Anda di halaman 1dari 12

FORMULASI SEDIAAN KOSMETIKA CUKUR

Oleh

KELOMPOK 4 :

DANIEL SAPUTRO

CINDY SYAFIRA PUTRI (17121176)

FIPIT SARAH FIKHIA (17121193)

POLITEKNIK HANG TUAH HANG TUAH


JAKARTA
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini
bisa selesai pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi
dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar ..................................... iv

Daftar Isi ..................................... vii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................... 3
1.3 Tujuan penelitian ............................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Kosmetik ............................... 4
2.2 Sediaan Untuk Cukur ............................... 5

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Formulasi Sediaan Kosmetika Sabun Cukur ............. 7
3.2 Prosedur Pembuatan ............................... 7

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ............................... 8

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kosmetik merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sudah ada dan semakin
berkembang dari waktu ke waktu, disamping itu pula kosmetik berperan penting untuk
menunjang penampilan seseorang, bahkan bagi masyarakat dengan gaya hidup yang
semakin kompleks kosmetik sudah menjadi kebutuhan pokok seperti halnya sandang dan
pangan.

Kemajuan teknologi telah membawa perubahan-perubahan yang cepat dan signifikan


pada industri kosmetika. Dengan menggunakan teknologi modern, industri tersebut kini
mampu memproduksi dalam skala yang sangat besar mencakup berbagai produk dengan
tingkat yang sangat luas.

Dengan dukungan kemajuan teknologi transportasi maka produk tersebut dalam


waktu yang amat singkat dapat menyebar ke berbagai negara dengan jaringan distribusi
yang sangat luas dan mampu menjangkau seluruh strata masyarakat.

Konsumsi masyarakat terhadap produk kosmetika cenderung terus meningkat, seiring


dengan perubahan gaya hidup masyarakat termasuk pola konsumsinya. Sementara itu
pengetahuan masyarakat masih belum memadai untuk dapat memilih dan menggunakan
produk secara tepat, benar dan aman. Di lain pihak iklan dan promosi secara gencar
mendorong konsumen untuk mengkonsumsi secara berlebihan dan seringkali tidak
rasional.

Perubahan teknologi produksi, sistem perdagangan internasional dan gaya hidup


konsumen tersebut pada realitasnya meningkatkan resiko dengan implikasi yang luas
pada kesehatan dan keselamatan konsumen. Apabila terjadi produk rusak atau
terkontaminasi oleh bahan berbahaya maka resiko yang terjadi akan berskala besar dan
luas serta berlangsung secara cepat.

Produk kosmetik yang banyak beredar di pasaran baru-baru ini, terutama kosmetik
impor dari Cina diperjual belikan dengan harga yang murah, dalam kemasan yang
menarik, serta mudah di dapat. Hal ini disebabkan oleh minimnya pengawasan terhadap
produk-produk impor tersebut sehingga sering kali produk impor yang tidak dilengkapi
dengan perizinan, standar produk yang memadai, aman untuk dipergunakan dapat masuk
pasaran dan diperjual belikan dengan mudah.

Bagi konsumen produk kosmetik, mereka memerlukan produk kosmetik yang aman
bagi keselamatan dan kesehatan tubuh atau keamanan jiwa. Karena itu, yang diperlukan
adalah kaidah-kaidah hukum yang menjamin syarat-syarat aman setiap produk konsumen
untuk dikonsumsi manusia, dan dilengkapi dengan informasi yang benar, jujur dan
bertanggungjawab, karena pada umumnya konsumen tidak mengetahui bagaimana
proses pembuatannya, maka diperlukan kaidah-kaidah hukum yang melindunginya.

Bentuk penyalahgunaan yang umum terjadi dalam suatu produk kosmetik adalah
penggunaan bahan kimia berbahaya atau zat aditif sebagai komposisi campuran di dalam
kosmetik yang diperjual belikan. Dalam pasal 1 ayat 12 Undang-undang 3 No. 23 Tahun
1992 tentang Kesehatan,1 yang dimaksud dengan zat aditif adalah bahan yang
penggunaannya dapat menimbulkan ketergantungan psikis.

