Anda di halaman 1dari 10

Nama : Putri Azizah

NPM : 1617000111

Semester : VII

Asal : Universitas Pekalongan

RESUME WEBINAR PHARMACEUTICAL INDUSTRY DEVELOPMENT AND THE


ROLE OF PHARMACIST

A. Peran Strategis Apoteker Dalam Perkembangan Industri Farmasi di Indonesia ( oleh


Drs. Dani Pramoto )

Industri farmasi dimulai dari pememuan aspirin dari sari pati kulit kayu willow yang ditemukan
oleh Felix Hoffman pada tahun 1897. Perkembangan industri farmasi didukung oleh berbagai
penemuan diberbagai bidang. Industri farmasi merupakan tempat bagi apoteker untuk melakukan
pekerjaan kefarmasian dan merupakan badan usaha yang memiliki izin dari Menkes. Industri
farmasi indonesia yang merupakan BUMN, swasta, nasional dan multinasional, pasar farmasi
indonesia dan pangsa pasar didominasi perusahaan nasional, pasar farmasu ASEAN.

Industri Farmasi memiliki karakteristik yang berupa Capital Intensive, High Technology, R&D
Intensive, Heavily Regulated dan Fragmented Market. Industri farmasi diindonesia perlu
dikembangkan karena merupakan ketersediaan, kemandirian dan konsistensi ketersediaan obat,
optimasi biaya pengobatan dan pengematan device negara, potensi kekayaan indonesia,
penguasaan teknologi farmasi terkini kontribusi ke GDP dan penyediaan lapangan kerja. Industri
farmasi memiliki rencana pengembangan yang meliputi pembangunan industri nasional,
pembangunan sumber daya industri, pembangunan sarana dan prasarana industru, pemberdayaan
industri, perwilayahan industri, kebijakan afirmatif industri kecil dan industri menengah.

Pengembangan industri farmasi dan alat kesehatan, maka pemerintah menerbitkan instrukso
presiden kepada Menperin, Mendag, Men-BUMN, Menristekdikti, Ka-BPOM dan KA-BKPM
untuk mempercepat kemandirian dan daya asing industri dalam negri.

Industri strategis nasional meliputi Bio-pharma, vaccine, natural, chem-API, dimana biopharma
dan vaccine merupakan R&D yang kolaboratif manufacturing yang berkualitas dan efisien
regulasi yang pro pertumbuhan industri, sedangkan natural dan chem-API merupakan aligment
forum ABGC infrastruktur yang memanjang sumber daya manusia yang kompeten.

Apoteker berperan penting dalam pengembangan industri farmasi karena apoteker yang
menyusun suatu rencana pengembangan industri serta apoteker yang bertanggung jawab atas
suatu produksi yang ada di industri farmasi yang meliputi pembuatan/ pengembangan formula,
produksi, uji klinik, regulasi pemastian mutu, market access, whole salling, penjualan dan
pemasaran medical affairs dan farmakovigilans.
B. Peran TTK di Industri Farmasi ( oleh Drs. Sri Wahyuni )

Usaha obat tradisional di Industri farmasi meliputi IOT ( merupakan semua bentuk sediaan obat
tradisional dengan penanggung jawab apoteker WNI ), IEBA ( khusus membuat sediaan dalam
bentuk ekstrak sebagai produk akhir dengan penanggung jawab apoteker WNI ), UKOT
( merupakan semua bentuk sediaan OT kecuali bentum sediaan tablet, effevesen, suppositoria
dan kapsul lunak dengan penanggung jawab TTK WNI dan apoteker WNI ), UMOT ( membuat
sediaan obat tradisional dalam bentum parem, tapel, pilis, cairan obat luar dan rajangan dengan
penanggung jawab TTK WNI ).

Peranan CPOTB bagi usaha dibidang obat tradisional

1. Tahap I ( sanitasi hygiene dokumentasi )

2. Tahap II ( manajemen mutu, produksi, pengawasan mutu )

3. Tahap III ( bangunan, fasilitas dan peralatan, inspeksi diri penanganan keluhan, penarikan
kembali dan penanganan produk pengembalian, personalia.

