Anda di halaman 1dari 9

Faridatul Ummi – 11617021 Resume Webinar Pengenalan Profesi Kefarmasian

World Pharmacist Day : “What Awaits You”

Hari/Tanggal : Sabtu, 3 Oktober 2020


Waktu : 13.00 – 15.00 WIB
Penyelenggara : Himpunan Mahasiswa Farmasi (HMF) ‘Ars Praeparandi’ ITB
Pemateri :
1. apt. Joan Aprilla Arland, S.Si
2. apt. Donny Rahman Khalik, M.Si.
3. apt. Rifani Bhakti Natari, Ph.D.
4. apt. Laras Pitayu, Ph.D.
5. Kapten Laut (K). apt. B. Yudha Aryanto, S.Si.

MATERI 1
KONTRIBUSI FARMASIS DI PEMERINTAHAN (BPOM)
apt. Joan Aprilla Arland, S.Si
(Inspektur CDOB Direktorat Pengawasan Distribusi dan Pelayanan Obat dan NPP)
BPOM merupakan lembaga bagian dari pemerintahan yang sekarang sudah berdiri sendiri dan disebut
dengan Lembaga Pemerintah Non Kementrian (LPNK) sejak tahun 2001. BPOM merupakan Lembaga yang
memilki kewenangan untuk mengawasi makanan dan obat-obatan yang beredar di Indonesia.
Tugas dan fungsi BPOM tidak hanya mengawasi, tapi banyak hal yang bisa dilakukan di Lembaga ini.
Contohnya, di BPOM terdapat 4 kedeputian yang masing-masingnya menjalankan tugas yang berbeda, yaitu
:
1. Deputi I : Obat-obatan
2. Deputi II : Obat tradisional, kosmetik, dan suplemen kesehatan
3. Deputi III : Pangan olahan
4. Deputi IV : Penegakan hukum (polisi BPOM)
5. Kesekretariatan
6. dll.
Apt.Joan bertugas di Deputi I BPOM
Siklus pengawasan obat :
1. Pengawasan pre-market
→ Merupakan pengawasan yang dilakukan sebelum obat-obatan beredar
Sebagai seorang apoteker, pada pengawasan pre-market, kita dapat berkontribusi pada bidang :
- Registrasi : Mngurusi pendaftaran obat, bagaimana obat tersebut diawasi dan dievaluasi
sebelum obat tersebut mendapatkan izin edar
- Pengawasan : Membuat aturan dan kebijakan

2. Pengawasan post-market
Faridatul Ummi – 11617021 Resume Webinar Pengenalan Profesi Kefarmasian

→ Merupakan pengawasan yang dilakukan setelah obat-obatan beredar


Sebagai seorang apoteker, pada pengawasan post-market, kita dapat berkontribusi pada bidang :
- Pengawasan : Berkaitan dengan pengawasan,
a. Pengawasan Sarana
Terdiri dari direktorat pengawasan produksi, distribusi, dan pelayanan
b. Pengawasan Produk
Melakukan pengawasan keamanan dan mutu
- Penindakan : Penegakan hukum, melakukan penyidikan pada pelaku kriminal
Pengawasan pre dan post market ini sama-sama bertujuan untuk menjamin obat-obatan yang
dikonsumsi oleh masyarakat memenuhi aspek keamanan, kualitas, dan efikasi.
Selain itu, apoteker juga dapat bertugas di bidang keuangan dan inspektorat. Sekitar 80-90% orang yang
bekerja di BPOM merupakan apoteker, jadi dapat disimpulkan bahwa apoteker memang benar-benar
dibutuhkan di BPOM.
Tugas pokok dan fungsi dari BPOM berdasarkan amanat Undang-Undang :
1. Inspeksi Sarana Distribusi
2. Inspeksi Sarana Pelayanan (Apotek, Toko Obat, Rumah Sakit, Puskesmas, Klinik)
3. Melakukan fungsi “steering” terhadap pengawasan yang dilakukan oleh UPT BPOM di daerah
4. Melakukan bimbingan kepada pelaku usaha
5. Membuat program/project bersama WHO tentang obat palsu, anti-microbial resistance
6. Terlibat dalam meeting internasional dalam rangka memperkaya pengembangan kebijakan nasional
Hal yang menarik, BPOM dapat berperan dalam pembuatan program strategis yang menjadi program
nasioanl dengan output untuk melindungi masyarakat dari obat yang tidak aman, tidak berkhasiat, dan tidak
bermutu
“Imagine a mother who gives up food or other basic needs to pay for her child’s treatment, unaware that the
medicines are substandard or falsified, and then that treatment causes her child to die. This unacceptable.
Countries have agreed on measures at the global level – its time to translate them into tangible action –
Dr.Tedros Adhanom Ghebreyesus (WHO Director)
KONTAK BU JOAN :
- Telpon : 081809050986
- E-mail : joan.arland@yahoo.com | joan.arland@pom.go.id

