Anda di halaman 1dari 4

Perkembangan Ilmu Farmasi/ Farmasetika Definisi Profesi Farmasi Profesi farmasi merupakan profesi yang berhubungan dengan seni

dan ilmu dalam hal penyediaan dan pengolahan bahan sumber alam serta bahan sintetis yang cocok dan menyenangkan untuk didistribusikan serta digunakan dalam pengobatan dan pencegahan suatu penyakit. Definisi Farmasi Farmasi adalah ilmu yang mempelajari cara membuat, mencampur, meracik, memformulasi, mengidentifikasi, mengobinasi, menganalisis serta menstandarkan obat dan pengobatan juga sifat-sifat obat beserta pendistribusian dan penggunaannya secara aman. Farmasis (apoteker) merupakan gelar profesional dengan keahlian di bidang farmasi. Farmasis biasa bertugas di institusi-institusi baik pemerintahan maupun swasta seperti badan pengawas obat/makanan, rumah sakit, industri farmasi, industri obat tradisional, apotek, dan di berbagai sarana kesehatan.. Farmasi dalam bahasa Yunani (Greek) disebut farmakon yang berarti medika atau obat. Definisi Apoteker Apoteker adalah seorang yang ahli dalam bidang farmasi seperti yang disebut pada definisi di atas. Karir Farmasi Karir farmasi meliputi: 1. farmasi komunitas; 2. farmasi rumah sakit; 3. pedagang besar farmasi (PBF); 4. farmasi industri; 5. pelayanan farmasi di pemerintahan; 6. pendidikan farmasi; 7. farmasi manajemen. Kurikulum Pendidikan Farmasi8. Farmasi klinik meliputi kegiatan memonitor penggunaan obat, memonitor efek samping obat (MESO), dan kegiatan konseling/informasi obat bagi yang membutuhkannya. 9. Biologi farmasi adalah ilmu yang mempelajari tentang dasardasar kehidupan organisme; peranan biologi dalam bidang kesehatan, baik secara langsung maupun tidak langsung memberikan pengaruh kehidupan manusia; serta morfologi, anatomi, dan taksonomi tumbuhan dan hewan yang berhubungan dengan dunia kefarmasian. 10. Administrasi farmasi, manajemen farmasi, dan pemasaran adalah ilmu yang mempelajari tentang administrasi, manajemen, dan pemasaran yang berhubungan dengan kewirausahaan farmasi beserta aspek-aspek kewirausahaannya. Peranan Apoteker Pada Farmasi Komunitas Orang yang dipandang banyak mengetahui tentang obat adalah apoteker. Hal ini disebabkan:

1. Apoteker memiliki tanggung jawab terhadap obat yang tertulis di dalam resep. Apoteker merupakan konsultan obat bagi dokter maupun pasien yang memerlukannya. Apoteker harus mampu menjelaskan tentang obat yang berguna bagi pasien karena dia mengetahui tentang: (a) cara menggunakan dan meminum obat; (b) efek samping yang timbul jika obat dipakai; (c) stabilitas obat dalam berbagai kondisi; (d) toksisitas dan dosis obat yang digunakan; (e) rute penggunaan obat; (f) eksistensinya sebagai seseorang yang ahli dalam obat. 2. Apoteker memiliki tanggung jawab yang penting terhadap penjualan obat bebas pada pasien. Pada Industri Farmasi Peran apoteker di industri farmasi antara lain 1. menjadi anggota penelitian dan pengembangan (Litbang atau R&D [Research and Development]); 2. bertugas di bagian produksi farmasi; 3. bertugas di bidang informasi ilmiah dan masalah perundangundangan farmasi; 4. bertugas di bidang promosi, informasi, dan pelayanan obat; 5. bertugas di bidang penjualan (sales) dan pemasaran (marketing) obat. Instalasi farmasi rumah sakit (IFRS) adalah suatu unit di rumah sakit yang merupakan fasilitas penyelenggaraan kefarmasian di bawah pimpinan seorang farmasis dan memenuhi persyaratan secara hukum untuk mengadakan, menyediakan, dan mengelola seluruh aspek penyediaan perbekalan kesehatan di rumah sakit yang berintikan pelayanan produk yang lengkap dan pelayanan farmasi klinik yang sifat pelayanannya berorientasi kepada kepentingan penderita. Visi, Misi dan Tujuan Visi Farmasi rumah sakit adalah terselenggaranya pelaksanaan dan pengelolaan dalam pelayanan, pekerjaan kefarmasian di rumah sakit termasuk pelayanan farmasi klinik . Misi pelayanan kefarmasian di rumah sakit adalah mengadakan terapi obat yang optimal bagi semua penderita, menjamin mutu tertinggi dan pelayanan dengan biaya yang paling efektif serta memberikan pendidikan dan pengetahuan baru di bidang kefarmasian melalui penelitian bagi staf medik, mahasiswa, dan masyarakat. Tujuan farmasi rumah sakit menurut The American Society of Hospital Pharmacist (ASHP:1994) adalah:

Turut berpartisipasi aktif dalam penyembuhan penderita dan memupuk tanggung jawab dalam profesi dengan landasan filosofi dan etika. Mengembangkan ilmu dan profesi dengan konsultasi pendidikan dan penelitian. Mengembangkan kemampuan administrasi dan manajemen, penyediaan obat dan alat kesehatan di rumah sakit.

