Anda di halaman 1dari 3

STUDIUM GENERALE

Nama : Faridatul Ummi


NIM : 11617021
Program Studi : Farmasi Klinik dan Komunitas
Fakultas/ Sekolah : Sekolah Farmasi
Tema : Pencegahan dan Penanggulangan Kekerasan Berbasis Gender
Pembicara : Siti Amanah Tardi (Komisioner Komnas Perempuan)
Hari/ tanggal : Rabu/ 24 Februari 2021
Kelas : 08

RESUME *)

Komnas Perempuan (Komisi Nasional Perempuan) merupakan salah satu dari LNHAM (Lembaga Nasional Hak Asasi
Manusia) bersama dengan Komnas HAM dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) yang lahir akibat adanya
tragedi kekerasan pada wanita-wanita etnis Tionghoa tahun 1998. Kejadian tersebut melahirkan respon masyarakat yang
menuntut pertanggung jawaban kepada negara untuk lebih memerhatikan hak asasi dari kaum perempuan. Sehingga
akhirnya, pada tahun 1998 lahirlah Komnas Perempuan dengan landasan Keppres RI Nomor 181 tahun 1998.

Tujuan dibentuknya Komnas Perempuan adalah :


1. Mengembangkan kondisi yang kondusif bagi penghapusan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan dan
penegakan HAM, khususnya Hak Asasi Perempuan di Indonesia
2. Meningkatkan upaya pencegahan dan penanggulangan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan dan
perlindungan Hak Asasi Perempuan

Tugas Komnas Perempuan adalah :


1. Meningkatkan kesadaran publik
2. Melakukan tinjau ulang dan reformasi atas produk hukum dan peraturan
3. Melakukan pemantauan dan melaporkan kekerasan terhadap perempuan
4. Menyediakan masukan dan rekomendasi
5. Membangun kerjasama/kemitraan (lokal-nasional-regional-internasional)

Berdasarkan rekomendasi Umum CEDAW No.19 tentang Kekerasan terhadap Perempuan, kekerasan terhadap
perempuan dapat diartikan sebagai kekerasan yang langsung ditujukan pada perempuan karena dia perempuan, atau
kekerasan yang mempengaruhi perempuan secara tidak proporsional. Di dalamnya tercakup tindakan yang menimbulkan
kerugian fisik, mental, atau seksual atau penderitaan, ancaman akan tindakan semacam itu, koersi, dan bentuk-bentuk
perempuan kebebasan lainnya.

Terdapat 4 bentuk kekerasan, yaitu :


1. Kekerasan Fisik
Cara membedakan kekerasan fisik berbasis gender dengan yang tidak dapat dilihat pada kasus berikut.
Misalkan, pada kasus pertama Bu Ani dipukul oleh warga karena ketahuan mencuri. Pada kasus kedua, Bu Diah dipukul
oleh suaminya karena ia pulang malam untuk menyelesaikan tugas di kantornya. Kasus pertama dan kasus kedua sama-
sama merupakan kasus kekerasan fisik, namun yang termasuk pada kasus kekerasan fisik berbasis gender adalah kasus
kedua, karena terdapat penyalahgunaan nilai-nilai dan norma yang beredar di masyarakat.
2. Kekerasan seksual, seperti pemaksaan aborsi, pemaksaan penggunaan KB, dll.
3. Kekerasan psikologis, dapat berupa kekerasan verbal, emosional, dll.
4. Kekerasan konomi, seperti penyalahgunaan identitas pasangan untuk kepentingan finansial, dll.

Keterangan :
1. Lembar resume ini diserahkan setelah kegiatan selesai kepada petugas
2. Resume dapat ditulis tangan atau diketik
3. Untuk mengetahui jadwal kuliah berikutnya silahkan bergabung di Grup Telegram via tautan: https://t.me/joinchat/UH0m0KzwrrkexnbE
4. Official Line Account @qpu8078z
Kekerasan dapat terjadi dalam tiga ranah, yaitu ranah rumah tangga/relasi personal, komunitas, dan negara. Kekerasan
ranah Rumah Tangga / relasi personal merupakan bentuk kekerasan yang terjadi dalam ikatan perkawinan, ikatan
kekerabatan, dan kehidupan dalam rumah yang sama. Kekerasan relasi personal merupakan kekerasan yang terjadi
dalam relasi personal antarmanusia seperti dalam hubungan pacarana, dll. Kekerasan di ranah komunitas merupakan
kekerasan yang terjadi tanpa ada hubungannya dengan ikatan perkawinan, relasi personal, ikatan kekerabatan, dan
tinggal dalam satu rumah. Kekerasan ranah komunitas dapat terjadi di lingkungan sekolah, tetangga, dll. Kemudian,
terdapat kekerasan di ranah negara. Hal ini merupakan bentuk ketidakmampuan negara dalam menciptakan lingkungan
yang aman bagi masyarakatnya dan terjadinya perampasan terhadap hak-hak asasi masyarakatnya.

20 Bentuk Kekerasan Berbasis Gender terhadap perempuan :

1. Pelukaan dan pemotongan genitalia perempuan


2. Perkawinan anak
3. Pembunuhan atas nama kehormatan (honour killing)
Contoh : remaja yang melakukan hubungan seksual sebelum menikah dibunuh oleh keluarga
4. Perdagangan perempuan
5. Penyiraman air keras
6. Perkosaan dan bentuk lain kekerasan seksual
7. KDRT
8. Pemaksaan sterilisasi
9. Pemaksaan aborsi
10. Poligami
11. Penyiksaan atau perlakuan yang kejam, tidak manusiawi, atau , merendahkan martabat
12. Persekusi politik atau agama/kepercayaan karena pandangan perempuan atau lainnya atau karena tidak mematuhi -
norma-norma dan adat-istiadat sosial atau karena memperjuangkan hak-hak mereka
13. Pemaksaan perwakinan dan praktik berbahaya lainnya
14. Prosedur medis terhadap penyandang disabilitas tanpa informed consent mereka
15. Pembelaan hukum atau faktor-faktor yang meringankan berdasarkan budaya, agama, atau hak istimewa laki-laki
16. Penolakan atau penundaan aborsi yang aman dan perawatan secara aborsi
17. Penganiayaan padaa perempuan dan anak perempuan yang mencari informasi, alat, dan layanan kesehatan seskual
dan/reproduksi
18. Praktik-praktik yang berfokus pada keperawanan
19. Pelecehan seksual
20. Prosedur yang menghasilkan hukuman berat dan praktek peradilan yang mengabaikan sejarah Kekerasan Berbasis
Gender (KBG) terhadap perempuan.

Dampak KBG sangatlah beragam. Kekerasan berbasis gender dapat menyerang fisik, mental, seksual dan ekonomi
korban. Diantara contoh dampak kekerasan berbasis gender yang sering terjadi adalah :
1. Dampak terhadap fisik : kematian, menjadi disabilitas, cedera fisik (luka, patah tulang), keguguran kandungan, dll.
2. Dampak terhadap mental : Post trauma syndrome, depresi, bunuh diri, menjadi Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ),
penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan terlarang, kehilangan rasa percaya diri, menarik diri dari kehidupan sosial
3. Dampak terhadap seksual : Infeksi Menular Seksual (IMS), HIV/AIDS, sindrom trauma perkosaan, hasrat seksual
rendah, nyeri selama berhubungan seksual, otot vagina mengejang
4. Dampak terhadap ekonomi : kehilangan pendapatan, ketergantungan ekonomi, kehilangan pekerjaan, biaya perawatan
kesehatan

Maraknya pembahasan tentang KBG terhadap perempuan bukan berarti menandakan bahwa tidak adanya kekerasan
yang terjadi terhadap laki-laki. Namun, dikarenakan konstruksi sosial kita menyatakan bahwa laki-laki itu kuat, maco, dll.
,
Banyak laki-laki yang tidak mau melaporkan kekerasan yang ia alami, sehingga sulit mendapatkan data terkait hal
tersebut. Namun, umunya kekerasan berbasis gender terjadi pada perempuan dan anak perempuan. Hal yang harus juga
dijadikan sebagai perhatian adalah dari tahun 2017-2020 terjadi peningkatan kekerasan berbasis gender siber yang
sangat signifikan, dari 16 kasus menjadi 786 kasus.