KESIMPULAN :
Peran seorang apoteker di bidang pemerintahan masih sangat dibutuhkan, terutama di BPOM. Hingga saat
ini tenaga kerja yang dibutuhkan oleh BPOM masih banyak berasal dari kalangan apoteker. Salah satu fungsi
utama apoteker di BPOM adalah menjadi petugas pengaawas peredaran obat-obatan, makanan, kosmetik,
dan suplemen kesehatan yang beredar di masayarakat, baik itu sebelum produk farmasi tersebut dipasarkan
ataupun setelah dipasarkan.
Faridatul Ummi – 11617021 Resume Webinar Pengenalan Profesi Kefarmasian

MATERI 2
PERANAN APOTEKER DI DUNIA INDUSTRI UNTUK MENDUKUNG KEMANDIRIAN KESEHATAN
DAN FARMASI NASIONAL
apt. Donny Rahman Khalik, M.Si.
(Manajer Pengawasan Mutu PT Kimia Farma Sungwun Pharmacopia)

1. Helathcare Landscape
Visi Indonesia 2045 adalah menjadi negara maju. Pada tahun 2045, Indoensia berpotensi menjadi negara
yang besar dengan perkiraan jumlah penduduk Indonesia sebesar 319 juta jiwa, negara dengan ekonomi
terbesar ke-5 di dunia, penduduk usia produktif berjumlah 47%, pendapatan per kapita sebesar USS 23.199,
dll.
Namun, menurut data dari Kementrian Keuangan, ada persyaratan yang harus dipenuhi jika pada tahun
2045 nanti Indonesia ingin meraih peluang tersebut, diantaranya :
1. Infrastruktur
Infrastruktur yang layak akan menjadi penyokong mobilitas dan dapat mendorong pembangunan
2. Kualitas SDM
Penguatan kualitas SDM melalui Pendidikan dan riset program kesehatan dan perlindungan sosial
3. Teknologi
Pengayaan inovasi dan teknologi berperan dalam menjawab tantangan industry kedepan
4. Birokrasi pemerintahan
Perbaikan kualitas pelayanan dan efisiensi proses bisnis diperlukan
5. Tata ruang wilayah
Pengelolaan tata ruang yang baik dan didukung oleh sistem yang integrative
6. Sumber Daya Ekonomi dan Keuangan
APBN sehat menjadi kunci kesuksesan target Indonesia 2045
Pada tahun 2018, Indonesia masih belum memiliki satupun Pabrik Bahan Baku Obat. Industri farmasi di
Indonesia meliputi alat-alat kesehatan, kosmetik, herbal/obat tradisional, farmasi, dan industri kecil obat
tradisional.
Pada tahun 2018, total penjualan farmasi hanya sekitar setengah dari cukai tembakau, yaitu 134 – 137 juta.
Hal ini disebabkan oleh kecilnya pasar farmasi jika dibandingkan pasar produk lain. Selain itu, healthcare
spending farmasi juga relatif masih kecil (3,7 % dari PDB) jika dibandingkan dengan negara tetangga (4,5%).
Selain itu, salah satu tantangan dari industry farmasi Indonesia saat ini adalah aspek penentuan harga.
Bahkan harga 4 obat sakit jantung per satu bulan dapat memiliki harga lebih murah dari 1 bungkus rokok.
2. API (Active Pharmaceutical Ingredients)
Pada tahun 2019, pasar farmasi Indonesia mengalami peningkatan menjadi 87 triliun. Pasar Bahan Baku
Obat (BBO) 25-30% dari pasar farmasi, namun sekitar 90-95% merupakan impor dan Sebagian besar
merupakan BBO kimia.
Faridatul Ummi – 11617021 Resume Webinar Pengenalan Profesi Kefarmasian

