Oleh
KELOMPOK 4 :
DANIEL SAPUTRO
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini
bisa selesai pada waktunya.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi
dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................... 3
1.3 Tujuan penelitian ............................... 3
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ............................... 8
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Kosmetik merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sudah ada dan semakin
berkembang dari waktu ke waktu, disamping itu pula kosmetik berperan penting untuk
menunjang penampilan seseorang, bahkan bagi masyarakat dengan gaya hidup yang
semakin kompleks kosmetik sudah menjadi kebutuhan pokok seperti halnya sandang dan
pangan.
Produk kosmetik yang banyak beredar di pasaran baru-baru ini, terutama kosmetik
impor dari Cina diperjual belikan dengan harga yang murah, dalam kemasan yang
menarik, serta mudah di dapat. Hal ini disebabkan oleh minimnya pengawasan terhadap
produk-produk impor tersebut sehingga sering kali produk impor yang tidak dilengkapi
dengan perizinan, standar produk yang memadai, aman untuk dipergunakan dapat masuk
pasaran dan diperjual belikan dengan mudah.
Bagi konsumen produk kosmetik, mereka memerlukan produk kosmetik yang aman
bagi keselamatan dan kesehatan tubuh atau keamanan jiwa. Karena itu, yang diperlukan
adalah kaidah-kaidah hukum yang menjamin syarat-syarat aman setiap produk konsumen
untuk dikonsumsi manusia, dan dilengkapi dengan informasi yang benar, jujur dan
bertanggungjawab, karena pada umumnya konsumen tidak mengetahui bagaimana
proses pembuatannya, maka diperlukan kaidah-kaidah hukum yang melindunginya.
Bentuk penyalahgunaan yang umum terjadi dalam suatu produk kosmetik adalah
penggunaan bahan kimia berbahaya atau zat aditif sebagai komposisi campuran di dalam
kosmetik yang diperjual belikan. Dalam pasal 1 ayat 12 Undang-undang 3 No. 23 Tahun
1992 tentang Kesehatan,1 yang dimaksud dengan zat aditif adalah bahan yang
penggunaannya dapat menimbulkan ketergantungan psikis.
Peredaran kosmetik yang tidak memenuhi persyaratan saat ini dilihat semakin
menghawatirkan. Produk-produk kosmetik yang ada di pasar Indonesia saat ini banyak
yang berasal dari produk impor yang tidak terdaftar dan tidak mencantumkan zat-zat
yang terkandung di dalamnya. Produk-produk ini mudah untuk didapatkan, di mal-mal,
klinik kecantikan ataupun dari penjualan internet yang semakin mempermudah untuk
mendapatkannya.
Produk yang dijual dengan nama merek-merek terkenal yang dijual dengan harga
mahal bila membeli di toko resmi dan terdapat nomor Badan POM, maka bila membeli
dari toko tidak resmi ini bisa membeli sampai setengah harga saja. Dengan harga murah
dan tertulis buatan dari luar negeri maka para konsumen dapat percaya bahwa produk
tersebut aman karena asli langsung diimpor dari negara merek tersebut berasal. Berbagai
cara dilakukan oleh pelaku usaha untuk memasarkan produk mereka, salah contohnya
adalah dengan mencantumkan bahwa produk tersebut buatan luar negeri yang diimpor
langsung ke Indonesia. Tidak adanya nomor dari Badan POM membuat harga produk
lebih murah bukan karena produk tersebut palsu.
Maka dari itu diperlukan pengawasan terhadap kosmetik supaya aman digunakan oleh
masyarakat maka Presiden telah membentuk sebuah badan yang diberikan tugas tertentu
dalam hal pengawasan terhadap obat dan makanan yang disebut dengan Badan Pengawas
Obat dan Makanan yang disingkat BPOM. Badan inilah dengan dikordinasikan oleh
Menteri Kesehatan dan Menteri Kesejahteraan Sosial yang diserahkan tugas pengawasan
peredaran obat dan makanan di Indonesia, yang dibentuk di masing-masing provinsi di
seluruh Indonesia.
Kegiatan pengawasan yang dilakukan Badan POM sendiri dirasakan belum efektif
masih banyak produk kosmetik yang beredar di masyarakat belum memenuhi syarat edar
dan tidak ada notifikasi dari Badan POM, hal inilah yang membuat keamanan suatu
produk kosmetik layak atau tidak untuk diedarkan di pasaran.
Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti uraikan, maka yang menjadi rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana membuat formulasi sediaan alat
cukurdari bahan alam yang tidak berbahaya bagi kulit
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kosmetik
Kosmetik berasal dari kata Yunani yaitu kosmein yang berarti ”berhias”. Kosmetik
sudah dikenal orang sejak zaman dahulu kala di Mesir pada tahun 3.500 sebelum
masehi telah digunakan berbagai bahan alami baik yang berasal dari tumbuh-tumbuhan,
hewan maupun bahan alam lain seperti: tanah liat, lumpur, arang, batubara, air, embun,
pasir atau sinar matahari. Sekarang kosmetik dibuat manusia tidak hanya dari bahan
alami tetapi juga bahan buatan untuk maksud meningkatkan kecantikan
(Wasitaatmadja, 1997).
Sejak tahun 1938, di Amerika Serikat dibuat akta tentang defenisi kosmetika yang
kemudian menjadi acuan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 220/Menkes/per/X/76
tanggal 6 september 1976 yang menyatakan bahwa : Kosmetika adalah bahan atau
campuran bahan untuk digosokkan, dilekatkan, dituangkan, dipercikkan atau
disemprotkan pada, dimasukkan ke dalam, dipergunakan pada badan atau bagian badan
manusia dengan maksud untuk membersihkan, memelihara, menambah daya tarik atau
mengubah rupa, dan tidak termasuk golongan obat(Wasitaatmadja, 1997).
b) Sediaan cukur
Sediaan cukur basah adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk
pencukuran basah, baik rambut kepala, jambang, kumis dan janggut.
Biasanya terdapat dalam bentuk: emulsi atau krim, stik, aerosol, sabun,
cair.
2. Memecahkan keratin
METODE PENELITIAN
1. Masukan as. Stearat, caprylic&coconut fatty acid di dalam cawan uap panaskan (m1)
2. Pada lumpang yg berbeda masukan air tambahkan koh homogenkan, tambahkan
propileng glikol homogenkan (m2)
3. Campurkan m1 & m2 dari suhu 70-suhu ruang ad homogen
4. Tambahkan natrium laury sulfat, tambahkan methyl paraben lalu homogenkan
5. Tambahkan rose oil aduk ad homogen, tambahkan pengharum sambil tetap mengaduk,
ukur ph, jika tidak sesuai tambahkan tea sampai sesuai dengan ph yg di inginkan.
BAB IV
KESIMPULAN
Formula yg kami gunakan adalah coconut fatty acid sebagai zat aktif yg berkhasiat
sebagai antioksidan, potasiun hidroksida sebagai penyabunan, gliceril monostearat
sebagai humektan, propileng glikol sebagai humektan fase air, asam stearat sebagai basis
cream, adam miristat sebagai basis cream, caprylic sebagai emolient, methyl paraben
sebagai bahan pengawet dan metode yang digunakan menggunakan metode peleburan.
DAFTAR PUSTAKA