Lingkup pekerjaan apoteker di Indonesia

1. R&D merupakan penentuan bahan yang akan digunakan trial formula dan pengunian khasiat,
toksisitas dan klinis untuk produk dengan formula baru

2. Registrasi di industri farmasi yang melakukan pendaftaran produk obat nasional (OT) ke
direktorat registrasi obat tradisional BPOM sesuai Permenkes 007/2012

3. Produksi diindustri farmasi bertugas melakukan rentang induk pembangunan rancangan desain
tata udara dan rancangan desain sistem pengolahan air

4. QA ( pemastian mutu ) di industri farmasi bertugas melakukan in process control, pelulusan


produk akhir, penanganan keluhan terhadap produk, pengembalian produk dan penarikan
kembali produk serta penanggung jawab kalibarasi, kualifikasi alat/mesin dan validasi

5. QC di industri farmasi bertugas melakukan implementadi prinsup CPOTB, sampling,


pengujian sampel, pengembangan dan validasi metode analisis.

6. PPIC diindustri farmasi bertugas melakukan produksi, mengatur ketersediaan bahan baju,
pengemas dan penyimpanan, mengatut ketersediaan produk jadi, memonitor suhu gudang.

Pada industri farmasi semua orang pekerja diindustri farmasi harus memiliki KOMPETENSI
yang berupa pengetahuan, kemampuan, kinerja, pengalaman, kepemimpinan dan potensi.
KESIMPULAN

Menurut saya, apoteker tidak hanya berperan dirumah sakit dan apotek saja namun apoteker juga
memiliki peran penting di perusahaan besar industri farmasi. Peluang apoteker di industri
farmasi lebih terjangkau maka perlu dilakukan pengembangan dan pengetahuan yang luas
mengenai Industri Farmasi.
WEBINAR SERIES 2

OPTIMALIZATION OF PHARMACIST’S ROLE ON SUPPORTING PATIENT


SAFETY IN HOSPITAL

RANGKUMAN 1 ( Drs. Budi Raharjo, SP.FRS )


Topik : Fungsi Manajemen Farmasi Rumah Sakit Dalam Pelayanan Kefarmasian Yang
Berkualitas

Standar pelayanan kefarmasian

Universal Healt Coverage Di 2014 dimana pelayanan kefarmasian berubah 180° dimulai dari
1. UU Tentang SJSN ( Jaminan Kesehatan Nasional )
2. Pelaksananya adalah ( Badan Penyelenggara Jaminan Sosial )
3. Bpjs Kesehatan ( Sistem Rujukan )
4. Klaim Tagihan Rs ( Ina_Cbgs -> Indonesian Clinical Based Group )
5. Plafond Pelayanan Kesehatan ( Perubahan Ifrs )
6. Obat Dan Alat Kesehatan 40-60% Biaya Kesehatan
Pelayanan Farmasi : Reveneu Centre yang merupakan pusat pendapatan ( farmasi juga
merupakan Cost Centre ) Tagihan klaim nya berdasarkan penyakit
7. Peran Farmasi Klinik ( Kendali Mutu Kendali Biaya )

Standar Pelayanan Kefarmasian di RS pada PERMENKES 72/2016 pasal 3 ayat (1)