Mengapa Indonesia lebih memilih untuk mengimpor bahan baku obat, terutama bahan kimia obat ? Terdapat
beberapa tantangan dalam pengembangan bahan baku obat kimia, diantaranya :
a. Economic of Scale yang masih kecil
Penggunaan BBO di Indonesia kecil, kepastian serapan pasar domestik minimal, dan feasibilitas
ekonomi rendah dan resiko tinggi
b. Sumber Daya Manusia
Kapabilitas SDM Indonesia masih rendah
c. Bahan Baku
Di Indonesia, industri kimia dasar dan intermediate belum berkembang.
d. Teknologi
Riset di Indonesia belum mendukung kebutuhan industry
e. Kebijakan dan regulasi
Pemerintah telah membentuk UU terkait industri obat, namun kebijakan tersebut belum terlalu
berdampak bagi industri farmasi. Diantara UU yang pernah dikeluarkan pemerintah yaitu :
• Permenkes No. 86,87, dan 88 tahun 2013 tentang peta jalan pengembangan bahan
baku obat
• Paket kebijakan ekonomi XI tahun 2016 tentang pengembangan industry farmasi dan
alkes
• Instruksi presiden nomor 6 tahun 2016 tentang percepatan pengembangan industry
farmasi dan alkes
• Permenkes nomor 17 tahun 2017 tentang rencana aksi pengembangan industry farmasi
dan alkes
• Permenperin nomor 16 tahun 2020 tentang ketentuan dan tata cara perhitungan nilai
tingkat komponen dalam produk farmasi
Selain itu, regulasi dan proses yang ketat menyebabkan industri bahan baku obat membutuhkan
waktu yang lama agar dapat digunakan oleh industry farmasi finish product (komersialisasi lama).
Alur yang harus dilewati diantaranya :
1. Konstruksi dan Izin Industri (butuh 24-36 bulan)
2. Transfer teknologi bahan baku aktif obat (butuh 12-18 bulan)
3. Pengembangan produk jadi (butuh 12-30 bulan)
Kurang lebih, waktu yang dibutuhkan oleh para investor untuk memperoleh return of investment dari
industry farmasi bisa mencapai 8 tahun, sehingga banyak yang kurang meminati investasi di bidang
farmasi.
Dalam pengembangan bahan baku obat, Indonesia dapat belajar dari negara kecil Bangladesh.
Bangladesh memiliki 21 pabrik BBO dengan 41 molekul yang mana hal ini telah membuat
Bangladesh mampu menurunkan 20% impor BBO. Dukungan dari pemerintah juga sangat
dibutuhkan dalam pengembangan obat, baik dari segi support keuangan maupun regulasi.
PT Kimia Farma merupakan sebuah perusahaan yang telah berkontribusi dalam pengembangan
Industri BBO Kimia di Indonesia sejak zaman penjajahan belanda. Kimia Farma memiliki entitas
bisnis dan integrasi bisnis yang lengkap dalam menjalankan bisnis healthcare. Hingga saat ini, Kimia
Faridatul Ummi – 11617021 Resume Webinar Pengenalan Profesi Kefarmasian

