Anda di halaman 1dari 39

TUGAS PROPOSAL

FORMULASI EVALUASI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID

“BROMHEXINE HCL SYRUP”

Disusun Oleh :

KELOMPOK 1 G2

Nurul Aini (221FF04023)

Renia Pratiwi (221FF04024)

Syifa Najma Wuljanah (211FF04025)

Tifania Nurhalimah (221FF04026)

Tina Siti Nurjanah ( 221FF04027)

Alisa Arsilia (221FF04029)

Ferdi Jamal Linardo (221FF04031)

FAKULTAS FARMASI PROGRAM

STUDI S1 FARMASI EKSTENSI

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA

2022/2023
BAB I

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG
Sediaan bromhexien biasanya dibuat dalam bentuk sirup atau eliksir. Sirup adalah
larutan dalam air dan gula atau pengganti gula yang pekat, dengan atau tanpa tambahan
falvoring agent atau obat. Selain mudah dalam penggunaanya sirup juga mempunyai rasa
yang manis dan aroma yang harum serta warna yang menarik sehingga disukai oleh berbagai
kalangan terutama anak-anak dan mereka yang mengalami kesulitan menelan bentuk sediaan
oral lain dari obat. Sirup didefinisikan sebagai sediaan cair yang mengandung sukrosa.
Kecuali dinyatakan lain, memiliki kandungan sukrosa lebih besar dari atau sama dengan
64% dan kurang dari atau sama dengan 66%. Sirup dibagi menjadi dua kelompok
berdasarkan fungsinya: sirup obat dan sirup rasa. Sirup obat adalah sirup yang mengandung
satu atau lebih bahan obat. Sirup rasa, di sisi lain, biasanya tidak digunakan untuk tujuan
medis, tetapi mengandung berbagai bahan aromatik atau rasa yang menyenangkan dan
digunakan sebagai larutan pembawa atau rasa untuk berbagai obat-obatan lainnya.
Bahan sirup meliputi pemanis, pengawet, antimikroba, rasa, perasa dan pewarna.
Pemanis berfungsi untuk meningkatkan cita rasa formulasi dan pengawet antimikroba
berfungsi untuk menjaga stabilitas simpan produk obat. Ini meningkatkan umur simpan
produk obat dan mencegah pertumbuhan berlebih mikroorganisme dan jamur. Hampir
semua sirup diberi rasa buatan atau dibumbui dengan bahan alami untuk memberikan rasa
yang enak pada sirup. Karena sirup adalah formulasi cair, perasa harus memiliki kelarutan
air yang cukup. Selanjutnya, rasa harus sesuai dengan rasa sirup, dan pilihan warna biasanya
seimbang dengan rasanya (Karimah dkk. 2019).
Batuk merupakan respon alami tubuh terhadap gangguan pada sistem pernapasan.
Batuk biasanya dapat terjadi ketika sistem kekebalan tubuh mulai melemah. Batuk dibagi
menjadi batuk akut dan batuk kronis tergantung waktunya. Batuk bisa disebabkan oleh virus,
alergi atau asma, iritasi atau peradangan.
Penelitian berskala besar menemukan bahwa prevalensi batuk di Amerika Serikat
adalah 18% dari 1109 penderita batuk kronis yang disebabkan kebiasaan merokok.Survei
berskala besar juga dilaporkan dilaporkan di negara Swedan sebanyak 11% batuk tidak
produktif, 8% batuk produktif, 38% batuk yang terjadi malam hari, dari ketiga hal tersebut
diperoleh sebanyak 623 orang usia 31 tahun yang disebabkan asma, rhinitis alergi, relux
lambung, dan merokok. Data survey European Respiratory Society terhadap 18.277 subyek
dengan usia 20-48 tahun, dimana dilaporkan batuk nokturnal sebanyak 30%, batuk produktif
10% dan batuk non produktif 10%.
Beberapa penelitian telah dilakukan tentang hubungan antara batuk kronis dan polusi
udara. Batuk kronis merupakan masalah utama di negara berkembang sebagai manifestasi
penyakit saluran pernafasan seperti tuberkulosis paru (TB). Di beberapa negara Asia
Tenggara, batuk terus-menerus yang berlangsung 2-3 minggu mungkin merupakan gejala
yang dicurigai dari tuberkulosis.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sahara (2017) dapat memberikan
rekomendasi terbaik untuk pengobatan demam dan Sagara (2018) dapat memberikan
rekomendasi terbaik untuk pengobatan diare menggunakan sistem pendukung keputusan
(SPK). Pada penelitian ini menulis membangun sistem berbasis pengetahuan untuk
pemilihan obat batuk. Penggunaan sistem ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi
terbaik bagi pengguna dalam memilih obat batuk (Tri & Windi, 2020).

II. DEFINISI
Obat merupakan sediaan atau paduan bahan yang siap digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sisitem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka
penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan
kontrasepsi (Depkes, 2005).
Batuk merupakan mekanisme pertahanan tubuh untuk menjaga pernafasan dari benda
atau zat asing. Beberapa penyakit, seperti kangker, paru-paru, TBC, tifus, radang paru-paru,
asma dan cacingan juga menampakan gejala berupa batuk (Widodo, 2009). Jenis batuk
berdasarkan produktivitasnya yaitu:
1) Batuk berdahak, yaitu batuk yang menghasilkan dahak atau lendir (sputum) sehingga
lebih dikenal dengan sebutan batuk berdahak. Batuk produktif memiliki cirri khas yaitu
dada terasa penuh dan berbunyi. Batuk produktif sebaiknya tidak diobati dengan obat
penekanan batuk karena lender akan semakain banyak terkumpul di paru-paru.
2) Batuk tidak berdahak, yaitu batuk yang tidak menghasilkan dahak (sputum), yang juga
disebut batuk kering. Batuk tidak produktif sering membuat tenggorokan terasa gatal
sehingga menyebabkan suara menjadi serak atau bahkan hilang.
Jenis batuk berdasarkan waktu berlangsung yaitu:
1) Batuk akut, yaitu batuk yang berlangsung kurang dari tiga minggu serta terjadi dalam
satu episode. Batuk jenis ini umumnya disebabkan oleh flu dan alergi.
2) Batuk kronis, yaitu batuk yang berlangsung lebih dari tiga minggu atau terjadi dalam
tiga episode selama tiga bulan berturut-turut. Batuk jenis ini biasanya disebabkan oleh
asma, bronkitis dan tuberkulosis.
Mekanisme batuk dapat dibagi menjadi tiga fase yaitu fase inspirasi, fase komresi dan fase
ekspirasi. Batuk biasanya bermula dari inhalasi sejumlah udara, kemudian glottis akan
menutup dan tekanan di dalam paru akan meningkat yang akhirnya diikuti dengan
pembukaan glottis secara tiba-tiba dan ekspresi sejumlah udara dalam kecepatan tertentu.
Fase inspirasi dimulai dengan inspirasi singkat dan cepat dari sejumlah besar udara, pada
saat ini glottis secara refleks sudah terbuka. Setelah udara di inspirasi maka mulailah fase
kompresi dimana glottis akan tertutup. Pada masa ini, tekanan di paru dan abdomen akan
meningkat. Tertutupnya glotis merupakan ciri khas batuk. Kemudian terjadi fase ekspirasi,
maka glotis akan secara aktif terbuka. Udara akan keluar dan menggetarkan jaringan
saluran nafas serta udara yang ada sehingga menimbulkan suara batuk.
Mendiaknosa batuk adalah dengan mendengarkan suara batuk, ketika batuk yang dialami
pasien disebabkan oleh virus atau terjadi infeksi maka akan diberikan antibiotik (Andiny,
2019)
Terdapat beberapa pengobatan farmakologi yaitu dengan menggunakan obat antitusif,
ekspektoran dan mukolitik:
1) Antitusif : pengobatan yang ditujukan untuk batuk kering, golongan obat ini bekerja
sentral pada susunan saraf pusat dengna cara menekan rangsangan batuk dan menaikan
ambang rangsang batuk. Obat ini tidak sesuai jika diberikan pada pasien batuk berdahak
karena akan menyebabkan dahak menjadi kental dan susah keluar. Contoh obat antitusif
yaitu: dekstrometofan, codein, noskarin.
2) Ekspektoran : pengobatan yang ditujukan untuk batuk berdahak, folongan obat ini
bekerja dengan cara meningkatkan sekresi cairan saluran pernafasan sehingga
kekentalan dahak menjadi berkurang akibat dahak akan mudah dikeluarkan. Obat ini
jika diberikan pada pasien batuk kering maka akan meningkatkan frekuensi batuk
menjadi meningkat. Contoh obat ekspektoran yaitu: guafenisin
3) Mukolitik : pengobatan yang digunakan untuk batuk berdahak yang kental, seperti batuk
pada bronchitis. Golongan obat ini bekerja dengan jalan memutus serat-sert
mukopolisakarida atau membuka jembatan disulfide diantara makromolekul yang
terdapat pada dahak sehingga kekntalan dahak akan berkurang dan dahak akan mudah
keluar. Contoh obat mukolitik yaity: bromhexine , ambroksol.

II.1 BROMHEXINE HCL

Gambar II.1 : Struktur Kimia Bromhexine HCl

Bromhexine HCl memiliki nama kimia N-(2-Amino-3.5-


dibromobenzil)-N-metilsikloheksanmin hidroklorida [611-75-6], dengan
rumus molekul C14H20Br20N2HCl dan berat molekul sebesar 412,6 g/mol.
Pemberian dari bromhexine HCl yaitu sediaan serbuk hablur, putih atau
hampir putih dan kelarutannya sangat suka larut dalam air, sukar larut salam
etanol dan dalam metilen klorida. Kadar bromhexine mengandung tidak
kurang dari 98,5% dan tidak lebih dari 101,5% (Farmakope Indonesia ed. V,
2014).
Bromhexine HCl adalah obat yang digunakan untuk mengencerkan
dahak pada saluran pernafasan atau yang disebut juga mukolitik. Obat ini
bekerja dengan cara menghambat kerja sel yang menghasilkan dahak atau
mucus sehingga menghasilkan dahak yang tidak kental dan mudah untuk
dikeluarkan.

