Anda di halaman 1dari 44

STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN

DI APOTEK

OLEH : Richa Yuswantina, S.Farm, Apt., M.Si


PERMENKES N0M0R 35 TAHUN 2014
√ Keharusan adanya Pelayanan Farmasi Klinik di
Apotek

√Pelayanan Farmasi Klinik di Apotek merupakan


bagian dari pelayanan kefarmasian yang
langsung dan bertanggung jawab kepada pasien
terkait dengan sediaan farmasi, alat kesehatan,
dan bahan medis habis pakai dengan maksud
mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan
kualitas hidup (outcome) pasien
3

PENGGOLONGAN OBAT BERDASARKAN


PERMENKES RI NOMOR 949 TAHUN 2000

a. Obat bebas
▫ Relatif plg aman
▫ Tanpa R/ dokter
▫ Ex:parasetamol, vit.C, aspirin,
antasida DOEN dan OBH
▫ Ditandai dg lingkaran berwarna
hijau :
4

b. Obat Bebas Terbatas


▫ Relatif aman*
▫ Ditandai dg lingkaran berwarna biru
& 6 peringatan khusus
▫ Mrp obat keras, Tanpa R/ dokter
▫ Ex: obat flu kombinasi (tablet), CTM,
dan mebendazol
5

Peringatan obat bebas terbatas


P No. 1 P No. 2
Awas ! Obat Keras Awas ! Obat Keras
Bacalah aturan memakainya Hanya untuk kumur jangan ditelan

P No. 3 P No. 4
Awas ! Obat Keras Awas ! Obat Keras
Hanya untuk bagian luar dari Hanya untuk dibakar
badan

P No. 5 P No. 6
Awas ! Obat Keras Awas ! Obat Keras
Tidak boleh ditelan Obat wasir, jangan ditelan
6

c. Obat keras
▫ Disebut gol.G (Gevarliijk /berbahaya)
▫ Hanya dpt diperoleh dg R/ dokter di apotek
▫ Ditandai dg lingkaran merah dg huruf K di
tengahnya
▫ Ex: amoksisilin, as.mefenamat, semua obat
injeksi, semua obat baru
7

d. Psikotropika
▫ Zat/obat baik alamiah/sintesis (bukan
narkotika) yg dpt mempengaruhi SSP,
aktiv.mental/perilaku
▫ Hanya dpt diperoleh dg R/ dokter
▫ Dulu: obat keras tertentu (OKT)
▫ Dpt menyebabkan ketergantungan
▫ UU No.5 thn 1997→ digol.mjd 4 (I,II,III
& IV)
8

• Psikotropika gol.I
▫ Hanya dpt digunakan utk tujuan IP
▫ Tdk digunakan utk terapi
▫ Berpotensi amat kuat menyebabkan
sindrome ketergantungan
▫ Ex: DMA, MDMA, Meskalin, Psilosibina,
dll
9

• Psikotropika gol.II
▫ Berkhasiat utk pengobatan
▫ Dpt digunakan utk terapi
▫ Utk tujuan IP
▫ Berpotensi kuat menyebabkan sindrome
ketergantungan
▫ Ex: Amfetamin, Metakualon,
Sekobrbital, dll
10

• Psikotropika gol.III
▫ Berkhasiat utk pengobatan
▫ Dpt digunakan utk terapi
▫ Utk tujuan IP
▫ Berpotensi sedang menyebabkan sindrome
ketergantungan
▫ Ex: Amobarbital, Flunitrazepam, Pentobarbital,
Siklobarbital, dll
11

• Psikotropika gol.IV
▫ Berkhasiat utk pengobatan
▫ Utk tujuan terapi
▫ Utk tujuan IP
▫ Berpotensi ringan menyebabkan sindrome
ketergantungan
▫ Ex: Alprazolam, Bromazepam, Diazepam,
Klobazam, Klonazepam, Klordiazepoksid,
Lorazepam, Nitrazepam, Oksazolam, Triazolam,
dll
12

e. Narkotika
▫ Mrp zat/obat yg dpt menyebabkan
ketdksadaran/pembiusan, krn zat2 tsb bekerja
lgsg mempengaruhi SSP
▫ Hanya dpt diperoleh dg R/ dokter
▫ Ditandai dg lingkaran berwarna merah dg dasar
putih yg di dlmnya ada palang medali berwarna
merah
▫ Narkotika dibagi menjadi 3 golongan
13

• Narkotika gol.I
▫ Hanya dpt digunakan utk tujuan IP
▫ Tdk digunakan utk terapi
▫ Berpotensi sangat tinggi menyebabkan
ketergantungan
▫ Ex: Papaver somniferum L., opium mentah,
opium masak, tanaman koka, daun koka, kokain
mentah, kokaina, tanaman ganja,
Tetrahydrocannabinol, Heroin, dll
PELAYANAN
• Pelayanan Resep
• Pelayanan OWA
• PelayananObat Bebas dan Bebas Terbatas
• Pelayanan Obat Generik
• Pelayanan Farmasi Klinik
1. PELAYANAN RESEP DAN SALINAN RESEP
▪ Resep
permintaan tertulis dari dokter, drg, atau drh,
kepada APA untuk menyediakan dan
menyerahkan obat bagi penderita, sesuai aturan
per UU-an yang berlaku
Skrining resep
Administratif

A. Skrining
Farmasetik
resep

Pertimbangan
klinis
Keputusan Mentri Kesehatan
No. 1027/MENKES/SK/IX/2004
1. Persyaratan adsministratif
-Nama, SIP, dan Alamat dokter.
-Tanggal penulisan resep
-Tanda tangan / paraf dokter penulis resep.
-Nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien
-Nama obat, potensi, dosis, jumlah yang diminta
-Cara pemakian yang jelas
-Informasi lainnya

2. Kesesuaian farmasetik : bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas,


inkompaktibilitas, cara dan lama pemberian.

3. Pertimbangan klinis : adanya alergi, efek samping, interaksi,


kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain).
SALINAN RESEP
• Salinan tertulis dari suatu resep.
• Copy Resep/ Apograph/ Exemplum
• Salinan resep selain memuat semua keterangan
pada resep asli juga memuat:
a. Nama dan alamat apotek
b. Nama dan Nomor SIPA APA
c. Tanda tangan atau paraf APA
d. Tanda det dan Ne det
e. Tulisan p.c.c
f. Nomor Resep dan Tanggal pembuatan
B. PENYIAPAN OBAT
1) Peracikan
Kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur , mengemas,
dan memberikan etiket pada wadah
2) Etiket
Etiket harus Jelas dan Dapat dibaca
3) Kemasan Obat yang Diserahkan
Obat yang dikemas rapi dalam kemasan yang cocok agar terjaga
kualitasnya
4) Penyerahan Obat
Penyerahan obat dilakukan oleh Apoteker disertai PIO dan
Konseling Kepada Pasien serta Tenaga Kesehatan
5) Informasi Obat
Informasi obat sekurang-kurangnya meliputi : Cara Pemakaian
Obat, Cara penyimpanan Obat, Jangka Waktu Penggunaan
Obat, Aktivitas serta makanan dan minuman yang harus
dihindari selama terapi
Lanjutan……..
6) Konseling
Tujuan konseling adalah perbaikan kualitas hidup pasien,
misalnya pada pasien dengan penyakit kronis

7) Monitoring Penggunaan Obat


Pemantauan penggunaan obat untuk penyakit tertentu
seperti kardiovaskuler, diabetes, TBC, asma.
2. PELAYANAN OWA
Kepmenkes No 347 Tahun 1990
OWA (OBAT WAJIB APOTEK) no 1
Obat Keras yang dapat diserahkan Apoteker
kepada pasien di Apotek tanpa resep dokter

Kepmenkes RI Nomor 924 Tahun 1993


Daftar Obat Wajib Apotek Nomor 2

Kepmenkes RI Nomor 1176 Tahun 1999


Daftar Obat Wajib Apotek Nomor 3
Tujuan Peraturan OWA
a. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam
menolong dirinya sendiri
b. Peningkatan pengobatan sendiri secara tepat,
aman dan rasional
c. Peran apoteker di apotek dalam pelayanan KIE
serta pelayanan obat kepada masyarakat perlu
ditingkatkan dalam rangka peningkatan
pengobatan sendiri
Kriteria Obat-obat yang dapat diserahkan sesuai
dengan Permenkes Nomor 919 Tahun 1993
a. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan
pada wanita hamil
b. Pengobatan Sendiri dengan obat yang dimaksud
tidak memberikan resiko pada kelanjutan penyakit
c. Penggunaan tidak memerlukan cara dan/atau alat
khusus yang harus dilakukan oleh tenaga
kesehatan
d. Penggunaan diperlukan untuk penyakit yang
prevalensinya tinggi di Indonesia
e. Obat yang dimaksud memiliki rasio, khasiat, dan
keamanan yang dapat dipertanggungjawabkan
untuk pengobatan sendiri
Kewajiban Apoteker dalam Pelayanan OWA :
a. Memenuhi ketentuan dan batasan tiap jenis
obat per pasien yang disebutkan dalam OWA
yang bersangkutan
b. Membuat catatan pasien serta obat yang telah
diserahkan
c. Memberikan informasi yang meliputi dosis
dan aturan pakainya, kontra indikasi, efek
samping yang perlu diperhatikan oleh pasien
DAFTAR OBAT KERAS YANG DAPAT DISERAHKAN TANPA RESEP DOKTER OLEH
APOTEKER DI APOTIK (DAFTAR OBAT WAJIB APOTIK NO. 3)

NO NAMA GENERIK OBAT JUMLAH TIAP JENIS OBAT


PER PASIEN
1 Alopurinol maks 10 tab 100 mg
2 Aminofilin supositoria maks 3 supositoria
3 Asam Azeleat maks 1 tube 5 g
4 Asam Fusidat maks 1 tube 5 g
5 Bromheksin maks 20 tab
sirup 1 botol
6 Diazepam maks 20 tab
7 Diklofenak natrium maks 10 tab 25 mg
8 Famotidin maks 10 tab 20 mg/40mg
9 Gentamisin maks 1 tube 5 gr atau botol 5 ml
10 Glafenin maks 20 tab
11 Heksetidin maks 1 botol
12 Klemastin Maks 10 tab
13 Kloramfenikol (Obat Mata) maks 1 tube 5 gr atau botol 5 ml
14 Kloramfenikol (Obat Telinga) maks 1 botol 5 ml
maks 6 tab
LANJUTAN DAFTAR OWA
NO NAMA GENERIK JUMLAH TIAP JENIS OBAT
PER PASIEN

15 Mebendazol sirup 1 botol


16 Metampiron + Klordiazepoksid maks 20 tab
17 Mequitazin Maks 10 tab atau botol 60 ml
18 Motretinida maks 1 tube 5 g
19 Orsiprenalin maks 1 tube inhaler
20 Piroksikam maks 10 tab 10 mg
21 Prometazin teoklat maks 10 tab atau botol 60 ml
22 Ranitidin maks 10 tab 150 mg
23 Satirizin maks 10 tab
24 Siproheptadin maks 10 tab
25 Toisiklat maks 1 tube 5 g
26 Tolnaftat maks 1 tube
27 Tretinoin maks 1 tube 5 g
PELAYANAN OBAT BEBAS DAN BEBAS TERBATAS
SWAMEDIKASI

• Upaya masyarakat untuk mengobati dirinya


sendiri

• Obat Bebas dan Bebas Terbatas


Cara untuk menentukan jenis obat
yang dibutuhkan perlu diperhatikan:
1. Gejala atau keluhan penyakit
2. Kondisi khusus , misal : hamil, menyusui, bayi, lansia,
diabetes mellitus
3. Pengalaman alergi atau reaksi yang tidak diinginkan
terhadap obat tertentu
4. Nama obat, zat berkhasiat, kegunaan, cara pemakaian,
efek samping, dan interaksi obat yang dapat dibaca
pada etiket atau brosur obat
5. Pilihlah obat yang sesuai dengan gejala penyakit dan
tidak ada interaksi obat dengan obat yang sedang
diminum
6. Untuk pemilihan obat yang tepat dan informasi yang
lengkap, tanyakan kepada apoteker
Cara penggunaan Obat
1. Penggunaan obat tidak untuk pemakaian secara terus
menerus
2. Gunakan obat sesuai dengan anjuran yang tertera pada
etiket dan brosur
3. Apabila obat yang digunakan menimbulkan hal-hal yang
tidak diinginkan, hentikan penggunaan dan tanyakan
kepada apoteker atau dokter
4. Hindarkan menggunakan obat orang lain walaupun gejala
penyakit sama
5. Untuk mendapatkan informasi penggunaan obat yang lebih
lengkap tanyaka kepada apoteker.
Misal : penggunaan obat untuk kerja diperlama (long
acting) harus ditelan seluruhnya, tidak pecah atau
dikunyah.
4. PELAYANAN OBAT GENERIK
• OBAT GENERIK
Obat dengan nama resmi International
Nonpropietary Names (INN) yang telah ditetapkan
dalam FI atau buku standar lainnya untuk zat
berkhasiat yang dikandungnya

• OBAT PATEN
Obat yang masih memiliki hak paten, biasanya
selam 20 tahun. Setelah 20 tahun baru boleh
diproduksi oleh perusahaan lain

• OBAT GENERIK BERMERK/BERNAMA DAGANG


Obat generik dengan nama dagang yang
menggunakan nama milik produsen obat yang
bersangkutan
5. PELAYANAN FARMASI KLINIK
a. Pengkajian Resep
b. Dispensing
c. Pelayanan Informasi Obat
d. Konseling
e. Pelayanan Kefarmasian di Rumah (home
pharmacy care)
f. Pemantauan Terapi Obat
g. Monitoring Efek Samping Obat
A. PENGKAJIAN RESEP
Dimulai dengan skrining Resep

1) Administratif
2) Farmasetis
3) Klinis
B. DISPENSING
Kegiatan dimulai dari penyiapan obat dalam resep
termasuk proses peracikan obat, penyerahan
obat kepada pasien, dan pemberian informasi
obat kepada pasien
Kegiatan penyiapan obat dimulai dengan
1. Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan
dalam resep
2. Melakukan peracikan obat bila obat tersebut perlu
diracik terlebih dahulu
3. Memberikan etiket sekurang-kurangnya meliputi:
- Warna putih untuk obat dalam
- Warna biru untuk obat luar’
- Menempelkan label “kocok dahulu” pada sediaan
bentuk suspensi atau emulsi
4. Memasukkan obat ke dalam wadah yang tepat dan
terpisah untuk obat berbeda demi menjaga mutu
obat dan menghindari penggunaan yang salah
Penyerahan obat dimulai dengan:
1. Memeriksa kembali mengenai penulisan nama pasien pada
etiket, cara penggunaan, jenis dan jumlah obat
2. Memanggil nama dan nomor tunggu pasien
3. Memeriksa ulang identitas dan alamat pasien untuk
mengurangi kesalahan pemberian obat pada pasein yang
berbeda
4. Menyerahkan obat yang disertai pemberian informasi obat
5. Memberikan informasi cara penggunaan obat
6. Penyerahan obat kepada pasien harus dilakukan dengan
baik
7. Memastikan bahwa yang mnerima obat adalah keluarga
pasien’
8. Membuat salinan resep sesuai dengan resep asli dan diparaf
apoteker
9. ‘menyimpan resep pada tempatnya
10. Apoteker membuat catatan pengobatan pasien sesuai
dengan Formulir 5
C. PELAYANAN INFORMASI OBAT
Adalah Kegiatan yang dilakukan oleh apoteker
dalam pemberian informasi mengenai obat yang
tidak memihak , dievaluasi dengan kritis, dan
dengan bukti terbaik dalam segala aspek
penggunaan obat kepada profesi kesehatan lain,
pasien, atau masyarakat.
Kegiatan Pelayanan Informasi Obat meliputi:
1. Menjawab pertanyaan baik lisan maupun tulisan
2. Membuat dan menyebarkan
buletin/brosur/leaflet, pemberdayaan masyarakat
(penyuluhan)
3. Memberikan informasi dan edukasi kepada pasien
4. Memberikan pengetahuan dan ketrampilan
kepada mahasiswa farmasi yang sedang praktek
5. Melakukan penelitian penggunaan obat
6. Membuat atau menyampaikan makalah dalam
forum ilmiah
7. Melakukan program jaminan mutu
D. KONSELING
Merupakan proses interaktif anatara Apoteker
dengan pasien/ keluarga untuk meningkatkan
pengetahuan, pemahaman, kesadaran dan
kepatuhan sehingga terjasi perubahan perilaku
dalam penggunaan obat dan meyelesaikan
masalah yang dihadapi pasien.
Kriteria Pasien yang mendapatkan Konseling
a. Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri,
gangguan fungsi hati dan/atau ginjal, ibu hamil
dan menyusui)
b. Pasien dengan terapi jangka panjang/ penyakit
kronis
c. Pasien yang mendapatkan obat dengan instruksi
khusus dan pasien yang menggunakan
kortoikosteroid
d. Pasien yang menggunakan obat dengan IT sempit
e. Pasien dengan polifarmasi
f. Pasien dengan tingkat kepatuhan rendah
E. PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMA
(Home Pharmacy Care)
Jenis Pelayanan kefarmasian yang dapat dilakukan di
rumah:
1. Penilaian/ pencarian (assesment) masalah yang
berhubungan dengan pengobatan
2. Identifikasi kepatuhan pasien
3. Pendampingan pengelolaan obat dan/atau alat
kesehatan di rumah
4. Konsultasi masalah obat atau kesehatan secara umum
5. Monitoring pelaksanaan, efektivitas, dan keamanan
penggunaan obat berdasarkan catatan pengobatan
pasien
6. Dokumentasi pelaksanaan pelayanan kefarmasian di
rumah dengan menggunakan formulir 8
F. PEMANTAUAN TERAPI OBAT
Kriteria Pasien yang mendapatkan PTO:
1. Anak-anak dan lanjut usia, ibu hamil dan
menyusui
2. Menerima obat lebih dari 5 jenis
3. Adanya multidiagnosis
4. Pasien dengan gangguan fungsi ginjal dan hati
5. Menerima obat dengan IT sempit
6. Menerima obat yang sering diketahui
menyebabkan reaksi obat yang merugikan
Kegiatan dalam PTO
a. Memilih pasien yang memenuhi kriteria
b. Mengambil data yang dibutuhkan
c. Melakukan identifikasi maslah terkait obat
d. Apoteker menentukan prioritas masalah sesuai
kondisi pasien dan menentukan apakah masalah
tersebut sudah atau berpotensi akan terjadi
e. Memberikan rekomendasi atau rencana tindak
lanjut
f. Hasil identifikasi masalah terkait obat dan
rekomendasi yang telah dibuat oleh apoteker
harus dikomunikasikan dengan tenaga kesehatan
terkait untuk mengoptimalkan tujuan terapi
g. Melakukan dokumentasi pelaksanaan
pemantauan terapi obat dengan menggunakan
formulir 9
G. MONITORING EFEK SAMPING OBAT
Kegiatan dalam MESO :

1. Mengidentifikasi obat dan pasien yang


mempunyai risiko tinggi mengalami efek
samping obat
2. Mengisi formulir MESO
3. Melaporkan ke Pusat MESO Nasional dengan
menggunakan formulir 10
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai