PROMOSI KESEHATAN
RUMAH SAKIT (PKRS)
CURRICULUM VITAE
• Nama : Dra. Alfina Rianti, Apt., M Pharm.
• Jabatan : - Koordinator Pelayanan Kefarmasian (Farmasi Klinik)
Instalasi Farmasi, RSUP Fatmawati
- Koordinator Pembinaan & Optimalisasi Praktik Profesi
PC IAI Jakarta Selatan
• Pendidikan :
- S1, Apoteker – Universitas Indonesia
- S2 Clinical Pharmacy – Universiti Sains Malaysia
• Dosen :
- Farmasi Klinik ; Komunikasi, Informasi dan Edukasi di ISTN
- Komunikasi, Informasi dan Edukasi di Universitas Pancasila
- Komunikasi, Informasi dan Edukasi di Uhamka
- Interaksi Obat di UIN
- Farmasi Klinik di Akademi Farmasi Bhumi Husada
- Farmasi Rumah Sakit di Poltekkes
3
Standar MKE 1
• Rumah sakit berkomunikasi
dengan masyarakat
untuk memfasilitasi akses masyarakat
ke pelayanan di rumah sakit
dan informasi tentang pelayanan
yang disediakan oleh rumah sakit
13
TUJUAN PKRS
SASARAN PKRS
Masyarakat di rumah sakit
yang terdiri dari :
- Petugas
- Pasien
- Keluarga pasien
- Pengunjung
- Masyarakat yang tinggal / berada
di sekitar rumah sakit
21
PENUNJANG MEDIK
• Pelayanan laboratorium
• Pelayanan rontgen
• Pelayanan obat / apotik
- Manfaat obat generik
dan keuntungan jika menggunakan obat generik
- Kedisiplinan dan kesabaran dalam menggunakan obat,
sesuai dengan petunjuk dokter
- Pentingnya memelihara Taman Obat Keluarga (TOGA)
dalam rangka memenuhi kebutuhan
akan obat-obatan sederhana
• Pelayanan pemulasaraan jenazah
23
• Pemberdayaan
• Bina suasana
• Advokasi
• Kemitraan
- Kesetaraan
- Keterbukaan
- Saling menguntungkan
24
PEMBERDAYAAN
PASIEN RAWAT INAP KLIEN SEHAT
• Konseling • Pengelolaan kelompok
di tempat tidur diskusi
• Biblioterapi : • Pengelolaan kelompok
penggunaan bahan-bahan paduan suara
bacaan sebagai sarana • Penyelenggaraan
untuk membantu proses acara rekreasi
penyembuhan penyakit • Pengelolaan kelompok
yang diderita pasien RS senam
• Konseling berkelompok • Pelayanan konseling
25
BINA SUASANA
PASIEN RAWAT INAP KLIEN SEHAT
• Pemanfaatan • Pemasangan poster
ruang tunggu di dinding-dinding
• Pembekalan pembezuk • Penyediaan
secara berkelompok perpustakaan atau ruang
• Pendekatan keagamaan dan bahan-bahan bacaan
• Penyediaan leaflet
atau selebaran gratis
• Penyediaan VCD / DVD
player dan televisi
• Penyelenggaraan
pameran
26
PRINSIP KONSELING
• Memberikan kabar gembira dan kegairahan hidup
• Menghargai pasien / klien tanpa syarat
• Melihat pasien / klien sebagai subyek
dan sesama hamba Tuhan
• Mengembangkan dialog yang menyentuh perasaan
• Memberikan keteladanan
27
BAHAN ADVOKASI
“TEPAT, LENGKAP, AKURAT DAN MENARIK”
• Sesuai dengan sasaran (latar belakang pendidikan, jabatan, budaya,
kesukaannya, dan lain-lain)
• Sesuai dengan lama waktu yang disediakan untuk advokasi
• Mencakup unsur-unsur pokok, yaitu Apa, Mengapa, Di Mana, Bilamana,
Siapa Melakukan, dan Bagaimana Melakukannya (5 W + 1 H)
• Memuat masalah dan pilihan-pilihan kemungkinan
untuk memecahkan masalah
• Memuat peran yang diharapkan dari sasaran advokasi
• Memuat data pendukung, bila mungkin juga bagan, gambar, dan lain-lain
• Dalam kemasan yang menarik (tidak menjemukan), ringkas, tetapi jelas,
sehingga perbincangan tidak bertele-tele
28
7 LANDASAN KEMITRAAN
• Saling memahami kedudukan, tugas,
dan fungsi masing-masing
• Saling mengakui kapasitas dan kemampuan masing-masing
• Saling berupaya untuk membangun hubungan
• Saling berupaya untuk mendekati
• Saling terbuka terhadap kritik / saran,
serta mau membantu dan dibantu
• Saling mendukung upaya masing-masing
• Saling menghargai upaya masing-masing
LANGKAH - LANGKAH
29
PENGEMBANGAN PKRS
• Rencana dan komitmen direksi
• Komitmen jajaran RS
• Pembentukan unit koordinasi PKRS
• Pelatihan petugas unit koordinasi PKRS
• Penyusunan rencana operasional
• Pelatihan petugas RS
• Pengadaan media dan sarana komunikasi
• Pelaksanaan PKRS
• Pemantauan dan evaluasi
30
INDIKATOR
KEBERHASILAN
(INPUT)
• Masukan yang perlu diperhatikan adalah yang berupa
komitmen, sumber daya manusia, sarana / peralatan, dan dana :
1. Ada / tidaknya komitmen Direksi yang tercermin
dalam Rencana Umum PKRS
2. Ada / tidaknya komitmen seluruh jajaran yang tercermin
dalam Rencana Operasional PKRS
3. Ada / tidaknya Unit dan petugas RS yang ditunjuk
sebagai koordinator PKRS dan mengacu kepada standar
4. Ada / tidaknya petugas koordinator PKRS dan petugas – petugas lain
yang sudah dilatih
5. Ada / tidaknya sarana dan peralatan promosi kesehatan
yang mengacu kepada standar
6. Ada / tidaknya dana yang mencukupi untuk penyelenggaraan PKRS
32
INDIKATOR PROSES
• Proses yang dipantau adalah
proses pelaksanaan PKRS yang meliputi PKRS
untuk pasien (rawat jalan, rawat inap, pelayanan penunjang),
PKRS untuk klien sehat,
dan PKRS di luar gedung rumah sakit :
1. Sudah / belum dilaksanakannya kegiatan
(pemasangan poster, konseling, dan lain – lain)
dan atau frekuensinya
2. Kondisi media komunikasi yang digunakan
(poster, leaflet, giant banner, spanduk, neon box,
dan lain – lain) yaitu masih bagus atau sudah rusak
INDIKATOR KELUARAN
33
(OUTPUT)
• Keluaran yang dipantau adalah
keluaran dari kegiatan – kegiatan yang dilaksanakan,
baik secara umum maupun secara khusus :
1. Apakah semua bagian dari RS
sudah tercakup PKRS ?
2. Berapa pasien / klien yang sudah terlayani
oleh berbagai kegiatan PKRS
(konseling, biblioterapi, senam, dan lain – lain)
INDIKATOR DAMPAK
34
(OUTCOME)
• Indikator dampak mengacu kepada tujuan dilaksanakannya PKRS,
yaitu berubahnya pengetahuan, sikap dan perilaku pasien / klien RS,
serta terpeliharanya lingkungan RS dan dimanfaatkannya dengan baik
semua pelayanan yang disediakan RS.
Oleh sebab itu, kondisi ini sebaiknya dinilai
setelah PKRS berjalan beberapa lama yaitu melalui upaya evaluasi
• Kondisi lingkungan dapat dinilai melalui observasi,
dan kondisi pemanfaatan pelayanan dapat dinilai
dari pengolahan terhadap catatan / data pasien / klien RS.
Sedangkan kondisi pengetahuan, sikap dan perilaku pasien / klien
hanya dapat diketahui dengan menilai diri pasien / klien tersebut.
Oleh karena itu data untuk indikator ini biasanya didapat melalui survei.
Survei pasien / klien yang adil adalah yang dilakukan
baik terhadap pasien / klien yang berada di RS
maupun mereka yang tidak berada di RS tetapi pernah menggunakan RS
35
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
RUMAH SAKIT (1)
• Rumah sakit menjamin
adanya pemberdayaan masyarakat
rumah sakit melalui kegiatan
Promosi Kesehatan di Rumah Sakit
• Tujuan :
Meningkatnya daya dan peran serta
masyarakat rumah sakit dalam mencegah
dan atau mengatasi masalah kesehatan
yang dihadapinya
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
41
KEMITRAAN (1)
• Rumah sakit menggalang kemitraan dengan
sektor lain, dunia usaha dan swasta lainnya
dalam upaya meningkatkan pelaksanaan PKRS
baik di dalam maupun di luar gedung
• Tujuan :
Terjalin kerja sama dengan mitra terkait
untuk optimalisasi pelaksanaan kegiatan PKRS
45
KEMITRAAN (2)
• Substandar : rumah sakit
- mengidentifikasi mitra potensial
dalam rangka menggalang kemitraan
berkaitan dengan pelaksanaan PKRS
- mempunyai jejaring kerja sama dengan
sektor lain, dunia usaha dan swasta lainnya
- mempunyai program kerja sama dengan
sektor lain, dunia usaha dan swasta lainnya
46
BENTUK PENYULUHAN
DI RUMAH SAKIT
• Secara langsung
- tanya jawab perorangan
- ceramah dengan tanya jawab atau demonstrasi
• Secara tidak langsung
menggunakan media : kaset, video, slide, poster,
leaflet, booklet, selebaran
• Dengan memberi contoh
• Kegiatan di luar area
47
POSTER
BROSUR / LEAFLET
• Selebaran kertas yang dapat dilipat
dan berisi tulisan tentang sesuatu masalah,
khususnya ditujukan untuk pasien
atau keluarganya.