III. PREFORMULASI
A. Zat aktif
Bromheksin HCL (Farmakope Indonesia ed. V, , Hal 254)
Pemerian : Sebuk hablur; putih atau hampir putih
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air; sukar larut dalam etanol dan dalam
metilen klorida
Penyimpanan : Terlindungan cahaya
Kegunaan : Zat aktif (mukolitik atau obat saluran pernafasan)
Kegunaan : Bahan aktif (ekspektoran)
B. Zat tambahan
a) Sorbitol (Farmakope Indonesia ed. V, , hal.1210; British Pharmacopeia I,
hal.1331)
Pemerian : Jernih, tidak bewarna, cairan seperti sirup, dapat bercampur
dengan air, gliserol 85%, dan dengan propilen glikol; larut
dalam alcohol
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, sukar larut dalametanol, metanol,
dan asam asetat
Inkompabilitas : Akan membentuk larutan seperti air ketika dikombinasikan
dengan ion logam dalam keadaanasam,alkalin, direaksikan juga
dengan besi oksidaakan hancur.
Fungsi : Pemanis dan anti-caplocking

b) Gliserin (Farmakope 1ndonesia ed. V, hal. 507; (Handbook of Pharmaceutical


Excipients, )
Pemerian : Cairan jernih seperti sirup; tidak berwarna; rasamanis; hanya
boleh berbau khas lemah;higroskopis, netral terhadap lakmus.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air dan etanol; tidak arutdalam
klroform, eter, minya lemak dan minyakmenguap.
Stabilitas : Gliserin murni tidak rentan terhadap oksidasioleh susasana
dibawah kndisi penyimpanan biasa, tetapi terurai pada
pemanasan denganevolusi akrolein beracun. Dapat mengktistal
jikadisimpan pada suhu rendah dan tidak melelehsampai
dihangatkan 208 c.
Inkompabilitas : Dapat meledak jika dicampur dengan oksidator kuat
Kegunaan : Pelarut campur/kosolven

c) Aquadest (Farmakope Indonesia ed. III, hal.96)


Pemerian : Cairan bening tidak berwarna, tidak berbau,tidak berasa.
Kelarutan : Larut pada Sebagian pelarut polar
Stabilitas : Stabil pada semua bentuk fisiknya
Inkompabilitas : Air dapat bereaksi dengan semua obat-obatandan eksipien lain
yang rentan terhadap hidrolisis pada saat suhu ditinggikan.
Kegunaan : Pelarut

d) Natrium Benzoat (Farmakope 5, , hal.905)(Handbook of Pharmaceutical Excipients, )


Pemerian : Granul atau serbuk halus putih; tidak berbau;stabil diudara
Kelarutan : Mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol
Stabilitas : Larutan dapat disterilkan dengan autoklaf
Inkompabilitas : Inkompatibel dengan garam besi, garam kalsium logam berat
Kegunaan : Pengawet
Stabilitas : Sangat stabil, dapat disterilkan dengan autoklaf
Inkompabilitas : Komaptibel dengan basa pereduksi dan agen pengoksidasi
kalium dan stromtium garam akanmenyebabkan presipitasi dari sitrat.

e) Strawberr Essence (Rowe, 2009)


Pemerian : Dalam larutan memberi rasa dan bau strawberry dan nanas.
Kelarutan : Larut dalam 21 bagian etanol 95% dan dalam 80 bagian gliserin,
dalam 53 bagian propanol, dalam28 bagian propilen gliko, dalam
83 bagian air.
Bobot jenis : 1,49 gram/cm³
pH : 5,5
Inkompabilitas : Konsentrasi larutan dalam wadah terbuat darilogam mengandung
stainless steel, dapatmengurangi warna pada penimpanan.
IV. FORMULASI BAKU
Bromhexine Hidrocholoride
Gliserin
Sodium benzoate
Flavor
Tertaric Acid
Sorbitol Solution 70% solutionSodium Hydroxide 10%Aqueous SolutionWater purified
USP(International Journal of Pharmaceutical Compounding, 2019).

V. FORMULA YANG DIPILIH


Nama Bahan Kegunaan Formulasi
Bromheksin HCL Zat Aktif 4mg/5mL
Sorbitol Pemanis dan Anti 20%
Caplocking
Gliserin Pelarut Campur 5%
(Kolsolven)
Natrium Benzoate Pengawet 0,02%
Perasa Stawberry Perasa/flavouring agent qs
Erutrosin Pewarna Merah qs
Aquadest Pelarut Ad 100mL

VI. CARA PEMBUATAN


1. Siapkan alat dan bahan
2. Botol dikalibrasi 100mL
3. Ditimbang Bromhexine, Sorbitol dan Natrium benzoate Dimasukkan kedalam
beaker glass dan diaduk homogen
4. Ditambahkan aquadest 20mL dan Gliserin kecampuran sebelumnya, aduk hingga
homogen
5. Ditambah sisa aquadest, aduk hingga homogen
6. Ditambahkan perasa strawberry dan pewarna secukupnya dampai warna dan aroma
yang diinginkan
7. Sirup disaring bila diperlukan dan dimasukkan kedalam wadah
8. Diberi etiket dan kemasan
VII. PRODUKSI
(Pedoman_CPOB_6, -a)
 PRINSIP Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang
telah ditetapkan; dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa
menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi
ketentuan izin pembuatan dan izin edar (registrasi).
 UMUM
a. Produksi hendaklah dilakukan dan diawasi oleh personil yang kompeten.
b. Penanganan bahan dan produk jadi, seperti penerimaan dan karantina,
pengambilan sampel, penyimpanan, penandaan, penimbangan, pengolahan,
pengemasan dan distribusi hendaklah dilakukan sesuai dengan prosedur atau
instruksi tertulis dan bila perlu dicatat.
c. Seluruh bahan yang diterima hendaklah diperiksa untuk memastikan
kesesuaiannya dengan pemesanan. Wadah hendaklah dibersihkan dan bilamana
perlu diberi penandaan dengan data yang sesuai.
d. Kerusakan wadah dan masalah lain yang dapat berdampak merugikan terhadap
mutu bahan hendaklah diselidiki, dicatat dan dilaporkan kepada Bagian
Pengawasan Mutu.
e. Bahan yang diterima dan produk jadi hendaklah dikarantina secara fisik atau
administratif segera setelah diterima atau diolah, sampai dinyatakan lulus untuk
pemakaian atau distribusi.
f. Produk antara dan produk ruahan yang diterima hendaklah ditangani seperti
penerimaan bahan awal.
g. Semua bahan dan produk jadi hendaklah disimpan secara teratur pada kondisi
yang disarankan oleh pabrik pembuatnya dan diatur sedemikian agar ada
pemisahan antar bets dan memudahkan rotasi stok.
h. Pemeriksaan jumlah hasil nyata dan rekonsiliasinya hendaklah dilakukan
sedemikian untuk memastikan tidak ada penyimpangan dari batas yang telah
ditetapkan.
i. Pengolahan produk yang berbeda hendaklah tidak dilakukan secara bersamaan
atau bergantian dalam ruang kerja yang sama kecuali tidak ada risiko terjadinya
campur baur ataupun kontaminasi silang.
j. Tiap tahap pengolahan, produk dan bahan hendaklah dilindungi terhadap
pencemaran mikroba atau pencemaran lain.
k. Bila bekerja dengan bahan atau produk kering, hendaklah dilakukan tindakan
khusus untuk mencegah debu timbul serta penyebarannya. Hal ini terutama
dilakukan pada penanganan bahan yang sangat aktif atau menyebabkan
sensitisasi.
l. Selama pengolahan, semua bahan, wadah produk ruahan, peralatan atau mesin
produksi dan bila perlu ruang kerja yang dipakai hendaklah diberi label atau
penandaan dari produk atau bahan yang sedang diolah, kekuatan (bila ada) dan
nomor bets. Bila perlu, penandaan ini hendaklah juga menyebutkan tahapan
proses produksi.
m. Label pada wadah, alat atau ruangan hendaklah jelas, tidak berarti ganda dan
dengan format yang telah ditetapkan membantu untuk menunjukkan status
(misalnya: karantina, diluluskan, ditolak, bersih dan lain-lain).
n. Pemeriksaan perlu dilakukan untuk memastikan pipa penyalur dan alat lain untuk
transfer produk dari satu ke tempat lain yang telah terhubung dengan benar.
o. Penyimpangan terhadap instruksi atau prosedur sedapat mungkin dihindarkan.
Bila terjadi penyimpangan maka hendaklah ada persetujuan tertulis dari kepala
bagian Pemastian Mutu dan bila perlu melibatkan bagian Pengawasan Mutu.
p. Akses ke bangunan dan fasilitas produksi hendaklah dibatasi hanya untuk personil
yang berwenang.
q. Pada umumnya pembuatan produk nonobat hendaklah dihindarkan dibuat di area
dan dengan peralatan yang khusus untuk produk obat.
r.
 BAHAN AWAL
a. Pengadaan bahan awal hendaklah hanya dari pemasok yang telah disetujui dan
memenuhi spesifikasi yang relevan.
b. Semua penerimaan, pengeluaran dan jumlah bahan tersisa hendaklah dicatat.
Catatan hendaklah berisi keterangan mengenai pasokan, nomor bets/lot, tanggal
penerimaan atau penyerahan, tanggal pelulusan dan tanggal daluwarsa bila ada.
c. Sebelum diluluskan untuk digunakan, tiap bahan awal hendaklah memenuhi
spesifikasi dan diberi label dengan nama yang dinyatakan dalam spesifikasi.
Singkatan, kode ataupun nama yang tidak resmi hendaklah tidak dipakai.
d. Tiap pengiriman atau bets bahan awal hendaklah diberi nomor rujukan yang akan
menunjukkan identitas pengiriman atau bets selama penyimpanan dan
pengolahan. Nomor tersebut hendaklah jelas tercantum pada label wadah untuk
memungkinkan akses ke catatan lengkap tentang pengiriman atau bets yang akan
diperiksa.
e. Apabila dalam satu pengiriman terdapat lebih dari satu bets maka untuk tujuan
pengambilan sampel, pengujian dan pelulusan, hendaklah dianggap sebagai bets
yang terpisah.
f. Pada tiap penerimaan hendaklah dilakukan pemeriksaan visual tentang kondisi
umum, keutuhan wadah dan segelnya, ceceran dan kemungkinan adanya
kerusakan bahan, dan tentang kesesuaian catatan pengiriman dengan label dari
pemasok. Sampel diambil oleh personil dan dengan metode yang telah disetujui
oleh kepala bagian Pengawasan Mutu.
g. Wadah dari mana sampel bahan awal diambil hendaklah diberi identifikasi.
h. Sampel bahan awal hendaklah diuji pemenuhannya terhadap spesifikasi. Dalam
keadaan tertentu, pemenuhan sebagian atau keseluruhan terhadap spesifikasi
dapat ditunjukkan dengan sertifikat analisis yang diperkuat dengan pemastian
identitas yang dilakukan sendiri.
i. Hendaklah diambil langkah yang menjamin bahwa semua wadah pada suatu
pengiriman berisi bahan awal yang benar, dan melakukan pengamanan terhadap
kemungkinan salah penandaan wadah oleh pemasok.
j. Bahan awal yang diterima hendaklah dikarantina sampai disetujui dan diluluskan
untuk pemakaian oleh kepala bagian Pengawasan Mutu.
k. Bahan awal di area penyimpanan hendaklah diberi label yang tepat. Label
hendaklah memuat keterangan paling sedikit sebagai berikut:
- nama bahan dan bila perlu nomor kode bahan;
- nomor bets/kontrol yang diberikan pada saat penerimaan bahan;
- status bahan (misal: karantina, sedang diuji, diluluskan, ditolak);
- tanggal daluwarsa atau tanggal uji ulang bila perlu;
- jika digunakan sistem penyimpanan dengan komputerisasi yang divalidasi
lengkap, maka semua keterangan di atas tidak perlu dalam bentuk tulisan yang
terbaca pada label.
l. Label yang menunjukkan status bahan awal hendaklah ditempelkan oleh personil
yang ditunjuk oleh kepala bagian Pengawasan Mutu. Untuk mencegah kekeliruan,
label tersebut hendaklah berbeda dengan label yang digunakan oleh pemasok
misalnya dengan mencantumkan nama atau logo perusahaan. Bila status bahan
mengalami perubahan, maka label penunjuk status hendaklah juga diubah.
m. Persediaan bahan awal hendaklah diperiksa secara berkala untuk meyakinkan
bahwa wadah tertutup rapat dan diberi label dengan benar, dan dalam kondisi
yang baik. Terhadap bahan tersebut hendaklah dilakukan pengambilan sampel dan
pengujian ulang secara berkala sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan.
Pelaksanaan pengambilan sampel ulang hendaklah diawali dengan penempelan
label uji ulang dan/atau dengan menggunakan sistem dokumentasi yang sama
efektifnya.
n. Bahan awal, terutama yang dapat mengalami kerusakan karena terpapar pada
panas, hendaklah disimpan di dalam ruangan yang suhu udaranya dikendalikan
dengan ketat; bahan yang peka terhadap kelembaban dan/atau cahaya hendaklah
disimpan dengan benar di dalam ruangan yang dikendalikan kondisinya.
o. Penyerahan bahan awal untuk produksi hendaklah dilakukan hanya oleh personil
yang berwenang sesuai dengan prosedur yang telah disetujui. Catatan persediaan
bahan hendaklah disimpan dengan baik agar rekonsiliasi persediaan dapat
dilakukan.
p. Alat timbang hendaklah diverifikasi tiap hari sebelum dipakai untuk
membuktikan bahwa kapasitas, ketelitian dan ketepatannya memenuhi
persyaratan sesuai dengan jumlah bahan yang akan ditimbang.
q. Semua bahan awal yang ditolak hendaklah diberi penandaan yang menyolok,
ditempatkan terpisah dan dimusnahkan atau dikembalikan kepada pemasoknya.

 VALIDASI PROSES
a. Studi validasi hendaklah memperkuat pelaksanaan CPOB dan dilakukan sesuai
dengan prosedur yang telah ditetapkan. Hasil validasi dan kesimpulan hendaklah
dicatat.
b. Sebelum suatu Prosedur Pengolahan Induk diterapkan, hendaklah diambil langkah
untuk membuktikan prosedur tersebut cocok untuk pelaksanaan produksi rutin,
dan bahwa proses yang telah ditetapkan dengan menggunakan bahan dan
peralatan yang telah ditentukan, akan senantiasa menghasilkan produk yang
memenuhi persyaratan mutu.
c. Perubahan yang berarti dalam proses, peralatan atau bahan hendaklah disertai
dengan tindakan validasi ulang untuk menjamin bahwa perubahan tersebut akan
tetap menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu.
d. Hendaklah secara rutin dilakukan validasi dan/atau peninjauan ulang secara kritis
terhadap proses dan prosedur produksi untuk memastikan bahwa proses dan
prosedur tersebut tetap mampu memberikan hasil yang diinginkan.

 PENCEGAHAN PENCEMARAN SILANG


a. Pencemaran bahan awal atau produk oleh bahan atau produk lain harus
dihindarkan. Risiko pencemaran silang ini dapat timbul akibat tidak terkendalinya
debu, gas, uap, percikan atau organisme dari bahan atau produk yang sedang
diproses, dari sisa yang tertinggal pada alat dan pakaian kerja operator. Tingkat
risiko pencemaran ini tergantung dari jenis pencemar dan produk yang tercemar.
Di antara pencemar yang paling berbahaya adalah bahan yang dapat menimbulkan
sensitisasi kuat, preparat biologis yang mengandung mikroba hidup, hormon
tertentu, bahan sitotoksik, dan bahan lain berpotensi tinggi. Produk yang paling
terpengaruh oleh pencemaran adalah sediaan parenteral, sediaan yang diberikan
dalam dosis besar dan/atau sediaan yang diberikan dalam jangka waktu yang
panjang.
b. Tiap tahap proses, produk dan bahan hendaklah dilindungi terhadap pencemaran
mikroba dan pencemaran lain.
c. Pencemaran silang hendaklah dihindari dengan tindakan teknis atau pengaturan
yang tepat, misalnya:
- produksi di dalam gedung terpisah (diperlukan untuk produk seperti penisilin,
hormon seks, sitotoksik tertentu, vaksin hidup, dan sediaan yang mengandung
bakteri hidup dan produk biologi lain serta produk darah);
- tersedia ruang penyangga udara dan penghisap udara;
- memperkecil risiko pencemaran yang disebabkan oleh udara yang disirkulasi
ulang atau masuknya udara yang tidak diolah atau udara yang diolah secara
tidak memadai;
- memakai pakaian pelindung yang sesuai di area di mana produk yang berisiko
tinggi terhadap pencemaran silang diproses;
- melaksanakan prosedur pembersihan dan dekontaminasi yang terbukti efektif,
karena pembersihan alat yang tidak efektif umumnya merupakan sumber
pencemaran silang;
- menggunakan sistem self-contained;
- pengujian residu dan menggunakan label status kebersihan pada alat.
d. Tindakan pencegahan terhadap pencemaran silang dan efektifitasnya hendaklah
diperiksa secara berkala sesuai prosedur yang ditetapkan.

 SISTEM PENOMORAN BETS/LOT


a. Hendaklah tersedia sistem yang menjelaskan secara rinci penomoran bets/lot
dengan tujuan untuk memastikan bahwa tiap bets/lot produk antara, produk
ruahan atau produk jadi dapat diidentifikasi.
b. Sistem penomoran bets/lot yang digunakan pada tahap pengolahan dan tahap
pengemasan hendaklah saling berkaitan.
c. Sistem penomoran bets/lot hendaklah menjamin bahwa nomor bets/lot yang sama
tidak dipakai secara berulang.
d. Alokasi nomor bets/lot hendaklah segera dicatat dalam suatu buku log. Catatan
tersebut hendaklah mencakup tanggal pemberian nomor, identitas produk dan
ukuran bets/lot yang bersangkutan Penimbangan atau penghitungan dan
penyerahan bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan
dianggap sebagai bagian dari siklus produksi dan memerlukan dokumentasi serta
rekonsiliasi yang lengkap. Pengendalian terhadap pengeluaran bahan dan produk
tersebut untuk produksi, dari gudang, area penyerahan, atau antar bagian
produksi, adalah sangat penting.
e. Cara penanganan, penimbangan, penghitungan dan penyerahan bahan awal, bahan
pengemas, produk antara, dan produk ruahan hendaklah tercakup dalam prosedur
tertulis.
f. Semua pengeluaran bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan produk
ruahan termasuk bahan tambahan yang telah diserahkan sebelumnya ke produksi,
hendaklah didokumentasikan dengan benar.
g. Hanya bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan yang telah
diluluskan oleh Pengawasan Mutu dan masih belum daluwarsa yang boleh
diserahkan.
h. Untuk menghindari terjadinya campur baur, pencemaran silang, hilangnya
identitas dan keragu-raguan, maka hanya bahan awal, produk antara dan produk
ruahan yang terkait dari satu bets saja yang boleh ditempatkan dalam area
penyerahan. Setelah penimbangan, penyerahan dan penandaan, bahan awal,
produk antara dan produk ruahan hendaklah diangkut dan disimpan dengan cara
yang benar sehingga keutuhannya tetap terjaga sampai saat pengolahan
berikutnya.
i. Sebelum penimbangan dan penyerahan, tiap wadah bahan awal hendaklah
diperiksa kebenaran penandaan, termasuk label pelulusan dari bagian Pengawasan
Mutu.
j. Kapasitas, ketelitian dan ketepatan alat timbang dan alat ukur yang dipakai
hendaklah sesuai dengan jumlah bahan yang ditimbang atau ditakar.
k. Untuk tiap penimbangan atau pengukuran hendaklah dilakukan pembuktian
kebenaran identitas dan jumlah bahan yang ditimbang atau diukur oleh dua orang
personil yang independen, dan pembuktian tersebut dicatat.
l. Ruang timbang dan penyerahan hendaklah dijaga kebersihannya. Bahan awal
steril yang akan dipakai untuk produk steril hendaklah ditimbang dan diserahkan
di area steril (lihat Glosarium: Ruang Steril).
m. Kegiatan penimbangan dan penyerahan hendaklah dilakukan dengan memakai
peralatan yang sesuai dan bersih.
n. Bahan awal, produk antara dan produk ruahan yang diserahkan hendaklah
diperiksa ulang kebenarannya dan ditandatangani oleh supervisor produksi
sebelum dikirim ke bagian produksi.
o. Sesudah ditimbang atau dihitung, bahan untuk tiap bets hendaklah disimpan
dalam satu kelompok dan diberi penandaan yang jelas.

 PENGEMBALIAN
a. Semua bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan yang
dikembalikan ke gudang penyimpanan hendaklah didokumentasikan dengan
benar dan direkonsiliasi.
b. Bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan hendaklah tidak
dikembalikan ke gudang penyimpanan kecuali memenuhi spesifikasi yang telah
ditetapkan.

 PENGOLAHAN
a. Semua bahan yang dipakai di dalam pengolahan hendaklah diperiksa sebelum
dipakai.
b. Kegiatan pembuatan produk yang berbeda tidak boleh dilakukan bersamaan atau
berurutan di dalam ruang yang sama kecuali tidak ada risiko terjadinya campur
baur atau pencemaran silang.
c. Kondisi lingkungan di area pengolahan hendaklah dipantau dan dikendalikan agar
selalu berada pada tingkat yang dipersyaratkan untuk kegiatan pengolahan.
Sebelum kegiatan pengolahan dimulai hendaklah diambil langkah untuk
memastikan area pengolahan dan peralatan bersih dan bebas dari bahan awal,
produk atau dokumen yang tidak diperlukan untuk kegiatan pengolahan yang
akan dilakukan.
d. Semua peralatan yang dipakai dalam pengolahan hendaklah diperiksa sebelum
digunakan. Peralatan hendaklah dinyatakan bersih secara tertulis sebelum
digunakan. 6.65 Semua kegiatan pengolahan hendaklah dilaksanakan mengikuti
prosedur yang tertulis. Tiap penyimpangan hendaklah dipertanggungjawabkan
dan dilaporkan.
e. Wadah dan tutup yang dipakai untuk bahan yang akan diolah, produk antara dan
produk ruahan hendaklah bersih dan dibuat dari bahan yang tepat sifat dan
jenisnya untuk melindungi produk atau bahan terhadap pencemaran atau
kerusakan.
f. Semua wadah dan peralatan yang berisi produk antara hendaklah diberi label
dengan benar yang menunjukkan tahap pengolahan. Sebelum label ditempelkan,
semua penandaan terdahulu hendaklah dihilangkan.
g. Semua produk antara dan ruahan hendaklah diberi label dengan benar dan
dikarantina sampai diluluskan oleh bagian Pengawasan Mutu.
h. Semua pengawasan-selama-proses yang dipersyaratkan hendaklah dicatat dengan
akurat pada saat pelaksanaannya.
i. Hasil nyata tiap tahap pengolahan bets hendaklah dicatat dan diperiksa serta
dibandingkan dengan hasil teoritis.
j. Dalam semua tahap pengolahan perhatian utama hendaklah diberikan kepada
masalah pencemaran silang.
k. Batas waktu dan kondisi penyimpanan produk dalam-proses hendaklah
ditetapkan.
l. Untuk sistem komputerisasi yang kritis hendaklah disiapkan sistem pengganti
manakala terjadi kegagalan.

 BAHAN DAN PRODUK KERING


a. Untuk mengatasi masalah pengendalian debu dan pencemaran silang yang terjadi
pada saat penanganan bahan dan produk kering, perhatian khusus hendaklah
diberikan pada desain, pemeliharaan serta penggunaan sarana dan peralatan.
Apabila layak hendaklah dipakai sistem pembuatan tertutup atau metode lain yang
sesuai. 6.75 Sistem penghisap udara yang efektif hendaklah dipasang dengan letak
lubang pembuangan sedemikian rupa untuk menghindarkan pencemaran dari
produk atau proses lain. Sistem penyaringan udara yang efektif atau sistem lain
yang sesuai hendaklah dipasang untuk menyaring debu. Pemakaian alat penghisap
debu pada pembuatan tablet dan kapsul sangat dianjurkan.
b. Perhatian khusus hendaklah diberikan untuk melindungi produk terhadap
pencemaran serpihan logam atau gelas. Pemakaian peralatan gelas sedapat
mungkin dihindarkan. Ayakan, punch dan die hendaklah diperiksa terhadap
keausan atau kerusakan sebelum dan setelah pemakaian.
c. Hendaklah dijaga agar tablet atau kapsul tidak ada yang terselip atau tertinggal
tanpa terdeteksi di mesin, alat penghitung atau wadah produk ruahan.
Pencampuran dan Granulasi
d. Mesin pencampur, pengayak dan pengaduk hendaklah dilengkapi dengan sistem
pengendali debu, kecuali digunakan sistem tertutup.
e. Parameter operasional yang kritis (misalnya waktu, kecepatan dan suhu) untuk
tiap proses pencampuran, pengadukan dan pengeringan hendaklah tercantum
dalam dokumen produksi induk, dan dipantau selama proses berlangsung serta
dicatat dalam catatan bets.
f. Kantong filter yang dipasang pada mesin pengering fluid bed tidak boleh dipakai
untuk produk yang berbeda tanpa pencucian lebih dahulu. Untuk produk yang
berisiko tinggi atau yang dapat menimbulkan sensitisasi hendaklah digunakan
kantong filter khusus bagi masing-masing produk. Udara yang masuk ke dalam
alat pengering ini hendaklah disaring. Hendaklah dilakukan tindakan pengamanan
untuk mencegah pencemaran silang oleh debu yang keluar dari alat pengering
tersebut.
g. Pembuatan dan penggunaan larutan atau suspensi hendaklah dilaksanakan
sedemikian rupa sehingga risiko pencemaran atau pertumbuhan mikroba dapat
diperkecil.
 CAIRAN
a. Produk cairan hendaklah diproduksi sedemikian rupa agar terlindung dari
pencemaran mikroba dan pencemaran lain. Penggunaan sistem tertutup untuk
produksi dan transfer sangat dianjurkan. Area produksi di mana produk atau
wadah bersih tanpa tutup terpapar ke lingkungan hendaklah diberi ventilasi yang
efektif dengan udara yang disaring.
b. Tangki, wadah, pipa dan pompa yang digunakan hendaklah didesain dan dipasang
sedemikian rupa sehingga memudahkan pembersihan dan bila perlu disanitasi.
Dalam mendesain peralatan hendaklah diperhatikan agar sesedikit mungkin
adanya sambungan mati atau ceruk di mana residu dapat terkumpul dan
menyebabkan perkembangbiakan mikroba.
c. Penggunaan peralatan dari kaca sedapat mungkin dihindarkan. Baja tahan karat
bermutu tinggi merupakan bahan pilihan untuk bagian peralatan yang bersentuhan
dengan produk.
d. Kualitas kimia dan mikrobiologi air yang digunakan hendaklah ditetapkan dan
selalu dipantau. Pemeliharaan sistem air hendaklah diperhatikan untuk
menghindari perkembangbiakan mikroba. Sanitasi secara kimiawi pada sistem air
hendaklah diikuti pembilasan yang prosedurnya telah divalidasi agar sisa bahan
sanitasi dapat dihilangkan secara efektif.
e. Perhatian hendaklah diberikan pada transfer bahan melalui pipa untuk
memastikan bahan tersebut ditransfer ke tujuan yang benar.
f. Apabila jaringan pipa digunakan untuk mengalirkan bahan awal atau produk
ruahan, hendaklah diperhatikan agar sistem tersebut mudah dibersihkan. Jaringan
pipa hendaklah didesain dan dipasang sedemikian rupa sehingga mudah
dibongkar dan dibersihkan.
g. Ketelitian sistem pengukur hendaklah diverifikasi. Tongkat pengukur hanya boleh
digunakan untuk bejana tertentu dan telah dikalibrasi untuk bejana yang
bersangkutan. Tongkat pengukur hendaklah terbuat dari bahan yang tidak
bereaksi dan tidak menyerap (misal: bukan kayu).
h. Perhatian hendaklah diberikan untuk mempertahankan homogenitas campuran,
suspensi dan produk lain selama pengisian. Proses pencampuran dan pengisian
hendaklah divalidasi. Perhatian khusus hendaklah diberikan pada awal pengisian,
sesudah penghentian dan pada akhir proses pengisian untuk memastikan produk
selalu dalam keadaan homogen.
i. Apabila produk ruahan tidak langsung dikemas hendaklah dibuat ketetapan
mengenai waktu paling lama produk ruahan boleh disimpan serta kondisi
penyimpanannya dan ketetapan ini hendaklah dipatuhi.

 BAHAN PENGEMAS
a. Pengadaan, penanganan dan pengawasan bahan pengemas primer dan bahan
pengemas cetak serta bahan cetak lain hendaklah diberi perhatian yang sama
seperti terhadap bahan awal.
b. Perhatian khusus hendaklah diberikan kepada bahan cetak. Bahan cetak tersebut
hendaklah disimpan dengan kondisi keamanan yang memadai dan orang yang
tidak berkepentingan dilarang masuk. Label lepas dan bahan cetak lepas lain
hendaklah disimpan dan diangkut dalam wadah tertutup untuk menghindarkan
campur baur. Bahan pengemas hendaklah diserahkan kepada orang yang berhak
sesuai prosedur tertulis yang disetujui.
c. Tiap penerimaan atau tiap bets bahan pengemas primer hendaklah diberi nomor
yang spesifik atau penandaan yang menunjukkan identitasnya.
d. Bahan pengemas primer, bahan pengemas cetak atau bahan cetak lain yang tidak
berlaku lagi atau obsolet hendaklah dimusnahkan dan pemusnahannya dicatat.
e. Untuk menghindari campur baur, hanya satu jenis bahan pengemas cetak atau
bahan cetak tertentu saja yang diperbolehkan diletakkan di tempat kodifikasi pada
saat yang sama. Hendaklah ada sekat pemisah yang memadai antar tempat
kodifikasi tersebut.

 KEGIATAN PENGEMASAN
a. Kegiatan pengemasan berfungsi membagi dan mengemas produk ruahan menjadi
produk jadi. Pengemasan hendaklah dilaksanakan di bawah pengendalian yang
ketat untuk menjaga identitas, keutuhan dan mutu produk akhir yang dikemas.
b. Hendaklah ada prosedur tertulis yang menguraikan penerimaan dan identifikasi
produk ruahan dan bahan pengemas, pengawasan untuk menjamin bahwa produk
ruahan dan bahan pengemas cetak dan bukan cetak serta bahan cetak lain yang
akan dipakai adalah benar, pengawasanselama-proses pengemasan rekonsiliasi
terhadap produk ruahan, bahan pengemas cetak dan bahan cetak lain, serta
pemeriksaan hasil akhir pengemasan. Semua kegiatan pengemasan hendaklah
dilaksanakan sesuai dengan instruksi yang diberikan dan menggunakan bahan
pengemas yang tercantum dalam Prosedur Pengemasan Induk. Rincian
pelaksanaan pengemasan hendaklah dicatat dalam Catatan Pengemasan Bets.
c. Sebelum kegiatan pengemasan dimulai, hendaklah dilakukan pemeriksaan untuk
memastikan bahwa area kerja dan peralatan telah bersih serta bebas dari produk
lain, sisa produk lain atau dokumen lain yang tidak diperlukan untuk kegiatan
pengemasan yang bersangkutan.
d. Semua penerimaan produk ruahan, bahan pengemas dan bahan cetak lain
hendaklah diperiksa dan diverifikasi kebenarannya terhadap Prosedur
Pengemasan Induk atau perintah pengemasan khusus.

 Pra-kodifikasi Bahan Pengemas


a. Label, karton dan bahan pengemas dan bahan cetak lain yang memerlukan pra-
kodifikasi dengan nomor bets/lot, tanggal daluwarsa dan informasi lain sesuai
dengan perintah pengemasan hendaklah diawasi dengan ketat pada tiap tahap
proses, sejak diterima dari gudang sampai menjadi bagian dari produk atau
dimusnahkan.
b. Bahan pengemas dan bahan cetak lain yang sudah dialokasikan untuk pra-
kodifikasi hendaklah disimpan di dalam wadah yang tertutup rapat dan
ditempatkan di area terpisah serta terjamin keamanannya.
c. Proses pra-kodifikasi bahan pengemas dan bahan cetak lain hendaklah dilakukan
di area yang terpisah dari kegiatan pengemasan lainnya.
d. Seluruh bahan pengemas dan bahan cetak lain yang telah diberi pra-kodifikasi
hendaklah diperiksa sebelum ditransfer ke area pengemasan.
 Kesiapan Jalur
a. Segera sebelum menempatkan bahan pengemas dan bahan cetak lain pada jalur
pengemasan, personil penanggung jawab yang ditunjuk dari bagian pengemasan
hendaklah melakukan pemeriksaan kesiapan jalur sesuai dengan prosedur tertulis
yang disetujui oleh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu), untuk:
- memastikan bahwa semua bahan dan produk yang sudah dikemas dari
kegiatan pengemasan sebelumnya telah benar disingkirkan dari jalur
pengemasan dan area sekitarnya;
- memeriksa kebersihan jalur dan area sekitarnya: dan
- memastikan kebersihan peralatan yang akan dipakai.

 Praktik Pengemasan
a. Risiko kesalahan terjadi dalam pengemasan dapat diperkecil dengan cara sebagai
berikut:
- menggunakan label dalam gulungan;
- pemberian penandaan bets pada jalur pemasangan label;
- dengan menggunaan alat pemindai dan penghitung label elektronis;
- label dan bahan cetak lain didesain sedemikian rupa sehingga masingmasing
mempunyai tanda khusus untuk tiap produk yang berbeda; dan
- di samping pemeriksaan secara visual selama pengemasan berlangsung,
hendaklah dilakukan pula pemeriksaan secara independen oleh bagian
Pengawasan Mutu selama dan pada akhir proses pengemasan.
b. Produk yang penampilannya mirip hendaklah tidak dikemas pada jalur yang
berdampingan kecuali ada pemisahan secara fisik.
c. Pada tiap jalur pengemasan nama dan nomor bets produk yang sedang dikemas
hendaklah dapat terlihat dengan jelas.
d. Wadah yang dipakai untuk menyimpan produk ruahan, produk yang baru
sebagian dikemas, atau sub-bets hendaklah diberi label atau penandaan yang
menunjukkan identitas, jumlah, nomor bets dan status produk tersebut.
e. Wadah yang akan diisi hendaklah diserahkan ke jalur atau tempat pengemasan
dalam keadaan bersih.
f. Semua personil bagian pengemasan hendaklah memperoleh pelatihan agar
memahami persyaratan pengawasanselama-proses dan melaporkan tiap
penyimpangan yang ditemukan pada saat mereka menjalankan tanggung jawab
spesifik tersebut.
g. Area pengemasan hendaklah dibersihkan secara teratur dan sering selama jam
kerja dan tiap ada tumpahan bahan. Personil kebersihan hendaklah diberi
pelatihan untuk tidak melakukan praktik yang dapat menyebabkan campur baur
atau pencemaran silang.
h. Bila ditemukan bahan pengemas cetak pada saat pembersihan hendaklah
diberikan kepada supervisor, yang selanjutnya ditempatkan di dalam wadah yang
disediakan untuk keperluan rekonsiliasi dan kemudian dimusnahkan pada akhir
proses pengemasan.
i. Kemasan akhir dan kemasan setengah jadi yang ditemukan di luar jalur
pengemasan hendaklah diserahkan kepada supervisor dan tidak boleh langsung
dikembalikan ke jalur pengemasan. Bila produk tersebut setelah diperiksa oleh
supervisor ternyata identitasnya sama dengan bets yang sedang dikemas dan
keadaannya baik, maka supervisor dapat mengembalikannya ke jalur pengemasan
yang sedang berjalan. Kalau tidak, maka bahan tersebut hendaklah dimusnahkan
dan jumlahnya dicatat.
j. Produk yang telah diisikan ke dalam wadah akhir tetapi belum diberi label
hendaklah dipisahkan dan diberi penandaan untuk menghindari campur baur.
k. Bagian peralatan pengemas yang biasanya tidak bersentuhan dengan produk
ruahan tapi dapat menjadi tempat penumpukan debu, serpihan, bahan pengemas
ataupun produk yang kemudian dapat jatuh ke dalam produk atau mencemari
atau dapat menjadi penyebab campur baur produk yang sedang dikemas,
hendaklah dibersihkan dengan cermat
l. Hendaklah diambil tindakan untuk mengendalikan penyebaran debu selama
proses pengemasan khususnya produk kering. Area pengemasan yang terpisah
diperlukan untuk produk tertentu misalnya obat yang berdosis rendah dan
berpotensi tinggi atau produk toksik dan bahan yang dapat menimbulkan
sensitisasi. Udara bertekanan tidak boleh digunakan untuk membersihkan
peralatan di area kegiatan pengemasan di mana pencemaran silang dapat terjadi.
m. Pemakaian sikat hendaklah dibatasi karena dapat menimbulkan bahaya
pencemaran dari bulu sikat dan/atau partikel yang menempel pada sikat.
n. Personil hendaklah diingatkan untuk tidak menaruh bahan pengemas atau produk
di dalam saku mereka. Bahan tersebut hendaklah dibawa dengan tangan atau di
dalam wadah yang tertutup dan diberi tanda yang jelas.
o. Bahan yang diperlukan dalam proses pengemasan seperti pelumas, perekat, tinta,
cairan pembersih, dan sebagainya, hendaklah disimpan di dalam wadah yang
jelas tampak berbeda dengan wadah yang dipakai untuk pengemasan produk dan
hendaklah diberi penandaan yang jelas dan mencolok sesuai dengan isinya.
 Penyelesaian Kegiatan Pengemasan
a. Pada penyelesaian kegiatan pengemasan, hendaklah kemasan terakhir diperiksa
dengan cermat untuk memastikan bahwa kemasan produk tersebut sepenuhnya
sesuai dengan Prosedur Pengemasan Induk.
b. Hanya produk yang berasal dari satu bets dari satu kegiatan pengemasan saja
yang boleh ditempatkan pada satu palet. Bila ada karton yang tidak penuh maka
jumlah kemasan hendaklah dituliskan pada karton tersebut.
c. Setelah proses rekonsiliasi pengemasan, kelebihan bahan pengemas dan produk
ruahan yang akan disingkirkan hendaklah diawasi dengan ketat agar hanya bahan
dan produk yang dinyatakan memenuhi syarat saja yang dapat dikembalikan ke
gudang untuk dimanfaatkan lagi. Bahan dan produk tersebut hendaklah diberi
penandaan yang jelas.
d. Supervisor hendaklah mengawasi penghitungan dan pemusnahan bahan
pengemas dan produk ruahan yang tidak dapat lagi dikembalikan ke gudang.
Semua sisa bahan pengemas yang sudah diberi penandaan tapi tidak terpakai
hendaklah dihitung dan dimusnahkan. Jumlah yang dimusnahkan hendaklah
dicatat pada catatan pengemasan bets.
e. Supervisor hendaklah menghitung dan mencatat jumlah pemakaian neto semua
bahan pengemas dan produk ruahan.
f. Tiap penyimpangan hasil yang tidak dapat dijelaskan atau tiap kegagalan untuk
memenuhi spesifikasi hendaklah diselidiki secara teliti dengan
mempertimbangkan bets atau produk lain yang mungkin juga terpengaruh.
g. Setelah rekonsiliasi disetujui, produk jadi hendaklah ditempatkan di area
karantina produk jadi sambil menunggu pelulusan dari kepala bagian Manajemen
Mutu (Pemastian Mutu).

 PENGAWASAN-SELAMA-PROSES
a. Untuk memastikan keseragaman bets dan keutuhan obat, prosedur tertulis yang
menjelaskan pengambilan sampel, pengujian atau pemeriksaan yang harus
dilakukan selama proses dari tiap bets produk hendaklah dilaksanakan sesuai
dengan metode yang telah disetujui oleh kepala bagian Manajemen Mutu
(Pemastian Mutu) dan hasilnya dicatat. Pengawasan tersebut dimaksudkan untuk
memantau hasil dan memvalidasi kinerja dari proses produksi yang mungkin
menjadi penyebab variasi karakteristik produk selama proses berjalan.
b. Prosedur tertulis untuk pengawasan selama-proses hendaklah dipatuhi. Prosedur
tersebut hendaklah menjelaskan titik pengambilan sampel, frekuensi pengambilan
sampel, jumlah sampel yang diambil, spesifikasi yang harus diperiksa dan batas
penerimaan untuk tiap spesifikasi.
c. Di samping itu, pengawasan-selamaproses hendaklah mencakup, tapi tidak
terbatas pada prosedur umum sebagai berikut:
- semua parameter produk, volume atau jumlah isi produk hendaklah
diperiksa pada saat awal dan selama proses pengolahan atau pengemasan;
dan
- kemasan akhir hendaklah diperiksa selama proses pengemasan dengan
selang waktu yang teratur untuk memastikan kesesuaiannya dengan
spesifikasi dan memastikan semua komponen sesuai dengan yang ditetapkan
dalam Prosedur Pengemasan Induk.
d. Selama proses pengolahan dan pengemasan bets hendaklah diambil sampel pada
awal, tengah dan akhir proses oleh personil yang ditunjuk.
e. Hasil pengujian/inspeksi selama proses hendaklah dicatat, dan dokumen tersebut
hendaklah menjadi bagian dari catatan bets.
f. Spesifikasi pengawasan-selama-proses hendaklah konsisten dengan spesifikasi
produk. Spesifikasi tersebut hendaklah berasal dari hasil rata-rata proses
sebelumnya yang diterima dan bila mungkin dari hasil estimasi variasi proses dan
ditentukan dengan menggunakan metode statistis yang cocok bila ada.

 BAHAN DAN PRODUK YANG DITOLAK, DIPULIHKAN DAN


DIKEMBALIKAN
a. Bahan dan produk yang ditolak hendaklah diberi penandaan yang jelas dan
disimpan terpisah di “area terlarang” (restricted area). Bahan atau produk tersebut
hendaklah dikembalikan kepada pemasoknya atau, bila dianggap perlu, diolah
ulang atau dimusnahkan. Langkah apapun yang diambil hendaklah lebih dulu
disetujui oleh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) dan dicatat.
b. Pengolahan ulang produk yang ditolak hendaklah merupakan suatu kekecualian.
Hal ini hanya diperbolehkan jika mutu produk akhirnya tidak terpengaruh, bila
spesifikasinya dipenuhi dan prosesnya dikerjakan sesuai dengan prosedur yang
telah ditetapkan dan disetujui setelah dilakukan evaluasi terhadap risiko yang
mungkin timbul. Catatan pengolahan ulang hendaklah disimpan.
c. Pemulihan semua atau sebagian dari bets sebelumnya, yang memenuhi
persyaratan mutu, dengan cara penggabungan ke dalam bets lain dari produk
yang sama pada suatu tahap pembuatan obat, hendaklah diotorisasi sebelumnya.
Pemulihan ini hendaklah dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan
setelah dilakukan evaluasi terhadap risiko yang mungkin terjadi, termasuk
kemungkinan pengaruh terhadap masa edar produk. Pemulihan ini hendaklah
dicatat.
d. Kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) hendaklah
mempertimbangkan perlunya pengujian tambahan untuk produk hasil pengolahan
ulang, atau bets yang mendapat produk yang dipulihkan.
e. Bets yang mengandung produk pulihan hanya boleh diluluskan setelah semua
bets asal produk pulihan yang bersangkutan telah dinilai dan dinyatakan
memenuhi spesifikasi yang ditetapkan.
f. Produk yang dikembalikan dari peredaran dan telah lepas dari pengawasan
industri pembuat hendaklah dimusnahkan. Produk tersebut dapat dijual lagi,
diberi label kembali atau dipulihkan ke bets berikut hanya bila tanpa ragu
mutunya masih memuaskan setelah dilakukan evaluasi secara kritis oleh kepala
bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) sesuai prosedur tertulis. Evaluasi
tersebut meliputi pertimbangan sifat produk, kondisi penyimpanan khusus yang
diperlukan, kondisi dan riwayat produk serta lamanya produk dalam peredaran.
Bilamana ada keraguan terhadap mutu, produk tidak boleh dipertimbangkan
untuk didistribusikan atau dipakai lagi, walaupun pemrosesan ulang secara kimia
untuk memperoleh kembali bahan aktif dimungkinkan. Tiap tindakan yang
diambil hendaklah dicatat dengan baik.
 KARANTINA DAN PENYERAHAN PRODUK JADI
a. Karantina produk jadi merupakan tahap akhir pengendalian sebelum penyerahan ke
gudang dan siap untuk didistribusikan. Sebelum diluluskan untuk diserahkan ke
gudang, pengawasan yang ketat hendaklah dilaksanakan untuk memastikan produk
dan catatan pengemasan bets memenuhi semua spesifikasi yang ditentukan.
b. Prosedur tertulis hendaklah mencantumkan cara penyerahan produk jadi ke area
karantina, cara penyimpanan sambil menunggu pelulusan, persyaratan yang
diperlukan untuk memperoleh pelulusan, dan cara pemindahan selanjutnya ke
gudang produk jadi.
c. Selama menunggu pelulusan dari bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu),
seluruh bets/lot yang sudah dikemas hendaklah ditahan dalam status karantina.
d. Kecuali sampel untuk pengawasan mutu, tidak boleh ada produk yang diambil dari
suatu bets/lot selama produk tersebut masih ditahan di area karantina.
e. Area karantina merupakan area terbatas hanya bagi personil yang benar-benar
diperlukan untuk bekerja atau diberi wewenang untuk masuk ke area tersebut.
f. Produk jadi yang memerlukan kondisi penyimpanan khusus hendaklah diberi
penandaan jelas yang menyatakan kondisi penyimpanan yang diperlukan, dan produk
tersebut hendaklah disimpan di area karantina dengan kondisi yang sesuai.
g. Pelulusan akhir produk hendaklah didahului dengan penyelesaian yang memuaskan
dari paling tidak hal sebagai berikut:
- produk memenuhi persyaratan mutu dalam semua spesifikasi pengolahan dan
pengemasan;
- sampel pertinggal dari kemasan yang dipasarkan dalam jumlah yang mencukupi
untuk pengujian di masa mendatang;
- pengemasan dan penandaan memenuhi semua persyaratan sesuai hasil pemeriksaan
oleh bagian Pengawasan Mutu;
- rekonsiliasi bahan pengemas cetak dan bahan cetak dapat diterima; dan
- produk jadi yang diterima di area karantina sesuai dengan jumlah yang tertera pada
dokumen penyerahan barang.
h. Setelah pelulusan suatu bets/lot oleh bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu),
produk tersebut hendaklah dipindahkan dari area karantina ke gudang produk jadi.
Sewaktu menerima produk jadi, personigudang hendaklah mencatat pemasukan bets
tersebut ke dalam kartu stok yang bersangkutan.

 CATATAN PENGENDALIAN PENGIRIMAN OBAT


a. Sistem distribusi hendaklah didesain sedemikian rupa untuk memastikan produk
yang pertama masuk didistribusikan lebih dahulu.
b. Sistem distribusi hendaklah menghasilkan catatan sedemikian rupa sehingga
distribusi tiap bets/lot obat dapat segera diketahui untuk mempermudah penyelidikan
atau penarikan kembali jika diperlukan.
c. Prosedur tertulis mengenai distribusi obat hendaklah dibuat dan dipatuhi.
d. Penyimpangan terhadap konsep first-in first-out (FIFO) atau first-expire first-out
(FEFO) hendaklah hanya diperbolehkan untuk jangka waktu yang pendek dan hanya
atas persetujuan pimpinan yang bertanggung jawab.
 PENYIMPANAN BAHAN AWAL, BAHAN PENGEMAS, PRODUK ANTARA,
PRODUK RUAHAN DAN PRODUK JADI
a. Semua bahan dan produk hendaklah disimpan secara rapi dan teratur untuk
mencegah risiko campur baur atau pencemaran serta memudahkan pemeriksaan dan
pemeliharaan.
b. Bahan dan produk hendaklah tidak diletakkan langsung di lantai dan dengan jarak
yang cukup terhadap sekelilingnya.
c. Bahan dan produk hendaklah disimpan dengan kondisi lingkungan yang sesuai.
Penyimpanan yang memerlukan kondisi khusus hendaklah disediakan.
d. Kondisi penyimpanan obat dan bahan hendaklah sesuai dengan yang tertera pada
penandaan berdasarkan hasil uji stabilitas.
e. Data pemantauan suhu hendaklah tersedia untuk dievaluasi. Alat yang dipakai untuk
pemantauan hendaklah diperiksa pada selang waktu yang telah ditentukan dan hasil
pemeriksaan hendaklah dicatat dan disimpan. Semua catatan pemantauan hendaklah
disimpan untuk jangka waktu paling tidak sama dengan umur bahan atau produk
yang bersangkutan ditambah 1 tahun, atau sesuai dengan peraturan pemerintah.
Pemetaan suhu hendaklah dapat menunjukkan suhu sesuai batas spesifikasi di semua
area fasilitas penyimpanan. Disarankan agar alat pemantau suhu diletakkan di area
yang paling sering menunjukkan fluktuasi suhu.
f. Penyimpanan di luar gedung diperbolehkan untuk bahan yang dikemas dalam wadah
yang kedap (misalnya drum logam) dan mutunya tidak terpengaruh oleh suhu atau
kondisi lain.
g. Kegiatan pergudangan hendaklah terpisah dari kegiatan lain.
h. Semua penyerahan ke area penyimpanan, termasuk bahan kembalian, hendaklah
didokumentasikan dengan baik.
i. Tiap bets bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan dan produk
jadi yang disimpan di area gudang hendaklah mempunyai kartu stok. Kartu stok
tersebut hendaklah secara periodik direkonsiliasi dan bila ditemukan perbedaan
hendaklah dicatat dan diberikan alasan bila jumlah yang disetujui untuk pemakaian
berbeda dari jumlah pada saat penerimaan atau pengiriman. Hal ini hendaklah
didokumentasikan dengan penjelasan tertulis.
 Penyimpanan Bahan Awal dan Bahan Pengemas
a. Pemisahan secara fisik atau cara lain yang tervalidasi (misalnya cara elektronis)
hendaklah disediakan untuk penyimpanan bahan atau produk yang ditolak,
daluwarsa, ditarik dari peredaran atau obat atau bahan kembalian. Bahan atau
produk, dan area penyimpanan tersebut hendaklah diberi identitas yang tepat.
b. Semua bahan awal dan bahan pengemas yang diserahkan ke area penyimpanan
hendaklah diperiksa kebenaran identitas, kondisi wadah dan tanda pelulusan oleh
bagian Pengawasan Mutu.
c. Bila identitas atau kondisi wadah bahan awal atau bahan pengemas diragukan atau
tidak sesuai dengan persyaratan identitas atau kondisinya, wadah tersebut hendaklah
dikirim ke area karantina. Selanjutnya pihak Pengawasan Mutu hendaklah
menentukan status bahan tersebut.
d. awal dan bahan pengemas yang ditolak hendaklah tidak disimpan bersama-sama
dengan bahan yang sudah diluluskan, tapi dalam area khusus yang diperuntukkan
bagi bahan yang ditolak.
e. Bahan cetak hendaklah disimpan di “area penyimpanan terlarang” (restricted storage
area) dan penyerahan di bawah pengawasan yang ketat.
f. Stok tertua bahan awal dan bahan pengemas dan yang mempunyai tanggal daluwarsa
paling dekat hendaklah digunakan terlebih dahulu (prinsip FIFO dan FEFO).
g. Bahan awal dan bahan pengemas hendaklah diuji ulang terhadap identitas, kekuatan,
mutu dan kemurnian, sesuai kebutuhan, misalnya setelah disimpan lama, atau
terpapar ke udara, panas atau kondisi lain yang mungkin berdampak buruk terhadap
mutu.

 Penyimpanan Produk Antara, Produk Ruahan dan Produk jadi


1. Produk antara, produk ruahan dan produk jadi hendaklah dikarantina selama
menunggu hasil uji mutu dan penentuan status.
2. Tiap penerimaan hendaklah diperiksa untuk memastikan bahwa bahan yang diterima
sesuai dengan dokumen pengiriman.
3. Tiap wadah produk antara, produk ruahan dan produk jadi yang diserahkan ke area
penyimpanan hendaklah diperiksa kesesuaian identitas dan kondisi wadah.
4. Bila identitas atau kondisi wadah produk antara, produk ruahan dan produk jadi
diragukan atau tidak sesuai dengan persyaratan identitas atau kondisinya, wadah
tersebut hendaklah dikirim ke area karantina. Selanjutnya pihak Pengawasan Mutu
hendaklah menentukan status produk tersebut.

 PENGIRIMAN DAN PENGANGKUTAN


a. Bahan dan obat hendaklah diangkut dengan cara sedemikian rupa sehingga tidak
merusak keutuhannya dan kondisi penyimpanannya terjaga.
b. Perhatian khusus hendaklah diberikan bila menggunakan es kering dalam rangkaian
sistem pendinginan. Di samping itu, tindakan pengamanan hendaklah memastikan
agar bahan atau produk tidak bersentuhan langsung dengan es kering tersebut, karena
dapat berdampak buruk terhadap mutu produk, misalnya terjadi pembekuan.
c. Bilamana perlu, dianjurkan penggunaan alat untuk memantau kondisi, misalnya
suhu, selama pengangkutan. Hasil pemantauan tersebut hendaklah dicatat untuk
pengkajian.
d. Pengiriman dan pengangkutan bahan atau obat hendaklah dilaksanakan hanya setelah
ada order pengiriman. Tanda terima order pengiriman dan pengangkutan bahan
hendaklah didokumentasikan.
e. Prosedur pengiriman hendaklah dibuat dan didokumentasikan, dengan
mempertimbangkan sifat bahan dan obat yang akan dikirim serta tindakan
pencegahan khusus yang mungkin diperlukan.
f. Wadah luar yang akan dikirim hendaklah memberikan perlindungan yang cukup
terhadap seluruh pengaruh luar serta diberi label yang jelas dan tidak terhapuskan.
g. Catatan pengiriman hendaklah disimpan, yang menyatakan minimal:
- tanggal pengiriman;
- nama dan alamat pelanggan;
- uraian tentang produk, misalnya nama, bentuk dan kekuatan sediaan (bila perlu),
nomor bets dan jumlah; dan
- kondisi pengangkutan dan penyimpanan.
h. Semua catatan hendaklah mudah diakses dan tersedia bila diminta.
(Pedoman_CPOB_6, -b)
VIII. EVALUASI FISIKA

Jenis Tujuan Alat Prinsip


Memberikan kesesuaian Pemeriksaan bau, rasa dan
Organoleptik bau,warna menggunakan Panca indra warna menggunakan panca
panca indra indra
Pengukuran pH menggakan
Penetapan Ph Mengetahui pH sediaan pH meter pH meter yang telah
dikalibrasi
Untuk memasrikan Tabung reaksi
bahwa larutan yang diuji alas datar Membandingkan kejernihan
Uji kejernihan
jernih dan bebas dengan larutan uji dengen suspense
pengotor diameter 15m
Menjamin sediaan Membandingkan bobot
Bobot jenis memiliki bobot jenis piknometer sediaan sesuai dengan
yang sesuai spesifikasi
Memriksa kesesuaian
Mengukur kecepatan bola
Viskositas/ viskositas dengan Viscometer
jatuh melalui cairan dalam
kekentalan spesifikasi yang telah Hoppler
tabung
ditetapkan
Sebagai jaminan bahwa
sediaan sirup yang Melihat kesesuaian volume
Volume Gelas ukur
dikemas dalam wadah kesediaan jika dipindahkan
terpindahkan kering
dosisi ganda dengan dari wadah
volume yang tertera
Secara kualitatif
Identifikasi memastikan bahwa
bahan aktif bahan yang digunakan
dalam sediaan benar-benar zat yang
diinginkan
IX. LATAR BELAKANG PENGGUNAAN KEMASAN PRIMER DAN SEKUNDER
A. DEFINISI KEMASAN
Kemasan dirancang untuk melindungi suatu produk agar tidak dapat
berinteraksi dengan lingkungan. Kemasan juga menjadi identitas dan memberikan
informasi bagi produk. Kemasan yang andal dibutuhkan untuk sediaan farmasi agar
memberikan perlindungan terhadap kualitas produk, keamanan, dan kenyamanan bagi
konsumen atau pasien. Saat ini, kemasan untuk sediaan farmasi terus berkembang,
tidak hanya berfungsi sebagai pelindung dari produk, kemasan kini didesain untuk
meningkatkan kenyamanan dan kepatuhan pasien. Selain itu, dengan semakin
banyaknya peredaran produk sediaan farmasi palsu, saat ini kemasan didesain agar
terintegrasi dengan sistem teknologi informasi untuk melindungi dari pemalsuan
produk. Artikel ini bertujuan untuk memaparkan mengenai arah dan kemajuan terbaru
dalam pengemasan sediaan farmasi sebagai gambaran agar Industri Farmasi di
Indonesia dapat terus berkembang dalam bidang Pengemasan Sediaan dan Sistem
Penghantaran Obat.

B. FUNGSI KEMASAN SEDIAAN FARMASI


1. Wadah adalah fungsi dasar kemasan untuk suatu produk. Kemasan sebagai wadah
didesain agar tidak bocor, atau memungkinkan adanya difusi dan permeasi produk,
kemasan harus cukup kuat untuk digunakan saat proses pengemasan dan tidak
berubah atau berinteraksi dengan komponen – komponen formulasi dalam sediaan
(WHO, 2002).
2. Kemasan harus melindungi produk dari semua pengaruh eksternal yang merugikan
yang dapat mempengaruhi kualitas atau khasiatnya, seperti cahaya, kelembaban,
oksigen, kontaminasi biologis, kerusakan mekanis, dan pemalsuan produk (WHO,
2002).
3. Kemasan merupakan salah satu sumber informasi penting yang mencantumkan
informasi produk obat. Informasi disajikan dalam label maupun leaflet untuk pasien
(WHO, 2002).
4. Desain dan setiap komponen yang digunakan pada kemasan menjadikan identitas
bagi produk tersebut. Desain kemasan akan menjadi nilai tersendiri dari produk
yang dipasarkan (Zadbuke, 2013).
5. Fungsi kenyamanan juga berkaitan erat dengan rute administrasi obat. Misalnya,
tetes mata dosis satuan dapat memudahkan penggunaan dengan sekali pakai dan
mengurangi risiko adanya kontaminasi terhadap sediaan (Zadbuke, 2013).

C. KATEGORI KEMASAN SEDIAAN FARMASI


1) Kemasan primer adalah lapisan pertama yang membungkus dan bersentuhan
langsung dengan produk. Kemasan ini dapat memiliki efek langsung pada stabilitas
dan umur simpan produk. Kemasan primer dapat berbentuk blister, strip, vial,
ampul, botol dan sebagainya.
2) Kemasan sekunder berada di lapisan kedua setelah kemasan primer. Kemasan ini
berfungsi untuk menambah proteksi terhadap kemasan dan dapat digunakan untuk
mengelompokkan kemasan primer bersama. Kemasan sekunder dapat berbentuk
kotak, karton, baki injeksi, dan sebagainya.
3) Kemasan tersier digunakan untuk mengemas produk yang telah ada dalam kemasan
sekunder dan berfungsi saat proses distribusi atau pengiriman produk. Kemasan
tersier dapat berbentuk dus, kontainer, barel, dan sebagainya (Pareek dkk, 2014).

