Anda di halaman 1dari 383

1

MATERI KIE IBU ALFINA


1. PKRS 4. SWAMEDIKASI
2. PIO 5. KERACUNAN
3. KONSELING 6. Kel KIE

PROMOSI KESEHATAN
RUMAH SAKIT (PKRS)

Dra. Al fina Ria’nti, Apt., M Pharm.


Clinical Pharmacist merged by yosaadi.blgspot.com
2

CURRICULUM VITAE
• Nama : Dra. Alfina Rianti, Apt., M Pharm.
• Jabatan : - Koordinator Pelayanan Kefarmasian (Farmasi Klinik)
Instalasi Farmasi, RSUP Fatmawati
- Koordinator Pembinaan & Optimalisasi Praktik Profesi
PC IAI Jakarta Selatan
• Pendidikan :
- S1, Apoteker – Universitas Indonesia
- S2 Clinical Pharmacy – Universiti Sains Malaysia
• Dosen :
- Farmasi Klinik ; Komunikasi, Informasi dan Edukasi di ISTN
- Komunikasi, Informasi dan Edukasi di Universitas Pancasila
- Komunikasi, Informasi dan Edukasi di Uhamka
- Interaksi Obat di UIN
- Farmasi Klinik di Akademi Farmasi Bhumi Husada
- Farmasi Rumah Sakit di Poltekkes
3

TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM


(TPU)

Setelah mengikuti pembelajaran ini,


pembelajar mampu melakukan
Promosi Kesehatan Rumah Sakit
(PKRS) sesuai dengan petunjuk teknis
4

TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS


(TPK)
Setelah mengikuti pembelajaran ini,
pembelajar mampu :
• Menjelaskan pengertian, tujuan dan sasaran
Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)
• Menjelaskan standar
Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)
• Menjelaskan saran untuk menyiapkan
bahan edukasi pasien secara tertulis
5

Upaya Promosi Penggunaan


Sediaan Farmasi Yang Baik & Benar (1)
• Kompetensi Inti : (Unit Kompetensi 6.2)
Mampu mengidentifikasi dan melakukan promosi solusi
masalah penggunaan obat atau sediaan farmasi lainnya di masyarakat

• Lulusan Apoteker mampu :


- Menggali informasi, mengidentifikasi & menetapkan masalah
penggunaan obat atau sediaan farmasi lainnya yang terjadi
di komunitas dengan memperhatikan kondisi sosial
dan budaya setempat
- Menyediakan informasi terkait masalah dan solusi masalah
penggunaan obat atau sediaan farmasi lainnya yang relevan
dengan kebutuhan masyarakat
6

Upaya Promosi Penggunaan


Sediaan Farmasi Yang Baik & Benar (2)
- Mempromosikan kepada masyarakat cara-cara yang baik dan benar
dalam mendapatkan, menggunakan, menyimpan dan membuang obat
atau sediaan farmasi lainnya
- Membangun kemitraan dengan kelompok masyarakat dan / atau
penyedia pelayanan kesehatan untuk meningkatkan cara penggunaan obat
dan sediaan farmasi lainnya yang baik dan benar
- Mengevaluasi kegiatan promosi untuk menilai efektivitas
dan efisiensi
- Mendokumentasikan data / informasi dan hasil kegiatan promosi
penggunaan sediaan farmasi yang telah dilakukan
7

Upaya Preventif dan Promotif


Kesehatan Masyarakat (1)
• Kompetensi Inti : (Unit Kompetensi 6.3)
Mampu mengidentifikasi kebutuhan, merancang dan melakukan upaya
preventif dan promotif kesehatan masyarakat sesuai kebutuhan

• Lulusan Apoteker mampu :


- Menggali informasi, mengidentifikasi & menetapkan prioritas
kebutuhan pelayanan kesehatan primer masyarakat
dengan memperhatikan kondisi sosial dan budaya setempat
- Menyediakan informasi kesehatan dan masalah kesehatan
yang relevan dengan kebutuhan masyarakat
8

Upaya Preventif dan Promotif


Kesehatan Masyarakat (2)
- Memberikan saran upaya pencegahan dan pengendalian penyakit,
dan gaya hidup sehat
- Membangun kemitraan dengan kelompok masyarakat
maupun penyedia pelayanan kesehatan untuk meningkatkan kesehatan
masyarakat
- Mengevaluasi efektivitas dan efisiensi kegiatan promosi kesehatan
yang telah dilakukan
- Mendokumentasikan data / informasi dan hasil kegiatan
promosi kesehatan yang telah dilakukan
Penyediaan Informasi Obat
9

dan Pelayanan Kesehatan


Kompetensi Inti : (Unit Kompetensi 6.1)
Mampu melakukan penelusuran informasi dan menyediakan informasi
yang tepat, akurat, relevan dan terkini terkait obat
dan pelayanan kesehatan

Lulusan apoteker mampu :


• Mengidentifikasi sumber informasi terkait obat
dan pelayanan kesehatan yang akurat dan terpercaya,
serta mengenali keterbatasan sumber informasi yang tersedia
• Melakukan penelusuran informasi dengan memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi untuk memperoleh informasi
yang tepat, akurat, relevan dan terkini terkait obat
dan pelayanan kesehatan
• Menganalisis, mengevaluasi, menginterpretasi & mengorganisasikan
informasi sesuai kebutuhan masyarakat
10

Promosi Penggunaan Sediaan Farmasi


Yang Baik & Benar
No. Ketrampilan Tingkat
Kemampuan
1 Identifikasi masalah penggunaan obat 4A
dan / sediaan farmasi lainnya di komunitas
2 Penyediaan informasi terkait masalah penggunaan obat 4A
dan / atau sediaan farmasi lainnya beserta solusinya
3 Promosi cara-cara yang baik dan benar 4A
dalam mendapatkan, menggunakan, menyimpan,
dan membuang obat dan / atau sediaan farmasi lainnya
4 Dokumentasi data dan informasi promosi penggunaan 4A
sediaan farmasi yang disampaikan

4 A = Mampu melakukan secara mandiri (Does)


Ketrampilan yang dicapai saat lulus Apoteker
11

Promosi Kesehatan Masyarakat


No. Ketrampilan Tingkat
Kemampuan
1 Identifikasi masalah kesehatan mayarakat, 4A
penetapan prioritas dan solusinya
2 Perencanaan kegiatan promotif & preventif kesehatan 4A
masyarakat
3 Pelaksanaan kegiatan promotif & preventif kesehatan 4A
masyarakat
4 Evaluasi kegiatan promotif & preventif kesehatan 4A
masyarakat
5 Dokumentasi kegiatan promotif & preventif kesehatan 4A
masyarakat

4 A = Mampu melakukan secara mandiri (Does)


Ketrampilan yang dicapai saat lulus Apoteker
12

Standar MKE 1
• Rumah sakit berkomunikasi
dengan masyarakat
untuk memfasilitasi akses masyarakat
ke pelayanan di rumah sakit
dan informasi tentang pelayanan
yang disediakan oleh rumah sakit
13

Maksud dan Tujuan MKE 1


• Rumah sakit mengenali komunitas dan populasi pasiennya,
serta merencanakan komunikasi berkelanjutan
dengan kelompok kunci (keygroup) tersebut.
Komunikasi dapat dilakukan kepada individu secara langsung
atau melalui media publik dan agen yang ada di komunitas
atau pihak ketiga melalui komunikasi efektif.
Tujuan komunikasi efektif dengan masyarakat
adalah memfasilitasi akses masyarakat ke pelayanan
di rumah sakit.
• Dalam memenuhi kebutuhan pelayanan di rumah sakit,
maka rumah sakit juga harus mengembangkan pendekatan
untuk meningkatkan komunikasi efektif pada pasien
dan keluarga. Komunikasi efektif harus tepat waktu, akurat,
lengkap, jelas dan dipahami oleh penerima.
Elemen Penilaian MKE 1 Telusur Skor
14
1. Terdapat regulasi tentang R Pedoman komunikasi efektif yang meliputi komunikasi 10 TL
pedoman komunikasi efektif dengan masyarakat, dengan pasien dan keluarga, - -
yang meliputi komunikasi serta antar staf klinis 0 TT
dengan masyarakat, dengan pasien
dan keluarga, serta staf klinis. (R)
2. Terdapat bukti pelaksanaan D 1)
Bukti pertemuan dengan masyarakat 10 TL
komunikasi efektif tentang penyampaian informasi pelayanan 5 TS
antara rumah sakit dengan rumah sakit (jenis pelayanan , waktu pelayanan, 0 TT
masyarakat. (D, W) proses mendapatkan pelayanan)
(lihat juga TKRS 3.1 EP 4) 2) Bukti materi tentang informasi di atas
dalam website, leaflet, brosur, bulletin, dll.
W • Staf PKRS / Humas RS / marketing
• Masyarakat bila perlu
3. Terdapat bukti pelaksanaan D 1)
Bukti pelaksanaan tentang pemberian informasi 10 TL
komunikasi efektif dengan pasien di admisi, bagian informasi / PKRS 5 TS
dan keluarga. (D, W) 2) Bukti pelaksanaan tentang pemberian informasi 0 TT
(lihat juga HPK 2.1, HPK 2.2, dan edukasi dalam form informasi dan edukasi
ARK 1.3, PAP 2.4) pada rekam medis pasien
3) Bukti materi tentang informasi
dalam website, leaflet, brosur, bulletin, banner, dll.
W • Staf admisi / staf PKRS / staf bagian informasi
• MPP
• PPA / staf klinis
4. Terdapat bukti pelaksanaan D Bukti pelaksanaan tentang komunikasi efektif 10 TL
komunikasi efektif dalam rekam medis pasien 5 TS
antar staf klinis. (D, W) W • DPJP 0 TT
(lihat juga SKP 2, TKRS 3.2 EP 4) • PPJA
• Apoteker
• Dietisian
15

Maksud dan Tujuan PKPO 1


Sumber informasi obat yang tepat harus tersedia
di semua unit pelayanan

Elemen Penilaian PKPO 1 Telusur Skor

4. Ada bukti sumber informasi D Bukti formularium / MIMS 10 TL


obat yang tepat, terkini, yang terkini ada di semua layanan 5 TS
dan selalu tersedia yang terlibat dalam 0 TT
bagi semua yang terlibat dalam penggunaan obat
penggunaan obat. (D, O, W)
O Lihat Instalasi Farmasi,
unit-unit kerja terkait

W • Kepala Instalasi Farmasi


• Kepala unit kerja
rawat jalan dan rawat inap
16

STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT


Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 72 Tahun 2016

PELAYANAN FARMASI KLINIK :


• Pengkajian dan pelayanan resep
• Penelusuran riwayat penggunaan obat
• Rekonsiliasi obat
• Pelayanan Informasi Obat (PIO)
• Konseling
• Visite
• Pemantauan Terapi Obat (PTO)
• Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
• Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)
• Dispensing sediaan steril
• Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD)
KEGIATAN 17

PELAYANAN INFORMASI OBAT (PIO)


• Menjawab pertanyaan
• Menerbitkan buletin, leaflet, poster, newsletter
• Menyediakan informasi bagi Tim Farmasi
dan Terapi sehubungan dengan penyusunan
Formularium rumah sakit
• Bersama dengan Tim Penyuluhan Kesehatan
di Rumah Sakit (PKRS) melakukan kegiatan
penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap
• Melakukan pendidikan berkelanjutan
bagi tenaga kefarmasian
dan tenaga kesehatan lainnya
• Melakukan penelitian
PROMOSI KESEHATAN
18

RUMAH SAKIT (PKRS)


Upaya rumah sakit untuk meningkatkan kemampuan pasien,
klien, dan kelompok – kelompok masyarakat,
agar pasien dapat mandiri dalam mempercepat kesembuhan
dan rehabilitasinya, klien dan kelompok – kelompok
masyarakat dapat mandiri dalam meningkatkan kesehatan,
mencegah masalah – masalah kesehatan,
dan mengembangkan upaya kesehatan
bersumber daya masyarakat, melalui pembelajaran
dari, oleh, untuk, dan bersama mereka,
sesuai sosial budaya mereka,
serta didukung kebijakan publik
yang berwawasan kesehatan
19

TUJUAN PKRS

Terciptanya masyarakat rumah sakit


yang menerapkan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
melalui perubahan pengetahuan, sikap
dan perilaku pasien / klien rumah sakit
serta pemeliharaan lingkungan rumah sakit
dan termanfaatkannya dengan baik
semua pelayanan yang disediakan
rumah sakit
20

SASARAN PKRS
Masyarakat di rumah sakit
yang terdiri dari :
- Petugas
- Pasien
- Keluarga pasien
- Pengunjung
- Masyarakat yang tinggal / berada
di sekitar rumah sakit
21

PELUANG PROMOSI KESEHATAN


• Di dalam gedung
- Ruang pendaftaran / administrasi
- Pelayanan rawat jalan
- Pelayanan rawat inap
- Pelayanan penunjang medik
- Pelayanan bagi klien (orang sehat)
- Ruang pembayaran rawat inap
• Di luar gedung
- Tempat parkir
- Taman RS
- Dinding luar RS
- Pagar pembatas kawasan RS
- Kantin / kios di kawasan RS
- Tempat ibadah di RS
PELAYANAN
22

PENUNJANG MEDIK
• Pelayanan laboratorium
• Pelayanan rontgen
• Pelayanan obat / apotik
- Manfaat obat generik
dan keuntungan jika menggunakan obat generik
- Kedisiplinan dan kesabaran dalam menggunakan obat,
sesuai dengan petunjuk dokter
- Pentingnya memelihara Taman Obat Keluarga (TOGA)
dalam rangka memenuhi kebutuhan
akan obat-obatan sederhana
• Pelayanan pemulasaraan jenazah
23

STRATEGI PROMOSI KESEHATAN

• Pemberdayaan
• Bina suasana
• Advokasi
• Kemitraan
- Kesetaraan
- Keterbukaan
- Saling menguntungkan
24

PEMBERDAYAAN
PASIEN RAWAT INAP KLIEN SEHAT
• Konseling • Pengelolaan kelompok
di tempat tidur diskusi
• Biblioterapi : • Pengelolaan kelompok
penggunaan bahan-bahan paduan suara
bacaan sebagai sarana • Penyelenggaraan
untuk membantu proses acara rekreasi
penyembuhan penyakit • Pengelolaan kelompok
yang diderita pasien RS senam
• Konseling berkelompok • Pelayanan konseling
25

BINA SUASANA
PASIEN RAWAT INAP KLIEN SEHAT
• Pemanfaatan • Pemasangan poster
ruang tunggu di dinding-dinding
• Pembekalan pembezuk • Penyediaan
secara berkelompok perpustakaan atau ruang
• Pendekatan keagamaan dan bahan-bahan bacaan
• Penyediaan leaflet
atau selebaran gratis
• Penyediaan VCD / DVD
player dan televisi
• Penyelenggaraan
pameran
26

PRINSIP KONSELING
• Memberikan kabar gembira dan kegairahan hidup
• Menghargai pasien / klien tanpa syarat
• Melihat pasien / klien sebagai subyek
dan sesama hamba Tuhan
• Mengembangkan dialog yang menyentuh perasaan
• Memberikan keteladanan
27
BAHAN ADVOKASI
“TEPAT, LENGKAP, AKURAT DAN MENARIK”
• Sesuai dengan sasaran (latar belakang pendidikan, jabatan, budaya,
kesukaannya, dan lain-lain)
• Sesuai dengan lama waktu yang disediakan untuk advokasi
• Mencakup unsur-unsur pokok, yaitu Apa, Mengapa, Di Mana, Bilamana,
Siapa Melakukan, dan Bagaimana Melakukannya (5 W + 1 H)
• Memuat masalah dan pilihan-pilihan kemungkinan
untuk memecahkan masalah
• Memuat peran yang diharapkan dari sasaran advokasi
• Memuat data pendukung, bila mungkin juga bagan, gambar, dan lain-lain
• Dalam kemasan yang menarik (tidak menjemukan), ringkas, tetapi jelas,
sehingga perbincangan tidak bertele-tele
28

7 LANDASAN KEMITRAAN
• Saling memahami kedudukan, tugas,
dan fungsi masing-masing
• Saling mengakui kapasitas dan kemampuan masing-masing
• Saling berupaya untuk membangun hubungan
• Saling berupaya untuk mendekati
• Saling terbuka terhadap kritik / saran,
serta mau membantu dan dibantu
• Saling mendukung upaya masing-masing
• Saling menghargai upaya masing-masing
LANGKAH - LANGKAH
29

PENGEMBANGAN PKRS
• Rencana dan komitmen direksi
• Komitmen jajaran RS
• Pembentukan unit koordinasi PKRS
• Pelatihan petugas unit koordinasi PKRS
• Penyusunan rencana operasional
• Pelatihan petugas RS
• Pengadaan media dan sarana komunikasi
• Pelaksanaan PKRS
• Pemantauan dan evaluasi
30

INDIKATOR
KEBERHASILAN

• Indikator Masukan (Input)


• Indikator Proses
• Indikator Keluaran (Output)
• Indikator Dampak (Outcome)
INDIKATOR MASUKAN
31

(INPUT)
• Masukan yang perlu diperhatikan adalah yang berupa
komitmen, sumber daya manusia, sarana / peralatan, dan dana :
1. Ada / tidaknya komitmen Direksi yang tercermin
dalam Rencana Umum PKRS
2. Ada / tidaknya komitmen seluruh jajaran yang tercermin
dalam Rencana Operasional PKRS
3. Ada / tidaknya Unit dan petugas RS yang ditunjuk
sebagai koordinator PKRS dan mengacu kepada standar
4. Ada / tidaknya petugas koordinator PKRS dan petugas – petugas lain
yang sudah dilatih
5. Ada / tidaknya sarana dan peralatan promosi kesehatan
yang mengacu kepada standar
6. Ada / tidaknya dana yang mencukupi untuk penyelenggaraan PKRS
32

INDIKATOR PROSES
• Proses yang dipantau adalah
proses pelaksanaan PKRS yang meliputi PKRS
untuk pasien (rawat jalan, rawat inap, pelayanan penunjang),
PKRS untuk klien sehat,
dan PKRS di luar gedung rumah sakit :
1. Sudah / belum dilaksanakannya kegiatan
(pemasangan poster, konseling, dan lain – lain)
dan atau frekuensinya
2. Kondisi media komunikasi yang digunakan
(poster, leaflet, giant banner, spanduk, neon box,
dan lain – lain) yaitu masih bagus atau sudah rusak
INDIKATOR KELUARAN
33

(OUTPUT)
• Keluaran yang dipantau adalah
keluaran dari kegiatan – kegiatan yang dilaksanakan,
baik secara umum maupun secara khusus :
1. Apakah semua bagian dari RS
sudah tercakup PKRS ?
2. Berapa pasien / klien yang sudah terlayani
oleh berbagai kegiatan PKRS
(konseling, biblioterapi, senam, dan lain – lain)
INDIKATOR DAMPAK
34

(OUTCOME)
• Indikator dampak mengacu kepada tujuan dilaksanakannya PKRS,
yaitu berubahnya pengetahuan, sikap dan perilaku pasien / klien RS,
serta terpeliharanya lingkungan RS dan dimanfaatkannya dengan baik
semua pelayanan yang disediakan RS.
Oleh sebab itu, kondisi ini sebaiknya dinilai
setelah PKRS berjalan beberapa lama yaitu melalui upaya evaluasi
• Kondisi lingkungan dapat dinilai melalui observasi,
dan kondisi pemanfaatan pelayanan dapat dinilai
dari pengolahan terhadap catatan / data pasien / klien RS.
Sedangkan kondisi pengetahuan, sikap dan perilaku pasien / klien
hanya dapat diketahui dengan menilai diri pasien / klien tersebut.
Oleh karena itu data untuk indikator ini biasanya didapat melalui survei.
Survei pasien / klien yang adil adalah yang dilakukan
baik terhadap pasien / klien yang berada di RS
maupun mereka yang tidak berada di RS tetapi pernah menggunakan RS
35

STANDAR PROMOSI KESEHATAN


RUMAH SAKIT
• Kebijakan manajemen
• Kajian kebutuhan masyarakat rumah sakit
• Pemberdayaan masyarakat rumah sakit
• Tempat kerja yang aman, bersih dan sehat
• Kemitraan
36

KEBIJAKAN MANAJEMEN (1)


• Organisasi rumah sakit harus memiliki
kebijakan tertulis untuk PKRS.
Kebijakan ini diimplementasikan
sebagai bagian dari peningkatan kualitas
pelayanan kesehatan masyarakat
rumah sakit secara keseluruhan
• Tujuan :
Adanya dukungan kebijakan
untuk pelaksanaan PKRS
sebagai bagian integral
peningkatan kualitas manajemen organisasi
37

KEBIJAKAN MANAJEMEN (2)


• Substandar : rumah sakit
- memiliki kebijakan tertulis tentang PKRS
- membentuk unit kerja PKRS
- memiliki tenaga pengelola PKRS
- memiliki alokasi anggaran untuk pelaksanaan PKRS
- memiliki perencanaan PKRS secara berkala
- memiliki sarana / peralatan untuk pelaksanaan PKRS
- mensosialisasikan PKRS di seluruh jajaran rumah sakit
- meningkatkan kapasitas tenaga pengelola PKRS
- Melaksanakan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan PKRS
KAJIAN KEBUTUHAN
38

MASYARAKAT RUMAH SAKIT (1)


• Rumah sakit melakukan kajian kebutuhan
Promosi Kesehatan untuk pasien, keluarga pasien,
pengunjung rumah sakit dan masyarakat
sekitar rumah sakit
• Tujuan :
Diperolehnya gambaran tentang informasi
yang dibutuhkan pasien, keluarga pasien,
pengunjung serta masyarakat sekitar rumah sakit
sebagai dasar pelaksanaan Promosi Kesehatan
KAJIAN KEBUTUHAN
39

MASYARAKAT RUMAH SAKIT (2)


• Substandar : rumah sakit
- menyediakan instrumen kajian kebutuhan pasien,
keluarga pasien, pengunjung rumah sakit
serta masyarakat sekitar rumah sakit
- melakukan kajian Promosi Kesehatan
- mempunyai rancangan Promosi Kesehatan
bagi pasien, keluarga pasien, pengunjung
rumah sakit serta masyarakat sekitar rumah sakit
40

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
RUMAH SAKIT (1)
• Rumah sakit menjamin
adanya pemberdayaan masyarakat
rumah sakit melalui kegiatan
Promosi Kesehatan di Rumah Sakit
• Tujuan :
Meningkatnya daya dan peran serta
masyarakat rumah sakit dalam mencegah
dan atau mengatasi masalah kesehatan
yang dihadapinya
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
41

RUMAH SAKIT (2)


• Substandar : rumah sakit
- memberikan informasi secara jelas
tentang kondisi pasien termasuk pengobatan,
perawatan dan faktor – faktor
yang mempengaruhi kesehatan mereka
- memastikan bahwa masyarakat rumah sakit
memiliki akses mengenai informasi
mengenai faktor – faktor yang mempengaruhi
kesehatan mereka
- melaksanakan kegiatan Promosi Kesehatan
Rumah Sakit di dalam gedung dan luar gedung
42

TEMPAT KERJA (1)


YANG AMAN, BERSIH DAN SEHAT
• Rumah sakit menjamin tempat kerja yang aman,
bersih dan sehat. Oleh karena itu rumah sakit
memastikan upaya – upaya yang menyangkut
kebersihan dan kelengkapan sarana prasarana
yang ada untuk melaksanakan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
• Tujuan :
Terwujudnya tempat kerja yang aman, bersih
dan sehat bagi masyarakat rumah sakit
43

TEMPAT KERJA (2)


YANG AMAN, BERSIH DAN SEHAT
• Substandar : rumah sakit
- memelihara sarana dan prasarana kesehatan
lingkungan rumah sakit beserta kelengkapannya
- menjadi Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
44

KEMITRAAN (1)
• Rumah sakit menggalang kemitraan dengan
sektor lain, dunia usaha dan swasta lainnya
dalam upaya meningkatkan pelaksanaan PKRS
baik di dalam maupun di luar gedung
• Tujuan :
Terjalin kerja sama dengan mitra terkait
untuk optimalisasi pelaksanaan kegiatan PKRS
45

KEMITRAAN (2)
• Substandar : rumah sakit
- mengidentifikasi mitra potensial
dalam rangka menggalang kemitraan
berkaitan dengan pelaksanaan PKRS
- mempunyai jejaring kerja sama dengan
sektor lain, dunia usaha dan swasta lainnya
- mempunyai program kerja sama dengan
sektor lain, dunia usaha dan swasta lainnya
46

BENTUK PENYULUHAN
DI RUMAH SAKIT
• Secara langsung
- tanya jawab perorangan
- ceramah dengan tanya jawab atau demonstrasi
• Secara tidak langsung
menggunakan media : kaset, video, slide, poster,
leaflet, booklet, selebaran
• Dengan memberi contoh
• Kegiatan di luar area
47

POSTER

Pesan singkat dalam gambar


yang bertujuan
untuk mempengaruhi seseorang
agar tertarik pada suatu informasi tertentu
dan mau melaksanakannya
48

BROSUR / LEAFLET
• Selebaran kertas yang dapat dilipat
dan berisi tulisan tentang sesuatu masalah,
khususnya ditujukan untuk pasien
atau keluarganya.
• Tulisan biasanya 200 – 300 kata.
Isinya harus dapat ditangkap
dengan sekali baca.
Ukuran biasanya 20 x 30 cm.
49

CONTOH
BROSUR / LEAFLET
• Allopurinol • Obat-obat Oral
• Asam Valproat Penyakit Kencing Manis
• Carbamazepin • Tuberkulosa Paru
• Isosorbid Dinitrat • Asma
(ISDN) • Maag
• Kaptopril dan Gangguan Lambung
• Panu dan Kadas
50
51
52
53
54

CONTOH
BULLETIN
• Infofarmasi
RSUP Fatmawati, RSUPNCM
• InfoPOM
Badan Pengawasan Obat dan Makanan RI
• Drug Bulletin
Fremantle Hospital, Australia
55

TOPIK INFOFARMASI
• Interaksi Teofilin
• Therapeutic Drug Monitoring (TDM)
• Pelayanan Total Parenteral Nutrition
(TPN)
• Antibiotik, prinsip dan
permasalahannya
• Sitostatika
• Obat-obat penurun lipid
• Pelayanan Informasi Obat
• Konseling obat di RSUP Fatmawati
• Good pharmacotherapy
56
57

CONTOH
TOPIK PKRS

• Label obat • Obat batuk dan pilek


• Cara menggunakan • Obat diare
obat topikal • Obat hipertensi
• Obat hipoglikemi • Obat jantung
oral (OHO) dan • Mengenal obat rusak
Insulin dan kadaluarsa
• Obat dan cara • Hand hygiene
penggunaannya
58
59
Areas frequently missed
60

during hand wash & hand rub


61
62
63

Saran Untuk Menyiapkan Bahan


Edukasi Pasien Secara Tertulis (1)

• Gunakan kalimat sederhana dan pendek.


• Gunakan kalimat aktif
“Telan setiap kapsul dengan air”
• Gunakan kalimat mengiyakan
“Minum obat dengan makanan”,
daripada
“Jangan minum obat pada saat perut kosong”.
64

Saran Untuk Menyiapkan Bahan


Edukasi Pasien Secara Tertulis (2)

• Gunakan kalimat umum,


satu atau dua suku kata,
dan definisikan kata medis atau teknis.
• Gunakan kalimat dan paragraf pendek
(kurang dari 10 kata per kalimat).
• Gunakan satu ide per kalimat
dan batasi jumlah ide per halaman.
65

Saran Untuk Menyiapkan Bahan


Edukasi Pasien Secara Tertulis (3)

• Spesifik / khusus
“Minum paling sedikit 4 gelas air”
daripada “Minum dengan banyak air”.
• Mulai informasi dengan organisator yang maju
“Yang dapat mengurangi nyeri punggung adalah : …”.
• Gunakan obyektif / tujuan
“Informasi berikut ini akan membantu anda
dalam menggunakan inhaler”.
66

Saran Untuk Menyiapkan Bahan


Edukasi Pasien Secara Tertulis (4)

• Gunakan pertanyaan diikuti oleh informasi


“Apa yang harus saya lakukan, bila pusing ?”
• Gunakan pokok / kepala berita dan anak judul
dari pada nomor.
• Gunakan margin / garis tepi
dan banyak ruang kosong.
• Menegaskan pendapat dengan perbedaan
huruf cetak, tebal, garis bawah, kotak, kolom.
67

Saran Untuk Menyiapkan Bahan


Edukasi Pasien Secara Tertulis (5)

• Gunakan warna
• Gunakan daftar nama sederhana,
diagram dan grafik.
• Gunakan angka Arab dari pada Romawi
untuk isi dan daftar.
• Gunakan huruf besar dan kecil dari pada
huruf cetak besar yang lebih sulit untuk dibaca.
• Gunakan cetakan besar yang cocok untuk manula.
68

LITERATUR
• American Hospital Formulary Service (AHFS)
Drug Information
• Drug Facts and Comparisons
• Handbook of Nonprescription Drugs
• Drug Information Handbook
• Medication Teaching Manual :
The Guide to Patient Drug Information
• USP DI, Drug Information For The Health Care Professional
• USP DI, Advice For The Patient,
Drug Information In Lay Language
• USP DI, Patient Education Leaflet Products
• Dan lain-lain
69

LAGU 5 O
• Ini namanya Ibu Jari. Ibu Jari. (2 x)
Apa kata Ibu Jari, sayang, minum obat sesuai Indikasi.
• Ini namanya Jari Telunjuk. Jari Telunjuk. (2 x)
Apa kata Jari Telunjuk, sayang, minum obat sesuai Petunjuk.
• Ini namanya Jari Tengah. Jari Tengah. (2 x)
Apa kata Jari Tengah, sayang,
minum obat caranya Jangan Salah.
• Ini namanya Jari Manis. Jari Manis. (2 x)
Apa kata Jari Manis, sayang, minum obat sesuai Dosis.
• Ini namanya Jari Kelingking. Jari Kelingking. (2 x)
Apa kata Jari Kelingking, sayang,
minum obat Waspada Efek Samping
70
71

PELAYANAN INFORMASI OBAT


(PIO)

Dra. Al fina Ria’nti, Apt., M Pharm.


Clinical Pharmacist
72

CURRICULUM VITAE
• Nama : Dra. Alfina Rianti, Apt., M Pharm.
• Jabatan : - Koordinator Pelayanan Kefarmasian (Farmasi Klinik)
Instalasi Farmasi, RSUP Fatmawati
- Koordinator Pembinaan & Optimalisasi Praktik Profesi
PC IAI Jakarta Selatan
• Pendidikan :
- S1, Apoteker – Universitas Indonesia
- S2 Clinical Pharmacy – Universiti Sains Malaysia
• Dosen :
- Farmasi Klinik ; Komunikasi, Informasi dan Edukasi di ISTN
- Komunikasi, Informasi dan Edukasi di Universitas Pancasila
- Komunikasi, Informasi dan Edukasi di Uhamka
- Interaksi Obat di UIN
- Farmasi Klinik di Akademi Farmasi Bhumi Husada
- Farmasi Rumah Sakit di Poltekkes
73

Standar Kompetensi Apoteker Indonesia


• Praktik kefarmasian secara profesional dan etik
• Optimalisasi penggunaan sediaan farmasi
• Dispensing sediaan farmasi dan alat kesehatan
• Pemberian informasi sediaan farmasi dan alat kesehatan
• Formulasi dan produksi sediaan farmasi
• Upaya preventif dan promotif kesehatan masyarakat
• Pengelolaan sediaan farmasi dan alat kesehatan
• Komunikasi efektif
• Ketrampilan organisasi dan hubungan interpersonal
• Peningkatan kompetensi diri
74

Standar MKE 1
• Rumah sakit berkomunikasi
dengan masyarakat untuk memfasilitasi
akses masyarakat ke pelayanan di rumah sakit
dan informasi tentang pelayanan
yang disediakan oleh rumah sakit
75

Maksud dan Tujuan MKE 1


• Rumah sakit mengenali komunitas dan populasi pasiennya,
serta merencanakan komunikasi berkelanjutan dengan
kelompok kunci (keygroup) tersebut. Komunikasi dapat dilakukan
kepada individu secara langsung atau melalui media publik
dan agen yang ada di komunitas atau pihak ketiga
melalui komunikasi efektif. Tujuan komunikasi efektif
dengan masyarakat adalah memfasilitasi akses masyarakat
ke pelayanan di rumah sakit.
• Dalam memenuhi kebutuhan pelayanan di rumah sakit,
maka rumah sakit juga harus mengembangkan pendekatan
untuk meningkatkan komunikasi efektif pada pasien dan keluarga.
Komunikasi efektif harus tepat waktu, akurat, lengkap, jelas
dan dipahami oleh penerima.
Elemen Penilaian MKE 1 Telusur Skor
76
1. Terdapat regulasi tentang pedoman R Pedoman komunikasi efektif yang meliputi komunikasi 10 TL
komunikasi efektif yang meliputi dengan masyarakat, dengan pasien dan keluarga, - -
komunikasi dengan masyarakat, dengan serta antar staf klinis 0 TT
pasien dan keluarga, serta staf klinis. (R)
2. Terdapat bukti pelaksanaan komunikasi D 1) Bukti pertemuan dengan masyarakat 10 TL
efektif antara rumah sakit dengan tentang penyampaian informasi pelayanan rumah sakit 5 TS
masyarakat. (D, W) (jenis pelayanan , waktu pelayanan, 0 TT
(lihat juga TKRS 3.1 EP 4) proses mendapatkan pelayanan)
2) Bukti materi tentang informasi di atas
dalam website, leaflet, brosur, bulletin, dll.
W • Staf PKRS / Humas RS / marketing
• Masyarakat bila perlu
3. Terdapat bukti pelaksanaan komunikasi D 1) Bukti pelaksanaan tentang pemberian informasi 10 TL
efektif dengan pasien di admisi, bagian informasi / PKRS 5 TS
dan keluarga. (D, W) (lihat juga 2) Bukti pelaksanaan tentang pemberian informasi 0 TT
HPK 2.1, HPK 2.2, ARK 1.3, PAP 2.4) dan edukasi dalam form informasi dan edukasi
pada rekam medis pasien
3) Bukti materi tentang informasi
dalam website, leaflet, brosur, bulletin, banner, dll.
W • Staf admisi / staf PKRS / staf bagian informasi
• MPP
• PPA / staf klinis
4. Terdapat bukti pelaksanaan komunikasi D Bukti pelaksanaan tentang komunikasi efektif 10 TL
efektif antar staf klinis. (D, W) dalam rekam medis pasien 5 TS
(lihat juga SKP 2, TKRS 3.2 EP 4) W • DPJP 0 TT
• PPJA
• Apoteker
• Dietisian
• Staf klinis
77

Maksud dan Tujuan PKPO 1


Sumber informasi obat yang tepat harus tersedia
di semua unit pelayanan

Elemen Penilaian PKPO 1 Telusur Skor

4. Ada bukti sumber informasi obat D Bukti formularium / MIMS yang terkini 10 TL
yang tepat, terkini, dan selalu tersedia ada di semua layanan yang terlibat 5 TS
bagi semua yang terlibat dalam penggunaan obat 0 TT
dalam penggunaan obat. (D, O, W)
O Lihat Instalasi Farmasi,
unit-unit kerja terkait

W • Kepala Instalasi Farmasi


• Kepala unit kerja
rawat jalan dan rawat inap
78

STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN


Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Rumah Sakit Apotek
Nomor 72 Tahun 2016 Nomor 73 Tahun 2016
• Pengkajian dan pelayanan resep • Pengkajian resep
• Penelusuran riwayat penggunaan obat • Dispensing
• Rekonsiliasi obat • Pelayanan Informasi Obat (PIO)
• Pelayanan Informasi Obat (PIO) • Konseling
• Konseling • Pelayanan Kefarmasian di rumah
• Visite (home pharmacy care)
• Pemantauan Terapi Obat (PTO) • Pemantauan Terapi Obat (PTO)
• Monitoring Efek Samping Obat (MESO) • Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
• Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)
• Dispensing sediaan steril
• Pemantauan Kadar Obat dalam Darah
(PKOD)
79

PIO
• Pusat Informasi Obat
- Regional
- Nasional
- Lokal (rumah sakit, perguruan tinggi, industri)
• Pemberian Informasi Obat
Dispensing : - Penyiapan
- Penyerahan
- Pemberian Informasi Obat
• Pelayanan Informasi Obat
80
Pencarian Informasi
Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
Kompetensi Inti : (Unit Kompetensi 4.1)
Mampu melakukan penelusuran informasi serta menyediakan informasi yang tepat, akurat,
relevan dan terkini terkait sediaan farmasi dan alat kesehatan

Lulusan apoteker mampu :


• Mengidentifikasi sumber informasi terkait sediaan farmasi dan alat kesehatan
yang akurat dan terpercaya, serta mengenali keterbatasan sumber informasi
yang tersedia
• Melakukan penelusuran informasi dengan memanfaatkan teknologi informasi
dan komunikasi untuk memperoleh informasi yang tepat, akurat, relevan
dan terkini terkait sediaan farmasi dan alat kesehatan
• Menganalisis, mengevaluasi, menginterpretasi & mengorganisasikan informasi
terkait sediaan farmasi dan alat kesehatan sesuai kebutuhan
• Mendokumentasikan data / informasi yang diperoleh maupun yang disiapkan
81
Pemberian Informasi
Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
Kompetensi Inti : (Unit Kompetensi 4.2)
Mampu mendiseminasikan informasi terkait sediaan farmasi dan alat kesehatan yang tepat,
akurat, terkini dan relevan dengan kebutuhan penerima informasi

Lulusan apoteker mampu :


• Mengidentifikasi adanya hambatan komunikasi dan menetapkan strategi
untuk mengatasinya
• Menyediakan informasi terkait sediaan farmasi dan alat kesehatan yang tepat, akurat,
terkini dan relevan dengan kebutuhan
• Memberikan saran tentang penggunaan sediaan farmasi dan alat kesehatan
yang aman & rasional (antara lain pemilihan, indikasi / kontra indikasi,
cara pemakaian, cara penyimpanan, efek samping) dengan memperhatikan
etika profesi
• Mendokumentasikan proses pemberian informasi kepada pasien, sejawat, dan / atau
tenaga kesehatan lain
82

Masalah Pasien Terkait


Pemberian Informasi Obat
• Tidak memperoleh informasi dan edukasi tentang tujuan penggunaan obat
• Tidak memperoleh penjelasan yang memadai tentang cara penggunaan obat
• Tidak memperoleh penjelasan tentang jangka waktu pengobatan
• Tidak memperoleh informasi tentang cara penyimpanan obat yang benar
• Tidak memperoleh penjelasan tentang pentingnya kepatuhan pengobatan
• Tidak memperoleh informasi tentang potensi efek samping yang dapat terjadi dan
tindakan solusinya
• Tidak memperoleh informasi tentang pentingnya olah raga & gaya hidup
yang dapat mendukung tercapainya target terapi
• Tidak bertemu dengan apoteker sehingga tidak dapat meminta penjelasan tentang
obat yang digunakan
83
Penyediaan Informasi Obat
dan Pelayanan Kesehatan
Kompetensi Inti : (Unit Kompetensi 6.1)
Mampu melakukan penelusuran informasi dan menyediakan informasi yang tepat, akurat,
relevan dan terkini terkait obat dan pelayanan kesehatan

Lulusan apoteker mampu :


• Mengidentifikasi sumber informasi terkait obat dan pelayanan kesehatan
yang akurat dan terpercaya, serta mengenali keterbatasan sumber informasi yang
tersedia
• Melakukan penelusuran informasi dengan memanfaatkan teknologi informasi
dan komunikasi untuk memperoleh informasi yang tepat, akurat, relevan
dan terkini terkait obat dan pelayanan kesehatan
• Menganalisis, mengevaluasi, menginterpretasi & mengorganisasikan informasi
sesuai kebutuhan masyarakat
84

Pelayanan Informasi Sediaan Farmasi


No. Ketrampilan Tingkat
Kemampuan
1 Pemilihan sumber informasi / referensi berdasarkan “level evidence” 3
2 Penelusuran informasi obat dan / atau sediaan farmasi lainnya 4A
3 Pemberian jawaban atas pertanyaan baik lisan maupun tulisan 4A
4 Penyampaian informasi sediaan farmasi dalam bentuk lisan 4A
maupun tulisan
5 Dokumentasi pelayanan informasi sediaan farmasi 4A
6 Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam penyediaan 4A
dan penyampaian informasi

3 = Mampu melakukan di bawah supervisi (Shows)


4 A = Mampu melakukan secara mandiri (Does)
Ketrampilan yang dicapai saat lulus Apoteker
85

PELAYANAN INFORMASI OBAT (PIO)


Merupakan kegiatan penyediaan
dan pemberian informasi,
rekomendasi obat yang independen,
akurat, tidak bias, terkini
dan komprehensif
yang dilakukan oleh Apoteker
kepada dokter, Apoteker, perawat,
profesi kesehatan lainnya
serta pasien dan pihak lain
di luar rumah sakit
86

Perbedaan
Pelayanan Informasi Obat dan Konseling

Konseling
PIO

• Pertanyaan diajukan • Pertanyaan diajukan lisan


melalui beberapa
metode • Harus ada
• Tidak perlu tatap muka
tatap muka • Literatur standar
• Literatur kompleks • Orientasi kepada pasien /
• Orientasi kepada tenaga keluarga
kesehatan
87

TUJUAN PIO
Menyediakan informasi mengenai obat
kepada pasien dan tenaga kesehatan
di lingkungan rumah sakit
dan pihak lain di luar rumah sakit

Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan


yang berhubungan dengan obat / sediaan farmasi,
alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
terutama bagi Komite Farmasi dan Terapi

Menunjang penggunaan obat yang rasional


88

Upaya Penggunaan Obat Rasional


• Kompetensi Inti (Unit Kompetensi 2.1) :
Mampu melakukan upaya penggunaan obat yang rasional berdasarkan pertimbangan ilmiah, pedoman
dan berbasis bukti
• Lulusan Apoteker mampu :
- Memberikan pertimbangan pemilihan / penggunaan obat
- Memberikan pertimbangan regimentasi
- Menerapkan patient care process dalam menyelesaikan masalah terkait penggunaan obat pasien
- Memanfaatkan mnemonics, klasifikasi DTPs dan parameter monitoring sesuai kondisi dan kebutuhan pasien
- Melakukan asesmen pasien, riwayat penyakit, dan riwayat pengobatan pasien dengan menunjukkan empati
- Menganalisis dan menetapkan masalah terkait penggunaan obat pasien dengan mempertimbangkan kebutuhan,
pedoman terapi, biaya dan ketentuan regulasi
- Merencanakan, menetapkan prioritas dan menyelesaikan masalah terkait obat
- Melakukan pengukuran parameter objektif dan subjektif untuk memonitor terapi obat pasien
dan memastikan proses monitoring terlaksana
- Mengevaluasi efektivitas, keamanan dan biaya obat
- Mendokumentasikan kegiatan dalam patient care process
- Memperoleh, merekonsiliasi, menelaah, memelihara & memperbaharui riwayat pengobatan pasien
serta gejala / keluhan pasien yang relevan
89

Kriteria Penggunaan Obat Rasional (1)


• Tepat diagnosis
• Tepat indikasi penyakit
• Tepat pemilihan obat
• Tepat dosis
• Tepat cara pemberian
• Tepat interval waktu pemberian
• Tepat lama pemberian
• Waspada terhadap efek samping
90

Kriteria Penggunaan Obat Rasional (2)


• Tepat penilaian kondisi pasien
• Pemberian obat yang efektif, aman, mutu terjamin
serta tersedia setiap saat dengan harga yang terjangkau
• Tepat informasi
• Tepat tindak lanjut (follow-up)
• Tepat penyerahan obat (dispensing)
• Pasien patuh terhadap perintah pengobatan
yang dibutuhkan
91

KEGIATAN PIO DI RUMAH SAKIT


• Menjawab pertanyaan
• Menerbitkan buletin, leaflet, poster, newsletter
• Menyediakan informasi bagi Komite Farmasi dan Terapi
sehubungan dengan penyusunan Formularium rumah sakit
• Bersama dengan Tim Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)
melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan
dan rawat inap
• Melakukan pendidikan berkelanjutan
bagi tenaga kefarmasian dan tenaga kesehatan lainnya
• Melakukan penelitian
92

PERTANYAAN
• Penanya : Pasien
dari klub Geriatri / Osteoporosis
• ISDN SL sudah digunakan 1 tablet,
tapi dada masih sakit.
Apa yang harus dilakukan ?
93

ALBUMIN
R/ Albumin 20 % 100 cc II Albumin normal :
3,4 – 4,8 g/dl
Pasien : MMSA
Umur : 49 tahun Dosis Albumin :
Berat badan : 60 kg (3,5 – 1,80) x 60 x 0,8 = 81,6 g

Albumin pasien = 1,80 g/dl 4 botol Albumin 20 % 100 cc


94

ANTIBIOTIK (1)
R/ CefTAZidim 1 g No. X Diagnosis : batu buli
S2x1g dengan ILO

Pasien : AKZ Bahan : Pus


Umur : 17 – 7 – 1949 Biakan : Escherichia coli
Berat Badan : 60 kg CefTAZidim sensitif
Ruang bedah
Serum Creatinin : 2,8
Ureum : 90
95

ANTIBIOTIK (2)
Cr Cl = (140 – 65) x 60 = 22,3 ml/menit
72 x 2,8
Cr Cl 10 – 30 ml/menit : berikan CefTAZidim
setiap 24 jam
Dosis CefTAZidim untuk infeksi berat :
2 g setiap 8 jam

Saran : CefTAZidim dapat diberikan


dengan dosis 1 x 2 g
96
97
98

ALUR MENJAWAB PERTANYAAN


DALAM PELAYANAN INFORMASI OBAT

INFORMASI LATAR BELAKANG


KLASIFIKASI
PERTANYAAN - Sejarah pengobatan pasien
- Penanya
- Sejarah penyakit pasien
- Pertanyaan
- Latar belakang informasi pasien

RESPON PENCARIAN LITERATUR

Positif YANG SISTEMATIS


TINDAK LANJUT
Atau - Literatur tersier

Negatif - Literatur sekunder


- Literatur primer

Alur pertanyaan :
Alur jawaban :
99

INFORMASI LATAR
BELAKANG PASIEN

1. Nama, umur, berat badan,


jenis kelamin pasien
2. Riwayat penyakit
(fungsi organ dan hasil laboratorium)
3. Riwayat pengobatan
(obat resep, obat bebas)
4. Riwayat alergi / efek samping

5. Keracunan
100
ANTIDOTUM
ANTIDOTUM KAPAN MENGGUNAKAN MEKANISME KERJA
Asetilsistein Parasetamol, karbon tetraklorida Memperbaiki tempat pengosongan glutation
dan melindungi pasien dari kerusakan hati dan ginjal

Karbon aktif Obat dengan rentang luas (metilxantin, Menyerap racun yang ada yang sama baiknya
paraqual, antidepresant trisiklik) dengan memotong siklus enterohepatik dari racun
Desferrioksamin Besi Ion pengkelat besi
Atropin Organofosfat dan karbamat, insektisida, Bersaing dengan reseptor penghambat muskarin
ester kolin contoh karbopol
Etanol Etilen glikol, metil alkohol (metanol) Menghambat metabolisme metanol
yang membentuk formaldehid dan asam format,
sama hal juga terhadap metabolisme etilenglikol
yang membentuk glikoaldehid dan gliklat
Heparin Ergotamin (keracunan kronis), Membalikkan status hiperkoagulan
asam aminokaproat, asam tranexamic
Metilen blue Bahan kimia penyebab Meningkatkan perubahan methemoglobin
methemoglobinaemia, menjadi hemoglobin
contoh : cetrimid, kresol, dapson, nitrat,
para diklorobenzen, fenol, primakuin
Natrium Obat yang bersifat asam Bertindak untuk membasakan urin
bikarbonat dengan meningkatkan eliminasi obat yang bersifat asam
101

LITERATUR
102

LITERATUR TERSIER
Berupa buku teks atau data base, kajian artikel, kompendia
dan pedoman praktis

Umumnya berupa buku referensi yang berisi materi


yang umum, lengkap dan mudah dipahami
103

Sumber Informasi Tersier


 Sumber informasi tersier memberikan gambaran umum tentang sebuah
topik, dimana informasinya tidak sedetil yang terdapat dalam sumber
informasi primer (misalnya uji klinis)
 Bahkan jika pertanyaannya tidak sepenuhnya dijawab oleh referensi ini,
sumber tersier biasanya akan memberikan dasar pencarian informasi
yang lebih menyeluruh
 Macam-macam sumber informasi tersier :
1. Sumber informasi umum
- Menyediakan informasi yang luas
- Terdiri dari rangkaian monografi obat
(misalnya deskripsi tentang obat)
2. Sumber informasi spesifik
- Memiliki fokus bahasan yang jauh lebih sempit
dan memberikan informasi yang lebih rinci tentang topik tertentu
104

Sumber Informasi
Umum Spesifik
 AHFS Drug Information  Adverse reactions -
(ASHP) Meyler’s Side Effect of Drugs
 Drug interactions -
 Drug Facts and Stockley’s Drug Interactions
Comparisons  Extemporaneous compounding
 Drug Information Handbook  International drug products
(Lexicomp)  Pediatric dosing – BNF for Children
 Martindale : The Complete  Pregnancy and Lactation –
Drug Reference Drugs in Pregnancy and Lactation
(Briggs)
(Pharmaceutical Press)
 Therapeutics
 British National Formulary
(BNF)
105

Drug Information Handbook


 Tersedia dalam bentuk cetakan dan elektronik
 Berguna sebagai referensi cepat,
namun seringkali informasinya tidak serinci
kompendia lainnya
 Monograf disusun urut abjad berdasarkan nama generik
 Bagian monograf meliputi : pengucapan nama obat generik
; nama merek AS dan Kanada ; kategori farmakologis,
gunakan (diberi label dan tidak berlabel) ;
kehamilan & menyusui ; KI ; peringatan ; reaksi merugikan
; mekanisme aksi ; dll.
 Penerbit Lexicomp
106

Compatibility & Stability of Parenteral –


Handbook on Injectable Drugs (Trissel)
 Koleksi monografi yang meringkas
tentang informasi farmaseutik dan kompatibilitas
untuk sekitar 350 obat parenteral
 Bagian monograf meliputi :
produk ; pemberian ; stabilitas ;
informasi kompatibilitas (dalam
bentuk tabel dan termasuk informasi
tentang pelarutnya, admixtures,
obat-obatan dalam syringe,
dan pemberian secara Y-site)
107

Interaksi Obat
 Medscape : Drug Interaction Checker
 Klasifikasi interaksi “Major” / “Serious”
di berbagai database :
- DrugReax (Micromedex) : 1.841
- Fact & Comparisons : 225
- Hansten & Horn : 200
- Evaluation of Drug Interaction : 88
108

Sumber Informasi Tersier – Internet


Pertimbangan
 Informasi yang ditemukan di dalam situs web
tidak selalu akurat dan lengkap
 Kualitas dan ragam informasi yang diberikan
dapat bervariasi antar situs
 Tidak ada lembaga yang secara rutin meninjau
semua situs internet
 Untuk alasan ini, setiap situs web harus dievaluasi
untuk memastikan bahwa informasi kesehatan
yang terkandung di dalamnya dapat diandalkan
dan berkualitas tinggi
109

Mengevaluasi Kualitas Informasi Kesehatan


Berbasis Internet
 Domain :
1. Instansi pemerintah (.gov) ; entitas pendidikan (.edu / .ac) ; asosiasi profesional
& organisasi nirlaba (.org) -> dapat diandalkan & akurat
2. Entitas komersial (.com) -> memiliki risiko lebih besar untuk bias dan
ketidakakuratan

 Karakteristik :
1. Konten
2. Keterkinian
3. Penulis / nara sumber
4. Referensi
5. Rancangan dan pengaturan situs

 HON-code :
110

HON Code
 HON code adalah kode etik dari Health On the Net
Foundation
 Organisasi ini memberikan panduan
bagi pengembang situs untuk digunakan
untuk membuat situs web yang memberikan
informasi medis berkualitas tinggi, obyektif,
dan transparan yang disesuaikan dengan
kebutuhan pembaca
111

PIONAS (pionas.pom.go.id)
112

LITERATUR SEKUNDER (1)

Berupa sistem indeks


yang umumnya berisi kumpulan abstrak
dari berbagai macam artikel jurnal

Sumber informasi sekunder


sangat membantu dalam proses pencarian
informasi yang terdapat dalam
sumber informasi primer
113

LITERATUR SEKUNDER (2)

Current Contents : Clinical Practice (weekly)


Inpharma (weekly)
International Pharmaceutical Abstracts / IPA
(monthly)
Iowa Drug Information Service / IDIS (monthly)
MedlinePlus : Index Medicus
(monthly)
Pharmline
Pubmed
(http://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi)
MSD Manuals
(http://www.msdmanuals.com/)
114

LITERATUR PRIMER
Artikel asli yang dipublikasikan
penulis atau peneliti,
informasi yang terdapat di dalamnya
berupa hasil penelitian yang diterbitkan
dalam jurnal ilmiah.

Contoh : - laporan hasil penelitian


- laporan kasus
- studi evaluatif
- laporan deskriptif
115

MEDICAL AND PHARMACY


JOURNALS
Annals of Internal Medicine (every two weeks)
Journal of the American Medical Association / JAMA
(weekly)
New England Journal of Medicine (weekly)
The Lancet (weekly)
Archives of Internal Medicine (every two weeks)
British Medical Journal / BMJ (weekly)
American Journal of Health-System Pharmacy
(semi-monthly)
Annals of Pharmacotherapy (monthly)
Pharmacotherapy (monthly)
116

The New England Journal of Medicine (NEJM)


117
118

Time Spent in Critical Appraisal


EVALUASI LITERATUR
Validity/Strength of Inference
119
120

Web Informasi Kesehatan


 Kementerian Kesehatan
(www.depkes.go.id)

 Badan Pengawas Obat dan Makanan


(www.pom.go.id)

 Food and Drug Administration (USA)


(www.fda.gov)

 Health Sciences Authority (Singapore)


(www.hsa.gov.sg)

 Therapeutic Goods Administration (Australia)


(www.tga.gov.au)
121
122

STRUKTUR PIRAMIDA PIO


PIO
NASIONAL

PIO REGIONAL

PIO LOKAL

FARMASIS DI RUANGAN

Farmasis :
Sebagai sumber yang dapat dipercaya memberikan informasi
tidak bias, up to date mengenai obat dan terapi
123
124

TERIMA KASIH
125

Dra. Al fina Ria’nti, Apt., M Pharm.


Clinical Pharmacist
126

CURRICULUM VITAE
• Nama : Dra. Alfina Rianti, Apt., M Pharm.
• Jabatan : - Koordinator Pelayanan Kefarmasian (Farmasi Klinik)
Instalasi Farmasi, RSUP Fatmawati
- Koordinator Pembinaan & Optimalisasi Praktik Profesi
PC IAI Jakarta Selatan
• Pendidikan :
- S1, Apoteker – Universitas Indonesia
- S2 Clinical Pharmacy – Universiti Sains Malaysia
• Dosen :
- Farmasi Klinik ; Komunikasi, Informasi dan Edukasi di ISTN
- Komunikasi, Informasi dan Edukasi di Universitas Pancasila
- Komunikasi, Informasi dan Edukasi di Uhamka
- Interaksi Obat di UIN
- Farmasi Klinik di Akademi Farmasi Bhumi Husada
- Farmasi Rumah Sakit di Poltekkes
127

Standar Kompetensi Apoteker Indonesia


 Praktik kefarmasian secara profesional dan etik
 Optimalisasi penggunaan sediaan farmasi
 Dispensing sediaan farmasi dan alat kesehatan
 Pemberian informasi sediaan farmasi dan alat kesehatan
 Formulasi dan produksi sediaan farmasi
 Upaya preventif dan promotif kesehatan masyarakat
 Pengelolaan sediaan farmasi dan alat kesehatan
 Komunikasi efektif
 Ketrampilan organisasi dan hubungan interpersonal
 Peningkatan kompetensi diri
128

Konsultasi dan Konseling Sediaan Farmasi (1)


 Kompetensi Inti : (Unit Kompetensi 2.2)
Mampu melakukan konsultasi dan konseling sediaan farmasi sesuai kebutuhan
dan pemahaman pasien

 Lulusan Apoteker mampu :


- Mengidentifikasi kebutuhan pasien dengan berbagai macam pendekatan
untuk memenuhi kebutuhan pasien
- Menyiapkan tempat, prosedur, sarana-prasarana, mental dan sikap
untuk penyampaian informasi dan edukasi pasien tentang obat
dan sediaan farmasi lainnya
- Menggali informasi tentang riwayat pengobatan pasien, dari pasien langsung,
keluarga pasien, rekam data pengobatan, sejawat dan tenaga kesehatan lain
- Memberikan informasi dan edukasi tentang obat dan sediaan farmasi lainnya
sesuai kebutuhan dan pemahaman pasien
- Menjelaskan karakteristik obat, mekanisme kerja obat, dan karakteristik produk
kepada pasien serta keterkaitannya dengan obat pasien
129

Konsultasi dan Konseling Sediaan Farmasi (2)


 Menghargai privasi dan kerahasiaan pasien
 Melakukan tahapan konseling dengan runut
 Membantu pasien memahami masalah terapi obat atau sediaan farmasi lainnya
yang dialami pasien dengan cara mengajukan pertanyaan secara fokus, faktual
dan berupaya menghindari bias
 Mendiskusikan bersama pasien penyelesaian masalah terapi obat dan / atau
sediaan farmasi lainnya dengan cara yang jelas, dengan mempertimbangkan
kenyamanan pasien, dan dapat diterima oleh pasien
 Menjelaskan dan memperagakan cara penggunaan obat dan sediaan farmasi
lainnya dan alat bantunya dengan baik dan benar
 Mengukur pemahaman pasien dari umpan balik yang diberikan oleh pasien
 Memastikan informasi yang diberikan sudah dipahami pasien
 Melaksanakan tindak lanjut rekomendasi penyelesaian masalah obat pasien
 Mendokumentasikan seluruh kegiatan konsultasi dan konseling obat
dan / atau sediaan farmasi lainnya
130

Konseling Obat
No. Ketrampilan Tingkat
Kemampuan
1 Komunikasi Apoteker - pasien 4A
2 Analisis hambatan (barrier) komunikasi 4A
3 Penilaian pemahaman pasien terkait penggunaan obat 4A
4 Penggalian informasi lebih lanjut terkait masalah penggunaan obat 4A
5 Pemberian informasi kepada pasien mengenai penggunaan obat, 4A
fungsi, regimentasi, kepatuhan, efek yang tidak dikehendaki
dan solusi masalah penggunaan obat
6 Peragaan teknik penggunaan obat dengan alat khusus (device) 4A
7 Verifikasi akhir pemahaman pasien 4A
8 Dokumentasi kegiatan konseling sediaan farmasi 4A

4 A = Mampu melakukan secara mandiri (Does)


Ketrampilan yang dicapai saat lulus Apoteker
131

Standar MKE 1

 Rumah sakit berkomunikasi


dengan masyarakat untuk memfasilitasi
akses masyarakat ke pelayanan di rumah sakit
dan informasi tentang pelayanan
yang disediakan oleh rumah sakit
132

Maksud dan Tujuan MKE 1


 Rumah sakit mengenali komunitas dan populasi pasiennya,
serta merencanakan komunikasi berkelanjutan dengan
kelompok kunci (keygroup) tersebut. Komunikasi dapat dilakukan
kepada individu secara langsung atau melalui media publik
dan agen yang ada di komunitas atau pihak ketiga
melalui komunikasi efektif. Tujuan komunikasi efektif
dengan masyarakat adalah memfasilitasi akses masyarakat
ke pelayanan di rumah sakit.
 Dalam memenuhi kebutuhan pelayanan di rumah sakit,
maka rumah sakit juga harus mengembangkan pendekatan
untuk meningkatkan komunikasi efektif pada pasien dan keluarga.
Komunikasi efektif harus tepat waktu, akurat, lengkap, jelas
dan dipahami oleh penerima.
Elemen Penilaian MKE 1 Telusur Skor
133
1. Terdapat regulasi tentang pedoman R Pedoman komunikasi efektif yang meliputi komunikasi 10 TL
komunikasi efektif yang meliputi dengan masyarakat, dengan pasien dan keluarga, - -
komunikasi dengan masyarakat, dengan serta antar staf klinis 0 TT
pasien dan keluarga, serta staf klinis.
(R)
2. Terdapat bukti pelaksanaan D 1) Bukti pertemuan dengan masyarakat 10 TL
komunikasi efektif antara rumah sakit tentang penyampaian informasi pelayanan rumah sakit 5 TS
dengan masyarakat. (D, W) (jenis pelayanan , waktu pelayanan, 0 TT
(lihat juga TKRS 3.1 EP 4) proses mendapatkan pelayanan)
2) Bukti materi tentang informasi di atas
dalam website, leaflet, brosur, bulletin, dll.
W • Staf PKRS / Humas RS / marketing
• Masyarakat bila perlu
3. Terdapat bukti pelaksanaan D 1) Bukti pelaksanaan tentang pemberian informasi 10 TL
komunikasi efektif dengan pasien di admisi, bagian informasi / PKRS 5 TS
dan keluarga. (D, W) (lihat juga 2) Bukti pelaksanaan tentang pemberian informasi 0 TT
HPK 2.1, HPK 2.2, ARK 1.3, PAP 2.4) dan edukasi dalam form informasi dan edukasi
pada rekam medis pasien
3) Bukti materi tentang informasi
dalam website, leaflet, brosur, bulletin, banner, dll.
W • Staf admisi / staf PKRS / staf bagian informasi
• MPP
• PPA / staf klinis
4. Terdapat bukti pelaksanaan D Bukti pelaksanaan tentang komunikasi efektif 10 TL
komunikasi efektif antar staf klinis. dalam rekam medis pasien 5 TS
(D, W) (lihat juga SKP 2, TKRS 3.2 EP W • DPJP 0 TT
4) • PPJA
• Apoteker
• Dietisian
134

Maksud dan Tujuan PKPO 1


Sumber informasi obat yang tepat
harus tersedia di semua unit pelayanan
Elemen Penilaian PKPO 1 Telusur Skor

4. Ada bukti sumber informasi obat D Bukti formularium / MIMS yang terkini 10 TL
yang tepat, terkini, dan selalu ada di semua layanan yang terlibat 5 TS
tersedia bagi semua yang terlibat dalam penggunaan obat 0 TT
dalam penggunaan obat. (D, O, W)
O Lihat Instalasi Farmasi,
unit-unit kerja terkait

W • Kepala Instalasi Farmasi


• Kepala unit kerja
rawat jalan dan rawat inap
135

STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN


Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Rumah Sakit Apotek
Nomor 72 Tahun 2016 Nomor 73 Tahun 2016
 Pengkajian dan pelayanan resep  Pengkajian resep
 Penelusuran riwayat penggunaan  Dispensing
obat  Pelayanan Informasi Obat (PIO)
 Rekonsiliasi obat  Konseling
 Pelayanan Informasi Obat (PIO)  Pelayanan Kefarmasian di rumah
 Konseling (home pharmacy care)
 Visite  Pemantauan Terapi Obat (PTO)
 Pemantauan Terapi Obat (PTO)  Monitoring Efek Samping Obat
 Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
(MESO)
 Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)
 Dispensing sediaan steril
 Pemantauan Kadar Obat dalam Darah
(PKOD)
136

KONSELING OBAT
 Suatu aktifitas pemberian nasihat atau saran
terkait terapi obat dari Apoteker (konselor)
kepada pasien dan / atau keluarganya.
 Konseling untuk pasien rawat jalan
maupun rawat inap di semua fasilitas kesehatan
dapat dilakukan atas inisiatif Apoteker,
rujukan dokter, keinginan pasien
atau keluarganya.
 Pemberian konseling yang efektif
memerlukan kepercayaan pasien
dan / atau keluarga terhadap Apoteker
137
ALUR KONSELING OBAT
UNTUK PASIEN RAWAT JALAN

(3) Obat + Konseling


Pasien

(1) Resep Cito

(2) Obat + Resep


Asisten Apoteker Apoteker
138
ALUR KONSELING OBAT
UNTUK PASIEN RAWAT INAP

Perawat
(Ruangan)

(1) (2) (4)


Pemberitahuan Obat +Resep Obat + Resep
pasien pulang

Asisten Apoteker Apoteker


(3)
(Depo Farmasi) (5)
Pemberitahuan
Obat + Konseling
pasien pulang
Pasien
139

Hakikat Konseling
• Proses bantuan oleh konselor terhadap klien.
• Menyelesaikan masalah klien,
seperti personal, emosional, sosial, karier dan keluarga.
• Klien melakukan pengambilan keputusan,
sehingga klien merasa nyaman atau bahagia.
• Konseling dapat dilakukan secara perorangan,
pasangan atau kelompok.
• Berfokus pada klien seperti :
kebutuhan, masalah dan lingkungan klien.
• Dalam proses bantuan tersebut adanya saling kerja sama,
mempercayai dan menghargai.
• Membangun penerimaan diri, otonomi, tanggung jawab,
pemahaman dan pengambilan keputusan yang tepat.
• Adanya perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.
• Tercapainya tujuan konseling yaitu klien merasa puas
dan terselesaikannya masalah klien.
140

Perbedaan
Pelayanan Informasi Obat dan Konseling

• Pertanyaan diajukan • Pertanyaan diajukan


PIO

Konseling
melalui beberapa lisan
metode • Harus ada tatap
• Tidak perlu tatap muka
muka • Literatur standar
• Literatur kompleks • Orientasi kepada
• Orientasi kepada pasien / keluarga
tenaga kesehatan
141

KRITERIA PASIEN YANG DIKONSELING


 Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri,
gangguan fungsi ginjal, ibu hamil dan menyusui)
 Pasien dengan terapi jangka panjang / penyakit kronis
(TB, DM, epilepsi, dan lain-lain)
 Pasien yang menggunakan obat-obatan dengan instruksi khusus
(penggunaan kortikosteroid dengan tappering down / off)
 Pasien yang menggunakan obat dengan indeks terapi sempit
(Digoksin, Phenytoin)
 Pasien yang menggunakan banyak obat (polifarmasi)
 Pasien yang mempunyai riwayat kepatuhan rendah
142

POLIFARMASI
 Meresepkan obat melebihi indikasi klinik
 Pengobatan yang mencakup setidaknya satu obat
yang tidak perlu.
 Penggunaan empiris lima obat atau lebih
(Michocki, 2001)
143

TUJUAN KONSELING OBAT (1)


 Untuk mengoptimalkan hasil terapi
 Meminimalkan risiko Reaksi Obat
yang Tidak dikehendaki (ROTD)
 Meningkatkan cost-effectiveness
 Meningkatkan keamanan penggunaan obat
bagi pasien (patient safety)
144

TUJUAN KONSELING OBAT (2)


 Meningkatkan hubungan kepercayaan
antara Apoteker dan pasien
 Menunjukkan perhatian serta kepedulian terhadap pasien
 Membantu pasien untuk mengatur dan terbiasa dengan obat
 Membantu pasien untuk mengatur dan menyesuaikan
penggunaan obat dengan penyakitnya
 Meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan
 Mencegah atau meminimalkan masalah terkait obat
 Meningkatkan kemampuan pasien memecahkan masalahnya
dalam hal terapi
 Mengerti permasalahan dalam pengambilan keputusan
 Membimbing dan mendidik pasien dalam penggunaan obat
sehingga dapat mencapai tujuan pengobatan
dan meningkatkan mutu pengobatan pasien
145

Kriteria Pasien Tidak Patuh


 Pasien tidak menggunakan obat sama sekali
 Pasien menggunakan obat, tetapi dosis tidak sesuai
 Pasien menggunakan obat,
tetapi cara penggunaan tidak sesuai
 Pasien menggunakan obat-obat lain
yang menyebabkan interaksi
 Pasien menggunakan obat,
tetapi sering terlewat dosis (misdose)
146

Dampak dari Ketidakpatuhan


 Meningkatkan angka pasien dirawat kembali
di rumah sakit
 Meningkatkan kecepatan perjalanan penyakit
dan komplikasi
 Meningkatkan biaya pengobatan
 Menurunkan kualitas hidup pasien
 Meningkatkan mortalitas
147

Faktor-faktor yang dapat Mempengaruhi dan Menyebabkan


Ketidakpatuhan Pasien terhadap Terapi

 Regimen yang kompleks


 Kurang pengetahuan pasien terhadap penyakitnya
 Kurang keyakinan pasien terhadap terapi / obat
 Kebingungan tentang petunjuk cara minum obat
 Biaya pengobatan yang cukup tinggi bagi pasien
 Ada gangguan psikologi terutama depresi
 Ada gangguan kognitif
 Kurangnya dukungan sosial dari keluarga
atau kerabat
148

Tahapan Untuk Meningkatkan Kepatuhan


 Berikan instruksi yang jelas dan sederhana
 Komunikasi tenaga kesehatan – pasien yang baik
 Sederhanakan regimen pengobatan
 Informasikan kepada pasien Efek Samping
yang mungkin timbul
 Berikan obat dengan harga yang terjangkau
 Libatkan anggota keluarga untuk memonitor kepatuhan
 Gantilah obat jika Efek Samping membahayakan
atau sangat mengganggu
149

Bagaimana Apoteker Dapat Membantu ? (1)


 Libatkan pasien
 Spesifik
 Identifikasi hambatan utama yang mempengaruhi kepatuhan pasien
dalam minum obatnya :
a. Apakah pasien mengerti cara meminum obatnya ?
b. Apakah regimen obat terlalu kompleks ?
c. Apakah pasien mengerti keuntungan utama dari obatnya ?
d. Apakah pasien mengerti kalau obat dapat membantu
walaupun pasien tidak merasakan keuntungannya ?
e. Apakah biaya menjadi masalah ?
f. Apakah pasien depresi ?
 Simpulkan
150

Bagaimana Apoteker Dapat Membantu ? (2)


 Memecahkan masalah ; saran-saran :
a. Meminum obat anda sesuai dengan yang diresepkan adalah sangat penting
supaya diabetes anda terkontrol.
b. Untuk mendapatkan hasil optimal, jadwal meminum obat harus dipatuhi.
c. Bila anda memikirkan untuk berhenti meminum salah satu obat,
atau khawatir mengenai efek sampingnya, bicarakan dulu dengan dokter
d. Bila anda khawatir dengan biaya obat anda, mungkin ada alternatif yang lebih murah
yang sama keefektifannya. Beritahu dokter, jangan malu.
e. Bila regimen obat anda terlalu susah, menjadi beban, atau membingungkan ;
tanyakan ke dokter atau Apoteker apakah ada alternatif lain yang lebih sederhana.
f. Jumlah obat yang anda minum bukanlah pertanda betapa sehat atau tidak sehatnya anda.
Lebih baik anda diskusi dengan dokter atau Apoteker tentang target pengobatan seharusnya
g. Bila anda merasa depresi atau tertekan dengan ruwetnya penanganan diabetes anda,
bicarakan dengan dokter atau Apoteker.
 Akhiri pertemuan, tanyakan langkah apa yang akan dilakukan pasien
setelah diskusi dengan Apoteker.
151

KEGIATAN KONSELING OBAT


 Membuka komunikasi antara Apoteker dengan pasien
 Mengidentifikasi tingkat pemahaman pasien
tentang penggunaan obat melalui Three Prime Questions
 Menggali informasi lebih lanjut
dengan memberi kesempatan kepada pasien
untuk mengeksplorasi masalah penggunaan obat
 Memberikan penjelasan kepada pasien
untuk menyelesaikan masalah penggunaan obat
 Melakukan verifikasi akhir
dalam rangka mencek pemahaman pasien
 Dokumentasi
TAHAPAN KONSELING 152

1. PENGENALAN
Memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan konseling

2. PENILAIAN
Tujuan : Menilai kepahaman pasien tentang obat yang diberikan
(jika perlu hubungannya dengan penyakit yang diderita)
Tehnik : - Prime Questions (masalah utama)
- Show and Tell (perlihatkan dan terangkan)

3. PELAKSANAAN
Tujuan : Untuk merangsang, mengubah sikap dari pasien
agar mengerti dan mengikuti regimen terapetik
Gunakan kemahiran komunikasi lisan dan bukan lisan
serta tehnik Show and Tell

4. PENGUJIAN (VERIFIKASI)
Tujuan : Untuk memastikan pasien memahami,
mengerti apa yang sudah kita terangkan
Fill in the gaps (betulkan atau tambahkan, jika ada yang terlupa)
Jawablah jika ada pertanyaan dari pasien

5. KESIMPULAN DAN PENUTUP


Tawarkan bantuan jika ada masalah
153

Pertanyaan Utama (Prime Questions)


1. Apa yang dikatakan dokter tentang kegunaan pengobatan anda ?
- Persoalan apa yang harus dibantu ?
- Apa yang harus dilakukan ?
- Persoalan apa yang menyebabkan anda ke dokter ?
2. Bagaimana yang dikatakan dokter tentang cara pakai obat anda ?
- Berapa kali menurut dokter, anda harus menggunakan obat tersebut ?
- Berapa banyak anda harus menggunakannya ?
- Berapa lama anda terus menggunakannya ?
- Apa yang dikatakan dokter, bila anda kelewatan satu dosis ?
- Bagaimana anda harus menyimpan obatnya ?
- Apa artinya “tiga kali sehari” bagi anda ?
3. Apa yang dikatakan dokter tentang harapan terhadap pengobatan anda ?
- Pengaruh apa yang anda harapkan tampak ?
- Bagaimana anda tahu bahwa obatnya bekerja ?
- Pengaruh buruk apa yang dikatakan dokter kepada anda untuk diwaspadai ?
- Perhatian apa yang harus anda berikan selama dalam pengobatan ini ?
- Apa yang dikatakan dokter apabila anda merasa makin parah / buruk ?
- Bagaimana anda bisa tahu, bila obatnya tidak bekerja ?
154

Pertanyaan Tunjukkan dan Katakan


(Show and Tell)

 Obat yang anda gunakan ditujukan untuk apa ?


 Bagaimana anda menggunakannya ?
 Gangguan atau penyakit apa
yang sedang anda alami ?
MASALAH OBAT
155

NAMA GENERIK

NAMA DAGANG

INDIKASI OBAT

KAPAN OBAT DIGUNAKAN ?

BAGAIMANA CARA MENGGUNAKAN OBAT ?

APA YANG HARUS DIPERHATIKAN


SELAMA MENGGUNAKAN OBAT ?

APA YANG HARUS DILAKUKAN


BILA LUPA MINUM OBAT ?

APA EFEK SAMPING OBAT ?


APA YANG HARUS DILAKUKAN ?

APA LAGI YANG HARUS DIPERHATIKAN


SELAMA MENGGUNAKAN OBAT ?

PENYIMPANAN OBAT
156

Masalah Pasien
Terkait Pengelolaan Obat
 Tidak memahami cara penyimpanan obat
yang benar
 Menyimpan obat di lemari es, tidak terlindung
dari lembab
 Tidak memperoleh penjelasan tentang
cara penyimpanan obat yang tepat / benar
 Membuang sisa obat sembarangan,
antara lain di tempat sampah masih utuh,
masih dalam kemasan lengkap dengan etiketnya
157

ALUR KONSELING PASIEN


Diskusi Pembuka
- Pengenalan - Penjelasan tujuan konseling

Diskusi untuk Mengumpulkan Informasi


dan Mengidentifikasi Masalah

Pasien Baru : Pasien Lama :


• Kumpulkan informasi pasien • Konfirmasi informasi pasien
• Wawancara • Konfirmasi informasi
riwayat pengobatan
riwayat pengobatan
Lanjutan 1158

Apa Tujuan Konseling ?

Resep Baru : Resep Berulang / Obat Tanpa Resep :


• Pengetahuan pasien Pemantauan : • Deskripsi dan lama gejala
sekarang tentang obat • Masalah kepatuhan ? • Apakah sudah konsultasi
dan penyakitnya • Bukti efek samping ? dengan dokter sebelumnya ?
• Masalah potensial • Efektifitas terapi • Terapi apa yang sudah
• Masalah potensial digunakan sebelumnya ?

Identifikasi Masalah dan Kebutuhan Pendidikan

Diskusi untuk Mencegah atau Mengatasi Masalah


dan Mendidik
Lanjutan 2159
Diskusi untuk Mencegah atau Mengatasi Masalah dan
Mendidik

Resep Baru atau Berulang / Obat Tanpa Resep


Pemantauan :
• Diskusi masalah sekarang
atau potensial
• Setuju dengan alternatif Rekomendasi obat : Rekomendasi tanpa obat :
• Melaksanakan rencana • Nama • Sarankan pasien ke dokter
• Diskusi hasil dan • Tujuan • Sarankan terapi tanpa obat
pemantauan • Aturan pakai • Menyediakan informasi
• Menyediakan informasi • Efek samping bila perlu
bila perlu • Perhatian • Memberi jaminan
• Terapi selanjutnya
• Memberi jaminan

Diskusi Penutup
- Rekap - Mendapat umpan balik - Mendorong untuk bertanya

Diskusi Tindak Lanjut


ALUR WAWANCARA 160

RIWAYAT PENGOBATAN
Diskusi Pembuka
- Pengenalan - Penjelasan tujuan - Jaminan kepercayaan

Kebutuhan Informasi Perorangan


- Umur, pekerjaan, dll. – Sikap merawat kesehatan secara profesional

Diskusi Kondisi Medis dan Penggunaan Obat

Kondisi no.1 :
- Nama atau gejala kondisi - Berapa lama ?

Pengobatan Terkini untuk Kondisi no.1


Obat A
• Nama obat
• Siapa yang meresepkan ?
• Bagaimana cara minum obat ? (khusus)
• Apakah obat tersebut membantu ?
• Jika ketidakpatuhan terdeteksi, apa penyebabnya ?
• Efek samping dan efek yang merugikan
Lanjutan 161
1

Ulangi Pertanyaan Mengenai Setiap Pengobatan

Pengobatan Terdahulu untuk Kondisi no.1


- Nama obat – Alasan penghentian penggunaan obat

Ulangi Pertanyaan Mengenai Pengobatan Terdahulu dan Terkini


Untuk Setiap Kondisi

Penggunaan Obat Tanpa Resep


• Nama
• Penggunaan  mengapa, kapan, bagaimana
menggunakan, berapa lama ?
• Efek samping dan efek yang merugikan
• Efektifitas
Lanjutan 2162

Diskusi Penggunaan Alkohol dan Tembakau

Diskusi Sensitivitas Obat

Diskusi Penutup

Diskusi Tindak Lanjut


163

KONSELING RESEP BARU (1)


Diskusi Pembuka
 Perkenalan :
Hallo, bu Tien. Saya Fina, Apoteker.
Hari ini tidak hujan, kan ?
 Jelaskan tujuan konseling :
Saya perlu waktu beberapa menit
untuk menjelaskan resep obat ibu,
supaya ibu mendapat manfaatnya.
 Berikan leaflet, bila ada :
Ini leaflet tentang obat ibu. Baca di rumah.
Bila ada pertanyaan, telpon.
164

KONSELING RESEP BARU (2)


Mengumpulkan Informasi dan Identifikasi Masalah
 Riwayat pengobatan :
Wawancara riwayat pengobatan untuk pasien baru.
Konfirmasi obat pasien lama, sebelum konseling obat baru
 Pengetahuan pasien sekarang :
Apa yang dokter katakan tentang obat ibu,
apakah dapat membantu, untuk apa ?
 Masalah potensial :
Apakah ada pertanyaan tentang obat ?
Saya perlu tanya tentang …
Sepertinya kita ada beberapa hal yang dapat didiskusikan.
Pertama saya pikir kita perlu …
165

KONSELING RESEP BARU (3)


Diskusi Untuk Mencegah atau Mengatasi Masalah
dan Beri Informasi (1)
 Diskusi masalah menurut prioritas
 Menyediakan informasi, bila perlu :
Nama obat ini …
Obat untuk penghilang sakit punggung ibu.
Apakah dokter menjelaskan cara minum obat ?
Minum setiap 3 – 4 jam, jika sakit.
Sebaiknya minum setelah makan,
supaya Aspilet tidak menyebabkan sakit perut.
166

KONSELING RESEP BARU (4)


Diskusi Untuk Mencegah atau Mengatasi Masalah
dan Beri Informasi (2)
 Diskusi kepatuhan :
Apakah sulit minum obat seperti yang disarankan ?
Supaya ingat, minum obat setelah makan.
 Perhatian atau efek samping yang umum :
Kadang-kadang selain obat berkhasiat, terjadi efek samping.
Apakah sudah diberitahu dokter ?
Obat ini menyebabkan kantuk pada beberapa orang,
jangan mengendarai mobil / motor
atau mengerjakan hal yang perlu kewaspadaan.
 Gejala efek merugikan yang umum:
Sangat jarang terjadi, orang mengalami reaksi obat ini.
Mungkin tidak terjadi pada ibu. Tapi bila mengalami demam
atau gatal-gatal, beritahu dokter atau apoteker.
167

KONSELING RESEP BARU (5)


Diskusi Untuk Mencegah atau Mengatasi Masalah
dan Beri Informasi (3)
 Cara penyimpanan obat, bila ada.
 Resep berulang :
Dokter menulis bahwa ibu mendapat obat ini lagi
setelah 10 hari, bila perlu.
Apakah dokter memberitahu apa yang harus dilakukan,
bila obat habis ?
 Diskusi hasil dan pemantauan :
Nyeri akan hilang setelah 30 menit minum obat.
Beritahu apoteker atau dokter, bila tidak sembuh.
Mudah-mudahan setelah obat habis, ibu tidak perlu obat lagi.
168

KONSELING RESEP BARU (6)


Diskusi Penutup
 Rekap hal penting :
Ingat, obat ini menyebabkan kantuk.
 Dapatkan umpan balik :
Apakah ada pertanyaan ?
Untuk menjamin kepahaman ibu, dapatkah ibu menjelaskan
bagaimana minum obat ini ?
Jika ada pertanyaan atau masalah, jangan ragu-ragu telpon kami.
Telpon saya besok, beritahu bagaimana ibu minum obat ?
atau
Dapatkah saya telpon ibu besok,
untuk mencek bagaimana ibu minum obat ? Kira-kira jam berapa ?
169

KONSELING RESEP BARU (7)


Diskusi Tindak Lanjut
 Perkenalkan nama anda
 Saya telpon untuk menjamin
ibu mendapat efek obat yang diinginkan.
 Apakah obat dapat mengatasi gejala ?
Apakah sulit minum obat ?
Berapa kali minum obat ?
Apa yang dirasakan setelah minum obat ?
Apakah mengalami sakit perut ?
 Sediakan saran, bila perlu
 Penutup
170
171
172
173
174

OBAT YANG DIMINUM


SATU JAM SEBELUM MAKAN
ATAU DUA JAM SESUDAH MAKAN

o Aminophylline
o Captopril
o Dipyridamole
o FeSO4
o Isosorbide Dinitrate (ISDN)
o Loratadine
o Nifedipine
o Thyroxine Na
175

ANTIBIOTIK YANG HARUS DIMINUM


SATU JAM SEBELUM MAKAN
ATAU DUA JAM SESUDAH MAKAN
 Ampicillin  Doxycycline
 Azithromycin  Erythromycin
 Cefaclor  Isoniazid (INH)
 Cephalexin  Lincomycin
 Cephradine  Ofloxacin
 Chloramphenicol  Rifampicin
 Dicloxacillin  Tetracycline
176

OBAT YANG HARUS DIMINUM


½ JAM SEBELUM MAKAN

 Cholestiramine resin
 Domperidon
 Gemfibrozil
 Glibenclamide
 Metoclopramide
 Omeprazole
177

OBAT YANG DIMINUM SEGERA SETELAH MAKAN

 Allopurinol  Metformin
 Aspilets  Methyl Prednisolone
 Carbamazepine  Potassium
 Griseofulvin  Prednison
 Hydrochlorotiazide (HCT)  Spironolactone
 Mefenamic Acid  Thiamin (Vitamin B1)
178

OBAT YANG HARUS DIKUNYAH DAHULU


SEBELUM DITELAN

 Antasida { Al(OH)3 + Mg(OH)2 }


 Simethicone
179

ANTASIDA
 Antasida suspensi lebih efektif daripada Antasida tablet
 Antasida tablet harus dikunyah dahulu sebelum ditelan
untuk mendapatkan hasil yang lebih cepat dan efek maksimum
karena Antasida tablet tidak larut semuanya di lambung
sebelum masuk ke usus kecil
 Antasida tidak boleh diminum > 2 minggu
kecuali atas petunjuk dokter
 Antasida diminum 1 – 3 jam setelah makan
(untuk memperpanjang efek penetralan asam)
dan sebelum tidur
 Jangan minum Antasida bersama dengan susu atau produk susu
karena dapat menyebabkan milk alkali sindrome disertai hiperkalsemia
dengan gejala sering kencing, sakit kepala, nafsu makan turun,
mual / muntah, letih dan lemah yang tidak biasa

 Interaksi obat - Antasida.


Sebaiknya Antasida diminum terpisah 2 jam dengan obat lain
180

OBAT YANG DIMINUM DENGAN SEGELAS AIR

 Allopurinol  Cefadroxil
 Aminophylline  Cephalexin
 Amlodipine  Cephradine
 Amoxicillin  Ciprofloxacin
 Antasida  Clindamycin
 Asam Asetil Salisilat  Co-trimoxazole
 Asam Mefenamat  Diclofenac Sodium
 Ascorbic Acid  Ibuprofen
 Calcium Carbonate  Tetracycline
181

INTERAKSI OBAT – TEH, KOPI, COLA

 Aminophylline (jangan minum teh, kopi, cola)


 Amiodarone (jangan minum kopi)
 Ciprofloxacin (jangan minum teh, kopi)
 Fluphenazine (jangan minum teh, kopi, cola)
 Pseudoephedrine (jangan minum teh, kopi, cola)
182

OBAT YANG HARUS DIMINUM SAMPAI HABIS

 Amoxicillin  Nalidixic Acid


 Cefadroxil  Nystatin
 Chloroquine  Pyrantel Pamoate
 Cimetidine  Ranitidine
 Ethambutol  Rifampicin
 Fluconazole  Tetracycline
 Griseofulvin  Thiamphenicole
 Mebendazole  Ursodeoxycholic Acid
 Metronidazole
183
TIDAK BOLEH BERHENTI MINUM OBAT INI
SECARA TIBA-TIBA,
KECUALI ATAS PETUNJUK DOKTER

 Aminophylline  Furosemide
 Amiodarone  Haloperidol
 Atenolol  Methyl Prednisolone
 Captopril  Nifedipine
 Carbamazepine  Phenobarbital
 Clonidine  Phenytoin
 Diazepam  Propylthiouracil
 Digoxin  Rifampicin
 Ethambutol  Warfarin
184

OBAT YANG SEBAIKNYA DIMINUM PAGI HARI

 Furosemide
 Glibenclamide
 Hydrochlorothiazide (HCT)
 Methyl Prednisolone
 Prednisone
 Thyroxine Na
185

OBAT YANG SEBAIKNYA DIMINUM MALAM HARI

 Chloral hydrate  Prazosin


 Cholestiramine resin  Propranolol
 Cimetidine  Pseudoephedrine
 Cisapride  Ranitidine
 Clonidine  Trihexyphenidyl
 Diphenhidramin  Simvastatin
 Phenobarbital
 Phenytoin
186

OBAT YANG DAPAT MENYEBABKAN MENGANTUK,


JANGAN MENGENDARAI MOBIL
ATAU MENJALANKAN MESIN

 Allopurinol  Loperamide
 Chlorpheniramine  Loratadine
 Chlorpromazine  Mefenamic Acid
 Clonidine  Metoclopramide
 Diazepam  Phenobarbital
 Digoxin  Phenytoin
 Haloperidol  Pyrantel Pamoate
 Ibuprofen  Rifampicin
187
CARA MENGGUNAKAN OBAT TETES MATA
YANG BENAR
(Gunakan kaca atau dibantu orang lain, sehingga lebih mudah)

1. Cuci tangan dengan sabun dan air


2. Periksa apakah ujung penetes tidak pecah atau retak
3. Hindarkan jangan sampai ujung penetes menyentuh mata anda atau lainnya. Obat tetes
mata harus tetap bersih
4. Pada waktu memiringkan belakang kepala, tarik bagian bawah
tarik ke bawah pelupuk mata dengan jari telunjuk
membentuk kantong (lihat gambar)
5. Pegang ujung bawah penetes dengan tangan yang lain,
sedekat mungkin dengan mata, tanpa menyentuhnya
6. Tahan sisa jari tangan pada wajah
7. Tekan penetes perlahan-lahan, sehingga tetesan benar-benar jatuh
ke dalam kantong bagian bawah pelupuk mata
8. Tutup mata anda selama dua sampai tiga menit.
9. Hapus cairan yang berlebihan dari wajah anda dengan tissue
10. Segera taruh kembali dan kencangkan tutup botol.
Jangan menghapus atau mencuci ujung penetes
11. Cuci tangan anda untuk menghilangkan sisa obat
188
CARA MENGGUNAKAN OBAT TETES TELINGA
(Mintalah bantuan orang lain meneteskan obat tetes telinga,
sehingga lebih mudah)
1. Bersihkan telinga anda dengan lap muka basah perlahan-lahan
kemudian keringkan
2. Cuci tangan anda dengan sabun dan air
3. Hangatkan obat tetes telinga mendekati suhu tubuh
dengan cara memegang wadah di tangan anda selama beberapa menit
4. Jika obat tetes telinga merupakan suspensi keruh, kocok botol dengan
kocok dengan baik selama 10 detik
5. Periksa ujung penetes untuk menjamin agar tidak pecah atau retak
6. Tarik obat tetes ke dalam penetes atau tahan bagian atas botol penetes dengan ujung penetes
menghadap ke bawah
7. Miringkan telinga yang sakit menghadap ke atas pada satu sisi atau
berbaring pada satu sisi
8. Hindarkan jangan sampai ujung penetes menyentuh telinga anda atau lainnya. Obat
tetes telinga harus tetap bersih
9. Masukkan jumlah tetes yang benar ke dalam telinga anda.
Kemudian tarik perlahan telinga anda supaya obat tetes masuk ke dalam telinga
10.Tahan telinga anda miring selama beberapa menit atau sisipkan
sumbat kapas lembut ke dalam telinga anda
atau metode lain yang disarankan oleh apoteker atau dokter anda
11. Segera taruh kembali dan kencangkan tutup botol
12. Cuci tangan anda untuk menghilangkan sisa obat
CARA MENGGUNAKAN OBAT TETES HIDUNG 189

YANG BENAR
(Mintalah bantuan orang lain meneteskan obat tetes hidung, sehingga lebih mudah)

1. Bersihkan hidung anda dengan hati-hati


2. Cuci tangan anda dengan sabun dan air
3. Periksa ujung penetes untuk menjamin
agar tidak pecah atau retak
4. Hindarkan jangan sampai ujung penetes menyentuh hidung anda
atau lainnya. Obat tetes hidung harus tetap bersih
5. Miringkan kepala anda ke belakang sejauh mungkin
atau berbaring terlentang pada permukaan yang rata seperti
tempat tidur dan gantung kepala anda di pinggir tempat tidur
6. Masukkan obat tetes ke dalam hidung anda
7. Tundukkan kepala anda menghadap ke arah lutut anda
dan gerakkan ke kiri dan ke kanan
8. Biarkan pada posisi ini selama beberapa menit
9. Bersihkan ujung penetes dengan air hangat.
Segera tutup botol
10. Cuci tangan anda untuk menghilangkan sisa obat
190

Cara menggunakan inhaler :

1. Buka tutup tromol dan pegang inhaler tegak lurus


2. Kocok inhaler
3. Agak miringkan kepala ke belakang dan hembuskan napas
4. Posisi inhaler dengan salah satu cara berikut ini Gambar 1
(posisi gambar 1 optimal, sedangkan posisi gambar 3 dapat diterima
jika anda mengalami kesulitan dengan posisi yang ditunjukkan
dalam gambar 1 atau 2) :
a. Buka mulut dengan jarak 1 – 2 inci dari inhaler
b. Gunakan spacer (dianjurkan terutama untuk anak-anak)
c. Masukkan ke dalam mulut
5. Tekan inhaler ke bawah untuk melepaskan obat Gambar 2
bersamaan dengan mulai menarik napas perlahan
6. Tarik napas perlahan (3 – 5 detik)
7. Tahan napas selama 10 detik untuk membiarkan obat
mencapai bagian dalam paru
8. Ulangi isapan (puff) seperti di atas. Tunggu selama 1 menit
di antara isapan (puff) sehingga isapan (puff) ke dua
penetrasi lebih baik ke dalam paru Gambar 3
CARA MENGGUNAKAN SUPPOSITORIA 191

YANG BENAR
1. Cuci tangan anda dengan sabun dan air
2. Jika suppositoria lunak, pegang di bawah air dingin
untuk mengeraskannya sebelum membuka pembungkus
3. Buka pembungkus, jika ada
4. Jika hanya menggunakan separuh suppositoria,
belah 2 memanjang dengan pinggir silet tunggal yang bersih
5. Letakkan pada jari tangan atau sarung tangan disposable, jika perlu
6. Minyaki ujung suppositoria dengan minyak pelumas yang larut
dalam air seperti KY Jelly, jangan minyak ter (vaselin).
Jika tidak punya minyak pelumas, basahkan daerah anus anda
dengan air kran dingin
7. Berbaring pada satu sisi dengan kaki bawah anda lurus
dan kaki atas bengkok menghadap ke arah perut anda
8. Angkat pantat atas, sehingga daerah anus tampak
9. Sisipkan suppositoria,ujung pertama, dengan jari tangan anda
sampai melewati otot sphincter anus kira-kira ½ sampai 1 inci pada bayi
dan 1 inci pada dewasa. Jika tidak disisipkan melewati sphincter,
suppositoria dapat muncul keluar
10. Pegang pantat bersama-sama selama beberapa detik
11. Biarkan berbaring selama 15 menit
untuk mencegah suppositoria keluar
12. Buang alat yang digunakan dan cuci tangan anda
192
193
194
195
196
PASTIKAN !! 197

PEMBERIAN OBAT BENAR


RUTE/CARA
BENAR
DOSIS

BENAR
OBAT BENAR
WAKTU

BENAR
BENAR
PASIEN
FREKUENSI
198

SWAMEDIKASI

Apt. Dra. Al fina Ria’nti, M Pharm.


Clinical Pharmacist
199

CURRICULUM VITAE
• Nama : Apt. Dra. Alfina Rianti, M Pharm.
• Jabatan : - Koordinator Pelayanan Kefarmasian (Farmasi Klinik)
Instalasi Farmasi, RSUP Fatmawati
- Koordinator Pembinaan & Optimalisasi Praktik Profesi
PC IAI Jakarta Selatan
• Pendidikan :
- S1, Apoteker – Universitas Indonesia
- S2 Clinical Pharmacy – Universiti Sains Malaysia
• Dosen :
- Farmasi Klinik ; Komunikasi, Informasi dan Edukasi di ISTN
- Komunikasi, Informasi dan Edukasi di Universitas Pancasila
- Komunikasi, Informasi dan Edukasi di Uhamka
- Interaksi Obat di UIN
- Farmasi Klinik di Akademi Farmasi Bhumi Husada
- Farmasi Rumah Sakit di Poltekkes
200

TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM (TPU)

Setelah mengikuti pembelajaran ini,


pembelajar mampu melakukan
swamedikasi
sesuai dengan pedoman
201

TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS (TPK)

Setelah mengikuti pembelajaran ini, pembelajar mampu :


• Menjelaskan pengertian swamedikasi
• Menjelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam swamedikasi
• Menjelaskan penggolongan obat
• Menjelaskan cara pemilihan obat
202

Pelayanan Swamedikasi
• Kompetensi Inti : (Unit Kompetensi 2.3)
Mampu memberikan pelayanan swamedikasi secara tepat sesuai kebutuhan pasien

• Lulusan Apoteker mampu :


- Mengidentifikasi kebutuhan pasien dengan mempertimbangkan kondisi pasien,
pedoman terapi, serta regulasi
- Memberikan pilihan obat / sediaan farmasi, produk, serta kekuatan yang tepat sesuai
kebutuhan pasien, pedoman terapi, dan regulasi sebagai pertimbangan keputusan pasien
- Mengedukasi pasien tentang indikasi obat atau sediaan farmasi lainnya, cara penggunaan,
batasan penggunaan, serta efek samping potensial
- Menjelaskan kondisi penyimpanan yang tepat kepada pasien dan memastikan sediaan obat
dan / atau sediaan farmasi lainnya disimpan secara tepat antara lain dari sisi kelembaban,
suhu, tanggal kadaluarsa
- Mengedukasi pasien mengenai alasan dan risiko terkait permintaan sediaan farmasi
yang tidak bisa dilayani
- Menjelaskan batasan swamedikasi dan merujuk pasien dengan tepat ke dokter
atau fasilitas pelayanan kesehatan
- Mendokumentasikan pelayanan swamedikasi yang dilakukan
203

Pelayanan Swamedikasi
No. Ketrampilan Tingkat Kemampuan
1 Asesmen kebutuhan sediaan farmasi pasien 4A
2 Penetapan kebutuhan pasien terkait sediaan farmasi 4A
3 Pengambilan keputusan untuk memberikan layanan 4A
swamedikasi, memberikan edukasi, menolak permintaan,
atau merujuk ke dokter
4 Pemilihan sediaan farmasi yang tepat untuk swamedikasi 4A
5 Konseling penggunaan, cara menyimpan 4A
dan cara membuang sediaan
6 Monitoring dan evaluasi penggunaan terkait efektivitas 4A
dan keamanan penggunaan sediaan farmasi
7 Penetapan, pencatatan dan pelaporan efek samping obat 4A
8 Dokumentasi layanan swamedikasi 4A

4 A = Mampu melakukan secara mandiri (Does)


Ketrampilan yang dicapai saat lulus Apoteker
204

Masalah Pasien
Pada Pelayanan Swamedikasi
• Tidak menginformasikan keluhan / gejala,
hanya minta obat yang dirasa cocok
• Tidak memahami gejala yang dialami
• Tidak menginformasikan keluhan secara lengkap,
sehingga warning symptoms tidak dikenali
• Tidak mau dirujuk ke dokter, minta diberi obat saja
• Tidak memperoleh informasi
tentang pilihan obat non-resep yang tersedia
• Tidak memperoleh penjelasan
tentang kenapa permintaan obat tidak dilayani
205

Masalah Pasien Dalam Mendapatkan Obat


• Membeli obat di toko obat tidak berijin, di kios,
atau di warung sehingga tidak terjamin legalitas,
keamanan dan kegunaannya
• Membeli obat di apotek hanya berdasarkan
pengalaman pribadi atau atas saran dari keluarga
atau teman tanpa memperhatikan status klinisnya
• Merasa paham tentang obat
dan bersikeras meminta obat
yang seharusnya dengan resep dokter
206

Masalah Pasien Terkait Pengelolaan Obat

• Tidak memahami cara penyimpanan obat


yang benar
• Menyimpan obat di lemari es,
tidak terlindung dari lembab
• Tidak memperoleh penjelasan tentang
cara penyimpanan obat yang tepat / benar
• Membuang sisa obat sembarangan, antara lain
di tempat sampah masih utuh, masih
dalam kemasan lengkap dengan etiketnya
207

SWAMEDIKASI (1)

Suatu perawatan sendiri oleh masyarakat


terhadap penyakit yang umum diderita,
dengan menggunakan obat-obatan
yang dijual bebas di pasaran
atau obat keras yang bisa didapat
tanpa resep dokter dan diserahkan oleh apoteker di apotek.
208

SWAMEDIKASI (2)
• Pemilihan dan penggunaan obat, termasuk
pengobatan herbal dan tradisional, oleh individu
untuk merawat diri sendiri dari penyakit
atau gejala penyakit (World Health Organization)
• Upaya awal yang dilakukan sendiri dalam
mengurangi / mengobati penyakit – penyakit ringan
menggunakan obat-obatan
dari golongan obat bebas dan bebas terbatas
209

HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


DALAM SWAMEDIKASI
• Mengenali kondisi
ketika akan melakukan swamedikasi
• Memahami bahwa ada kemungkinan interaksi obat
• Mengetahui obat-obat yang dapat digunakan
untuk swamedikasi
• Mewaspadai efek samping yang mungkin muncul
• Meneliti obat yang akan dibeli
• Mengetahui cara penggunaan obat yang benar
• Mengetahui cara penyimpanan obat yang baik
210

OBAT
Suatu bahan atau paduan bahan – bahan
yang dimaksudkan untuk digunakan
dalam menetapkan diagnosa,
mencegah, mengurangkan, menghilangkan,
menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit,
luka atau kelainan badaniah
dan rohaniah pada manusia atau hewan
dan untuk memperelok atau memperindah badan
atau bagian badan manusia
(Kep. Men.Kes. no. 125/Kab/B VII/tahun 1971)
211

PENGGOLONGAN OBAT
• Obat Bebas
• Obat Bebas Terbatas
• Obat Keras
• Psikotropika
• Narkotika
• Prekursor Farmasi
• Obat-obat Tertentu
212

OBAT BEBAS
• Obat yang dijual bebas di pasaran
dan dapat dibeli tanpa resep dokter.
• Pada kemasan dan etiket obat bebas, ditandai
dengan lingkaran hijau dengan garis tepi hitam
• Daftar obat “B”
• Contoh : Parasetamol
213

OBAT BEBAS TERBATAS


• Obat yang sebenarnya termasuk obat keras,
tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas
tanpa resep dokter,
dan disertai dengan tanda peringatan.
• Pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas
harus tertera lingkaran biru
dengan garis tepi berwarna hitam
• Daftar obat “W” atau “T”
• Contoh : CTM
214
Tanda peringatan berupa empat persegi panjang
berwarna hitam berukuran panjang 5 cm, lebar 2 cm
dan memuat pemberitahuan berwarna putih
P no. 1 P no. 4
Awas ! Obat Keras Awas ! Obat Keras
Bacalah aturan memakainya Hanya untuk dibakar

P no. 2 P no. 5
Awas ! Obat Keras Awas ! Obat Keras
Hanya untuk kumur, jangan ditelan Tidak boleh ditelan

P no. 3 P no. 6
Awas ! Obat Keras Awas ! Obat Keras
Hanya untuk bagian luar badan Obat wasir, jangan ditelan
215

OBAT KERAS DAN PSIKOTROPIKA


• Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek
dengan resep dokter, sedangkan obat keras
yang hanya boleh dijual dengan resep dokter
diberi tanda huruf K dalam lingkaran merah
dengan garis tepi berwarna hitam
• Contoh : Asam Mefenamat
• Psikotropika adalah zat atau obat,
baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika,
yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif
pada susunan saraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku
• Contoh : Diazepam, Phenobarbital
216

PSIKOTROPIKA
(UU No. 5 Th. 1997 ttg Psikotropika)

tingkat ketergantungan manfaat utk pengobatan

I II III IV
• NIMETAZEPAM
• AMOBARBITAL • ALPRAZOLAM
• METIL FENIDAT • FLUNITRAZEPAM • DIAZEPAM
• AMF. RASEMAT • DLL • BROMAZEPAM
• SEKOBARBITAL • LORAZEPAM
(0)
(8) • TRIAZOLAM
(3) • DIETIL PROPION
• KLORDIAZEPOKSIDA
• NITRAZEPAM
• ……
• ZOLPIDEM
(PMK No. 9/2015)
(61)
Semua dipindahkan Sebagian dipindahkan Buprenorfin dipindahkan
jadi narkotika gol. I jadi narkotika gol. I sebagai narkotika gol. III
217

NARKOTIKA
• Zat atau obat yang berasal dari tanaman
atau bukan tanaman, baik sintetis
maupun semi sintetis, yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan
rasa nyeri dan menimbulkan ketergantungan,
yang dibedakan ke dalam golongan-golongan
sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang
tentang Narkotika.
• Daftar obat “O”
• Contoh : Morfin, Petidin
218

PENGGOLONGAN
NARKOTIKA
(UU No. 35 Th. 2009 ttg Narkotika)

I II III
Hanya untuk IPTEK • PETIDIN • KODEIN
• MORFIN • ETILMORFINA
Dilarang u/ pengobatan • FENTANIL • BUPRENORFIN
• Tanaman PAPAVER, • METADON
• OPIUM • dll
• HEROIN/PUTAW
• KOKAIN/ CRACK (86) (14)
• GANJA/MARIHUANA/
CANNABIS
• OPIUM OBAT
 UU No. 35 Th. 2009 ttg Narkotika
• CAMP. OPIUM OBAT
 PMK No. 13 Th. 2014 (Narkotika + NPS)
DG BAHAN LAIN
(Doveri tab/pulvis)
• MDMA
Perpindahan seluruh Gol I & sebagian
• AMFETAMIN besar Gol II Psikotropika
• NPS
(82)
219

PREKURSOR FARMASI
• Prekursor Farmasi adalah zat atau bahan pemula
atau bahan kimia yang dapat digunakan sebagai
bahan baku / penolong untuk keperluan proses
produksi industri farmasi atau produk antara,
produk ruahan dan produk jadi yang mengandung
efedrin, pseudoefedrin, norefedrin /
fenilpropanolamin, ergotamin, ergometrin,
atau potasium permanganat
PREKURSOR 220

(UU No. 35 Th. 2009 ttg Narkotika)

Tabel II
Tabel I 1. Acetone.
1. N-Acetylanthranilic Acid. 2. Anthranilic Acid.
2. Ephedrine. 3. Ethyl Ether.
3. Ergometrine. 4. Hydrochloric Acid.
4. Ergotamine. 5. Methyl Ethyl Ketone.
5. Isosafrole. 6. Phenylacetic Acid.
6. Lysergic Acid. 7. Piperidine.
7. 3,4-Methylenedioxyphe- 8. Sulphuric Acid.
nyl-2-propanone. 9. Toluene.
8. Norephedrine.
9. 1-Phenyl-2-Propanone.
10. Piperonal.
11. Pseudoephedrine.
12. Safrole.
Yg diawasi BPOM adalah Prekursor Farmasi (Tabel I)
13. Potassium Permanganat. khususnya no. 2, 3, 4, 8 & 11
14. Acetic Anhydride.
221

OBAT-OBAT TERTENTU (OOT)


• Obat-obat yang bekerja di sistem susunan
syaraf pusat selain dari Narkotika dan
Psikotropika dan dapat menyebabkan
ketergantungan dan perubahan khas
pada aktivitas mental dan perilaku,
termasuk namun tidak terbatas pada obat
yang mengandung tramadol, triheksifenidil,
amitriptilin, klorpromazin, haloperidol,
dekstrometorfan
222

OBAT WAJIB APOTEK


Obat-obatan yang dapat diserahkan
tanpa resep dokter,
namun harus diserahkan oleh apoteker di apotek.
223

Daftar Obat Wajib Apotek no. 1 (1)


1. Oral Kontrasepsi
tunggal : Linestrenol
kombinasi : Etinodiol diasetat - Mestranol
Norgestrel - Etinil estradiol
Linestrenol - Etinil estradiol
Etinodiol diasetat - Etinil estradiol
Levonogestrel - Etinil estradiol
Norethindrone - Mestranol
Desogestrel - Etinil estradiol

2. Obat Saluran Cerna


Antispasmodik : Papaverin / Hiosin Butil Bromide /
Atropin SO4 / Ekstrak Belladona
Antimual : Metoklopramid HCl
Laksan : Bisakodil Suppositoria
224

Daftar Obat Wajib Apotek no. 1 (2)

3. Obat Mulut Dan Tenggorokan :


Hexitidin
Triamcinolone acetonide

4. Obat Saluran Napas


Obat asma : Aminofilin supositoria ; Ketotifen ;
Terbutalin SO4 ; Salbutamol
Sekretolitik / mukolitik : Bromheksin ; Karbosistein ;
Asetilsistein ; Oksolamin Sitrat
225

Daftar Obat Wajib Apotek No.1 (3)

5. Obat Yang Mempengaruhi Sistem Neuromuskular


Analgetik - antipiretik : Metampiron ; Asam mefenamat ;
Metampiron + Diazepam.
Antihistamin : Mebhidrolin ; Pheniramin hidrogen maleat ;
Astemizol ; Oxomemazin ;
Homochlorcyclizin HCl ;
Dexchlorpheniramin maleat.

6. Antiparasit
Obat cacing : Mebendazol
226

Daftar Obat Wajib Apotek No.1 (4)


7. Obat Kulit Topikal
Antibiotik : Tetrasiklin / Oksitetrasiklin ; Kloramfenikol
Framisetin SO4 ; Neomisin SO4 ;
Gentamisin SO4 ; Eritromisin
Kortikosteroid : Hidrokortison ; Flupredniliden ; Triamsinolon ;
Betametason ; Fluokortolon ; Desoksimetason
Antiseptik lokal : Heksaklorofen
Antifungi : Mikonazol nitral ; Nistatin ; Tolnaftat ; Ekonazol
Anestesi lokal : Lidokain HCl
Enzim antiradang topikal kombinasi :
Heparinoid / Heparin Na dengan Hialuronidase ester nikotinat
227

Daftar Obat Wajib Apotek No. 2


 Albendazol
 Klindamisin
 Deksametason
 Diklofenak
 Hidrokortison butirat
 Ibuprofen
 Ketokonazol
 Metilprednisolon
 Piroksikam
 Polimiksin B sulfat
228

Daftar Wajib Apotek No. 3 (1)

1. Saluran Pencernaan Dan Metabolisme


Famotidin ; Ranitidin
2. Obat Kulit
Asam Azaleat ; Asam Fusidat ; Motretinida
3. Sistem Muskuloskeletal
Allopurinol ; Diklofenak Na. ; Piroksikam
4. Sistem Saluran Pernapasan
Klemastin ; Mequitazin ; Prometazin Teoklat ;
Setirizin ; Siproheptadin
5. Organ - Organ Sensorik
Gentamisin ;
Kloramfenikol (obat mata dan telinga)
229

Daftar Wajib Apotek no. 3 (2)


6. Antiinfeksi Umum

Kategori I (2HRZE/4H3R3)
Kombipak II Fase Awal : INH 300 mg ; Rifampisin 450 mg ;
Pirazinamid 1500 mg ; Etambutol 750 mg
Kombipak III Fase Lanjutan : INH 600 mg; Rifampisin 450 mg

Kategori II (2HRZES/HRZE/5H3R3E3)
Kombipak II Fase Awal : INH 300 mg ; Rifampisin 450 mg ;
Pirazinamid 1500 mg ; Etambutol 750 mg
Streptomisin 0,75 g
Kombipak IV Fase Lanjutan : INH 600 mg ; Rifampisin 450 mg ;
Etambutol 1250 mg

Kategori III (2HRZ/4H3R3)


Kombipak I Fase Awal : INH 300 mg ; Rifampisin 450 mg ;
Pirazinamid 1500 mg
Kombipak III Fase Lanjutan : INH 300 mg ; Rifampisin 450 mg
230

OBAT TRADISIONAL
Obat jadi atau obat terbungkus
yang berasal dari alam, baik tumbuh-tumbuhan,
hewan, mineral, sediaan sarian (galenik), atau
campuran dari bahan-bahan tersebut,
yang belum mempunyai data klinis
dan dipergunakan dalam usaha pengobatan
berdasarkan pengalaman
231
JAMU
(EMPIRICAL BASED HERBAL MEDICINE)
• Jamu adalah obat tradisional yang disediakan secara tradisional,
misalnya dalam bentuk serbuk seduhan, pil, dan cairan
yang berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu
tersebut serta digunakan secara tradisional.
• Pada umumnya, jenis ini dibuat dengan mengacu pada resep
peninggalan leluhur yang disusun dari berbagai tanaman obat yang
jumlahnya cukup banyak, berkisar antara 5-10 macam bahkan lebih.
• Bentuk jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah
sampai dengan klinis, tetapi cukup dengan bukti empiris.
• Jamu yang telah digunakan secara turun-menurun
selama berpuluh-puluh tahun bahkan mungkin ratusan tahun,
telah membuktikan keamanan dan manfaat secara langsung
untuk tujuan kesehatan tertentu
232

OBAT HERBAL TERSTANDAR


(SCIENTIFIC BASED HERBAL MEDICINE)
• Obat Herbal Terstandar (OHT) adalah
obat tradisional yang disajikan dari ekstrak
atau penyarian bahan alam
yang dapat berupa tanaman obat, binatang,
maupun mineral, ditunjang dengan pembuktian
ilmiah berupa penelitian-penelitian pra klinik
seperti standar kandungan bahan berkhasiat,
standar pembuatan ekstrak tanaman obat,
standar pembuatan obat tradisional yang higienis,
dan uji toksisitas akut maupun kronis
233

FITOFARMAKA
(CLINICAL BASED HERBAL MEDICINE)
• Merupakan bentuk obat tradisional dari bahan alam
yang dapat disejajarkan dengan obat modern
karena proses pembuatannya yang telah terstandar,
ditunjang dengan bukti ilmiah
sampai dengan uji klinik pada manusia.
• Produk fitofarmaka yang beredar di Indonesia:
– Diabmeneer (Nyonya Meneer), fitofarmaka diabetes.
– Rheumaneer (Nyonya Meneer), fitofarmaka rematik.
– Nodiar (Kimia Farma), fitofarmaka diare.
– Stimuno (Dexa Medica), fitofarmaka modulator imun.
– Tensigard (Phapros), fitofarmaka hipertensi.
234
ALUR TERAPI OBAT BEBAS DAN BEBAS TERBATAS
Pasien datang dengan keluhan

Cari informasi pasien

Apakah terapi obat bebas sesuai ?

Ya Tidak

Tetapkan tujuan dan hasil terapi Rujuk pasien

Seleksi obat bebas

Menasehati pasien

Menindak lanjuti pasien

Apakah terapi obat bebas berhasil ? Tidak Rujuk pasien

Ya

Mengakhiri terapi
235

CARA PEMILIHAN OBAT


• Gejala atau keluhan penyakit
• Kondisi khusus, misalnya hamil, menyusui, bayi, lanjut usia,
diabetes mellitus dan lain-lain
• Pengalaman alergi atau reaksi yang tidak diinginkan
terhadap obat tertentu
• Nama obat, zat berkhasiat, kegunaan, cara pemakaian, efek samping
dan interaksi obat yang dapat dibaca pada etiket atau brosur obat
• Pilihlah obat yang sesuai dengan gejala penyakit
dan tidak ada interaksi obat dengan obat yang sedang diminum
• Untuk pemilihan obat yang tepat dan informasi yang lengkap,
tanyakan kepada Apoteker di apotek
236

INFORMASI KEMASAN, ETIKET DAN BROSUR


• Nama obat
• Komposisi
• Indikasi
• Informasi cara kerja obat
• Aturan pakai
• Peringatan
• Perhatian
• Nama produsen
• Nomor batch / lot
• Nomor registrasi
• Tanggal kadaluarsa
237

PENGGUNAAN OBAT BEBAS


DAN BEBAS TERBATAS
 Demam
 Nyeri, pusing
 Batuk, influenza
 Sakit mag
 Kecacingan
 Diare
 Sembelit
 Penyakit kulit
 Dan lain-lain
238
Obat Antipiretik
Pertanyaan Yang Ditanyakan
Dalam Penilaian Dan Konseling Pasien (1)
1. Berapa lama anda sakit ?
2. Berapa temperatur anda ? Bagaimana anda mengukurnya ?
( metoda oral, ketiak, atau rektal )
3. Berapa lama anda mengalami demam ini ?
4. Aktifitas apa yang menyebabkan demam anda ?
5. Apakah anda mengalami gejala lain ?
6. Obat atau perawatan lain apa yang anda telah gunakan
untuk mengobati demam ?
7. Obat resep atau non resep apa yang anda minum ?
8. Apakah anda minum antikoagulan
atau obat yang mempengaruhi penggumpalan darah ?
9. Apa anda mempunyai masalah pendarahan
atau penyakit penggumpalan darah ?
10.Apakah anda mengalami gout ?
11 Apakah anda pernah mengalami kejang atau penyakit otak ?
239
Obat Antipiretik
Pertanyaan Yang Ditanyakan
Dalam Penilaian Dan Konseling Pasien (2)
12. Apakah anda pernah mengalami penyakit ulcer
atau masalah perut ?
13. Apakah anda pernah mengalami asma, nasal polip
atau masalah pernafasan ?
14. Apakah anda pernah mengalami gatal,
kulit kemerahan (rash) berulang ?
15. Apakah anda pernah mengalami cacar air ?
16. Apakah anda pernah mengalami reaksi alergi, karena obat,
makanan, pewarna atau bahan tambahan makanan ?
17. Berapa umur anda ?
18. Apakah anda hamil ? Jika ya, sudah berapa lama ?
19. Apakah anda menyusui ?
240
Obat Flu, Batuk Dan Alergi
Pertanyaan Yang Ditanyakan
Dalam Penilaian Dan Konseling Pasien (1)
1. Apa gejala yang anda alami ?
Apakah anda mengalami hidung tersumbat, atau ingusan,
sakit tenggorokan, batuk (berdahak atau tidak berdahak)
demam, sakit otot, nyeri sendi atau sakit telinga ?
Apakah anda mengalami mata merah, mata gatal,
hidung gatal, bersin atau hidung berair ?
Apakah anda mengalami sesak dada ?
Apakah anda mengalami meriang atau demam ?
2. Sudah berapa lama gejala ini anda rasakan ?
3. Apakah anda atau keluarga anda memiliki riwayat alergi, asma,
atau dermatitis atopik (masalah kulit kronik) ?
4. Apakah anda memiliki penyakit saluran pernafasan
seperti asma, bronkhitis atau emphisema ?
241
Obat Flu, Batuk Dan Alergi
Pertanyaan Yang Ditanyakan
Dalam Penilaian Dan Konseling Pasien (2)
5. Apakah anda mengalami penyakit diabetes, glaukoma, jantung,
tiroid atau tekanan darah tinggi ?
Apakah anda berada dibawah pengawasan dokter
untuk masalah ini ?
Apakah dikontrol ? Jika ya, bagaimana ?
6. Obat resep atau non resep apa yang anda minum ?
Berapa lama anda minum obat tersebut ?
7. Obat apa yang telah anda gunakan untuk gejala flu dan alergi ?
Apakah obat tersebut efektif ?
Apakah menyebabkan efek samping ?
8. Apakah pekerjaan anda membutuhkan kewaspadaan mental,
koordinasi atau ketrampilan fisik ?
Obat Antasida 242

Pertanyaan Yang Ditanyakan


Dalam Penilaian Dan Konseling Pasien (1)

1. Dapatkah menggambarkan rasa sakit anda ? Seberapa parah ?


2. Apakah ada gejala lain yang menyertai rasa sakit anda ?
3. Berapa lama anda mengalami rasa sakit ini ?
4. Apakah rasa sakit anda konstan atau datang dan pergi ?
5. Dimana dan kapan rasa sakit terjadi ?
Apakah dialami segera atau beberapa jam setelah makan ?
Apakah rasa sakit membangunkan anda pada waktu malam ?
6. Apakah rasa sakit bertambah parah saat anda berbaring ?
Bila anda membungkukkan badan ?
7. Apakah rasa sakit dapat dihilangkan dengan makanan ?
Apakah makanan tertentu, kopi, minuman berkarbonat
membuat rasa sakit anda bertambah parah ?
8. Apakah anda minum alkohol ? Berapa banyak ?
Apakah rasa sakit bertambah parah setelah minum alkohol ?
Obat Antasida 243

Pertanyaan Yang Ditanyakan


Dalam Penilaian Dan Konseling Pasien (2)
9. Apakah berat badan anda turun ?
10. Apakah anda mengalami muntah darah
atau bahan hitam seperti kopi ?
11. Apakah feses anda ada darah atau hitam atau seperti ter ?
12. Apakah anda pernah ke dokter untuk gejala ini ?
Jika ya, apa yang dokter anda sarankan untuk dilakukan ?
13. Apakah dulu anda menggunakan antasida
untuk mengobati rasa sakit ini ? Antasida apa ?
Bagaimana anda minum antasida tersebut ?
Apakah dapat menghilangkan sakit anda ?
14. Obat resep atau non resep apa yang anda minum secara teratur ?
Apakah anda baru - baru ini minum obat
yang mengandung aspirin atau ibuprofen ?
15. Apakah anda merokok ? Berapa banyak ?
244
Obat Antasida
Pertanyaan Yang Ditanyakan
Dalam Penilaian Dan Konseling Pasien (3)
16. Apakah anda atau keluarga anda
pernah mengalami penyakit ulcer ?
17. Apakah anda mengalami masalah kesehatan
seperti penyakit diabetes atau ginjal atau jantung ?
Apakah anda baru-baru ini berada dibawah
pengawasan dokter untuk masalah kesehatan ?
18. Apakah anda dalam diet khusus
seperti diet rendah garam ?
245
Obat Antidiare
Pertanyaan Yang Ditanyakan
Dalam Penilaian Dan Konseling Pasien (1)
1. Berapa lama anda mengalami diare ( ≥ 2 hari ) ?
2. Apakah diare terjadi tiba-tiba ?
3. Seberapa sering diare terjadi ?
4. Apa karakter feses anda ( konsistensi, bau, dan warna ) ?
5. Apakah feses anda mengandung darah atau lendir ?
6. Apakah diare anda dibarengi dengan gejala yang lain
seperti demam, tidak enak badan, anoreksia, muntah, pusing,
jantung berdebar, gas, atau sakit perut ?
7. Apakah anda pernah mencoba obat antidiare ?
Produk apa ? Apakah efektif ?
8. Berapa umur anda ?
246

Obat Antidiare
Pertanyaan Yang Ditanyakan Dalam Penilaian
Dan Konseling Pasien (2)
9. Apakah anda sering buang air besar secara normal ?
10. Apakah keluarga anda mengalami gejala yang sama ?
11. Apakah baru-baru ini diet anda berubah ?
12. Dapatkah anda menghubungkan awal diare
dengan penyebab khusus seperti makanan (produk susu)
atau obat ?
13. Apakah baru-baru ini anda pergi ke luar kota atau luar negeri ?
14. Apakah baru-baru ini anda mengkonsumsi air non clorinasi
seperti dari sungai, kolam atau danau ?
15. Apakah baru-baru ini anda minum obat resep atau non resep ?
Obat apa ?
16. Apakah anda menderita penyakit diabetes, jantung,
pembuluh darah, atau penyakit kronik lain ?
247
Obat Pencahar
Pertanyaan Yang Ditanyakan Dalam
Penilaian Dan Konseling Pasien (1)
1. Kenapa anda merasa perlu pencahar ?
2. Apakah anda sedang atau pernah mengalami sakit perut
atau perut kembung, berat badan turun, mual atau muntah ?
3. Gejala lain apa yang anda alami ?
4. Apakah baru-baru ini anda diobati dokter untuk suatu penyakit ?
5. Apakah baru-baru ini perut anda dioperasi ?
6. Apakah anda hamil ?
7. Apakah anda sering buang air besar secara normal ?
Apakah anda memperhatikan perubahan frekuensinya ?
8. Apakah dapat menggambarkan buang air besar anda ?
Apakah baru-baru ini buang air besar secara alami berubah ?
9. Apakah feses anda berubah ? Seperti apa ?
10. Sudah berapa lama mengalami konstipasi ?
11. Apakah anda mencoba menghilangkan konstipasi
dengan banyak makan sereal, roti yang mengandung serat tinggi,
buah atau sayuran ?
248
Obat Pencahar
Pertanyaan Yang Ditanyakan Dalam Penilaian
Dan Konseling Pasien (2)
12. Apakah anda sering melakukan olahraga ?
13. Berapa gelas air atau cairan lain yang anda minum setiap sehari ?
14. Apakah sebelumnya anda menggunakan pencahar
untuk menghilangkan konstipasi ?
15. Apakah anda minum pencahar sekarang ?
Apakah sering dan berapa lama anda menggunakan pencahar ?
16. Apakah anda mengalami efek yang tidak diinginkan
dari pencahar seperti diare atau sakit perut ?
17. Apakah baru-baru ini anda minum obat selain pencahar ?
Jika ya, obat resep atau non resep apa yang anda minum ?
18. Apakah anda alergi terhadap obat ?
249

TERIMA KASIH
250
Internal Analgesic Products
Questions To Ask In Patient Assessment And Counseling (1)

• Where is the pain ? Is it in one place, such as a particular muscle or area of skin,
or does it spread to other parts of the body ? Is any part of your body red
and swollen ? Have you recently sustained a physical injury ?
• What type of pain do you have ? Is it sharp, dull, aching, knifelike, etc. ?
Is it constant or does it come and go ? Did it develop suddenly ?
• Does the pain occur at any particular time of the day ? Does anything make it worse
or better ? Is it relieved by changing your body position ?
• Do you have any other symptoms that you feel might be associated with the pain
(eg., visual disturbances, numbness, weakness, a tingling sensation, dizziness,
unusual drowsiness, nausea, vomiting, fever, mental confusion,
or unusual sensitivity to light or sounds) ?
• Have you had this pain before ? If so, what medications did you take to relieve
or manage the pain ?
• What have you already taken ? How much and for how long ?
• Do aspirin or other pain relievers upset your stomach ?
251
Internal Analgesic Products
Questions To Ask In Patient Assessment And Counseling (2)

• Have you ever had an allergic reaction to aspirin ?


• Do you now have or have you ever had asthma, allergies, ulcers, gout,
high blood pressure, heart failure, kidney disease, or a blood-clotting disorder ?
• Are you now taking medication for gout, arthritis, asthma, high blood pressure,
or diabetes ?
• Are you currently taking any drug that may thin your blood ? Have you taken
any such drug within the last week ?
• What other prescription or nonprescription drugs are you now taking ?
• Does the intended child or young adult consumer of an aspirin – containing product
have a viral influenza or chickenpox ?
• Are you pregnant ? Are breast-feeding ? If you are pregnant, do you plan
to breast-feed ?
• (If appropriate) How high is your fever, and how long have you had it ?
252

Anthelmintic Products
Questions To Ask In Patient Assessment And Counseling
• Who is the patient ? (Who is this for ?)
• Why do you think you or your child might have worms ?
• Have you seen any worms in stools ?
• Describe your symptoms. Have you had any nausea, diarrhea, abdominal pain,
rectal itching, or weight loss ? Do you become fatigued easily ?
• How long have the symptoms been present ?
• Are other members of your family or close contacts also affected ?
• Have you seen a physician for this problem ?
• Has the problem occurred in the past ? How was it treated ?
Did the treatment work?
• If the patient is not an adult, what is the age and approximate weight of
the patient?
• If the patient is female, is she pregnant or breast feeding ?
• Have you traveled out of the country ? If so, where and when ?
Dermatologic Products 253

Questions To Ask In Patient Assessment And Counseling


• How long have you had this skin problem ? Has it changed since you have had it ?
Does it seem to come and go ?
• What areas are involved ? What does the skin look like (for those areas covered
by clothing)?
• How does the skin feel (itchy, painful) ? Is it dry or wet ?
• Do you scratch your skin ? How often ? When ?
• Do others in your family have a similar skin condition ? Do allergies, asthma, or hay fever run
in your family ?
• Do you notice a seasonal change in the skin problem ?
• Is there anything such as work activities ; household cleaning ; changing soaps, deodorants,
or shampoos ; or wearing jewelry that seems to make the skin condition worse ?
• Have consulted a physician about your skin problem ? If so, what treatment was suggested ?
Are currently following the treatment ?
• Are you currently using any prescription or nonprescription medication ?
If so, what are they?
• Have you already tried some skin care products ? If so, which ones ?
How effective were they?
• Do you prefer one type of product – lotion, cream, gel, etc. – over another ?
• How old are you or how old the patient (if a child) ?
254
255

CURRICULUM VITAE
• Nama : Apt. Dra. Alfina Rianti, M Pharm.
• Jabatan : - Koordinator Pelayanan Kefarmasian (Farmasi Klinik)
Instalasi Farmasi, RSUP Fatmawati
- Koordinator Pembinaan & Optimalisasi Praktik Profesi
PC IAI Jakarta Selatan
• Pendidikan :
- S1, Apoteker – Universitas Indonesia
- S2 Clinical Pharmacy – Universiti Sains Malaysia
• Dosen :
- Farmasi Klinik ; Komunikasi, Informasi dan Edukasi di ISTN
- Komunikasi, Informasi dan Edukasi di Universitas Pancasila
- Komunikasi, Informasi dan Edukasi di Uhamka
- Interaksi Obat di UIN
- Farmasi Klinik di Akademi Farmasi Bhumi Husada
- Farmasi Rumah Sakit di Poltekkes
256

TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM (TPU)

Setelah mengikuti pembelajaran ini,


pembelajar mampu melakukan
pertolongan keracunan
sesuai dengan pedoman
257

TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS


(TPK)
Setelah mengikuti pembelajaran ini, pembelajar mampu :
• Menjelaskan perbedaan antara pusat keracunan
dan pelayanan informasi obat
• Menjelaskan pertanyaan yang harus ditanyakan
di pusat keracunan
• Menjelaskan pengertian racun
STRUKTUR ORGANISASI 258

PUSAT INFORMASI OBAT


DAN MAKANAN
SUB BAGIAN
TATA USAHA

BIDANG INFORMASI BIDANG INFORMASI BIDANG TEKNOLOGI


OBAT KERACUNAN INFORMASI

SUB BIDANG SUB BIDANG SUB BIDANG


LAYANAN LAYANAN SISTEM
INFORMASI OBAT INFORMASI PERANGKAT
KERACUNAN KERAS DAN
PERANGKAT
LUNAK

SUB BIDANG SUB BIDANG SUB BIDANG


PENGOLAHAN DATA TOKSIKOVIGILANS APLIKASI
OBAT
259
TOKSIKOVIGILANS
Suatu kegiatan / observasi untuk mencegah keracunan

ALUR KEGIATAN TOKSIKOVIGILANS


DATA ILMIAH
O
DA E
B
TA V
S
A
E
A PERSIAPAN L TATA LAKSANA
R
W OBSERVASI U PENCEGAHAN
V
A A
A
L S
S
I
I

• Data dan kasus masuk SIKer


• Data kasus keracunan
dari rumah sakit / IGD
• Informasi produk teknis yang diperoleh
dari literatur, pabrik dan importir
kimia berbahaya
• Media massa / lintas sektor
260
•Update informasi / resiko toksik
L •Penyampaian informasi •Penatalaksanaan
A kepada tenaga medis
N •Pengangkutan dan penggunaan
G yang benar
S •Menyampaikan informasi •Penyimpanan yang benar
U kepada masyarakat •Resiko tertentu dari bahan
N beresiko tinggi berbahaya kimia dan racun
G serta pertolongan pertamanya

TATA LAKSANA
PENCEGAHAN
•Memberi pengertian dan saran
tentang :
•Penandaan yang benar
T •Mengantisipasi unit-unit •Pengamanan yang aman
A yang bertanggung jawab •Menyarankan menghentikan
K agar siap siaga menghadapi peredaran serta penarikan
keracunan bahan berbahaya kembali suatu produk tertentu
L
A
N
•Menyarankan jika memungkinkan
G produksi produk yang toksisitasnya
S lebih rendah
U •Kontak dengan produsen •Pengemasan yang aman
N •Penampilan yang tepat
G dari bahan berbahaya
261

SENTRA INFORMASI KERACUNAN


(SIKer)

Suatu unit kerja yang secara aktif mencari


dan mengumpulkan data / informasi keracunan,
kemudian menyiapkannya menjadi informasi siap pakai
yang teliti, benar dan mutakhir untuk diberikan / diinformasikan
kepada masyarakat luas, profesional kesehatan
serta instalasi pemerintah / swasta yang membutuhkannya
dalam rangka mencegah dan mengobati keracunan.
262

TUJUAN
Tertanggulanginya masyarakat dari bahaya
akibat bahan / produk yang dapat menimbulkan keracunan
yang sekaligus menurunkan angka kesakitan / kematian
akibat keracunan
SASARAN
Terlayaninya seluruh masyarakat
dan tenaga profesi kesehatan secara cepat dan benar
akan informasi bahaya dan penanganan keracunan
yang disebabkan oleh bahan alami, bahan / produk
yang beredar di Indonesia yang dapat menimbulkan
keracunan akut maupun kronis
263

PERBEDAAN ANTARA
PUSAT KERACUNAN
DAN PELAYANAN INFORMASI OBAT

• Pusat keracunan menerima lebih banyak telepon


dari konsumen
• Jawaban biasanya diperlukan lebih cepat
pada pusat keracunan
• Beberapa pusat keracunan bekerja 24 jam sehari
• Pusat keracunan seringkali dipimpin oleh
non-farmasis spesialis informasi keracunan
264
KEAHLIAN BERTELEPON
• Memformulasikan jawaban yang tepat
– Tingkat pengetahuan yang cukup
– Kemampuan membuat keputusan
– Menyadari keterbatasan seseorang
dalam manajemen khusus
• Keahlian berkomunikasi
– Wawancara sejarah
– Menyebarkan informasi
• Pertanyaan yang harus ditanyakan untuk mencapai sejarah
yang dapat dipercaya meliputi :
– Nama produk (dan pabrik)
– Jenis kontak dengan produk
– Jarak waktu terakhir sejak kontak
– Umur dan berat badan pasien
– Perkiraan jumlah produk yang terminum
– Tanda-tanda / gejala yang nyata
– Perawatan yang diberikan
– Rasa sakit yang ada / pengobatan sekarang
• Sikap kasihan, sopan santun dalam meningkatkan hubungan
dengan masyarakat
265

ALUR MENJAWAB PERTANYAAN


LAYANAN INFORMASI KERACUNAN

PERTANYAAN KLASIFIKASI 2 INFORMASI


1
• Langsung • Penanya LATAR BELAKANG
• Telepon / fax • Pertanyaan PASIEN
• Surat / email

3
5

6 4 PENCARIAN LITERATUR
KATALOG JAWABAN YANG SISTEMATIS
(1st, 2nd, 3rd)
266

ALUR PENGISIAN DATA BASE KERACUNAN


SPIM KERACUNAN SPIM KERACUNAN
DAERAH NASIONAL

DATA PERMINTAAN FORMULIR SIKer DATA BASE


INFORMASI PERMINTAAN
KERACUNAN INFORMASI
KERACUNAN

DATA BASE
DATA KASUS FORMULIR DATA BASE SIKer
KERACUNAN KASUS KASUS NASIONAL
RUMAH SAKIT KERACUNAN KERACUNAN
RUMAH SAKIT

FORMULIR DATA BASE EVALUASI


INSIDEN KERACUNAN
KASUS INSIDEN
KERACUNAN KERACUNAN

KATALOG LAPORAN

REKOMENDASI
267

SUMBER DATA / INFORMASI KERACUNAN

• Pertanyaan yang masuk SIKer


• Laporan kasus keracunan
– Rumah sakit
– Balai POM
– Kepolisian / instansi terkait
• Hasil survei collecting data
kasus keracunan oleh SIKer
268

TOKSIKOLOGI
• Merupakan ilmu pengetahuan yang berkaitan
dengan sumber, karakteristik dan kandungan racun,
gejala dan tanda yang disebabkan racun, dosis fatal,
periode fatal dan penatalaksanaan kasus keracunan.

• Periode fatal merupakan selang waktu antara


masuknya racun dalam dosis fatal rata-rata
sampai menyebabkan kematian
pada rata-rata orang sehat
269

RACUN
Merupakan bahan yang membahayakan
bila masuk ke dalam tubuh.
Bahayanya bisa ringan
(misalnya sakit kepala atau muntah) atau berat
(misalnya tidak sadar atau tiba-tiba panas tinggi)
dan bila keracunan berat
bisa menyebabkan kematian.
270

PEMAPARAN
• Pemaparan Akut
merupakan kontak tunggal yang berlangsung
untuk beberapa detik, menit, jam atau
beberapa pemaparan selama sehari atau lebih

• Pemaparan Kronik
merupakan kontak yang berlangsung
beberapa hari, bulan atau tahun
271

CARA MASUK RACUN KE DALAM TUBUH


• Penelanan
• Terinhalasi (terhirup)
• Kontak dengan kulit atau mata
• Digigit dan disengat binatang
272

KERACUNAN
• Bahan kimia
• Bahan tambahan pangan
• Obat
• Pestisida
273

BAHAN KIMIA
• Alkali • Kadmium oksida
• Amonia • Kalium klorat
• Arsen trioksida • Kalium sianida
• Asam klorida • Karbon monoksida
• Asam nitrat • Kloroform
• Asam oksalat • Merkuri klorida
• Asbestos • Naftalen
• Aseton • Ozon
• Benzalkonium klorida • Terpentin
• Etilen oksida • Tinner
• Fenol • Timbal
• Hidrogen peroksida
274

BAHAN TAMBAHAN PANGAN


Bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan
dan biasanya bukan merupakan ingredien khas makanan,
mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi,
yang dengan sengaja ditambahkan ke dalam makanan
untuk maksud teknologi (termasuk organoleptik)
pada pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan,
pengepakan, pengemasan, penyimpanan
atau pengangkutan makanan untuk menghasilkan atau
diharapkan menghasilkan (langsung atau tidak langsung)
suatu komponen atau mempengaruhi sifat khas makanan
tersebut
275

BAHAN TAMBAHAN PANGAN


Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 722/Men.Kes/Per/IX/88

YANG DIIZINKAN YANG DILARANG


• Antioksidan • Asam borat dan senyawanya
• Antikempal (anticaking agent) • Asam salisilat dan garamnya
• Pengatur keasaman
• Pemanis buatan
• Dietilpirokarbonat
• Pemutih dan pematang tepung • Dulsin
• Pengemulsi, pemantap, • Kalium klorat
pengental • Kloramfenikol
• Pengawet
• Pengeras • Minyak nabati yang dibrominasi
• Pewarna • Nitrofurazon
• Penyedap rasa dan aroma, • Formalin
penguat rasa
• Kalium bromat
• Sekuestran
276

BAHAN TAMBAHAN PANGAN


• Borat • Monosodium glutamat
• Aspartam • Nitrofurazon
• Benzaldehida • Rodamin B
• Cantaxantin • Sakarin
• Formalin • Sodium benzoat
• Kalium bromat • Sulfit
• Metanil yellow • Tartrazin
277

OBAT

– Amfetamin
– Barbiturat
– Digitalis
– Efedrin
– Karbamazepin
– Obat hipoglikemi
– Parasetamol
– Propanolol
– Rifampisin
– Salisilat
278

PESTISIDA
• Aluminium fosfida • Metidation
• Atrazin • Sipermetrin
• Benomil • Tembaga oksiklorida
• Deltametrin • Brodifakum
• Dikofol • D-aletrin
• Endosulfan • Deet
• Fenotrotion • Diklorvos
• Fenfalerat • Paradiklorobenzen
• Karbaril • Propoksur
• Karbofuran • Temepos
• Klorpirifos • Transflutrin
• Metil bromida
279

CARA MENYIMPAN
• Simpan dalam ruangan yang kering, tidak terjangkau oleh anak-anak,
jauh dari makanan dan minuman, sumber air, hewan piaraan
serta orang yang tidak mengerti kegunaannya. Simpan dalam wadahnya sendiri
dan jangan menggunakan wadah lain karena orang yang tidak mengetahuinya
dapat mengira makanan atau minuman
• Simpanlah selama waktu yang diperlukan
• Jika bahan dalam bentuk cairan tumpah, serap dengan serbuk gergaji atau pasir,
kumpulkan bahan ke wadah yang tertutup rapat untuk dibuang dan
hindari dari sumber air atau saluran air. Jangan menyentuh bahan yang tumpah.
• Untuk menghindari debu dari bahan yang tumpah basahi dengan alkohol kemudian
serap dengan kertas absorban lalu pindahkan ke wadah yang tertutup rapat
dan permukaan yang terkena bahan yang tumpah dicuci dengan air dan sabun
• Hindari panas, percikan atau nyala api dan sumber lainnya yang menimbulkan
kebakaran. Hindari kontak dengan bahan yang inkompatibel
• Jika terjadi kebakaran pada tempat penyimpanan gunakan pemadam api dengan
CO2, kimia tepung kering atau busa. Gunakan agen pemadam kimia kering biasa,
pasir, kapur (“lime”) dan abu soda (“soda ash”). Simpan terpisah dari bahan asam,
dan tahan panas. Jangan menyimpan dalam ruang yang lembab
280

CARA MENGGUNAKAN
• Bacalah label dan informasi lain sebelum menggunakannya. Jika tidak jelas dapat
ditanyakan pada orang yang mengetahuinya, misalnya pada toko yang menjualnya atau
pada petugas pertanian / penyuluh pertanian dan pada petugas Sentra Informasi
Keracunan. Sebelum membaca dan mengerti isi pada label jangan menggunakannya
• Jangan makan, minum atau merokok selama bekerja
• Yakinkan peralatan menyemprot bekerja dengan baik sebelum menyemprot
• Pada saat mencampur / mengencerkan, menyemprot ke lahan pertanian dan
membersihkan alat penyemprot jangan mengerjakan sendiri dan hindari pemakaian
tangan kosong sebaiknya menggunakan sarung tangan karet, sepatu bot, kaca mata,
pelindung pernapasan dan baju kerja yang menutupi kulit seluas mungkin. Jangan
menggunakan pakaian / sepatu / sarung tangan yang kotor dan rusak. Hindari kontak
dengan kulit, mata dan membran mukosa pernafasan
• Pada saat menyemprot sebaiknya jangan makan, minum dan merokok. Hindari teknik
penyemprotan yang salah. Jangan menyemprot berlawanan dengan arah angin
• Hentikan menyemprot jika terjadi bercak di kulit atau merasa tidak sehat, merasa ada
gangguan penglihatan, berkeringat, haus, nyeri kepala, perasaan dingin atau flu. Segera
ke dokter dengan membawa label produk tersebut
281

CARA MEMBUANG BAHAN


• Pilihlah tempat untuk mengubur
atau membakar bekas wadah.
Jangan membuang di tempat sampah
atau tempat lain yang dapat terjangkau anak
• Jangan membuang wadah bekas ke sumber air
atau selokan
• Jangan membakar wadah yang bertekanan tinggi
282
PERTOLONGAN KERACUNAN SECARA UMUM

Pada kebanyakan kasus keracunan, biasanya jumlah bahan yang menyebabkan keracunan
tidak diketahui. Karena itu prinsip penatalaksanaan keracunan adalah mengobati pasien,
bukan racunnya.

Pasien Masuk

Stabilisasi :
• Triase
• Resusitasi
kardiopulmonal

Dekontaminasi ,
Eliminasi, Antidotum
Pertolongan pada keadaan khusus

Rujuk
283

TRIASE
berdasarkan skala prioritas kegawat-darutan pasien keracunan

• Gawat darurat
• Gawat tidak darurat
• Darurat tidak gawat
• Tidak gawat tidak darurat
• Pasien keracunan akut yang datang
sudah dalam keadaan meninggal :
mendapat LABEL HITAM
dan merupakan prioritas terakhir
284

GAWAT DARURAT
• Keadaan mengancam nyawa
yang jika tidak segera ditolong dapat meninggal atau cacat
sehingga perlu ditangani dengan prioritas pertama.
• Pada penanggulangan keracunan massal,
pasien Gawat Darurat mendapat LABEL MERAH
• Setelah stabil, pasien segera dilakukan terapi definitif
berupa : dekontaminasi, eliminasi, pemberian antidotum
(jika ada) dan selanjutnya dirujuk ke rumah sakit
• Pasien keracunan akut dengan penurunan kesadaran,
gangguan jalan nafas, gangguan pernafasan,
gangguan sirkulasi atau pemaparan pada mata
yang potensial mengakibatkan kebutaan
285

GAWAT TIDAK DARURAT


• Keadaan mengancam nyawa
tetapi tidak memerlukan tindakan darurat.
• Keadaan ini termasuk prioritas ke dua
dan setelah dilakukan resusitasi
segera dirujuk untuk penanganan selanjutnya.
• Pada penanggulangan keracunan massal,
pasien Gawat Tidak Darurat mendapat
LABEL PUTIH / ABU-ABU.
• Setelah stabil, pasien dilakukan terapi definitif berupa :
dekontaminasi, eliminasi, pemberian antidotum (jika ada)
dan selanjutnya dirujuk ke rumah sakit
• Misal : pasien kanker stadium lanjut
yang mengalami keracunan akut pestisida
286

DARURAT TIDAK GAWAT


• Keadaan yang tidak mengancam nyawa
tetapi memerlukan tindakan darurat
dan merupakan prioritas ke tiga
• Pada penanggulangan keracunan massal,
pasien Darurat Tidak Gawat mendapat LABEL KUNING
• Pasien biasanya sadar, tidak ada gangguan pernafasan
dan sirkulasi serta tidak memerlukan resusitasi.
• Pasien dapat langsung dilakukan terapi definitif berupa :
dekontaminasi, eliminasi, pemberian antidotum (jika ada)
• Pasien dapat dirawat di puskesmas yang memiliki
tempat perawatan atau rumah sakit terdekat
atau jika keadaannya ringan dapat dipulangkan
287

TIDAK GAWAT TIDAK DARURAT


• Keadaan yang tidak mengancam nyawa
dan tidak memerlukan tindakan darurat.
• Gejala dan tanda klinis ringan atau asimptomatis
dan merupakan prioritas ke empat
• Pada penanggulangan bencana keracunan pasien
Tidak Gawat Tidak Darurat mendapat LABEL HIJAU
• Setelah mendapat terapi definitif berupa :
dekontaminasi, eliminasi, pemberian antidotum (jika ada),
pasien dapat dipulangkan
288
PERTOLONGAN PERTAMA
PADA KASUS KERACUNAN AKUT (1)
• Periksalah apakah pasien sadar
Cobalah membangunkan pasien dengan cara
menepuk / menggoyangkan bahunya dan bertanya
cukup keras : “Apakah kamu baik-baik saja ?“ atau
“Siapa namamu ?“ atau “Coba buka matamu !”
Jika pasien sadar atau tidur, ia akan bangun.
Jika tidak sadar ia tidak bangun.
Bila pasien tidak sadar, segera beri oksigen
dan berteriak memanggil petugas lainnya
untuk pertolongan resusitasi.
Prosedur evaluasi ini tidak boleh melebihi 3-5 detik
289

Memeriksa respon pasien dengan cara


menepuk bahu pasien
290

Segera berteriak meminta tolong


PERTOLONGAN PERTAMA 291

PADA KASUS KERACUNAN AKUT (2)


• Periksalah apakah pasien bernafas dan apakah ada sumbatan jalan nafas
Look :
Lihat gerakan nafas / pengembangan dada / perut atau adanya retraksi sela iga.
Gerakan dada yang asimetris atau adanya retraksi dada
menunjukkan adanya gangguan jalan nafas.
Listen :
Mendengar aliran udara pernafasan dengan cara mendekatkan telinga penolong
dengan hidung atau mulut penderita. Apabila terdengar suara nafas
seperti mengorok (stridor) menunjukkan adanya sumbatan jalan nafas.
Feel :
Merasakan adanya aliran udara pernafasan dan gerakan pengembangan dada.
Tidak adanya aliran udara pernafasan atau gerakan pengembangan dada
menunjukkan adanya gangguan pernafasan.

Prosedur evaluasi ini tidak boleh melebihi 3-5 detik.


292

Nilai Pernafasan
Lihat

Dengar

Rasakan

Waktu : 10 detik

Henti Nafas - Nafas Tidak Adekuat  nafas buatan


293
PENATALAKSANAAN JALAN NAFAS
JIKA PASIEN TIDAK BERNAFAS ATAU ADA GANGGUAN PERNAFASAN
• Tujuan :
membebaskan jalan nafas
untuk menjamin pertukaran udara.
• Diagnosis sumbatan jalan nafas :
nafas berbunyi / ngorok, retraksi dada, sianosis
dan nafas cepat.
• Tindakan:
1. Membuka jalan nafas
2. Membersihkan jalan nafas
3. Mengatasi sumbatan partial
294

AIRWAY (JALAN NAFAS)

• Pemeriksaan jalan napas


295

MEMBUKA JALAN NAFAS


• Prosedur ini tidak boleh melebihi 3-5 detik.
Dengan prosedur triple manuever yang terdiri dari :

- Manuver Tengadah Kepala (Head Tilt) :


Caranya : letakan 1 telapak tangan di dahi korban dan tekan ke belakang /
ke bawah, kepala tengadah sehingga penyangga tidak tegang
dan lidah terangkat ke depan.

- Manuver Topang Dagu (Chin Lift) :


Caranya : gunakan jari tengah dan jari telunjuk
untuk memegang dagu pasien, kemudian angkat dan dorong ke depan

- Manuver Pendorongan Mandibula (Jaw Thrust Maneuveur) :


Caranya : dorong sudut rahang bawah kiri dan kanan ke arah depan,
sehingga barisan gigi bawah berada di depan barisan gigi atas,
Atau masukkan ibu jari ke dalam mulut
dan bersama jari-jari lain menarik dagu ke depan

• Jika diduga terdapat cedera tulang, maka Head Tilt dan Chin Lift tidak boleh dilakukan,
hanya bisa dilakukan Jaw Thrust Mandibula
296
297

MEMBERSIHKAN JALAN NAFAS


• Membuka mulut dengan teknik cross finger
dan melakukan sapuan jari (Finger Sweep) :
Dilakukan jika jalan nafas tersumbat
karena adanya benda asing (misalnya muntahan)
di rongga mulut tenggorokan.
• Caranya : miringkan kepala pasien
dengan Jaw Thrust Manuveur dan tekan dagu ke bawah
sehingga otot rahang lemas. Mulut dibuka dengan teknik
cross finger. Dengan menggunakan jari kita
(memakai sarung tangan / kain / kassa) sapu / korek /
gaet semua benda asing dari dalam rongga mulut
dan tenggorokan. Keluarkan gigi palsu jika ada.
Jika pasien mulai bernafas kembali,
miringkan ke salah satu sisi dengan posisi pemulihan
298
299

MENGATASI SUMBATAN PARTIAL (1)


• Hentakan abdominal / subdiafragma (Abdominal Thrust, Manuver Heimlich) (1)

Prosedur ini untuk orang dewasa

Jika pasien sadar dengan posisi berdiri atau duduk


- Bantu pasien agar tetap berdiri atau condong ke depan dengan merangkul
dari belakang.
- Penolong berdiri di belakang korban, melingkari pinggang korban
dengan kedua lengan.
- Kepalkan satu tangan dengan sisi jempol tangan di kepalan
letakkan pada perut korban, sedikit di atas pusar dan di bawah ujung
Processus xiphoideus. Pegang erat kepalan tangan dengan tangan lainnya.
- Hentakan mendadak dan keras serta cepat ke arah atas.
- Ulangi hingga jalan nafas bebas atau hentikan jika pasien menjadi tidak sadar
dan ulangi tindakan tersebut pada posisi pasien terlentang.
300

MENGATASI SUMBATAN PARTIAL (2)


• Hentakan abdominal / subdiafragma (Abdominal Thrust, Manuver Heimlich) (2)

Jika pasien tergeletak tidak sadar


- Pasien harus diletakan pada posisi terlentang dengan muka ke atas.
- Penolong berlutut di sisi paha pasien
- Penolong meletakan dasar dari sebuah tangan pada abdomen,
pada garis tengah sedikit di atas pusar dan jauh di bawah ujung
Processus xiphoideus.
- Tangan kedua langsung di atas tangan pertama.
Penolong menekan ke arah abdomen dengan hentakan yang cepat ke arah atas.
- Jika penolong berada pada posisi yang tepat
ia berada pada posisi mid-abdominal
sehingga tidak akan melakukan hentakan ke kanan atau ke kiri.
- Tarik lidah dan lihat adakah benda asing.
301
302

MENGATASI SUMBATAN PARTIAL (3)


• Hentakan dada (Chest Trust) (1)

Prosedur ini untuk anak > 1 tahun, orang gemuk atau wanita hamil

Jika pasien sadar dengan posisi berdiri atau duduk


- Penolong berdiri di belakang pasien dan lengan penolong di bawah ketiak
dan melingkari pasien.
- Penolong harus meletakan sisi ibu jari dari tangan yang dikepalkan
pada pertengahan tulang dada kira-kira satu jari di bawah garis imajinasi
antar puting susu (tetapi menjauhi Processus xiphoideus dan batas sela iga)
- Penolong kemudian memegang kepalan tersebut dengan tangan yang lain
dan melakukan hentakan ke arah belakang sampai benda asing terlempar
ke luar atau tindakan segera dihentikan apabila pasien menjadi tidak sadar.
- Setiap hentakan harus dilakukan dengan tujuan mengatasi obstruksi jalan nafas.
- Ulangi hingga jalan nafas bebas atau hentikan
apabila pasien menjadi tidak sadar dan ulangi tindakan tersebut
pada posisi pasien terlentang.
303

MENGATASI SUMBATAN PARTIAL (4)


• Hentakan dada (Chest Trust) (2)

Jika pasien tidak sadar dengan posisi tergeletak


- Penolong meletakan pasien pada posisi terlentang dan berlutut di sampingnya.
- Posisi tangan untuk aplikasi hentakan adalah sama dengan posisi kompresi
dada luar untuk orang dewasa, yaitu dasar tangan pada bagian bawah sternum
- Setiap hentakan harus dilakukan dengan lambat, jelas
dan dengan tujuan mengatasi obstruksi jalan nafas
- Tarik lidah dan lihat adakah benda asing
304
305

MENGATASI SUMBATAN PARTIAL (5)


• Hentakan punggung (Back blow) pada bayi

Caranya :
- Bayi ditunggingkan / ditelungkupkan pada lengan penolong
dengan kepala lebih rendah dari badan
dan kepala ditahan dengan menahan pada rahang bawah
- Dada bayi terletak pada lengan voler penolong
- Kemudian dengan menggunakan pangkal telapak tangan yang lain
berikan empat kali pukulan di antara ke dua tulang belikat.
- Setelah memberikan pukulan penolong meletakan tangannya yang bebas
pada punggung bayi sehingga terjepit di antara ke dua tangan.
Tangan bawah menekan leher, rahang dan dada sedangkan tangan lainnya
menahan punggung. Sambil tetap menahan kepala dan leher,
bayi diletakan di atas pangkuan penolong dengan kepala lebih rendah
daripada badan, kemudian empat kali hentakan di dada dilakukan
seperti pada kompresi dada tetapi dengan kecepatan yang lambat
306
307

MENGATASI SUMBATAN PARTIAL (6)


• Jika fasilitas memungkinkan, membuka jalan nafas
dapat menggunakan : pipa orofarings / mayo,
pipa nasofarings, pipa endotrakeal, tindakan krikotirotomi
atau trakeostomi. Membersihkan jalan nafas
dengan menggunakan alat pengisap (suction) atau
laringoskop dan forcep. Untuk mempertahankan
jalan nafas dapat dengan pemasangan pipa orofarings /
mayo atau pipa endotrakeal yang dimasukan
dengan bantuan laringoskop
308

PENATALAKSANAAN FUNGSI PERNAFASAN :


VENTILASI DAN OKSIGENASI
• Tujuan :
memperbaiki fungsi ventilasi dengan cara memberikan
pernafasan buatan untuk menjamin cukupnya kebutuhan
oksigen dan pengeluaran karbon dioksida.
• Diagnosis :
tidak adanya gerakan pernafasan dengan pemeriksaan
Look, Listen and Feel.
• Tindakan :
pertolongan dengan bantuan pernafasan buatan
dari mulut ke mulut dan dari mulut ke hidung tidak dianjurkan
pada pasien keracunan oleh karena dapat membahayakan
penolong. Jika fasilitas memungkinkan, dapat digunakan
Masker dan Ambubag atau Pipa orofarings bersayap
309
NAFAS BUATAN

Mulut Ke Mulut Mulut Ke Stoma

Mulut Ke Hidung

Mulut Ke Mask Bag Valve & Mask


310

PENATALAKSANAAN SIRKULASI (1)


• Tujuan : mengembalikan fungsi sirkulasi darah
• Diagnosis :
Henti jantung :
tidak ada denyut arteri karotis (pada orang dewasa) atau
arteri brakhialis (pada anak) yang dilakukan dalam 5-10 detik.
Syok :
tidak teraba atau melemahnya nadi radialis / karotis, pucat,
ekstremitas dingin dan basah
dan memanjangnya waktu pengisian kapiler > 2 detik.
311

Memastikan ada tidaknya nadi


312

PENATALAKSANAAN SIRKULASI (2)


Tindakan :
• Pada pasien henti jantung dilakukan pijat jantung luar 80-100 kali/menit.
• Pada pasien syok :
- Letakan pasien dengan posisi syok, yaitu mengangkat ke dua tungkai
lebih tinggi dari jantung.
- Pemasangan infus dengan jarum abocath yang besar (misalnya 16G)
di daerah lengan atas / ante-cubiti (lokasi lebih proksimal).
Sebaiknya pasang 2 jalur infus.
- Pemasangan jarum intraoseus pada bayi dan anak di bawah usia 6 tahun,
dilakukan bila pada keadaan mengancam nyawa
usaha pemasangan infus intravena gagal dilakukan.
Tindakan ini dilakukan hanya untuk life saving.
313

RESUSITASI JANTUNG PARU


Tujuan : untuk mengatasi henti jantung dan henti nafas.
Diagnosis : Henti nafas : tidak ada gerakan dan pernafasan
Henti jantung : tidak teraba denyut nadi karotis.
Tindakan :
• 1 (satu) orang penolong :
Memberikan pernafasan buatan (dengan masker dan ambubag)
dan pijat jantung luar dengan perbandingan 2 : 15.
• 2 (dua) orang penolong :
Memberikan pernafasan buatan (dengan masker dan ambubag)
dan pijat jantung luar yang dilakukan oleh masing-masing penolong
secara bergantian dengan perbandingan 1 : 5
314

CARA 1 (SATU) ORANG PENOLONG


1. Pada korban tidak sadar ( untuk memastikannya
dengan menggoyang- goyangkan / menepuk bahu atau dicubit )
2. Segera minta bantuan (misalnya berteriak ) tanpa meninggalkan pasien.
3. Atur posisi korban, terlentangkan di atas tempat yang keras dan rata
dengan cara menggelindingkan pasien.
Hati-hati dengan adanya patah tulang belakang.
4. Periksa apakah pasien bernafas atau tidak dengan cara Look , Listen and Feel
5. Bila tidak bernafas, buka jalan nafas : lakukan manuver tengadah kepala /
topang dagu / pendorongan mandibula.
6. Periksa kembali apakah pasien bernafas atau tidak dengan cara
Look, Listen and Feel (waktu evaluasi nafas 3-5 detik).
7. Bila tidak bernafas, berikan nafas buatan dengan masker dan ambubag
sebanyak 2 kali secara perlahan dan dalam. Perhatikan pengembangan dada
8. Raba denyut karotis ( dalam waktu 5-10 detik)
9. Bila karotis tidak teraba, lakukan pijat jantung dari luar 15 kali
(dalam waktu 9- 11 detik) pada titik tumpu tekan jantung,
tekan tulang dada sampai turun ± 5 cm ke dalam 80 – 100 kali/menit
315

KOMPRESI JANTUNG LUAR


316

Kompresi Jantung Luar

Posisi Tangan
317

KOMPRESI JANTUNG LUAR

30 : 2
318
Menentukan titik tumpu tekan jantung :
• Dengan jari tengah menyusuri lengkung iga paling bawah ke arah ulu hati
• Letakan 1 jari arah ke kepala di atas tulang dada
• Letakan tumit telapak tangan yang lain arah ke kepala di atas tulang dada
• Disinilah titik tumpu tekan jantung
on the centre of the chest 319

Tekanan pada dada

4-5 CM

Basic Trauma Cardiac Life


support (BTCLS)
320
10. Dengan ke dua lengan penolong tegak lurus tulang dada pada titik tumpu tekan jantung.
Ke dua telapak tangan penolong saling bertumpuk dengan satu pangkat (tumit)
telapak tangan bertumpu pada titik tumpu tekan jantung .
11. Lanjutkan pemberian nafas buatan dengan masker dan ambubag sebanyak 2 kali
secara perlahan dan dalam
12. Lengkapi tiap siklus dengan perbandingan 2 nafas buatan dibanding 15 pijatan jantung luar.
13. Lakukan evaluasi tiap akhir siklus ke empat (5-7 detik).
Nafas, denyut, kesadaran dan reaksi pupil.
14. Bila nafas dan denyut belum teraba, lanjutkan resusitasi jantung paru
hingga pasien membaik atau hentikan jika pasien meninggal.
321

Melakukan Kompresi Dada


322

CARA 2 (DUA) ORANG PENOLONG


1. Langkah 1-10 di atas tetap dilakukan oleh penolong pertama
hingga penolong ke dua datang
2. Saat penolong pertama memeriksa denyut nadi karotis dan nafas,
penolong ke dua mengambil posisi untuk menggantikan pijat jantung.
3. Bila denyut nadi belum teraba, penolong pertama memberikan nafas buatan
dengan masker dan ambubag secara perlahan dan dalam sebanyak 1 kali,
disusul penolong ke dua memberikan pijat jantung sebanyak 5 kali.
4. Lanjutkan siklus pertolongan dengan perbandingan : 1 kali nafas buatan
dengan masker dan ambubag (oleh penolong pertama)
dan 5 kali pijat jantung luar (oleh penolong kedua)
5. Lakukan evaluasi tiap akhir siklus ke empat (5-7 detik).
Nafas, denyut, kesadaran dan reaksi pupil
6. Bila nafas dan denyut belum teraba, lanjutkan resusitasi jantung paru
hingga pasien membaik atau hentikan jika pasien meninggal.
323
324

DEKONTAMINASI
Setelah keadaan pasien stabil, tanyakan mengenai jenis dan rute pemaparan

• Dekontaminasi pulmonal
• Dekontaminasi mata
• Dekontaminasi kulit (termasuk rambut dan kuku)
• Dekontaminasi gastrointestinal
a. Induksi muntah (emesis)
b. Pengenceran
c. Bilas lambung (gastric lavage)
d. Arang aktif dosis tunggal
e. Katartik
f. Irigasi usus
g. Endoskopi
h. Tindakan bedah
325

DEKONTAMINASI PULMONAL
Jika terpapar melalui inhalasi,
lakukan dekontaminasi pulmonal :
- Pindahkan / jauhkan korban ke tempat yang aman
dan udara segar.
- Monitor kemungkinan gawat nafas.
- Jika fasilitas memadai, berikan oksigen
(sebaiknya oksigen lembab 100%
dengan aliran optimal sesuai dengan keadaan pasien).
326

DEKONTAMINASI MATA
Jika terpapar pada mata, lakukan dekontaminasi mata.
Prosedur ini dilakukan sebelum dekontaminasi kulit pada pasien
yang matanya terpapar
- Posisi pasien duduk atau berbaring dengan kepala tengadah dan miring
ke sisi mata yang terpapar.
- Secara perlahan bukalah kelopak mata dan bilaslah (irigasi)
dengan sejumlah air bersih dingin atau larutan NaCl 0.9% perlahan
minimal selama 15 menit.
- Hindari bekas air cucian mengenai wajah atau mata lainnya.
- Jika masih belum yakin bersih, bilas kembali selama 10 menit.
- Jangan biarkan pasien menggosok matanya
- Tutuplah mata dengan kain kassa steril dan segera rujuk / konsul
ke dokter mata.
- Jika nyeri, iritasi, edema, lakrimasi dan fotopobia masih menetap
setelah 15 menit irigasi, segera rujuk ke dokter spesialis mata.
- Jika terpapar bahan kimia kaustik, asam atau alkali, lakukanlah irigasi
dengan NaCl fisiologis steril minimal selama 1 jam
atau sampai pemeriksaan dengan kertas lakmus pada cul-de-sacs
inferior dan superior menunjukan pH normal.
327
DEKONTAMINASI KULIT
(TERMASUK RAMBUT DAN KUKU)
Jika terpapar pada kulit, rambut atau kuku, lakukan dekontaminasi kulit.
- Lepaskan pakaian, arloji, sepatu dan perhiasan lainnya
yang terkontaminasi zat racun atau muntahannya
dan simpanlah dalam wadah / plastik tertutup.
- Bawa segera pasien ke air mengalir atau pancuran terdekat.
- Penolong perlu dilindungi dari percikan, misalnya dengan menggunakan
sarung tangan, masker hidung dan pakaian pelindung.
Hati-hati untuk tidak menghirupnya.
- Cuci dan gosok segera bagian kulit, kuku dan rambut yang terkena
dengan air mengalir dingin atau hangat dan sabun minimal 10 menit.
- Jika tidak ada air, sekalah kulit dan rambut pasien dengan kain
atau kertas secara lembut. Jangan digosok.
- Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut
- Untuk kulit yang terpapar bahan kaustik, lakukanlah irigasi
sesering mungkin selama 24 jam dengan NaCl fisiologis.
- Jangan beri penetralisir asam atau alkali
- Jangan beri cream atau vaselin karena dekontaminasi menjadi lebih sulit.
328

DEKONTAMINASI GASTROINTESTINAL
• Rute pemaparan racun yang paling sering terjadi
adalah dengan cara menelan.
• Tujuannya adalah untuk mengeluarkan
dan detoksikasi racun serta mencegah absorbsi
lebih lanjut sehingga efek toksik racun berkurang.
• Ada beberapa cara melakukan dekontaminasi
gastrointestinal tergantung simptomatologi
dan jenis racun yang tertelan
329

INDUKSI MUNTAH (EMESIS)


• Kontra indikasi :
- Jika pasien menelan racun yang tidak diketahui jenisnya
karena mungkin potensial aspirasi pneumoni jika terjadi kejang atau koma.
- Pasien tidak sadar atau sangat mengantuk.
- Pasien kejang.
- Tertelan lebih dari 2 jam
- Keracunan asam, basa kuat dan zat hidrokarbon.
- Keracunan yang dapat menyebabkan penurunan kesadaran,
henti nafas mendadak dan kejang.
• Caranya :
Stimulasi mekanis : dengan menyentuhkan jari atau ujung sendok
pada pangkal tenggorokan.
Kerugian cara ini adalah : dapat gagal, tidak komplit, traumatik dan
dapat menimbulkan refleks vagal dengan akibat henti jantung.
• Komplikasi yang dapat terjadi adalah :
- Aspirasi pneumonia
- Sindroma Mallory Weis (hematemesis ec kerusakan mukosa gastrointestinal bagian atas)
• Pemberian sirup ipekak tidak dianjurkan lagi karena dapat menyebabkan muntah
yang terus menerus (lebih dari 1 hari > 6 kali muntah), diare, syok, iritabilitas, diaforesis
dan hipertermi.
330

PENGENCERAN
Indikasi :
- segera setelah menelan racun yang bersifat alkali atau asam
lemah dan jika pasien sadar serta dapat menelan.
Kontra indikasi :
- pada penelan asam pekat atau bahan kaustik
- pasien dengan penurunan kesadaran
- pasien yang tidak dapat menelan
- gangguan pernafasan
- nyeri abdomen
Caranya :
beri minum air dingin atau susu sebanyak 250 ml (dewasa)
atau 15 ml/kg (anak).
331
BILAS LAMBUNG (GASTRIC LAVAGE)
• Prosedur ini dilakukan segera setelah pasien menelan sejumlah bahan kimia (biasanya 1-4 jam pertama).
Selama dilakukan tindakan ini, letakan pasien dalam posisi trendelenberg (kepala lebih rendah daripada badan)
dan left lateral decubitus (miring ke kiri) atau terpasang pipa endotrakheal.
• Kontra indikasi :
- Jika menelan bahan kimia yang bersifat asam atau alkali, karena potensial menyebabkan injuri mukosa gastrointestinal.
- Jika menelan bahan kaustik karena potensial terjadi aspirasi pneumoni.
- Setelah menelan bahan kaustik korosif
- Hilangnya refleks protektif jalan nafas
- Pasien dengan penurunan kesadaran (kecuali telah dipasang pipa endotrakheal)
- Jika menelan bahan kimia yang diketahui bersifat non toksik
• Caranya :
- Posisi kepala miring ke kiri dan menunduk. Lindungi jalan nafas dengan posisis Trendelenberg
(kepala lebih rendah daripada badan) dan left lateral decubitus ( miring ke kiri)
- Pasien tidak sadar harus sudah terpasang pipa endotrakheal
- Pasang pipa nasogastrik ukuran besar.
- Lakukan aspirasi
- Kemudian beri cairan NaCl fisiologis atau air hangat (38ºC) atau air dingin (suhu kamar) sebanyak 150- 300 ml
(untuk anak < 5 tahun 10 ml/kg berat badan ) dan lakukan bilas lambung sampai jernih.

Hati-hati pada kehamilan (terutama trimester ke 3), pasien dengan kelainan jantung, pasien dengan potensial terjadi
depresi sistem syaraf pusat atau kejang dan kemungkinan perforasi gastrointestinal.
Komplikasi : spasme laring, regurgitasi isi lambung, lesi pada esofagus dan lambung, pneumotoraks, irama jantung ektopik,
elevasi segmen ST, hipernatremia, intoksikasi air dan hipotermi.
332

ARANG AKTIF DOSIS TUNGGAL


• Indikasi :
- Pasien yang sadar dan jalan nafasnya terlindungi.
• Kontra indikasi :
- Jika terjadi kerusakan mukosa gastrointestinal
- Jika terjadi nafas tidak aman / terlindungi
- jika menelan racun yang korosif
• Pemberian arang aktif (activated charcoal) dilakukan setelah bilas lambung
dan efektif jika diberikan dalam 1 jam setelah terpapar
• Dosis arang aktif atau norit :
Dewasa atau anak > 12 tahun : 25-100 g
Anak s.d. 12 tahun : 25–50 g (anak 1-12 tahun)
dan : 1 gram/kg untuk anak < 1 tahun.
• Cara pemberian : dicampur rata dengan perbandingan 30 gram arang aktif
(atau tablet norit yang dihaluskan) dengan 240 ml air sehingga seperti sop kental.
Dapat campur dengan Sorbitol atau katartik saline
• Komplikasi yang dapat terjadi :
- muntah setelah pemberian arang aktif yang terlalu cepat
- konstipasi
- distensi lambung
- efek katartik (jika diberi bersamaan)
- aspirasi arang aktif.
333

KATARTIK
(DILAKUKAN DI RUMAH SAKIT SETELAH PASIEN DIRUJUK)
• Katartik tidak rutin dilakukan dan sebaiknya dilakukan di rumah sakit
• Indikasi : katartik dapat dipertimbangkan hanya pada :
keracunan jika terjadi konstipasi
• Kontra indikasi :
Bising usus tidak ada, baru dilakukan operasi abdomen,
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, gagal jantung,
gangguan faal ginjal dan usia yang terlalu muda atau terlalu tua
• Katartik yang digunakan :
- osmotik : laktulose, manitol, sorbitol
- garam : Na fosfat /sulfat, Mg sitrat/sulfat.
• Komplikasi :
Diare hebat, dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, hipotensi
dan kram perut.
334

IRIGASI USUS (WHOLE GUT IRRIGATION)


(DILAKUKAN DI RUMAH SAKIT SETELAH PASIEN DIRUJUK)
• Indikasi :
Zat toksik yang tidak diabsorpsi dengan arang aktif,
seperti besi, litium dan logam atau tertelan
modified release drug, penderita dapat dirujuk
ke rumah sakit terdekat untuk dilakukan irigasi usus.
• Kontra indikasi :
Gangguan jalan nafas, depresi sistem syaraf pusat,
kardiovaskuler tidak stabil dan terdapat kelainan
patologis usus.
• Jika indikasi dan tidak ada kontra indikasi,
pasien dirujuk ke rumah sakit dengan monitoring ketat.
335

ENDOSKOPI
(DILAKUKAN DI RUMAH SAKIT SETELAH PASIEN DIRUJUK)
• Indikasi :
Dekontaminasi batu batere (disk) yang kecil, drug packages
kecuali heroin atau kokain karena mudah pecah

TINDAKAN BEDAH
(DILAKUKAN DI RUMAH SAKIT SETELAH PASIEN DIRUJUK)

• Indikasi :
Jika menelan bahan yang sangat korosif, benda asing
yang tidak dapat dikeluarkan dengan cara lain
penderita dapat dirujuk ke rumah sakit
yang memiliki dokter spesialis bedah/bedah digestif.
336

ELIMINASI DILAKUKAN DI RUMAH SAKIT


Metode meningkatkan eliminasi :
A. Diuresis paksa ( Forced diuresis)
Indikasi : keracunan litium, bromide dan obat yang ekskresinya melalui ginjal.
Diuresis paksa akan meningkatkan kecepatan filtrasi glomerulus akan meningkatkan
eliminasi obat/toksin. Urine output yang diharapkan adalah 3-6ml/kg berat badan/jam.
Caranya : Furosemid 250 mg dalam 100 ml Dextrose 5% diberikan melalui infus
selama 30 menit.
B. Alkalinisasi urine (dilakukan setelah pasien dirujuk ke rumah sakit)
Indikasi : keracunan bahan yang bersifat asam.
Jika terdapat indikasi, usahakan pasien dalam keadaan normovolemi
dan pasien segera dirujuk ke rumah sakit karena prosedur ini sebaiknya dilakukan
di rumah sakit dengan monitoring yang ketat.
Caranya : Natrium bikarbonat 50-100 meq dalam 1 liter larutan
(Dekstrosa 5% dalam NaCl 2,25%) diberikan dalam infus kontinu 2-3 ml/kg/jam.
Catatan : Hipokalemi dan dehidrasi akan menurunkan efektitifitas alkalinisasi urine.
Karena itu perlu ditambahkan Kalium 20 meq dalam setiap liter, kecuali jika ada gagal ginjal.
C. Hemodialisa (dilakukan di rumah sakit setelah pasien dirujuk)
Pasien keracunan etilen glikol, setelah stabil dapat dirujuk ke rumah sakit
yang memiliki fasilitas hemodialisa.
337
ANTIDOTUM
ANTIDOTUM KAPAN MENGGUNAKAN MEKANISME KERJA
Asetilsistein Parasetamol, karbon tetraklorida Memperbaiki tempat pengosongan glutation
dan melindungi pasien dari kerusakan hati
dan ginjal
Karbon aktif Obat dengan rentang luas (metilxantin, Menyerap racun yang ada yang sama baiknya
paraqual, antidepresant trisiklik) dengan memotong siklus enterohepatik dari racun
Desferrioksamin Besi Ion pengkelat besi
Atropin Organofosfat dan karbamat, Bersaing dengan reseptor penghambat muskarin
insektisida, ester kolin contoh karbopol
Etanol Etilen glikol, metil alkohol (metanol) Menghambat metabolisme metanol
yang membentuk formaldehid dan asam format,
sama hal juga terhadap metabolisme etilenglikol
yang membentuk glikoaldehid dan gliklat
Heparin Ergotamin (keracunan kronis), Membalikkan status hiperkoagulan
asam aminokaproat, asam tranexamic
Metilen blue Bahan kimia penyebab Meningkatkan perubahan methemoglobin
methemoglobinaemia, contoh : menjadi hemoglobin
cetrimid, kresol, dapson, nitrat,
para diklorobenzen, fenol, primakuin
Natrium Obat yang bersifat asam Bertindak untuk membasakan urin dengan
bikarbonat meningkatkan eliminasi obat yang bersifat asam
338
339

PERTOLONGAN PADA KEADAAN KHUSUS


JIKA TERDAPAT KEJANG
• Beri diazepam :
- Dosis dewasa : 10-20 mg IV dengan kecepatan 2,5 mg
dalam 30 detik atau 0,5 ml dalam 30 detik.
- Jika perlu dosis ini dapat diulangi setelah 30-60 menit
dengan dosis maksimal 40 mg/kgBB/24 jam
- Jika kejang tidak teratasi, pasien dewasa segera dirujuk
ke rumah sakit
- Dosis anak-anak : 0,2-0,3 mg/kgBB, berat badan < 10 kg
diazepam diberikan minimal 2,5 mg ; bila berat badan > 10 kg
diberikan minimal 5 mg dan bila berat badan >20 kg
diberikan minimal 10 mg.
- Jika kejang tidak teratasi pasien anak-anak dirujuk
ke rumah sakit yang memiliki dokter spesialis anak.
340

PERTOLONGAN PADA KEADAAN KHUSUS


JIKA PENURUNAN KESADARAN (KOMA)
• Diagnosa banding : trauma kapitis, perdarahan intraserebral, gangguan kadar
gula darah, natrium atau elektrolit lainnya, hipoksia, hipotiroidisme, gagal
ginjal, gangguan faal hepar, hipertermi, hipotermi, infeksi (ensefalitis,
meningitis)
• Terapi :
- Pelihara jalan nafas dan bantuan ventilasi jika perlu. Beri oksigen.
- Dekstrosa : Semua pasien dengan penurunan kesadaran perlu diberi
dextrose kecuali jika hipoglikemi dapat disingkirkan dengan Cito bedside.
Dosis : dewasa : dekstrosa 40% sebanyak 50 ml intravena,
anak-anak : dekstrosa 25% 2 ml/kg berat badan intravena.
- Tiamin (vitamin B1 injeksi) : untuk mencegah timbulnya
sindroma Wernicke akibat defisiensi tiamin pada pasien alkoholik
atau diduga terdapat defisiensi tiamin.
Dosis 100 mg intravena atau intramuskular, tidak diberikan pada anak-anak.
341

PERTOLONGAN PADA KEADAAN KHUSUS


BRONKOSPASME
• Nebulizer : Albuterol 0,25-0,5 ml dalam 2-4,5 ml NaCl 0,9% setiap 4-6 jam.
Jika berat dapat setiap 15 menit. Dosis anak : 100-200µg 3-6 kali/hari.
• Steroid : metil prednisolon 125 mg intravena (anak : 4 mg/kg berat badan)
dilanjutkan 2 mg/kg berat badan setiap 4-6 jam)
• Apabila fasilitas Nebulizer tidak memadai, berikan Adrenalin :
Dosis dewasa : 0,3 mg subkutan dapat diulang 15 menit
dengan pemberian maksimum 3 kali.
Dosis anak-anak : 0,01 mg/kgBB subkutan dapat diulang 15 menit
dengan pemberian maksimum 3 kali
• Perhatian efek dari adrenalin adalah :
- Stimulan jantung
- Sudah banyak kasus yang resisten
342

PERTOLONGAN PADA KEADAAN KHUSUS


EDEMA PARU NON KARDIOGENIK
• Biasanya terjadi 24-72 jam setelah terpapar
• Terapi :
- Ventilasi dan oksigenisasi yang adekuat
- Infus RL atau NaCl 0,9% dengan jumlah
yang tidak menyebabkan overhidrasi
- Diuretika : jika terjadi overhidrasi
- Antibiotika : jika terjadi infeksi
- Jangan diberi morfin karena dapat menyebabkan
depresi pernafasan
- Steroid : dapat dipertimbangkan pemberian Prednison
4 mg/kgBB/hari.
343