Standar pelayanan kefarmasian di RS terdiri dari :
1. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alkes dan BMHP berupa
a. Pemilihan : dirumah sakit pemilihan sediaan farmasi ada tim/panitia khusus yang
melaksanakan Sistem Formularium, panitia tersebut harus multidisiplin dan multi profesi
yang tugasnya mengevaluasi, memilih, menilai dari berbagai zat aktif obat dan atau produk
obat serta alat kesehatan yang tersedia di pasaran yang dianggap paling berguna dalam
perawatan pasien
Kriteria pemilihan : yang paling penting itu adalah obat yang kita pilih termasuk obat yang
diadakan dirumah sakit dipilih yang relevan yang pola penyakitnya paling sering muncul
atau terjadi.
Sistem Formularium : panitia farmasi berkumpul dan harus menerapkan standar terapi dan
membuat data terkait problem penyakit dirumah sakit kemudian daftar formularium
disusun, daftar formularium tersbut yang nantinya akan kaya semacam kitab suci dirumah
sakit sebagai panduan instalasi rumah sakit. Bila rumah sakit yang baik pasti memiliki
formularium manual. Yang paling penting adalah Monitoring dan Evaluasi Rasional
Penggunaan Obat, monitoring inlah yang harus selalu dilaksanakan oleh tim atau panitia
farmasi. Biasanya dalam prakteknya bekerja sama dengan tim monitoring. Formularium itu
harus dipatuhi oleh panitia farmasi
b. Perencanaan Kebutuhan
Pemilihan oleh panitia farmasi tadi Masuk dalam jumlah sediaan farmasi yang
dilaksanakan oleh instalasi farmasi dari obat maupun kesehatan.
Metode perencanaan ada 2 yaitu
1. Konsumsi
Metode pelaksanaan konsumsi paling banyak digunakan farmasi karena mudah dan cepat
untuk merencanakan obat-obatan seperti cairan besar, alkes rutin dan obat rutin.
2. Epidemiologi
Metode ini berdasarkan penyakit yang muncul di RS , Metode ini cukup rumit sehingga
jarang digunakan untuk perencanaan item-item sediaan farmasi yang umum, metode ini
biasanya digunakan untuk obat terprogram seperti kemoterapi yaitu berdasarkan penyakit
yang muncul di RS.
Baik metode konsumsi maupun metode epidemiologi perencanaan nya sudah dicocokan
dengan jumlah anggaran, seorang apoteker harus menentukan mana yang PUT yang
dikroskan dengan VEN><ABC
Untuk menentukan Vital-Essensial-Non Esensial harus dipelajari dengan baik, harus
memahami ilmu farmasi klinik sebaiknya para tim farmasi klinik harus terjun ke
manajemen dulu supaya memahami bital-essensial-non esesnsial karena kalau bukan
apoteker tidak bisa melakukan.
c. Pengadaan
Evaluasi suplier dengan metode tender dan pembelian langsung, e-purchasing biasa
digunakan oleh rumah sakit pemetintah, e-catalog ( obat-obatan yang biasa di e-purchasing
yaitu e-catalog ), evaluasi waktu tunggu pengadaan ( RS Pemerintah
d. Penerimaan dan Penyimpanan
Penerimaan yaitu tentang pemeriksaan faktur dan kondisi sediaan farmasi serta
pemeriksaan tanggal kadaluarsa.
Penerimaan : Pemeriksaan ada metode FIFO yang paling aman untuk mencegah obat
expired dan FEFO, stabilitas penyimpanan dan dalam penyimpanan harus memiliki peta
untuk kemudahan dalam telusur/pencarian
e. Pendistribusian
Distribusi ada dari Gudang Logistic ke depo/satelit pelayan dan distribusi sediaan farmasi
dari depo/satelit dari pasien. Untuk kepada pasien ada 3 meetode yaitu peresepan individu
yang sering di rawat jalan dengan berbagai modifikasi sistem paket bedah dan paket
persalinan dll, metode ke 2 ward floor stock jadi ada stock tertentu diruangan tertentu yang
dikelola oleh petugas dari ruangan dengan berbagai metode yaitu metode depo farmasi,
stock emergensi, metode yang ke 3 yaitu metode yang paling dianjurkan tim akreditasi
FARS yaitu metode Unit Dose Dispensing.
f. Pemusnahan Dan Penarikan
g. Pengendalian
Adalah suatu quality assuranceuntuk memastikan semua pelayanan kefarmasian yang
berada dalam rentang mutu yang telah ditetapkam Management RS, contohnya adalah
evaluasi kepatuhan penulisan resep dokter terhadap formularium RS, evaluasi kesesuaian
stok fisik dengan sistem inventory, evaluasi waktu tunggu pelayanan resep rawat jaalan,
evaluasi kepuasan pasien terhadap pelayanan resep, evaluasi penggunaan obat ( misal
antibiotika) kualitatif dan kuantitaif
h. Administrasi
2. Pelayanan Farmasi Klinik
Meliputi pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan
sediaan farmasi dan alat kesehatan dengan maksut mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan mutu kehidupan pasien.

Tujuan dari pelayanan farmasi klinik :


a. Menjamin mutu, manfaat, keamanan dan khasiat sediaan farmasi dan alat kesehatan
b. Menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian
c. Melindungi pasien, masyarakat dan staf dari pengunaan obat yang tidak rasional dalam
rangka keselamtan pasien
d. Menjamin sistem pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat yang lebih aman
e. Menurunkan angka kesalahan pengunaan obat

RANGKUMAN 2 ( Ridlo Pahlavi, S.Farm., M.Farm.Klin )


Topik : Peran Farmasi Klinis Dirumah Sakit Yang Mendukung Patient Safety

A. PATIENT SAFETY
Yaitu sistem atau tatanan pelayanan dalam suatu rumah sakit yang memberikan asuan pasien
secara lebih aman.
Keselamatan pasien ini bertujuan untuk mencegah kesalahpahaman dan melindungi pasien dari
bahaya pengobatan dan tindakan medis.
Eror Yang Terjadi pada Medication System
a. Dimulai dari peresepan
b. Penyalinan
c. Pemberian obat
d. Administrasi, dalam pemberian obat ke pasien
Penyebab medication eror di RS
a. Komunikasi
b. Kolaborasi tenaga Kesehatan
1. Kolaborasi Profesi Kesehatan
Tenaga Profesional Kesehatan adalah mereka yang secara langsung memmberikan pelayanan
kepada pasien.
Tugas dari TPK : tugas independen, tugas kolaborasi, tugas delegasi.
Peningkatan penggunaan obat yang rasional tujuannya yaitu patient safety & Effisiensi seta
patien Satisfaction.
Apoteker dapat membantu meningkatkan keselamatan, kesehatan seta nkesembuhan pasien jika
mereka adalah bagian dari tim perawatan kesehatan pasien.
Manfaat praktik kolaborasi praktik apoteker terhadap mutu pelayanan kesehatan, intervensi
peningkatan pelayanan kefarmasian di fasilitas kesehatan yaitu
a. Meningkatkan kepatuhan terapi
b. Mengurangi kesalahan penggunaan obat
c. Mencegah medication error
d. Mencegah, mengatasi, mengurangi terjadinya masalah terkait obat
e. Meningkatkan penggunaan obat yang cost effective
2. Peran farmasi klinik
Pelayanan kefarmasian :
a. Pengolahan Obat, memastikan agar aman, effektif mutu dan murah caranya dengan
Pelayanan Farmasi 1 Pintu yaitu dengan pelaksanaan pelayanan farmasi klinik dengan
menunjang hospital safety, patient safety serta satisfaction.
b. Dalam penggunaan obat kita harus memastikan obat tersebut digunakan secara rasional
yaitu dengan cara melakukan pelayanan farmasi klinik dengan pelayanan farmasi 1 pintu
dengan pelaksanan farmasi klinik dengan menunjang hospital safety, patient safety serta
satisfaction.
Yang dimaksut pengunaan obat secara rasional yaitu 8B + 1W
1. Diagnosis
2. Indikasi
3. Obat
4. Dosis
5. Saat dan lama penggunaan
6. Rute
7. Informasi
8. Dokumentasi berupa rekam medis

PELAYANAN FARMASI KLINIK :

1. PENGAKJIAN DAN PELAYANAN RESEP


Dirumah sakit ada obat high alert
1. Obat yang mempunyai resiko paling tinggi menyebabkan bahaya ketika salah dalam
pemberianya
2. Obat yang sering menyebabkan terjadi kesalahan serius ( sentinel event )
3. Obat high alert harus dipisahkan atau diberi tanda khusus agar mudah dibedakan
sehingga tidak terjadi kesalahan dalam penggunaan obat
Obat high alert
1. Obat resiko tinggi : sisostatika injeksi, sedatif injeksi, narkotika injeksi, antikoagulan
injeksi, semua bentuk sediaan insulin
2. Elektrolit kosentrat
3. Obat LASA
Obat high alert DILAKUKAN “DOUBLE CHECK” yaitu pada saat MENERIMA,
MENYIAPKAN, MEMBERIKAN
Persyaratan obat high alert
1. Lemari terkunsi, berskotlet merah, label high alert
2. Jollybox ( stiker high alert )
3. Setiap sediaan diberi stiker high alert

2. PENELUSURAN RIWAYAT PENGGUNAAN OBAT


Untuk mendapatkan informasi mengenai sediaan farmasi lain yang pernah dan sedang
digunakan melalui wawancara, rekam medik, pencatatan penggunaan obat pasien

3. REKONSILIASI OBAT
Menyelaraskan intruksi pengobatan dengan obat yang telah didapat pasien. Tahapan :
pengumpulan data, komparasi, konfirmasi kepada dokter jika ada ketidaksesuaian, komunikasi.

4. PELAYANAN INFORMASI OBAT


Tujuan :
- Menunjnag ketersediaan informasi dalam rangka penggunaan obat yang rasional dan
beorientasi kepada pasien
- Menyediakan dan memberikan informasi obat kepada tenaga kesehatan dan pihak lain.
Peran apoteker di PIO
1. Menyiapkan sarana dan fasilitas di PIO
2. Membuat protap/SPO pelayanan PIO
3. Melaksanaan kegiatan PIO
4. Monitoring dan evaluasi

5. KONSELING
Pemeberian nasehat atau saran terkait terapi obat dari apoteker kepada pasien dan keluarganya
Faktor yang diperhatikan :
1. Kriteria pasien
- Kondisi khusus
- Intruksi khusus
- Terapi jangka panjang
- Indek terapi sempit
- Poli farmasi
- Kepatuhan rendah
2. Sarana dan peralatan
Tujuan konseling
1. Meningkatkan hubungan kepercayaan antara k=tenaga kefarmasian dan pasien
2. Menunjukan perhatian serta kepedulian terhadap pasien
3. Membantu pasien untuk mengatur dan terbiasa dengan obat
4. Membantu pasien untuk mengatur dan menyesuaikan penggunaan obat dengan
penyakitnya
5. Meningkatkan keptuhan pasien dalam menjalani pengobatan
6. Mencegah atau meminimalkan masalah

6. VISIT
Merupakan kegiatan kunjungan apoteker kepada pasien rawat inap diruang perawatan dilakukan
secara mandiri atau bersama dokter/ tenaga kesehatan lain.

7. PEMANTAUAN TERAPI OBAT


Adalah kegiatan untuk memastikan terapi obat yang aman efektif dan rasional bagi pasien
PTO mulai dari :
1. Seleksi pasien
2. Pengumpulan data pasien
3. Identifikasi masalah terkait obat
4. Rekomendasi terapi
5. Rencana pemantauan dan tindak lanjut
8. MONITORING EFEK SAMPING OBAT
Pemantauan setiap respon obat yang tidak dikehendaki yang terjadi pada dosis lazim yang
digunakan untuk tujuan profilaksis , diagnosa dan terapi
Faktor yang perlu diperhatikan
1. Kerja sama dengan KFT dan ruang rawat
2. Ketersediaan formulir MESO

9. EVALUASI PENGGUNAAN OBAT


Program EPO yang terstruktur dan kesinambungan secara kualitatif dan kuantitatif.

10. DISPENSING SEDIAAN STERIL


Instalasi farmasi dapat memproduksi sediaan tertentu apabila : tidak ada di pasaran, lebih murah
jika diproduksi sendiri, dengan formula khusus, dengan kemasan yang lebih kecil/repacking,
untuk penelitian dan yang tidak stabil dalam penyimpanan/harus dibuat baru.

11. PEMANTAUAN KADAR OBAT DALAM DARAH


Merupakan interpretasi hasil pemeriksaan obat tertentu atas permintaan dari dokter yang
merawat karena indeks terapi sempit atau atas usulan dari apoteker kepada dokter.

PERAN APOTEKER DALAM KOMITE/TIM LAIN YANG TERKAIT PENGGUNAAN


OBAT DIRUMAH SAKIT ANTARA LAIN :
1. Pengendalian infeksi rumah sakit
2. Keselamatan pasien rumah sakit
3. Mutu pelayanan kesehatan rumah sakit
4. Perawatan paliatif dan bebas nyeri
5. Penanggulangan AIDS
6. Program pengendalian resistensi antimikroba
7. Transplantasi
8. PKMRS
9. Terapi rumatan metadon
KESIMPULAN :
1. Keselamatan pasien adalah hal utama dalam pelayanan dirumah sakit
2. Kolaborasi apoteker dan tenaga kesehatan sangat diperlukan untuk menunjang
keselamatan pasien
3. Kegiatan farmasi klinik perlu dilaksanakan selaras dengan manajemen farmasi yang baik

Anda mungkin juga menyukai