Anda di halaman 1dari 8

Ilmu Farmasi : 7 Stars Farmasi + 2 poin, 9 Stars Farmasi, Seven Stars Farmasi.

7 Stars Of Pharmacist adalah istilah yang diungkapkan World Health Organization (WHO),
untuk menggambarkan peran seorang farmasis dalam pelayanan kesehatan yang seiring
waktu bertambah menjadi 9 stars farmasi. oke baiklah sobat IF, langsung saja, 9 stars farmasi
antara lain
1. Care-Giver
Seorang Farmasi/apoteker merupakan profesional kesehatan yg peduli, dalam wujud nyata
memberi pelayanan kefarmasian kepada pasien dan masyarakat luas, berinteraksi secara
langsung, meliputi pelayanan klinik, analitik, tehnik, sesuai dengan peraturan yang berlaku
(PP No 51 tahun 2009), misalnya peracikan obat, memberi PIO (Pelayanan Informasi Obat),
konseling, konsultasi, screening resep, monitoring, visite, dan banyak tugas kefarmasian
lainnya.
2. Decision-Maker
Seorang farmasi/apoteker merupakan seorang yang mampu menetapkan/ menentukan
keputusan terkait pekerjaan kefarmasian, misalnya memutuskan dispensing, penggantian
jenis sediaan, penyesuaian dosis, pengantian obat jika ditemukan bahaya yg signifikan, serta
keputusan2 lainnya yg bertujuan agar pengobatan lebih aman, efektif dan rasional.
3. Communicator
Seorang farmasi/apoteker harus mampu menjadi komunikator yang baik, sehingga pelayanan
kefarmasian dan interaksi kepada pasien, masyarakat, dan tenaga kesehatan berjalan dengan
baik, misalnya menjadi komunikator yang baik dalam PIO (Pelayanan Informasi Obat),
Penyuluhan, konseling dan konsultasi obat kepada pasien, melakukan visite ke bangsal/ruang
perawatan pasien, Pengajar, Narasumber, dan sebagainya.
4. Manager
Seorang farmasi/apoteker merupakan seorang manajer dalam aspek kefarmasian non klinis,
kemampuan ini harus ditunjang kemampuan manajemen yang baik, contoh sebagai Farmasis
manajer (APA) di apotek , Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit, harus mampu mengelola
perbekalan farmasi dan mengelola karyawan agar dapat melayani dg optimal dan produktif
dalam hal kinerja & profit. contoh lainnya sebagai Pedagang Besar Farmasi/PBF), manager
Quality Control (QC), Quality Assurance (QA), Manajer Produksi, dan lain lain.
5. Leader
Seorang farmasi/apoteker harus mampu menjadi seorang pemimpin, mempunyai visi dan
misi yang jelas, dan dapat mengambil kebijakan yg tepat untuk memajukan
institusi/perusahaan/lembaga yang dipimpin, misalnya sebagai Rektor, Dekan, Direktur
Rumah Sakit, Direktur Utama di industri farmasi, Direktur marketing, Direktur bagian
produksi dan sebagainya.
6. Life-Long Learner
Seorang farmasi/apoteker harus memiliki semnangat belajar sepanjang waktu, karna
informasi/ilmu kesehatan terutama farmasi (obat, penyakit dan terapi) terus berkembang
pesat dari waktu ke waktu, sehingga kita perlu meng-update pengetahuan dan kemampuan
agar tidak ketinggalan.
7. Teacher
Seorang farmasi/apoteker dituntut dapat menjadi pendidik/akademisi/edukator bagi pasien,
masyarakat, maupun tenaga kesehatan lainnya terkait ilmu farmasi dan kesehatan, baik
menjadi guru, dosen, ataupun sebagai seorang farmasis/apoteker yg menyampaikan informasi
kepada pasien masyarakat dan tenaga kesehatan lain yang membutuhkan informasi.
8. Research
Seorang farmasi/apoteker merupakan seorang peneliti terutama dalam penemuan dan
pengembangan obat-obatan yang lebih baik. disamping itu farmasi juga dapat meneliti aspek
lainnya misal data konsumsi obat, kerasionalan obat, pengembangan formula, penemuan
sediaan baru (obat, alat kesehatan, dan kosmetik).
9. Entrepreneur
Seorang farmasi/apoteker diharapkan terjun menjadi wirausaha dalam mengembangkan
kemandirian serta membantu mensejahterakan masyarakat. misalnya dengan mendirikan
perusahaan obat, kosmetik, makanan, minuman, alat kesehatan, baik skala kecil maupun
skala besar, mendirikan apotek, serta bisnis tanaman obat dan lai lainnya.

Maaf jika ada kekeliruan, Informasi ini mungkin masih mempunyai banyak kekurangan.
Semoga 9 stars farmasi dapat membuka cakrawala pemikiran kita. peran kita sebagai
seorang farmasi/apoteker sangat besar dan luas, sekarang tinggal bagaimana kita
mengembangkan dan meningkatkan kompetensi diri agar ke-9 poin diatas bisa kita jalankan
dengan baik, hayo semangat sobat dan sejawat sekalian, Yakin Diri, Kita Bisa :D
Farmasis memiliki delapan (8) bintang farmasis yaitu :
1. Teacher
Tidak hanya membagi ilmu pengetahuan pada yang lainnya,tapi juga memberi peluang pada
praktisi lainnya untuk memperoleh pengetahuan dan penyesuaian keterampilan yang telah
dimilikinya
2. Leader
Apoteker yang memegang peranan sebagai pemimpin harus mempunyai visi dan kemampuan
memimpin (tanggung jawab untuk menjadi pemimpin dalam semua hal yang menyangkut
kesejahteraan pasien dan masyarakat)
3. Decision Maker
Apoteker bekerja berpondasi kecocokan ,kemanjuran,aman dan harga yang efektif serta
memainkan peran dalam penyusunan kebijakan obat-obatan
4. Communicator
Menjelaskan informasi kesehatan dan obat-obatan pada masyarakat.Aerta berpengetahuan dan
percaya diri ketika berinteraksi dengan tenaga kesehatan
5. Long life learner
Apoteker harus belajar bagaimana menjaga ilmu pengetahuan dan keterampilan mereka tetap up
to date
6. Care Giver
Mampu menjelaskan gaya hidup sehat ,simptom penyakit serta pelayanannya harus dengan mutu
yang tinggi
7. Manager
Apoteker harus dapat mengelola sumber daya (SDM,fisik dan keuangan) dan informasi secara
efektif serta bertanggung jawab yang lebih besar untuk bertukar informasi tentang obat dan produk
yang berhubungan dengan obat serta kualitasny
8.Researcher
Apoteker harus dapat menggunakan sesuatu berdasarkan bukti (ilmiah,praktek farmasi,sistem
kesehatan) yang efektif dalam memberikan nasehat pada pengguna obat secara rasional dalam tim
pelayanan kesehatan.Dengan berbagai pengalam apoteker,dapat juga berkontribusi pada bukti
dasar dengan tujuan mengoptimalkan dampak dan perawatan pasien
Peran dan Kompetensi Apoteker

Peran profesional yang mencakup laporan kompetensi, unit, dan elemen yang
menggambarkan pengetahuan profesional, atribut, dan diharapkan kinerja farmasi diperluas
dan diatur peran profesional. Framing kompetensi ini : profil keselamatan pasien, penyediaan
perawatan yang optimal, undang-undang, profesional dan kolaboratif hubungan, berpikir
kritis, pengambilan keputusan dan keterampilan pemecahan masalah, dan professional
penilaian. Profil ini menggambarkan pengetahuan khusus, keterampilan, kemampuan, dan
sikap yang diperlukan untuk performa yang kompeten dan mencerminkan peran farmasi
dalam situasi yang beragam dan Pengaturan praktik farmasi.

1. Kompetensi Pernyataan: Sebuah komponen pekerjaan besar yang membutuhkan aplikasi


dan integrasi pengetahuan yang relevan, keterampilan, kemampuan, sikap, dan / atau
penilaian.

2. Kompetensi Unit: Sebuah segmen utama dari suatu kompetensi secara keseluruhan yang
menggambarkan kunci kegiatan yang diperlukan untuk melaksanakan kompetensi itu.

3. Elemen Kompetensi: Sebuah sub-bagian dari unit kompetensi yang menggambarkan atau
memerinci indikator kinerja kunci aktivitas yang diharapkan.

Etika, Hukum dan Tanggung Jawab Profesional

Apoteker praktek dalam persyaratan hukum, menunjukkan integritas profesional dan


bertindak untuk menegakkan standar profesional praktek dan kode etik.

Elemen Kompetensi: persyaratan Terapkan hukum dan etika, Menegakkan dan bertindak atas
prinsip etika yang akuntabilitas utama seorang apoteker adalah pasien, Menunjukkan
integritas pribadi dan professional, Menunjukkan pemahaman tentang sistem perawatan
kesehatan dan peran apoteker dan profesional kesehatan lain di dalamnya, Menunjukkan
pemahaman tentang pentingnya dan proses pengembangan profesional yang berkelanjutan.

Unusuall Learning Profession

Dimensi baru pekerjaan kefarmasian sekarang antara lain : Asuhan Kefarmasian


(Pharmaceutical Care), Farmasi Berdasarkan Bukti, Kebutuhan Menemui Pasien, Kepedulian
Pada Pasien Kronis, Pengobatan Sendiri, Jaminan Mutu Pelayanan Kesehatan, Farmasi
Klinis, Kewaspadaan Farmasi.

Farmasi ditinjau dari objek materinya, memiliki kerangka dasar dari ilmu-ilmu alam; Kimia,
Biologi, Fisika dan Matematika. Sedangkan ilmu farmasi ditinjau dari objek formalnya
merupakan ruang lingkup dari ilmu-ilmu kesehatan. Secara historis ilmu farmasi
dikembangkan dari medical sciences, yang berdasarkan kebutuhan yang mendesak perlunya
pemisahan ilmu farmasi sebagai ilmu pengobatan dari ilmu kedokteran sebagai ilmu tentang
diagnosis.

Secara umum farmasi terdiri dari farmasi teoritis dan farmasi praktis. Farmasi secara teoritis
dibangun oleh beberapa cabang ilmu pengetahuan, yang secara garis besarnya terdiri dari
farmasi fisika, kimia farmasi, farmasetika, dan farmasi sosial. Selanjutnya farmasi praktis
terdiri dari dua bagian besar yakni farmasi industri, dan farmasi pelayanan.
Pertama, Farmasi Industri adalah ruang lingkup penerapan ilmu-ilmu farmasi teoritis, dan
tempat pengabdian bagi ahli-ahli farmasi (farmasis) yang berorientasi pada produksi bahan
baku obat, dan obat jadi, dan perkembangan selanjutnya juga meliputi kosmetika dan
makanan-minuman.

Kedua, Farmasi Pelayanan yakni pengabdian disiplin ilmu farmasi (farmasis/apoteker) pada
unit-unit pelayanan kesehatan (apotek, rumah sakit, badan pengawasan, dan unit-unit
kesehatan lainnya). Peranan farmasis/apoteker di unit-unit pelayanan kesehatan menjadi
sangat penting, dan berorientasi pada pemberian obat rasional empirik, yakni pemberian obat
yang tepat dosis, tepat pasien, tepat indikasi, dan harga terjangkau

Untuk hal tersebut di atas, sangat dibutuhkan kerjasama antara farmasis/apoteker dengan
pihak-pihak terkait (interdisipliner), dan didukung oleh wawasan luas yang berorientasi pada
kesehatan yang paripurna dan hedonistik, produktif manusiawi, serta berwawasan lingkungan
yang ekologis, bernuansa pada kesejakteraan yang universal.

Farmasis/apoteker yang berdaya intelektual dan berdaya moral haruslah menjunjung tinggi
nilai-nilai keadilan dan nilai kejujuran dalam menjalankan profesinya. Setiap keputusan yang
diambil, pilihan yang ditentukan, penilaian yang dibuat hendaknya selalu mengandung
dimensi etika.

1. Care-Giver
Seorang Farmasi/apoteker merupakan profesional kesehatan yg peduli, dalam wujud nyata
memberi pelayanan kefarmasian kepada pasien dan masyarakat luas, berinteraksi secara
langsung, meliputi pelayanan klinik, analitik, tehnik, sesuai dengan peraturan yang berlaku
(PP No 51 tahun 2009), misalnya peracikan obat, memberi PIO (Pelayanan Informasi Obat),
konseling, konsultasi, screening resep, monitoring, visite, dan banyak tugas kefarmasian
lainnya.
2. Decision-Maker
Seorang farmasi/apoteker merupakan seorang yang mampu menetapkan/ menentukan
keputusan terkait pekerjaan kefarmasian, misalnya memutuskan dispensing, penggantian
jenis sediaan, penyesuaian dosis, pengantian obat jika ditemukan bahaya yg signifikan, serta
keputusan2 lainnya yg bertujuan agar pengobatan lebih aman, efektif dan rasional.
3. Communicator
Seorang farmasi/apoteker harus mampu menjadi komunikator yang baik, sehingga pelayanan
kefarmasian dan interaksi kepada pasien, masyarakat, dan tenaga kesehatan berjalan dengan
baik, misalnya menjadi komunikator yang baik dalam PIO (Pelayanan Informasi Obat),
Penyuluhan, konseling dan konsultasi obat kepada pasien, melakukan visite ke bangsal/ruang
perawatan pasien, Pengajar, Narasumber, dan sebagainya.
4. Manager
Seorang farmasi/apoteker merupakan seorang manajer dalam aspek kefarmasian non klinis,
kemampuan ini harus ditunjang kemampuan manajemen yang baik, contoh sebagai Farmasis
manajer (APA) di apotek , Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit, harus mampu mengelola
perbekalan farmasi dan mengelola karyawan agar dapat melayani dg optimal dan produktif
dalam hal kinerja & profit. contoh lainnya sebagai Pedagang Besar Farmasi/PBF), manager
Quality Control (QC), Quality Assurance (QA), Manajer Produksi, dan lain lain.
5. Leader
Seorang farmasi/apoteker harus mampu menjadi seorang pemimpin, mempunyai visi dan
misi yang jelas, dan dapat mengambil kebijakan yg tepat untuk memajukan
institusi/perusahaan/lembaga yang dipimpin, misalnya sebagai Rektor, Dekan, Direktur
Rumah Sakit, Direktur Utama di industri farmasi, Direktur marketing, Direktur bagian
produksi dan sebagainya.
6. Life-Long Learner
Seorang farmasi/apoteker harus memiliki semnangat belajar sepanjang waktu, karna
informasi/ilmu kesehatan terutama farmasi (obat, penyakit dan terapi) terus berkembang
pesat dari waktu ke waktu, sehingga kita perlu meng-update pengetahuan dan kemampuan
agar tidak ketinggalan.
7. Teacher
Seorang farmasi/apoteker dituntut dapat menjadi pendidik/akademisi/edukator bagi pasien,
masyarakat, maupun tenaga kesehatan lainnya terkait ilmu farmasi dan kesehatan, baik
menjadi guru, dosen, ataupun sebagai seorang farmasis/apoteker yg menyampaikan informasi
kepada pasien masyarakat dan tenaga kesehatan lain yang membutuhkan informasi.
8. Research
Seorang farmasi/apoteker merupakan seorang peneliti terutama dalam penemuan dan
pengembangan obat-obatan yang lebih baik. disamping itu farmasi juga dapat meneliti aspek
lainnya misal data konsumsi obat, kerasionalan obat, pengembangan formula, penemuan
sediaan baru (obat, alat kesehatan, dan kosmetik).
9. Entrepreneur
Seorang farmasi/apoteker diharapkan terjun menjadi wirausaha dalam mengembangkan
kemandirian serta membantu mensejahterakan masyarakat. misalnya dengan mendirikan
perusahaan obat, kosmetik, makanan, minuman, alat kesehatan, baik skala kecil maupun
skala besar, mendirikan apotek, serta bisnis tanaman obat dan lai lainnya.
DEAL
Konsep the eight-star pharmacist diperkenalkan oleh WHO pada tahun 2000 sebagai
kebijaksanaan tentang praktek pendidikan farmasi yang baik ( Good Pharmacy Education
Practice)
Dengansemakin meningkatnya kebutuhan masyarakat akan obat-obat baru yang lebih efektif
serta makin banyaknya tenaga farmasis dunia kerja yang perlu bersaing untuk memperoleh
pekerjaan sesuai bidangnya, maka dirasa perlu untuk mengembangkan EIGHT stars
pharmacist menjadi nine star pharmacist. Melalui konsep nine stars pharmacist ini
diharapkan farmasis dapat lebih mengoptimalkan peranannya dalam meningkatkan pelayanan
kefarmasian kepada pasien dengan tujuan akhir berupa kesembuhan pasien dan peningkatan
kualitas hidup pasien. Nine stars pharmacist tersebut yaitu :

1. Care-Giver
Seorang Farmasis merupakan profesional kesehatan yg peduli, dalam wujud nyata memberi
pelayanan kefarmasian kepada pasien dan masyarakat luas, berinteraksi secara langsung,
meliputi pelayanan klinik, analitik, tehnik, sesuai dengan peraturan yang berlaku (PP No 51
tahun 2009), misalnya peracikan obat, memberi PIO (Pelayanan Informasi Obat), konseling,
konsultasi, screening resep, monitoring, visite, dan banyak tugas kefarmasian lainnya.
2. Decision-Maker
Seorang farmasis merupakan seorang yang mampu menetapkan/ menentukan keputusan
terkait pekerjaan kefarmasian, misalnya memutuskan dispensing, penggantian jenis sediaan,
penyesuaian dosis, pengantian obat jika ditemukan bahaya yg signifikan, serta keputusan2
lainnya yg bertujuan agar pengobatan lebih aman, efektif dan rasional.
3. Communicator
Seorang farmasis harus mampu menjadi komunikator yang baik, sehingga pelayanan
kefarmasian dan interaksi kepada pasien, masyarakat, dan tenaga kesehatan berjalan dengan
baik, misalnya menjadi komunikator yang baik dalam PIO (Pelayanan Informasi Obat),
Penyuluhan, konseling dan konsultasi obat kepada pasien, melakukan visite ke ruang
perawatan pasien, Pengajar, Narasumber, dan sebagainya.
4. Manager
Seorang farmasi merupakan seorang manajer dalam aspek kefarmasian non klinis,
kemampuan ini harus ditunjang kemampuan manajemen yang baik, contoh sebagai Farmasis
manajer (APA) di apotek , Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit, harus mampu mengelola
perbekalan farmasi dan mengelola karyawan agar dapat melayani dg optimal dan produktif
dalam hal kinerja & profit.
5. Leader
Seorang farmasis harus mampu menjadi seorang pemimpin, mempunyai visi dan misi yang
jelas, dan dapat mengambil kebijakan yg tepat untuk memajukan
institusi/perusahaan/lembaga yang dipimpin, misalnya sebagai Rektor, Dekan, Direktur
Rumah Sakit, Direktur Utama di industri farmasi, Direktur marketing, Direktur bagian
produksi dan sebagainya.
6. Life-Long Learner
Seorang farmasis harus memiliki semnangat belajar sepanjang waktu, karna informasi/ilmu
kesehatan terutama farmasi (obat, penyakit dan terapi) terus berkembang pesat dari waktu ke
waktu, sehingga kita perlu meng-update pengetahuan dan kemampuan agar tidak ketinggalan.
7. Teacher
Seorang farmasi dituntut dapat menjadi pendidik/akademisi/edukator bagi pasien,
masyarakat, maupun tenaga kesehatan lainnya terkait ilmu farmasi dan kesehatan, baik
menjadi guru, dosen, ataupun sebagai seorang farmasis/apoteker yg menyampaikan informasi
kepada pasien masyarakat dan tenaga kesehatan lain yang membutuhkan informasi.
8. Research
Seorang farmasis merupakan seorang peneliti terutama dalam penemuan dan pengembangan
obat-obatan yang lebih baik. disamping itu farmasi juga dapat meneliti aspek lainnya misal
data konsumsi obat, kerasionalan obat, pengembangan formula, penemuan sediaan baru
(obat, alat kesehatan, dan kosmetik).
9. Entrepreneur
Seorang farmasis diharapkan terjun menjadi wirausaha dalam mengembangkan kemandirian
serta membantu mensejahterakan masyarakat. misalnya dengan mendirikan perusahaan obat,
kosmetik, makanan, minuman, alat kesehatan, baik skala kecil maupun skala besar,
mendirikan apotek, serta bisnis tanaman obat dan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai