksi juga dibutuhkan dalam industry
kosmetik. Ini dimaksudkan supaya perusahaan tidak hanya menghasilkan produk yang baru saja,
namun juga menghasilkan produk yang sudah ada tetapi diinovasikan dalam proses
pengolahannya. Hal ini berguna untuk nilai tambah yang berbeda dari produk sebelumnya.
Dalam hal ini inovasi proses sangat diperlukan dalam pegolahan kosmetik, baik dengan
menambahkan aroma dan buah. Seperti varian aroma papaya, kopi, dan lain sebagainya [97].
3. Perubahan gaya hidup konsumen
Perubahan gaya hidup merupakan salah satu pendorong [98] tumbuhnya industry kosmetik.
Pergeseran level kosmetik yang awalnya salah satu kebutuhan sekunder namun saat ini telah
berada pada level primer atau sudah menjadi kebutuhan pokok [99]. Penampilan yang baik
menjadi salah satu daya tarik seseorang di masyarakat [100].

Dari awal dibangunnya,sebuah perusahaan akan senantiasa berusaha untuk mewujudkan


visi yang telah dibuat dari awal,yaitu menghasilkan produk yang berkualitas yang mampu
diterjunkan keluar negeri sebagai produk kualitas ekspor. Saat ini dengan kondisi peningkatan
industri kosmetik di negeri ini.disisi lain dengan ketatnya persaingan yang ada. Maka setiap
perusaan dituntut untuk berusaha menjadi market leader di kelasnya. Dari data yang bersumber
dari BPOM RI saat ini terdapat sebanyak kurang lebih 17.203 produk kosmetik yang tersebar di
Indonesia. Berdasarkan interview yang dilakukan, distribusi produk masuk ke wilayah Jawa
Timur, dengan kurang meratanya distribusi produk [100].
Maka untuk itu kemampuan perusahaan untuk dapat menciptakan produk baru sangat
diperlukan. Ini akan menjadi faktor pendukung agar perusaahaan dapat memasuki blue ocean
stategy . Ada beberapa hal yamg mesti diterapkan, yaitu:
A. Kosmetik organik
Saat sekarang langkanya kita jumpai perusahaan yang memproduksi kosmetik berbahan
organik. Kosmetik alami yang menggunakan bahan alam dalam proses produksinya yang
dikembangkan dalam standarisasi organik [101]. Berupa tumbuhan yang tidak menggunakan
pestisida dalam pembudidayaannya ataupun bahan kimia.peningkatan masyarakat akan
penggunaan kosmetik yang aman disamping sedang dihadapi maraknya kosmetik berbahaya
yang tersebar di pasaran [102]. Untuk kasus ini ditemukan kurang lebih 27 merek kosmetik
berbahaya oleh BPOM RI [103]. Selain itu juga diperlukannya kemasan yang ramah lingkungan
dalam pengemasannya. Ini menunjukkan kontribusi perusaaan akan pencegahan pemanasan
global yang sekarang juga marak diperbincangkan. Serta meningkatkan kepedulian masyarakat
terhadap lingkungannya [104].

B. Membuka stand kosmetik sendiri.


Pemuasan konsumen akan kualitas produk dan dengan harga yang ekonomis itu belum
cukup, karena dengan dua point itu dapat juga dimanfaatkan [105]. Kenapa tidak saja dari
perusahaan untuk mencoba membuka cosmetic shop dengan merek mereka sendiri. Dengan
mencari posisi yang strategis serta dapat dijangkau dengan mudah oleh masyarakat banyak
diharapkan dapat secara signifikan diminati oleh masyarakat [106]. Dalam persaingan pemasaran
produk untuk menarik dan menciptakan banyak pelanggan. Perusahaan sangat dituntut untuk
dapat membangun strategi pemasaran yang baik [108]. Strategi utama yang harus diusahakan demi
mencapai target pemasaran [147] yang baik ialah diawali dari perusahan itu sendiri. Khususnya
produk yang di produksi oleh perusahaan. Strategi yang dimaksud adalah strategi diferensiasi.
Dimana lebih dimaksudkan pada serangkaian perbedaan yang penting dan bernilai guna
membedakan tawarkan perusaan itu dibanding dengan perusahaan lain [107].

1. Metode Penelitian
Untuk mendapatkan kosmetik yang bermutu tentu harus menggunakan alat dan bahan
yang bagus dan canggih. Alat-alat yang diperlukan untuk mendapatkan sabun berkualitas yang
mampu membersihkan dan mengangkat kotoran diantaranya: hot plate, magnetic stirrer, gelas
ukur, thermometer, batang pengaduk, pH meter, cetakan. Moisture meter.
Bahan-bahan yang digunakan adalah:

Tabel 1 . Bahan- bahan dan berat/ volume yang dibutuhkan


Pembuatan Sabun Kosmetik
Sebelum melakukan penelitian kita terlebih dahulu menyiapkan alat dan bahan yang di
butuhkan dalam penelitian tersebut diantaranya bahan baku itu sendri, dan alat-alat laboratorium
yang dibutuhkan.
Didalam pembuatan sabun kosmetik dilakukan peracikan bahan-bahan sesuai formula
yang sudah di tentukan. Setelah bahan ditimbang dan disiapkan, semua bahan dimasukkan
kedalam gelas kimia. Masukkan larutan NaOH kedalam minyak kelapa murni secara perlahan-
lahan. Setelah larutan diaduk homogen, asam sitrat dimasukkan serta ditambah sedikit pewangi
dan pewarna agar warna sabun kosmetik yang dihasilkan lebih menarik dan wanggi.

Tabel 2. Tabel Pengamatan

a) Uji Organoleptis
Pengujian ini dimaksud untuk mengetahui kualitas sabun yang akan digunakan dengan
cara disimpan selama 2 minggu. Pengujian ini sangat penting dikarenakan karena berkaitan
langsung dengan layak atau tidaknya sabun kosmetik yang diproduksi digunakan oleh konsumen.
Sebagaimana yang kita tahu bahwa kelayakan suatu produk untuk konsumen itu hal yang paling
penting karena kelayakan produk itu sendiri adalah sebagai dampak pemasaran dan uji kelayakan
yang di lakukan oleh pasar.
Pengujian ini disimpan selama duda minggu maksudnya adalah apakah produk kosmetik
yang kita buat tahan lama dan layak di gunakan untuk masyarakat dan melihat apakah produk
yang ita ciptakan itu bukan produk gagal.

