BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Guna menjamin setiap warga negara menjalankan ajaran agamanya seusai
kepercayaan yang diyakini, negara berkewajiban memberikan pelindungan dan
jaminan tentang kehalalan produk yang dikonsumsi dan digunakan masyarakat
sesuai dengan impelentasi undang-undang jaminan produk halal (JPH). Oleh
karena itu, jaminan penyelenggaraan produk halal bertujuan memberikan
kenyamanan, keamanan, keselamatan, dan kepastian ketersediaan produk halal
bagi masyarakat dalam mengonsumsi dan menggunakan produk, serta
meningkatkan nilai tambah bagi pelaku usaha untuk memproduksi dan menjual
produk halal.(UU JPH, 2014)
1
Institut Sains dan Tkenologi Nasional
2
Menurut data yang dilansir The Pew Forum on Religion & Public Life,
Indonesia merupakan negara pertama di dunia dengan penganut agama islam
terbanyak sebesar 209,1 (87,2%) juta jiwa, atau sebanyak (13,1%) dari total
populasi masyarakat islam di dunia (Pewforum,2019). Hal ini tentunya menjadi
potensi market yang besar bagi pelaku usaha kosmetik, potensi ini sejalan dengan
hasil survei Euromonitor International tahun 2015 yang menunjukkan nilai
ekspor kosmetik Indonesia mencapai Rp11 triliun serta sebagai Negara
berkembang Indonesia berkontribusi sebesar 51% bagi industry kecantikan
global. (Euromonitor International, 2019)
Data ini didapat dari sampel yang dibagi ke dalam dua kelompok Sosial
Ekonomi Status (SES), yaitu A&B dan C&D. Sampel juga dibagi berdasarkan
lokasi, yaitu lima kota besar dan kota lainnya selain lima kota besar, dari data ini,
semua perempuan milenial, baik SES A&B ataupun C&D membeli pelembab
wajah atau moustirizer di semua format ritel Saviq Bachdar, 2017).
Bagi seorang muslim, status halal suatu produk termasuk kosmetik yang
digunakan adalah hal mutlak harus dipenuhi. Produk kosmetik dan eksipien yang
digunakan harus bebas dari kandungan babi yang harus dipastikan dengan suatu
metode analisis salah satunya yakni metode Pork Detection Kit (PDK) untuk
mendeteksi protein babi. Metode berbasis protein yakni PDK berbasis pada ikatan
antibodi-antigen. Pork detection Kit/Porchine Test pada pengujian kandungan
babi, mudah untuk dilakukan dengan hasil pengujian bias didapatkan dalam
beberapa menit (5-10 menit) dengan tingkat akurasi hingga 0,1% atau setara
dengan 5 -10 miligram antigen babi/kilogram (5-10 ppm) (Patihul Husni dkk,
2017)
Kit/Porchine Test (PDK), pemilihan metode PDK dikarenakan metode murah dan
mudah serta mendapatkan hasil yang cepat, metode juga biasanya pada penelitian
sebelumnya hanya dilakukan pada bahan makanan, sehingga peneliti tertarik
untuk melakukan metode tersebut pada kosmetik jenis moisturizer.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan diatas maka di perlukan kepastian penggunaan
produk kosmetik halal di Indonesia sebagai bagian dari implementasi undang-
undang jaminan produk halal terutama mosturizer yang beredar di Indonesia guna
memastikan keamanan kandungan dalam moisturizer terbebas dari babi.
C. Pertanyaan Penilitan
Adapun pertanyaan dalam penelitian kali ini adalah :
1. Apakah moisturizer dalam negeri yang tidak mencantumkan label halal
mengandung babi?
2. Apakah moisturizer luar negeri yang tidak mencantumkan label halal
mengandung babi?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukan penelitian ini ialah
1. Mengetahui kandungan babi dalam produk moisturizer produksi dalam negeri
yang tidak memiliki label halal
2. Mengetahui kandungan babi dalam produk moisturizer produksi luar negeri
negeri yang tidak memiliki label halal
E. Manfaat Penelitian
a. Bagi Masyarakat Indonesia
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi oleh konsumen
Indonesia untuk berhati-hati dalam memilih moisturizer yang beredar di
Indonesia
b. Bagi Pemerintah