• Tulisan biasanya 200 – 300 kata.
Isinya harus dapat ditangkap
dengan sekali baca.
Ukuran biasanya 20 x 30 cm.
49
CONTOH
BROSUR / LEAFLET
• Allopurinol • Obat-obat Oral
• Asam Valproat Penyakit Kencing Manis
• Carbamazepin • Tuberkulosa Paru
• Isosorbid Dinitrat • Asma
(ISDN) • Maag
• Kaptopril dan Gangguan Lambung
• Panu dan Kadas
50
51
52
53
54
CONTOH
BULLETIN
• Infofarmasi
RSUP Fatmawati, RSUPNCM
• InfoPOM
Badan Pengawasan Obat dan Makanan RI
• Drug Bulletin
Fremantle Hospital, Australia
55
TOPIK INFOFARMASI
• Interaksi Teofilin
• Therapeutic Drug Monitoring (TDM)
• Pelayanan Total Parenteral Nutrition
(TPN)
• Antibiotik, prinsip dan
permasalahannya
• Sitostatika
• Obat-obat penurun lipid
• Pelayanan Informasi Obat
• Konseling obat di RSUP Fatmawati
• Good pharmacotherapy
56
57
CONTOH
TOPIK PKRS
• Spesifik / khusus
“Minum paling sedikit 4 gelas air”
daripada “Minum dengan banyak air”.
• Mulai informasi dengan organisator yang maju
“Yang dapat mengurangi nyeri punggung adalah : …”.
• Gunakan obyektif / tujuan
“Informasi berikut ini akan membantu anda
dalam menggunakan inhaler”.
66
• Gunakan warna
• Gunakan daftar nama sederhana,
diagram dan grafik.
• Gunakan angka Arab dari pada Romawi
untuk isi dan daftar.
• Gunakan huruf besar dan kecil dari pada
huruf cetak besar yang lebih sulit untuk dibaca.
• Gunakan cetakan besar yang cocok untuk manula.
68
LITERATUR
• American Hospital Formulary Service (AHFS)
Drug Information
• Drug Facts and Comparisons
• Handbook of Nonprescription Drugs
• Drug Information Handbook
• Medication Teaching Manual :
The Guide to Patient Drug Information
• USP DI, Drug Information For The Health Care Professional
• USP DI, Advice For The Patient,
Drug Information In Lay Language
• USP DI, Patient Education Leaflet Products
• Dan lain-lain
69
LAGU 5 O
• Ini namanya Ibu Jari. Ibu Jari. (2 x)
Apa kata Ibu Jari, sayang, minum obat sesuai Indikasi.
• Ini namanya Jari Telunjuk. Jari Telunjuk. (2 x)
Apa kata Jari Telunjuk, sayang, minum obat sesuai Petunjuk.
• Ini namanya Jari Tengah. Jari Tengah. (2 x)
Apa kata Jari Tengah, sayang,
minum obat caranya Jangan Salah.
• Ini namanya Jari Manis. Jari Manis. (2 x)
Apa kata Jari Manis, sayang, minum obat sesuai Dosis.
• Ini namanya Jari Kelingking. Jari Kelingking. (2 x)
Apa kata Jari Kelingking, sayang,
minum obat Waspada Efek Samping
70
71
CURRICULUM VITAE
• Nama : Dra. Alfina Rianti, Apt., M Pharm.
• Jabatan : - Koordinator Pelayanan Kefarmasian (Farmasi Klinik)
Instalasi Farmasi, RSUP Fatmawati
- Koordinator Pembinaan & Optimalisasi Praktik Profesi
PC IAI Jakarta Selatan
• Pendidikan :
- S1, Apoteker – Universitas Indonesia
- S2 Clinical Pharmacy – Universiti Sains Malaysia
• Dosen :
- Farmasi Klinik ; Komunikasi, Informasi dan Edukasi di ISTN
- Komunikasi, Informasi dan Edukasi di Universitas Pancasila
- Komunikasi, Informasi dan Edukasi di Uhamka
- Interaksi Obat di UIN
- Farmasi Klinik di Akademi Farmasi Bhumi Husada
- Farmasi Rumah Sakit di Poltekkes
73
Standar MKE 1
• Rumah sakit berkomunikasi
dengan masyarakat untuk memfasilitasi
akses masyarakat ke pelayanan di rumah sakit
dan informasi tentang pelayanan
yang disediakan oleh rumah sakit
75
4. Ada bukti sumber informasi obat D Bukti formularium / MIMS yang terkini 10 TL
yang tepat, terkini, dan selalu tersedia ada di semua layanan yang terlibat 5 TS
bagi semua yang terlibat dalam penggunaan obat 0 TT
dalam penggunaan obat. (D, O, W)
O Lihat Instalasi Farmasi,
unit-unit kerja terkait
PIO
• Pusat Informasi Obat
- Regional
- Nasional
- Lokal (rumah sakit, perguruan tinggi, industri)
• Pemberian Informasi Obat
Dispensing : - Penyiapan
- Penyerahan
- Pemberian Informasi Obat
• Pelayanan Informasi Obat
80
Pencarian Informasi
Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
Kompetensi Inti : (Unit Kompetensi 4.1)
Mampu melakukan penelusuran informasi serta menyediakan informasi yang tepat, akurat,
relevan dan terkini terkait sediaan farmasi dan alat kesehatan
Perbedaan
Pelayanan Informasi Obat dan Konseling
Konseling
PIO
TUJUAN PIO
Menyediakan informasi mengenai obat
kepada pasien dan tenaga kesehatan
di lingkungan rumah sakit
dan pihak lain di luar rumah sakit
PERTANYAAN
• Penanya : Pasien
dari klub Geriatri / Osteoporosis
• ISDN SL sudah digunakan 1 tablet,
tapi dada masih sakit.
Apa yang harus dilakukan ?
93
ALBUMIN
R/ Albumin 20 % 100 cc II Albumin normal :
3,4 – 4,8 g/dl
Pasien : MMSA
Umur : 49 tahun Dosis Albumin :
Berat badan : 60 kg (3,5 – 1,80) x 60 x 0,8 = 81,6 g
ANTIBIOTIK (1)
R/ CefTAZidim 1 g No. X Diagnosis : batu buli
S2x1g dengan ILO
ANTIBIOTIK (2)
Cr Cl = (140 – 65) x 60 = 22,3 ml/menit
72 x 2,8
Cr Cl 10 – 30 ml/menit : berikan CefTAZidim
setiap 24 jam
Dosis CefTAZidim untuk infeksi berat :
2 g setiap 8 jam
Alur pertanyaan :
Alur jawaban :
99
INFORMASI LATAR
BELAKANG PASIEN
5. Keracunan
100
ANTIDOTUM
ANTIDOTUM KAPAN MENGGUNAKAN MEKANISME KERJA
Asetilsistein Parasetamol, karbon tetraklorida Memperbaiki tempat pengosongan glutation
dan melindungi pasien dari kerusakan hati dan ginjal
Karbon aktif Obat dengan rentang luas (metilxantin, Menyerap racun yang ada yang sama baiknya
paraqual, antidepresant trisiklik) dengan memotong siklus enterohepatik dari racun
Desferrioksamin Besi Ion pengkelat besi
Atropin Organofosfat dan karbamat, insektisida, Bersaing dengan reseptor penghambat muskarin
ester kolin contoh karbopol
Etanol Etilen glikol, metil alkohol (metanol) Menghambat metabolisme metanol
yang membentuk formaldehid dan asam format,
sama hal juga terhadap metabolisme etilenglikol
yang membentuk glikoaldehid dan gliklat
Heparin Ergotamin (keracunan kronis), Membalikkan status hiperkoagulan
asam aminokaproat, asam tranexamic
Metilen blue Bahan kimia penyebab Meningkatkan perubahan methemoglobin
methemoglobinaemia, menjadi hemoglobin
contoh : cetrimid, kresol, dapson, nitrat,
para diklorobenzen, fenol, primakuin
Natrium Obat yang bersifat asam Bertindak untuk membasakan urin
bikarbonat dengan meningkatkan eliminasi obat yang bersifat asam
101
LITERATUR
102
LITERATUR TERSIER
Berupa buku teks atau data base, kajian artikel, kompendia
dan pedoman praktis
Sumber Informasi
Umum Spesifik
AHFS Drug Information Adverse reactions -
(ASHP) Meyler’s Side Effect of Drugs
Drug interactions -
Drug Facts and Stockley’s Drug Interactions
Comparisons Extemporaneous compounding
Drug Information Handbook International drug products
(Lexicomp) Pediatric dosing – BNF for Children
Martindale : The Complete Pregnancy and Lactation –
Drug Reference Drugs in Pregnancy and Lactation
(Briggs)
(Pharmaceutical Press)
Therapeutics
British National Formulary
(BNF)
105
Interaksi Obat
Medscape : Drug Interaction Checker
Klasifikasi interaksi “Major” / “Serious”
di berbagai database :
- DrugReax (Micromedex) : 1.841
- Fact & Comparisons : 225
- Hansten & Horn : 200
- Evaluation of Drug Interaction : 88
108
Karakteristik :
1. Konten
2. Keterkinian
3. Penulis / nara sumber
4. Referensi
5. Rancangan dan pengaturan situs
HON-code :
110
HON Code
HON code adalah kode etik dari Health On the Net
Foundation
Organisasi ini memberikan panduan
bagi pengembang situs untuk digunakan
untuk membuat situs web yang memberikan
informasi medis berkualitas tinggi, obyektif,
dan transparan yang disesuaikan dengan
kebutuhan pembaca
111
PIONAS (pionas.pom.go.id)
112
LITERATUR PRIMER
Artikel asli yang dipublikasikan
penulis atau peneliti,
informasi yang terdapat di dalamnya
berupa hasil penelitian yang diterbitkan
dalam jurnal ilmiah.
PIO REGIONAL
PIO LOKAL
FARMASIS DI RUANGAN
Farmasis :
Sebagai sumber yang dapat dipercaya memberikan informasi
tidak bias, up to date mengenai obat dan terapi
123
124
TERIMA KASIH
125
CURRICULUM VITAE
• Nama : Dra. Alfina Rianti, Apt., M Pharm.
• Jabatan : - Koordinator Pelayanan Kefarmasian (Farmasi Klinik)
Instalasi Farmasi, RSUP Fatmawati
- Koordinator Pembinaan & Optimalisasi Praktik Profesi
PC IAI Jakarta Selatan
• Pendidikan :
- S1, Apoteker – Universitas Indonesia
- S2 Clinical Pharmacy – Universiti Sains Malaysia
• Dosen :
- Farmasi Klinik ; Komunikasi, Informasi dan Edukasi di ISTN
- Komunikasi, Informasi dan Edukasi di Universitas Pancasila
- Komunikasi, Informasi dan Edukasi di Uhamka
- Interaksi Obat di UIN
- Farmasi Klinik di Akademi Farmasi Bhumi Husada
- Farmasi Rumah Sakit di Poltekkes
127
Konseling Obat
No. Ketrampilan Tingkat
Kemampuan
1 Komunikasi Apoteker - pasien 4A
2 Analisis hambatan (barrier) komunikasi 4A
3 Penilaian pemahaman pasien terkait penggunaan obat 4A
4 Penggalian informasi lebih lanjut terkait masalah penggunaan obat 4A
5 Pemberian informasi kepada pasien mengenai penggunaan obat, 4A
fungsi, regimentasi, kepatuhan, efek yang tidak dikehendaki
dan solusi masalah penggunaan obat
6 Peragaan teknik penggunaan obat dengan alat khusus (device) 4A
7 Verifikasi akhir pemahaman pasien 4A
8 Dokumentasi kegiatan konseling sediaan farmasi 4A
Standar MKE 1
4. Ada bukti sumber informasi obat D Bukti formularium / MIMS yang terkini 10 TL
yang tepat, terkini, dan selalu ada di semua layanan yang terlibat 5 TS
tersedia bagi semua yang terlibat dalam penggunaan obat 0 TT
dalam penggunaan obat. (D, O, W)
O Lihat Instalasi Farmasi,
unit-unit kerja terkait
KONSELING OBAT
Suatu aktifitas pemberian nasihat atau saran
terkait terapi obat dari Apoteker (konselor)
kepada pasien dan / atau keluarganya.
Konseling untuk pasien rawat jalan
maupun rawat inap di semua fasilitas kesehatan
dapat dilakukan atas inisiatif Apoteker,
rujukan dokter, keinginan pasien
atau keluarganya.
Pemberian konseling yang efektif
memerlukan kepercayaan pasien
dan / atau keluarga terhadap Apoteker
137
ALUR KONSELING OBAT
UNTUK PASIEN RAWAT JALAN
Perawat
(Ruangan)
Hakikat Konseling
• Proses bantuan oleh konselor terhadap klien.
• Menyelesaikan masalah klien,
seperti personal, emosional, sosial, karier dan keluarga.
• Klien melakukan pengambilan keputusan,
sehingga klien merasa nyaman atau bahagia.
• Konseling dapat dilakukan secara perorangan,
pasangan atau kelompok.
• Berfokus pada klien seperti :
kebutuhan, masalah dan lingkungan klien.
• Dalam proses bantuan tersebut adanya saling kerja sama,
mempercayai dan menghargai.
• Membangun penerimaan diri, otonomi, tanggung jawab,
pemahaman dan pengambilan keputusan yang tepat.
• Adanya perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.
• Tercapainya tujuan konseling yaitu klien merasa puas
dan terselesaikannya masalah klien.
140
Perbedaan
Pelayanan Informasi Obat dan Konseling
Konseling
melalui beberapa lisan
metode • Harus ada tatap
• Tidak perlu tatap muka
muka • Literatur standar
• Literatur kompleks • Orientasi kepada
• Orientasi kepada pasien / keluarga
tenaga kesehatan
141
POLIFARMASI
Meresepkan obat melebihi indikasi klinik
Pengobatan yang mencakup setidaknya satu obat
yang tidak perlu.
Penggunaan empiris lima obat atau lebih
(Michocki, 2001)
143
1. PENGENALAN
Memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan konseling
2. PENILAIAN
Tujuan : Menilai kepahaman pasien tentang obat yang diberikan
(jika perlu hubungannya dengan penyakit yang diderita)
Tehnik : - Prime Questions (masalah utama)
- Show and Tell (perlihatkan dan terangkan)
3. PELAKSANAAN
Tujuan : Untuk merangsang, mengubah sikap dari pasien
agar mengerti dan mengikuti regimen terapetik
Gunakan kemahiran komunikasi lisan dan bukan lisan
serta tehnik Show and Tell
4. PENGUJIAN (VERIFIKASI)
Tujuan : Untuk memastikan pasien memahami,
mengerti apa yang sudah kita terangkan
Fill in the gaps (betulkan atau tambahkan, jika ada yang terlupa)
Jawablah jika ada pertanyaan dari pasien
NAMA GENERIK
NAMA DAGANG
INDIKASI OBAT
PENYIMPANAN OBAT
156
Masalah Pasien
Terkait Pengelolaan Obat
Tidak memahami cara penyimpanan obat
yang benar
Menyimpan obat di lemari es, tidak terlindung
dari lembab
Tidak memperoleh penjelasan tentang
cara penyimpanan obat yang tepat / benar
Membuang sisa obat sembarangan,
antara lain di tempat sampah masih utuh,
masih dalam kemasan lengkap dengan etiketnya
157
Diskusi Penutup
- Rekap - Mendapat umpan balik - Mendorong untuk bertanya
RIWAYAT PENGOBATAN
Diskusi Pembuka
- Pengenalan - Penjelasan tujuan - Jaminan kepercayaan
Kondisi no.1 :
- Nama atau gejala kondisi - Berapa lama ?
Diskusi Penutup
o Aminophylline
o Captopril
o Dipyridamole
o FeSO4
o Isosorbide Dinitrate (ISDN)
o Loratadine
o Nifedipine
o Thyroxine Na
175
Cholestiramine resin
Domperidon
Gemfibrozil
Glibenclamide
Metoclopramide
Omeprazole
177
Allopurinol Metformin
Aspilets Methyl Prednisolone
Carbamazepine Potassium
Griseofulvin Prednison
Hydrochlorotiazide (HCT) Spironolactone
Mefenamic Acid Thiamin (Vitamin B1)
178
ANTASIDA
Antasida suspensi lebih efektif daripada Antasida tablet
Antasida tablet harus dikunyah dahulu sebelum ditelan
untuk mendapatkan hasil yang lebih cepat dan efek maksimum
karena Antasida tablet tidak larut semuanya di lambung
sebelum masuk ke usus kecil
Antasida tidak boleh diminum > 2 minggu
kecuali atas petunjuk dokter
Antasida diminum 1 – 3 jam setelah makan
(untuk memperpanjang efek penetralan asam)
dan sebelum tidur
Jangan minum Antasida bersama dengan susu atau produk susu
karena dapat menyebabkan milk alkali sindrome disertai hiperkalsemia
dengan gejala sering kencing, sakit kepala, nafsu makan turun,
mual / muntah, letih dan lemah yang tidak biasa
Allopurinol Cefadroxil
Aminophylline Cephalexin
Amlodipine Cephradine
Amoxicillin Ciprofloxacin
Antasida Clindamycin
Asam Asetil Salisilat Co-trimoxazole
Asam Mefenamat Diclofenac Sodium
Ascorbic Acid Ibuprofen
Calcium Carbonate Tetracycline
181
Aminophylline Furosemide
Amiodarone Haloperidol
Atenolol Methyl Prednisolone
Captopril Nifedipine
Carbamazepine Phenobarbital
Clonidine Phenytoin
Diazepam Propylthiouracil
Digoxin Rifampicin
Ethambutol Warfarin
184
Furosemide
Glibenclamide
Hydrochlorothiazide (HCT)
Methyl Prednisolone
Prednisone
Thyroxine Na
185
Allopurinol Loperamide
Chlorpheniramine Loratadine
Chlorpromazine Mefenamic Acid
Clonidine Metoclopramide
Diazepam Phenobarbital
Digoxin Phenytoin
Haloperidol Pyrantel Pamoate
Ibuprofen Rifampicin
187
CARA MENGGUNAKAN OBAT TETES MATA
YANG BENAR
(Gunakan kaca atau dibantu orang lain, sehingga lebih mudah)
YANG BENAR
(Mintalah bantuan orang lain meneteskan obat tetes hidung, sehingga lebih mudah)
YANG BENAR
1. Cuci tangan anda dengan sabun dan air
2. Jika suppositoria lunak, pegang di bawah air dingin
untuk mengeraskannya sebelum membuka pembungkus
3. Buka pembungkus, jika ada
4. Jika hanya menggunakan separuh suppositoria,
belah 2 memanjang dengan pinggir silet tunggal yang bersih
5. Letakkan pada jari tangan atau sarung tangan disposable, jika perlu
6. Minyaki ujung suppositoria dengan minyak pelumas yang larut
dalam air seperti KY Jelly, jangan minyak ter (vaselin).
Jika tidak punya minyak pelumas, basahkan daerah anus anda
dengan air kran dingin
7. Berbaring pada satu sisi dengan kaki bawah anda lurus
dan kaki atas bengkok menghadap ke arah perut anda
8. Angkat pantat atas, sehingga daerah anus tampak
9. Sisipkan suppositoria,ujung pertama, dengan jari tangan anda
sampai melewati otot sphincter anus kira-kira ½ sampai 1 inci pada bayi
dan 1 inci pada dewasa. Jika tidak disisipkan melewati sphincter,
suppositoria dapat muncul keluar
10. Pegang pantat bersama-sama selama beberapa detik
11. Biarkan berbaring selama 15 menit
untuk mencegah suppositoria keluar
12. Buang alat yang digunakan dan cuci tangan anda
192
193
194
195
196
PASTIKAN !! 197
BENAR
OBAT BENAR
WAKTU
BENAR
BENAR
PASIEN
FREKUENSI
198
SWAMEDIKASI
CURRICULUM VITAE
• Nama : Apt. Dra. Alfina Rianti, M Pharm.
• Jabatan : - Koordinator Pelayanan Kefarmasian (Farmasi Klinik)
Instalasi Farmasi, RSUP Fatmawati
- Koordinator Pembinaan & Optimalisasi Praktik Profesi
PC IAI Jakarta Selatan
• Pendidikan :
- S1, Apoteker – Universitas Indonesia
- S2 Clinical Pharmacy – Universiti Sains Malaysia
• Dosen :
- Farmasi Klinik ; Komunikasi, Informasi dan Edukasi di ISTN
- Komunikasi, Informasi dan Edukasi di Universitas Pancasila
- Komunikasi, Informasi dan Edukasi di Uhamka
- Interaksi Obat di UIN
- Farmasi Klinik di Akademi Farmasi Bhumi Husada
- Farmasi Rumah Sakit di Poltekkes
200
Pelayanan Swamedikasi
• Kompetensi Inti : (Unit Kompetensi 2.3)
Mampu memberikan pelayanan swamedikasi secara tepat sesuai kebutuhan pasien
Pelayanan Swamedikasi
No. Ketrampilan Tingkat Kemampuan
1 Asesmen kebutuhan sediaan farmasi pasien 4A
2 Penetapan kebutuhan pasien terkait sediaan farmasi 4A
3 Pengambilan keputusan untuk memberikan layanan 4A
swamedikasi, memberikan edukasi, menolak permintaan,
atau merujuk ke dokter
4 Pemilihan sediaan farmasi yang tepat untuk swamedikasi 4A
5 Konseling penggunaan, cara menyimpan 4A
dan cara membuang sediaan
6 Monitoring dan evaluasi penggunaan terkait efektivitas 4A
dan keamanan penggunaan sediaan farmasi
7 Penetapan, pencatatan dan pelaporan efek samping obat 4A
8 Dokumentasi layanan swamedikasi 4A
Masalah Pasien
Pada Pelayanan Swamedikasi
• Tidak menginformasikan keluhan / gejala,
hanya minta obat yang dirasa cocok
• Tidak memahami gejala yang dialami
• Tidak menginformasikan keluhan secara lengkap,
sehingga warning symptoms tidak dikenali
• Tidak mau dirujuk ke dokter, minta diberi obat saja
• Tidak memperoleh informasi
tentang pilihan obat non-resep yang tersedia
• Tidak memperoleh penjelasan
tentang kenapa permintaan obat tidak dilayani
205
SWAMEDIKASI (1)
SWAMEDIKASI (2)
• Pemilihan dan penggunaan obat, termasuk
pengobatan herbal dan tradisional, oleh individu
untuk merawat diri sendiri dari penyakit
atau gejala penyakit (World Health Organization)
• Upaya awal yang dilakukan sendiri dalam
mengurangi / mengobati penyakit – penyakit ringan
menggunakan obat-obatan
dari golongan obat bebas dan bebas terbatas
209
OBAT
Suatu bahan atau paduan bahan – bahan
yang dimaksudkan untuk digunakan
dalam menetapkan diagnosa,
mencegah, mengurangkan, menghilangkan,
menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit,
luka atau kelainan badaniah
dan rohaniah pada manusia atau hewan
dan untuk memperelok atau memperindah badan
atau bagian badan manusia
(Kep. Men.Kes. no. 125/Kab/B VII/tahun 1971)
211
PENGGOLONGAN OBAT
• Obat Bebas
• Obat Bebas Terbatas
• Obat Keras
• Psikotropika
• Narkotika
• Prekursor Farmasi
• Obat-obat Tertentu
212
OBAT BEBAS
• Obat yang dijual bebas di pasaran
dan dapat dibeli tanpa resep dokter.
• Pada kemasan dan etiket obat bebas, ditandai
dengan lingkaran hijau dengan garis tepi hitam
• Daftar obat “B”
• Contoh : Parasetamol
213
P no. 2 P no. 5
Awas ! Obat Keras Awas ! Obat Keras
Hanya untuk kumur, jangan ditelan Tidak boleh ditelan
P no. 3 P no. 6
Awas ! Obat Keras Awas ! Obat Keras
Hanya untuk bagian luar badan Obat wasir, jangan ditelan
215
PSIKOTROPIKA
(UU No. 5 Th. 1997 ttg Psikotropika)
I II III IV
• NIMETAZEPAM
• AMOBARBITAL • ALPRAZOLAM
• METIL FENIDAT • FLUNITRAZEPAM • DIAZEPAM
• AMF. RASEMAT • DLL • BROMAZEPAM
• SEKOBARBITAL • LORAZEPAM
(0)
(8) • TRIAZOLAM
(3) • DIETIL PROPION
• KLORDIAZEPOKSIDA
• NITRAZEPAM
• ……
• ZOLPIDEM
(PMK No. 9/2015)
(61)
Semua dipindahkan Sebagian dipindahkan Buprenorfin dipindahkan
jadi narkotika gol. I jadi narkotika gol. I sebagai narkotika gol. III
217
NARKOTIKA
• Zat atau obat yang berasal dari tanaman
atau bukan tanaman, baik sintetis
maupun semi sintetis, yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan
rasa nyeri dan menimbulkan ketergantungan,
yang dibedakan ke dalam golongan-golongan
sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang
tentang Narkotika.
• Daftar obat “O”
• Contoh : Morfin, Petidin
218
PENGGOLONGAN
NARKOTIKA
(UU No. 35 Th. 2009 ttg Narkotika)
I II III
Hanya untuk IPTEK • PETIDIN • KODEIN
• MORFIN • ETILMORFINA
Dilarang u/ pengobatan • FENTANIL • BUPRENORFIN
• Tanaman PAPAVER, • METADON
• OPIUM • dll
• HEROIN/PUTAW
• KOKAIN/ CRACK (86) (14)
• GANJA/MARIHUANA/
CANNABIS
• OPIUM OBAT
UU No. 35 Th. 2009 ttg Narkotika
• CAMP. OPIUM OBAT
PMK No. 13 Th. 2014 (Narkotika + NPS)
DG BAHAN LAIN
(Doveri tab/pulvis)
• MDMA
Perpindahan seluruh Gol I & sebagian
• AMFETAMIN besar Gol II Psikotropika
• NPS
(82)
219
PREKURSOR FARMASI
• Prekursor Farmasi adalah zat atau bahan pemula
atau bahan kimia yang dapat digunakan sebagai
bahan baku / penolong untuk keperluan proses
produksi industri farmasi atau produk antara,
produk ruahan dan produk jadi yang mengandung
efedrin, pseudoefedrin, norefedrin /
fenilpropanolamin, ergotamin, ergometrin,
atau potasium permanganat
PREKURSOR 220
Tabel II
Tabel I 1. Acetone.
1. N-Acetylanthranilic Acid. 2. Anthranilic Acid.
2. Ephedrine. 3. Ethyl Ether.
3. Ergometrine. 4. Hydrochloric Acid.
4. Ergotamine. 5. Methyl Ethyl Ketone.
5. Isosafrole. 6. Phenylacetic Acid.
6. Lysergic Acid. 7. Piperidine.
7. 3,4-Methylenedioxyphe- 8. Sulphuric Acid.
nyl-2-propanone. 9. Toluene.
8. Norephedrine.
9. 1-Phenyl-2-Propanone.
10. Piperonal.
11. Pseudoephedrine.
12. Safrole.
Yg diawasi BPOM adalah Prekursor Farmasi (Tabel I)
13. Potassium Permanganat. khususnya no. 2, 3, 4, 8 & 11
14. Acetic Anhydride.
221
6. Antiparasit
Obat cacing : Mebendazol
226
Kategori I (2HRZE/4H3R3)
Kombipak II Fase Awal : INH 300 mg ; Rifampisin 450 mg ;
Pirazinamid 1500 mg ; Etambutol 750 mg
Kombipak III Fase Lanjutan : INH 600 mg; Rifampisin 450 mg
Kategori II (2HRZES/HRZE/5H3R3E3)
Kombipak II Fase Awal : INH 300 mg ; Rifampisin 450 mg ;
Pirazinamid 1500 mg ; Etambutol 750 mg
Streptomisin 0,75 g
Kombipak IV Fase Lanjutan : INH 600 mg ; Rifampisin 450 mg ;
Etambutol 1250 mg
OBAT TRADISIONAL
Obat jadi atau obat terbungkus
yang berasal dari alam, baik tumbuh-tumbuhan,
hewan, mineral, sediaan sarian (galenik), atau
campuran dari bahan-bahan tersebut,
yang belum mempunyai data klinis
dan dipergunakan dalam usaha pengobatan
berdasarkan pengalaman
231
JAMU
(EMPIRICAL BASED HERBAL MEDICINE)
• Jamu adalah obat tradisional yang disediakan secara tradisional,
misalnya dalam bentuk serbuk seduhan, pil, dan cairan
yang berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu
tersebut serta digunakan secara tradisional.