Gambar 1. Simpan selama seminggu hingga sabun nampak mengeras

b) Uji pH
Untuk pengujian pH digunakan alat ukur indikator ph selama 2 minggu untuk mengetahui
perubahan pH yang terjadi pada sabun kosmetik yang digunakan. Seperti yang kita ketahui PH
dalam pembuatan dan pemilihan kossmetik adalah ha yang sangat penting karena memakai
kosmetik dengan PH yang terlalutinggi akan merusak kulit begitupun dengan sebuah kosmeik
yang PH nya terlalu rendah. Pemakaian kosmetik tergantung pada PH kult masing-masingnya
karena tidak akan menimbulkan kerusakan pada kulit kita sendiri.

Gambar 2. Pengujian rentang pH


Gambar 3. Pengamatan rentang pH

2. Hasil Dan Pembahasan

a) Uji Organoleptis

Table 2. Tabel pengamatan uji organoleptis


Dari pengamatan yang sudah dilakukan dapat dilihat bahwasannya selama 2 minggu
sabun kosmetik ini disimpan tidak terjadi perubahan bentuk, bau, warna, serta perabaan. Hal ini
membuktikan bahwa sabun sudah memiliki kualitas yang baik dan boleh diperjual belikan.
Pengujian ini sekaligus membuktikan bahwa sabun kosmetik ini mampu bertahan selama 2
minggu tanpa adanya perubahan secara fisika. Jika suatu pengujian organologinya menunjukkan
suatu kesalahan maka produk yang kita hasilkan di katakan tidak layak dipakai dan produk
tersebut tak boleh beredar di pasaran.

b) UJI pH

Tabel 2. Uji pH selama 2 minggu

Dilihat dari pengujian pH, tidak terjadi perubahan. Sesuai dengan materi yang sudah
dipelajari bahwasannya pH untuk sabun itu berkisaran 8-10 maka tidak berubah pH sabun
kosmetik ini membuktikan bahwa sabun sudah mencapai standar mutu untuk dijadikan sebagai
kosmetik kecantikan. Sama dengan pengujian organologi pengujian PH juga begitu, jika PH
mengalami perubahan maka produk yang dihasikan adalah produk gagal. Maka dari itu, dalam
pembuatan sebuah kosetik kita harus sangat berhati-hati dan selalu memperhatikan detail produk
agar tak banyak kesalahan yang ditimbulkan nantinya. Semakin banyak kesalahan yang
ditimbulkan maka mengakibatkan semakin banyak pula pengeluaran yang kita keluarkan. Akibat
terbesarnya adalah perindustrian kita tidak berjalan dan akan mnalami kebangkrutan seiring
dengan berjalannya waktu.
Didalam dunia industri tentu hal yang paling utama dibahas yaitu produk yang
dihasilkan. Adapun kosmetik merupakan kebutuhan primer yang tidak lepas dari kehidupan
sehari-hari. Kebutuhan akan kosmetik tidak memandang tua-mudanya seorang konsumen. Hal
ini lah yang mendorong industri-industri yang bergerak dibidang komestik selalu berlomba-
lomba dalam menciptakan produk-produk bermutu.
Kosmetik dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu kosmetik yang berfungsi sebagai
obat dan kosmetik untuk penampilan saja. Untuk mengembangkan perekonomian, industri
kosmetik sangat cocok melihat tingginya minat konsumen terhadap kosmetik. Selain sebagai
obat untuk merawat dan mejaga kesehatan kulit manusia, pemakaian kosmetik secara berlebihan
juga tidak baik. Kosmetik yang tidak sesuai dengan tipe kulit konsumen dapat merusak kulit dan
bahkan menyebabkan kanker kulit.
Dengan banyak nya orang menjadikan kosmetik sebagai bahan perekonomian sekarang
pasar kosmetik sudah sangat terkenal dann merambah sebagai salah satu pasar tertinggi juga.
Sebagaimana yang banyak kita ketahui zaman sekarang orang tak lagi menganggap kosmetik
sebagai kebutuhan sampingan tapi banyak orang yang meganggap kosmetik adalah kebutuhan
yang harus terpenuhi. Seperti yang kita lihat sekarang bahwa kosmetik itu sendiri yang terbesar
di pegang oleh L’Oral dengan pendapatan ratusan triliun perbulannya kira bisa tahu sendiri
berapa banyak orang yang di dunia ini yang mengunakan kosmetik. Setiap orang, setiap keluarga
menggunakan berbagai kosmetik setiap harinya bahkan untuk menyikat gigi pun kita
menggunakan kosmetik.
Di lndonesia itu sendiri industri kosmetiknya juga sudah mendunia contohnya sepeti
Mustika Ratu. Jika kosmetik bisa memegang pasa perekonomian di Indonesia kita mampu
menjadikan kosmetik sebagai penunjang perekonomian rakyat Indonesia. Tetapi yang
disayangkan disini adalah industri-industri kosmetik lokal para pekerjanya dan bahan mentahnya
banyak yang di datangkan dari luar. Hal ini dapat disebabkan karena sumberdaya manusia yang
kurang di Indonesia sehingga banyak yang tidak bisa bekerja di industri milik negara itu sendiri.
Dalam dunia perindustrian ada yang dinamakan persaingan.dalam hal ini persaingan itu
sendiri kualitas produk kosmetik lokal juga dapat bersaing dengan produk-produk yang telah
medunia sebelumnya. Tetapi untuk membuat perekonomian menjadi lebih besar dan den
memegang peringkat pertama d pasarnya adalah didukung juga dengan perussahaan perusahaan
yang bergabung sehingga akan bekerja sama dalam memajukan perusahaannya. Sehingga
dengan semakin banyak perusahaan yang bergabung semakin menunjang kemajuan kosmetik
tersebut.
Perindustrian kosmetik di Indonesia juga didukung dengan orang lslam yang
mendominasi di wilayah kita sendri karena sekitar 200 juta jiwa beragama islam. Jadi untuk
bersaing di perindustrian kosmetik Indonesia lebih mengutamakan label halal. Karena orang
Islam sendiri tidak akan mau memakai suatu produk yang merupakan produk tersebut produk
yang haram karena bukan hanya bermasalah saat sekarang saja tetapi juga bermasalah sampai
kedepannya.
Di Indonesia sendiri yang menggunakan produk halal tak hanya orang Islam banyak juga
non-muslim yang menggunakan produk halal karena produk halal tidak ada dapak negatif yang
ditemukan karena perusahaan di Indonesia itu sendiri sangat jarang bermain-main dengan label
halal. Seberapapun besar sebuah perusahaan jika diketahui di perusahaan tersebut menggunakan
bahan baku yang tidak halal maka perusahaan tersebut akan lama-lama bangrut dengan
sendirinya. Persaingan pasar kosmetik sendiri tidak hanya bersaing dengan lokal saja tetapi juga
bersaing dengan produk impor.

Kesimpulan
Analisis sabun padat transparan menghasilkan pH konstan 9, warna transparan hijau-
pink,konsistensi padat, bau khas jeruk. Sabun sudah memiliki standar mutu yang berkualitas
sehingga sabun kosmetik ini boleh diperjualbelikan.
Dalam perindustrian kosmetik kita dapat meningkatkan perindustrian dengan teknik
pemasaran yag bagus, bahan baku yang baik dan berkualitas dan nama baik perusahaan yang
perlu dijaga juga. Perlunya wawasan yang tinggi untuk para produsen juga diperlukan dalam
mengolah perindustrian agar lebih baaik lagi kedepannya. Untuk membangun perindustrian
kosmetik yang di sukai konsumen kita tidak hanya membuat produk yang berkualitas saja, tetapi
kita juga harus memperhatikan daya saing, kemasan yang dikemas menarik dan teknik marketing
yang digunakan dalam pembuatan kosmetik tersebut.

REFERENSI
[1]. Sahri, Achmad. "Mengenal potensi rumput laut: kajian pemanfaatan sumber daya rumput
laut dari aspek industri dan kesehatan." Majalah Ilmiah Sultan Agung 44.118 (2019): 95-
116
[2]. Kardinan, Ir Agus, and Ludi Mauludi. Nilam; Tanaman Beraroma Wangi untuk Industri
Parfum & Kosmestik. AgroMedia, 2004.
[3]. Shaputra, Rizky Kharismawan. "Penerapan Green Marketing Pada Bisnis Produk Kosmetik."
Jurnal Jibeka 7.3 (2013): 47-53.
[4]. Hestyani, Andriana Dwi, and Rahayu Tri Astuti SRI. ANALISIS PENGARUH CELEBRITY
ENDORSER, DAYA TARIK IKLAN, KUALITAS PRODUK TERHADAP KEPUTUSAN
PEMBELIAN DENGAN BRAND IMAGE SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (Studi
pada Konsumen yang Menggunakan Masker Wajah Mustika Ratu di Kota Semarang).
Diss. Fakultas Ekonomika dan Bisnis, 2017.
[5]. Said, Ahmad. Khasiat dan manfaat kunyit. Ganeca Exact, 2001.
[6]. Deny, Fitra, K. Lestari, and Zainal Hakim. "Penggunaan Vitamin E dan Vitamin C Topikal
dalam Bidang Kosmetik." Majalah Kedokteran Andalas 30.2 (2006): 41-51.
[7]. Mu’awanah, Isnin Aulia Ulfah, Bambang Setiaji, and Akhmad Syoufian. "Pengaruh
konsentrasi virgin coconut oil (VCO) terhadap stabilitas emulsi kosmetik dan nilai sun
protection factor (SPF)." BIMIPA 24.1 (2014): 1-11.
[8]. Ferrinadewi, Erna. "Atribut produk yang dipertimbangkan dalam pembelian kosmetik dan
pengaruhnya pada kepuasan konsumen di Surabaya." Jurnal Manajemen dan
kewirausahaan 7.2 (2006): 139-151
[9]. Yudhiartika, Dian, and Jony Oktavian Haryanto. "Pengaruh Personal Selling, Display,
Promosi Penjualan Terhadap Kesadaran Merek Dan Intensi Membeli Pada Produk
Kecantikan Pond’s." Buletin Studi Ekonomi (2012).
[10]. Muliyawan, Dewi. AZ tentang Kosmetik. Elex Media Komputindo, 2013
[11]. Purnajaya, Komang Devi Methili, and Ni K. Lely A. Merkusiwati. "Analisis Komparasi
Potensi Kebangkrutan Dengan Metode Z-Score Altman, Springate, Dan Zmijewski Pada
Industri Kosmetik Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia."Jurnal Akuntansi (2014).
[12]. Sari, Lita Vista. "Perbandingan Persepsi Konsumen Tentang Merek, Kualitas, Desain, Dan
Label Produk Kosmetik (Studi pada Kosmetik Wardah dan Maybelline)." (2017).
[13]. Chandradhy, Dwyono. Strategi strategi pemasaran di Indonesia. Lembaga penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1978.
[14]. Lestari, Elina. "Pertanggungjawaban Pidana Bagi Pelaku Usaha yang Menjual Kosmetik
Pemutih Wajah yang Mengandung Bahan Kimia Berbahaya (Studi di Bbpom Surabaya)."
Kumpulan Jurnal Mahasiswa Fakultas Hukum (2015).
[15]. Jamarnis, Sri, and Febsri Susanti. "PEGARUH HARGA DAN PERIKLANAN MELALUI
INTERNET TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK SABUN MEREK
LUX PADA MAHASISWA STIE “KBP” PADANG." (2019).
[16]. Desiyanto, Fajar Ardi, and Sitti Nur Djannah. "Efektivitas mencuci tangan menggunakan
cairan pembersih tangan antiseptik (hand sanitizer) terhadap jumlah angka kuman."
Jurnal Kesehatan Masyarakat (Journal of Public Health) 7.2 (2013).
[17]. Zulkifli, Mochamad, and Teti Estiasih. "SABUN DARI DISTILAT ASAM LEMAK
MINYAK SAWIT: KAJIAN PUSTAKA [IN PRESS OKTOBER 2014]." Jurnal Pangan
dan Agroindustri 2.4 (2014): 170-177.
[18]. Aisyah, Siti, Eny Yulianti, and Ahmad Ghanaim Fasya. "Penurunan angka peroksida dan
asam lemak bebas (FFA) pada proses bleaching minyak goreng bekas oleh karbon aktif
polong buah kelor (Moringa oliefera. Lamk) dengan aktivasi NaCl." Alchemy (2012).
[19]. Setyani, Nurdiana. "Jumlah Limfosit Pada Mencit Yang Diberi Konsumsi Ekstrak Alkohol
Daun Mimba (Azadirachta indica, A. Juzz) dan di Induksi Ovalbumin." (2012).
[20]. Susilo, Agung Adi. PRARANCANGAN PABRIK BIODIESEL DARI CPO (Crude Palm Oil)
DAN METANOL KAPASITAS 500.000 TON/TAHUN. Diss. Univerversitas
Muhammadiyah Surakarta, 2010.
[21]. Tang, Muhamad, and Veinardi Suendo. "Pengaruh Penambahan Pelarut Organik Terhadap
Tegangan Permukaan Larutan Sabun." Conference Proceedings in Science. 2011.
[22]. BUNTA, SRI MELINDAWATI A. BUNTA. Pengaruh Penambahan Variasi Konsentrasi
Asam Sitrat Terhadap Kualitas Sintesis Sabun Transparan. Diss. Universitas Negeri
Gorontalo, 2014.
[23]. Rasyid, Abdullah. "Asam lemak omega-3 dari minyak ikan." Jurnal Oseana 28.3 (2003):
11-16.
[24]. Aziz, Isalmi, Siti Nurbayti, and Juwita Suwandari. "Pembuatan gliserol dengan reaksi
hidrolisis minyak goreng bekas." CHEMISTRY PROGRESS 6.1 (2013).
[25]. Oid, Buxton Loran. "Treatment of animal and vegetable oils." U.S. Patent No. 2,380,413.
31 Jul. 1945.
[26]. Zebua, Nilsya Febrika, Sudewi Sudewi, and Masrina Prihatini. "FORMULATION AND
EVALUATION OF TRANSPARENT SOAP FROM BONE COW COLLAGEN (Bos
sp.) AS MOISTURIZER." Journal of Pharmaceutical And Sciences 2.1 (2019): 1-9.
[27]. Suryani, Ani, Erliza Hambali, and Hasanah Kurniadewi. "Kajian penggunaan lidah buaya
(Aloe vera) dan bee pollen pada pembuatan sabun opaque." Journal of Agroindustrial
Technology 15.2 (2005).
[28]. Nugroho, Muhammad Agung, et al. Translation Method and Quality on Passive Voice in
1984 Novel by Landung Simatupang. Diss. Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2017.
[29]. Muntaha, Luffi Sidrotul, Handoyo Djoko Waluyo, and Reni Shinta Dewi. "Pengaruh
Kualitas Produk, Iklan Dan Brand Image Terhadap Keputusan Pembelian Sabun Mandi
Lux Cair (Studi Kasus Pada Konsumen/pengguna Sabun Mandi Lux Cair Di Swalayan
Gelael Mall Ciputra Semarang)." Jurnal Ilmu Administrasi Bisnis 4.1 (2015): 134-143.
[30]. Nurhasnawati, Henny. "Penetapan kadar asam lemak bebas dan bilangan peroksida pada
minyak goreng yang digunakan pedagang gorengan di jl. aw sjahranie samarinda."
Jurnal Ilmiah Manuntung 1.1 (2017): 25-30.
[31]. Netti Herlina, M. Hendra, and M. HENDRA S. ST GINTING. "Lemak dan minyak."
Universitas Utara, Medan (2002).
[32]. Novarianto, Hengky, and Meity Tulalo. "Kandungan asam laurat pada berbagai varietas
kelapa sebagai bahan baku VCO." Jurnal Penelitian Tanaman Industri 13.1 (2007): 28-
33.
[33]. Sandi, N. (2014). Pengaruh Suhu dan Kelembaban Relatif Udara Terhadap Penampilan
Fisik dalam Olahraga. In Naskah Lengkap Seminar Nasional Integrasi Keanekaragaman
Hayati dan Kebudayaan dalam Pembangunan Berkelanjutan. Denpasar (Vol. 27).
[34]. Rini, J. (2004). Mencemaskan penampilan. Informasi Psikologi Online. Artikel dari www.
e-psikologi. com pada tanggal, 6.
[35]. Ferrinadewi, E. (2006). Atribut produk yang dipertimbangkan dalam pembelian kosmetik
dan pengaruhnya pada kepuasan konsumen di Surabaya. Jurnal Manajemen dan
kewirausahaan, 7(2), 139-151.
[36]. Muliyawan, D. (2013). AZ tentang Kosmetik. Elex Media Komputindo.
[37]. Pertiwi, D. D. (2009). HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN
MINATMEMBELI KOSMETIK PADA KONSUMEN KLINIK KECANTIKAN (Doctoral
dissertation, Univerversitas Muhammadiyah Surakarta).
[38]. Zainul, R., Alif, A., Aziz, H., & Arief, S. (2015). Disain Geometri Reaktor Fotosel Cahaya
Ruang. Jurnal Riset Kimia, 8(2), 131.
[39]. Zainul, R., & Dewata, I. (2015). Determination of pH-BOD-COD and degradation in
batang arau watersheds at Padang city.
[40]. Guci, S. R. F., Zainul, R., & Azhar, M. (2017). PENGEMBANGAN MEDIA
PEMBELAJARAN BERBASIS TIGA LEVEL REPRESENTASI MENGGUNAKAN
PREZI PADA MATERI KESETIMBANGAN KIMIA KELAS XI SMA/MA.
[41]. Zainul, R. (2016). Disain, Metode dan Penggunaan Software Pembelajaran Kimia Berbasis
It Untuk Aktivitas Kelas dan Laboratorium Berbasis Inkuiri Terbimbing.
[42]. Zainul, R., Nurakhbari, D., & Salim, M. Optimization of Spirulina Platensis Culture for
Antioxidant Production.
