KELAS :B
TUGAS : STUDI KASUS KIE
DOSEN PENGAJAR : IBU YANE
Tn. Rafei 52 tahun, baru saja mendapat resep dari poliklinik kardiovaskular. Pasien
tidak memiliki alergi. Berat badan 69 kg dengan tinggi badan 173 cm. Pasien juga
mengeluhkan mengalami flu sejak 2 hari yang lalu.
dr. Rudi Andriano
SIP: DU/14/XI/2007
Jalan Selamat No. 2 Bandung
Bandung, 23/Mei/2017
R/ Aspilets 80 mg tab
s. s dd 1
R/ Clopidogrel 75 mg
s. s dd 1
R/ Bisoprolol 5 mg tab
s. s dd 1
R/ Simvastatin 10 mg tab
s. s dd 1
R/ Cardismo 20 mg tab
s. s dd 1
4 Dosis kurang -
5 Dosis lebih -
Kajian Farmasetik
-Tidak tercantum jumlah obat yang diberikan kepada pasien;
-Tidak ada petunjuk lamanya terapi pengobatan pasien (ketepatan lama penggunaan obat).
Kajian Klinis
- Indikasi yg tidak terobati: Pasien memiliki keluhan flu sejak 2 hari yang lalu, namun tidak diberikan obat pereda flu;
Ketepatan dosis obat: Sesuai dan tepat dosis obat dalam sehari pemakaian.
Ketepatan aturan penggunaan obat: Tidak tercantum dalam resep, seperti aturan 1 jam atau 2 jam sebelum atau
sesudah makan. Sehingga, dapat menimbulkan dan meningkatkan kesalahan penggunaan obat, akibatnya efek terapi
tidak tercapai secara optimal.
Ketepatan cara penggunaan obat: Sesuai dan tepat penggunaan obat.
Ketepatan lama penggunaan obat: Tidak jelas dan rancu, dikarenakan tidak adanya
petunjuk mengenai jumlah obat yang diberikan terhadap pasien.
Duplikasi obat: Aspilet yang mengandung aspirin/asam asetil salisilat dengan
Clopidogrel memiliki indikasi, tujuan dan mekanisme yang sama, yaitu sebagai
antiplatelet. Mekanisme kerja: Antiplatelet bekerja dengan cara mengurangi agregasi
platelet, sehingga dapat menghambat pembentukan trombus pada sirkulasi arteri, dimana
antikoagulan kurang dapat berperan.
Polifarmasi obat: Tercantum 5 obat dalam satu resep pada pasien Tn. Rafei, sehingga
perlu adanya pemantauan terapi obat (PTO).
Riwayat alergi: Dari RM (rekam medis) pasien tidak memiliki riwayat alergi.
Efek samping obat: Memungkinkan terjadi ESO pada pasien, meskipun tiap individu
belum tentu memperoleh ES dari obat yang dikonsumsi. Maka, perlu adanya PTO.
Kontraindikasi: Dari kondisi klinis dan riwayat gejala/simptom penyakit pasien diketahui
bahwa dapat dipastikan tidak akan mengalami kontraindikasi dengan penggunaan obat
yang tercantum didalam resep.
Interaksi obat: Dalam hal penggunaan obat dalam resep yg telah dilakukan telaah literatur,
diketahui bahwa terdapat interaksi obat antara obat Clopidogrel dengan Simvastatin; obat
Aspilet dengan Clopidogrel; Bisoprolol dengan Aspilet.
1. Clopidogrel Obat antiplatelet
2. Aspilet Mengandung aspirin/asam asetil salisilat Obat antiplatelet
3. Cardismo Mengandung (ISMN) Isosorbide 5-mononitrate 20 mg Obat
untuk terapi jangka panjang untuk penyakit jantung koroner dan pencegahan
angina pektoris.
4. Bisoprolol Obat antihipertensi golongan beta 1-blocker (khusus untuk pasien
penyakit jantung).
5. Simvastatin Fungsi utama: menurunkan kolesterol jahat LDL. LDL adalah lemak
utama penyebab penyakit jantung dan stroke. Simvastatin juga dikenal sebagai
kardioprotektor, yakni melindungi jantung dari penyakit dan serangan
jantung.
Adapun simptom yang dialami pasien Tn. Rafei adalah mengalami flu sejak dua
hari yang lalu dan tidak ada riwayat mengalami alergi.
Pasien membawa resep yang berasal dari poliklinik Kardiovaskuler.
Pasien Tn. Rafei yang berumur 52 tahun memiliki informasi, yakni tinggi badan 173
cm, berat badan 69 kg, sehingga diperoleh IMT 19,942 (tergolong pasien dengan
IMT Normal).
Assesment (Penilaian dari suatu masalah yang
dihadapi pasien)
1. Mendaftar dan membuat prioritas semua masalah (aktual dan potensial)
No. Obat Aktual Potensial Solusi penanganan
PTO
Interaksi obat paracetamol dengan bisoprolol Paracetamol akan menghambat
proses metabolisme (inhibisi enzim) dari bisoprolol, digantikan dan dihambat oleh
paracetamol yang juga mengalami FPM pada enzim sitokrom CYP450. Sehingga,
indikasi bisoprolol tidak tercapai untuk menurunkan tekanan darah pasien. Selain
itu, paracetamol menghambat mediator nyeri yakni PGI2 (prostaglandin), dimana
prostaglandin dibutuhkan oleh obat beta-bloker untuk menurunkan tekanan darah.
Maka, cara mengatasi interaksi obat ini dengan cara dijeda waktu penggunaan
obatnya.
Aspirin X clopidogrel Jenis interaksi Farmakodinamik Mekanisme interaksi
Clopidogrel mempotensiasi penghambatan agregasi platelet akibat aspirin aktivitas
antikoagulan di tingkatkan Efek aktivitas antikoagulan dapat ditingkatkan. Reaksi
merugikan dari aspirin pada mukosa lambung dan fungsi trombosit juga dapat
meningkatkan kemungkinan perdarahan. Manifestasi klinis (gejala dan tanda) sakit
perut parah, kelemahan, dan munculnya kotoran berwarna hitam Managemen
Penyesuaian dosis antikoagulan dan pasien melaporkan bila terjadi pendarahan.
Asam Asetilsalisilat (ASA): ASA tidak mengubah penghambatan agregasi platelet yang
diinduksi oleh ADP yang dimediasi oleh Clopidogrel, tetapi Clopidogrel
mempengaruhi efek agregasi platelet pada ASA yang diinduksi kolagen. Namun,
pemberian bersamaan ASA 500 mg dua kali sehari untuk satu hari secara signifikan
tidak meningkatkan perpanjangan waktu perdarahan yang disebabkan oleh
Clopidogrel. Sebuah interaksi farmakodinamik antara asam asetilsalisilat dengan
Clopidogrel adalah mungkin, yang menyebabkan peningkatan risiko pendarahan. Oleh
karena itu, penggunaan secara bersamaan harus dilakukan dengan hati-hati. Namun,
Clopidogrel dan ASA telah diberikan bersama-sama sampai satu tahun.
Aspirin X bisoprolol Jenis interaksi farmakokinetik Mekanisme interaksi
Salisilatdapat menghambat biosintesis prostaglandin yang terlibat dalam aktivitas
antihipertensi dari betabloker Efek Efek penurunan tekanan darah dari betabloker
dapat dilemahkan oleh salisilat. Manifestasi klinis (gejala dan tanda) Managemen
Monitor tekanan darah dan penurunan dosis salisilat.
Clopidogrel X simvastatin Adanya interaksi obat bersifat moderate tidak
direkomendasikan pemberian clopidogrel/ simvastatin bersamaan, karena
ditemukan bahwa simvastatin me-non-aktifkan CYP3A4, yang seharusnya akan
mengaktifkan clopidogrel; dengan kata lain simvastatin akan menurunkan
efektivitas clopidogrel. Penelitian-penelitian preklinik diperkirakan ada interaksi
antara statin dengan clopidogrel karena keterkaitan dengan CYP3A4, namun tidak
ada bukti penyerta klinik yang melarang pemberian terapi kombinasi
clopidogrel/simvastatin.
Monitoring (Pengawasan terhadap pasien)
Menilai hasil yang diperoleh dari intervensi yang telah dilakukan
Yang perlu dimonitoring, yaitu:
1. Tekanan darah mmHg;
2. EKG (elektrokardiograff);
3. Cek kolesterol (LDL dan HDL).
1. Olahraga di pagi hari rutin setiap pagi selama 30 menit;
2. Makanan bergizi (biji-bijian, sayur, buah), diet lemak, diet
garam/natrium, diet gula;
3. Sayur yang banyak mengandung betakaroten brokoli dan
bayam; buah rendah lemak nanas, semangka, alpukat, dan
jambu biji; dan biji-bijian kedelai dan kacang hijau.
4. Perbaiki pola hidup atau life style dengan tidak merokok, tidak
konsumsi alkohol, tidak konsumsi makanan berlemak tinggi,
tidak konsumsi kafein tinggi, dan perbanyak konsumsi air
putih, dll.
*Keterangan: Tn. Rafei dpt konsumsi makan pada Pukul 06.00 WIB, Pukul 12.00 WIB, Pukul 17.00 WIB.
Adapun tahapan yang harus dilakukan adalah:
1. Membuka Komunikasi
Salam pembuka;
Perkenalkan diri;
Melakukan pengkajian resep yang diterima;
Mengidentifikasi pasien dan meminta waktu untuk menggali informasi data diri pasien,
melakukan assessment diri pasien, assessment penyakit pasien, dan assessment riwayat
obat dan riwayat alergi pasien.
2. Menggali informasi dengan three prime question (informasi apa yang sudah didapatkan
dari dokter tentang obat, harapan setelah minum obat, dan cara pakai obat).
3. Pemberian materi edukasi, informasi obat, dan konseling cara penggunaan obat.
4. Melakukan verifikasi akhir (repetisi dan klarifikasi).
5. Menutup komunikasi dan mengucapkan terimakasih.
Apoteker :Selamat pagi, ada yang bisa saya bantu pak ?.
Pasien :Selamat pagi bu, saya mendapatkan resep.
Apteker : boleh saya lihat resepnya pak ?.
Pasien : iya boleh bu ( menyerahkan resep).
Apoteker : Apa benar resep ini untuk Tuan Rafei, umur 52 tahun ?.
Pasien : iya benar bu, untuk saya sendiri.
Apoteker : Pak, bolehkah saya minta waktu ? karena ada beberapa pertanyaan dan informasi yang akan sampaikan
kepada bapak.
Pasien : iya boleh.
Apoteker : Bagaimana dokter menjelaskan tentang obat yang tertera pada resep ?.
Pasien : Saya lupa bu.
Apoteker : baik pa, bagaimana dokter menjelaskan tentang cara pemakaian obatnya ?.
Pasien : hanya diminum saja sehari 1 kali tiap masing masing obat.
Apoteker : Bagaimana dokter menjelaskan tentang harapan bapak setelah meminum obat tersebut ?.
Pasien : Sembuh bu.
Apoteker : Baik pa, saya akan menjelaskan dan memberikan informasi tentang obat dan cara penggunaanya.
Pasien : Baik bu.
Apteker : Pak, jadi obat ini digunakan untuk mengobati penyakit jantung dan hipertensi bapak, cara penggunaannya
saya buatkan kartu minum pasien. Apakah ada keluahan lain pak ?.
Pasien : Ada bu, saya flu.
Apoteker : Sudah berapa lama bapak mengeluh flu ?.
Pasien : Sudah dua hari kemarin bu.
Apoteker : Apakah flunya beserta dengan batuk dan demam pa ?.
Pasien : Ada demamnya juga bu.
Apoteker : Apa bapak merokok dan mengkonsumsi alkohol ?.
Pasien : Tidak bu.
Apoteker : Apakah sudah menggunakan obat flu sebelumnya pak ?.
Pasien : belum bu.
Apoteker : Baik pak, untuk flu nya saya kasih obat procold, cara penggunaanya diminum sehari 3 kali 1 tablet , diminum
1 jam setelah makan, jika flu sudah sembuh dihentikan pemakaian procoldnya, jika tidak kunjung sembuh
hubungi dokter.
Pasien : Baik bu.
Apoteker : Apakah sudah mengerti pak apa yang saya jelaskan ?.
Pasien : Sudah bu, terimakasih.
Apoteker : Sama-sama pak, semoga lekas sembuh.
Referensi http://www.drugs.com/drug-interactions/aspirin-with-clopidogrel-
243-0-705-0.html Tatro,DS.(2009). Drug Interaction Facts.2009 by Wolters Kluwer
Health, Inc. Klinkhardt U, Kirchmaier CM, Westrup D, Graff J, Mahnel R, Breddin
HK, Harder S. (2000). Ex vivo-in vitro interaction between aspirin, clopidogrel, and
the glycoprotein IIb/IIIa inhibitors abciximab and SR121566A. Clin Pharmacol
Ther. 67: 305-13.
Referensi http://www.drugs.com/drug-interactions/aspirin-with-bisoprolol- 243-
0-393-0.html Tatro,DS.(2009). Drug Interaction Facts.2009 by Wolters Kluwer
Health, Inc. Spahn H, Langguth P, Kirch W, et al. (1986). Pharmacokinetics of
salicylates administered with metoprolol. Arzneimittelforschung. 36: 1697-9
Keluhan batuk (+ keringat malam hari sejarah darah di sputum)
Keluhan gatal (efek samping obat lain, stevens-Johnson reaction)
Perlu OTC?
Jika pasien meminta OTC tertentu?
Latar belakang
Identifikasi
Pemilihan obat: apakah pilihan pasien sudah tepat
Cek pengetahuan pasien
Pemilihan yang lebih tepat
Informasi
Follow up
Dokumentasi
Metode WWHAM Acronym
Who is the patient
W
(Siapakah pasiennya?)
What are the symptoms
W
(Apa gejala/simptom yang dialami pasien?)
How long have the symptoms been present
H
(Sudah berapa lama timbul gejala/simptom?)
Action taken
A
(Tindakan pencegahan apa yang telah dipakai?)
Medication being taken
M
(Pengobatan yang sedang dilakukan saat ini?)
Assessment diri pasien:
Menanyakan identitas pasien (nama, umur, berat badan, tinggi badan, alamat, dan
nomor telepon); menanyakan riwayat sosial (status hamil-menyusui, kebiasaan
merokok-alkohol-NAPZA); menanyakan gaya hidup (pekerjaan, pola makan-olahraga-
istirahat).
Assessment penyakit pasien:
Menanyakan keluhan pasien (ONSET, DOA, frekuensi, keparahan); menanyakan awal
timbulnya penyebab keluhan (aktivitas sebelumnya, penyebab yang membuat
penyakit membaik/memburuk); menanyakan riwayat penyakit (penyakit lain).
Assessment riwayat obat:
Menanyakan riwayat pengobatan (resep, bebas, herbal); menanyakan riwayat alergi.
WHO IS THE PATIENT
(SIAPAKAH PASIENNYA?)
Nama : Tn. Ejaz
Umur : 29 Tahun
Berat badan : 70 Kg
Tinggi badan : 170 cm
Alamat : Jalan Kemerdekaan No. 17 Bandung
Nomor telepon : 08159807654
WHAT ARE THE SYMPTOMS
(APA GEJALA/SIMPTOM YANG DIALAMI PASIEN?)
Bandung, 30-05-2017
R/ Ranitidin Tab no LX
S. 2.dd.1
R/ Antasida Syr no IV
S.3.dd. CI
R/ Sucralfat tab no XC
S. 3.dd.1
4 Dosis kurang -
5 Dosis lebih -
1. Membuka Komunikasi
Salam pembuka;
Perkenalkan diri;
Melakukan pengkajian resep yang diterima;
Mengidentifikasi pasien dan meminta waktu untuk menggali informasi data diri pasien,
melakukan assessment diri pasien, assessment penyakit pasien, dan assessment riwayat
obat dan riwayat alergi pasien.
2. Menggali informasi dengan three prime question (informasi apa yang sudah didapatkan
dari dokter tentang obat, harapan setelah minum obat, dan cara pakai obat).
3. Pemberian materi edukasi, informasi obat, dan konseling cara penggunaan obat.
4. Melakukan verifikasi akhir (repetisi dan klarifikasi).
5. Menutup komunikasi dan mengucapkan terimakasih.
Apoteker :Selamat pagi, ada yang bisa saya bantu pak?.
Pasien :Selamat pagi bu, saya mendapatkan resep.
Apteker : boleh saya lihat resepnya pak?.
Pasien : iya boleh bu ( menyerahkan resep).
Apoteker : Apa benar resep ini untuk Tuan Emmerson, umur 68 tahun?.
Pasien : iya benar bu, untuk saya sendiri.
Apoteker : Pak, bolehkah saya minta waktu? karena ada beberapa pertanyaan dan informasi yang akan sampaikan
kepada bapak.
Pasien : iya boleh.
Apoteker : Bagaimana dokter menjelaskan tentang obat yang tertera pada resep ?.
Pasien : Saya lupa bu.
Apoteker : baik pa, bagaimana dokter menjelaskan tentang cara pemakaian obatnya ?.
Pasien : ada obat yang diminum 2 kali sehari dan ada yang 3 kali sehari, tapi saya lupa yang mana saja obatnya.
Apoteker : Bagaimana dokter menjelaskan tentang harapan bapak setelah meminum obat tersebut ?.
Pasien : Sembuh bu.
Apoteker : Baik pa, saya akan menjelaskan dan memberikan informasi tentang obat dan cara
penggunaanya.
Pasien :Baik bu.
Apteker :Pak, jadi obat ini digunakan untuk mengobati penyakit ulkus peptikum bapak,
cara penggunaan obatnya saya buatkan kartu minum pasien. Apakah ada
keluhan lain pak ?.
Pasien :Ada bu, saya alami diare
Apoteker :Sudah berapa lama bapak mengeluh diare?.
Pasien :Baru kemarin malam, bu.
Apoteker :Bagaimana konsitensi dan keadaan feses bapak apa cair, berbusa, ada darah?.
Pasien :Feses saya hanya encer saja.
Apoteker :Berapa kali ada telah melakukan BAB?.
Pasien :sebanyak lebih dari 5 kali berkisar 8 kali-an
Apoteker :Apa saja yang bapak konsumsi kemarin malam selain obat OA?.
Pasien :Hanya obat saja buk dan makanan rumahan buatan istri saya
Apoteker :Apakah sudah menggunakan obat antidiare sebelumnya pak?.
Pasien : belum bu.
Apoteker : Baik pak, untuk flu nya saya sarankan bapak gunakan oralit sebagai obat antidiare dan penganti cairan tubuh yang
hilang, cara penggunaanya diminum sehari 3 kali 1 tablet , diminum 1 jam setelah makan, jika diare sudah sembuh
dihentikan pemakaian obatnya, jika tidak kunjung sembuh hubungi dokter
Pasien :Baik bu.
Apoteker :Apakah sudah mengerti pak apa yang saya jelaskan ?.
Pasien :Sudah bu, terimakasih.
Apoteker :Sama-sama pak, semoga lekas sembuh.
Pasien Nona Hanaa (20 tahun)
menerima resep dari dokter paru.
Pasien juga hendak membeli obat
maag karena perih di lambung
karena pada saat pemeriksaan
dengan dokter, pasien lupa
menceritakan keluhannya ini.
Dr. Roy
SIP : DU/14/XI/2009
Alamat : Jl. Sentosa No. 2 Bandung
Bandung, 06-06-2017
4 Dosis kurang -
5 Dosis lebih -
1. INH X Antasida;. Minor bersifat aktual Penggunaan obat dengan jeda waktu
2. Rifampisin X Antasida; Minor bersifat aktual - Penggunaan obat dengan jeda waktu
3. INH X Rifampisin; Moderate bersifat aktual - Penggunaan obat dengan jeda waktu
4. PirazinamId X INH; Moderate bersifat aktual - Penggunaan obat dengan jeda waktu
5 Pirazinamid X Rifampisin Moderate bersifat aktual - Penggunaan obat dengan jeda waktu
ACTION (PENILAIAN DARI SUATU MASALAH YANG DIHADAPI PASIEN)
Obat 1 Obat 2 Mekanisme Solusi Penanganan
Interaksi Obat
INH (pKa = 1,8) Antasida Antasida akan Penggunaan obat dengan jeda
menghambat/inhibisi absorpsi waktu (berkisar 1 - 2 jam),
(BA) dari INH. Antasida dpt
Sebaiknya gunakan INH
meningkatkan pH asam lambung,
shg dapat menurunkan absorpsi terlebih dahulu, baru
(BA) obat INH. gunakan antasida.
Pirazinamid (prodrug INH INH menghambat proses FPM Penggunaan obat dengan jeda
pirazinamid, sehingga waktu (berkisar 1 2 jam),
pyrazinoic acid) meningkatkan efek toksik
pirazinamid karena tidak
dimetabolisme/tidak diubah
menjadi metabolit tidak aktif.
(INH Inhibitor kuat untuk cytochrome P-
450 isoenzymes, tetapi mempunyai efek
minimal pada CYP3A. Pemakaian Isoniazide
bersamaan dengan obat-obat tertentu,
mengakibatkan meningkatnya konsentrasi
obat tersebut dan dapat menimbulkan risiko
toksis)
PTO
Aturan pakai
Di minum 1 - 2 jam setelah makan obat TBC;
Digunakan sehari 3 kali satu sendok makan (15 mL);
Dipantau frekuensi mual dan muntah pasien selama terapi obat TBC.
Monitoring (Pengawasan terhadap pasien)
Menilai hasil yang diperoleh dari intervensi yang telah dilakukan
Yang perlu dimonitoring, yaitu:
1. Cek sputum/dahak pasien;
2. Cek frekuensi mual dan muntah pasien.
1. Olahraga di pagi hari rutin setiap pagi selama 30 menit;
2. Makanan bergizi (biji-bijian, sayur, buah), diet lemak, diet
garam/natrium, diet gula;
3. Perbaiki pola hidup atau life style dengan tidak merokok,
tidak konsumsi alkohol, tidak konsumsi makanan
berlemak tinggi, tidak konsumsi kafein tinggi, dan
perbanyak konsumsi air putih, dll.
*Keterangan: Obat TBC diminum oleh pasien Nn. Hanaa 2 jam setelah makan.
Adapun tahapan yang harus dilakukan adalah:
1. Membuka Komunikasi
Salam pembuka;
Perkenalkan diri;
Melakukan pengkajian resep yang diterima;
Mengidentifikasi pasien dan meminta waktu untuk menggali informasi data diri pasien,
melakukan assessment diri pasien, assessment penyakit pasien, dan assessment riwayat
obat dan riwayat alergi pasien.
2. Menggali informasi dengan three prime question (informasi apa yang sudah didapatkan
dari dokter tentang obat, harapan setelah minum obat, dan cara pakai obat).
3. Pemberian materi edukasi, informasi obat, dan konseling cara penggunaan obat.
4. Melakukan verifikasi akhir (repetisi dan klarifikasi).
5. Menutup komunikasi dan mengucapkan terimakasih.
Apoteker :Selamat pagi, ada yang bisa saya bantu mba ?.
Pasien :Selamat pagi bu, saya mendapatkan resep.
Apteker : boleh saya lihat resepnya mba ?.
Pasien : iya boleh bu ( menyerahkan resep).
Apoteker : Apa benar resep ini untuk Nn. Hanaa, umur 20 tahun ?.
Pasien : iya benar bu, untuk saya sendiri.
Apoteker : mba, bolehkah saya minta waktu ? karena ada beberapa pertanyaan dan informasi yang akan sampaikan
kepada bapak.
Pasien : iya boleh.
Apoteker : Bagaimana dokter menjelaskan tentang obat yang tertera pada resep ?.
Pasien : dokter bilang untuk mengobati TBC saya.
Apoteker : baik mba, bagaimana dokter menjelaskan tentang cara pemakaian obatnya ?.
Pasien : hanya diminum saja sehari 1 kali tiap masing masing obat.
Apoteker : Bagaimana dokter menjelaskan tentang harapan bapak setelah meminum obat tersebut ?.
Pasien : TBC saya sembuh.
Apoteker : Baik mba, saya akan menjelaskan dan memberikan informasi tentang obat dan cara penggunaanya.
Pasien : Baik mba.
Apteker : obat ini benar digunakan untuk mengobati TBC, obat ini diminum selama 6 bulan secara berturut-turut dan
tidak boleh terlewatkan 1 kalipun, sekallipun mba sudah merasa sehat, jika terlewat maka pengobatan TBC mba harus
diulangi dari awal lagi. Jika mba sudah merasa sehat tetapi terapi belum mencapai 6 bulan, itu dikarenakan bakteri
penyebab TBC itu sedang dorman atau pingsan yang sewaktu-waktu bisa aktif lagi jika lupa meminum obat TBC. Maka
dari itu saya buatkan kartu minum obat pasien untuk mba..
Pasien : baik bu.
Apoteker : Apa ada keluhan lain mba ?.
Pasien : ada bu, saya merasakan perih di lambung.
Apoteker : sejak kapan mba merasakan perih di lambung ?.
Pasien : semenjak mengkonsumsi obat obat TBC bu.
Apoteker : Apakah disertai mual dan muntah mba?.
Pasien : Tidak bu.
Apoteker : baik kalau begitu mba , untuk mengatasi perih di lambungnya saya sarankan obat sirup antasida .cara
penggunaanya saya tuliskan di kartu minum obat pasien beserta obat lainnya. Jika tidak kunjung sembuh konsultasikan
dengan dokter
Pasien : iya boleh bu.
Apoteker : Apakah sudah mengerti mba apa yang saya jelaskan ?.
Pasien : Sudah bu, terimakasih.
Apoteker : Sama-sama mba, semoga lekas sembuh.
Ibu Selena 80 tahun, baru mengambil obat yang
rutin diminum dari dokter:
4 Dosis kurang -
5 Dosis lebih -
Kajian Farmasetik
-
-Kajian Klinis
Ketepatan dosis obat: Sesuai dan tepat dosis obat dalam sehari pemakaian.
Ketepatan aturan penggunaan obat: Tepat
Ketepatan cara penggunaan obat: Sesuai dan tepat penggunaan obat.
Ketepatan lama penggunaan obat: Sesuai dan tepat penggunaan obat.
Duplikasi obat: Sesuai dan tepat penggunaan obat.
Polifarmasi obat: Tidak ada polifarmasi
Riwayat alergi: Dari RM (rekam medis) pasien tidak memiliki riwayat alergi.
Efek samping obat: Memungkinkan terjadi ESO pada pasien, meskipun tiap individu
belum tentu memperoleh ES dari obat yang dikonsumsi. Maka, perlu adanya PTO.
Kontraindikasi: Tidak ada kontraindikasi.
Interaksi obat: ISDN dengan Aspirin; glukosamin dengan aspirin; ISDN dengan
Perindopril/kaptopril; Perindopril/kaptopril dengan aspirin; Glibenklamid dengan
aspirin.
Aspirin : Mengurangi resiko kematian dan atau serangan infark miokard
pada penderita riwayat infark atau TIA yang berulang
atau pada pasien dengan riwayat strok dan resiko eskemia otak.
Bentuk sediaan : Tablet
Komposisi : Asam salisilat
Kekuatan sediaan : 80 mg
Penyimpanan : Suhu ruangan/suhu kamar
ISDN : Terapi dan profilaksis angina pektoris.
Bentuk sediaan : Tablet
Komposisi : Isosorbide dinitrate
Kekuatan sediaan : 10 mg
Penyimpanan : Suhu ruangan/suhu kamar
Glibenklamid : Untuk meningkatkan sensifitas insulin, untuk diabetes tipe II.
Bentuk sediaan : Tablet
Komposisi : Glibenklamid
Kekuatan sediaan : 5 mg
Penyimpanan : Suhu ruangan/suhu kamar
Perindopril : Untuk mengobati hipertensi dan gagal jantung kongestif.
Bentuk sediaan : Tablet
Komposisi : Kaptopril
Kekuatan sediaan : 8 mg
Penyimpanan : Suhu ruangan/suhu kamar
Glukosamin : Untuk mengobati nyeri lutut dan sendi (OA).
Bentuk sediaan : Tablet
Komposisi : Glukosamine
Kekuatan sediaan : 500 mg
Penyimpanan : Suhu ruangan/suhu kamar
Assesment (Penilaian dari suatu masalah yang
dihadapi pasien)
1. Mendaftar dan membuat prioritas semua masalah (aktual dan potensial)
No. Obat Aktual Potensial Solusi penanganan
1. Glukosamin X aspirin; Minor bersifat aktual - Penggunaan obat dengan jeda waktu
2. ISDN X Perindopril; Moderate bersifat aktual - Penggunaan obat dengan jeda waktu
3. Perindopril X aspirin; Moderate bersifat aktual - Penggunaan obat dengan jeda waktu
4 Glibenklamid X aspirin Moderate bersifat aktual - Penggunaan obat dengan jeda waktu
ACTION (PENILAIAN DARI SUATU MASALAH YANG DIHADAPI PASIEN)
Glukosamin Aspirin Aspirin berefek meredakan nyeri Penggunaan obat dengan jeda
dan antiplatelet; glukosamin agen waktu (berkisar 2 3 jam),
penyusun heparin, berefek
Sebaiknya gunakan
antikoagulan, dan hambat
pembekuan darah. Maka bila Glukosamin terlebih dahulu,
kedua obat digunakan bersama baru digunakan Aspirin.
berefek meningkatkan risiko
pendarahan.
PTO
Aturan pakai
Di minum 1 - 2 jam setelah makan obat TBC;
Digunakan sehari 3 kali satu sendok makan (15 mL);
Dipantau frekuensi mual dan muntah pasien selama terapi obat TBC.
Monitoring (Pengawasan terhadap pasien)
Menilai hasil yang diperoleh dari intervensi yang telah dilakukan
Yang perlu dimonitoring, yaitu:
1. Monitoring cek fungsi ginjal;
2. Monitoring Cek tekanan darah;
3. Monitoring kondisi jantung (menyarankan pasien untuk
cek EKG);
4. Monitoring penggunaan obat (meminum obat sesuai jam
yang telah ditentukan bersama).
1. Olahraga di pagi hari rutin setiap pagi selama 30 menit;
2. Makanan bergizi (biji-bijian, sayur, buah), diet lemak, diet
garam/natrium, diet gula;
3. Perbaiki pola hidup atau life style dengan tidak merokok,
tidak konsumsi alkohol, tidak konsumsi makanan
berlemak tinggi, tidak konsumsi kafein tinggi, dan
perbanyak konsumsi air putih, dll.
Adapun tahapan yang harus dilakukan adalah:
1. Membuka Komunikasi
Salam pembuka;
Perkenalkan diri;
Melakukan pengkajian resep yang diterima;
Mengidentifikasi pasien dan meminta waktu untuk menggali informasi data diri pasien,
melakukan assessment diri pasien, assessment penyakit pasien, dan assessment riwayat
obat dan riwayat alergi pasien.
2. Menggali informasi dengan three prime question (informasi apa yang sudah didapatkan
dari dokter tentang obat, harapan setelah minum obat, dan cara pakai obat).
3. Pemberian materi edukasi, informasi obat, dan konseling cara penggunaan obat.
4. Melakukan verifikasi akhir (repetisi dan klarifikasi).
5. Menutup komunikasi dan mengucapkan terimakasih.
Apoteker :Selamat pagi, ada yang bisa saya bantu bu ?.
Pasien :Selamat pagi bu, saya mendapatkan resep.
Apteker : boleh saya lihat resepnya bu ?.
Pasien : iya boleh bu ( menyerahkan resep).
Apoteker : Apa benar resep ini untuk ibu Selena, umur 80 tahun ?.
Pasien : iya benar bu, untuk saya sendiri.
Apoteker : bu, bolehkah saya minta waktu ? karena ada beberapa pertanyaan dan informasi yang akan sampaikan
kepada ibu.
Pasien : iya boleh.
Apoteker : Bagaimana dokter menjelaskan tentang obat yang tertera pada resep ?.
Pasien : dokter bilang untuk mengobati penyakit hipertensi saya .
Apoteker : baik bu, bagaimana dokter menjelaskan tentang cara pemakaian obatnya ?.
Pasien : hanya diminum saja sehari 1 kali tiap masing masing obat.
Apoteker : Bagaimana dokter menjelaskan tentang harapan ibu setelah meminum obat tersebut ?.
Pasien : tensi darah saya tidak tinggi.
Apoteker : Baik bu, saya akan menjelaskan dan memberikan informasi tentang obat dan cara penggunaanya. Tapi
sebelumnya saya ingin mengajukan beberapa pertanyaan.
Pasien : Baik bu.
Apoteker : kalau boleh tahu kegiatan ibu sehari-hari di rumah apa?
Pasien : Saya di rumah membantu anak saya menjaga warung di rumah.
Apoteker : Oh begitu ibu biasanya sarapan jam berapa?
Pasien : Saya biasanya sarapan jam 07.30 pagi.
Apteker : obat ini benar digunakan untuk membantu tekanan darah ibu tidak tinggi, obat ini diminum rutin setiap
hari, dua hari sebelum obat ibu habis ibu kontrol dan konsultasikan kembali ke dokter.
Pasien : baik bu.
Apoteker : Apa ada keluhan lain bu ?.
Pasien : ada bu, saya merasakan nyeri di lutut.
Apoteker : sejak kapan ibu merasakan nyeri di lutut ?.
Pasien : sudah beberapa hari ini, dan saya ingin membeli obat Glukosamin
Apoteker : bu, apakah sebelumnya ibu pernah menggunakan obat Glukosamin?
Pasien : belum, saya hanya di rekomendasikan dari saudara saya untuk menggunakan obat Glukosamin agar dapat
mengobati nyeri lutut saya.
Apoteker : oh seperti itu, obat Glukosamin memang dapat digunakan untuk mengobati nyeri lutut ibu, tetapi untuk
pemakaiannya perlu diperhatikan karena ibu sedang menggunakan obat lain yang sedang dikonsumsi secara rutin.
Pasien : jadi sebaiknya bagaimana ya bu?
Apoteker : nanti saya akan beri ibu kartu minum obat, agar ibu dapat minum obat dengan sesuai jadwal yang
ditentukan, agar memudahkan ibu dalam meminum obat
Pasien : oh, baik bu
Apoteker : apakah ibu sudah mengerti?
Pasien : Sudah bu
Apoteker : apakah ada yang ingin ditanyakan kembali?
Pasien : tidak bu, terimakasih
Apoteker :Baik bu, semoga lekas sembuh