Anda di halaman 1dari 20

ALUR DISTRIBUSI OBAT

PSIKOTROPIKA
Oleh :
Aldian (02) Jessica(21)
Arda (05) Krisna(22)
Maheswara (24) XII.2
ALUR

PABRIK

Sarana Penyimpanan
PBF Sediaan Farmasi
Pemerintah
ALUR MASUK (APOTEK, RUMAH
SAKIT)

Membuat perencanaan kebutuhan psikotropika dengan metode yang


sesuai

Memesan ke PBF terkait menggunakan SP sesuai peraturan perundang


- undangan

Setelah obat datang, dilakukan pemeriksaan. Dan jika perlu dilakukan


retur. Obat diinput dan disimpan pada lemari khusus
ALUR MASUK (PUSKESMAS)

Membuat perencanaan kebutuhan psikotropika dengan


LPLPO

Menyerahkan LPLPO ke Sarana Penyimpanan Sediaan


Farmasi Pemerintah

Setelah obat datang, dilakukan pemeriksaan. Obat diinput dan


disimpan pada lemari khusus
 Perencanaan
Dapat menggunakan beberapa metode yaitu :
 Metode epidemiologi
 Metode konsumsi
 Metode kombinasi
 Pengadaan
Menurut UU no 5 th 1997 penyaluran psikotropika hanya dapat dilakukan
oleh pabrik obat, pedagang besar farmasi, dan sarana penyimpanan sediaan
farmasi Pemerintah. Dan apotek, rumah sakit, puskesmas dll tidak boleh langsung
memesan ke pabrik obat, melainkan memesan terlebih dahulu ke PBF dengan SP.
Dalam SP Psikotropika harus:
 asli dan dibuat paling sedikit dalam rangkap 2 (dua) serta tidak dibenarkan
dalam bentuk faksimili dan fotokopi;
 ditandatangani oleh penanggung jawab fasilitas distribusi dan dilengkapi
dengan nama jelas dan nomor Surat Izin Kerja (SIK) / Surat Tanda Registrasi
Apoteker (STRA);
 mencantumkan nama dan alamat lengkap, nomor telepon / faksimili, nomor izin
dan stempel fasilitas distribusi;
 mencantumkan nama industri farmasi atau fasilitas distribusi pemasok beserta
alamat lengkap;
 mencantumkan nama psikotropika, jenis dan kekuatan sediaan, isi kemasan dan
jumlah dalam bentuk angka dan huruf;
 diberi nomor urut dan tanggal dengan penulisan yang jelas;
SP psikotropika harus dibuat 2 rangkap dengan warna yang berbeda. Dimana
masing-masing SP ini memiliki peruntukannya tersendiri yaitu :
 Rangkap pertama berwarna putih untuk Pedagang Besar Farmasi (PBF)
 Rangkap kedua berwarna merah muda untuk arsip Apotek
 Penerimaan
Pada saat penerimaan harus dilakukan pemeriksaan terhadap:
o kebenaran nama, jenis, nomor bets, tanggal kedaluwarsa, jumlah dan
kemasan harus sesuai dengan surat pengantar / pengiriman barang
dan/atau faktur penjualan;
o kondisi kontainer pengiriman dan/atau kemasan termasuk segel, label
dan/atau penandaan dalam kondisi baik;
o kebenaran nama, jenis, jumlah dan kemasan dalam surat pengantar /
pengiriman barang dan/atau faktur penjualan harus sesuai dengan arsip
surat pesanan
Jika setelah dilakukan pemeriksaan terdapat:
 item obat yang tidak sesuai dengan surat pesanan atau
 kondisi kemasan tidak baik,maka
Obat tersebut harus dikembalikan dengan disertai bukti retur dan surat
pesanan asli, dan segera meminta bukti terima pengembalian dari pemasok.
Jika terdapat ketidaksesuaian nomor bets, tanggal kedaluwarsa dan jumlah
antara fisik dengan dokumen pengadaan harus dibuat dokumentasi untuk
mengklarifikasi ketidak sesuaian dimaksud ke pihak pemasok
Resep datang

Skrinning resep

Resep diberi harga

Pasien tidak setuju Pasien setuju

ALUR KELUAR
Konsultasi dengan dokter
mengenai jenis, jumlah item yang
sesuai untuk pasien

Pasien tidak setuju Pasien setuju


Penyajian atau peracikan resep

Pemeriksaan resep sebelum


diserahkan pada pasien

Penyerahan obat ke pasien

Pemberian KIE atau informasi


kepada pasien dan pembayaran
obat – obatan (resep)
1. Resep datang

Ketika di Apotek, ketika pasien datang


membawa resep, maka Apoteker atau Asisten
Apoteker mengambil resep dan
mempersilahkan pasien untuk menunggu.
Obat psikotropika tidak boleh diberikan tanpa
resep dokter
2. Skrinning resep

Selanjutnya resep dilakukan skrinning resep, skrinning dibagi menjadi 3, yaitu


diantaranya :
 Skrinning administratif : Berguna untuk menghindari kesalahan penulisan resep
maupun pemalsuan resep yang meliputi keaslian resep → adanya tanda tangan atau
paraf dokter penulis resep, benar atau salahnya nama obat, sesuai tidaknya potensi
obat, dosis obat dan jumlah yang diminta.
 Skrinning farmasetic : yakni menyesuaikan dengan kondisi pasien meliputi apakah
dosisnya sudah sesuai dengan pasien, potensi obat apakah cocok dengan penyakit
yang diderita pasien.
 Skrinning klinis : meliputi adanya alergi, efek samping, interaksi obat, kesesuaian
(dosis dan jumlah obat), cara pemakaian obat
3. Pemberian harga

Apabila pasien setuju dengan harga yang kita berikan,


maka segera dilakukan penyiapan / peracikan obat.
Namun, jika pasien tidak setuju atau tidak mampu
membayar dengan harga yang diberikan maka akan
diajukan obat lain dengan jenis dan jumlah yang sama
dengan harga yang sesuai dengan kemampuan pasien.
Penggantian obat juga perlu ditanyakan kepada dokter
terkait.
4. Penyiapan dan peracikan obat

Tahap ini dilakukan tidak harus oleh Apoteker melainkan dapat


dilakukan Asisten Apoteker atau Tenaga Teknis Kefarmasian terlatih.
 Peracikandilakukan dengan penimbangan obat, pencampuran obat
apabila obat perlu dicampur (dijadikan serbuk, cairan, dll).
 Kemudian pengemasan, setelah obat selesai diracik / disiapkan dan
tahap selanjutnya adalah pemberian etiket. Etiket harus dibuat
dengan jelas dan dapat dipahami oleh pasien. Pengemasan harus
rapi agar dapat menjaga kualitas dari obat tersebut.
Cont...

Pada tahap ini juga dilakukan pencacatan pada kartu stok


tentang pengeluaran obat psikotropika. Pengisiannya hampir
sama dengan pencatatan obat bebas, hanya ditambahkan
nama dokter, nama dan alamat pasien.
5. Penyerahan obat

Sebelum obat diserahkan ke pasien, maka harus


dilakukan pengecekan kembali terhadap kesesuaian
antar obat dengan etiket obat dalam resep.
Penyerahan obat dilakukan dengan pemberian informasi
mengenai obat tersebut seperti cara pemakain, cara
penyimpanan obat, dll, serta dilaksanakan komunikasi
informasi dan edukasi (KIE).
Pemusnahan

Pemusnahan dilakukan oleh penanggung jawab fasilitas distribusi dan disaksikan


oleh petugas Badan POM, serta dibuat berita acara pemusnahan yang ditandatangani
oleh penanggung jawab fasilitas distribusi dan saksi.
Pelaksanaan pemusnahan dilaporkan ke Badan POM dengan tembusan
disampaikan ke Balai Besar/Balai POM dan Dinas Kesehatan Provinsi setempat
dengan melampirkan berita acara pemusnahan.
 Laporan pemusnahan sekurang-kurangnya memuat:
a) nama narkotika atau psikotropika, jenis dan kekuatan sediaan, isi
kemasan, jumlah, nomor bets dan tanggal kedaluwarsa;
b) tanggal, waktu dan tempat pelaksanaan pemusnahan;
c) cara dan alasan pemusnahan;
d) nama penanggung jawab fasilitas distribusi; dan
e) nama saksi - saksi.

Anda mungkin juga menyukai