Meningkatkan keterampilan tenaga farmasi yang bekerja di instalasi farmasi rumah sakit. Memperhatikan kesejahteraan staf dan pegawai yang bekerja di lingkungan instalasi farmasi rumah sakit. Mengembangkan pengetahuan tentang farmasi rumah sakit untuk meningkatkan mutu pelayanan. Tugas dan Fungsi Farmasi Rumah Sakit Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.134/Menkes/Per/I/1978, farmasi rumah sakit bertugas mengelola :

Peracikan, penyimpanan, dan penyaluran obat-obatan, gas medik serta bahan kimia. Penyimpanan dan penyaluran alat kesehatan. Fungsi farmasi rumah sakit adalah memberikan pelayanan yang bermutu dengan ruang lingkup yang berorientasi pada kepentingan masyarakat meliputi 2 fungsi yaitu :

Pelayanan farmasi yang berorientasi pada produk yaitu mengelola perbekalan farmasi yang efektif dan efisien mulai dari perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, produksi, pendistribusian dan evaluasi penggunaan perbekalan farmasi. Pelayanan farmasi yang berorientasi pada pasien/farmasi klinik, meliputi: 1. Mewujudkan perilaku sehat melalui penggunaan obat rasional termasuk pencegahan dan rehabilitasinya. 2. Mengidentifikasikan permasalahan yang berhubungan dengan obat melalui kerjasama dengan pasien dan tenaga kesehatan lain. 3. Memonitor penggunaan obat dan melakukan pengkajian terhadap penggunaan obat yang diberikan kepada pasien. 4. Memberi informasi mengenai hal yang berhubungan dengan obat. 5. Melakukan konseling kepada pasien/keluarga pasien maupun kepada tenaga kesehatan untuk mendapatkan terapi yang rasional. 6. Melakukan pelayanan TPN (Total Parenteral Nutrition), IV admixture dan pelayanan pencampuran obat sitostatik (Cytostatic Handling). 7. Berperan serta dalam kepanitiaan seperti Panitia Farmasi dan Terapi (PFT). Pekerjaan Apoteker di Industri

23/03/2011

tags: apoteker, CPOB, industri

by Rika Febriyanti

Meskipun namanya Apoteker (Apotek ditambah akhiran -er), seorang apoteker bukan berarti hanya dapat bekerja di Apotek. Banyak sebenarnya pekerjaan lain yang dapat dilakukan oleh seorang apoteker yang mungkin tidak banyak diketahui oleh masyarakat awam, salah satunya adalah di industri farmasi.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 245/Menkes/SK/V/1990 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pemberian Izin Usaha Industri Farmasi Pasal 10, suatu industri farmasi obat jadi dan bahan baku obat setidaknya harus mempekerjakan secara tetap minimal tiga orang apoteker WNI sebagai manager atau penanggung jawab produksi, pengawasan mutu (Quality Control/QC), dan pemastian mutu (Quality Assurance/QA). Ketiga bagian ini (produksi, pengawasan mutu, dan pemastian mutu) harus dipimpin oleh orang yang berbeda yang tidak saling bertanggung jawab satu terhadap yang lain (indipenden) agar tidak terjadi tumpang tindih tugas dan perannya. Dari peraturan tersebut, sudah jelas bahwa apoteker diperlukan di industri farmasi, setidaknya untuk memimpin ketiga bagian tersebut.

Baik manager produksi, QC, maupun QA, ketiganya haruslah merupakan apoteker yang sudah berpengalaman di industri farmasi dan memenuhi kualifikasi yang ditentukan. Oleh karena itu, seorang apoteker yang bekerja di industri farmasi tidak serta merta dapat menduduki posisi-posisi tersebut tetapi harus memulai karirnya dari bawah, misalnya dari level staff.

Produksi hendaknya dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan dan memenuhi ketentuan pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). CPOB sendiri menjamin produk yang dihasilkan memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin edar (registrasi). Oleh karena itu, bagian produksi bertugas untuk menjalankan proses produksi sesuai prosedur yang telah ditetapkan dan sesuai dengan ketentuan CPOB. Bagian pengawasan mutu (QC) bertanggung jawab penuh dalam seluruh tugas pengawasan mutu mulai dari bahan awal, produk antara, produk ruahan, dan produk jadi. Sementara bagian pemastian mutu (QA) bertugas untuk memverifikasi seluruh pelaksanaan proses produksi, pemastian pemenuhan persyaratan seluruh sarana penunjang produksi, dan pelulusan produk jadi. Dalam hal ini, pemastian mutu adalah suatu konsep luas yang mencakup semua hal yang akan mempengaruhi mutu dari obat yang dihasilkan, seperti personel, sanitasi dan higiene, bangunan, sarana penunjang, dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai