Anda di halaman 1dari 12

Faridatul Ummi – 11617021 Resume Webinar Pengenalan Profesi Farmasi

ABOUT HOSPITAL PHARMACY : LOCALLY AND GLOBALLY


“Keep Calm and Let the Hospital Pharmacist Handle It”

Hari/Tanggal : Minggu, 29 November 2020


Pukul : 13.00 – 15.00 WIB
Penyelenggara : Alumni Fakultas Farmasi (FF) Universitas Indonesia
Pemateri :
1. apt. Dra. Yulia Trisna, M.Pharm,
2. apt. Dra. Yuri Pertama Sari, MARS

MATERI I
HOSPITAL PHARMACY : GLOBAL PRESPECTIVE
Pemateri : apt. Dra. Yulia Trisna, M.Pharm, FISQua
(Vice-President South East Asia, FIP Hospital Pharmacy Section, Kepala Instalasi Farmasi Rumah
Sakit RSCM)
FIP (International Pharmaceutical Federation) merupakan federasi farmasi global yang diwakili oleh apoteker
dari seluruh dunia.
FIP memiliki perkawilan di masing-masing wilayah regional, yaitu :
- Eastern Mediterranean (EMRO)
- Europe (EURO)
- South East Asia (SEARO), Indonesia termasuk di SEARO
- Western Pacific (WPRO)
- Pan America (PARO)
- Africa (AFRO)
Berdasarkan data dari FIP 2015-2017, rata-rata apoteker yang bekerja di Rumah Sakit hanya sebesar 13%
dan yang bekerja di apotek (komunitas) sebesar 75%, dan bekerja di sektor lain sekitar 12%. Persebaran
apoteker pada lingkungan masyarakat di negara-negara SEARO masih kecil, yaitu hanya terdapat 3
apoteker pada 10.000 penduduk. Jika dibandingkan dengan standar FIP, yaitu harus terdapat 8 apoteker
dari 10.000 penududuk dapat kita jadikan pacuan agar dapat mencetak apoteker yang hebat dan mampu
membawa kesehatan Indonesia kea rah yang positif.
Farmasi Rumah Sakit merupakan penunjang utama pelayanan kesehatan di Rumah Sakit yang sangat
mempengaruhi :
- Kualitas pelayanan kesehatan
- Keselamatan pasien, dan
- Biaya
Permasalahan yang sering terjadi dalam dunia kefarmasian rumah sakit adalah Medication Error.
Faridatul Ummi – 11617021 Resume Webinar Pengenalan Profesi Farmasi

Berdasarkan Institute for Safe Medicine Practice, strategi yang dapat digunakan untuk mereduksi error yaitu
: (diurutkan berdasarkan strategi terkuat hingga terlemah)
1. Fail-safes dan constraints
2. Fungsi Pemaksaan
3. Automasi dan komputerisasi
4. Standardisasi
5. Redundansi
6. Reminders dan checklist
7. Peraturan dan Kebijakan
8. Edukasi dan pemberian informasi
9. Saran untuk lebih berhati-hati dan waspada
Acuan yang digunakan untuk melaksanakan good hospital pharmacy :
- Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit PMK 72/2016
- Standar PKPO SNARS Edisi 1.1/MMU JCI Edisi 7 (merupakan standar akreditasi Rumah Sakit
nasional)
- Basel Statements (HPS-FIP)
Basel statements merupakam hasil konsensus farmasis sedunia tentang kebijakan farmasi rumah
sakit
- Good Pharmacy Practice (FIP/WHO)
Fungsi Farmasi Rumah Sakit secara garis besar terbagi atas penyediaan dan penggunaan obat. Dalam
fungsi penyediaan obat, Farmasi RS berperan dalam pemilihan, pembelian, dan penyimpanan obat. Pada
tahap penggunaan obat, Farmasi RS berperan dalam penyiapan dan dispensing, peresepan, dosis,
transcribing, administrasi, monitoring, evaluasi, dan edukasi.

