Anda di halaman 1dari 10

Tugas Analisis Jurnal

Identifikasi Dan Penetepan kadar Rhodamin B Dalam Sediaan Kosmetik


Perona Pipi Di Pasar Bandarjo Kecematan Ungaran Kabupaten
Semarang

Mata Kuliah : Analisis Farmasi

Kelompok 8 / Kelas B
Fathur Fadillah Pasha 052191132
Ika Fajrin Kurniapuspa A 052191133
Meissy Istanty Tanaputra 052191134
Rizki Amalia 052191135
Dian Alya Kurniasari 052191136
Ragil Angga Gunawan 052191137
Dewi Ariani 052191138
Deniansyah 052191139

Universitas Ngudi Waluyo


Tahun 2020

Kelompok 8 / Farmasi Transfer 2 B


Judul Jurnal : Identifikasi Dan Penetepan kadar Rhodamin B Dalam Sediaan Kosmetik
Perona Pipi Di Pasar Bandarjo Kecematan Ungaran Kabupaten Semarang
Tahun Jurnal : 2019
Penulis : Uci Arisanti

Hasil Resume :
Latar Belakang :
Perona pipi digunakan dengan tujuan mengoreksi wajah sehingga wajah tampak
lebih cantik, segar dan berdimensi. Perona pipi tersedia dalam berbagai pilihan warna, yaitu
merah, merah muda, jingga, dan kecoklatan (Kusantati et al., 2008). Sediaan kosmetik
pemerah pipi memiliki warna khas merah, sehingga diduga masih ada penyalahgunaan
dalam penambahan Rhodamin B pada kosmetik pemerah pipi terutama kosmetik yang tidak
terdaftarkan ke PBOM (Rachmawat at al., 2014). Menurut Peraturan Kepala BPOM
Republik Indonesia Nomor HK.03.1.23.08.11.07517 Tahun 2011 Tentang
Persayaratan Teknis Bahan Kosmetika adalah Rhodamin B yaitu salah satu pewarna
sintetis yang dilarang atau tidak diperbolehkan digunakan sebagai bahan tambahan
kosmetik. Rhodamin B adalah zat pewarna sintetis berupa serbuk kristal berwarna hijau atau
ungu kemerahan, tidak berbau, serta mudah larut dalam larutan warna merah terang
berfluoresan digunakan sebagai bahan pewarna tekstil, cat, kertas atau pakaian(Laksmita et
al., 2018). Penggunaan Rhodamin B tentunya berbahaya bagi kesehatan. Penumpukan
Rhodamin B dilemak dalam jangka waktu yang lama jumlahnya terus-menerus bertambah
di dalam tubuh dan dapat menimbulkan kerusakan pada organ tubuh sampai mengakibatkan
kematian (Amir dan Mahdi, 2017).
Tujuan Penelitian : Untuk mengidentifikasi dan mengetahui berapa kadar kandungan zat
pewarna Rhodamin B dalam sampel Perona Pipi yang beredar di Pasar Bandarjo Kecamatan
Ungaran Kabupaten Semarang. Penelitian diharapkan dapat memberikan informasi dan
pengetahuan mengenai bahaya Rhodamin B dalam produk kosmetik Perona Pipi.
Metode Penelitian : Berdasarkan uraian diatas penelitian ini akan melakukan kajian lebih
lanjut mengenai Identifikasi dan Penetapan Kadar Rhodamin B dalam sediaan Kosmetik
Perona Pipi yang Beredar di Pasar Bandarjo Kecamatan Ungaran Kabupaten Semarang.
Penelitian ini meliputi uji kualitatif dengan menggunakan Rapid test kit, kemudian untuk uji
kuantitatif dengan Spektrofotometri UV-Vis. Sampel menggunakan metode random
sampling.
Variabel penelitian : 9 Perona Pipi non – bpom yang diperoleh dari pedagang di Pasar
Bandarjo Kecamatan Ungaran Kota Semarang.

1. Penentuan Konsentrasi Sampel


Ditimbang 1 gr sampel lalu dimasukkan ke dalam cawan penguap lalu ditambahkan 7 tetes
HCl 0,1 N dan ditambahkan 15 mL metanol. Dipanaskan diatas waterbath selama 15 menit.
Disentrifugasi selama 4 menit. Lalu ditambahkan Na-sulfat anhidrat secukupnya kemudian
disaring masuk labu 50 ml ditambahkan HCL 0,1 N sampai tanda batas dan dihomogenkan.
Dipipet 2 ml filtrat hasil leburan Perona Pipi kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur
25 ml. Dicukupkan dengan HCL 0,1 N sampai garis tanda dan dihomogenkan masuk diamati

2
Kelompok 8 / Farmasi Transfer 2 B
dengan spektrofotometer UV-Vis. Dengan panjang gelombang maksimum pengukuran
dilakukan sebanyak 3x pengulangan.

Berapa banyak sampel yang digunakan = 1 gram


Volume pembuatan = 50 mL
Pengenceran = dipipet 2 mL hasil filtrat (dari 50 mL) dimasukkan ke 25 mL labu ukur
Konsentrasi sampel = 1gram/50 mL = 20.000 ppm
Maka konsentrasi sampel setelah pengenceran =
V1.N1 = V2. N2
2 mL. 20.000ppm = 25 mL. X
X = 40.000 : 25 = 1.600 ppm
Sehingga faktor pengenceran = 50 mL : 2 mL = 25 kali

2. Pengukuran Panjang Gelombang Maksimal

 Panjang gelombang maksimal yang diperoleh adalah 557,8 nm pada panjang


gelombang ini menghasilkan absorbansi 0,306.
 Dipipet 0,2 ml larutan Rhodamin B dengan menggunakan pipet volum dan
dimasukkan kedalam labu terukur 10 ml (konsentrasi 2 ppm), lalu ditambahkan HCl
0,1 N sampai garis tanda dan dihomogenkan. Diukur serapan maksimum pada
panjang gelombang 400-800 nm dengan menggunakan blangko. Blangko yang
digunakan adalah HCl 0,1 N. Kemudian dibuat kurva panjang gelombang terhadap
absorbansi.

3
Kelompok 8 / Farmasi Transfer 2 B
3. Pengukuran Waktu Operasional (Operating Time)
Dipipet 0,2 ml larutan kerja Rhodamin B 100 ppm dan dimasukkan kedalam labu
terukur 10 ml (konsentrasi 2 ppm), lalu ditambahkan HCl 0,1 N sampai kegaris tanda dan
dihomogenkan. Diukur Absorbansi pada panjang gelombang maksimum dari menit ke 0
sampai menit ke 30, dibuat kurva waktu pengukuran terhadap absorbansi.

Time (Minute) Raw Data


1 0,304
2 0,304
3 0,304
4 0,304
5 0,304
6 0,304
7 0,304 Hasil Operating Time yang
8 0,304 diperoleh yakni pada menit
ke-1 hingga ke-17.
9 0,304
10 0,304
11 0,304
12 0,304
13 0,304
14 0,304
15 0,304
16 0,304
17 0,304
18 0,303
19 0,303
20 0,303
21 0,303
22 0,303
23 0,303
24 0,303
25 0,303
26 0,303
27 0,303
28 0,303
29 0,303
30 0,303
Pada penelitian ini penentuan operating time ditentukan dengan mengukur absorbansi pada
panjang gelombang maksimum yang diperoleh dari data panjang gelombang maksimum
yaitu 557,8 nm dengan konsentrasi yang digunakan 2 μg/mL dengan rentang waktu 1-30
menit dengan hasil absorbansi 0,306 Hal ini menunjukkan bahwa berdasarkan kestabilannya
waktu optimal untuk pembacaan absorbansi adalah pada menit ke-1 sampai menit ke-17.

4
Kelompok 8 / Farmasi Transfer 2 B
4. Pembuatan Kurva Standar/Kurva Kalibrasi
a. Pembuatan Larutan Rhodamin B 100 µg/mL
Ditimbang 1 mg pewarna Rhodamin B dimasukkan kedalam labu terukur 10 ml
didalam labu terukur ditambahkan HCl 0,1 N secukupnya dan dikocok hingga
homogen. Kemudian larutan dicukupkan dengan HCl 0,1 N hingga garis tanda
kemudian dihomogenkan.
b. Pembuatan Linearitas Kurva Kalibrasi
Dibuat larutan baku Rhodamin B dengan konsentrasi 100 ppm, Dari larutan tersebut
dibuat larutan baku 10 ppm, Selanjutnya dubuat satu seri larutan baku dengan
konsentrasi masingmasing 2, 4, 6, 8, dan 10 ppm, sebagai pelarut digunakan HCl 0.1
N, lalu dibuat grafik kadar terhadap absorbansi dan dibuat garis regresi linier.

Grafik hubungan antara Absorbansi dan Konsentrasi Baku Rhodamin B (Kurva


Baku)
Dari data absorbansi ke-5 konsentrasi kurva baku yang diperoleh, kemudian dimasukkan ke
dalam rumus excel dihitung kembali dan diperoleh hasil yakni sebagai berikut :
a = 0,1999 , b = 0,0831 , r2 = 0,9955 , r = 0,99775
dimasukkan ke dalam persamaan regresi linear y = bx + a
y = 0,0831x + 0,1999

5
Kelompok 8 / Farmasi Transfer 2 B
Grafik Hubungan Antara Absorbansi dengan
Konsentrasi Baku Rhodamin B
Absorbansi Rhodamin B 0,7 0,622
0,6 0,532
y = 0,0831x + 0,1999
0,5 0,434 R² = 0,9955
0,371
0,4
0,287
0,3 Series1
0,2 Linear (Series1)
0,1
0
0 1 2 3 4 5 6
Konsentrasi (ppm)

5. Pengukuran Sampel
Sampel Absorbansi Absorbansi Kadar Rhodamin Rata-rata Kadar Kadar
Replikasi Ratarata B (µg/g) Rhodamin B Rhodamin
(µg/g) ± SD B mg / gr
Sampel
Sampel 1. 0,291 0,295 1,096 1,148 0,717
A 2. 0,296 1,156 ± 0,0040
3. 0,229 1,192
Sampel 1. 0,454 0,455 3,057 3,069 1,918
B 2. 0,458 3,105 ± 0,0026
3. 0,458 3,045
Sampel 1. 0,583 0,581 4,610 4,581 2,863
C 2. 0,577 4,537 ± 0,0032
3. 0,582 4,598

Tabel Hasil Perhitungan Konsentrasi Sampel

Didapatkan hasil yakni pada sampel A dilakukan replikasi sebanyak 3x dimana pada
replikasi I diperoleh absorbansi 0,291, pada replikasi II diperoleh absorbansi 0,296 dan
replikasi 3 diperoleh absorbansi 0,229. Pada sampel B juga dilakukan replikasi sebanyak 3x
dimana pada replikasi I diperoleh absorbansi 0,454, pada replikasi II diperoleh absorbansi
0,458 dan replikasi 3 diperoleh absorbansi 0,458. Sedangkan pada sampel C dilakukan
replikasi sebanyak 3x dimana pada replikasi I diperoleh absorbansi 0,583, pada replikasi II
diperoleh absorbansi 0,577 dan replikasi 3 diperoleh absorbansi 0,582.

6
Kelompok 8 / Farmasi Transfer 2 B
6. Konversi Absorbansi Sampel dengan Kurva Standar
Kurva Baku

Konsentrasi Absorbansi a : 0,1999


2 ppm 0,287 b : 0,0831
3 ppm 0,371 r2 : 0,9955
4 ppm 0,434 r : 0,99775
5 ppm 0,532
6 ppm 0,622
y = bx + a
1. 0,287 = 0,0831 x + 0,1999 2. 0,371 = 0,0831 x + 0,1999
0,287 - 0,1999 = 0,0831 x 0,371 - 0,1999 = 0,0831 x
0.0871 0.1711
x = 0,0831 x = 0,0831
x = 1,048 µg/mL x = 2,059 µg/mL
3. 0,434 = 0,0831 x + 0,1999 4. 0,532 = 0,0831 x + 0,1999
0,434 - 0,1999 = 0,0831 x 0,532 - 0,1999 = 0,0831 x
0.2341 0.3321
x = 0,0831 x = 0,0831
x = 2,817 µg/mL x = 3,996 µg/mL
5. 0,622 = 0,0831 x + 0,1999
0,622 - 0,1999 = 0,0831 x
0.4221
x = 0,0831
x = 5,079 µg/mL
Kurva sampel
Sampel Absorbansi
Sampel A 0,291
0,296
0,299
Sampel B 0,454
0,458
0,458
Sampel C 0,583
0,577
0,582

Sampel A :
1. 0,291 = 0,0831 x + 0,1999
0,291 - 0,1999 = 0,0831 x
0.0911
x=
0,0831
x = 1,096 µg/mL
2. 0,296 = 0,0831 x + 0,1999
0,296 - 0,1999 = 0,0831 x
7
Kelompok 8 / Farmasi Transfer 2 B
0.0961
x = 0,0831
x = 1,156 µg/mL
3. 0,299 = 0,0831 x + 0,1999
0,299 - 0,1999 = 0,0831 x
0.0991
x = 0,0831
x = 1,192 µg/mL

Sampel B
1. 0,454 = 0,0831 x + 0,1999
0,454 - 0,1999 = 0,0831 x
0.2541
x = 0,0831
x = 3,057 µg/mL
2. 0,458 = 0,0831 x + 0,1999
0,458 - 0,1999 = 0,0831 x
0.2581
x = 0,0831
x = 3,105 µg/mL
3. 0,458 = 0,0831 x + 0,1999
0,458 - 0,1999 = 0,0831 x
0.2581
x = 0,0831
x = 3,105 µg/mL

Sampel C
1. 0,583 = 0,0831 x + 0,1999
0,583 - 0,1999 = 0,0831 x
0.3831
x = 0,0831
x = 4,610 µg/mL
2. 0,577 = 0,0831 x + 0,1999
0,577 - 0,1999 = 0,0831 x
0.3771
x = 0,0831
x = 4,537 µg/mL
3. 0,582 = 0,0831 x + 0,1999
0,582 - 0,1999 = 0,0831 x
0.3821
x = 0,0831
x = 4,598 µg/mL

7. Kadar Terhitung Dalam Satuan Yang Diinginkan


𝑝𝑝𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 𝐹𝑃 𝑥 𝑉𝑜𝑙
Kadar (mg/gram) = 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

8
Kelompok 8 / Farmasi Transfer 2 B
Sampel A Sampel B
1,096𝑚𝑔/𝐿 𝑥 25 𝑥 0,025 𝐿 3,057𝑚𝑔/𝐿 𝑥 25 𝑥 0,025 𝐿
1. Kadar (mg/gram) = 1. Kadar (mg/gram) =
1 𝑔𝑟𝑎𝑚 1 𝑔𝑟𝑎𝑚
0,685 mg/gram 1,911 mg/gram
1,156𝑚𝑔/𝐿 𝑥 25 𝑥 0,025 𝐿 3,105𝑚𝑔/𝐿 𝑥 25 𝑥 0,025 𝐿
2. Kadar (mg/gram) = 2. Kadar (mg/gram) =
1 𝑔𝑟𝑎𝑚 1 𝑔𝑟𝑎𝑚
0,723 mg/gram 1,941 mg/gram
1,192𝑚𝑔/𝐿 𝑥 25 𝑥 0,025 𝐿 3,105𝑚𝑔/𝐿 𝑥 25 𝑥 0,025 𝐿
3. Kadar (mg/gram) = 3. Kadar (mg/gram) =
1 𝑔𝑟𝑎𝑚 1 𝑔𝑟𝑎𝑚
0,745 mg/gram 1,941 mg/gram
Sampel C
4,610𝑚𝑔/𝐿 𝑥 25 𝑥 0,025 𝐿
1. Kadar (mg/gram) = 1 𝑔𝑟𝑎𝑚
2,881 mg/gram
4,537𝑚𝑔/𝐿 𝑥 25 𝑥 0,025 𝐿
2. Kadar (mg/gram) = 1 𝑔𝑟𝑎𝑚
2,836 mg/gram
4,598𝑚𝑔/𝐿 𝑥 25 𝑥 0,025 𝐿
3. Kadar (mg/gram) = 1 𝑔𝑟𝑎𝑚
2,874 mg/gram

Rata-rata kadar (mg/gram) yang diperoleh tiap-tiap sampel, yakni :


1. Sampel A = 0,685 + 0,723 + 0,745 : 3 = 0,7177 mg/gram
Hasil perhitungan ini sesuai dengan hasil yang terdapat pada jurnal.
2. Sampel B = 1,911 + 1,941 + 1,941 : 3 = 1,931 mg/gram
Hasil perhitungan ini hanya selisih sebesar 0,013 dari hasil yang terdapat pada jurnal,
hal ini mungkin dikarenakan berbeda kalkulator/excel maka berbeda pula hasil
perhitungannya namun hanya berbeda skala kecil.
3. Sampel C = 2,881 + 2,836 + 2,874 : 3 = 2,863 mg/gram
Hasil perhitungan ini sesuai dengan hasil yang terdapat pada jurnal

Hasil dari analisis zat pewarna Rhodamin B pada Perona Pipi yang diambil dari 9
pedagang kosmetik yang berbeda-beda dengan jenis berwarna merah muda terang yang
beredar di Pasar Bandarjo Kecamatan Ungaran Kabupaten Semarang dengan menggunakan
uji analisis kualitatif dengan metode Rapid Test Kit Rhodamin B, dari hasil uji tersebut
didapatkan 3 sampel positif Perona Pipi yaitu terjadi perubahan warna dari warna merah
muda setelah diteteskan reagen Rhodamin B 1 dan 2 berubah menjadi warna ungu maka
bahan Kosmetik tersebut mengandung zat pewarna Rhodamin B.
Kemudian hasil yang diperoleh dari analisis kualitatif untuk memastikan keberadaan
Rhodamin B dalam sampel dibuktikan dengan melakukan analisis kuantitatif menggunakan
spektrofotometri UV-Vis bertujuan mengetahui kadar Rhodamin B yang terdapat pada
sampel. Analisis kuantitatif dilakukan pada 3 sampel yakni A, B dan C sampel ini diambil
berdasarkan identifikasi parameter warna yang ditunjukkan hasil analisis kualitatif
menggunakan Rapid Test Kit.
Berdasarkan hasil pembuatan kurva dengan menggunakan metode Spektrofotometri
UV-Vis yang menghubungkan konsentrasi dengan absorbansi, diperoleh persamaan linear
9
Kelompok 8 / Farmasi Transfer 2 B
y = 0,0831 x + 0,1999 dengan koefisien korelasi r = 0,9955. Hasil koefisien korelasi diatas
telah memenuhi kriteria penerimaan yaitu ≥ 0,98 (Harmita, 2004).
Dari tabel tersebut nilai kadar yang didapat dengan menggunakan rumus regresi y=
0,0831 x + 0,1999 dan nilai R2 = 0,9955. Hasil perhitungan pada sampel A sebesar 1,148 ±
0,0040 μg/mL , B sebesar 3,069 ± 0,0026 μg/mL, dan C sebesar 4,581 ± 0,0032 μg/mL.
Nilai kadar menunjukkan keberadaan dan banyaknya Rhodamin B yang ada dalam sampel
yang telah dianalisa. Sampel yang teridentifikasi berdasarkan nilai kadar berada pada sampel
yang dijual di Pasar Bandarjo Kecamatan Ungaran Kabupaten Semarang, ini menunjukkan
bahan tambahan Kosmetik terutama pewarna yang dilarang penyebarannya masih luas di
beberapa pedagang. Didapatkan hasil kadar Rhodamin B dalam sampel A sebesar 0,717
mg/gram sampel, pada sampel B sebesar 1,918 mg/gram sampel, dan pada sampel C sebesar
2,863 mg/gram sampel.

Kesimpulan :
Berdasarkan hasil penelitian identifikasi dan penetapan kadar Rhodamin B pada Perona Pipi
yang meliputi analisis kualitatif dan analisis kuantitatif yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa :
1. Dari hasil penelitian analisis kualitatif menggunakan Rapid Test Kit menunjukkan
adanya 3 sampel yang teridentifikasi mengandung Rhodamin B yaitu sampel A, B,
dan C yang tersebar pada beberapa pedagang
2. Hasil perhitungan pada sampel A sebesar 0,717 mg / gr sampel , B sebesar 1,918 mg
/ gr sampel, dan C sebesar 2,863 mg / gr sampel. Nilai kadar menunjukkan
keberadaan dan banyaknya Rhodamin B yang ada dalam sampel yang telah
dianalisa.

Daftar Pustaka :
Amir, N., dan Mahdi, C. (2017). Evaluasi Penggunaan Rhodamin B Pada Produk Terasi Yang
Dipasarkan Di Kota Makassar Evaluation of Rhodamine B Use in Shrimp Paste Product
Marketed in Makassar City. Jurnal IPTEKS PSP, 4(8), 128–133.
Depkes RI. (1985). Peraturan Menteri Kesehatan No 239 Tahun 1985 Tentang Zat Warna.7.
Harmita.2004.Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metodebdan Cara Perhitungan.I(3),117-135.
Kusantati, H., Pipin, T. ., dan Winwin, W. (2008). Tata Kecantikan Kulit. Jakarta: Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan,Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar
dan Menengah,Departemen Pendidikan Nasional.
Laksmita, S. A.,Widayanti,N. P.,dan Refi,M. A. F.2018.Identiikasi Rhodamin B Dalam Saus Sambal
Yang Beredar Di Pasar Tradisional Dan Modern Kota Denpasar.2(1),8–13.
Longdong, G. M. B., Abidjulu, J., dan Kojong, N. S. (2017). Analisis Zat Pewarna Rhodamin B
Pada Saos Bakso Tusuk. 6(4), 28–34.
Muzdhalifah, B., Sudewi, S., dan Citraningtyas, G. (2019). Analisis Pewarna Rhodamin B Pada Saos
Bakso Tusuk Yang Beredar Dibeberapa Sekolah Dasar Di Kota Manado. Jurnal Ilmiah
Farmasi, Vol. 8(2), 2.
Rachmawati, W., Damayanti, S., dan Mulyana, A. (2014). Identifikasi zat warna rhodamin b pada
kosmetik pemerah pipi dan Eye Shadow Dengan Metode KLT dan KCKT. 01(02), 71–77.
Wardhany, F. E. (2018). Analisis Kualitatif Zat Pewarna Rhodamin B Pada Saus Tomat Yang
Berada Di Warung Makan Kelurahan Anduonohu Kota Kendari Karya Tulis Ilmiah
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

10
Kelompok 8 / Farmasi Transfer 2 B

Anda mungkin juga menyukai