Kekerasan terhadap perempuan merupakan manifestasi dari hubungan yang secara historis tidak setara antara laki-laki
dan perempuan yang menghasilkan dominasi dan diskriminasi terhadap perempuan oleh laki-laki dan pencegahan akan
kemajuan perempuan. Hal ini dilanggengkan dan dibakukan oleh individu, keluarga, masyarakat, hingga kekerasan
terhadap perempuan dinaggap sebagai suatu kewajaran. Dengan demikian, akar penyebab terjadinya kekerasan
terhadap perempuan adalah keberadaan perempuan pada poisisi subordinasi (dinomor dua kan) sehingga tidak memiliki
relasi yang setara dengan laki-laki, termasuk tidak dapat mengontrol tubuh, organ seksual, dan reproduksinya,

Lalu, apa yang bisa kita lakukan untuk mencegah kekerasan berbasis gender ?

Kekerasan berbasis gender terjadi karena marginalisasi, subordinasi, pelabelan negatif, kekerasan, dan beban kerja
berlebih. Pencegahan, penanganan dan pemulihan KBG haruslah dilakukan secara komprehensif dan terpadu yang
dimulai dari keluarga, komunitas, dan negara. Negara pun memiliki kewajiban untuk membuat peraturan perundang-
undangan yang tepat dan mampu memberikan perlindungan hukum terhadap hak perempuan.
Masyarakat pun dapat berperan dalam mencegah, menangani, melindungi, dan memulihkan korban kekerasan berbasis
gender, seperti melakukan sosialisasi peraturan perundangan-undangan edukasi, komunikasi, dan informasi,
memberikan informasi kepada korban untuk mengakses lembaga penyedia layanan yang dapat memberikan pertolongan
darurat, membantu korban dalam mengajukan permohonan perlindungan, membantu korban dalam mendapatkan
layanan pemulihan fisik, psikis, ekonomi, dll.

Sebagai seorang individu, apa yang bisa kita lakukan untuk membantu korban kekerasan seksual ?

Hal pertama yang harus dilakukan pada korban kekerasan seksual adalah :
1. Tidak menyalahkan korban, hal ini juga sekaligus dapat memberikan ruang kepada korban untuk menceritakan apa
yang dialaminya kepada kita
2 Berupaya menyelesaikan di jalur hukum merupakan keputusan korban, kita bisa membantu korban untuk mencari
informasi dan layanan tentang hal tersebut
3. Membantu korban untuk mendapatkan akses layanan psikologis
4. Jika kekerasan seksual baru terjadi, segera lakukan intervensi darurat ( amankan barang bukti seperti pakaian, tas,
aksesoris, larang korban untuk mandi dan membilas organ kemaluannya, kemudian segera ajak korban ke Rumah Sakit).

Kekerasan berbasis gender masih sering terjadi hari ini. Kekerasan berbasis gender dapat terjadi di mana saja, bahkan
ruang publik. Kita sebagai individu berperan dengan agency masing-masing harus berupaya untuk mencegah segala
usaha kekerasan berbasis gender, karena fenomena ini jika terus terjadi tentunya akan membawa dampak yang sangat
negatif untuk kemajuan Indonesia di masa yang akan datang. Apakah mungkin negara kita bisa berjaya di tahun 2045
sedangkan masyarakatnya saja tidak sehat secara fisik, mental, seksual, dan ekonominya ?

Anda mungkin juga menyukai