Gambar 1. Alur Perawatan Pasien di RS dan peran Farmasi Klinik

Tahap – Tahap Pelayanan Farmasi Klinik di Rumah Sakit


Faridatul Ummi – 11617021 Resume Webinar Pengenalan Profesi Farmasi

Penelusuran Riwayat penggunaan obat pasien sebelum admisi

Rekonsiliasi obat saat admisi

Pengkajian Resep

Pemantauan terapi obat dan visite

Edukasi Obat

Rekonsiliasi obat saat transfer

Rekonsiliasi obat pasien akan dipulangkan

Konseling obat pulang

Instalasi Farmasi Rumah Sakit diperbolehkan untuk melakukan In-House Production (Meproduksi obat
sendiri) dengan persyaratan :
- Tidak ada di pasaran
- Formulasi khusus
- Tidak stabil dalam jangka waktu yang lama
- Untuk penelitian
Tahap repacking merupakan tahapan preparasi sediaan yang juga penting untuk memudahkan penggunaan,
meminimalkan terjadiny DRP, menghemat biaya, memudahkan perhituhgan biaya
Dalam melakukan dispensing IV Admixture, Sitostatika, dan Nutrisi parenteral perlu dilakukan teknik aseptic.
Hal ini bertujuan untuk :
- Menjamin sterilitas larutan
- Meminimalkan kesalahan pengobatan
- Menjamin kompatibilitas dan stabilitas
- Menghindari pemaparan zat berbahaya
- Menghindari pencemaran lingkungan
- Meringankan beban kerja perawat
Faridatul Ummi – 11617021 Resume Webinar Pengenalan Profesi Farmasi

- Menghemat biaya penggunaan obat


Pemanfaatan Teknologi Informasi untuk Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit :
- Manajemen persediaan / inventory control
- Pelayanan Farmasi Klinik (Asuhan kefarmasian/Pharmaceutical Care)
Penggunaan teknologi informasi memiliki benefit pendokumentasian yang lebih baik,
pertukaran/sharing informasi lebih efisien antar professional kesehatan, meningkatkan kepatuhan
pasien
Proses Penggunaan Obat
1. Order resep
2. Verifikasi order
3. Pengemasan dosis obat dengan sistem robot (di negara-negara maju)
4. Delivery pengobatan pasien dengan barcoded label (di negara-negara maju)
5. Administrasi obat
Pada saat ini, sudah banyak negara maju yang menerapkan automasi penyiapan obat. Hal tersebut meliputi
Pharmacy Information System (PIS), Automated Dispensing Cabinet (ADC), Robotic IV Admixture, Barcode
labelling, Electronic Medication Administration Record, dll. Rumah Sakit di Indonesia pun sudah mulai
menerapkan automasi penyiapan obat ini meski belum secara keseluruhan.
Pada tanggal 30-31 Agustus 2008 di Besel, Switzerland diadakan kongres internasional oleh FIP yang
menghasilkan Besel Statements. Latar belakang diadakannya konfrensi ini adalah :
- Penyakit semakin kompleks
- Terapi semakin kompleks
- Proses penggunaan obat semakin kompleks
- Lingkungan kerja yang makin canggih (ICT – Information Communication Technology)
- Meningkatnya budaya bagi keselamatan pasien (safety culture)
Informasi lengkap tentang Basel Statements dapat dilihat di : https://www.fip.org/basel-statements
Topik yang dibicarakan dalam Basel Statements adalah (75 statements) :
- Pembelian obat
- Peresepan obat
- Preparasi dan distribusi obat
- Administrasi obat
- Monitoring luaran
- Human resources dan training
Pada tahun 2014, dilakukan revisi terhadap Basel Statements dengan dihasilkannya Bangkok statements.
Pada Bangkok statements terdapat 65 statement dalam cakupan topik yang sama dengan Basel statements
Nama-Nama Organisasi Profesi Tingkat Internasional :
- FIP (International Pharmaceutical Federation)
Faridatul Ummi – 11617021 Resume Webinar Pengenalan Profesi Farmasi

- ASHP (American Society of Health System)