[43]. Shaputra, R. K. (2013). Penerapan Green Marketing Pada Bisnis Produk Kosmetik. Jurnal
Jibeka, 7(3), 47-53.
[44]. Ferbianasari, H. N. (2012). Analisis Penilaian Financial Distress Menggunakan Model
Altman ZScore pada Perusahaan Kosmetik yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia.
Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
[45]. Susanti, F., & Gunawan, A. C. (2019). Pengaruh Bauran Promosi Dan Harga Terhadap
Keputusan Pembelian Produk Kosmetik Maybelline Di Kota Padang.
[46]. Ariyanti, K. (2014). Pengaruh Persepsi Nilai Dan Persepsi Resiko Terhadap Niat Beli
Kosmetik Organik. Jurnal Ilmu Manajemen (JIM), 2(4).
[47]. Wulandari, R. D., & Iskandar, D. A. (2018). Pengaruh Citra Merek Dan Kualitas Produk
Terhadap Keputusan Pembelian Pada Produk Kosmetik. Jurnal Riset Manajemen dan
Bisnis (JRMB) Fakultas Ekonomi UNIAT, 3(1), 11-18.
[48]. Mamoto, L. V., Fatimawali, F., & Citraningtyas, G. (2013). Analisis rhodamin b pada
lipstik yang beredar di pasar kota manado. PHARMACON, 2(2).
[49]. Ferbianasari, H. N. (2012). Analisis Penilaian Financial Distress Menggunakan Model
Altman ZScore pada Perusahaan Kosmetik yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia.
Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
[50]. Kuntari, L. (2006). Kepercayaan konsumen pada merek dan pengaruhnya terhadap
loyalitas merek:(sebuah tinjauan dari sudut karakteristik merek, kepercayaan pada
perusahaan, dan kesukaan pada merek: studi pada pengguna kosmetik di DKI Jakarta)
(Doctoral dissertation, Tesis. Universitas Indonesia).
[51]. Natarsyah, S. (2000). Analisis Pengaruh Beberapa Faktor Fundamental dan Risiko
Sistematik Terhadap Harga Saham Kasus Industri Barang Konsumsi yang Go-Publik di
Pasar Modal Indonesia. Journal of Indonesian Economy and Business, 15(3), 294-312.
[52]. Apsari, F. (2010). Hubungan antara kecenderungan narsisme dengan minat membeli
kosmetik merek asing pada pria metroseksual (Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Surakarta).
[53]. Damanik, B. T., Etnawati, K., & Padmawati, R. S. (2011). Persepsi remaja putri di Kota
Ambon tentang risiko terpapar kosmetik berbahaya dan perilakunya dalam memilih dan
menggunakan kosmetik. Berita Kedokteran Masyarakat, 27(1), 1.
[54]. Helmice, H., & Utari, N. W. (2017). Identifikasi Zat Warna Rhodamin B Pada Lipstik
Berwarna Merah yang Beredar Di Pasar Raya Padang. Jurnal Farmasi Higea, 8(1), 59-
64.
[55]. Zainul, R., & Dewata, I. (2015). Determination of pH-BOD-COD and degradation in
batang arau watersheds at Padang city.
[56]. Yolla, A., & Zainul, R. A Review Grinding: Teknik dan Prinsip Dasar pada Pengolahan
Material.
[57]. Perindustrian, D. (2002). Perdagangan. 2002. Rencana Induk Pengembangan IKM, 2004.
[58]. Indonesia, S. I. (1999). Departemen Perindustrian.
[59]. Timur, J., & Perindustrian, K. W. D. (1974). Laporan tahunan. Inspektorat Dinas
Peternakan, Propinsi Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Timur.
[60]. BPOM, R. (2012). Laporan Tahunan 2011. Jakarta: BPOM RI.
[61]. Shinta, D., & Nugraheni, S. A. (2014). Perbedaan Profil Sosial Ekonomi, Pengetahuan,
Sikap Antara Pembeli Mie Basah Berformalin Dan Pembeli Mie Basah Tidak
Berformalin Dari Pasar Johar Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal),
2(4), 247-252.
[62]. Shinta, D., & Nugraheni, S. A. (2014). Perbedaan Profil Sosial Ekonomi, Pengetahuan,
Sikap Antara Pembeli Mie Basah Berformalin Dan Pembeli Mie Basah Tidak
Berformalin Dari Pasar Johar Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal),
2(4), 247-252.
[63]. Kalbar, B. P. O. M. (2013). Laporan hasil sampling dan uji bahan makanan yang
mengandung formalin di pasar tradisional percontohan. Pontianak: Balai Besar BPOM
Kalimantan Barat.
[64]. Pangan, D. P. T., & Berbahaya, B. (2015). Laporan Kinerja Tahun 2014. Direktorat
Perlindungan Tanaman Pangan, Ditjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian,
Jakarta.
[65]. Sultra, B. P. (2016). Laporan Tahunan Badan POM Sultra.
[66]. Puspitasari, W. (2014). Perlindungan hukum terhadap pengetahuan tradisional dengan
sistem perizinan: perspektif negara kesejahteraan. Padjadjaran Journal of Law, 1(1).
