Anda di halaman 1dari 11

PRAKTEK KERJA LAPANGAN SECARA DARING

RUMAH SAKIT

TUGAS PENGKAJIAN RESEP

PUTU YANTHI PRADNYA DEWI

181013

VI A

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FARMASI

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

2021
A. SKRINING RESEP

RESEP ASLI
1. Kelengkapan Resep
1.1. Kelengkapan Administratif

Tidak
Kelengkapan Resep Ada Keterangan
ada
Dr. dr. I Nyoman Sukamiartadana,
Identitas Nama √   M.Biomed Sp.Jp
SIP  √ 742/82/4420/DD/DPMPTS
dokter
Alamat Praktek  √ -
No. Telp  √ -
No. Resep  √   210504RSP-043073
Inscriptio Tanggal resep √   4 Mei 2021
Alergi  √ -
Invocatio Tanda R/  √ -
Spirola 25 mg
Hapsen 5 mg
Nama Obat √ Fargoxin 0,25 mg
Therodel 75 mg
Prescripti Gionix 8 mg
o Spirola 25 mg
Hapsen 5 mg
Racikan
Jumlah Obat √ Fargoxin 0,25 mg
15 puyer
Therodel 75 mg
  Gionix 8 mg
Spirola 25 mg
Hapsen 5 mg 1 dd 1 bungkus
Aturan
Signatura √ Fargoxin 0,25 mg (racikan)
Pemakaian
Therodel 75 mg
  Gionix 8 mg
Subscripti
Paraf dokter    √
o  
Nama √   I Gede Rika
No. RM √   05.06.63
Tgl. Lahir √   30 April 1973
Identitas Jenis kelamin  √ Laki-laki
pasien Br. Mengening Ds. Nyitdah Kediri
Alamat  √
Tabanan
Asal resep.  √ Klinik Spesialis Jantung
Jaminan √ Shequal
BB √ -
TB   √  -

Penjelasan: Berdasarkan tabel skrining resep di atas, ada beberapa hal pada
administrasi resep tersebut yang belum ada yaitu:
1. Alamat Praktek ,karena menggunakan resep elektronik alamat praktek tidak
dicantumkan karena dokter praktek pada alamat yang sama dengan apotek.
2. Nomor telepon dokter tidak ada karena dokter praktek di apotek tersebut dan
apotek sudah mempunyai kontak dokter.
3. Tanda R/ tidak ada karena pada resep elektronik sudah ada keterangan mana
yang merupakan obat racikan.

4. Paraf dokter tidak ada karena pada resep elektronik dokter mempunyai
username dan password sendiri untuk menginput resep

5. Berat badan dan tinggi pasien tidak dicantumkan

Walaupun dalam resep tersebut tidak lengkap namun secara umum tidak
mempengaruhi proses skrining selanjutnya. Untuk identitas pasien yang belum
tercantum dalam resep seperti nomor telepon, yang sebenarnya sudah ada pada
Rekam Medis elektronik pasien namun tidak dicantumkan dalam print out resep
elektronik atau dapat ditanyakan langsung pada pasien. Secara umum informasi
penting yang diperlukan untuk mengerjakan resep tersebut telah tersedia sehingga
resep dapat dilayani
1.2. Aspek Farmasetis
1.2.1. Daftar Obat dalam Resep (Nama Obat, Bentuk, dan kekuatan
Sediaan.)

No Nama Obat Bentuk Kekuatan Indikasi


Sediaan Sediaan
1 Spirola Tablet 25 mg Diuretik
2 Hapsen Tablet 5 mg Gagal
Jantung
Kronis,
Angina dan
Hipertensi
3 Fargoxin Tablet 0,25 mg Gagal
Jantung
4 Therodel Tablet 75 mg Antikoagulan
5 Gionix Tablet 8 mg Hipertensi