- SHPA (The Society of Hospital Pharmacist of Australia)
- ACCP (American College of Clinical Pharmacy)

MATERI 2
PERAN APOTEKER DALAM PENANGANAN PASIEN KANKER
Pemateri : apt. Dra. Yuri Pertama Sari, MARS
(Kepala Instalasi Farmasi RS Kanker Dharmais)

1. Sekilas tentang Kanker


Apa itu Kanker ?
Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah
menjadi sel kanker. Dalam perkembangannya, sel-sel kanker ini dapat menyebar ke bagian tubuh
lainnya sehingga dapat menyebabkan kematian.
Kanker sering dikenal sebagai tumor, namun tidak semua tumor adalah kanker. Tumor adalah segala
benjolan tidak normal atau abnormal. Tumor dibagi dalam 2 golongan , yaitu tumor jinak dan tumor
ganas. Kanker adalah istilah umum untuk semua tumor ganas
Angka kejadian kanker di Indonesia terjadi pada 136,6 per 100.000 penduduk, berada pada urutan ke-
8 se-Asia Tenggara dan ke-23 di Asia. Untuk jenis kanker yang paling banyak menyerang rakyat
Indonesia berbeda pada tiap jenis kelamin. Pada penduduk laki-laki, kanker paru merupakan kasus
kanker terbanyak. Sedangkan pada penduduk wanita, kasus kanker terbanyak adalah kanker payudara.
Pengobatan Penyakit Kanker
- Pembedahan
Faridatul Ummi – 11617021 Resume Webinar Pengenalan Profesi Farmasi

- Kemoterapi
- Radioterapi
- Imunoterapi
- Targeted Therapy
- Terapi hormonal
- Transplantasi stem cell
Peran apoteker yang sangat terasa dalam pengobatan kanker pada pasien adalah dalam pemberian
kemoterapi. Hal yang harus dipahami terkait kemoterapi :
- Alur pemberian kemoterapi melibatkan multidisiplin sehingga membutuhkan proses komunikasi
yang baik dan jelas
- Dosis dan regimen kemoterapi bersifat individualized
- Penyiapan regimen kemoterapi memiliki tingkat kesulitan lebih tinggi dibanding penyiapan obat
lainnya
- Kesalahan pemberian kemoterapi (medication error) berakibat fatal
- Adanya faktor resiko dalam penanganan obat kemoterapi pada petugas
- Pelayanan kemoterapi semakin meningkat (BPJS)

2. Farmasi di Rumah Sakit dan Pengobatan Kanker


Peraturan tentang kefarmasian di Rumah Sakit diatur dalam UU No.44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit. Selain itu, Kementrian Kesehatan juga sudah menerbitkan Pedoman Petunjuk Teknis Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.
Fungsi Farmasi RS berdasarkan PERMENKES 72/2016 adalah :
a. Manajemen Farmasi
Melakukan pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,
pemusnahan, penarikan, dan pengendalian
b. Farmasi Klinik
▪ Pengkajian dan pelayanan resep
▪ Penelusuran Riwayat penggunaan obat
▪ Rekonsiliasi obat
▪ Pelayanan Informasi Obat (PIO)
▪ Konseling
▪ Visite
▪ Pemantauan Terapi Obat (PTO)
▪ Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
▪ Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)
▪ Dispensing sediaan steril , pelayanan dispensing sediaan steril ini hanya dapat dilakukan
oleh RS yang mempunyai sarana untuk melakukan produksi sediaan steril
▪ Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD)
c. Produksi Farmasi
▪ Sediaan steril
Faridatul Ummi – 11617021 Resume Webinar Pengenalan Profesi Farmasi