Farma telah memiliki 11 pabrik di Jakarta, Bandung, Banjaran, Semarnag, Watudakon, Medan, dan
Bali. Telah terdapat 8 molekul yang sudah diselesaikan oleh Kimia Farma, dan 7 diantaranya telah
tersertifikasi GMP oleh BPOM, diantaranya Atorvastatin Ca Trihydrate, Simvastatin, Clopidogrel
Bisulfate, Entecavir, Efavirenz, Zidovudine, Lamivudine, dan Tenovofir.
Pengembangan produk, baik hilirisasi maupun komersialisasi harus memperhatikan aspek regulasi
dan update tekonologi. Dengan adanya teknologi yang mumpuni pengembangan senyawa lama
dengan metode dan proses yang baru, dapat mengasilkan oseltamivir (obat flu burung) yang
awalnya harga per dosis membutuhkan biaya sebesar 200.000 rupiah per-dosis menjadi 100 rupiah
saja per-dosis.
KESIMPULAN :
Ketahanan industri farmasi nasional masih menjadi salah satu isu di negeri ini disebabkan oleh kenyataan
bahwa hampir seluruh bahan baku obat di indoensia berasal dari impor. Hal ini membuat daya saing produk
dalam negeri terhadap produk impor semakin rendah. Namun, kehadiran Kimia Farma diharapkan dapat
menjadi jawaban atas kondisi yang belum ideal ini yang tentunya tetap membutuhkan support dari
pemerintah.

MATERI 3
DATA SCIENCE IN PHARMACY
Apt. Rifani Bhakti Natari, Ph.D.
(Apoteker Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi)

Data science adalah ilmu tentang bagaimana cara mencari kesimpulan dari berbagai data yang ada,
sehingga informasi yang diperoleh dapat digunakan untuk tujuan tertentu.
Berbicara tentang data science, ada 3 aspek yang harus diperhatikan, yaitu :
1. Komputer sains/ IT (penggunaan software)
2. Matematika dan statistika
3. Domains/Pengetahuan bisnis. Apoteker dapat berperan dalam aspek ini.
Peranan data science di bidang kesehatan
1. Bidang genetic dan genomic
Dalam tubuh manusia, terdapat 3 miliar pasang basa DNA, 155 juta variasi, Dari genetic ini akan
dihasilkan berbagai macam protein seperti enzim dan reseptor yang menjadi target kerja obat. Ketika
pasangan basa memiliki sequence yang mirip, ada kemungkinan protein tersebut memiliki kemiripan
/ keterkaitan dalam fungsi. Sehingga, mengetahui pasangan basa yang homolog/mirip satu sama
lain dapat dijadikan acuan untuk pengembangan obat baru.
2. Predicitive Medicine
Untuk memprediksi prognosis penyakit dan seberapa besar resiko seseorang terkena penyakit
3. Analisis dan evaluasi kebijakan kesehatan
Faridatul Ummi – 11617021 Resume Webinar Pengenalan Profesi Kefarmasian

Kebijakan kesehatan yang baik adalah kebijakan berdasarkan bukti (evidence-based medicine).
Bukti tersebut dapat diperoleh melalui riset. Namun tantangannya, riset klinis di Indonesia terbatas
karena dana yang tidak mencukupi dan riset Luar Negeri pun belum tentu sesuai.