2. Perhitungan dosis obat


1. Spirola
Spirola tablet mengandung zat aktif spironolactone dengan
kekuatan 25 mg yang berfungsi sebagai antihipertensi, diuretic
(udema). Menurut pionas dosis lazim dewasa : 25-200 mg setiap
hari sebagai dosis tunggal atau dalam dosis yang dibagi.
Dosis Pemakaian Pasien sesuai resep
 Dosis Pemakaian 1 x : 25 mg
 Dosis Pemakaian 1 h : 25 mg
Jika dilihat dari dosis pemakaian, maka dosis pasien masih
masuk dalam rentang dosis yang ditentukan menurut pionas.
2. Hapsen
Hapsen tablet mengandung zat aktif bisoprolol dengan
kekuatan 5 mg yang berfungsi sebagai antihipertensi dan gagal
jantung kronis. Menurut pionas dosis lazim gagal jantung kronis :
Gagal Jantung Kronik (CHF). 1,25 mg sehari sekali untuk satu
minggu, jika dapat ditoleransi dengan baik dapat ditingkatkan
menjadi 2,5 mg sehari sekali untuk minggu berikutnya.
Dosis Pemakaian Pasien sesuai resep
 Dosis pemakaian 1 x : 2.5 mg
 Dosis pemakaian 1 h : 2.5 mg
Dengan pertimbangan khusus dari dokter, adanya peningkatan
dosis pada pasien, dan dilihat menurut literatur peningkatan yang
terjadi tidak terlalu signifikan.
3. Fargoxin
Fargoxin tablet mengandung zat aktif digoxin 0,25mg (250
mcg) yang berfungsi sebagai pengobatan penyakit gagal jantung.
Menurut pionas dosis penunjang untuk digoxin berkisar 125–250
mcg/hari (pada usia lanjut 125 mcg/hari).
Dosis Pemakaian Pasien sesuai resep :
 Dosis pemakaian 1 x : 0,125 mg ~ 125 mcg
 Dosis pemakaian 1 h : 0,125 mg ~ 125 mcg
Jika dilihat dari dosis pemakaian, maka dosis pasien masih
masuk dalam rentang dosis yang ditentukan menurut pionas
4. Therodel
Therodel tablet mengandung zat aktif clopidogrel dengan
kekuatan sediaan 75 mg berfungsi sebagai pengencer darah
(antikoagulan). Menurut pionas, dosis lazim clopidogrel adalah :
75 mg sekali sehari.
Dosis Pemakaian Pasien sesuai resep :
 Dosis pemakaian 1 x : 75 mg
 Dosis pemakaian 1 h : 75 mg

Jika dilihat dari dosis pemakaian, maka dosis pasien masih


masuk dalam rentang dosis yang ditentukan menurut pionas

5. Gionix
Gionix tablet mengandung zat aktif candesartan dan memiliki
2 macam sediaan yaitu :dengan kekuatan sediaan 8 mg dan 16 mg.
Diresep dicantumkan gionix 8 mg. Gionix memiliki fungsi sebagai
antihipertensi. Menurut Pionas dosis lazim awal penggunaan
candesartan untuk penderita hipertensi adalah 8 mg
Dosis Pemakaian Pasien sesuai resep :
 Dosis pemakaian 1 x : 75 mg
 Dosis pemakaian 1 h : 75 mg

Jika dilihat dari dosis pemakaian, maka dosis pasien masih


masuk dalam rentang dosis yang ditentukan menurut pionas

3. Jumlah Obat yang diperlukan racikan :


1. Spirola 25 mg : 15 tablet
2. Hapsen 5 mg : 7,5 tablet
3. Fargoxin 0,25 mg : 7,5 tablet
4. Therodel : 15 tablet
5. Gionix 8 mg : 15 tablet
4. Prosedur Peracikan :
a. Ambil obat yang akan diracik didalam resep (Spirola 25 mg, hapsen 5
mg, fargoxin 0,25mg, therodel 75mg, gionix 8 mg) keluarkan obat dari
bungkusnya
b. Apabila pencampuran menggunakan mortar dan stamper, maka
masukkan tablet salut film terlebih dahulu seperti Therodel tablet dan
Hapsen tablet, kemudian gerus sampai homogen. Kemudian
tambahkan spirola 25 mg dan gionix kedalam mortar dan stamper,
gerus kembali sampai homogen. Terakhir tambahkan fargoxin
kemudian gerus sampai homogen.
c. Apabila pencampuran menggunakan blender khusus. Masukkan
Spirola 25 mg, hapsen 5 mg, fargoxin 0,25mg, therodel 75mg, gionix 8
mg ke dalam blender lalu di blender hingga menjadi serbuk. Setelah
homogen masukkan serbuk kedalam cangkang kapsul, hingga menjadi
15 kapsul kemudian obat dibersihkan menggunakan tissue agar tidak
ada serbuk campuran yang menempel di cangkang kapsul, masukkan
obat kedalam klip pembungkus.
d. Tempelkan etiket elektronik yang sudah dilengkapi dengan nomor
resep, tanggal, nama pasien, aturan pakai obat pada klip plastik
pembungkus obat
5. Stabilitas dan Inkompatibilitas
Kegiatan memotong atau menghancurkan tablet dapat menurunkan
stabilitas obat. Setiap obat racikan atau diracik kembali berpotensi
mengalami instabilitas dan inkompatibilitas Untuk meningkatkan stabilitas
dan keamanan obat dapat menggunakan cangkang kapsul HPMC,
menyimpan sediaan dalam wadah tertutup kedap, terhindar dari cahaya
matahari langsung, simpan pada suhu ruang, dan menambahkan silica gel.
Dalam hal ini sediaan puyer dibungkus dengan kemasan tertutup kedap.
Penentuan expired/ Beyone Use Date(BUD) obat racikan solid
puyer adalah tidak lebih dari 25% waktu yang tersisa dari masing-masing
komponen obat racik hingga kedaluarsa atau maksimal 6 bulan, dipilih
yang lebih singkat (USP 795).
6. Aturan dan Cara penggunaan
1. Racikan :

APOTEK AMERTA FARMA


Jl. Pulau Serangan No.7 Telp 233787 Fax 231177 Denpasar
SIA No : 44/35/4447/DD/DISPER/2011
Tanggal: 4/5/2021
Nama : I Gede Rika
Tgl Lahir/RM : 05.06.63
Alamat : Br.
Mengening Ds. Nyitdah Kediri
Tabanan
Nama Obat : Racikan
Tgl Expired : 04/11/2021
Aturan Pakai : 1 X Sehari 1 Bungkus Sesudah Makan, Pada
Pagi Hari
Pada Jam : 07.00
7. Komunikasi, informasi, dan edukasi
1. Sebelum dilakukan penyerahan obat kepada pasien, obat-obat
yang telah disiapkan diperiksa kembali identitas pasien, aturan
pakai serta jumlah obat yang akan diserahkan agar tidak terjadi
kesalahan
2. Penyerahan obat diawali dengan pemanggilan nama pasien sesuai
dengan yang tercantum pada resep. Kemudian menanyakan
kembali nama pasien dengan pertanyaan aktif yaitu“ atas nama
siapa bapak/ibu “ sehingga pasien menjawab namanya kemudian
menanyakan tanggal lahir pasien atau alamat (memastikan benar
pasien).
3. TTK hendaknya bertanya terlebih dahulu untuk siapa pengobatan
ini ditujukan, apakah untuk pasien yang datang atau orang lain.
4. Menanyakan kepada keluarga pasien / pasien, apakah sebelumnya
sudah pernah menggunakan obat – obatan tersebut atau belum.
5. Jika pasien belum pernah mendapatkan pengobatan tersebut maka
ajukan three prime question, seperti berikut :
a. Apa yang telah dikatakan dokter tentang pengobatan yang
diberikan ?
b. Apa yang telah dikatakan dokter tentang cara pakai obat yang
diberikan?
c. Apa yang telah diharapkan dari pengobatan ini dan bagaimana
efek yang ditimbulkan ?
6. Disampaikan kepada keluarga pasien bahwa obat yang diserahkan
ada tiga macam dan informasi tentang obat yang akan digunakan
pasien (KIE) sebagai berikut :
1) Racikan
a. Indikasi : Obat racikan yang memiliki lebih dari 1 indikasi,
seperti : antihipertensi, gangguan fungsi jantung seperti
jantung berdebar dan dapat mengurangu cairan tubuh yang
berlebihan akibat penggunaan obat hipertensi
b. Aturan pakai : Diminum 1 kali sehari sesudah makan, pada
pagi hari
c. Efek samping : Kemungkinan terjadi ruam pada kulit, tetapi
ini jarang terjadi. Apabila terjadi hal tersebut atau efek
samping yang tidak diinginkan segera hubungi dokter.
d. Penyimpanan : Disimpan di suhu ruangan berkisar 15°C -
30°C dan terhindar dari sinar matahari langsung.
7. Disampaikan Disampaikan kepada pasien:
a. Obat disimpan pada tempat sejuk dan kering dan terlindung
dari sinar matahari langsung serta pada suhu kamar (25 ◦ C).
b. Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
c. Klip obat harus tetap dalam keadaan tertutup rapat.
d. Jika serbuk menjadi basah, lembab, lembek dan lengket atau
berubah warna artinya obat sudah rusak (tidak dapat
dikonsumsi lagi)
e. Dijelaskan pula lama penyimpanan atau ED puyer sesuai
perhitungan BUD menurut USP 795
8. Pasien dianjurkan untuk datang kembali dokter apabila obat sudah
habis.

DAFTAR PUSTAKA
MIMS Online.2021.Terdapat di: https://www.mims.com/indonesia/drug/info.
(Diakses pada 29 Mei 2021)
Pusat Informasi Obat Nasional (Pionas), Badan Pengawas Obat dan Makanan
(BPOM) Republik Indonesia 2014, Informatorium Obat Nasional
Indonesia (IONI), BPOM RI, diakses pada 11 April 2021

Anda mungkin juga menyukai