RUJUKAN
• Rujukan pasien
Setelah dilakukan stabilisasi dan terapi definitif ( sesuai dengan
fasilitas yang ada), jika perlu pasien dirujuk ke rumah sakit.
• Pemeriksaan laboratorium toksikologi
Pasien yang memerlukan pemeriksaan analisa toksikologi dirujuk
kepada Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional (PPOMN) atau
laboratorium terdekat yang memiliki fasilitas analisa toksikologi.
• Rujukan informasi mengenai penatalaksanaan keracunan
lebih mendetail
Sentra Informasi Keracunan Nasional – Badan Pengawas Obat
Makanan Republik Indonesia.
Telepon 02142889117; 0214259945, E-mail pusatiomker@cbn.net.id
atau
Sentra Informasi Keracunan Daerah tingkat Propinsi setempat.
344
MONOSODIUM GLUTAMAT (1)
INTRODUKSI
• Golongan : Penyedap
• Bentuk dan ciri khas :
Bentuk bubuk kristal padat, warna putih, tidak berbau, mempunyai rasa
sedikit manis atau asin. Mudah larut dalam air, sukar larut dalam alkohol 5 %
larutan dalam air mempunyai pH 6,7-7,2. Rumus molekul : C(5)H(8)NnaO(4), H(2)O.
Berat molekul : 187.1
• Nama dagang : -
• Penggunaan :
Digunakan sebagai bahan tambahan pangan dan penyedap.
MSG secara luas dipakai sebagai penyedap rasa.
• Rute pemaparan : Kontak dengan kulit, kontak dengan mata dan tertelan
• Catatan :
Monosodium Glutamat (MSG) merupakan suatu asam amino (protein hidrolisates)
yang sinonimnya adalah : 621, Chinese Seasoning, Natrii Glutamas atau Sodium
Glutamate. MSG 32 g setara dengan MSG anhidrous 29 g atau asam glutamat 25 g
345
MONOSODIUM GLUTAMAT (2)
GEJALA DAN TANDA-TANDA KERACUNAN
• Keracunan Akut :
Terhirup : tidak tersedia informasi
Kontak dengan kulit : iritasi
Kontak dengan mata : iritasi
Tertelan : mual, muntah, sakit perut, sakit dada, konvulsi
• Beberapa jam setelah menelan MSG 3 g atau lebih atau 15-20 menit setelah menelan
MSG 5 g, terutama jika perut dalam keadaan kosong, dapat menimbulkan
sindroma restoran Cina, yaitu : rasa terbakar, rasa tegang pada wajah dan nyeri dada.
6-12 jam setelah menelan 0,5-5 g MSG dapat menimbulkan sindroma restoran Cina
yang disertai asma. 1-2 jam setelah menelan 1-2 g MSG dapat menyebabkan nyeri kepala,
nyeri perut bagian atas, diaforesis, perasaan terbakar di dada, sesak nafas, palpitasi,
kesemutan pada ekstremitas, perasaan panas pada wajah dan dada. Kira-kira 16 jam
setelah menelan 250 mg MSG : dapat terjadi angioedema pada wajah dan ekstremitas
• Keracunan Kronik :
Terhirup : tidak tersedia informasi
Kontak dengan kulit : tidak tersedia informasi
Kontak dengan mata : tidak tersedia informasi
Tertelan : efek reproduksi
346
MONOSODIUM GLUTAMAT (3)
PERTOLONGAN UMUM
• Stabilisasi :
• Dekontaminasi :
• Eliminasi :
• Antidotum : tidak ada antidotum
• Pertolongan pada keadaan khusus :
• Rujukan :

KEPUSTAKAAN
Poisindex. Monosodium glutamat, Micromedex Inc. 1974 – 2000
Vol 106
MDI. Information Systems, Inc., 1984 - 1997
347
348

TERIMA KASIH

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI


Jl. RS Fatmawati, Cilandak, Jakarta 12430 Phone : (021) 7660552 Fax. : (021) 7690123
349

Pemberian Informasi Obat


Dosen: Dra. Alfina Riyanti, M.Pharm.,Apt
Presented by:

1. M RIDWAN WIBOWO (19344119) 6. WIWIT WIDIASTUTI (19340161)


2. DIAH ANGGASARI (19340138) 7. SITI AISAH (19340164)
3. DEFFI NURIATI (19340139) 8. JUMADI (19340175)
4. TEGUH WINARKO (19340142) 9. MARIA YOSEFA RARI LAOT
5. TEGUH BILLY SANTOSO (19340195)
(19340148)

APOTEKER
2019
350

 Menurut keputusan Menkes RI

No.1197/MENKES/SK/X/2004 PIO merupakan


kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh
apoteker untuk memberi informasi secara
akurat, tidak bias dan terkini kepada dokter,
apoteker, perawat,profesi kesehatan lainnya
dan pasien serta pihak lain diluar rumah sakit.
351

Bagi Pasien Bagi Staff Farmasi

Kesalahan penggunaan obat menurun Citra farmasis meningkat

Ketidak patuhan menurun Kepuasan kerja meningkat

Efek obat yang tak diinginkan menurun Menarik pelanggan

Menjamin keamanan dan efektifitas


Omset meningkat
pengobatan
352

Sumber Daya
• Apoteker
Manusia

• Di ruang tersendiri dengan dilengkapi


Tempat sumber informasi dan teknologi
komunikasi

Perlengkapan • Bahan Pustaka / Literatur dan telepon


353

Mengidentifikasi Mencegah masalah


masalah pasien pasien “Diagnosa”

Merencanakan
pengobatan
‘Penulisan resep’

Menilai Pelaksaan pengobatan


perkembangan ‘peracikan dan
pasien informasi/konseling obat’

Monitor Pelaksanaan
perkembangan pengobatan
pasien ‘penggunaan obat’
354

Dokter Apoteker

Pasien

Tim kepanitiaan
Perawat
dan peneleliti
355

• Bentuk Sediaan

Dosis • Formulasi khusus


• Rute dan metode pemberian
• Farmakokinetik

• Terapeutik dan alternatif

Farmakologi • Efikasi
• Keamanan penggunaan pada ibu hamil dan menyusui
• ESO

Interaksi • Stabilitas
• Ketersediaan

Obat
• Harga
• Sifat fisika atau kimia dari obat dll
356

SOAL
DOSIS OBAT

Penanya : Asisten Apoteker


R/ Diazepam S 3 x 10 amp
Umur : Dewasa
Ditanya : Dosis….?
Obat lainnya : ATS
Keluhan : kesakitan
Kemungkinan apa yang terjadi…?
Apa yang harus dilakukan …?
357

◦ Dosis lazim Diazepam I.V dewasa 2 – 4 x sehari 5 mg/ml


 Sekali : 5 – 10 mg
 Sehari : 2 – 4 x sehari 5 mg/ml
◦ Tiap ampul Diazepam berisi 5 mg/ml
 Umumnya diazepam I.V dosis yang tersedia yaitu 10
mg/2ml
◦ Dosis dalam resep :
 Sekali = 10 x 5 mg = 50 mg
 Sehari = 3 x 50 mg = 150 mg
 Dosis yang diberikan dalam satu hari pada resep terlalu
besar, yaitu sebesar 150 mg.
 Obat lainnya : ATS
 Pasien tersebut memperlihatkan gejala tetanus, oleh
karena itu diberikan serum Anti Tetanus Serum (ATS)
yang sekaligus dapat mengurangi rasa sakit.
 Kesimpulan : Konfirmasi kedokter mengenai dosis.
Literatur :
 Drug Information 2003 hal 2364
 Daftar Obat Indonesia Ed. 10 hal 344 – 345
Kemungkinan yang terjadi dan apa yang harus 358

dilakukan:
Pasien menderita tetanus. Dimana tetanus dapat
menyebabkan tegang dan kejang yang
menyakitkan dalam 7 hari setelah luka atau
masuknya bakteri. Keluhan lainnya adalah sulit
menelan, otot perut yang terasa keras. Otot
wajah mengecil sehingga wajah keriput.
Beberapa orang dengan kaku otot yang hebat,
nyeri dirasakan pada seluruh tubuh. Penyakit ini
dapat ringan (kram otot dengan sedikit kejang),
sedang (kaku rahang dan sulit menelan), atau
berat (kejang hebat atau henti napas).
Yang harus dilakukan yaitu pemantauan kondisi
pasien apakah kesakitan atau nyeri yang
dirasakan berkurang atau tidak. Selanjutkan
dikonsultasikan dengan dokter mengenai dosis
antikonvulsan dan serum anti tetanus.
359

SOAL
CARA PEMAKAIAN

Penanya :Asisten Apoteker


R/ Depakote tab no. LX
S2x1
Umur: 11 Tahun
Anak tidak bisa menelan tablet, bagaimana?
360
Penyelesaian :
 Dosis dalam ISO: Na.H Divalproat 250 mg/tablet

 Menurut Drug Information 2003, semua sediaan Divalproat dibuat


dalam bentuk tablet salut, karena didalam tubuh, Divalproat akan
terdisosiasi menjadi asam Valproat yang merupakan zat aktifnya
yang me dibuat dalam bentuk tablet salut enteric supaya obat pecah
didalam usus dan karena sifatnya yang asam maka absorpsinya akan
lebih cepat jika berada dalam usus yang bersifat basa. Depokate
adalah obat salut enteric jadi tidak dapat digerus, oleh karena itu
obat ini tidak dapat dibuat dalam bentuk sediaan puyer. Karena obat
ini diharapkan dapat terserap di usus, untuk itu obat ini sebaiknya
diganti dengan sediaan sirop.
 Contohnya: Depakene yang isinya: Asam Divalproat 250 mg/ 5 ml.

Literatur :
 ISO volume 42, tahun 2007

 Tjay TH, Raharja K. “Obat-Obat Penting, Khasiat, Penggunaan dan


efek sampingnya”
 Drug Information 2003
361

SOAL
DOSIS ANAK
Penanya : Asisten Apoteker
R/ Ozen drops
S 3 X 3 tetes
Umur : 1 tahun
Ditanya : Dosis….?
Penyelesaian : 362

◦ Menurut ISO 2007


 Ozendrops berisi Cetrizine 2 HCL
 Indikasi: Rhitinis alergi musiman dan tahunan,
urtikaria kronik
 Dosis: Untuk anak 6 bulan – 2 tahun 0.25mg/kg BB
 Menurut skala Denekamp, untuk anak usia 1 tahun berat
badannya adalah 10 kg. Jadi, dosis untuk anak tersebut
adalah 0,25 mg/ml x 10 kg = 2,5 mg
Banyaknya tetesan obat untuk anak tersebut :
2,5 mg x 1 tetes = 5 tetes
0,5 mg
Perhitungan dosis : 10 mg/ml (dalam sediaan)
1 ml = 20 tetes
Kandungan obat dalam 1 tetes = 10 mg x 1
tetes = 0,5 mg 20
tetes
363

 Dosis dalam resep :


1 kali pemakaian : 3 tetes x 0,5 mg = 1,5 mg
1 hari pemakaian : 3 x 1,5 mg = 4,5 mg
Banyaknya tetesan obat = 4,5 mg x 1 tetes = 9 tetes
0,5 mg
 Kesimpulan : Dosis dalam resep terlalu besar dari dosis
lazim, yaitu seharusnya diberikan sebanyak 5 tetes dalam
sehari.

LITERATUR
 ISO tahun 2007

 Tjay TH, Raharja K., “ Obat-obat Penting, Khasiat,


Penggunaan dan efek sampingnya
364

SOAL
DOSIS ANAK

Penanya : Asisten Apoteker


R/ ZDV 1,5 mg S4x1
3 TC 3 mg S 2 x 1
NVP 15 mg S1x1
Umur : 3 bulan
Berat badan: 3,2 kg
Tinggi badan : 56 cm
Persediaan : Duviral, Hifiral, Nevirapin
Ditanya : Dosis.....?
365
 Penyelesaian :
 ZDP = Zidovudin
 Indikasi : Infeksi HIV asimtomatik atau gejala awal
sehubungan dengan infeksi HIV penyakit lanjut dengan AIDS.
Digunakan dalam kombinasi dengan obat – obat antiretoviral,
terapi tunggal, pencegahan penularan dari ibu ke janin.
 Efek samping : Anemia, netropenia, leukopenia, mual,
sakit kepala hebat, mialgia, insomnia, muntah, anoreksia,
demam, ruang, diare, pusing, distepsia, nyeri dada, gelisah,
depresi, batuk, urtrikaria, pruritis, dan sindrom seperti flu.
 Interaksi obat : Penggunaan paracetamol jangka panjang,
obat yang berefek neprotoksik atau mendepresi sum-sum
tulang belakang, probenesit.
 Dosis anak : Usia 4 minggu – 1 tahun 4 mg/kgBB tiap 6
jam.
 Dosis lazim : 1 kali = 4 mg x 3,2 kg = 12,8 mg
 1 hari = 12,8 mg x 4 = 51,2 mg
 Dosis dalam resep : 1 kali = 1,5 mg
 1 hari = 6 mg
 Kesimpulan : Dosis yang diberikan dalam resep kurang dari
dosis lazim.
366

 3 TC = Lamivudine
◦ Indikasi : Infeksi HIV pada dewasa dan ≥ 3 bulan
◦ Efek samping : Lemah, rasa tidak enak badan, ruam,
parestesia, sakit kepala, mual.
◦ Peringatan : Pankreatitis, kerusakan ginjal berat,
penderita sirosis parah.
◦ Interaksi obat : Trimetroprim meningkatkan kadar
lamipudin dalam plasma
◦ Dosis : Untuk anak usia 3 bulan sampai 12
tahun 4 mg/kgBB tiap 12 jam.
◦ Dosis lazim : 1 kali = 4 mg x 3,2 kg = 12,8 mg
◦ 1 hari = 12,8 mg x 2 = 25,6 mg
◦ Dosis dalam resep : 1 kali = 3 mg
◦ 1 hari = 3 mg x 2 = 6 mg
◦ Kesimpulan : Dosis yang diberikan dalam resep
kurang dari dosis lazim.
367

 NVP = Nevirapin
 Indikasi : Digunakan kombinasi dengan setidaknya dua obat
antiretroviral,untuk pengobatan infeksi HIV yang sudah parah.
Pencegahan penularan HIV antara ibu dan anak pada wanita yang
sedang hamil yang tidak mendapat terapi antiretroviral pada
waktu melahirkan.
 Efek samping : Ruam, reaksi alergi, mual, fatique, demam, sakit
kepala, somnolen, diare, nyeri abdomen, mialgia..
 Peringatan : Disfungsi hati atau ginjal. Hentikan pengobatan
jika pasien mengalami ruam berat atau ruam denan berbagai
gejala.
 Interaksi obat : Ketokonazol, kontrasepsi oral,, Rifampisin,
Rifabutin, Metadon.
 Dosis : Untuk anak usia 2 bulan sampai 15 tahun
4 mg/kgBB untuk 14 hari pertama kemudian ( bila tidak timbul
ruam ) 7 mg/kgBB dua kali sehari tiap 12 jam. Untuk anak usia 2
bulan – 8 tahun atau ditambah sampai dengan 4 mg/kgBB tiap 12
jam untuk usia >8 tahun. Dosis tidak boleh lebih dari 400
mg/hari.
 Dosis lazim : 1 kali = 4 mg x 3,2 kg = 12,8 mg
1 hari = 12,8 mg
 Dosis dalam resep : 1 kali = 15 mg
 1 hari = 15 mg
 Kesimpulan : Dosis yang diberikan dalam resep lebih besar dari
dosis lazim.
368

 Pembahasan :
 Persediaan obat yang ada yaitu :
 Duviral : Zidovudin 300 mg + lamivudin 150 mg
 Hifiral : Lamivudin 150 mg

 Penggunaan sedían yang berisi kombinasi Duviral sebaiknya


tidak digunakan pada penderita yang membutuhkan penyesuaian
dosis seperti anak – anak lebih muda dari 12 tahun, pasien dengan
kerusakan fungsi ginjal, pasien dengan kerusakan fungsí hati, atau
pasien yang mengalami efek samping sehingga perlu pembatasan
dosis.

 Karena tablet kombinasi tidak dapat digunakan pada anak –


anak dibawah 12 tahun, maka pada kasus diatas resep Zidovudin
terpaksa dialihkan ke apotek lain karena persediaan yang ada hanya
duviral yang berisi kombinasi Zidovudin dan lamivudin.
 Berdasarkan hasil perhitungan dosis didapatkan bahwa dosis
Zidovudin dan Lamivudin jauh lebih kecil dari dosis yang seharusnya
diberikan. Hal ini dapat menyebabkan efek terapi tidak tercapai,
sedangkan perhitungan dosis Nevirapin sedikit lebih besar dari dosis
yang seharusnya diberikan.
 Literatur :
MIMS, edidi bahasa indonesia volume 6,2005
Drug Information 2003
369

SOAL
DOSIS
Penanya : Pasien dai klub Geriatri /
Osteoporosis
Keluhan : ISDN SL sudah digunakan 1 tablet,
tapi dada masih sakit.
Apa yang harus dilakukan ?
370

 Penyelesaian :
 Isosorbid Dinitrat Sublingual (ISDN SL) menyebabkan relaksasi otot
polos vaskular sehingga menghasilkan efek vasodilator pada arteri
maupun vena perifer dengan efek yang lebih dominan pada sistem
vena. Dalam dosis terapi, ISDN menurunkan tekanan sistolik,
diastolik dan tekanan darah arteri rata-rata terutama pada posisi
tegak. Penurunan tekanan darah sistemik dapat menimbulkan
takikardia reflek, yang merupakan efek yang merugikan kebutuhan
oksigen miokard.
 Indikasi : Digunakan untuk pengobatan dan pencegahan angina
pectoris.
 Interaksi : Alkohol dapat meningkatkan kepekaan terhadap efek
hipotensi. Karena ISDN bekerja secara langsung terhadap otot polos
vaskuler, maka obat lain yang kerjanya tergantung pada otot polos
vaskuler dapat menurunkan atau meningkatkan efek.
 Efek samping : Sakit kepala dan hipotensi
371

 Menurut DOI : Dosis awal ISDN SL untuk terapi profilaksis akut


angina pectoris sebesar 5-10 mg tiap 2-3 jam. Untuk
pengobatan angina pectoris umumnya dosis dimulai dengan
ISDN SL 2,5-5 mg, harus ditingkatkan dosisnya secara perlahan
sampai angina menghilang atau jika timbul efek samping.
 Menurut Drug Information : Sediaan tablet ISDN SL adalah 2,5
mg, 5 mg, dan 10 mg. Jika peringatan gejala tidak tercapai (dada
masih sakit) setelah dosis tunggal selama serangan akut maka
perlu diberikan dosis tambahan dalam interval 5-10 menit, tidak
lebih dari 3 dosis harus diberikan dalam periode 15-30 menit.
 Saran : 1 tablet SL 5 mg, 10 menit kemudian berikan 1 tablet
lagi, bila masih nyeri, 10 menit kemudian diberikan 1 tablet lagi.
Jika setelah 3 kali pemakaian masih belum hilang, maka dapat
menghubungi apoteker yang bersangkutan atau menghubungi
dokter yang menulis resep.

 Literatur :
◦ Daftar Obat Indonesia hal 38.
◦ Drug Information 88, hal 955.
◦ Farmakologi dan Terapi, hal 346.
372

SOAL
CARA PEMAKAIAN

Penanya : Asisten Apoteker


Pertanyaan: Urografin amp dapat diminum…?
Etiketnya berwarna biru atau putih…?
Penyelesaian: 373

 Urografin berisi sodium diatrizoat, digunakan untuk


pemeriksaan kelainan pada ginjal atau lambung
 Kesimpulan : urografin dapat diberikan secara oral untuk
melihat gambaran atau mendeteksi kelainan dilambung.
 Etiket yang digunakan berwarna biru.
 Interaksi obat :
 menurunkan klirens warfarin, prokainamid
 N-asetil prokainamid meningkatkan absorbsi midazolan, tetapi
menurunkan absorbsi kobalamin
 kesimpulan : Cisapride dapat meningkatkan obsorbsi
Ranitidin. Bila absorbsi Ranitin meningkat, maka efek dari
Ranitidin juga akan meningkat dan kemungkinan efek
samping juga lebih besar. Telinga berdengung
kemungkinan disebabkan karena sakit kepala yang
berlebih yang berasal dari efek samping Ranitidin.
 Literatur :
MIMS 102 edisi 3, 2005 hal 17
ISO tahun 2007
Tjay TH, aharja K. “Obat-Obat Penting”.
Martindale edisi 33, hal 1031
374

SOAL
Efek Samping Obat

Penanya : Pasien
R/ Phaproxin. S 3 x 1

Pasien mengalami sakit diperut


Apakah boleh minum obat maag seperti
mylanta syrup atau Gastrul?
375

Penyelesaian :
Phaproxin nama generiknya Siprofloksasin.
 Indikasi : Infeksi saluran kemih termasuk prostatika, urethritis
dan servitis gonore, saluran cerna termasuk demam tiroid dan
paratiroid, saluran napas kecuali pneumonia dan streptococcus,
kulit dan jaringan lunak, tulang dan sendi.
 Efek samping : mual, tidak nyaman di perut, dyspepsia, kembung,
diare, stomatitis, kolitis pseudomembran, sakit kepala, pusing,
lemas, mengantuk, mudah lelah, agitasi, insomnia, depresi,
halusinasi, gangguan penglihatan, psikosis, kejang.
 Dosis :

 250 – 750 mg 2 kali sehari ( infeksi saluran napas )

 250 – 500 mg 2 kali sehari ( infeksi saluran kemih )

 Interaksi Obat : Absorpsi siprofloksasin dapat menurun karena


antasida, misalnya : Mg (OH)2 dan Al (OH)3.
376

 Mylanta Suspensi
 Komposisi : Gel kering Al (OH)3 200mg
 Mg(OH)2 200 mg
 Simetikon 20mg
 Indikasi : kelebihan asam lambung, gangguan
pencernaan.
 Efek samping : konstipasi, diare, mual,
muntah, hipofosfakemia.

377

 Gastrul
 Zat aktif : Misoprostol
 Indikasi :mencegah ulkus gaster yang diinduksi AINS
pada pasien dengan resiko tinggi mengalami komplikasi
 Efek samping : Gangguan GI ( diare dan nyeri abdomen)
 Penderita mengalami sakit perut disebabkan karena efek
samping dari phaproxin dan untuk mengatasi sakit perutnya
penderita boleh minum obat maag, tapi obat maag yang tidak
mengandung Al(OH)3 dan Mg(OH)2 sebagai antasid dapat
mengganggu atau menurunkan absorpsi siprofloksasin,
akibatnya infeksi yang diderita tidak terobati dengan baik. Untuk
itu pilihan obat maag yang baik untuk penderita tersebut adalah
Gastrul karena zat aktifnya misoprostol.

 Literatur :
 Tjay TH, Raharja K,”Obat – Obat Penting, Khasiat, Penggunaan,
dan Efek Sampingnya”.
 Farmakologi dan terapi
378

SOAL
INTERAKSI OBAT

R/ Cisapride
S. 3 dd 1
R/ Ranitidin
S. 3 dd 1

Keluhan : telinga berdengung


Apakah karena obat?
379

Penyelesaian :
 Cisapride
◦ Indikasi : Gangguan motilitas GI seperti gastroparasis,
refluks esofagal pada orang dewasa, refluks
gastroesofagal berat pada anak.
◦ Dosis : Dewasa awal 5 mg 3 – 4 kali per hari,
maksimal 40mg/hari
◦ Anak awal 0,2 mg/kgBB 3 – 4 kali per hari, maksimal
0,8 mg/kgBB. Tidak boleh lebih dari 20 mg/hari.
◦ Efek samping : kejang – kejang usus, diare, nyeri
kepala.
◦ Peringatan : Aritmia jantung, gagal jantung kronik,
meningkatkan motilitas GI, gangguan pernapasan.
◦ Interaksi Obat : dapat meningkatkan adsorpsi
ranitidin.
380
 Ranitidin
 Ranitidin merupakan 112 bloker. Obat ini menempati reseptor histamin
H2 secara selektif dipermukaan sel – sel parenteral sehingga sekresi
asam lambung dan pepsin dapat dikurangi.
 Indikasi : Ulkus duodenum, refluks esofagus, sindrom zolinger Ellison.
 Dosis : Dewasa 1 tablet 2 kali sehari.
 Efek Samping : diare (sementara), nyeri otot, pusing dan reaksi – reaksi
kulit.
 Interaksi Obat : menurunkan klirena warfarin, prokainamid, N-asetil
prokainamid, meningkatkan absorpsi midazolan, tetapi menurunkan
absorpsi kobalamin.
 Kesimpulan : Cisapride dapat meningkatkan absorpsi ranitidin. Bila
absorpsi ranitidin meningkat, maka efek dari ranitidin juga akan
meningkat dan kemungkinan efek samping juga lebig besar. Telinga
berdengung kemungkinan disebabkan karena sakit kepala yang berlebih
yang berasal dari efek samping Ranitidin.

 Literatur :
 MIMS 102 edisi 3, 2005 hal 17
 ISO tahun 2007
 Tjay TH, Raharja K.”Obat – Obat Penting, Khasiat, Penggunaan dan Efek
Samping”.

381

Penanya : Pasien
R/ Lincocin 500, S 3 x 1
R/ Exaflam 50, S 3 x 1

Kaki pasien luka dan bengkak, karena tersiram


air panas
Apakah boleh diminum Ibu yang sedang
menyusui?
 Menurut MIMS 382

 Linkomisin digunakan untuk mengobati infeksi oleh


bakteri tetapi mempunyai efek samping diantaranya
gangguan GI, gangguan pada hati dan funsi ginjal.
Sedangkan Exaflam mempunyai indikasi
diantaranya untuk nyeri terapi jangka pendek
kondisi akut, nyeri inflamasi setelah trauma terkilir.
Exaflam digunakan hanya jika pasien merasakan
nyeri atau sakit.
 Penggunaan Antibiotik Makrolida dan Linkomisin
dapat menyebabkan efek samping pada masa
kehamilan dan laktasi. Namun dalam hal dosis ini
yang digunakan sangat kecil, jadi kemungkinan
untuk terdistribusinya obat tersebut kepada bayi
juga kecil. Jadi kesimpulannya obat ini dapat
digunakan pada pasien tersebut.
 Literatur :

◦ MIMS tahun 2007 volume 8
◦ Martindale volume 33 hal 31
◦ ISO volume 42 tahun 2007
383

Anda mungkin juga menyukai