Real world evidence merupakan bukti yang diperoleh dari kegiatan sehari-hari, merupakan
pelengkap dari uji klinis karena kondisi uji klinis tidak sama dengan kondisi sebenarnya.
Dikarenakan sumber datanya masih jarang digunakan, maka data-data tersebut sangat potensial
untuk digunakan, misalkan data pembelian obat di apotek, dll.
Sumber Data di Indonesia
1. Puskesmas (menggunakan Pcare / Primarycare, merupakan aplikasi BPJS)
2. Rumah Sakit
Saat ini RS di Indonesia sudah banyak yang menggunakan sistem terkomputerisasi, baik dari segi
pendaftaran, pengelolaan obat, aplikasi BPJS berbasis web, dan rekam medik elektronik
3. Dukcapil (registrasi penduduk, karena ada nomor induk kependudukan)
4. Genetik, meski data masih sangat terbatas
Tantangan dalam Data Science
1. Membersihkan data dari data yang tidak terekam (missing data), data salah entry, deskripsi data
yang keliru, dll.
2. Koreksi, yaitu seperti survey dan imputasi (menghitung nilai pengganti untuk data yang hilang)
3. Data linkage, bagaimana menghubungkan data yang satu dengan data yang lain
KESIMPULAN :
Perkembangan data science memberikan banyak kemudahan pada kehidupan manusia, tak terkecuali
bidang kesehatan. Diharapkan negara ini dapat memanfaatkan potensi ini untuk pelayanan kesehatan dan
derajad kesehatan masyarakat Indonesia yang lebih baik.

MATERI 4
APOTEKER MERANTAU
Apt. Laras Pitayu, Ph.D.
(Post-Doctoral Researcher – Cell Division Production – Institut Jacques Monod)

Lulusan farmasi dapat bekerja di berbagai bidang, seperti :


- Industri farmasi
- Rumah Sakit
- Apotek
- Badan Pemerintahan
- Industri Kosmetik
- Industri pangan
- Universitas/sekolah tinggi
- Penelitian/badan riset
Faridatul Ummi – 11617021 Resume Webinar Pengenalan Profesi Kefarmasian

- Wirausaha non-farmasi
- Aktivitas lainnya sesuai minar, kepribadian, dll.
Riset terapan yang dilakukan pembicara berkaitan dengan mitokondria yang berjudul “Mithocondrial
Disorders Linked to mtDNA instability : From Therapy to Mechanism”.
Pembicara meneliti tentang mitokondria (organel sel penghasil energi yang memiliki DNA tersendiri / mtDNA.
mtDNA direplikasi oleh enzim Polymerase Gamma (POLG), yang mana jika enzim tersebut bermutasi akan
menyebabkan terjadinya penyakit mitokondria yang bersifat multisistemik dan bentuk terparahnya ada pada
pasien anak.
Contoh penyakit mitokondria :
- MELAS (Mitochondrial Encelophaty, Lactic Acidosis, Stroke like episodes)
- PEO (Progressive External Ophthalmoplegia)
Pada saat S3, pembicara menggunakan ragi Saccharomyces cerevisiae yang bisa memodelisasi mutasi
pathogen pada manusia yang melibatkan penapisan 2000 molekul. Pada riset ini digunakan zat aktif yang
paling tidak sudah melewati fasa I riset klinik untuk dicari kegunaan/efikasi lainnya (drug repurposing).
Setelah itu, dilakukan pengujian efikasi pada berbagai jenis organisme seperti Podospora anserina,
Caenorhabditis elegans, dan manusia.
Selain itu, pembicara juga melakukan project yang berjudul “Chromosome segregation during female
meiosis in Caenorhabditis elegans”. Pembelajaran mengenai meiosis sangat penting dikarenakan pada saat
ini kebanyakan penyakit kemandulan/infertilitas disebabkan oleh terjadinya gangguan pada meiosis.
Penelitian ini menggunakan organisme C.elegans yang merupakan organisme sederhana. Penggunaan
organisme sederhana dapat memudahkan penelitian.
C.elegans merupakan cacing tanah yang mana skeitar 60% gen C.elegans memiliki ortholog pada manusia,
sehingga pada saat ini di Perancis banyak dilakukan Celescreen, yaitu start-up uji permodelan penyakit pada
C.elegans. Ia juga transparan dan dapat direkayasa secara genetik.
Pada riset dasar, peneliti diharapkan dapat mengetahui mekanisme kerja dari suatu obat melalui studi
fungsional level molekuler. Setelah mekanisme kerja obat diketahui, maka peneliti dapat memahami
penyakit, target obat, evolusi, dan adaptasi terhadap lingkungan sehingga mampu dihasilkan ilmu yang
bermanfaat bagi kehidupan.
Lembaga riset publik di Perancis :
- CNRS (Centre national de la recherche scientifique)
- Inserm (Institut national de la sante et de la recherche medicale) → merupakan Lembaga riset
terkait bidang kesehatan
- CEA (Comissariat a l’energie atomique at aux energies alternatives)
- INRA (Institut national de la recherche agronomique)
KESIMPULAN :
- Riset terapan dilakukan untuk menjawab kebutuhan langsung manusia, saat ini juga.
Faridatul Ummi – 11617021 Resume Webinar Pengenalan Profesi Kefarmasian

- Riset dasar diharapkan dapat memproduksi pengetahuan baru yang mana relevansinya bisa
jadi tidak dirasakan secara langsung, namun akan terasa penting di saat-saat yang genting.

MATERI 5
APOTEKER BERSENJATA
Kapten Laut (K). apt. B. Yudha Aryanto, S.Si.
(Apoteker RS Marinir)

Tentara Negara Indonesia (TNI) juga membutuhkan tenaga kesehatan dalam menjalankan tugasnya.
Diantara kebutuhan kesehatan TNI, yaitu :
- Dukungan terhadap pasukan tempur saat Latihan dan perang
- Senjata dan pola peperangan modern. Pada saat sekarang ini, banyak terjadi peperangan yang
melibatkan senjata biologis dan kimia, sehingga peran para tenaga kesehatan yang paham ilmu
biologi dan farmasi sangat dibutuhkan
- Pelayanan terhadap anggota TNI dan keluarganya
Keluarga TNI juga membutuhkan mental support
Bagaimana cara menjadi perwira TNI ?
1. SMU/sederajat (taruna), Pendidikan militer selama 4 tahun
2. Sarjana/profesi (PaPK)
- Tersedia program beasiswa dan non-beasiswa
- Pendidikan militer 7 bulan
- Pendidikan kecabangan 5 bulan (pemisahan TNI-AD, TNI AL, TNI AU)
3. Pendidikan bintara
Pendidikan militer 1 tahun, SECAPA
Website penerimaan calon perwira prajurit karir TNI dapat dilihat di : https://rekrutmen-tni.mi.id
Tes yang harus dilalui jika ingin menjadi perwira TNI :
• Tes Kesehatan
- Tahap I : Tes Berat badan/tinggi badan, postur tubuh, bentuk kaki dan tangan, THT, mata, gigi,
dan alat reproduksi (varikokel, hernia)
- Tahap II : Tes urin, tes darah (asam urat, kolesterol, Hb, trigliserida), rontgen, EKG, dan USG
• Tes SMAPTA (Kesegaran jasmani)
- Lari 12 menit
- Pull up
- Sit up
- Push up
- Shuttle run
- Renang 50 m
Pesan untuk mahasiswa farmasi :
Faridatul Ummi – 11617021 Resume Webinar Pengenalan Profesi Kefarmasian

- Semua pasti ada jalan


- Jaga kekompakan (jiwa korsa)
- Hormati orang tua
- Sering melihat kebawah
- Terus mencari ilmu
- Beribadah dan persiapan akhirat
KESIMPULAN
Seorang Apoteker pun juga dapat berakrir di bidang pertahanan. Namun, untuk bekerja sebagai seorang
apoteker di pasukan Tentara Negara Indonesia (TNI) seorang apoteker harus siap untuk kembali
melanjutkan Pendidikan keperwiraan dan mengikuti berbagai tes yang melibatkan tes fisik.

Anda mungkin juga menyukai