Anda di halaman 1dari 16

IKLAN LAYANAN PRODUK FARMASI

Definisi Iklan
(Advertensi / Reklame)
Menurut PPPI
Segala bentuk pesan
tentang suatu produk
disampaikan melalui suatu
media, dibiayai oleh
pemrakarsa yang dikenal,
serta ditujukan kepada
sebagian atau seluruh
masyarakat.

Advertensi berasal
(Bahasa Latin dari
ad-vere) =
menyampaikan
pikiran dan gagasan
kepada orang lain.
Sedangkan reklame
(Bahasa Perancis,) =
reclame

Fungsi
Iklan
Informati
Persuasif
f

Prinsip Etika dalam


Iklan
Jujur, benar, dan
bertanggungjawab.

Bersaing secara sehat.

Tidak bertentangan dengan


hukum yang berlaku.

Norma dan Etika Iklan


Penggunaan

kata-kata superlatif
Iklan tidak boleh menggunakan kata seperti
paling atau kata-kata berawalan ter, tanpa
secara khas menjelaskan keunggulan tersebut
yang
harus
dapat
dibuktikan
dengan
pernyataan tertulis dari otoritas terkait atau
sumber yang otentik.
Penggunaan
kata-kata
tertentu
harus
memenuhi ketentuan berikut :
Penggunaan kata 100%, murni, asli untuk
menyatakan sesuatu kandungan, kadar, bobot,
tingkat mutu, dan sebagainya, harus dapat
dibuktikan dengan pernyataan tertulis dari
otoritas terkait atau sumber yang otentik.
Pada
prinsipnya kata halal tidak untuk

Lanjutan norma dan etika iklan.

Peniruan
Iklan

tidak boleh meniru ikon atau atribut khas


yang telah lebih dulu digunakan oleh sesuatu
iklan produk pesaing dan masih digunakan
hingga kurun dua tahun terakhir.
Garansi
Jika suatu iklan mencantumkan garansi atau
jaminan atas mutu suatu produk, maka dasardasar jaminannya harus dapat dipertanggungjawabkan.
Pornografi dan Pornoaksi
Iklan tidak boleh mengeksploitasi sensualitas
dengan cara apa pun, dan untuk tujuan atau
alasan apa pun.
Merendahkan

KUHP

UU
Perlind
ungan
Konsum
en

DasarDasar
Pengaturan
Tentang
Iklan

Tata
Krama
Periklan
an
Indones
ia

UU Pers

UU RI NO. 40 TAHUN 1999 TENTANG


PERS
Pasal 13
Perusahaan pers dilarang memuat iklan :
1. Yang bersifat merendahkan martabat suatu
agama dah atau menganggu kerukunan hidup
antar umat beragama, serta bertentangan
dengan rasa kesusilaan masyakarat.
2. Minuman keras, narkotika, psikotropika, dan
zat adiktif lainnya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangan yang berlaku.
3. Peragaan wujud rokok dan atau penggunaan
rokok.

UU RI NO. 8 TAHUN 1999


TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN
Pasal 17
(1) Pelaku usaha periklanan dilarang memproduksi iklan
yang :
a. mengelabui konsumen mengenai kualitas,
kuantitas, bahan, kegunaan dan harga barang dan
atau tarif jasa serta ketepatan waktu penerimaan
barang dan atau jasa.
b. mengelabui jaminan/garansi terhadap barang dan
atau jasa.
c. memuat informasi yang keliru, salah, atau tidak
tepat mengenai barang dan atau jasa.
d. tidak memuat informasi mengenai risiko
pemakaian barang dan atau jasa.
e. mengeksploitasi kejadian dan atau seseorang

Pada Undang-Undang Republik Indonesia


Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
disebutkan :

1. Obat
Sediaan
Farmasi

2. Obat
Tradisional
3. Kosmetik

Promosi Obat
Promosi Obat adalah semua kegiatan
pemberian informasi dan himbauan mengenai obat
jadi yang memiliki izin edar yang dilakukan oleh
Industri Farmasi dan Pedagang Besar Farmasi,
dengan tujuan meningkatkan distribusi, penjualan
dan atau penggunaan obat
Pengawasan terhadap kegiatan promosi obat oleh
Industri Farmasi dan/atau Pedagang Besar Farmasi
dilaksanakan oleh:
Badan Pengawas Obat dan Makanan & Balai
Besar/Balai Pengawas Obat dan Makanan.
(Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Tahun 2009 tentang Promosi Obat )

(a) Sasaran pengawasan


seluruh kegiatan promosi termasuk
sponsor dan iklan obat yang dimuat pada
media cetak, media elektronik dan media
luar ruang.
Peraturan Kepala
Badan POM tahun
2009 tentang
Pedoman
Pengawasan Promosi
dan Iklan Obat
(C) Metode pelaksanaan
Dilakukan dengan pengambilan contoh
iklan, evaluasi contoh iklan oleh petugas
dengan menggunakan form penilaian
iklan, dan penyusunan hasil evaluasi
contoh iklan obat pada form pengawasan

(b) Ruang lingkup pengawasan


dilakukan berdasarkan :
1. Golongan obat, yaitu obat bebas,
obat bebas terbatas, obat keras.
2. Media, yaitu media cetak, media luar
ruang, media elektronik, media ilmiah
kedokteran dan farmasi, alat peraga
atau alat bantu yang mengandung
unsur promosi
3. Bentuk Kegiatan, yaitu sponsor
pada pertemuan ilmiah/ sosial,
sayembara/kuis berhadiah yang terkait
pameran dan launching obat
4.Sumber Data Pengawasan, yaitu
hasil survei lapangan dan laporan
masyarakat

Untuk melindungi masyarakat terhadap kemungkinan peredaran obat dan obat


tradisional yang tidak memenuhi syarat akibat periklanan dan informasi yang
tidak benar dan menyesatkan, dalam lampiran Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 72 tahun 1998 tentang Pengamanan
Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan (pasal 31) antara lain disebutkan
Iklan sediaan farmasi harus :

1.
Objektif yaitu
menyatakan hal yang
benar sesuai dengan
kenyataan,

2.
3.
Tidak menyesatkan
Lengkap yaitu tidak
artinya tidak
hanya mencantumkan
berlebihan perihal asal,
informasi tentang
sifat, kualitas, kuantitas,
kegunaan dan cara
komposisi, kegunaan,
penggunaan tetapi juga
keamanan dan batasan
memberikan informasi
sebagai sediaan farmasi
tentang peringatan dan
tertentu (obat, obat
hal-hal lain yang harus
tradisional, dan
diperhatian oleh pemakai
kosmetika)

IKLAN OBAT
Obat yang dapat diiklankan kepada masyarakat adalah obat yang
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku tergolong dalam
obat bebas atau obat bebas terbatas, kecuali dinyatakan lain.
Iklan obat dapat dimuat di media periklanan setelah rancangan iklan
tersebut mendapat persetujuan dari Departemen Kesehatan RI.
Iklan obat hendaknya dapat bermanfaat bagi masyarakat untuk
pemilihan penggunaan obat bebas secara rasional.
Iklan obat tidak boleh mendorong penggunaan berlebihan dan
penggunaan terus menerus.
Iklan obat harus mencantumkan spot peringatan perhatian seperti :
BACA ATURAN PAKAI. JIKA SAKIT BERLANJUT HUBUNGI DOKTER

Norma dan Etika Iklan Obat


1. Iklan obat tidak boleh memanipulasi
atau mengekspolitasi rasa takut orang
terhadap sesuatu penyakit karena
tidak menggunakan obat yang
diiklankan.

2. Iklan obat tidak boleh menggunakan


kata-kata yang berlebihan seperti
aman, tidak berbahaya, bebas
efek samping, bebas risiko dan
ungkapan lain yang bermakna sama,
tanpa disertai keterangan yang
memadai.

3. Iklan obat tidak boleh diperankan


oleh tenaga profesi kesehatan atau
aktor yang berperan sebagai profesi
kesehatan dan atau menggunakan
"setting" yang beratribut profesi
kesehatan dan laboratorium.

4. Iklan obat tidak boleh memberikan


pernyataan superlatif, komparatif
tentang indikasi, kegunaan/manfaat
obat.

5. Sediaan farmasi yang berupa obat


untuk pelayanan kesehatan yang
penyerahannya dilakukan berdasarkan
resep dokter hanya dapat diiklankan
pada media cetak ilmiah kedokteran
atau media cetak ilmiah farmasi (pasal
32).

6. Sediaan farmasi tidak boleh


diiklankan dengan menggunakan
rekomendasi dari suatu laboratorium,
instansi pemerintah, organisasi profesi
kesehatan atau kecantikan atau tenaga
kesehatan.

7. Iklan tidak boleh ditujukan untuk


khalayak anak-anak atau menampilkan
anak-anak tanpa adanya supervisi
orang dewasa atau memakai narasi
suara anak-anak yang menganjurkan
penggunaan obat

Pelanggaran
Etikapers
Periklanan
Menurut siaran
Badan Pengawas
Periklanan, bentuk-bentuk pelanggaran etika
periklanan yang saat ini banyak dilanggar oleh
pelaku usaha periklanan adalah sebagai berikut
:
SK Menkes No.
Tata Krama dan
368, Pedoman
Tata Cara
Periklanan
Periklanan
Obat Bebas,
Indonesia Bab
Bagian B No.
II B Ayat c yang
103 yang
berbunyi "Iklan
berbunyi:
tidak boleh
"Iklan obat
secara
harus
langsung
mencantumkan
ataupun tidak
spot
langsung
peringatan
merendahkan
perhatian
produk-produk

Pengaturan pelanggaran etika periklanan


yang dikategorikan sebagai pelanggaran undangundang atau hukum adalah (UUPK) yang terdapat
pada Pasal 17 ayat (1) huruf f.
Konsekuensi terhadap pengaturan ini yaitu
hakim
dapat
menjatuhkan
sanksi
pidana
berdasarkan Pasal 62 ayat 2 UUPK terhadap pelaku
usaha periklanan yang melanggar Pasal 17 Ayat (1)
huruf f.
Pasal 62 ayat (2) UUPK menentukan bahwa
Pelaku
usaha
yang
melanggar
ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1)
huruf f dipidana dengan pidana penjara paling lama
2 tahun atau pidana denda paling banyak Rp.
500.000.000.
Subtansi pelanggarannya bukan pelanggaran
hukum akan tetapi pelanggaran etik yaitu Tata

Daftar Pustaka
Tunggal,

Hadi Setia. 1999. UndangUndang RI Nomor 8 Tahun 1999 tentang


Perlindungan Konsumen. Harvarindo.
http: //www.pppi.or.id.
Gunawan Johanes, 1999, Tanggung
Jawab Pelaku Usaha Menurut Undangundang No. 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen, Jurnal Hukum
Bisnis, Vol. VIII Tahun 1999.

Anda mungkin juga menyukai