• Pada umumnya, jenis ini dibuat dengan mengacu pada resep
peninggalan leluhur yang disusun dari berbagai tanaman obat yang
jumlahnya cukup banyak, berkisar antara 5-10 macam bahkan lebih.
• Bentuk jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah
sampai dengan klinis, tetapi cukup dengan bukti empiris.
• Jamu yang telah digunakan secara turun-menurun
selama berpuluh-puluh tahun bahkan mungkin ratusan tahun,
telah membuktikan keamanan dan manfaat secara langsung
untuk tujuan kesehatan tertentu
232
FITOFARMAKA
(CLINICAL BASED HERBAL MEDICINE)
• Merupakan bentuk obat tradisional dari bahan alam
yang dapat disejajarkan dengan obat modern
karena proses pembuatannya yang telah terstandar,
ditunjang dengan bukti ilmiah
sampai dengan uji klinik pada manusia.
• Produk fitofarmaka yang beredar di Indonesia:
– Diabmeneer (Nyonya Meneer), fitofarmaka diabetes.
– Rheumaneer (Nyonya Meneer), fitofarmaka rematik.
– Nodiar (Kimia Farma), fitofarmaka diare.
– Stimuno (Dexa Medica), fitofarmaka modulator imun.
– Tensigard (Phapros), fitofarmaka hipertensi.
234
ALUR TERAPI OBAT BEBAS DAN BEBAS TERBATAS
Pasien datang dengan keluhan
Ya Tidak
Menasehati pasien
Ya
Mengakhiri terapi
235
Obat Antidiare
Pertanyaan Yang Ditanyakan Dalam Penilaian
Dan Konseling Pasien (2)
9. Apakah anda sering buang air besar secara normal ?
10. Apakah keluarga anda mengalami gejala yang sama ?
11. Apakah baru-baru ini diet anda berubah ?
12. Dapatkah anda menghubungkan awal diare
dengan penyebab khusus seperti makanan (produk susu)
atau obat ?
13. Apakah baru-baru ini anda pergi ke luar kota atau luar negeri ?
14. Apakah baru-baru ini anda mengkonsumsi air non clorinasi
seperti dari sungai, kolam atau danau ?
15. Apakah baru-baru ini anda minum obat resep atau non resep ?
Obat apa ?
16. Apakah anda menderita penyakit diabetes, jantung,
pembuluh darah, atau penyakit kronik lain ?
247
Obat Pencahar
Pertanyaan Yang Ditanyakan Dalam
Penilaian Dan Konseling Pasien (1)
1. Kenapa anda merasa perlu pencahar ?
2. Apakah anda sedang atau pernah mengalami sakit perut
atau perut kembung, berat badan turun, mual atau muntah ?
3. Gejala lain apa yang anda alami ?
4. Apakah baru-baru ini anda diobati dokter untuk suatu penyakit ?
5. Apakah baru-baru ini perut anda dioperasi ?
6. Apakah anda hamil ?
7. Apakah anda sering buang air besar secara normal ?
Apakah anda memperhatikan perubahan frekuensinya ?
8. Apakah dapat menggambarkan buang air besar anda ?
Apakah baru-baru ini buang air besar secara alami berubah ?
9. Apakah feses anda berubah ? Seperti apa ?
10. Sudah berapa lama mengalami konstipasi ?
11. Apakah anda mencoba menghilangkan konstipasi
dengan banyak makan sereal, roti yang mengandung serat tinggi,
buah atau sayuran ?
248
Obat Pencahar
Pertanyaan Yang Ditanyakan Dalam Penilaian
Dan Konseling Pasien (2)
12. Apakah anda sering melakukan olahraga ?
13. Berapa gelas air atau cairan lain yang anda minum setiap sehari ?
14. Apakah sebelumnya anda menggunakan pencahar
untuk menghilangkan konstipasi ?
15. Apakah anda minum pencahar sekarang ?
Apakah sering dan berapa lama anda menggunakan pencahar ?
16. Apakah anda mengalami efek yang tidak diinginkan
dari pencahar seperti diare atau sakit perut ?
17. Apakah baru-baru ini anda minum obat selain pencahar ?
Jika ya, obat resep atau non resep apa yang anda minum ?
18. Apakah anda alergi terhadap obat ?
249
TERIMA KASIH
250
Internal Analgesic Products
Questions To Ask In Patient Assessment And Counseling (1)
• Where is the pain ? Is it in one place, such as a particular muscle or area of skin,
or does it spread to other parts of the body ? Is any part of your body red
and swollen ? Have you recently sustained a physical injury ?
• What type of pain do you have ? Is it sharp, dull, aching, knifelike, etc. ?
Is it constant or does it come and go ? Did it develop suddenly ?
• Does the pain occur at any particular time of the day ? Does anything make it worse
or better ? Is it relieved by changing your body position ?
• Do you have any other symptoms that you feel might be associated with the pain
(eg., visual disturbances, numbness, weakness, a tingling sensation, dizziness,
unusual drowsiness, nausea, vomiting, fever, mental confusion,
or unusual sensitivity to light or sounds) ?
• Have you had this pain before ? If so, what medications did you take to relieve
or manage the pain ?
• What have you already taken ? How much and for how long ?
• Do aspirin or other pain relievers upset your stomach ?
251
Internal Analgesic Products
Questions To Ask In Patient Assessment And Counseling (2)
Anthelmintic Products
Questions To Ask In Patient Assessment And Counseling
• Who is the patient ? (Who is this for ?)
• Why do you think you or your child might have worms ?
• Have you seen any worms in stools ?
• Describe your symptoms. Have you had any nausea, diarrhea, abdominal pain,
rectal itching, or weight loss ? Do you become fatigued easily ?
• How long have the symptoms been present ?
• Are other members of your family or close contacts also affected ?
• Have you seen a physician for this problem ?
• Has the problem occurred in the past ? How was it treated ?
Did the treatment work?
• If the patient is not an adult, what is the age and approximate weight of
the patient?
• If the patient is female, is she pregnant or breast feeding ?
• Have you traveled out of the country ? If so, where and when ?
Dermatologic Products 253
CURRICULUM VITAE
• Nama : Apt. Dra. Alfina Rianti, M Pharm.
• Jabatan : - Koordinator Pelayanan Kefarmasian (Farmasi Klinik)
Instalasi Farmasi, RSUP Fatmawati
- Koordinator Pembinaan & Optimalisasi Praktik Profesi
PC IAI Jakarta Selatan
• Pendidikan :
- S1, Apoteker – Universitas Indonesia
- S2 Clinical Pharmacy – Universiti Sains Malaysia
• Dosen :
- Farmasi Klinik ; Komunikasi, Informasi dan Edukasi di ISTN
- Komunikasi, Informasi dan Edukasi di Universitas Pancasila
- Komunikasi, Informasi dan Edukasi di Uhamka
- Interaksi Obat di UIN
- Farmasi Klinik di Akademi Farmasi Bhumi Husada
- Farmasi Rumah Sakit di Poltekkes
256
TATA LAKSANA
PENCEGAHAN
•Memberi pengertian dan saran
tentang :
•Penandaan yang benar
T •Mengantisipasi unit-unit •Pengamanan yang aman
A yang bertanggung jawab •Menyarankan menghentikan
K agar siap siaga menghadapi peredaran serta penarikan
keracunan bahan berbahaya kembali suatu produk tertentu
L
A
N
•Menyarankan jika memungkinkan
G produksi produk yang toksisitasnya
S lebih rendah
U •Kontak dengan produsen •Pengemasan yang aman
N •Penampilan yang tepat
G dari bahan berbahaya
261
TUJUAN
Tertanggulanginya masyarakat dari bahaya
akibat bahan / produk yang dapat menimbulkan keracunan
yang sekaligus menurunkan angka kesakitan / kematian
akibat keracunan
SASARAN
Terlayaninya seluruh masyarakat
dan tenaga profesi kesehatan secara cepat dan benar
akan informasi bahaya dan penanganan keracunan
yang disebabkan oleh bahan alami, bahan / produk
yang beredar di Indonesia yang dapat menimbulkan
keracunan akut maupun kronis
263
PERBEDAAN ANTARA
PUSAT KERACUNAN
DAN PELAYANAN INFORMASI OBAT
3
5
6 4 PENCARIAN LITERATUR
KATALOG JAWABAN YANG SISTEMATIS
(1st, 2nd, 3rd)
266
DATA BASE
DATA KASUS FORMULIR DATA BASE SIKer
KERACUNAN KASUS KASUS NASIONAL
RUMAH SAKIT KERACUNAN KERACUNAN
RUMAH SAKIT
KATALOG LAPORAN
REKOMENDASI
267
TOKSIKOLOGI
• Merupakan ilmu pengetahuan yang berkaitan
dengan sumber, karakteristik dan kandungan racun,
gejala dan tanda yang disebabkan racun, dosis fatal,
periode fatal dan penatalaksanaan kasus keracunan.
RACUN
Merupakan bahan yang membahayakan
bila masuk ke dalam tubuh.
Bahayanya bisa ringan
(misalnya sakit kepala atau muntah) atau berat
(misalnya tidak sadar atau tiba-tiba panas tinggi)
dan bila keracunan berat
bisa menyebabkan kematian.
270
PEMAPARAN
• Pemaparan Akut
merupakan kontak tunggal yang berlangsung
untuk beberapa detik, menit, jam atau
beberapa pemaparan selama sehari atau lebih
• Pemaparan Kronik
merupakan kontak yang berlangsung
beberapa hari, bulan atau tahun
271
KERACUNAN
• Bahan kimia
• Bahan tambahan pangan
• Obat
• Pestisida
273
BAHAN KIMIA
• Alkali • Kadmium oksida
• Amonia • Kalium klorat
• Arsen trioksida • Kalium sianida
• Asam klorida • Karbon monoksida
• Asam nitrat • Kloroform
• Asam oksalat • Merkuri klorida
• Asbestos • Naftalen
• Aseton • Ozon
• Benzalkonium klorida • Terpentin
• Etilen oksida • Tinner
• Fenol • Timbal
• Hidrogen peroksida
274
OBAT
– Amfetamin
– Barbiturat
– Digitalis
– Efedrin
– Karbamazepin
– Obat hipoglikemi
– Parasetamol
– Propanolol
– Rifampisin
– Salisilat
278
PESTISIDA
• Aluminium fosfida • Metidation
• Atrazin • Sipermetrin
• Benomil • Tembaga oksiklorida
• Deltametrin • Brodifakum
• Dikofol • D-aletrin
• Endosulfan • Deet
• Fenotrotion • Diklorvos
• Fenfalerat • Paradiklorobenzen
• Karbaril • Propoksur
• Karbofuran • Temepos
• Klorpirifos • Transflutrin
• Metil bromida
279
CARA MENYIMPAN
• Simpan dalam ruangan yang kering, tidak terjangkau oleh anak-anak,
jauh dari makanan dan minuman, sumber air, hewan piaraan
serta orang yang tidak mengerti kegunaannya. Simpan dalam wadahnya sendiri
dan jangan menggunakan wadah lain karena orang yang tidak mengetahuinya
dapat mengira makanan atau minuman
• Simpanlah selama waktu yang diperlukan
• Jika bahan dalam bentuk cairan tumpah, serap dengan serbuk gergaji atau pasir,
kumpulkan bahan ke wadah yang tertutup rapat untuk dibuang dan
hindari dari sumber air atau saluran air. Jangan menyentuh bahan yang tumpah.
• Untuk menghindari debu dari bahan yang tumpah basahi dengan alkohol kemudian
serap dengan kertas absorban lalu pindahkan ke wadah yang tertutup rapat
dan permukaan yang terkena bahan yang tumpah dicuci dengan air dan sabun
• Hindari panas, percikan atau nyala api dan sumber lainnya yang menimbulkan
kebakaran. Hindari kontak dengan bahan yang inkompatibel
• Jika terjadi kebakaran pada tempat penyimpanan gunakan pemadam api dengan
CO2, kimia tepung kering atau busa. Gunakan agen pemadam kimia kering biasa,
pasir, kapur (“lime”) dan abu soda (“soda ash”). Simpan terpisah dari bahan asam,
dan tahan panas. Jangan menyimpan dalam ruang yang lembab
280
CARA MENGGUNAKAN
• Bacalah label dan informasi lain sebelum menggunakannya. Jika tidak jelas dapat
ditanyakan pada orang yang mengetahuinya, misalnya pada toko yang menjualnya atau
pada petugas pertanian / penyuluh pertanian dan pada petugas Sentra Informasi
Keracunan. Sebelum membaca dan mengerti isi pada label jangan menggunakannya
• Jangan makan, minum atau merokok selama bekerja
• Yakinkan peralatan menyemprot bekerja dengan baik sebelum menyemprot
• Pada saat mencampur / mengencerkan, menyemprot ke lahan pertanian dan
membersihkan alat penyemprot jangan mengerjakan sendiri dan hindari pemakaian
tangan kosong sebaiknya menggunakan sarung tangan karet, sepatu bot, kaca mata,
pelindung pernapasan dan baju kerja yang menutupi kulit seluas mungkin. Jangan
menggunakan pakaian / sepatu / sarung tangan yang kotor dan rusak. Hindari kontak
dengan kulit, mata dan membran mukosa pernafasan
• Pada saat menyemprot sebaiknya jangan makan, minum dan merokok. Hindari teknik
penyemprotan yang salah. Jangan menyemprot berlawanan dengan arah angin
• Hentikan menyemprot jika terjadi bercak di kulit atau merasa tidak sehat, merasa ada
gangguan penglihatan, berkeringat, haus, nyeri kepala, perasaan dingin atau flu. Segera
ke dokter dengan membawa label produk tersebut
281
Pada kebanyakan kasus keracunan, biasanya jumlah bahan yang menyebabkan keracunan
tidak diketahui. Karena itu prinsip penatalaksanaan keracunan adalah mengobati pasien,
bukan racunnya.
Pasien Masuk
Stabilisasi :
• Triase
• Resusitasi
kardiopulmonal
Dekontaminasi ,
Eliminasi, Antidotum
Pertolongan pada keadaan khusus
Rujuk
283
TRIASE
berdasarkan skala prioritas kegawat-darutan pasien keracunan
• Gawat darurat
• Gawat tidak darurat
• Darurat tidak gawat
• Tidak gawat tidak darurat
• Pasien keracunan akut yang datang
sudah dalam keadaan meninggal :
mendapat LABEL HITAM
dan merupakan prioritas terakhir
284
GAWAT DARURAT
• Keadaan mengancam nyawa
yang jika tidak segera ditolong dapat meninggal atau cacat
sehingga perlu ditangani dengan prioritas pertama.
• Pada penanggulangan keracunan massal,
pasien Gawat Darurat mendapat LABEL MERAH
• Setelah stabil, pasien segera dilakukan terapi definitif
berupa : dekontaminasi, eliminasi, pemberian antidotum
(jika ada) dan selanjutnya dirujuk ke rumah sakit
• Pasien keracunan akut dengan penurunan kesadaran,
gangguan jalan nafas, gangguan pernafasan,
gangguan sirkulasi atau pemaparan pada mata
yang potensial mengakibatkan kebutaan
285
Nilai Pernafasan
Lihat
Dengar
Rasakan
Waktu : 10 detik
• Jika diduga terdapat cedera tulang, maka Head Tilt dan Chin Lift tidak boleh dilakukan,
hanya bisa dilakukan Jaw Thrust Mandibula
296
297
Prosedur ini untuk anak > 1 tahun, orang gemuk atau wanita hamil
Caranya :
- Bayi ditunggingkan / ditelungkupkan pada lengan penolong
dengan kepala lebih rendah dari badan
dan kepala ditahan dengan menahan pada rahang bawah
- Dada bayi terletak pada lengan voler penolong
- Kemudian dengan menggunakan pangkal telapak tangan yang lain
berikan empat kali pukulan di antara ke dua tulang belikat.
- Setelah memberikan pukulan penolong meletakan tangannya yang bebas
pada punggung bayi sehingga terjepit di antara ke dua tangan.
Tangan bawah menekan leher, rahang dan dada sedangkan tangan lainnya
menahan punggung. Sambil tetap menahan kepala dan leher,
bayi diletakan di atas pangkuan penolong dengan kepala lebih rendah
daripada badan, kemudian empat kali hentakan di dada dilakukan
seperti pada kompresi dada tetapi dengan kecepatan yang lambat
306
307
Mulut Ke Hidung
Posisi Tangan
317
30 : 2
318
Menentukan titik tumpu tekan jantung :
• Dengan jari tengah menyusuri lengkung iga paling bawah ke arah ulu hati
• Letakan 1 jari arah ke kepala di atas tulang dada
• Letakan tumit telapak tangan yang lain arah ke kepala di atas tulang dada
• Disinilah titik tumpu tekan jantung
on the centre of the chest 319
4-5 CM
DEKONTAMINASI
Setelah keadaan pasien stabil, tanyakan mengenai jenis dan rute pemaparan
• Dekontaminasi pulmonal
• Dekontaminasi mata
• Dekontaminasi kulit (termasuk rambut dan kuku)
• Dekontaminasi gastrointestinal
a. Induksi muntah (emesis)
b. Pengenceran
c. Bilas lambung (gastric lavage)
d. Arang aktif dosis tunggal
e. Katartik
f. Irigasi usus
g. Endoskopi
h. Tindakan bedah
325
DEKONTAMINASI PULMONAL
Jika terpapar melalui inhalasi,
lakukan dekontaminasi pulmonal :
- Pindahkan / jauhkan korban ke tempat yang aman
dan udara segar.
- Monitor kemungkinan gawat nafas.
- Jika fasilitas memadai, berikan oksigen
(sebaiknya oksigen lembab 100%
dengan aliran optimal sesuai dengan keadaan pasien).
326
DEKONTAMINASI MATA
Jika terpapar pada mata, lakukan dekontaminasi mata.
Prosedur ini dilakukan sebelum dekontaminasi kulit pada pasien
yang matanya terpapar
- Posisi pasien duduk atau berbaring dengan kepala tengadah dan miring
ke sisi mata yang terpapar.
- Secara perlahan bukalah kelopak mata dan bilaslah (irigasi)
dengan sejumlah air bersih dingin atau larutan NaCl 0.9% perlahan
minimal selama 15 menit.
- Hindari bekas air cucian mengenai wajah atau mata lainnya.
- Jika masih belum yakin bersih, bilas kembali selama 10 menit.
- Jangan biarkan pasien menggosok matanya
- Tutuplah mata dengan kain kassa steril dan segera rujuk / konsul
ke dokter mata.
- Jika nyeri, iritasi, edema, lakrimasi dan fotopobia masih menetap
setelah 15 menit irigasi, segera rujuk ke dokter spesialis mata.
- Jika terpapar bahan kimia kaustik, asam atau alkali, lakukanlah irigasi
dengan NaCl fisiologis steril minimal selama 1 jam
atau sampai pemeriksaan dengan kertas lakmus pada cul-de-sacs
inferior dan superior menunjukan pH normal.
327
DEKONTAMINASI KULIT
(TERMASUK RAMBUT DAN KUKU)
Jika terpapar pada kulit, rambut atau kuku, lakukan dekontaminasi kulit.