[67]. Wijaksono, S. (2013). Pengaruh Lama Tinggal terhadap Tingkat Partisipasi Masyarakat
dalam Pengelolaan Lingkungan Permukiman. ComTech: Computer, Mathematics and
Engineering Applications, 4(1), 24-32.
[68]. Wijaksono, S. (2013). Pengaruh Lama Tinggal terhadap Tingkat Partisipasi Masyarakat
dalam Pengelolaan Lingkungan Permukiman. ComTech: Computer, Mathematics and
Engineering Applications, 4(1), 24-32.
[69]. Wijaksono, S. (2013). Pengaruh Lama Tinggal terhadap Tingkat Partisipasi Masyarakat
dalam Pengelolaan Lingkungan Permukiman. ComTech: Computer, Mathematics and
Engineering Applications, 4(1), 24-32.
[70]. Syamsidar, H. S. (2013). Pembuatan dan uji kualitas biodiesel dari minyak
jelantah. Teknosains, 7(2), 209-218.
[71]. Sari, N. R. (2015). Pengaruh Masker Jagung dan Minyak Zaitun Terhadap Perawatan
Kulit Wajah (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG).
[72]. Indonesia, C. C. (2016). Perkembangan Pasar Industri Kosmetik Di Indonesia, 2010–
2015. Jakarta: PT. Citra Cendikia Indonesia) Retrieved November, 20, 2017.
[73]. Purnajaya, K. D. M., & Merkusiwati, N. K. L. A. (2014). Analisis Komparasi Potensi
Kebangkrutan Dengan Metode Z-Score Altman, Springate, Dan Zmijewski Pada Industri
Kosmetik Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. E-Jurnal Akuntansi, 48-63.
[74]. O'Donohue, J. (2004). Beauty: The invisible embrace. HarperCollins Publishers.
[75]. Clarke, L. C. H. (2002). Beauty in later life: Older women's perceptions of physical
attractiveness. Canadian Journal on Aging/La revue canadienne du vieillissement,
[76]. Klinger, H. (1987). Effects of pseudostuttering on normal speaker's self-ratings of
beauty. Journal of communication disorders, 20(4), 353-358.
[77]. Shufeldt Esch, M. (2010). Rearticulating ugliness, repurposing content: Ugly Betty finds
the beauty in ugly. Journal of Communication Inquiry, 34(2), 168-183.
[78]. Anisfiani, W., Asyiah, I. N., & Aprilya, S. (2014). Etnobotani Bahan Kosmetik oleh
Masyarak at Using di Kabupaten Banyuwangi sebagai Bahan Ajar Populer. Pancaran
Pendidikan, 3(3), 53-62.
[79]. Damanik, B. T., Etnawati, K., & Padmawati, R. S. (2011). Persepsi remaja putri di Kota
Ambon tentang risiko terpapar kosmetik berbahaya dan perilakunya dalam memilih dan
menggunakan kosmetik. Berita Kedokteran Masyarakat, 27(1), 1.
[80]. Lestari, E. (2015). Pertanggungjawaban Pidana Bagi Pelaku Usaha yang Menjual Kosmetik
Pemutih Wajah yang Mengandung Bahan Kimia Berbahaya (Studi di BBPOM Surabaya).
Kumpulan Jurnal Mahasiswa Fakultas Hukum.
[81]. Shaputra, R. K. (2013). Penerapan Green Marketing Pada Bisnis Produk Kosmetik. Jurnal
Jibeka, 7(3), 47-53.
[82]. Wulandari, R. D., & Iskandar, D. A. (2018). Pengaruh Citra Merek Dan Kualitas Produk
Terhadap Keputusan Pembelian Pada Produk Kosmetik. Jurnal Riset Manajemen dan
Bisnis (JRMB) Fakultas Ekonomi UNIAT, 3(1), 11-18.
[83]. Dewi, E., Soetjipto, H., & Kristijanto, A. (2014). Karakterisasi dan Komposisi Kimia
Minyak Biji Tumbuhan Kupu-Kupu (Bauhinia Purpurea L.) Bunga Merah Muda.
[84]. Kabau, S., & Riyanto, P. (2012). Hubungan antara pemakaian jenis kosmetik dengan
kejadian akne vulgaris (Doctoral dissertation, Fakultas Kedokteran).
[85]. Arlina, S. (2018). Perlindungan Konsumen Dalam Transaksi Jual Beli Online Produk
Kosmetik (Pemutih Wajah) yang Mengandung Zat Berbahaya Berdasarkan Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1999. UIR Law Review, 2(01), 317-330.
[86]. Triana, C. S. N., RISET, K., & TINGGI, T. D. P. (2015). Perlindungan Hukum Bagi
Konsumen Terhadap Peredaran Kosmetik yang Mengandung Bahan Berbahaya di
Kabupaten Banyumas. Universitas Jenderal Soedirman, Fakultas Hukum: Purwokerto.
[87]. Saftiana, Y. (2014). ANALISIS HUBUNGAN RASIO KONSENTRASI, INTENSITAS
IKLAN, DAN PROFITABILITAS INDUSTRI KOSMETIK DI INDONESIA. Jurnal
Manajemen dan Bisnis Sriwijaya, 12(4), 243-258.
[88]. Ardianda, A., Sudrajat, R., & Nasionalita, K. (2016). Representasi Kecantikan Dalam
Video Klip Bercahaya (analisis Semiotika John Fiske Dalam Iklan Kosmetik Ponds).
eProceedings of Management, 3(2).
[89]. Aulia, F. (2015). Tinjauan hukum islam terhadap penggunaan serbuk emas dalam kosmetik.
[90]. Susantri, Y., Rahayu, S. W., & Sanusi, S. (2018). Pencantuman Informasi Pada Label
Produk Kosmetik Oleh Pelaku Usaha Dikaitkan Dengan Hak Konsumen. Syiah Kuala
Law Journal (SKLJ), 2(1), 113-131
[91]. Daniri, M. A., & Simatupang, A. I. (2012). Meningkatkan Daya Saing Perusahaan Melalui
Good Governance.
[92]. Al Fatta, H. (2007). Analisis dan Perancangan Sistem Informasi untuk keunggulan
bersaing perusahaan dan organisasi modern. Penerbit Andi.
[93]. Ellitan, L. (2004). Praktik-Praktik Pengelolaan Sumber Daya Manusia dan Keunggulan
Kompetitif Berkelanjutan. Jurnal manajemen dan Kewirausahaan, 4(2), 65-76.
[94]. Dinson, D. P., & Zubaidah, E. (2014). PEMBUATAN KULIT PIZZA BEKATUL
(KAJIAN PERLAKUAN STABILISASI DAN PROPORSI TEPUNG BEKATUL:
TEPUNG TERIGU)[IN PRESS JANUARI 2015]. Jurnal Pangan dan Agroindustri, 3(1),
32-40.
[95]. Tiyanto, T. R. (2013). Analisis Deskriptif Strategi Bersaing pada Perusahaan Kosmetik.
Agora, 1(1), 179-188.
[96]. Dewi, S. T. (2006). Analisis pengaruh orientasi pasar dan inovasi produk terhadap
keunggulan bersaing untuk meningkatkan kinerja pemasaran (studi pada Industri Batik
di Kota dan Kabupaten Pekalongan) (Doctoral dissertation, program Pascasarjana
Universitas Diponegoro).
[97]. Djali, M. (2018). INTRODUKSI TEKNOLOGI PENGOLAHAN PISANG UNTUK
MENINGKATKAN EKONOMI MASYARAKAT DI DESA CILEUNYI WETAN
KABUPATEN BANDUNG. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(7), 572-575.
[98]. Lupiyoadi, R. (2014). Pemasaran Jasa.
[99]. Huda, M. (2017). Indikator Perilaku Konsumen Dalam Memenuhi Kebutuhan Primer
(Studi Maslahah Imam Al-Gazali Kitab Al Mustasfa Min ‘Ilm Ushul). Islamic Economics
Journal, 3(2), 201-219.
[100]. Nur Afifah, D., & Anjani, G. (2008). Sistem produksi dan pengawasan mutu kerupuk
udang berkualitas ekspor. Seminar Nasional PATPI 2008.
[101]. Dewoto, H. R. (2007). Pengembangan obat tradisional Indonesia menjadi fitofarmaka.
Majalah Kedokteran Indonesia, 57(7), 205-211.
[102]. Subroto, A., & Harmanto, N. (2013). Pilih jamu dan herbal tanpa efek samping. Elex
Media Komputindo.
[103]. Widana, G. A. B., & Yuningrat, N. W. (2007). Analisis Bahan Pewarna Berbahaya Pada
Sediaan Kosmetika di Wilayah Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng. Jurnal
Penelitian dan Pengembangan Sains dan Humaniora, 1(1), 26-36.
[104]. Suwedi, N. (2011). Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Dampak Pemanasan Global.
Jurnal Teknologi Lingkungan, 6(2).
[105]. Ishak, A. (2005). Pentingnya Kepuasan Konsumen dan Implementasi Strategi
Pemasarannya. Jurnal Fakultas Hukum UII.
[106]. Ong, I. A. (2013). Analisa pengaruh strategi diferensiasi, citra merek, kualitas produk dan
harga terhadap keputusan pembelian pelanggan di Cincao Station Grand City, Surabaya.
Jurnal Strategi Pemasaran, 1(2), 1-11.
[107]. Kotler, P., Wong, V., Saunders, J., & Armstrong, G. (2005). Principles of Marketing,
fourth European edition. Harlow: Pearson Education Limited.
[108]. Lupiyoadi, R. (2014). Pemasaran Jasa.
[109]. Arista, D., & Astuti, S. R. T. (2011). Analisis pengaruh iklan, kepercayaan merek, dan
citra merek terhadap minat beli konsumen. Jurnal Aset, 13(1), 37-45.
[110]. Indrajit, R. E. (2000). Manajemen Sistem Informasi dan Teknologi Informasi. Jakarta: PT
Elex Media Komputindo.
[111]. Sidabutar, V. T. P. (2014). Peluang dan Permasalahan yang Dihadapi UMKM Berorientasi
Ekspor. Karya Tulis Ilmiah.
[112]. Rama, A. (2014). Potensi Pasar Produk Halal Dunia. Fajar Daily (7-11-2014).
[113]. RI, K. A., DIKLAT, B. L. D., & KEAGAMAAN, P. K. (2013). Perilaku komunitas
Muslim perkotaan dalam mengonsumsi produk halal.
[114]. Tarigan, E. D. S. (2016). Pengaruh gaya hidup, label halal dan harga terhadap keputusan
pembelian kosmetik wardah pada mahasiswa Program Studi Manajemen Fakultas
Ekonomi Universitas Medan Area Medan. JKBM (JURNAL KONSEP BISNIS DAN
MANAJEMEN), 3(1).
[115]. Wigati, S. (2011). Perilaku Konsumen Dalam Perspektif Ekonomi Islam. Jurnal Maliyah,
1(1).
[116]. ID, H. H. (2019, Mei 21). DAFTAR TERBARU KOSMETIK BERSERTIFIKAT HALAL
2017. Retrieved from hellohijabers.wordpress.com:
https://hellohijabers.wordpress.com/2017/01/09/daftar-terbaru-kosmetik-bersertifikat-
halal-2017/