Peredaran kosmetik yang tidak memenuhi persyaratan saat ini dilihat semakin
menghawatirkan. Produk-produk kosmetik yang ada di pasar Indonesia saat ini banyak
yang berasal dari produk impor yang tidak terdaftar dan tidak mencantumkan zat-zat
yang terkandung di dalamnya. Produk-produk ini mudah untuk didapatkan, di mal-mal,
klinik kecantikan ataupun dari penjualan internet yang semakin mempermudah untuk
mendapatkannya.

Produk yang dijual dengan nama merek-merek terkenal yang dijual dengan harga
mahal bila membeli di toko resmi dan terdapat nomor Badan POM, maka bila membeli
dari toko tidak resmi ini bisa membeli sampai setengah harga saja. Dengan harga murah
dan tertulis buatan dari luar negeri maka para konsumen dapat percaya bahwa produk
tersebut aman karena asli langsung diimpor dari negara merek tersebut berasal. Berbagai
cara dilakukan oleh pelaku usaha untuk memasarkan produk mereka, salah contohnya
adalah dengan mencantumkan bahwa produk tersebut buatan luar negeri yang diimpor
langsung ke Indonesia. Tidak adanya nomor dari Badan POM membuat harga produk
lebih murah bukan karena produk tersebut palsu.

Pencegahan peredaran kosmetik yang mengandung zat aditif tidak memenuhi


persyaratan pengamanan dan tidak termasuk dalam standar mutu yang higienis untuk
dipergunakan antara lain dengan pengaturan, perizinan, dan pendaftaran 1 Lihat Undang-
undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan 4 produk kosmetik, karenanya diperlukan
ketentuan yang mengatur, mengawasi dan mampu memberikan perlindungan bagi
pengguna kosmetik.

Maka dari itu diperlukan pengawasan terhadap kosmetik supaya aman digunakan oleh
masyarakat maka Presiden telah membentuk sebuah badan yang diberikan tugas tertentu
dalam hal pengawasan terhadap obat dan makanan yang disebut dengan Badan Pengawas
Obat dan Makanan yang disingkat BPOM. Badan inilah dengan dikordinasikan oleh
Menteri Kesehatan dan Menteri Kesejahteraan Sosial yang diserahkan tugas pengawasan
peredaran obat dan makanan di Indonesia, yang dibentuk di masing-masing provinsi di
seluruh Indonesia.

Dalam melakukan pengawasan produk kosmetik Kepala Badan POM telah


mengeluarkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia
Nomor HK.03.1.23.12.11.10052 tahun 2011 tentang pengawasan produksi dan peredaran
kosmetika. Pengawasan kosmetika sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b antara
lain meliputi :
a. legalitas kosmetika;
b. keamanan, kemanfaatan dan mutu;
c. penandaan dan klaim; dan
d. promosi dan iklan

Kegiatan pengawasan yang dilakukan Badan POM sendiri dirasakan belum efektif
masih banyak produk kosmetik yang beredar di masyarakat belum memenuhi syarat edar
dan tidak ada notifikasi dari Badan POM, hal inilah yang membuat keamanan suatu
produk kosmetik layak atau tidak untuk diedarkan di pasaran.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti uraikan, maka yang menjadi rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana membuat formulasi sediaan alat
cukurdari bahan alam yang tidak berbahaya bagi kulit

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Agar mahasiswa memahami tentang kosmetika.


1.3.2 Agar mahasiswa mengerti tentang sediaan dan penggolongan kosmetik.
1.3.3 Agar mahasisma mengerti tentang cara membuat formulasi sediaan alat cukur.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kosmetik

2.1.1 Pengertian Kosmetik

Kosmetik berasal dari kata Yunani yaitu kosmein yang berarti ”berhias”. Kosmetik
sudah dikenal orang sejak zaman dahulu kala di Mesir pada tahun 3.500 sebelum
masehi telah digunakan berbagai bahan alami baik yang berasal dari tumbuh-tumbuhan,
hewan maupun bahan alam lain seperti: tanah liat, lumpur, arang, batubara, air, embun,
pasir atau sinar matahari. Sekarang kosmetik dibuat manusia tidak hanya dari bahan
alami tetapi juga bahan buatan untuk maksud meningkatkan kecantikan
(Wasitaatmadja, 1997).

2.1.2 Penggolongan Kosmetik

Penggolongan kosmetik antara lain menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI,


menurut sifat modern atau tradisionalnya, dan menurut kegunaannya bagi kulit
(Tranggono, 2007).

Sejak tahun 1938, di Amerika Serikat dibuat akta tentang defenisi kosmetika yang
kemudian menjadi acuan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 220/Menkes/per/X/76
tanggal 6 september 1976 yang menyatakan bahwa : Kosmetika adalah bahan atau
campuran bahan untuk digosokkan, dilekatkan, dituangkan, dipercikkan atau
disemprotkan pada, dimasukkan ke dalam, dipergunakan pada badan atau bagian badan
manusia dengan maksud untuk membersihkan, memelihara, menambah daya tarik atau
mengubah rupa, dan tidak termasuk golongan obat(Wasitaatmadja, 1997).

A. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI, kosmetik dibagi ke dalam 13 kelompok:


1. Preparat untuk bayi, misalnya minyak bayi, bedak bayi, dll.
2. Preparat untuk mandi, misalnya sabun mandi, bath capsule, dll.
3. Preparat untuk mata, misalnya maskara, eye-shadow, dll.
4. Preparat wangi-wangian, misalnya parfum, toilet water, dll.
5. Preparat untuk rambut, misalnya cat rambut, hair spray, dll.
6. Preparat pewarna rambut, misalnya cat rambut, dll.
7. Preparat make up (kecuali mata), misalnya bedak, lipstick, dll.
8. Preparat untuk kebersihan mulut, misalnya pasta gigi, mouth washes, dll.
9. Preparat untuk kebersihan badan, misalnya deodorant, dll.
10. Preparat kuku, misalnya cat kuku, lotion kuku, dll.
11. Preparat perawatan kulit, misalnya pembersih, pelembab, pelindung, dll.
12. Preparat cukur, misalnya sabun cukur, dll.
13. Preparat untuk suntan dan sunscreen, misalnya sunscreen foundation, dll
B. Penggolongan menurut sifat dan cara pembuatan:
a) Kosmetik modern, diramu dari bahan kimia dan diolah secara modern.
b) Kosmetik tradisional:
1. Betul-betul tradisional, misalnya mangir, lulur, yang dibuat dari bahan alam
dan diolah menurut resep dab cara yang turun-temurun.
2. Semi tradisional, diolah secara modern dan diberi bahan pengawet agar
tahan lama.
3. Hanya namanya yang tradisional, tanpa komponen yang benar-benar
tradisional dan diberi zat warna yang menyerupai bahan tradisional
(Tranggono,2007).

C. Penggolongan menurut kegunaannya bagi kulit.


1. Kosmetik perawatan kulit (skin-care cosmetics). Jenis ini perlu untuk merawat
kebersihan dan kesehatan kulit. Termasuk di dalamnya:
a. Kosmetik untuk membersihkan kulit (cleanser): sabun, cleansing cream,
cleansing milk, dan penyegar kulit (freshener).
b. Kosmetik untuk melembabkan kulit (moisturizer), misalnya moisturizing
cream, night cream, anti wringkle cream.
c. Kosmetik pelindung kulit, misalnya sunscreen cream dan sunscreen
foundation, sun block cream/lotion.
d. Kosmetik untuk menipiskan atau mengampelas kulit (peeling), misalnya
scrub cream yang berisi butiran-butiran halus yang berfungsi sebagai
pengampelas (abrasiver) (Tranggono dan Latifah, 2007).
2. Kosmetik riasan (dekoratif atau make-up) Jenis ini diperlukan untuk merias dan
menutup cacat pada kulit sehingga menghasilkan penampilan yang lebih menarik
serta menimbulkan efek psikologis yang baik, seperti percaya diri (self confidence).
Dalam kosmetik riasan, peran zat pewarna dan zat pewangi sangat besar (Tranggono,
2007).

2.2 Sediaan Untuk Cukur

Kosmetika cukur adalah sediaan kosmetika yang digunakan sebelum,


selama dan sesudah cukur rambut, baik rambut kepala, rambut kumis,
jambang ataupun rambut janggut.
Klasifikasi dari sediaan cukur dibedakan atas:
a) Sediaan pra cukur
Sediaan pra cukur adalah sediaan kosmetika yang digunakan sebelum
cukur rambut, baik rambut kepala, rambut jambang, kumis dan janggut.
Tujuan penggunaan kosmetika ini untuk mempersiapkan rambut dan
kulitnya menjadi lebih sempurna dan efektif dibandingkan dengan jika
hanya menggunakan sediaan cukur saja.

b) Sediaan cukur
Sediaan cukur basah adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk
pencukuran basah, baik rambut kepala, jambang, kumis dan janggut.
Biasanya terdapat dalam bentuk: emulsi atau krim, stik, aerosol, sabun,
cair.

c) Sediaan pasca cukur


Sediaan pasca cukur adalah kosmetika yang digunakan untuk
memberikan rasa nyaman dan mempunyai antiseptika, membebaskan
kulit dari infeksi bakteri yang disebabkan kulit tergores selama
pencukuran. Biasanya terdapat dalam bentuk: bubuk, gel, krim, lotion.

2.2.1 Penggunan sediaan cukur mencapai 3 efek :

1. Melumasi proses pemotongan

2. Memecahkan keratin

3. Membuat kulit tidak peka

2.2.2 Fungsi sediaan cukur :

1. bertindak sebagai pelindung


2. memeberikan kelembapan
3. menunjukkan jejak arah yang tepat

2.2.3 Manfaat virgin coconut oil

1. Mampu menghaluskan kulit


2. Tidak terjadi infeksi secara berlebihan pada kulit
3. Membantu membersihkan luka dan juga mempercepat penyembuhan luka
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Formulasi Sediaam Kosmetika Sabun Cukur

R/ Virgin coconut oil 0,8 mg (zat aktif)


Koh 8g (sabun)
Glicerll monostearat 2,9 g (humektan)
Propileng glikol 2,5 g (humektan, fase air)
Asam stearat 5g (basis cream, pengemulsi)
Asam miristat 4g (pengental/pengemulsi)
Natrium laury sulfat 7,5 mg (surfaktan)
Caprylic 3g (emolien)
Methyl paraben 7,5 mg (pengawet)
Tea 0,6 g (elmugator)
Rose oil q.s (fase minyak)
Water ad 100 ml (pelarut)

3.2 Prosedur Pembuatan

1. Masukan as. Stearat, caprylic&coconut fatty acid di dalam cawan uap panaskan (m1)
2. Pada lumpang yg berbeda masukan air tambahkan koh homogenkan, tambahkan
propileng glikol homogenkan (m2)
3. Campurkan m1 & m2 dari suhu 70-suhu ruang ad homogen
4. Tambahkan natrium laury sulfat, tambahkan methyl paraben lalu homogenkan
5. Tambahkan rose oil aduk ad homogen, tambahkan pengharum sambil tetap mengaduk,
ukur ph, jika tidak sesuai tambahkan tea sampai sesuai dengan ph yg di inginkan.
BAB IV

KESIMPULAN

Formula yg kami gunakan adalah coconut fatty acid sebagai zat aktif yg berkhasiat
sebagai antioksidan, potasiun hidroksida sebagai penyabunan, gliceril monostearat
sebagai humektan, propileng glikol sebagai humektan fase air, asam stearat sebagai basis
cream, adam miristat sebagai basis cream, caprylic sebagai emolient, methyl paraben
sebagai bahan pengawet dan metode yang digunakan menggunakan metode peleburan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi Keempatt. Howard C. Ansel.6.

2. Formularium Kosmetika Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia 1985

Anda mungkin juga menyukai