D. MATERIAL YANG DIGUNAKAN UNTUK KEMASAN FARMASI


Material atau bahan yang digunakan sebagai kemasan primer bervariasi. Hal
ini, disesuaikan dengan karakteristik produk dan berbagai persyaratan yang berbeda
untuk setiap jenis sediaan yang diproduksi. Pemilihan material yang akan digunakan
untuk kemasan primer merupakan titik kritis yang akan menjamin khasiat dan
keamanan suatu produk selama masa simpannya. Berikut merupakan beberapa jenis
material kemasan dan wadah yang paling umum digunakan untuk produk sediaan
farmasi:
1) Gelas Untuk sejumlah besar sediaan, baik untuk sediaan dengan bentuk
administrasi oral, sistemik, dan lokal, wadah gelas biasanya menjadi pilihan yang
pertama. Gelas dapat menjadi botol untuk tablet, injeksi, atau sebagai botol untuk
sediaan likuid seperti sirop, suspensi dan emulsi. Terdapat berbagai jenis kaca,
jenis kaca yang dipilih ditentukan berdasarkan karakteristik dan tujuan
penggunaan produ yang bersangkutan. Produsen harus memilih pemasok untuk
mendapatkan jenis wadah kaca yang sesuai untuk penggunaan yang dimaksudkan
(Pratik dkk, 2018).
2) Plastik Kemasan berbahan plastik juga menjadi pilihan utama sebagai material
kemasan primer. Saat ini banyak digunakan botol yang terbuat dari material
plastik, plastik juga digunakan sebagai lapisan dari kemasan strip dan blister
untuk bentuk sediaan solid. Selain itu, plastik juga banyak digunakan sebagai
kemasan primer untuk produk Large Volume Parenteral (LPV) seperti Infus.
Wadah plastik memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan wadah kaca
diantaranya, memiliki harga yang lebih murah, tidak pecah, bersifat fleksibel, dan
juga ringan (Pratik dkk, 2018).
3) Logam Wadah logam hanya dapat digunakan untuk produk obat non-parenteral.
Material logam digunakan dalam bentuk kemasan tabung untuk sediaan gas,
kemasan strip, dan blister yang terbuat dari plastik, dan tabung untuk sediaan
aerosol. Aluminium dan baja anti-karat adalah logam pilihan untuk kemasan
primer dan sekunder bagi produk obat. Material logam memiliki kelebihan
tertentu dan menyediakan wadah tamper-proof yang sangat baik. Sifat logam yang
kuat, tidak tembus terhadap gas dan tahan pecah, menjadikan bahan logam
sebagai kemasan yang ideal untuk wadah gas bertekanan (Pratik dkk, 2018).

a) Kemasan primer

Netto : 100 ml
INDIKASI
DOSIS
Bekerja sebagai sekretolitik (mukolitik) dan
Sirup 4mg/5ml
untuk meredakan batuk berdahak dan
mempermudahpengeluaran dahak.
BROMHEXIN Dewasa dan Anak >10 tahun : 3 x 10 ml per
Bromhexine Hcl hari
Anak 5 - 10 tahun : 3 x 5 ml per hari
KONTRAINDIKASI
Anak 2 - 5 tahun : 2 x 5 ml per hari
tidak boleh digunakan oleh penderita yang
Atau sesuai dengan petunjuk dokter.
hipersensitif terhadap bromheksin HCl atau
komponen lain dalam formula.
CARA PENYIMPANAN:
Simpan dibawah suhu 30o C, pada tempat
tertutup rapat. Simpan ditempat yang aman,
Obat batuk berdahak jauh dari jangkauan anak-anak.
Diproduksi Oleh:
pada anak-anak
PT. Citra Pharma
Bandung-Jawa Barat-Indonesia P No. 1 Awas! Obat
Keras Bacalah aturan
Sirup Rasa Strawberry
Pakainya
b) Lefleat

KOMPOSISI
BROMHEXINE ®
Tiap 100 ml mengandung : Bromhexine ………………………………….…..…..80mg

INDIKASI
Bekerja sebagai sekretolitik (mukolitik) dan untuk meredakan batuk berdahak dan
mempermudahpengeluaran dahak.

KONTRAINDIKASI
Bromheksin
tidak boleh digunakan oleh penderita hidroklorida
yang hipersensitif terhadap bromheksin HCl atau
komponen lain dalam formula. Pada kasus tertentu yang sifatnya jarang yaitu kondisi dimana
terdapat ketidakcocokan dengan zat tambahan yang terkandung dalam produk obat tersebut
penggunaan produk dikontraindikasikan.

EFEK SAMPING
Hipersensitivitas, syok dan reaksi anafilaktik, bronkospasme, mual, muntah, diare, nyeri
perut bagian atas, ruam, angioedema, urtikaria, pruritus.

DOSIS
Sirup 4mg/5ml
Dewasa dan Anak >10 tahun : 3 x 10 ml per hari
Anak 5 - 10 tahun : 3 x 5 ml per hari
Anak 2 - 5 tahun : 2 x 5 ml per hari
Atau sesuai dengan petunjuk dokter.

INTERAKSI
Pemberian bersamaan dengan antibiotik (amoksisilin, sefuroksim, eritromisin, doksisiklin)
akan meningkatkan konsentrasi antibiotika.

PERINGATAN
Hindari penggunaan pada tiga bulan pertama masa kehamilan dan pada masa menyusui.Hati-
hati penggunaan pada penderita tukak lambung

CARA PENYIMPANAN:
Simpan dibawah suhu 30o C, pada tempat tertutup rapat. Simpan ditempat yang aman, jauh
dari jangkauan anak-anak.

KEMASAN:
Botol kaca 100ml

No.Reg  : DTL2220934837A1
No batch     : 16040847
Mg.Date : 1711022
Exp.Date : 17 Oktober 2024

Diproduksi Oleh:
PT. Boehringer Ingelheim Indonesia
Bogor Indonesia
c) Kemasan Sekunder

Netto : 100 ml
Sirup Rasa Strawberry

BROMHEXIN
Bromhexine Hcl

Netto : 100 ml
KOMPOSISI
BROMHEXIN Tiap 100 ml mengandung : DOSIS
Bromhexine …………….…..…..80mg Sirup 4mg/5ml
Bromhexine Hcl Dewasa dan Anak >10 tahun : 3 x 10
INDIKASI Netto : 100 ml ml per hari
Bekerja sebagai sekretolitik (mukolitik) Anak 5 - 10 tahun : 3 x 5 ml per hari
dan untuk meredakan batuk berdahak Anak 2 - 5 tahun : 2 x 5 ml per hari
dan mempermudah pengeluaran BROMHEXIN Atau sesuai dengan petunjuk dokter.
dahak. Bromhexine Hcl
CARA PENYIMPANAN
KONTRAINDIKASI
Simpan dibawah suhu 30o C, pada
tidak boleh digunakan oleh penderita
tempat tertutup rapat. Simpan ditempat
yang hipersensitif terhadap bromheksin
yang aman, jauh dari jangkauan anak-
HCl atau komponen lain dalam formula
anak.
Obat batuk berdahak
EFEK SAMPING pada anak-anak No.Reg  : DTL2220934837A1
Hipersensitivitas, syok dan reaksi No batch     : 16040847
anafilaktik, bronkospasme, mual, Mg.Date : 1711022
Exp.Date : 17 Oktober 2024
muntah, diare, nyeri perut bagian atas,
ruam, angioedema, urtikaria, pruritus.
Obat batuk berdahak
pada Rasa
anak-anak P No. 1 Awas! Obat Diproduksi Oleh:
Sirup Strawberry
Keras Bacalah aturan PT. Boehringer Ingelheim Indonesia
Sirup Rasa Strawberry
Bandung-Indonesia

Sirup Rasa Strawberry


DAFTAR PUSTAKA

Andiny A.N. 2019. PENGEMBANGAN METODE PENETAPAN KADAR BROMHEXINE HCl


DAN GUAIFENISIN PADA SEDIAAN TABLET KOMBINASI MENGGUNAKAN
METODE KLT VIDEO DENSITOMETRI.
[http://repository.bku.ac.id/xmlui/handle/123456789/2646]

BPOM. 2006. PEDOMAN CARA PEMBUATAN OBAT YANG BAIK. Jakarta. Badan Pengawas
Obat dan Makanan.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta. Departemen


Kesehatan Republik Indonesia.

Rowe, R.C. et Al. (2006). Handbook Of Pharmaceutical Excipients, 5th Ed, The Pharmaceutical
Press, London

Hidayatul Karimah, Ilmi Nurul Azkia, Feby Dita Aprilia, N. A. 2019. Sediaan sirup bromhexine. 1–
20.

Tri, A., & Windi. 2020. SISTEM BERBASIS PENGETAHUAN UNTUK PEMILIHAN OBAT
BATUK. Applied Microbiology and Biotechnology, 2507(1), 1–205.

Kemasan primer Rahmayanti, S. 2021. Review Artikel: Tren Dan Kemajuan Terbaru Teknologi
Kemasan Sediaan Farmasi (Trend and Recent Advance of Pharmaceutical Packaging).
Farmaka, 19(1), 26–34.

Pareek et.al. Pharmaceutical Packaging: Current Trend ad Future. Int J of Pharmaceutical


Sciences. 2014. Vol. 6 (6).

Pratik et.al. Pharmaceutical Packaging Technology: A Brief Outline. World J of Advance


Healthcare Research. 2018. Vol. 2 (1): 16 – 21.

Shah, H., Jain, A., Laghate, G., & Prabhudesai, D. 2020. Pharmaceutical excipients. Remington:
The Science and Practice of Pharmacy, 633–643. https://doi.org/10.1016/B978-0-12-
820007-0.00032-5

World Health Organization. 2002. Guidelines on Packaging for Pharmaceutical Product. Annex
9. (WHO Techinical Report Series No.902).
Zadbuke et.al. Recent Trends and Future of Pharmaceutical Packaging Technology. J of
Pharmacy and Bioapplied Sciences. 2013. Vol 5 (2): 98-11

Anda mungkin juga menyukai