- Lepaskan pakaian, arloji, sepatu dan perhiasan lainnya
yang terkontaminasi zat racun atau muntahannya
dan simpanlah dalam wadah / plastik tertutup.
- Bawa segera pasien ke air mengalir atau pancuran terdekat.
- Penolong perlu dilindungi dari percikan, misalnya dengan menggunakan
sarung tangan, masker hidung dan pakaian pelindung.
Hati-hati untuk tidak menghirupnya.
- Cuci dan gosok segera bagian kulit, kuku dan rambut yang terkena
dengan air mengalir dingin atau hangat dan sabun minimal 10 menit.
- Jika tidak ada air, sekalah kulit dan rambut pasien dengan kain
atau kertas secara lembut. Jangan digosok.
- Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut
- Untuk kulit yang terpapar bahan kaustik, lakukanlah irigasi
sesering mungkin selama 24 jam dengan NaCl fisiologis.
- Jangan beri penetralisir asam atau alkali
- Jangan beri cream atau vaselin karena dekontaminasi menjadi lebih sulit.
328
DEKONTAMINASI GASTROINTESTINAL
• Rute pemaparan racun yang paling sering terjadi
adalah dengan cara menelan.
• Tujuannya adalah untuk mengeluarkan
dan detoksikasi racun serta mencegah absorbsi
lebih lanjut sehingga efek toksik racun berkurang.
• Ada beberapa cara melakukan dekontaminasi
gastrointestinal tergantung simptomatologi
dan jenis racun yang tertelan
329
PENGENCERAN
Indikasi :
- segera setelah menelan racun yang bersifat alkali atau asam
lemah dan jika pasien sadar serta dapat menelan.
Kontra indikasi :
- pada penelan asam pekat atau bahan kaustik
- pasien dengan penurunan kesadaran
- pasien yang tidak dapat menelan
- gangguan pernafasan
- nyeri abdomen
Caranya :
beri minum air dingin atau susu sebanyak 250 ml (dewasa)
atau 15 ml/kg (anak).
331
BILAS LAMBUNG (GASTRIC LAVAGE)
• Prosedur ini dilakukan segera setelah pasien menelan sejumlah bahan kimia (biasanya 1-4 jam pertama).
Selama dilakukan tindakan ini, letakan pasien dalam posisi trendelenberg (kepala lebih rendah daripada badan)
dan left lateral decubitus (miring ke kiri) atau terpasang pipa endotrakheal.
• Kontra indikasi :
- Jika menelan bahan kimia yang bersifat asam atau alkali, karena potensial menyebabkan injuri mukosa gastrointestinal.
- Jika menelan bahan kaustik karena potensial terjadi aspirasi pneumoni.
- Setelah menelan bahan kaustik korosif
- Hilangnya refleks protektif jalan nafas
- Pasien dengan penurunan kesadaran (kecuali telah dipasang pipa endotrakheal)
- Jika menelan bahan kimia yang diketahui bersifat non toksik
• Caranya :
- Posisi kepala miring ke kiri dan menunduk. Lindungi jalan nafas dengan posisis Trendelenberg
(kepala lebih rendah daripada badan) dan left lateral decubitus ( miring ke kiri)
- Pasien tidak sadar harus sudah terpasang pipa endotrakheal
- Pasang pipa nasogastrik ukuran besar.
- Lakukan aspirasi
- Kemudian beri cairan NaCl fisiologis atau air hangat (38ºC) atau air dingin (suhu kamar) sebanyak 150- 300 ml
(untuk anak < 5 tahun 10 ml/kg berat badan ) dan lakukan bilas lambung sampai jernih.
Hati-hati pada kehamilan (terutama trimester ke 3), pasien dengan kelainan jantung, pasien dengan potensial terjadi
depresi sistem syaraf pusat atau kejang dan kemungkinan perforasi gastrointestinal.
Komplikasi : spasme laring, regurgitasi isi lambung, lesi pada esofagus dan lambung, pneumotoraks, irama jantung ektopik,
elevasi segmen ST, hipernatremia, intoksikasi air dan hipotermi.
332
KATARTIK
(DILAKUKAN DI RUMAH SAKIT SETELAH PASIEN DIRUJUK)
• Katartik tidak rutin dilakukan dan sebaiknya dilakukan di rumah sakit
• Indikasi : katartik dapat dipertimbangkan hanya pada :
keracunan jika terjadi konstipasi
• Kontra indikasi :
Bising usus tidak ada, baru dilakukan operasi abdomen,
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, gagal jantung,
gangguan faal ginjal dan usia yang terlalu muda atau terlalu tua
• Katartik yang digunakan :
- osmotik : laktulose, manitol, sorbitol
- garam : Na fosfat /sulfat, Mg sitrat/sulfat.
• Komplikasi :
Diare hebat, dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, hipotensi
dan kram perut.
334
ENDOSKOPI
(DILAKUKAN DI RUMAH SAKIT SETELAH PASIEN DIRUJUK)
• Indikasi :
Dekontaminasi batu batere (disk) yang kecil, drug packages
kecuali heroin atau kokain karena mudah pecah
TINDAKAN BEDAH
(DILAKUKAN DI RUMAH SAKIT SETELAH PASIEN DIRUJUK)
• Indikasi :
Jika menelan bahan yang sangat korosif, benda asing
yang tidak dapat dikeluarkan dengan cara lain
penderita dapat dirujuk ke rumah sakit
yang memiliki dokter spesialis bedah/bedah digestif.
336
RUJUKAN
• Rujukan pasien
Setelah dilakukan stabilisasi dan terapi definitif ( sesuai dengan
fasilitas yang ada), jika perlu pasien dirujuk ke rumah sakit.
• Pemeriksaan laboratorium toksikologi
Pasien yang memerlukan pemeriksaan analisa toksikologi dirujuk
kepada Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional (PPOMN) atau
laboratorium terdekat yang memiliki fasilitas analisa toksikologi.
• Rujukan informasi mengenai penatalaksanaan keracunan
lebih mendetail
Sentra Informasi Keracunan Nasional – Badan Pengawas Obat
Makanan Republik Indonesia.
Telepon 02142889117; 0214259945, E-mail pusatiomker@cbn.net.id
atau
Sentra Informasi Keracunan Daerah tingkat Propinsi setempat.
344
MONOSODIUM GLUTAMAT (1)
INTRODUKSI
• Golongan : Penyedap
• Bentuk dan ciri khas :
Bentuk bubuk kristal padat, warna putih, tidak berbau, mempunyai rasa
sedikit manis atau asin. Mudah larut dalam air, sukar larut dalam alkohol 5 %
larutan dalam air mempunyai pH 6,7-7,2. Rumus molekul : C(5)H(8)NnaO(4), H(2)O.
Berat molekul : 187.1
• Nama dagang : -
• Penggunaan :
Digunakan sebagai bahan tambahan pangan dan penyedap.
MSG secara luas dipakai sebagai penyedap rasa.
• Rute pemaparan : Kontak dengan kulit, kontak dengan mata dan tertelan
• Catatan :
Monosodium Glutamat (MSG) merupakan suatu asam amino (protein hidrolisates)
yang sinonimnya adalah : 621, Chinese Seasoning, Natrii Glutamas atau Sodium
Glutamate. MSG 32 g setara dengan MSG anhidrous 29 g atau asam glutamat 25 g
345
MONOSODIUM GLUTAMAT (2)
GEJALA DAN TANDA-TANDA KERACUNAN
• Keracunan Akut :
Terhirup : tidak tersedia informasi
Kontak dengan kulit : iritasi
Kontak dengan mata : iritasi
Tertelan : mual, muntah, sakit perut, sakit dada, konvulsi
• Beberapa jam setelah menelan MSG 3 g atau lebih atau 15-20 menit setelah menelan
MSG 5 g, terutama jika perut dalam keadaan kosong, dapat menimbulkan
sindroma restoran Cina, yaitu : rasa terbakar, rasa tegang pada wajah dan nyeri dada.
6-12 jam setelah menelan 0,5-5 g MSG dapat menimbulkan sindroma restoran Cina
yang disertai asma. 1-2 jam setelah menelan 1-2 g MSG dapat menyebabkan nyeri kepala,
nyeri perut bagian atas, diaforesis, perasaan terbakar di dada, sesak nafas, palpitasi,
kesemutan pada ekstremitas, perasaan panas pada wajah dan dada. Kira-kira 16 jam
setelah menelan 250 mg MSG : dapat terjadi angioedema pada wajah dan ekstremitas
• Keracunan Kronik :
Terhirup : tidak tersedia informasi
Kontak dengan kulit : tidak tersedia informasi
Kontak dengan mata : tidak tersedia informasi
Tertelan : efek reproduksi
346
MONOSODIUM GLUTAMAT (3)
PERTOLONGAN UMUM
• Stabilisasi :
• Dekontaminasi :
• Eliminasi :
• Antidotum : tidak ada antidotum
• Pertolongan pada keadaan khusus :
• Rujukan :
KEPUSTAKAAN
Poisindex. Monosodium glutamat, Micromedex Inc. 1974 – 2000
Vol 106
MDI. Information Systems, Inc., 1984 - 1997
347
348
TERIMA KASIH
APOTEKER
2019
350
Sumber Daya
• Apoteker
Manusia
Merencanakan
pengobatan
‘Penulisan resep’
Monitor Pelaksanaan
perkembangan pengobatan
pasien ‘penggunaan obat’
354
Dokter Apoteker
Pasien
Tim kepanitiaan
Perawat
dan peneleliti
355
• Bentuk Sediaan
Farmakologi • Efikasi
• Keamanan penggunaan pada ibu hamil dan menyusui
• ESO
Interaksi • Stabilitas
• Ketersediaan
Obat
• Harga
• Sifat fisika atau kimia dari obat dll
356
SOAL
DOSIS OBAT
dilakukan:
Pasien menderita tetanus. Dimana tetanus dapat
menyebabkan tegang dan kejang yang
menyakitkan dalam 7 hari setelah luka atau
masuknya bakteri. Keluhan lainnya adalah sulit
menelan, otot perut yang terasa keras. Otot
wajah mengecil sehingga wajah keriput.
Beberapa orang dengan kaku otot yang hebat,
nyeri dirasakan pada seluruh tubuh. Penyakit ini
dapat ringan (kram otot dengan sedikit kejang),
sedang (kaku rahang dan sulit menelan), atau
berat (kejang hebat atau henti napas).
Yang harus dilakukan yaitu pemantauan kondisi
pasien apakah kesakitan atau nyeri yang
dirasakan berkurang atau tidak. Selanjutkan
dikonsultasikan dengan dokter mengenai dosis
antikonvulsan dan serum anti tetanus.
359
SOAL
CARA PEMAKAIAN
Literatur :
ISO volume 42, tahun 2007
SOAL
DOSIS ANAK
Penanya : Asisten Apoteker
R/ Ozen drops
S 3 X 3 tetes
Umur : 1 tahun
Ditanya : Dosis….?
Penyelesaian : 362
LITERATUR
ISO tahun 2007
SOAL
DOSIS ANAK
3 TC = Lamivudine
◦ Indikasi : Infeksi HIV pada dewasa dan ≥ 3 bulan
◦ Efek samping : Lemah, rasa tidak enak badan, ruam,
parestesia, sakit kepala, mual.
◦ Peringatan : Pankreatitis, kerusakan ginjal berat,
penderita sirosis parah.
◦ Interaksi obat : Trimetroprim meningkatkan kadar
lamipudin dalam plasma
◦ Dosis : Untuk anak usia 3 bulan sampai 12
tahun 4 mg/kgBB tiap 12 jam.
◦ Dosis lazim : 1 kali = 4 mg x 3,2 kg = 12,8 mg
◦ 1 hari = 12,8 mg x 2 = 25,6 mg
◦ Dosis dalam resep : 1 kali = 3 mg
◦ 1 hari = 3 mg x 2 = 6 mg
◦ Kesimpulan : Dosis yang diberikan dalam resep
kurang dari dosis lazim.
367
NVP = Nevirapin
Indikasi : Digunakan kombinasi dengan setidaknya dua obat
antiretroviral,untuk pengobatan infeksi HIV yang sudah parah.
Pencegahan penularan HIV antara ibu dan anak pada wanita yang
sedang hamil yang tidak mendapat terapi antiretroviral pada
waktu melahirkan.
Efek samping : Ruam, reaksi alergi, mual, fatique, demam, sakit
kepala, somnolen, diare, nyeri abdomen, mialgia..
Peringatan : Disfungsi hati atau ginjal. Hentikan pengobatan
jika pasien mengalami ruam berat atau ruam denan berbagai
gejala.
Interaksi obat : Ketokonazol, kontrasepsi oral,, Rifampisin,
Rifabutin, Metadon.
Dosis : Untuk anak usia 2 bulan sampai 15 tahun
4 mg/kgBB untuk 14 hari pertama kemudian ( bila tidak timbul
ruam ) 7 mg/kgBB dua kali sehari tiap 12 jam. Untuk anak usia 2
bulan – 8 tahun atau ditambah sampai dengan 4 mg/kgBB tiap 12
jam untuk usia >8 tahun. Dosis tidak boleh lebih dari 400
mg/hari.
Dosis lazim : 1 kali = 4 mg x 3,2 kg = 12,8 mg
1 hari = 12,8 mg
Dosis dalam resep : 1 kali = 15 mg
1 hari = 15 mg
Kesimpulan : Dosis yang diberikan dalam resep lebih besar dari
dosis lazim.
368
Pembahasan :
Persediaan obat yang ada yaitu :
Duviral : Zidovudin 300 mg + lamivudin 150 mg
Hifiral : Lamivudin 150 mg
SOAL
DOSIS
Penanya : Pasien dai klub Geriatri /
Osteoporosis
Keluhan : ISDN SL sudah digunakan 1 tablet,
tapi dada masih sakit.
Apa yang harus dilakukan ?
370
Penyelesaian :
Isosorbid Dinitrat Sublingual (ISDN SL) menyebabkan relaksasi otot
polos vaskular sehingga menghasilkan efek vasodilator pada arteri
maupun vena perifer dengan efek yang lebih dominan pada sistem
vena. Dalam dosis terapi, ISDN menurunkan tekanan sistolik,
diastolik dan tekanan darah arteri rata-rata terutama pada posisi
tegak. Penurunan tekanan darah sistemik dapat menimbulkan
takikardia reflek, yang merupakan efek yang merugikan kebutuhan
oksigen miokard.
Indikasi : Digunakan untuk pengobatan dan pencegahan angina
pectoris.
Interaksi : Alkohol dapat meningkatkan kepekaan terhadap efek
hipotensi. Karena ISDN bekerja secara langsung terhadap otot polos
vaskuler, maka obat lain yang kerjanya tergantung pada otot polos
vaskuler dapat menurunkan atau meningkatkan efek.
Efek samping : Sakit kepala dan hipotensi
371
Literatur :
◦ Daftar Obat Indonesia hal 38.
◦ Drug Information 88, hal 955.
◦ Farmakologi dan Terapi, hal 346.
372
SOAL
CARA PEMAKAIAN
SOAL
Efek Samping Obat
Penanya : Pasien
R/ Phaproxin. S 3 x 1
Penyelesaian :
Phaproxin nama generiknya Siprofloksasin.
Indikasi : Infeksi saluran kemih termasuk prostatika, urethritis
dan servitis gonore, saluran cerna termasuk demam tiroid dan
paratiroid, saluran napas kecuali pneumonia dan streptococcus,
kulit dan jaringan lunak, tulang dan sendi.
Efek samping : mual, tidak nyaman di perut, dyspepsia, kembung,
diare, stomatitis, kolitis pseudomembran, sakit kepala, pusing,
lemas, mengantuk, mudah lelah, agitasi, insomnia, depresi,
halusinasi, gangguan penglihatan, psikosis, kejang.
Dosis :
Mylanta Suspensi
Komposisi : Gel kering Al (OH)3 200mg
Mg(OH)2 200 mg
Simetikon 20mg
Indikasi : kelebihan asam lambung, gangguan
pencernaan.
Efek samping : konstipasi, diare, mual,
muntah, hipofosfakemia.
377
Gastrul
Zat aktif : Misoprostol
Indikasi :mencegah ulkus gaster yang diinduksi AINS
pada pasien dengan resiko tinggi mengalami komplikasi
Efek samping : Gangguan GI ( diare dan nyeri abdomen)
Penderita mengalami sakit perut disebabkan karena efek
samping dari phaproxin dan untuk mengatasi sakit perutnya
penderita boleh minum obat maag, tapi obat maag yang tidak
mengandung Al(OH)3 dan Mg(OH)2 sebagai antasid dapat
mengganggu atau menurunkan absorpsi siprofloksasin,
akibatnya infeksi yang diderita tidak terobati dengan baik. Untuk
itu pilihan obat maag yang baik untuk penderita tersebut adalah
Gastrul karena zat aktifnya misoprostol.
Literatur :
Tjay TH, Raharja K,”Obat – Obat Penting, Khasiat, Penggunaan,
dan Efek Sampingnya”.
Farmakologi dan terapi
378
SOAL
INTERAKSI OBAT
R/ Cisapride
S. 3 dd 1
R/ Ranitidin
S. 3 dd 1
Penyelesaian :
Cisapride
◦ Indikasi : Gangguan motilitas GI seperti gastroparasis,
refluks esofagal pada orang dewasa, refluks
gastroesofagal berat pada anak.
◦ Dosis : Dewasa awal 5 mg 3 – 4 kali per hari,
maksimal 40mg/hari
◦ Anak awal 0,2 mg/kgBB 3 – 4 kali per hari, maksimal
0,8 mg/kgBB. Tidak boleh lebih dari 20 mg/hari.
◦ Efek samping : kejang – kejang usus, diare, nyeri
kepala.
◦ Peringatan : Aritmia jantung, gagal jantung kronik,
meningkatkan motilitas GI, gangguan pernapasan.
◦ Interaksi Obat : dapat meningkatkan adsorpsi
ranitidin.
380
Ranitidin
Ranitidin merupakan 112 bloker. Obat ini menempati reseptor histamin
H2 secara selektif dipermukaan sel – sel parenteral sehingga sekresi
asam lambung dan pepsin dapat dikurangi.
Indikasi : Ulkus duodenum, refluks esofagus, sindrom zolinger Ellison.
Dosis : Dewasa 1 tablet 2 kali sehari.
Efek Samping : diare (sementara), nyeri otot, pusing dan reaksi – reaksi
kulit.
Interaksi Obat : menurunkan klirena warfarin, prokainamid, N-asetil
prokainamid, meningkatkan absorpsi midazolan, tetapi menurunkan
absorpsi kobalamin.
Kesimpulan : Cisapride dapat meningkatkan absorpsi ranitidin. Bila
absorpsi ranitidin meningkat, maka efek dari ranitidin juga akan
meningkat dan kemungkinan efek samping juga lebig besar. Telinga
berdengung kemungkinan disebabkan karena sakit kepala yang berlebih
yang berasal dari efek samping Ranitidin.
Literatur :
MIMS 102 edisi 3, 2005 hal 17
ISO tahun 2007
Tjay TH, Raharja K.”Obat – Obat Penting, Khasiat, Penggunaan dan Efek
Samping”.
381
Penanya : Pasien
R/ Lincocin 500, S 3 x 1
R/ Exaflam 50, S 3 x 1