Anda di halaman 1dari 11

Makalah

TEHKNOLOGI KOSMETIK
ALPHA HIDROXY ACID

Oleh :

Kelompok VI

A – S1 FARMASI 2018

1. Asrin Mahmud (821418022)


2. Belinda A. Mantali (821418008)
3. Fitriani (821418013)
4. Siti Ngatisah (821418016)
5. Sri Yolinda Bahutala (821418006)
6. Wulandari F. Djakaria (821418005)

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kulit adalah lapisan terluar dari tubuh sehingga secara terus menerus akan
terpapar oleh stimulus lingkungan. Profil dan fungsi kulit dipelihara oleh dua hal
yang penting yaitu keseimbangan kadar air pada stratum korneum dan lipid pada
permukaan kulit. Paparan dari faktor eksternal seperti kelembaban udara, radiasi
ultraviolet dan suhu, sedangkan faktor endogen seperti hormon dapat menggangu
keseimbangan kulit.
Adapun faktor lain seperti frekuensi penggunaan sabun, detergen, dan bahan
irritant misalnya alkohol dan air dengan suhu tinggi dapat melepaskan sebagian
lapisan lipid permukaan kulit. Ketika keseimbangan tersebut terganggu dapat
menimbulkan kondisi kulit patologis yang dikenal sebagai kulit kering atau
xerosis. Xerosis adalah hasil dari penurunan kadar air pada stratus korneum yang
menyebabkan deskuamasi abnormal korneosit karena berkurangnya permeabilitas
pelindung. Sedangkan prevalensi xerosis di Indonesia adalah 50 %- 80 %. Salah
satu cara dapat mengatasi xerosis adalah melalui peeling.
AHA adalah asam organik dengan satu gugus hidroksil yang menempel
pada posisi alfa asam. AHA termasuk asam glikolat, asam laktat, asam malat,
asam tartarat, dan asam sitrat sering digunakan secara luas dalam formulasi
kosmetik. AHA telah digunakan sebagai agen peeling superfisial serta untuk
memperbaiki tampilan keratosis dan jerawat dalam dermatologi. Namun, kehati-
hatian harus dilakukan sehubungan dengan reaksi merugikan tertentu di antara
pasien yang menggunakan produk dengan AHA, termasuk pembengkakan,
terbakar, dan pruritus.
Berdasarkan beberapa alasan yang telah dikemukakan, menjadi alasan
mendasari dibuatlah makalah ini untuk dapat mengetahui lebih lanjut mengenai
AHA, mekanisme kerjanya dan syarat yang diperbolehkan penggunaan AHA
dalam kosmetik sehingga dapat lebih pandai dalam memilih produk kecantikan
yang akan digunakan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan AHA?
2. Bagaimana struktur dan mekanisme kerja dari AHA ?
3. Apa manfaat AHA dalam Kosmetik?
4. Berapa kadar AHA yang diperbolehkan dalam komposisi kosmetik ?
5. Apa bahaya yang akan disebabkan oleh AHA ?
6. Apa saja contoh produk kosmetik yang mengandung AHA ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan AHA
2. Untuk mengetahui struktur dan mekanisme kerja dari AHA
3. Untuk mengetahui manfaat AHA dalam Kosmetik
4. Untuk mengetahui berapa kadar AHA yang diperbolehkan dalam
komposisi kosmetik
5. Untuk mengetahui bahaya yang akan disebabkan oleh AHA
6. Untuk mengetahui contoh produk kosmetik yang mengandung AHA
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 AHA (Alpha Hidroxy Acid)


Asam alfa hidroksi (AAH atau Alfa Hidroxil Acid/AHA) adalah asam
karbosilat yang memiliki gugus hidroksi pada posisi alfa. Secara alamiah zat ini
terdapat dalam buah-buahan dan yoghurt, seperti asam glikogat pada gula tebu,
asam laktat pada yoghurt, asam tartat pada buah apel, dan asam sitrat pada buah
jeruk.
Asam α-Hidroksi , atau asam alfa hidroksi ( AHA ), adalah kelas senyawa
kimia yang terdiri dari asam karboksilat yang disubstitusi dengan gugus
hidroksil pada karbon yang berdekatan. Mereka mungkin terjadi secara alami atau
sintetis. AHA terkenal untuk penggunaannya dalam industri kosmetik.Mereka
sering ditemukan dalam produk-produk yang membantu mengurangi keriput,
yang melembutkan garis-garis tegas dan kuat, dan yang meningkatkan tampilan
dan nuansa keseluruhan kulit. Mereka juga digunakan sebagai kulit kimia . AHA
memiliki hasil yang efektif melalui perawatan berkelanjutan di industri
kosmeceutical.
AHA merupakan sekelompok asam alami yang terlibat dalam berbagai
proses metabolik seperti Krebs Cycle, glikolisis, dan biosintesis serin, yang telah
dikenal dapat memperbaiki kualitas kulit seperti tekstur, keriput, dan pigmentasi.
2.2 Struktur dan Mekanisme Kerja AHA
2.2.1 Struktur AHA
Struktur AHA yang umum digunakan dalam dermatologi termasuk asam
glikolat, asam laktat, asam malat, asam tartarat, dan asam sitrat. AHA adalah asam
organik lemah dengan satu atau lebih gugus hidroksil yang melekat pada karbon
alfa, yang mengindikasikan α. Asam malat dan asam sitrat mengandung gugus
hidroksil pada posisi α pada satu gugus karboksil dan pada posisi β pada gugus
karboksil lainnya. Asam tartarat adalah asam dikarboksilat dengan dua gugus
hidroksil pada posisi alfa asam. Asam malat dan asam sitrat juga merupakan
perwakilan yang menonjol dalam asam alfa hidroksil dan asam beta hidroksil.
2.2.2 Mekanisme kerja AHA
Mekanisme kerja AHA yaitu melepaskan sel kulit mati dan menampilkan
sel kulit sehat bersinar yang sebelumnya tersembunyi di lapisan bawah. Tidak
heran jika kemudian AHA menjadi salah satu bahan favorit yang disertakan dalam
produk-produk pembersih kulit, losion, serta produk pengelupasan kulit (peeling).
Teori lain mengatakan mekanisme kerja AHA dalam pengelupasan kulit
adalah AHA mengurangi konsentrasi ion kalsium dalam epidermis dan
menghapus ion kalsium dari adhesi sel dengan kelat yang menyebabkan gangguan
pada adhesi sel. Asam glikolat dapat menekan pembentukan melanin melalui
penghambatan aktivitas tirosinase.
Alfa hidroksi tidak mengkoalgulasi protein pada kulit. Sehingga tidak
menghasilkan efek putih (frosting). Pada konsentrasi rendah AHA dapat
berinsersifiantara 2 rantai protein kemudian akan membentuk "jembatan" yang
akan mengurangi kohesi korneosit sehingga korneosit lebih mudah lepas dan
mengurangi ketebalan stratum korneum serta kulit tampak terhidrasi. Dalam
suasana PH kurang dari 5, AHA dapat mengasidifikasi lapisan kulit paling atas,
yang dapat menyebabkan peningkatan aktivitas lipase epidermal, fosfatase dan
transforming growt factor beta (TGF-B). Sedangkan pada konsentrasi tinggi,
rantai protein akan saling lepas yang menyebabkan terjadinya epidermolisis.
Tidak semua korneosit memberikan reaksi serupa dengan AHA, semakin
suoerfisial letak korneosit, semakin rendah kadar hidrasi, semakin sensitif
terhadap kerja AHA. Asam Alfa hidroksi membatasi proses cross-linking of
protein di matriks ekstra seluler (Deprez, 2007 :51).
Peningkatan terlepasnya korneosit akan mengganggu fungsi barier
proteksi epdermis, menstimulasi pertumbuhan stratum basalis dan meningkatkan
perubahan keratinosit menjadi korneosit untuk memaksimalkan fungsi proteksi
kulit sesegera mungkin. Namun stimulasi sel keratinosit pada stratum basalis
dapat menstimulasi reaksi inflamasi sehingga berpotensi terjadi perubahan
pigmen. Stimulasi pertumbuhan keratinosit juga diikuti oleh stimulasi proliferasi
fibrolast dan sintesis protein di dermis (kolagen, elastis dan glikosaminoglikan)
(Deprez, 2007 :51).
Efek tidak langsung AHA lainnya, yang juga disebabkan karena mampu
menimbulkan gangguan fungsi barier epdermis, yaitu AHA mampu meningkatkan
penetrasi agen topikal lain yang digunakan bersamaan dengan AHA. Pengobatan
antara campuran AHA dengan agen lain diantaranya untuk pengobatan akne atau
melasma (Deprez, 2007 :51).
AHA memiliki struktur yang banyak salah satunya yaitu Asam Glikolat.
Asam glikolat dapat mentransfer molekul air dari udara ke dalam jaringan kulit,
sehingga kelembapan kulit dapat terjaga. Hal ini lah yang membuat asam glikolat
sebagai bahan yang efektif untuk melembabkan kulit. 
Asam glikolat memiliki efek keratolitik yaitu dengan menipiskan stratum
korneum dan berfungsi pada kondisi kulit yang mengalami hiperpigmentasi.  Cara
kerja lain dari asam glikolat ini adalah bereaksi dengan lapisan atas kulit
(epidermis), sehingga memecahkan dan melarutkan sebum, sehingga mampu
menembus kulit secara mendalam dan mudah. Sel-sel kulit mati dapat dihilangkan
dengan kulit yang lebih halus, cerah, dan tampak lebih muda. 
Asam glikolat ( glycolic Avid, GA, asam hidroksiasetat, atau asam
hidroksietanoat) merupakan aha dengan ukuran terkecil yang diisolasi dari sugar
cabe,sugar beet, serta unripe grapes,dan paling sering digunakan untuk
pengelupasan superfisial. Selain itu, GA dapat diproduksi dari mikroorganisme
ethylene glycol-oxidizing seperti pichia naganishi AKU 4267 dan rodotorula so.3
PR-126 (Fabrocihi, 2009)
Karena GA merupakan kelompok AHA. Yang memiliki molekul paling
kecil. Kerja GA paling agresif bila dibandingkan dengan AHA lainya (Deprez,
2007)
2.3 Manfaat AHA dalam Kosmetik
Manfaat AAH atau AHA adalah sebagai emolien, yang dapat
meningkatkan pergantian sel kulit dan pembentukan sel kulit baru, mengurangi
ikatan antar komeosit dan mensintesis kolagen sehingga dapat mengurangi keriput
halus, membentuk kulit halus dan sehat serta dapat memperbaiki tekstur kulit.
Oleh karena itu emolien ini sangat baik digunakan bagi perawatan kulit kering,
perawatan dan peremajaan kulit menua dan kulit yang terdapat parut bekas
jerawat (acne scar). AHA hanya cocok digunakan untuk mereka yang berusia
antara 30-40 tahun, untuk usia lebih dari 40 tahun sebaiknya memilih asam
retinoat. Asam retinoat (retinoic acid) mengandung vitamin A yang mampu
menembus ke dalam sel kulit, sedangkan AHA hanya bisa menembus sampai
lapisan antar sel. Kulit yang kusam pun menjadi lebih lembab, tebal, merah, dan
segar lagi.
2.4 Kadar AHA dalam komposisi Kosmetik
Range aman dari AHA yaitu 5-10 %. Apabila kandungan AHA dalam
kosmetik melebihi 10%, maka penggunaannya harus dikonsulatasikan ke dokter.
Hal ini juga sudah dimasukkan dalam RAPERKA BPOM Persyaratan Tentang
Kosmetik :
Penggunaan AHA dalam Kosmetika sediaan kulit dikelompokkan menjadi 3 (tiga)
yaitu:
1. Diaplikasikan sendiri, disebut sebagai Kelompok 1. Kandungan AHA
dalam Kosmetika sediaan kulit dengan kadar sampai dengan 10% dengan
derajat keasaman (pH) 3,5 atau lebih.
2. Diaplikasikan oleh dokter umum yang telah mengikuti pelatihan
kecantikan yang dibuktikan dengan sertifikat, disebut sebagai Kelompok
2. Kandungan AHA dalam Kosmetika sediaan kulit dengan kadar lebih
besar dari 10% sampai dengan 30%.
3. Diaplikasikan oleh dokter spesialis kulit dan kelamin, disebut sebagai
Kelompok 3. Kandungan AHA dalam Kosmetika sediaan kulit dengan
kadar lebih besar dari 30%.
2.5 Bahaya AHA
Penggunaan AHA pada konsentrasi rendah bekerja dengan menimbulkan
pengelupasan intraepitelial kimia, sebagai akibat dari keasaman molekul yang
menyebabkan penurunan pengurangan kohesi korneosit dan deskuamasi dari
stratum corneum. Pada konsentrasi tinggi, pemakaian AHA menembus lapisan
epidemis dan menyebabkan pengelupasan keratinosit dan epidermolisis. Oleh
sebab itulah, hal ini menjadi pembahasan pengambil keputusan (BPOM atau
FDA) apakah AHA tetap sebagai bahan kosmetika atau dimasukkan pada
kelompok obat yang diikuti dengan pengujian dan pelabelan yang ketat. Pada
kadar 6% sediaan AHA dapat dijual bebas, sedangkan pada kadar di atas 30%
sediaan tersebut sudah termasuk cosmeceutics yang penggunaannya harns di
bawah pengawasan dokter ahli.
Menurut Antonie et al (2010) dalam Molecules Journal bahwa 1%
kandungan AHA dapat mengubah pH tiga lapisan luar stratum corneum,
sedangkan 10% dapat mempengaruhi 10-20 lapisan. Serta FDA AS telah
merekomendasikan melakukan kehati-hatian dalam kaitannya dengan reaksi yang
merugikan seperti kemerahan, pembengkakan, pembakaran, dan pruritus karena
penggunaan produk yang mengandung AHA
Beberapa ahli juga menyebutkan pemakaian AHA secara terus menerus
dapat menyebabkan penurunan efikasi AHA. Yang diduga karena kulit memiliki
kemampuan untuk menetralisir efek kerja AHA. Asam sulfa hidroksil juga
memiliki kemampuan menipiskan jaringan subkutan, walaupun dilain pihak
meningkatkan ketebalan dari startum epidermis ( Bauman, 2009)
Asam Alfa Hidroksil juga meningkatkan kemungkinan fotosensitifitas.
Penelitian yang dilakukan oleh Tsai dkk menunjukan kulit yang diberikan asam
glikolat 10% meningkatkan peningkatan tanning yang dicetuskan oleh UVB pada
ras Kaukasus dan Asia dan peningkatan tanning yang dicetuskan oleh UVA pada
ras asia. Banyak perusahaan kosmetik yang juga menjumpai peningkatan jumlah
sel yang mengalami sunburn setelah diberikan preparat AHA. FDA juga memberi
syarat agar preparat yang mengandung AHA diinformasikan kepasian dan
disarankan memakai tabir Surya (Baumann, 2009)
2.6 Contoh Produk Kosmetik yang Mengandung AHA
Terdapat beberapa produk kosmetik yang memiliki kandungan AHA
dalam komposisinya.
a. The Ordinary Lactic Acid 10% +HA mengandung 10% lactid acid dan
juga hyaluronic acid sebanyak 2%.

b. Mizon AHA 8% Peeling Serum yang mengandung Asam Glikolat 8%

c. Wardah White Secret Facial Wash with AHA


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
AHA (Asam Alfa Hidroksi) adalah kelas senyawa kimia yang terdiri
dari asam karboksilat yang disubstitusi dengan gugus hidroksil pada karbon yang
berdekatan. Sering digunakan dalam komposisi Kosmetik karena memiliki fungsi
yang baik untuk kulit namun juga akan menimbulkan bahaya jika digunakan
secara terus menerus.
3.2 Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah ini masih tedapat banyak
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah
dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang akan membangun dari
para pembaca
DAFTAR PUSTAKA

Bauman, T. J., & Strickland, J. 2008. Pain Management. In J.T. Dipiro,, R. L. Talbert, G.
C. Yee, G. R. Matzke, B. G. Wells, & L. M. Posey. Pharmacotherapy: A
Pathophysiogical Approach. New York: Mc Graw Hill Companies, pp. 898-1003

Jen-Hung Yang and Sheau-Chung Tang. 2018. Dual Effect Of Alpha-Hidroxyl


Acid on the Skin. Taiwan: Molecules

Phenol. 2007. Chemistry, formulation and adjuvant. Dalam: Deprez P, editor. Textbook
of chemical peels. London: Informa Healthcare..h:193-202

Anda mungkin juga menyukai