[117]. Endah, N. H. (2018). Perilaku Pembelian Kosmetik Berlabel Halal Oleh Konsumen
Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Pembangunan, 22(1), 11-25.
[118]. Lupiyoadi, R. (2014). Pemasaran Jasa.
[119]. Ningsih, P. R. (2016). ANALISIS KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK PAKAIAN
WANITA MUSLIM MELALUI MEDIA SOSIAL INSTAGRAM (STUDI PADA
KONSUMEN WANITA DI DESA KURYOKALANGAN KECAMATAN GABUS) (Doctoral
dissertation, STAIN Kudus).
[120]. Aprilianto, R. (2016). Product experience, outcome focus, moments of truth, peace of
mind pengaruhnya terhadap customer satisfaction dan customer loyalty skin care
ErhaClinic Surabaya (Doctoral dissertation, Widya Mandala Catholic University
Surabaya).
[121]. Sumarwan, U. (2014). Perilaku konsumen.
[122]. Windisukma, D. K., & Widiyanto, I. (2015). Sikap Masyarakat Muslim Terhadap Produk
Makanan Non-Halal Di Kota Semarang. Diponegoro journal of management, 512-523.
[123]. Sutono, S. (2018). Perilaku Konsumen Muslim Dalam Mengkonsumsi Produk Halal Food
Perspektif Maqa> S} Id Al-Shari’ah Al-Syatibi (Studi Pada Pasar Sepanjang–Taman-
Sidoarjo) (Doctoral dissertation, Uin Sunan Ampel Surabaya).
[124]. Maulidiyah, L. (2018). KOMODIFIKASI AGAMA ISLAM DALAM IKLAN TELEVISI
PRODUK KOSMETIK HALAL DI INDONESIA (Doctoral dissertation, Universitas
Airlangga).
[125]. INDONESIA, P. R. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004
Tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan.
[126]. Pusparani, P. A. Y., & Rastini, N. M. (2014). Pengaruh Kualitas Produk Dan Brand Image
Terhadap Kepuasan Konsumen Dan Loyalitas Pelanggan Kamera Canon Digital Single
Lens Reflex (DSLR) diKota Denpasar. E-Jurnal Manajemen Universitas Udayana, 3(5),
1311-1319.
[127]. Djunaidi, M., Alghofari, A. K., & Rahayu, D. A. (2006). Penilaian kualitas jasa pelayanan
lembaga bimbingan belajar primagama berdasarkan preferensi konsumen. Jurnal Ilmiah
Teknik Industri, 5(1), 25-32.
[128]. Sumarwan, U. (2011). Perilaku konsumen: Teori dan penerapannya dalam
pemasaran. Bogor: Ghalia Indonesia.
[129]. Nugraha, F., Surarso, B., & Noranita, B. (2012). Sistem Pendukung Keputusan Evaluasi
Pemilihan Pemenang Pengadaan Aset dengan Metode Simple Additive Weighting
(SAW). J. Sist. Inf. Bisnis, 2(54), 67-72.
[130]. Arifah, R. N. (2015). Kendala-Kendala Pencegahan Perdagangan Pakaian Bekas Impor di
Kota Malang. Journal de Jure, 7(1), 89-100.
[131]. Hardianti, H. (2017). Peran Green Accounting dalam Upaya Mencegah Pencemaran
Lingkungan untuk Menunjang Keberlangsungan Usaha (Studi pada PTPN Persero
Pabrik Gula Takalar) (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar).
[132]. Endah, N. H. (2018). Perilaku Pembelian Kosmetik Berlabel Halal Oleh Konsumen
Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Pembangunan, 22(1), 11-25.
[133]. Sulastri, A., & Chaerunisaa, A. Y. (2016). Formulasi masker gel peel off untuk perawatan
kulit wajah. Farmaka, 14(3), 17-26.
[134]. Pahan, I. (2008). Paduan Lengkap Kelapa Sawit. Niaga Swadaya.
[135]. Koesmono, H. T. (2006). Pengaruh budaya organisasi terhadap motivasi dan kepuasan
kerja serta kinerja karyawan pada sub sektor industri pengolahan kayu skala menengah di
Jawa Timur. Jurnal manajemen dan kewirausahaan, 7(2), 171-188.
[136]. Rohmah, N. (2017, May). Etika Bisnis Syariah dan Implikasinya Terhadap Distribusi
(Studi Pembacaan atas Manajemen Bisnis HNI HPAI). In Proceedings of Annual
Conference for Muslim Scholars (No. Seri 1, pp. 73-84).
[137]. Furkan, E. B. F., & Putra, D. K. S. (2017). YOU LOOK DISGUISTING: KRITIK ATAS
CITRA KECANTIKAN TELAAH SEMIOTIKA JOHN FISKE TERHADAP
REPRESENTASI FEMINISME MODERN. SEMIOTIKA: Jurnal Komunikasi, 9(2).
[138]. Suryawati, D. P. (2016). Implementasi Pembelajaran Akidah Akhlak Terhadap
Pembentukan Karakter Siswa di MTs Negeri Semanu Gunungkidul. Jurnal Pendidikan
Madrasah, 1(2), 309-322.
[139]. Chornelia, Y. H. (2013). Representasi Feminisme Dalam Film “Snow White and the
Huntsman”. Jurnal e-Komunikasi, 1(3).
[140]. Sirait, T. R. (2017). Identifikasi Penyakit Kulit Menggunakan Extreme Learning Machine.
[141]. Damayanti, D. O. W. (2013). Konstruksi Kecantikan Dalam Iklan POND’S Flawless
White 7 Days to Love.
[142]. Wiasti, N. M. (2010). Redefinisi Kecantikan Dalam Meningkatkan Produktivitas Kerja
Perempuan Bali, di Kota Denpasar. PIRAMIDA.
[143]. Aprilia Pratiwi, A. J., & Reskiyawati, S. U. (2017). ANALISIS SEMIOTIKA TENTANG
KECANTIKAN PEREMPUAN DALAM TAYANGAN DRAMA DESCENDANTS OF
THE SUN. Journal Ilmu KOMUNIKASI UHO, 2(3).
[144]. Ningsih, S. (2016). Diskursus modal tubuh sebagai modal ekonomi waranggana dalam
pertunjukkan langen tayub di Desa Ngrajek Sambirejo Nganjuk Jawa Timur.
[145]. Istijanto, M. M. (2013). Riset sumber daya manusia. Gramedia Pustaka Utama.
[146]. Naibaho, A. T. (2013). Analisis Pengendalian Internal Persediaan Bahan Baku Terhadap
Efektifitas Pengelolaan Persediaan Bahan Baku. Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi,
Manajemen, Bisnis dan Akuntansi, 1(3).
[147]. Maulina, D. (2004). E-Commerce Sebagai Pendukung Pemasaran
Perusahaan. Yogyakarta: STMIK AMIKOM Yogyakarta.
[148]. Surya, E. D. (2018). Analisis Pemasaran Pariwisata Halal di Propinsi Sumatera Barat.
[149]. Sidabutar, V. T. P. (2014). Peluang dan Permasalahan yang Dihadapi UMKM Berorientasi
Ekspor. Karya Tulis Ilmiah.
[150]. Nasrullah, A. (2018). Analisis Potensi Industri Halal Bagi Pelaku Usaha Di Indonesia. At-
Tahdz

Anda mungkin juga menyukai