▪ Sediaan non-steril
Apoteker berperan penting dalam penanganan penyakit kanker dengan melakukan pengelolaan
obat, pemantauan terapi obat, dan menjamin 2M 2K (Mutu, Manfaat, Khasiat, dan Keamanan).
3. Siklus Pengelolaan Obat Kemoterapi
a. Seleksi/Pemilihan
• Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan
• Pemilihan obat merupakan suatu proses kerja sama/kolaboratif yang mempertimbangkan
baik kebutuhan dan keselamatan pasien maupun kondisi ekonominya
• Pemilihan yang tepat dapat meningkatkan benefit dalam penggunaan obat dan
meminimalkan toksisitas
• Dilakukan oleh Komite/Tim/Panitia Farmasi dan Terapi atas usulan dari Staf Medis
Fungsional
• Outputnya adalah Formularium RS
• Formularium dievaluasi 1x setahun

b. Perencanaan dan Pengadaan Obat


Obat kanker umumnya memiliki harga yang mahal. Dalam penyediaan obat kanker dibutuhkan
efisiensi agar tidak over stock ataupun out of stock. Aspek yang harus dipertimbangkan dalah :
• Keaslian, menjamin keamanan obat saat digunakan oleh pasien
• Kesesuaian produk dengan persyaratan yang ditentukan
• Harga
• Jumlah dan jenis obat yang disediakan
• Masa kedaluwarsa
• Persyaratan pengiriman
Selain itu, kekosongan obat juga dapat menyebabkan delay treatment.
c. Penyimpanan Obat
• Penyimapanan obat kanker harus terpisah dengan obat lainnya
• Syarat dan kondisi penyimpanan tertentu sesuai dengan persyaratan
• Penandaan high alert
• Perhatikan LASA
• Lakukan FiFo (First In First Out) untuk mencegah kedaluarsa

d. Prescribing
Di Rumah Sakit, medication error masih sering terjadi pada kisaran 2-6 %. Chemoterapy Error
dilaporkan 3 – 16%, yang mana kejadian lebih banyak terjadi pada tahap ordering, yang diikuti
dengan tahap administering dan dispensing.
Dalam peresepan obat kemoterapi, perlu diterapkan kebijakan :
Faridatul Ummi – 11617021 Resume Webinar Pengenalan Profesi Farmasi

• Peresepan obat kemoterapi oral dan parenteral harus dilakukan secara tertulis oleh dokter
yang sudah ditetapkan oleh institusi yang mempunyai kompetensi dalam memberikan
kemoterapi
• Tidak diperbolehkan memberikan obat kemoterapi secara lisan kecuali untuk instruksi
penundaan atau penghentian pemberian kemoterapi
• Terapi baru atau perubahan terapi harus terdokumentasi dalam rekam medik pasien
Peresepan juga dapat dilakukan dengan elektronik order dan harus melalui proses verifikasi.
e. Dispensing Sediaan Steril
Yang termasuk sediaan steril adalah chemotherapy drug reconstitution, non- chemotherapy drug
reconstitution (TPN, IV Admixture), dan radiofarmasetika

Pada PERMENKES RI NO. 1799/2010 tentang Industri Farmasi Pasal 2 dinyatakan bahwa :
1. Proses pembuatan obat dan atau bahan obat hanya dapat dilakukan oleh industry farmasi
2. Selain industri farmasi sebagaimana dimaksud pada ayat 1), Instalasi Farmasi Rumah Sakit
dapat melakukan proses pembuatan obat untuk keperluan pelaksanaan pelayanan
kesehatan di RS yang bersangkutan
3. Instalasi Farmasi Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat 2), harus terlebih dahulu
memenuhi persyaratan CPOB yang dibuktikan dengan sertifikat CPOB

Tujuan Safety Handling Cytotoxic Drugs :


a. Meningkatkan keselamatan pasien dengan mengurangi medication error
b. Menjamin mutu produk terlindung dari kontaminasi mikroba (menggunakan teknik aseptis)
Faridatul Ummi – 11617021 Resume Webinar Pengenalan Profesi Farmasi

c. Melindungi personal dan lingkungan yang terlibat dari paparan bahan berbahaya
d. Meningkatkan efisiensi biaya dan efisiensi waktu perawat
Paparan dari obat sitotoksik dapat menimbulkan bahaya pada farmasis dan perawat, karena
obat tersebut bersifat karsinogenik, mutagenic, teratogenic, toksisitas reproduksi,
genotoksisitas, dan toksisitas organ
Paparan dapat terjadi disebabkan oleh adanya kebocoran wadah, adanya tumpahan di
permukaan meja tempat pencampuran, bed pasien, lantai pasien, lantai kamar perawatan,
wadah-wadah tempat pencampuran, uap atau semburan cairan saat membuka vial dan ampul,
ekskreta pasien, dll.
Dispensing obat kemoterapi harus melibatkan :
a. Petugas yang terlatih dalam handling hazardous product dan aseptic technic, pemeriksaan
kesehatan, dan bukan wanita hamil dan menyusui
b. Alat Pelindung Diri yang terdiri dari gown (material tidak tembus air dan tidak melepas serat),
sarung tangan tebal dan panjang, sarung tangan nitril, goggle, masker N95
c. Ruangan dan instrument yang terdiri dari clean room, menggunakan cytotoxic drug safety
cabinet atau isolator, dan dilengkapi pass box dan HEPA filter

Alur Pemberian Kemoterapi :


Dokter membuat protocol dan regimen kemoterapi

Farmasi menerima protocol/regimen kemoterapi

Apoteker melakukan verifikasi

TTK menyiapkan obat kemoterapi

Apoteker memeriksa obat yang akan dipakai

Pengiriman obat ke ruangan dan serah terima antara petugas farmasi dengan perawat TK menyiapkan
obat kemoterapi

Perawat melakukan double check protocol kemoterapi


Faridatul Ummi – 11617021 Resume Webinar Pengenalan Profesi Farmasi

Perawat memberikan obat kemoterapi

Verifikasi Regimen Kemoterapi oleh Apoteker :


• Identitas pasien (Nama, Nomor MR, tanggal lahir)
• Diagnosis
• Tinggi Badan/Berat Badan
• Protokol kemoterapi
• Siklus
• Hasil patologi anatomi
• Hasil laboratorium
• Pasien BPJS : restriksi dengan Fornas (obat dengan diagnosis dan dosis)
• Nama obat, dosis, rute, pelarut, waktu pemberian
• Stabilitas sediaan
Sebelum melakukan preparasi obat kemoterapi harus ada orang kedua (double check)
yang melakukan konfirmasi dan melakukan pengecekan terhadap :
▪ Identitas pasien (minimal 2 identitas)
▪ Nama obat, bentuk sediaan, volume
▪ Rute pemberian dan kecepatan pemberian obat
▪ Perhitungan dosis yang sesuai dengan parameter yang dibutuhkan
▪ Jumlah siklus pemberian dan jarak antar siklus

Preparasi khusus untuk obat Intratechal :


▪ Tidak boleh dilakukan preparasi bersama obat yang lain
▪ Sediaan yang sudah dipreparasi harus diberikan dalam wadah yang khusus untuk
obat intratechal dan diberi penandaan khusus
▪ Jangan sediakan vincristine dalam spuit karena dapat berakibat fatal jika diberikan
secara IT (neurotoxic)
Pemberian label kemoterapi harus segera diberikan yang meliputi :
▪ Nama pasien dan identitas yang lain (minimal 2 identitas)
▪ Nama obat (nama generik)
▪ Rute pemberian obat
▪ Dosis obat, pelarut yang digunakan, dan volume pelarut
▪ Tanggal dan jam preparasi
▪ Tanggal dan jam kedaluarsa jika tidak langsung digunakan
Faridatul Ummi – 11617021 Resume Webinar Pengenalan Profesi Farmasi

