Anda di halaman 1dari 98

NIM : 3351161538

KELAS :B
TUGAS : STUDI KASUS KIE
DOSEN PENGAJAR : IBU YANE
Tn. Rafei 52 tahun, baru saja mendapat resep dari poliklinik kardiovaskular. Pasien
tidak memiliki alergi. Berat badan 69 kg dengan tinggi badan 173 cm. Pasien juga
mengeluhkan mengalami flu sejak 2 hari yang lalu.
dr. Rudi Andriano
SIP: DU/14/XI/2007
Jalan Selamat No. 2 Bandung

Bandung, 23/Mei/2017

R/ Aspilets 80 mg tab
s. s dd 1
R/ Clopidogrel 75 mg
s. s dd 1
R/ Bisoprolol 5 mg tab
s. s dd 1
R/ Simvastatin 10 mg tab
s. s dd 1
R/ Cardismo 20 mg tab
s. s dd 1

Pro : Tn. Rafei


Umur: 52 Tahun
1.Kajian resep?
2.Assessment pasien: metode
PAM dengan dasar literatur
yang akurat?
3.Konseling pasien: poin-poin
konseling?
Form Checklist Pengkajian Resep
Kajian Administratif

No. Kelengkapan Administratif Keterangan

1 Nama pasien Ada/tidak

2 Umur pasien Ada/ tidak

3 Jenis kelamin pasien Ada/ tidak

4 Berat badan pasien Ada/ tidak

5 Tinggi badan pasien Ada/ tidak

6 Nama dokter Ada/ tidak

7 Nomor Surat Izin Praktek (SIP) dokter Ada/ tidak

8 Alamat praktik dokter Ada/ tidak

9 Nomor telepon dokter Ada/tidak

10 Paraf dokter Ada/tidak

11 Tanggal penulisan resep Ada/ tidak

12 Nomor resep Ada/tidak

13 Alamat pasien Ada/tidak

14 Nomor telepon pasien Ada/tidak


Kajian Kesesuaian Farmasetik
No. Kelengkapan dan Kesesuaian Keterangan
Farmasetik
1 Nama obat Ada/ tidak

2 Bentuk sediaan Ada/ tidak

3 Kekuatan obat Ada/ tidak

4 Jumlah obat Ada/tidak


Kajian Kesesuaian Klinis
No. Pertimbangan Klinis Keterangan
Tepat/Tidak Tepat/Ada/Tidak lengkap
1 Ketepatan indikasi Tepat/Tidak Tepat/Ada/Tidak lengkap

2 Ketepatan dosis obat Tepat/Tidak Tepat/Ada/Tidak lengkap

3 Ketepatan aturan penggunaan obat Tepat/Tidak Tepat/Ada/tidak lengkap

4 Ketepatan cara penggunaan obat Tepat/Tidak Tepat/Ada/Tidak lengkap

5 Ketepatan lama penggunaan obat Tepat/Tidak Tepat/Ada/tidak lengkap

6 Terdapatnya duplikasi Tepat/Tidak Tepat/Ada/Tidak lengkap

7 Terdapatnya polifarmasi Tepat/Tidak Tepat/Ada/Tidak lengkap

8 Terdapatnya alergi Tepat/Tidak Tepat/Ada/Tidak ada

9 Terdapatnya efek samping obat Tepat/Tidak Tepat/Ada/Tidak lengkap

10 Terdapatnya kontraindikasi Ada/tidak

11 Terjadinya interaksi obat Ada/tidak


DRUG RELATED PROBLEM MASALAH TERKAIT OBAT
No. DRP atau MTO Keterangan
1 Indikasi yang tidak diterapi Pasien mengalami Flu namun tidak diberikan
obat Antiflu, yakni Procold

2 Penggunaan obat tanpa indikasi -

3 Pemilihan obat yang tidak tepat -

4 Dosis kurang -

5 Dosis lebih -

6 Reaksi obat yang merugikan -

7 Kegagalan dalam menerima -

8 Interaksi obat Clopidogrel dengan Simvastatin; Aspilet


dengan Clopidogrel; dan Bisoprolol dengan
Aspilet
METODE PAM (PROBLEM, ASSESMENT/ACTION, DAN MONITORING)
PROBLEM (IDENTIFIKASI MASALAH)
Kajian Administratif

- Tidak tercantum nomor telepon dokter;


- Dan paraf dokter penanggung jawab pasien;
- Nomor resep tidak tercantum;
- Alamat pasien;
- Nomor telepon pasien.

Kajian Farmasetik
-Tidak tercantum jumlah obat yang diberikan kepada pasien;
-Tidak ada petunjuk lamanya terapi pengobatan pasien (ketepatan lama penggunaan obat).
Kajian Klinis
- Indikasi yg tidak terobati: Pasien memiliki keluhan flu sejak 2 hari yang lalu, namun tidak diberikan obat pereda flu;
Ketepatan dosis obat: Sesuai dan tepat dosis obat dalam sehari pemakaian.
Ketepatan aturan penggunaan obat: Tidak tercantum dalam resep, seperti aturan 1 jam atau 2 jam sebelum atau
sesudah makan. Sehingga, dapat menimbulkan dan meningkatkan kesalahan penggunaan obat, akibatnya efek terapi
tidak tercapai secara optimal.
Ketepatan cara penggunaan obat: Sesuai dan tepat penggunaan obat.
Ketepatan lama penggunaan obat: Tidak jelas dan rancu, dikarenakan tidak adanya
petunjuk mengenai jumlah obat yang diberikan terhadap pasien.
Duplikasi obat: Aspilet yang mengandung aspirin/asam asetil salisilat dengan
Clopidogrel memiliki indikasi, tujuan dan mekanisme yang sama, yaitu sebagai
antiplatelet. Mekanisme kerja: Antiplatelet bekerja dengan cara mengurangi agregasi
platelet, sehingga dapat menghambat pembentukan trombus pada sirkulasi arteri, dimana
antikoagulan kurang dapat berperan.
Polifarmasi obat: Tercantum 5 obat dalam satu resep pada pasien Tn. Rafei, sehingga
perlu adanya pemantauan terapi obat (PTO).
Riwayat alergi: Dari RM (rekam medis) pasien tidak memiliki riwayat alergi.
Efek samping obat: Memungkinkan terjadi ESO pada pasien, meskipun tiap individu
belum tentu memperoleh ES dari obat yang dikonsumsi. Maka, perlu adanya PTO.
Kontraindikasi: Dari kondisi klinis dan riwayat gejala/simptom penyakit pasien diketahui
bahwa dapat dipastikan tidak akan mengalami kontraindikasi dengan penggunaan obat
yang tercantum didalam resep.
Interaksi obat: Dalam hal penggunaan obat dalam resep yg telah dilakukan telaah literatur,
diketahui bahwa terdapat interaksi obat antara obat Clopidogrel dengan Simvastatin; obat
Aspilet dengan Clopidogrel; Bisoprolol dengan Aspilet.
1. Clopidogrel Obat antiplatelet
2. Aspilet Mengandung aspirin/asam asetil salisilat Obat antiplatelet
3. Cardismo Mengandung (ISMN) Isosorbide 5-mononitrate 20 mg Obat
untuk terapi jangka panjang untuk penyakit jantung koroner dan pencegahan
angina pektoris.
4. Bisoprolol Obat antihipertensi golongan beta 1-blocker (khusus untuk pasien
penyakit jantung).
5. Simvastatin Fungsi utama: menurunkan kolesterol jahat LDL. LDL adalah lemak
utama penyebab penyakit jantung dan stroke. Simvastatin juga dikenal sebagai
kardioprotektor, yakni melindungi jantung dari penyakit dan serangan
jantung.
Adapun simptom yang dialami pasien Tn. Rafei adalah mengalami flu sejak dua
hari yang lalu dan tidak ada riwayat mengalami alergi.
Pasien membawa resep yang berasal dari poliklinik Kardiovaskuler.
Pasien Tn. Rafei yang berumur 52 tahun memiliki informasi, yakni tinggi badan 173
cm, berat badan 69 kg, sehingga diperoleh IMT 19,942 (tergolong pasien dengan
IMT Normal).
Assesment (Penilaian dari suatu masalah yang
dihadapi pasien)
1. Mendaftar dan membuat prioritas semua masalah (aktual dan potensial)
No. Obat Aktual Potensial Solusi penanganan

1. Aspilet - Moderate Penggunaan obat


(Aspirin) X bersifat dengan jeda waktu
Clopidogrel potensial

2. Bisoprolol X Minor - Penggunaan obat


Aspilet bersifat aktual dengan jeda waktu
(Aspirin)

3. Clopidogrel Moderate - Penggunaan obat


X bersifat aktual dengan jeda waktu
Simvastatin

4. Paracetamol Minor - Penggunaan obat


X Bisoprolol bersifat aktual dengan jeda waktu
ACTION (PENILAIAN DARI SUATU MASALAH YANG
DIHADAPI PASIEN)
Procold Kegunaan Procold adalah untuk mengobati gejal influenza seperti

demam, sakit kepala, hidung tersumbat, dan bersin-bersin.
Paracetamol 500 mg;
Pseudoephedrine HCl 30 mg;
Chlorpheniramine maleate 2 mg.

PTO
Interaksi obat paracetamol dengan bisoprolol Paracetamol akan menghambat
proses metabolisme (inhibisi enzim) dari bisoprolol, digantikan dan dihambat oleh
paracetamol yang juga mengalami FPM pada enzim sitokrom CYP450. Sehingga,
indikasi bisoprolol tidak tercapai untuk menurunkan tekanan darah pasien. Selain
itu, paracetamol menghambat mediator nyeri yakni PGI2 (prostaglandin), dimana
prostaglandin dibutuhkan oleh obat beta-bloker untuk menurunkan tekanan darah.
Maka, cara mengatasi interaksi obat ini dengan cara dijeda waktu penggunaan
obatnya.
Aspirin X clopidogrel Jenis interaksi Farmakodinamik Mekanisme interaksi
Clopidogrel mempotensiasi penghambatan agregasi platelet akibat aspirin aktivitas
antikoagulan di tingkatkan Efek aktivitas antikoagulan dapat ditingkatkan. Reaksi
merugikan dari aspirin pada mukosa lambung dan fungsi trombosit juga dapat
meningkatkan kemungkinan perdarahan. Manifestasi klinis (gejala dan tanda) sakit
perut parah, kelemahan, dan munculnya kotoran berwarna hitam Managemen
Penyesuaian dosis antikoagulan dan pasien melaporkan bila terjadi pendarahan.
Asam Asetilsalisilat (ASA): ASA tidak mengubah penghambatan agregasi platelet yang
diinduksi oleh ADP yang dimediasi oleh Clopidogrel, tetapi Clopidogrel
mempengaruhi efek agregasi platelet pada ASA yang diinduksi kolagen. Namun,
pemberian bersamaan ASA 500 mg dua kali sehari untuk satu hari secara signifikan
tidak meningkatkan perpanjangan waktu perdarahan yang disebabkan oleh
Clopidogrel. Sebuah interaksi farmakodinamik antara asam asetilsalisilat dengan
Clopidogrel adalah mungkin, yang menyebabkan peningkatan risiko pendarahan. Oleh
karena itu, penggunaan secara bersamaan harus dilakukan dengan hati-hati. Namun,
Clopidogrel dan ASA telah diberikan bersama-sama sampai satu tahun.
Aspirin X bisoprolol Jenis interaksi farmakokinetik Mekanisme interaksi
Salisilatdapat menghambat biosintesis prostaglandin yang terlibat dalam aktivitas
antihipertensi dari betabloker Efek Efek penurunan tekanan darah dari betabloker
dapat dilemahkan oleh salisilat. Manifestasi klinis (gejala dan tanda) Managemen
Monitor tekanan darah dan penurunan dosis salisilat.
Clopidogrel X simvastatin Adanya interaksi obat bersifat moderate tidak
direkomendasikan pemberian clopidogrel/ simvastatin bersamaan, karena
ditemukan bahwa simvastatin me-non-aktifkan CYP3A4, yang seharusnya akan
mengaktifkan clopidogrel; dengan kata lain simvastatin akan menurunkan
efektivitas clopidogrel. Penelitian-penelitian preklinik diperkirakan ada interaksi
antara statin dengan clopidogrel karena keterkaitan dengan CYP3A4, namun tidak
ada bukti penyerta klinik yang melarang pemberian terapi kombinasi
clopidogrel/simvastatin.
Monitoring (Pengawasan terhadap pasien)
Menilai hasil yang diperoleh dari intervensi yang telah dilakukan
Yang perlu dimonitoring, yaitu:
1. Tekanan darah mmHg;
2. EKG (elektrokardiograff);
3. Cek kolesterol (LDL dan HDL).
1. Olahraga di pagi hari rutin setiap pagi selama 30 menit;
2. Makanan bergizi (biji-bijian, sayur, buah), diet lemak, diet
garam/natrium, diet gula;
3. Sayur yang banyak mengandung betakaroten brokoli dan
bayam; buah rendah lemak nanas, semangka, alpukat, dan
jambu biji; dan biji-bijian kedelai dan kacang hijau.
4. Perbaiki pola hidup atau life style dengan tidak merokok, tidak
konsumsi alkohol, tidak konsumsi makanan berlemak tinggi,
tidak konsumsi kafein tinggi, dan perbanyak konsumsi air
putih, dll.
*Keterangan: Tn. Rafei dpt konsumsi makan pada Pukul 06.00 WIB, Pukul 12.00 WIB, Pukul 17.00 WIB.
Adapun tahapan yang harus dilakukan adalah:

1. Membuka Komunikasi
Salam pembuka;
Perkenalkan diri;
Melakukan pengkajian resep yang diterima;
Mengidentifikasi pasien dan meminta waktu untuk menggali informasi data diri pasien,
melakukan assessment diri pasien, assessment penyakit pasien, dan assessment riwayat
obat dan riwayat alergi pasien.
2. Menggali informasi dengan three prime question (informasi apa yang sudah didapatkan
dari dokter tentang obat, harapan setelah minum obat, dan cara pakai obat).
3. Pemberian materi edukasi, informasi obat, dan konseling cara penggunaan obat.
4. Melakukan verifikasi akhir (repetisi dan klarifikasi).
5. Menutup komunikasi dan mengucapkan terimakasih.
Apoteker :Selamat pagi, ada yang bisa saya bantu pak ?.
Pasien :Selamat pagi bu, saya mendapatkan resep.
Apteker : boleh saya lihat resepnya pak ?.
Pasien : iya boleh bu ( menyerahkan resep).
Apoteker : Apa benar resep ini untuk Tuan Rafei, umur 52 tahun ?.
Pasien : iya benar bu, untuk saya sendiri.
Apoteker : Pak, bolehkah saya minta waktu ? karena ada beberapa pertanyaan dan informasi yang akan sampaikan
kepada bapak.
Pasien : iya boleh.
Apoteker : Bagaimana dokter menjelaskan tentang obat yang tertera pada resep ?.
Pasien : Saya lupa bu.
Apoteker : baik pa, bagaimana dokter menjelaskan tentang cara pemakaian obatnya ?.
Pasien : hanya diminum saja sehari 1 kali tiap masing masing obat.
Apoteker : Bagaimana dokter menjelaskan tentang harapan bapak setelah meminum obat tersebut ?.
Pasien : Sembuh bu.
Apoteker : Baik pa, saya akan menjelaskan dan memberikan informasi tentang obat dan cara penggunaanya.
Pasien : Baik bu.
Apteker : Pak, jadi obat ini digunakan untuk mengobati penyakit jantung dan hipertensi bapak, cara penggunaannya
saya buatkan kartu minum pasien. Apakah ada keluahan lain pak ?.
Pasien : Ada bu, saya flu.
Apoteker : Sudah berapa lama bapak mengeluh flu ?.
Pasien : Sudah dua hari kemarin bu.
Apoteker : Apakah flunya beserta dengan batuk dan demam pa ?.
Pasien : Ada demamnya juga bu.
Apoteker : Apa bapak merokok dan mengkonsumsi alkohol ?.
Pasien : Tidak bu.
Apoteker : Apakah sudah menggunakan obat flu sebelumnya pak ?.
Pasien : belum bu.
Apoteker : Baik pak, untuk flu nya saya kasih obat procold, cara penggunaanya diminum sehari 3 kali 1 tablet , diminum
1 jam setelah makan, jika flu sudah sembuh dihentikan pemakaian procoldnya, jika tidak kunjung sembuh
hubungi dokter.
Pasien : Baik bu.
Apoteker : Apakah sudah mengerti pak apa yang saya jelaskan ?.
Pasien : Sudah bu, terimakasih.
Apoteker : Sama-sama pak, semoga lekas sembuh.
Referensi http://www.drugs.com/drug-interactions/aspirin-with-clopidogrel-
243-0-705-0.html Tatro,DS.(2009). Drug Interaction Facts.2009 by Wolters Kluwer
Health, Inc. Klinkhardt U, Kirchmaier CM, Westrup D, Graff J, Mahnel R, Breddin
HK, Harder S. (2000). Ex vivo-in vitro interaction between aspirin, clopidogrel, and
the glycoprotein IIb/IIIa inhibitors abciximab and SR121566A. Clin Pharmacol
Ther. 67: 305-13.
Referensi http://www.drugs.com/drug-interactions/aspirin-with-bisoprolol- 243-
0-393-0.html Tatro,DS.(2009). Drug Interaction Facts.2009 by Wolters Kluwer
Health, Inc. Spahn H, Langguth P, Kirch W, et al. (1986). Pharmacokinetics of
salicylates administered with metoprolol. Arzneimittelforschung. 36: 1697-9
Keluhan batuk (+ keringat malam hari sejarah darah di sputum)
Keluhan gatal (efek samping obat lain, stevens-Johnson reaction)
Perlu OTC?
Jika pasien meminta OTC tertentu?
Latar belakang
Identifikasi
Pemilihan obat: apakah pilihan pasien sudah tepat
Cek pengetahuan pasien
Pemilihan yang lebih tepat
Informasi
Follow up
Dokumentasi
Metode WWHAM Acronym
Who is the patient
W
(Siapakah pasiennya?)
What are the symptoms
W
(Apa gejala/simptom yang dialami pasien?)
How long have the symptoms been present
H
(Sudah berapa lama timbul gejala/simptom?)
Action taken
A
(Tindakan pencegahan apa yang telah dipakai?)
Medication being taken
M
(Pengobatan yang sedang dilakukan saat ini?)
Assessment diri pasien:
Menanyakan identitas pasien (nama, umur, berat badan, tinggi badan, alamat, dan
nomor telepon); menanyakan riwayat sosial (status hamil-menyusui, kebiasaan
merokok-alkohol-NAPZA); menanyakan gaya hidup (pekerjaan, pola makan-olahraga-
istirahat).
Assessment penyakit pasien:
Menanyakan keluhan pasien (ONSET, DOA, frekuensi, keparahan); menanyakan awal
timbulnya penyebab keluhan (aktivitas sebelumnya, penyebab yang membuat
penyakit membaik/memburuk); menanyakan riwayat penyakit (penyakit lain).
Assessment riwayat obat:
Menanyakan riwayat pengobatan (resep, bebas, herbal); menanyakan riwayat alergi.
WHO IS THE PATIENT
(SIAPAKAH PASIENNYA?)
Nama : Tn. Ejaz
Umur : 29 Tahun
Berat badan : 70 Kg
Tinggi badan : 170 cm
Alamat : Jalan Kemerdekaan No. 17 Bandung
Nomor telepon : 08159807654
WHAT ARE THE SYMPTOMS
(APA GEJALA/SIMPTOM YANG DIALAMI PASIEN?)