▪ Jika penggunaan obat oral kemoterapi cantumkan : cara pasien meminum, jumlah
obat dalam kemasan, dan cara menyimpan

f. Administering
Sebelum pengadministrasian obat kemoterapi :
▪ Dokter atau perawat melakukan verifikasi (dilakukan minimal 2 orang petugas/double
check) , meliputi :
1. Nama pasien
2. Nama obat, dosis, dan volume larutan
3. Rute pemberian dan kecepatan pemberian obat disesuaikan dengan pengaturan
infuse pump
4. Batas kedaluarsa sediaan terutama bentuk obat-obat yang mempunyai batas
kedaluarsa yang pendek
▪ Semua kegiatan yang dilakukan pada verifikasi diatas (double check) harus
terdokumentasi

g. Informasi dan Edukasi Obat


▪ Informasi dan edukasi diberikan kepada pasien dan keluarga
▪ Informasi meliputi obat yang digunakan
▪ Manfaat obat yang digunakan
▪ Cara menggunakannya
▪ Efek samping yang mungkin terjadi

h. Pemantauan Terapi Obat (PTO)


▪ Medication review
▪ Identifikasi DRP (ada indikasi tidak terobati, pemilihan obat tidak tepat, dosis terlalu rendah,
dosis terlalu tinggi, efek samping obat, interaksi obat, pasien tidak menggunakan obat, tidak
ada indikasi)
▪ Rekomendasi

i. Monitoring Terhadap Efek Samping


▪ Obat kemoterapi bersifat sangat toksik dan berpotensi menimbulkan adverse event yang
sangat besar
▪ Adverse event adalah kejadian yang membahayakan pasien karena pemberian terapi dan
bukan karena penyakitnya sendiri yang bersifat dapat diprediksi maupun tidak diprediksi
▪ Monitoring terhadap efek samping dilakukan untuk mencegah keparahan dari resiko
kejadian yang tidak diinginkan dan menghindari pengulangan kejadian pada penderita yang
pernah dialaminya

4. Peran Lain Apoteker


- Kolabioasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, perawat, nutrisionis)
- Berpartisipasi dalam komite-komite yang terkait dalam pengembangan kebijakan penggunaan
obat di RS (KFT, KPRA,KPPI, Komite Medik)
Faridatul Ummi – 11617021 Resume Webinar Pengenalan Profesi Farmasi

- Berperan dalam pengobatan penunjang : tatalaksana nyeri, penggunaan antibiotik, pelayanan


paliatif, pelayanan homecare, pelayanan pasien COVID-19, dll.
- Pencegahan medication error
- Manajemen resiko
Untuk memaksimalkan outcome terapi pada pasien kanker dibutuhkan Collaborative Practice antar
tenaga profesional kesehatan (dokter, apoteker, dietisien, perawat, dll.) untuk menentukan care plan
yang tepat
Terapi penunjang yang perlu diberikan kepada pasien kanker adalah :
- Terapi nyeri. Pasien kanker akan mengalami nyeri yang hebat saat menerima medikasi
- Terapi antibiotika
- Terapi nutrisi
- Premedikasi Kemoterapi
- Terapi COVID-19

KESIMPULAN
1. Organisasi Apoteker di seluruh dunia memiliki nama FIP (International Pharmaceutical Federation)
yang telah menghasilkan Basel Statements dan Bangkok Statements
2. Basel Statements dan Bangkok Statements dapat dijadikan pedoman bagi berbagai negara di dunia
untuk Menyusun kebijakan terkait pelayanan kefarmasian dan kesehatan di masing-masing negara
3. Fungsi Farmasi Rumah Sakit secara garis besar terbagi atas penyediaan dan penggunaan obat.
Dalam fungsi penyediaan obat, Farmasi RS berperan dalam pemilihan, pembelian, dan
penyimpanan obat. Pada tahap penggunaan obat, Farmasi RS berperan dalam penyiapan dan
dispensing, peresepan, dosis, transcribing, administrasi, monitoring, evaluasi, dan edukasi.
4. Apoteker dalam pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit mempunyai peranan penting dalam
kolaborasi profesi dalam perawatan pasien
5. Peran apoteker dalam pengelolaan obat dan pemantauan terapi obat pada pasien diharapkan
berperan dalam menghasilkan outcome yang baik dalam pengobatan penyakit kanker
6. Peran dalam pengobatan penunjang penyakit kanker serta edukasi kepada pasien dapat
menghasilkan kualitas hidup yang lebih baik pada penderita kanker

Anda mungkin juga menyukai