Keluhan batuk (+ keringat malam hari sejarah


darah di sputum);
Keluhan gatal (efek samping obat lain, adanya
reaksi stevens-Johnson)
HOW LONG HAVE THE SYMPTOMS BEEN PRESENT
(SUDAH BERAPA LAMA TIMBUL GEJALA/SIMPTOM?)

Tidak diberikan keterangan dalam


kasus (keterangan tidak lengkap)
ACTION TAKEN

Tidak diberikan keterangan dalam


kasus (keterangan tidak lengkap)
MEDICATION BEING TAKEN

Tidak diberikan keterangan dalam kasus (keterangan tidak lengkap).


Namun, dari gejala/simptom pasien yang tercantum dalam kasus, diduga pasien
menggunakan obat (belum diketahui riwayat obat yang digunakan dan penyakit
pasien), sehingga menimbulkan gejala ESO dan ROTD, yaitu reaksi Stevens-
Johnson.
OTC yang memungkinkan untuk disarankan pada pasien, yaitu:
Pemberian Dekstrometorfan untuk mengatasi batuk non-produktif.
Sebagian besar obat bebas supresan mengandung dekstrometorfan,
yang diindikasikan untuk menekan batuk nonproduktif yang
disebabkan oleh iritasi saluran pernapasan oleh bahan kimia atau
secara mekanis. Contoh sediaan dekstrometorfan meliputi sirup,
larutan, suspensi, kapsul gel berisi cairan, granul, dan tablet hisap.
Dekstrometorfan diserap dengan baik pada pemberian obat dengan
onset kerja 15 hingga 30 menit dan durasi kerja 3 hingga 6 jam.
Meskipun tidak lazim, beberapa efek samping yang pernah dilaporkan
di antaranya mual, mengantuk, muntah, rasa tidak nyaman pada perut,
dan konstipasi.
Dikarenakan pasien mengalami ESO dan ROTD yang cukup serius
yakni terkena reaksi Stevens-Johnson, maka disarankan pasien untuk
konsultasi dan diskusi dengan tenaga medis Dokter untuk
mendapatkan penanganan dan perawatan intensif di Rumah sakit.
1. Sarankan pasien diberikan obat menekan batuk nonproduktif, seperti antitusif
Dekstrometorfan.
2. Pasien tidak dapat diberikan OTC, dikarenakan perlu penanganan dan perawatan
lebih lanjut untuk mendapatkan keterangan yang lebih lengkap dan jelas untuk
kondisi penyakit pasien.
3. Pasien membutuhkan penanganan medis segera, serta harus menjalani rawat inap
intensif di Rumah Sakit.
Apoteker :Selamat pagi, ada yang bisa saya bantu pak ?.
Pasien :Selamat pagi bu, bu saya mau membeli obat batuk dan obat gatal.
Apteker : maaf pak, sebelumnya saya minta waktunya untuk menanyakan beberapa hal .
Pasien : iya boleh bu.
Apoteker : Apa obatnya untuk bapak ?.
Pasien : iya benar bu, untuk saya sendiri.
Apoteker : nama bapak siapa ?.
Pasien : Ejaz.
Apoteker : umur bapak berapa tahun ??.
Pasien : 29 tahun.
Apoteker : Alamat rumah bapak dan nomor telepon yang bisa saya hubungi ?.
Pasien : Jalan Kemerdekaan No. 17 Bandung 08159807654.
Apoteker : Sudah berapa lama bapak menderita batuk ?.
Pasien : sejak dua hari kemarin.
Apoteker : Apakah batuknya, batuk kering atau batuk berdahak ?.
Pasien : batuk kering , dan saya pernah mengalami batuk sampai mengeluarkan darah.
Apoteker : Baik pak, kalau untuk gatal gatalnya apakah bapak mengkonsumsi sesuatu yang menyebabkan gatal- gatal? sudah berapa lama ? Dan
dimana letak gatalnya ?.
Pasien : Dulu saya pernah mengkonsumsi obat yang menyebabkan gatal-gatal saya lupa nama obatnya dan saya lupa sudah berapa lama saya
mengkonsumsi obat tersebut, letaknya ditangan dan didaerah mulut.
Apoteker : Apakah bapak punya alergi?.
Pasien : Tidak .
Apoteker : Apakah bapak merokok dan mengkonsumsi alkohol?.
Pasien : Tidak bu.
Apoteker : Untuk batuknya saya sarankan obat Dektrometorfan, tetapi untuk gatal gatalnya saya sarankan periksa lebih lanjut ke dokter.
Pasien : baik bu.
Apoteker : Cara pemakaian obat dextrometorfan sehari 3 kali 1 tablet 1 jam setelah makan.
Pasien : baik bu , terimakasih.
Apoteker : Sama sama pak, semoga lekas sembuh.
Pasien Bapa Emmerson (68 th) baru mendapat resep dari dokter gastroenterologi.
Pasien sebelumnya rutin berobat ke klinik rematologi untuk pengobatan OA dan obat
yang digunakan adalah glukosamin, meloxicam, dan neurobion. Tekanan darah saat ini
130/80 mmHg. keesokan harinya pasien datang kembali dengan keluhan diare sejak
tadi malam.
Dr. Raihan
SIP : DU/27/1/2005
Alamat : Jl. Harum 01 Bandung
Telp 081555666777

Bandung, 30-05-2017

R/ Ranitidin Tab no LX
S. 2.dd.1

R/ Antasida Syr no IV
S.3.dd. CI
R/ Sucralfat tab no XC
S. 3.dd.1

Pro : Tn. Emmerson


Umur : 68 th
Alamat : Jl. Bintang No.3
1.Kajian resep?
2.Assessment pasien: metode
PAM dengan dasar literatur
yang akurat?
3.Konseling pasien: poin-poin
konseling?
Form Checklist Pengkajian Resep
Kajian Administratif

No. Kelengkapan Administratif Keterangan

1 Nama pasien Ada/tidak

2 Umur pasien Ada/ tidak

3 Jenis kelamin pasien Ada/ tidak

4 Berat badan pasien Ada/tidak

5 Tinggi badan pasien Ada/tidak

6 Nama dokter Ada/ tidak

7 Nomor Surat Izin Praktek (SIP) dokter Ada/ tidak

8 Alamat praktik dokter Ada/ tidak

9 Nomor telepon dokter Ada/ tidak

10 Paraf dokter Ada/ tidak

11 Tanggal penulisan resep Ada/ tidak

12 Nomor resep Ada/tidak

13 Alamat pasien Ada/ tidak

14 Nomor telepon pasien Ada/tidak


Kajian Kesesuaian Farmasetik
No. Kelengkapan dan Kesesuaian Keterangan
Farmasetik
1 Nama obat Ada/ tidak

2 Bentuk sediaan Ada/ tidak

3 Kekuatan obat Ada/tidak

4 Jumlah obat Ada/ tidak


Kajian Kesesuaian Klinis
No. Pertimbangan Klinis Keterangan
Tepat/Tidak Tepat/Ada/Tidak lengkap
1 Ketepatan indikasi Tepat/Tidak Tepat/Ada/Tidak lengkap

2 Ketepatan dosis obat Tepat/Tidak Tepat/Ada/Tidak lengkap

3 Ketepatan aturan penggunaan obat Tepat/Tidak Tepat/Ada/tidak lengkap

4 Ketepatan cara penggunaan obat Tepat/Tidak Tepat/Ada/Tidak lengkap

5 Ketepatan lama penggunaan obat Tepat/Tidak Tepat/Ada/Tidak lengkap

6 Terdapatnya duplikasi Tepat/Tidak Tepat/Ada/Tidak ada

7 Terdapatnya polifarmasi Tepat/Tidak Tepat/Ada/Tidak lengkap

8 Terdapatnya alergi Tepat/Tidak Tepat/Ada/Tidak ada

9 Terdapatnya efek samping obat Tepat/Tidak Tepat/Ada/Tidak lengkap

10 Terdapatnya kontraindikasi Ada/tidak

11 Terjadinya interaksi obat Ada/tidak


DRUG RELATED PROBLEM MASALAH TERKAIT OBAT
No. DRP atau MTO Keterangan
1 Indikasi yang tidak diterapi Pasien mengalami diare, namun belum
diberikan obat antidiare

2 Penggunaan obat tanpa indikasi -

3 Pemilihan obat yang tidak tepat -

4 Dosis kurang -

5 Dosis lebih -

6 Reaksi obat yang merugikan -

7 Kegagalan dalam menerima -

8 Interaksi obat Ranitidine dengan sukralfat; Antasida dengan


Ranitidine; Antasida dengan Sukralfat; Ranitidine
dengan B12 (sianokobalamin).
METODE PAM (PROBLEM, ASSESMENT/ACTION, DAN MONITORING)
PROBLEM (IDENTIFIKASI MASALAH)
Kajian Administratif
- Nomor resep tidak tercantum;
- Nomor telepon pasien;
- Berat badan pasien;
- Tinggi badan pasien;
Kajian Farmasetik
-Tidak tercantum kekuatan obat yang diberikan kepada pasien.
Kajian Klinis
- Indikasi yg tidak terobati: Pasien memiliki keluhan diare sejak kemarin malam, namun
belum diberikan obat antidiare;
Ketepatan aturan penggunaan obat: Tidak tercantum dalam resep, seperti aturan 1 jam
atau 2 jam sebelum atau sesudah makan. Sehingga, dapat menimbulkan dan
meningkatkan kesalahan penggunaan obat, akibatnya efek terapi tidak tercapai
secara optimal.
Polifarmasi obat: Terdapat dua resep obat dari poliklinik/depo yang berbeda, yakni
dari poliklinik gastroenterologi dan rematologi.
Efek samping obat: Memungkinkan terjadi ESO pada pasien saat terapi penggunaan
obat, yakni diare.
Kontraindikasi: Dari kondisi klinis dan riwayat gejala/simptom penyakit pasien
diketahui bahwa meloxicam berpotensi kontraidikasi dengan ulkus lambung yang
aktif.
Interaksi obat: Dalam hal penggunaan obat dalam resep yg telah dilakukan telaah
literatur, diketahui bahwa terdapat interaksi obat antara obat; Ranitidine dengan
sukralfat; Antasida dengan Ranitidine; Antasida dengan Sukralfat; Ranitidine dengan
B12 (sianokobalamin).
Multifarmasi : Terdapat 3 resep obat, selain itu pasien juga menerima terapi obat
sebelumnya yaitu obat OA (glukosamin, meloxicam, dan neurobion).
1. Glukosamine obat alternatif untuk meringankan osteoarthritis, rematik, dan
gangguan pada persendian seperti nyeri sendi, bengkak, dan kekakuan yang
disebabkan oleh arthritis.
2. Meloxicam Obat Osteoarthritis.
3. Neurobion Untuk pengobatan kekurangan Vitamin B1, B6 dan B12 (untuk
pasien defisiensi darah/Hemoglobin)
4. Ranitidine Penghambat reseptor H-2 langsung pada sel parietal lambung,
menghambat pembentukan asam lambung dan menurunkan produksi asam
lambung.
5. Antasida Menetralkan asam lambung.
6. Sukralfat Melapisi dinding mukosa lambung.
Adapun simptom yang dialami pasien Tn. Emmerson adalah diare.
Pasien membawa resep yang berasal dari poliklinik gastroenterologi, dan sedang
menjalani terapi obat OA (glukosamin, meloxicam, dan neurobion).
Pasien Tn. Emmerson yang berumur 68 tahun memiliki informasi, yakni tekanan
darah 130/80 mmHg.
Assesment (Penilaian dari suatu masalah yang dihadapi pasien)
1. Mendaftar dan membuat prioritas semua masalah (aktual dan potensial)
No. Obat Aktual Potensial Solusi penanganan

1. Ranitidine X Minor - Penggunaan obat dengan


sukralfat bersifat aktual jeda waktu

2. Antasida X Moderate - Penggunaan obat dengan


Ranitidine bersifat aktual jeda waktu

3. Antasida X Minor - Penggunaan obat dengan


Sukralfat bersifat aktual jeda waktu

4. Ranitidine X B12 Minor - Penggunaan obat dengan


(Sianokobalamin) bersifat aktual jeda waktu
ACTION (PENILAIAN DARI SUATU MASALAH YANG DIHADAPI PASIEN)
Obat 1 Obat 2 Mekanisme Solusi Penanganan
Interaksi Obat

Ranitidine sukralfat Sukralfat akan Penggunaan obat dengan jeda


menghambat/inhibisi absorpsi waktu (berkisar 1 2 jam),
(BA) dari ranitidine. Sukralfat
Sebaiknya gunakan
dapat menurunkan absorpsi (BA)
obat ranitidine. Ranitidin dapat ranitidine terlebih dahulu,
meningkatkan pH lambung dan baru gunakan sukralfat.
mencegah polimerisasi (berkisar
pH < 4) daripada sukralfat.
Antasida dapat menurunkan
Antasida Ranitidine absorpsi dan BA obat ranitidine,
Penggunaan obat dengan jeda
sehingga efek terapi ranitidine tidak
waktu (berkisar 1 2 jam),
tercapai. Dikarenakan antasida telah Sebaiknya gunakan
menetralkan kondisi pH cairan ranitidine terlebih dahulu,
lambung, sedangkan ranitidine baru antasida.
proses absorpsinya sangat baik saat
kondisi pH asam lambung rendah.
Antasida dapat menurunkan
Antasida Sukralfat absorpsi dan BA obat sukralfat,
Penggunaan obat dengan jeda
sehingga efek terapi sukralfat tidak
waktu (berkisar 1 2 jam),
tercapai. Dikarenakan antasida telah Sebaiknya gunakan sukralfat
menetralkan kondisi pH cairan terlebih dahulu, baru
lambung, sedangkan sukralfat antasida.
proses absorpsinya sangat baik saat
kondisi pH asam lambung rendah.
Terjadi proses
Ranitidine B12 (Sianokobalamin) inhibisi/penghambatan absorpsi
Penggunaan obat dengan jeda
dari obat B12 (Sianokobalamin)
waktu (berkisar 2 3 jam)
oleh Ranitidin. Terjadi malabsorpsi
dari ikatan protein sianokobalamin,
sehingga efek terapi dan BA dari
B12 menurun.
Diberikan oralit untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang akibat diare. Gejala
yang akan dialami berupa perut mulas, buang air besar 4 8 kali dalam sehari
serta feses encer. cairan oralit yang dikonsumsi oleh penderita diare bukan
berfungsi untuk menghentikan gejala diare secara keseluruhan, akan tetapi lebih
berfungsi sebagai pengganti cairan tubuh yang telah keluar/hilang melalui sistem
pencernaan.
Kandungan oralit, yaitu:
Glukosa Anhidrat = 4,0 gram
Natrium Klorida 0,70 gram
Natrium Sitrat Dihidrat 0,58 gram
Kalium Klorida 0,30 gram
Aturan pakai oralit: Usia diatas 12 tahun Dewasa = 400 ml atau 2 gelas
Monitoring (Pengawasan terhadap pasien)
Menilai hasil yang diperoleh dari intervensi yang telah dilakukan
Yang perlu dimonitoring, yaitu:
1. Monitor berat badan pasien dalam batas normal;
2. Monitor lingkungan selama makan;
3. Monitor mual dan muntah;
4. Monitor kalori dan intake nutrisi;
5. Monitor kondisi diare pasien.
1. Hindari makanan pedas cabai, minuman berkafein teh
dan kopi, air jeruk asam, coca-cola, dan bir;
2. Banyak beristirahat, hindari stres dan kecemasan;
3. Makanan bergizi (biji-bijian, sayur, buah), diet lemak, diet
garam/natrium, diet gula;
4. Perbaiki pola hidup atau life style dengan tidak merokok,
dan perbanyak konsumsi air putih, dll.
*Keterangan: Tn. Emmerson dpt konsumsi makan pada Pukul 06.00 WIB, Pukul 12.00 WIB, Pukul 17.00 WIB.
Adapun tahapan yang harus dilakukan adalah:

1. Membuka Komunikasi
Salam pembuka;
Perkenalkan diri;
Melakukan pengkajian resep yang diterima;
Mengidentifikasi pasien dan meminta waktu untuk menggali informasi data diri pasien,
melakukan assessment diri pasien, assessment penyakit pasien, dan assessment riwayat
obat dan riwayat alergi pasien.
2. Menggali informasi dengan three prime question (informasi apa yang sudah didapatkan
dari dokter tentang obat, harapan setelah minum obat, dan cara pakai obat).
3. Pemberian materi edukasi, informasi obat, dan konseling cara penggunaan obat.
4. Melakukan verifikasi akhir (repetisi dan klarifikasi).
5. Menutup komunikasi dan mengucapkan terimakasih.
Apoteker :Selamat pagi, ada yang bisa saya bantu pak?.
Pasien :Selamat pagi bu, saya mendapatkan resep.
Apteker : boleh saya lihat resepnya pak?.
Pasien : iya boleh bu ( menyerahkan resep).
Apoteker : Apa benar resep ini untuk Tuan Emmerson, umur 68 tahun?.
Pasien : iya benar bu, untuk saya sendiri.
Apoteker : Pak, bolehkah saya minta waktu? karena ada beberapa pertanyaan dan informasi yang akan sampaikan
kepada bapak.
Pasien : iya boleh.
Apoteker : Bagaimana dokter menjelaskan tentang obat yang tertera pada resep ?.
Pasien : Saya lupa bu.
Apoteker : baik pa, bagaimana dokter menjelaskan tentang cara pemakaian obatnya ?.
Pasien : ada obat yang diminum 2 kali sehari dan ada yang 3 kali sehari, tapi saya lupa yang mana saja obatnya.
Apoteker : Bagaimana dokter menjelaskan tentang harapan bapak setelah meminum obat tersebut ?.
Pasien : Sembuh bu.
Apoteker : Baik pa, saya akan menjelaskan dan memberikan informasi tentang obat dan cara
penggunaanya.
Pasien :Baik bu.
Apteker :Pak, jadi obat ini digunakan untuk mengobati penyakit ulkus peptikum bapak,
cara penggunaan obatnya saya buatkan kartu minum pasien. Apakah ada
keluhan lain pak ?.
Pasien :Ada bu, saya alami diare
Apoteker :Sudah berapa lama bapak mengeluh diare?.
Pasien :Baru kemarin malam, bu.
Apoteker :Bagaimana konsitensi dan keadaan feses bapak apa cair, berbusa, ada darah?.
Pasien :Feses saya hanya encer saja.
Apoteker :Berapa kali ada telah melakukan BAB?.
Pasien :sebanyak lebih dari 5 kali berkisar 8 kali-an
Apoteker :Apa saja yang bapak konsumsi kemarin malam selain obat OA?.
Pasien :Hanya obat saja buk dan makanan rumahan buatan istri saya
Apoteker :Apakah sudah menggunakan obat antidiare sebelumnya pak?.
Pasien : belum bu.
Apoteker : Baik pak, untuk flu nya saya sarankan bapak gunakan oralit sebagai obat antidiare dan penganti cairan tubuh yang
hilang, cara penggunaanya diminum sehari 3 kali 1 tablet , diminum 1 jam setelah makan, jika diare sudah sembuh
dihentikan pemakaian obatnya, jika tidak kunjung sembuh hubungi dokter
Pasien :Baik bu.
Apoteker :Apakah sudah mengerti pak apa yang saya jelaskan ?.
Pasien :Sudah bu, terimakasih.
Apoteker :Sama-sama pak, semoga lekas sembuh.
Pasien Nona Hanaa (20 tahun)
menerima resep dari dokter paru.
Pasien juga hendak membeli obat
maag karena perih di lambung
karena pada saat pemeriksaan
dengan dokter, pasien lupa
menceritakan keluhannya ini.
Dr. Roy
SIP : DU/14/XI/2009
Alamat : Jl. Sentosa No. 2 Bandung

Bandung, 06-06-2017

R/ Rifampisin 450 mg No. XXX


S. 1.dd.1
R/ INH 300 mg No. XXX
S.1.dd. 1
R/ PZA 1500 mg No. XXX
S. 1.dd.1
R/ Vit B6 10 mg tab No. XXX
S. 1 dd 1

Pro : Nn. Hanaa


Umur : 20 Tahun
Kajian Resep
Assessment pasien: metode PAM dengan dasar yang akurat
Konseling pasien: poin-poin konseling
Form Checklist Pengkajian Resep
Kajian Administratif

No. Kelengkapan Administratif Keterangan

1 Nama pasien Ada/tidak

2 Umur pasien Ada/ tidak

3 Jenis kelamin pasien Ada/ tidak

4 Berat badan pasien Ada/tidak

5 Tinggi badan pasien Ada/tidak

6 Nama dokter Ada/ tidak

7 Nomor Surat Izin Praktek (SIP) dokter Ada/ tidak

8 Alamat praktik dokter Ada/ tidak

9 Nomor telepon dokter Ada/tidak

10 Paraf dokter Ada/tidak

11 Tanggal penulisan resep Ada/ tidak

12 Nomor resep Ada/tidak

13 Alamat pasien Ada/tidak

14 Nomor telepon pasien Ada/tidak


Kajian Kesesuaian Farmasetik
No. Kelengkapan dan Kesesuaian Keterangan
Farmasetik
1 Nama obat Ada/ tidak

2 Bentuk sediaan Ada/tidak

3 Kekuatan obat Ada/ tidak

4 Jumlah obat Ada/ tidak


Kajian Kesesuaian Klinis
No. Pertimbangan Klinis Keterangan
(Tepat/Tidak Tepat/Ada/Tidak lengkap)
1 Ketepatan indikasi Tepat/Tidak Tepat/Ada/Tidak lengkap

2 Ketepatan dosis obat Tepat/Tidak Tepat/Ada/Tidak lengkap

3 Ketepatan aturan penggunaan obat Tepat/Tidak Tepat/Ada/tidak lengkap

4 Ketepatan cara penggunaan obat Tepat/Tidak Tepat/Ada/Tidak lengkap

5 Ketepatan lama penggunaan obat Tepat/Tidak Tepat/Ada/Tidak lengkap

6 Terdapatnya duplikasi Tepat/Tidak Tepat/Ada/Tidak ada

7 Terdapatnya polifarmasi Tepat/Tidak Tepat/Ada/Tidak lengkap

8 Terdapatnya alergi Tepat/Tidak Tepat/Ada/Tidak ada

9 Terdapatnya efek samping obat Tepat/Tidak Tepat/Ada/Tidak lengkap

10 Terdapatnya kontraindikasi Ada/tidak

11 Terjadinya interaksi obat Ada/tidak


DRUG RELATED PROBLEM MASALAH TERKAIT OBAT
No. DRP atau MTO Keterangan
1 Indikasi yang tidak diterapi Pasien mengalami gastritis atau maag namun
tidak diberikan obat maag/gastritis.

2 Penggunaan obat tanpa indikasi -

3 Pemilihan obat yang tidak tepat -

4 Dosis kurang -

5 Dosis lebih -

6 Reaksi obat yang merugikan -

7 Kegagalan dalam menerima -

8 Interaksi obat INH dengan Antasida; Rifampisin dengan


Antasida; INH dengan Rifampisin;
Pirazinamid dengan INH; dan Pirazinamid
dengan Rifampisin.
METODE PAM (PROBLEM, ASSESMENT/ACTION, DAN MONITORING)
PROBLEM (IDENTIFIKASI MASALAH)
Kajian Administratif

- Tidak tercantum tinggi badan dan berat badan pasien;


- Tidak tercantum nomor telepon dokter;
- Tidak tercantum paraf dokter penanggung jawab pasien;
- Tidak tercantum Nomor resep tidak tercantum;
- Tidak tercantum Alamat pasien;

- Tidak tercantum Nomor telepon pasien.


Kajian Farmasetik
- Tidak tercantum bentuk sediaan obat.
-Kajian Klinis
- Indikasi yg tidak terobati: Pasien memiliki keluhan perih di lambung, namun tidak diberikan obat pereda perih lambung;
Ketepatan dosis obat: Sesuai dan tepat dosis obat dalam sehari pemakaian.
Ketepatan aturan penggunaan obat: Tidak tercantum dalam resep, seperti aturan 1 jam atau 2 jam sebelum atau sesudah
makan. Sehingga, dapat menimbulkan dan meningkatkan kesalahan penggunaan obat, akibatnya efek terapi tidak tercapai
secara optimal.
Ketepatan cara penggunaan obat: Sesuai dan tepat penggunaan obat.
Ketepatan lama penggunaan obat: Sesuai dan tepat penggunaan obat.
Duplikasi obat: Sesuai dan tepat penggunaan obat.
Polifarmasi obat: Tercantum 5 obat dalam satu resep pada pasien Nn. Hanaa,
sehingga perlu adanya pemantauan terapi obat (PTO).
Riwayat alergi: Dari RM (rekam medis) pasien tidak memiliki riwayat alergi.
Efek samping obat: Memungkinkan terjadi ESO pada pasien, meskipun tiap individu
belum tentu memperoleh ES dari obat yang dikonsumsi. Maka, perlu adanya PTO.
Kontraindikasi: Ada kontraindikasi penggunaan obat TBC dengan kondisi perih di
lambung (pada pasien maag/gastritis).
Interaksi obat: Dalam hal penggunaan obat dalam resep yg telah dilakukan telaah
literatur, diketahui bahwa terdapat interaksi obat antara obat INH dengan Antasida;
Rifampisin dengan Antasida; INH dengan Rifampisin; Pirazinamid dengan INH; dan
Pirazinamid dengan Rifampisin.
1. INH Pengobatan dan pencegahan tuberkulosis, dalam bentuk
pengobatan tunggal maupun kombinasi dengan obat
tuberkulosis lainnya. Pengobatan infeksi mikobakterium non-
tuberkulosis.
2. Rifampisin Tuberkulosis, sebaiknya dikombinasikan dengan
antituberkulosis lain untuk mempercepat penyembuhan
dan mencegah resistensi kuman.
3. Pirazinamida Terapi tuberkulosis pulmoner.
4. Piridoksin/Vitamin B6 Untuk mencegah dan mengobati defisiensi vitamin B6, juga
diberikan bersama vitamin lain atau sebagai multivitamin.
Gangguan metabolik, drug-induced neurotoxicity (mengatasi
masalah nerve problem dari obat INH.
Piridoksin juga diberikan bersama isoniazid
(antituberkulosis) atau hidralazin guna mencegah neuritis
perifer.
Antasida Untuk mengurangi gejala-gejala yang berhubungan dengan
kelebihan asam lambung, gastritis, tukak lambung, tukak pada
duodenum dengan gejala-gejala seperti mual, nyeri lambung,
nyeri ulu hati, kembung dan perasaan penuh pada lambung.
Pasien didiagnosis memiliki penyakit TBC oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis;
Pasien memiliki keluhan perih di lambung (kemungkinan pasien menderita maag atau
mendapat ESO dari penggunaan obat TBC);
Pasien Nn. Hanaa yang berumur 20 tahun (Keterangan lainnya tidak lengkap).
Assesment (Penilaian dari suatu masalah yang
dihadapi pasien)
1. Mendaftar dan membuat prioritas semua masalah (aktual dan potensial)
No. Obat Aktual Potensial Solusi penanganan

1. INH X Antasida;. Minor bersifat aktual Penggunaan obat dengan jeda waktu

2. Rifampisin X Antasida; Minor bersifat aktual - Penggunaan obat dengan jeda waktu

3. INH X Rifampisin; Moderate bersifat aktual - Penggunaan obat dengan jeda waktu

4. PirazinamId X INH; Moderate bersifat aktual - Penggunaan obat dengan jeda waktu

5 Pirazinamid X Rifampisin Moderate bersifat aktual - Penggunaan obat dengan jeda waktu
ACTION (PENILAIAN DARI SUATU MASALAH YANG DIHADAPI PASIEN)
Obat 1 Obat 2 Mekanisme Solusi Penanganan
Interaksi Obat

INH (pKa = 1,8) Antasida Antasida akan Penggunaan obat dengan jeda
menghambat/inhibisi absorpsi waktu (berkisar 1 - 2 jam),
(BA) dari INH. Antasida dpt
Sebaiknya gunakan INH
meningkatkan pH asam lambung,
shg dapat menurunkan absorpsi terlebih dahulu, baru
(BA) obat INH. gunakan antasida.

Antasida akan menghambat/inhibisi


Rifampisin (pKa 1,7) Antasida absorpsi (BA) dari Rifampisin.
Penggunaan obat dengan jeda
Antasida dpt meningkatkan pH asam
waktu (berkisar 1 2 jam),
lambung, shg dapat menurunkan Sebaiknya gunakan
absorpsi (BA) obat Rifampisin. Rifampisin terlebih dahulu,
baru gunakan antasida.
INH menghambat proses FPM
Rifampisin INH rifampisin, sehingga meningkatkan
Penggunaan obat dengan jeda
efek toksik rifampisin karena tidak
waktu (berkisar 1 - 2 jam),
dimetabolisme/ tidak diubah
menjadi metabolit tidak aktif.
(Rifampisin adalah suatu enzyme
inducer yang kuat untuk cytochrome P-450
isoenzymes, mengakibatkan turunnya
konsentrasi serum obat-obatan yang
dimetabolisme oleh isoenzyme tersebut)
ACTION (PENILAIAN DARI SUATU MASALAH YANG DIHADAPI PASIEN)

Obat 1 Obat 2 Mekanisme Solusi Penanganan


Interaksi Obat

Pirazinamid (prodrug INH INH menghambat proses FPM Penggunaan obat dengan jeda
pirazinamid, sehingga waktu (berkisar 1 2 jam),
pyrazinoic acid) meningkatkan efek toksik
pirazinamid karena tidak
dimetabolisme/tidak diubah
menjadi metabolit tidak aktif.
(INH Inhibitor kuat untuk cytochrome P-
450 isoenzymes, tetapi mempunyai efek
minimal pada CYP3A. Pemakaian Isoniazide
bersamaan dengan obat-obat tertentu,
mengakibatkan meningkatnya konsentrasi
obat tersebut dan dapat menimbulkan risiko
toksis)

Rifampisin meningkatkan FPM Penggunaan obat dengan jeda


Pirazinamid Rifampisin pirazinamid, sehingga menurunkan
waktu (berkisar 1 2 jam),
efek pirazinamid.
(Rifampisin adalah suatu enzyme
inducer yang kuat untuk cytochrome P-450
isoenzymes, mengakibatkan turunnya
konsentrasi serum obat-obatan yang
dimetabolisme oleh isoenzyme tersebut)
ACTION (PENILAIAN DARI SUATU MASALAH YANG
DIHADAPI PASIEN)
Sirup suspensi Antasida
Indikasi : Untuk mengurangi gejala-gejala yang berhubungan dengan
kelebihan asam lambung, gastritis, tukak lambung, tukak pada
duodenum dengan gejala-gejala seperti mual, nyeri lambung,
nyeri ulu hati, kembung dan perasaan penuh pada lambung.
Magnesium hidroksida atau Mg (OH)2;
Alumunium hidroksida atau Al (OH)3.

PTO
Aturan pakai
Di minum 1 - 2 jam setelah makan obat TBC;
Digunakan sehari 3 kali satu sendok makan (15 mL);
Dipantau frekuensi mual dan muntah pasien selama terapi obat TBC.
Monitoring (Pengawasan terhadap pasien)
Menilai hasil yang diperoleh dari intervensi yang telah dilakukan
Yang perlu dimonitoring, yaitu:
1. Cek sputum/dahak pasien;
2. Cek frekuensi mual dan muntah pasien.
1. Olahraga di pagi hari rutin setiap pagi selama 30 menit;
2. Makanan bergizi (biji-bijian, sayur, buah), diet lemak, diet
garam/natrium, diet gula;
3. Perbaiki pola hidup atau life style dengan tidak merokok,
tidak konsumsi alkohol, tidak konsumsi makanan
berlemak tinggi, tidak konsumsi kafein tinggi, dan
perbanyak konsumsi air putih, dll.
*Keterangan: Obat TBC diminum oleh pasien Nn. Hanaa 2 jam setelah makan.
Adapun tahapan yang harus dilakukan adalah:

1. Membuka Komunikasi
Salam pembuka;
Perkenalkan diri;
Melakukan pengkajian resep yang diterima;
Mengidentifikasi pasien dan meminta waktu untuk menggali informasi data diri pasien,
melakukan assessment diri pasien, assessment penyakit pasien, dan assessment riwayat
obat dan riwayat alergi pasien.
2. Menggali informasi dengan three prime question (informasi apa yang sudah didapatkan
dari dokter tentang obat, harapan setelah minum obat, dan cara pakai obat).
3. Pemberian materi edukasi, informasi obat, dan konseling cara penggunaan obat.
4. Melakukan verifikasi akhir (repetisi dan klarifikasi).
5. Menutup komunikasi dan mengucapkan terimakasih.
Apoteker :Selamat pagi, ada yang bisa saya bantu mba ?.
Pasien :Selamat pagi bu, saya mendapatkan resep.
Apteker : boleh saya lihat resepnya mba ?.
Pasien : iya boleh bu ( menyerahkan resep).
Apoteker : Apa benar resep ini untuk Nn. Hanaa, umur 20 tahun ?.
Pasien : iya benar bu, untuk saya sendiri.
Apoteker : mba, bolehkah saya minta waktu ? karena ada beberapa pertanyaan dan informasi yang akan sampaikan
kepada bapak.
Pasien : iya boleh.
Apoteker : Bagaimana dokter menjelaskan tentang obat yang tertera pada resep ?.
Pasien : dokter bilang untuk mengobati TBC saya.
Apoteker : baik mba, bagaimana dokter menjelaskan tentang cara pemakaian obatnya ?.
Pasien : hanya diminum saja sehari 1 kali tiap masing masing obat.
Apoteker : Bagaimana dokter menjelaskan tentang harapan bapak setelah meminum obat tersebut ?.
Pasien : TBC saya sembuh.
Apoteker : Baik mba, saya akan menjelaskan dan memberikan informasi tentang obat dan cara penggunaanya.
Pasien : Baik mba.
Apteker : obat ini benar digunakan untuk mengobati TBC, obat ini diminum selama 6 bulan secara berturut-turut dan
tidak boleh terlewatkan 1 kalipun, sekallipun mba sudah merasa sehat, jika terlewat maka pengobatan TBC mba harus
diulangi dari awal lagi. Jika mba sudah merasa sehat tetapi terapi belum mencapai 6 bulan, itu dikarenakan bakteri
penyebab TBC itu sedang dorman atau pingsan yang sewaktu-waktu bisa aktif lagi jika lupa meminum obat TBC. Maka
dari itu saya buatkan kartu minum obat pasien untuk mba..
Pasien : baik bu.
Apoteker : Apa ada keluhan lain mba ?.
Pasien : ada bu, saya merasakan perih di lambung.
Apoteker : sejak kapan mba merasakan perih di lambung ?.
Pasien : semenjak mengkonsumsi obat obat TBC bu.
Apoteker : Apakah disertai mual dan muntah mba?.
Pasien : Tidak bu.
Apoteker : baik kalau begitu mba , untuk mengatasi perih di lambungnya saya sarankan obat sirup antasida .cara
penggunaanya saya tuliskan di kartu minum obat pasien beserta obat lainnya. Jika tidak kunjung sembuh konsultasikan
dengan dokter
Pasien : iya boleh bu.
Apoteker : Apakah sudah mengerti mba apa yang saya jelaskan ?.
Pasien : Sudah bu, terimakasih.
Apoteker : Sama-sama mba, semoga lekas sembuh.
Ibu Selena 80 tahun, baru mengambil obat yang
rutin diminum dari dokter:

R/ Glibenklamid tab No. XXX


1 dd 1
R/ ISDN tab 10 mg No. XXX
3 dd 1
Ibu Selena juga mengeluhkan nyeri dilutut sejak R/ Aspirin tab 80 mg No. XXX
beberapa hari dan hendak membeli sediaan
Glukosamin 1 dd 1
R/ Perindopril 8 mg No. XXX
1 dd 1
Form Checklist Pengkajian Resep
Kajian Administratif
No. Kelengkapan Administratif Keterangan
1 Nama pasien Ada/tidak
2 Umur pasien Ada/ tidak
3 Jenis kelamin pasien Ada/ tidak
4 Berat badan pasien Ada/tidak
5 Tinggi badan pasien Ada/tidak
6 Nama dokter Ada/ tidak
7 Nomor Surat Izin Praktek (SIP) dokter Ada/ tidak
8 Alamat praktik dokter Ada/ tidak
9 Nomor telepon dokter Ada/tidak
10 Paraf dokter Ada/tidak
11 Tanggal penulisan resep Ada/ tidak
12 Nomor resep Ada/tidak

13 Alamat pasien Ada/tidak

14 Nomor telepon pasien Ada/tidak


Kajian Kesesuaian Farmasetik
No. Kelengkapan dan Kesesuaian Keterangan
Farmasetik
1 Nama obat Ada/ tidak

2 Bentuk sediaan Ada/tidak

3 Kekuatan obat Ada/ tidak

4 Jumlah obat Ada/ tidak


Kajian Kesesuaian Klinis
No. Pertimbangan Klinis Keterangan
(Tepat/Tidak Tepat/Ada/Tidak lengkap)
1 Ketepatan indikasi Tepat/Tidak Tepat/Ada/Tidak lengkap
2 Ketepatan dosis obat Tepat/Tidak Tepat/Ada/Tidak lengkap

3 Ketepatan aturan penggunaan obat Tepat/Tidak Tepat/Ada/Tidak lengkap

4 Ketepatan cara penggunaan obat Tepat/Tidak Tepat/Ada/Tidak lengkap

5 Ketepatan lama penggunaan obat Tepat/Tidak Tepat/Ada/Tidak lengkap

6 Terdapatnya duplikasi Tepat/Tidak Tepat/Ada/Tidak lengkap

7 Terdapatnya polifarmasi Tepat/Tidak Tepat/Ada/Tidak lengkap

8 Terdapatnya alergi Tepat/Tidak Tepat/Ada/Tidak ada

9 Terdapatnya efek samping obat Tepat/Tidak Tepat/Ada/Tidak lengkap

10 Terdapatnya kontraindikasi Ada/tidak

11 Terjadinya interaksi obat Ada/tidak


DRUG RELATED PROBLEM MASALAH TERKAIT OBAT
No. DRP atau MTO Keterangan
1 Indikasi yang tidak diterapi Pasien mengalami nyeri lutut yang belum
diobati

2 Penggunaan obat tanpa indikasi -

3 Pemilihan obat yang tidak tepat -

4 Dosis kurang -

5 Dosis lebih -

6 Reaksi obat yang merugikan -

7 Kegagalan dalam menerima -

8 Interaksi obat Glukosamin dengan aspirin; ISDN dengan


Perindopril/kaptopril; Perindopril/kaptopril
dengan aspirin; Glibenklamid dengan
aspirin.
METODE PAM (PROBLEM, ASSESMENT/ACTION, DAN MONITORING)
PROBLEM (IDENTIFIKASI MASALAH)
Kajian Administratif

- Tidak tercantum nama dokter;


- Tidak tercantum nomor telepon dokter;
- Tidak tercantum SIP dokter ;
- Tidak tercantum alamat dokter
- Tidak tercantum paraf dokter penanggung jawab pasien;

- Tidak tercantum Nomor resep tidak tercantum;


- Tidak tercantum Alamat pasien;
- Tidak tercantum Nomor telepon pasien.

Kajian Farmasetik
-
-Kajian Klinis
Ketepatan dosis obat: Sesuai dan tepat dosis obat dalam sehari pemakaian.
Ketepatan aturan penggunaan obat: Tepat
Ketepatan cara penggunaan obat: Sesuai dan tepat penggunaan obat.
Ketepatan lama penggunaan obat: Sesuai dan tepat penggunaan obat.
Duplikasi obat: Sesuai dan tepat penggunaan obat.
Polifarmasi obat: Tidak ada polifarmasi
Riwayat alergi: Dari RM (rekam medis) pasien tidak memiliki riwayat alergi.
Efek samping obat: Memungkinkan terjadi ESO pada pasien, meskipun tiap individu
belum tentu memperoleh ES dari obat yang dikonsumsi. Maka, perlu adanya PTO.
Kontraindikasi: Tidak ada kontraindikasi.
Interaksi obat: ISDN dengan Aspirin; glukosamin dengan aspirin; ISDN dengan
Perindopril/kaptopril; Perindopril/kaptopril dengan aspirin; Glibenklamid dengan
aspirin.
Aspirin : Mengurangi resiko kematian dan atau serangan infark miokard
pada penderita riwayat infark atau TIA yang berulang
atau pada pasien dengan riwayat strok dan resiko eskemia otak.
Bentuk sediaan : Tablet
Komposisi : Asam salisilat
Kekuatan sediaan : 80 mg
Penyimpanan : Suhu ruangan/suhu kamar
ISDN : Terapi dan profilaksis angina pektoris.
Bentuk sediaan : Tablet
Komposisi : Isosorbide dinitrate
Kekuatan sediaan : 10 mg
Penyimpanan : Suhu ruangan/suhu kamar
Glibenklamid : Untuk meningkatkan sensifitas insulin, untuk diabetes tipe II.
Bentuk sediaan : Tablet
Komposisi : Glibenklamid
Kekuatan sediaan : 5 mg
Penyimpanan : Suhu ruangan/suhu kamar
Perindopril : Untuk mengobati hipertensi dan gagal jantung kongestif.
Bentuk sediaan : Tablet
Komposisi : Kaptopril
Kekuatan sediaan : 8 mg
Penyimpanan : Suhu ruangan/suhu kamar
Glukosamin : Untuk mengobati nyeri lutut dan sendi (OA).
Bentuk sediaan : Tablet
Komposisi : Glukosamine
Kekuatan sediaan : 500 mg
Penyimpanan : Suhu ruangan/suhu kamar
Assesment (Penilaian dari suatu masalah yang
dihadapi pasien)
1. Mendaftar dan membuat prioritas semua masalah (aktual dan potensial)
No. Obat Aktual Potensial Solusi penanganan

1. Glukosamin X aspirin; Minor bersifat aktual - Penggunaan obat dengan jeda waktu

2. ISDN X Perindopril; Moderate bersifat aktual - Penggunaan obat dengan jeda waktu

3. Perindopril X aspirin; Moderate bersifat aktual - Penggunaan obat dengan jeda waktu

4 Glibenklamid X aspirin Moderate bersifat aktual - Penggunaan obat dengan jeda waktu
ACTION (PENILAIAN DARI SUATU MASALAH YANG DIHADAPI PASIEN)

Obat 1 Obat 2 Mekanisme Solusi Penanganan


Interaksi Obat

Glukosamin Aspirin Aspirin berefek meredakan nyeri Penggunaan obat dengan jeda
dan antiplatelet; glukosamin agen waktu (berkisar 2 3 jam),
penyusun heparin, berefek
Sebaiknya gunakan
antikoagulan, dan hambat
pembekuan darah. Maka bila Glukosamin terlebih dahulu,
kedua obat digunakan bersama baru digunakan Aspirin.
berefek meningkatkan risiko
pendarahan.

ISDN dengan Perindopril digunakan


ISDN Perindopril bersamaan dapat menurunkan
Penggunaan obat dengan jeda
tekanan darah dan memperlambat
waktu (berkisar 2 3 jam),
denyut jantung, gejala ditandai Sebaiknya gunakan ISDN
dengan sakit kepala, sulit bernafas terlebih dahulu, baru
dan pingsan. digunakan Peridopril.
ACTION (PENILAIAN DARI SUATU MASALAH YANG DIHADAPI PASIEN)

Obat 1 Obat 2 Mekanisme Solusi Penanganan


Interaksi Obat

Glibenklamid Aspirin Aspirin dapat meningkatkan Penggunaan obat dengan jeda


efek Glibenklamid sehingga waktu (berkisar 1 2 jam),
menyebabkan hipoglikemia.
Gejalanya kadar gula darah
menurun, sakit kepala atau
pusing, mual, muntah, lemah,
dan detak jantung cepat.

Perindopril Aspirin Penggunaan obat dengan jeda


waktu (berkisar 1 - 2 jam),
ACTION (PENILAIAN DARI SUATU MASALAH YANG
DIHADAPI PASIEN)
Sirup suspensi Antasida
Indikasi : Untuk mengurangi gejala-gejala yang berhubungan dengan
kelebihan asam lambung, gastritis, tukak lambung, tukak pada
duodenum dengan gejala-gejala seperti mual, nyeri lambung,
nyeri ulu hati, kembung dan perasaan penuh pada lambung.
Magnesium hidroksida atau Mg (OH)2;
Alumunium hidroksida atau Al (OH)3.

PTO
Aturan pakai
Di minum 1 - 2 jam setelah makan obat TBC;
Digunakan sehari 3 kali satu sendok makan (15 mL);
Dipantau frekuensi mual dan muntah pasien selama terapi obat TBC.
Monitoring (Pengawasan terhadap pasien)
Menilai hasil yang diperoleh dari intervensi yang telah dilakukan
Yang perlu dimonitoring, yaitu:
1. Monitoring cek fungsi ginjal;
2. Monitoring Cek tekanan darah;
3. Monitoring kondisi jantung (menyarankan pasien untuk
cek EKG);
4. Monitoring penggunaan obat (meminum obat sesuai jam
yang telah ditentukan bersama).
1. Olahraga di pagi hari rutin setiap pagi selama 30 menit;
2. Makanan bergizi (biji-bijian, sayur, buah), diet lemak, diet
garam/natrium, diet gula;
3. Perbaiki pola hidup atau life style dengan tidak merokok,
tidak konsumsi alkohol, tidak konsumsi makanan
berlemak tinggi, tidak konsumsi kafein tinggi, dan
perbanyak konsumsi air putih, dll.
Adapun tahapan yang harus dilakukan adalah:

1. Membuka Komunikasi
Salam pembuka;
Perkenalkan diri;
Melakukan pengkajian resep yang diterima;
Mengidentifikasi pasien dan meminta waktu untuk menggali informasi data diri pasien,
melakukan assessment diri pasien, assessment penyakit pasien, dan assessment riwayat
obat dan riwayat alergi pasien.
2. Menggali informasi dengan three prime question (informasi apa yang sudah didapatkan
dari dokter tentang obat, harapan setelah minum obat, dan cara pakai obat).
3. Pemberian materi edukasi, informasi obat, dan konseling cara penggunaan obat.
4. Melakukan verifikasi akhir (repetisi dan klarifikasi).
5. Menutup komunikasi dan mengucapkan terimakasih.
Apoteker :Selamat pagi, ada yang bisa saya bantu bu ?.
Pasien :Selamat pagi bu, saya mendapatkan resep.
Apteker : boleh saya lihat resepnya bu ?.
Pasien : iya boleh bu ( menyerahkan resep).
Apoteker : Apa benar resep ini untuk ibu Selena, umur 80 tahun ?.
Pasien : iya benar bu, untuk saya sendiri.
Apoteker : bu, bolehkah saya minta waktu ? karena ada beberapa pertanyaan dan informasi yang akan sampaikan
kepada ibu.
Pasien : iya boleh.
Apoteker : Bagaimana dokter menjelaskan tentang obat yang tertera pada resep ?.
Pasien : dokter bilang untuk mengobati penyakit hipertensi saya .
Apoteker : baik bu, bagaimana dokter menjelaskan tentang cara pemakaian obatnya ?.
Pasien : hanya diminum saja sehari 1 kali tiap masing masing obat.
Apoteker : Bagaimana dokter menjelaskan tentang harapan ibu setelah meminum obat tersebut ?.
Pasien : tensi darah saya tidak tinggi.
Apoteker : Baik bu, saya akan menjelaskan dan memberikan informasi tentang obat dan cara penggunaanya. Tapi
sebelumnya saya ingin mengajukan beberapa pertanyaan.
Pasien : Baik bu.
Apoteker : kalau boleh tahu kegiatan ibu sehari-hari di rumah apa?
Pasien : Saya di rumah membantu anak saya menjaga warung di rumah.
Apoteker : Oh begitu ibu biasanya sarapan jam berapa?
Pasien : Saya biasanya sarapan jam 07.30 pagi.
Apteker : obat ini benar digunakan untuk membantu tekanan darah ibu tidak tinggi, obat ini diminum rutin setiap
hari, dua hari sebelum obat ibu habis ibu kontrol dan konsultasikan kembali ke dokter.
Pasien : baik bu.
Apoteker : Apa ada keluhan lain bu ?.
Pasien : ada bu, saya merasakan nyeri di lutut.
Apoteker : sejak kapan ibu merasakan nyeri di lutut ?.
Pasien : sudah beberapa hari ini, dan saya ingin membeli obat Glukosamin
Apoteker : bu, apakah sebelumnya ibu pernah menggunakan obat Glukosamin?
Pasien : belum, saya hanya di rekomendasikan dari saudara saya untuk menggunakan obat Glukosamin agar dapat
mengobati nyeri lutut saya.
Apoteker : oh seperti itu, obat Glukosamin memang dapat digunakan untuk mengobati nyeri lutut ibu, tetapi untuk
pemakaiannya perlu diperhatikan karena ibu sedang menggunakan obat lain yang sedang dikonsumsi secara rutin.
Pasien : jadi sebaiknya bagaimana ya bu?
Apoteker : nanti saya akan beri ibu kartu minum obat, agar ibu dapat minum obat dengan sesuai jadwal yang
ditentukan, agar memudahkan ibu dalam meminum obat
Pasien : oh, baik bu
Apoteker : apakah ibu sudah mengerti?
Pasien : Sudah bu
Apoteker : apakah ada yang ingin ditanyakan kembali?
Pasien : tidak bu, terimakasih
Apoteker :Baik bu, semoga lekas sembuh

Anda mungkin juga menyukai