KROMATOGRAFI
Oleh:
Tim Praktikum Kromatografi
HALAMAN JUDUL
VISI PRODI
“Menghasilkan Lulusan Yang Unggul dan Terdepan Dalam Bidang Kefarmasian di
Tingkat Nasional, Serta Mewarisi Nilai-Nilai Kejuangan Jenderal Achmad Yani”
MISI PRODI
1. Melaksanakan pendidikan tinggi kefarmasian yang bermutu dan responsif
terhadap kemajuan ilmu dan teknologi.
2. Melaksanakan kegiatan penelitian yang unggul di bidang kefarmasian
berdasarkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya bangsa, dan
menghasilkan produk-produk inovasi.
3. Melaksanakan pengabdian kepada masyarakat di bidang kefarmasian yang
berdaya guna dan berhasil guna.
4. Melakukan kerja sama yang berkelanjutan dengan stakeholder untuk
mewujudkan daya saing global.
5. Menyelenggarakan dan mengembangkan manajemen yang baik dan
mandiri (Good University Governance).
6. Mendalami dan mengembangkan nilai-nilai kejuangan Jenderal Achmad
Yani untuk diterapkan oleh sivitas akademika dan pendukungnya
Penyusun
Koordinator Praktikum
𝑡𝑡𝑅𝑅 2
𝑁𝑁𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒 = 16 � �
𝑊𝑊
Bila kita mengalami kesulitan untuk menentukan secara tepat lebar dasar
pita kromatogram (W), maka digunakan perhitungan lebar pita pada
setengah tingginya (W1/2). Rumus perhitungan N menjadi persamaan:
𝑡𝑡𝑅𝑅 2
𝑁𝑁𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒 = 5,54 � �
𝑊𝑊½
𝑡𝑡𝑅𝑅 .2 − 𝑡𝑡𝑅𝑅 .1
𝑅𝑅𝑠𝑠 =
½ (𝑊𝑊2 − 𝑊𝑊1 )
Harga faktor resolusi yang baik (kedua puncak tidak saling tumpang tindih)
adalah lebih besar dari 1,5.
Kualitas pemisahan yang dihasilkan dari prose kromatografi dapat
dilihat dari bentuk kromatogramnya. Idealnya, bentuk kromatogram adalah
berupa kurva distribusi normal dengan lebar dasar puncak yang sempit. Masing-
masing puncak kromatogram berdiri secara terpisah sehingga tidak ada area
puncak yang saling tumpang tindih. Contoh bentuk kromatogram seperti di
bawah ini.
Gambar 3. Kurva baku (hubungan antara respon analitik sebagai sumbu y versus
konsentrasi baku analit sebagai sumbu x) yang memberikan hubungan
linier.
Laboratorium Kimia Farmasi 13
Program Studi Farmasi (S-1)
Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
Pembuatan kurva baku
1. Siapkan satu seri larutan baku dari iapkan satu seri larutan baku dari analit
yang ingin kita tetapkan kadarnya. Larutan baku adalah larutan analit yang
telah diketahui konsentrasinya secara pasti. Lakukan pengukuran respon
analitiknya untuk setiap larutan baku yang telah disiapkan.
2. Lakukan pengukuran respon analitik terhadap blanko (larutan yang
mengandung semua reagen dan pelarut yang sama persis dengan larutan
baku, kecuali analit).
3. Lakukan pengurangan terhadap setiap respon analitik yang diberikan oleh
larutan baku dengan rerata respon analitik dari blanko. Nilai yang
diperoleh digunakan untuk nilai sumbu y.
4. Buatlah grafik yang menyatakan hubungan antara respon analitik (sebagai
sumbu y) dengan konsentrasi larutan baku (sebagai sumbu x). Dengan
menggunakan metode regresi linier, temukan persamaan kurva baku:
y = bx + a
Determinasi sampel
Konsentrasi analit dalam sampel dilakukan dengan melakukan
pengukuran respon analitik terhadap sampel, kemudian hasilnya
diintrapolasikan pada persamaan kurva baku. Respon analitik sampel
dimasukkan sebagai variable y, sehingga x dapat dihitung sebagai konsentrasi
analit yang terkandung dalam sampel.
Ketepatan (Accuracy)
Metode analisis dikatakan tepat apabila setiap data analisis harganya
sesuai (dekat) dengan harga yang sebenarnya, artinya kesalahan (sering disebut
bias) yang dibuat tidaklah besar. Bila harga sebenarnya dinyatakan sebagai µ
dan data rerata hasil analisis dinyatakan sebagai 𝑥𝑥, maka ketepatan dapat
dinyatakan dalam 2 pernyataan:
TUJUAN
Mahasiswa mampu menganalisis secara kualitatif dan kuantitatif
kandungan parasetamol dan kafein dalam sampel obat flu bentuk tablet
menggunakan peralatan KCKT.
TEORI
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) atau High Performance
Liquid Chromatography (HPLC) adalah kromatografi cair yang menggunakan
fase diam padat atau cair yang dilapiskan pada padatan penyangga dengan
ukuran partikel kecil (5-10 µm) dan menggunakan tekanan tinggi (300-3000
psi) untuk menjaga aliran fase gerak. KCKT cocok digunakan untuk
memisahkan dan menghitung konsentrasi senyawa dalam campuran yang
konsentrasinya kecil dan tekanan uapnya rendah (non-volatil)
Ada banyak faktor yang mempengaruhi efisiensi kolom sehingga harus
dioptimasi agar diperoleh pemisahan yang baik, yaitu:
1. Kecepatan alir fase gerak, kecepatan alir yang sangat lambat akan
menyebabkan terjadinya difusi longitudinal, sedangkan bila terlalu cepat
akan menyebabkan terjadinya transfer massa non ekuilibrium, sehingga
terjadi pelebaran pita kromatogram.
2. Ukuran partikel fase diam, semakin kecil ukuran partikel maka efisiensi
semakin baik, tetapi menyebabkan tekanan dalam kolom semakin besar
sehingga dibutuhkan kekuatan pompa yang semakin besar.
3. Kemampatan fase diam dalam kolom, susunan fase diam yang kurang
mampat (banyak rongga) menjadikan kolom kurang efektif karena terdapat
banyak ruang kosong (dead space) yang tidak aktif berinteraksi dengan
analit.
4. Panjang kolom, semakin panjang akan semakin besar harga efisiensi kolom,
tetapi dapat menyebabkan terjadinya pelebaran pita.
TUJUAN
Mahasiswa mampu melakukan pemisahan metil orange dan metil merah
menggunakan kromatografi kolom terbuka
TEORI
Kromatografi kolom merupakan teknik kromatografi yang paling tua
(klasik). Pemisahan yang terjadi di dalam kolom didasarkan pada perbedaan
distribusi analit dalam fase diam dan fase gerak. Dalam percobaan ini digunakan
sistem kromatografi fase normal, yaitu fase diam bersifat polar dan fase gerak
cair bersifat apolar. Aliran fase gerak cair sepanjang kolom dipengaruhi oleh
adanya gaya gravitasi. Fase diam yang umum digunakan dalam kromatografi
kolom adalah silika gel, alumina, tanah diatom, selulosa atau karbon aktif.
Pembuatan kolom kromatografi dapat dikerjakan dengan dua cara, yaitu
cara basah (slurry method) dan cara kering (dry pack method)
Cara basah (slurry method)
Pada cara basah, adsorben dicampur dengan sejumlah eluen (solven) hingga
membentuk semacam bubut, kemudian dituangkan ke dalam kolom kaca yang
telah diberi glasswool atau kapas pada bagian bawahnya untuk menahan bubur
adsorben. Untuk membuat agar kolom menjadi mampat, eluen dialirkan sambal
diketuk-ketuk perlahan agar gelembung udara tidak terjebak dalam kolom.
Cara kering (dry pack method)
Cara kering lebih sederhana daripada cara basah, tetapi lebih beresiko
karena kemungkinan terjebaknya gelembung udara dalam kolom lebih besar.
Pada cara ini, sejumlah cairan eluen dituangkan ke dalam kolom kaca yang telah
diberi glasswool atau kapas pada bagian bawahnya, kemudian adsorben kering
dimasukkan sedikit demi sedikit ke dalamnya. Untuk mencegah terjebaknya
gelembung udara dalam kolom, selama proses penuangan padatan adsorben,
kolom kaca diketuk perlahan. Untuk memampatkannya cairan eluen dialirkan.
CARA KERJA
A. Menyiapkan Sampel
Larutkan sampel yang telah ditimbang seksama (10 mg) dengan etanol
dalam labu takar 10,0 mL. Masukkan sejumlah 500 µL larutan sampel
tersebut ke dalam kolom kromatografi yang telah disiapkan sebelumnya.
(Sampel sudah disiapkan oleh Laboran)
B. Menyiapkan Kolom Kromatografi dan Aplikasi Sampel
1. Siapkan eluen kloroform dan aseton, masing-masing dalam tempat
yang mudah untuk dituang
2. Cara membuat kolom kromatografi berisi silika gel (slurry method)
Ambil panjang kromatografi dengan ukuran diameter 2 cm dan panjang
35 cm.
Cuci bagian dalam kolom dengan aseton kemudian kloroform. Ambil
sedikit kapas (atau glass wool jika ada, hati-hati jangan sampai terhirup
atau menyusup dalam kulit) dan masukkan ke dalam kolom hinga
menempel di dasar kolom, agar silika gel tidak ada yang keluar terbawa
eluen.
Dalam beaker glass kecil, suspensikan 10 g silika gel dengan kloroform
secukupnya, hingga dapat dituang ke dalam kolom tersebut. Catat
volume kloroform yang digunakan untuk membuat suspensi (V1).
Tuang bubur silika ke dalam kolom. Tunggu sesaat hingga silika gel
tertata dalam kolom. Alirakan eluen (kran dibuka) sambal diketuk-
ketuk agar fase diam tertata rapi dan tidak ada gelembung udara yang
terjebak di fase diam. Ulangi cara ini, hingga didapat tinggi silika gel
kurang lebih 20 cm. Keluarkan cairan hingga cairan fase gerak tepat di
atas fase diam (jangan sampai kering). Catat volume kloroform yang
dikeluarkan (V2). Hitung volume mati (Vm) kolom fase diam dengan
rumus:
Vm = V1 – V2
3. Masukkan 0,50 mL sampel ke dalam kolom kromatografi. Buka kran
hingga cairan sampel terjerap ke dalam silika. Tambahkan sedikit eluen
kloroform kurang lebih 0,1 mL, lalu buka kran hingga permukaan eluen
tepat di permukaan silika. Masukkan sedikit serbuk silika hingga
Laboratorium Kimia Farmasi 29
Program Studi Farmasi (S-1)
Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
menutup sisa-sisa sampel yang tidak terjerap ke dalam fase diam.
Masukkan eluen dalam volume banyak dan lakukan elusi.
C. Elusi Sampel
1. Elusi kolom kromatografi dengan fase gerak kloroform hingga semua
metil merah keluar seluruhnya. Ganti eluen dengan aseton hingga metil
orange terelusi semuanya. Tampung eluen tiap 3 mL dalam tabung
reaksi.
2. Elusi dikerjakan hingga tampungan tidak mengandung analit (tidak
berwarna)
D. Determinasi
Baku:
Buat larutan campuran yang mengandung metil orange dan metil merah
dalam berbagai konsentrasi. Kemudian dibaca absorbansinya menggunakan
spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimum metil
orange dan metil merah. Buat persamaan regresi linier hubungan antara
konsentrasi metil orange (413 nm) dan metil merah (489 nm) versus
absorbansi, dalam formula:
y = bx +a
y adalah absorbansi
x adalah konsentrasi analit
Sampel:
1. Hitung konsentrasi metil merah dan metil orange dalam setiap fraksi
eluat
2. Buat kromatogram yang merupakan kurva histogram hubungan antara
nomor fraksi versus konsentrasi analit setiap fraksi. Hubungkan titik
tengah puncah histogram setiap fraksi.
3. Tentukan volume retensi metil merah dan metil orange. Hitung juga
parameter kinetikanya (kapasitas kolom k’, jumlah lempeng teoritik
Neff, faktor selektivitas α dan faktor resolusi Rs)
DATA YANG DIHARAPKAN
1. Kondisi optimal alat kromatografi kolom
2. Persamaan regresi linier analit (metil merah dan metil orange): y = bx+a
3. Kisaran linearitas dan Limit of Detection (LOD)
4. Kromatogram kolom, volume mati dan volume retensi analit
5. Parameter kinetika pemisahan: k’, Neff, α, Rs
30 Laboratorium Kimia Farmasi
Program Studi Farmasi (S-1)
Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
6. Kadar metil merah dan metil orange dalam sampel: (X ± SD)
PERTANYAAN
1. Bagaimana mekanisme pemisahan metil merah dan metil orange dalam
sistem kromatografi ini?
2. Bagaimana hubungan antara sifat fisikokimia metil merah dan metil orange
dengan volume retensi?
3. Apakah harga Rs pemisahan cukup baik?
TUJUAN
Mahasiswa mampu menganalisis secara kualitatif dan kuantitatif
kandungan parasetamol dan kafein dalam sampel obat flu bentuk tablet
menggunakan kromatografi lapis tipis
TEORI
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) atau Thin Layer Chromatography
(TLC) merupakan bagian dari kromatografi planar. Teknik lain dalam
kromatografi planar yang lebih dulu adalah kromatografi kertas, yang telah
dikenal sejak tahun 1800-an. Di Belanda, sejak tahun 1905 kromatografi kertas
mulai digunakan untuk mengevaluasi beberapa tanaman obat dan mulai tahun
1920 digunakan untuk pemeriksaan rutin di Jerman. Sedangkan kromatografi
lapis tipis dikenal sejak digunakannya senyawa alumina yang dilapiskan pada
plat kaca untuk pemeriksaan tincture pada tahun 1930. Mulai tahun 1940, KLT
telah digunakan untuk pemeriksaan rutin asam amino, antibiotik, nukleotida,
dan senyawa radioaktif. Saat ini hampir 40% metode yang tertera dalam United
States Pharmacopeai (USP) menggunakan kromatografi planar, sedangkan di
Jepang dan Cina menggunakan lebih dari 80% metode kromatografi planar.
Keuntungan penggunaan kromatografi planar, antara lain:
1. Dapat menguji secara kualitatif banyak senyawa secara bersamaan
2. Dapat dilakukan dengan mudah tanpa sumber listrik
3. Cepat dan datanya reliabel
4. Sistem peralatan sederhana, murah dan mudah dimodifikasi
Bila dibandingkan dengan KCKT, KLT lebih fleksibel dalam pemilihan
fase gerak dan mempunyai post-chromatographic yang beraneka ragam yang
dapat meningkatkan sensitivitas dan spesifitas deteksi. Hampir semua
komponen dalam sampel dapat dideteksi serta proses kromatografi dapat
dengan mudah dihentikans setiap saat.
Kuantifikasi
Secara umum, untuk menghitung kadar analit dalam sampel dapat
dilakukan dengan mengerok bercak dan dilarutkan dalam pelarut yang sesuai
(atau eluen yang digunakan), kemudian dideterminasi menggunakan
spektrofotometer. Belakangan, telah dikembangkan Teknik densitometer yang
dapat secara langsung mengukur absorbansi, fluoresensi atau peredaman
fluoresensi secara in situ. Kuantifikasi dapat dilakukan hanya bila bercak
terpisah secara sempurna dari bercak lain.
CARA KERJA
Pembuatan Kurva Baku
1. Buat larutan stok baku Paracetamol (dalam etanol) dan Kafein (dalam
kloroform) dengan konsentrasi 10 ppm (1 mg dalam 100 ml pelarut)
2. Buat seri kadar larutan baku paracetamol dan kafein dengan kadar: 0,002
ppm, 0,004 ppm, 0,006 ppm, 0,008 ppm dan 0,01 ppm (masing-masing
volume 10 mL)
3. Baca absorbansi masing seri kadar pada panjang gelombang maksimal dari
paracetamol dan kafein, lalu dibuat persamaan kurva baku
Prosedur KLT
1. Buat larutan pengembang (eluen) kloroform – etanol (9:1)
2. Larutan pengembang (eluen) dimasukkan ke dalam bejana dan diberi
lapisan kertas saring yang mengelilingi dinding dalam bejana, tutup rapat
kedap udara, tunggu hingga bejana terjenuhi
36 Laboratorium Kimia Farmasi
Program Studi Farmasi (S-1)
Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
3. Disiapkan lempeng KLT yang sebelumnya telah diaktivasi dengan
memberi tanda awal dan akhir pengembangan
4. Ditotolkan sejumlah ± 10 µL seri kadar larutan baku paracetamol dan
kafein pada plat KLT ukuran 20 x 10 cm (seri kadar paracetamol 5 totolan,
seri kadar kafein 5 totolan)
5. Sampel campuran (yang telah disediakan laboran) untuk masing-masing
kelompok ditotolkan sejumlah ± 10 µL sebanyak 2-3 totolan dengan jarak
totolan masing-masing 1 cm)
6. Plat yang telah siap dimasukkan ke dalam bejana yang telah dijenuhkan
dan ditutup rapat
7. Setelah pengembangan mencapai batas akhir pengembangan, lempeng
dikeluarkan dan ditunggu hingga kering.
8. Lihat hasil bercak yang timbul pada lampu UV 254 nm dan 366 nm, hitung
nilai Rf.
9. Sampel yang telah terpisah dikerok lalu dilarutkan dengan 10 mL pelarut
yang sesuai (paracetamol dilarutkan dalam etanol, kafein dalam
kloroform).
10. Setelah dilarutkan, disaring dengan kertas saring lalu dibaca absorbansinya
dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimal
DATA YANG DIHARAPKAN
1. Harga Rf dari setiap bercak yang timbul (sebagai parameter kualitatif)
2. Persamaan regresi linier analit (parasetamol dan kafein): y = bx + a
3. Kadar parasetamol dan kafein dalam sampel: (X ± SD)
PERTANYAAN
1. Bagaimana mekanisme pemisahan parasetamol dan kafein dalam sistem
KLT yang saudara gunakan?
2. Bagaimana hubungan antara sifat fisika kimiawi parasetamol dan kafein
dengan Rf masing-masing?
3. Jelaskan keunggulan dan kekurangan KLT terhadap kromatografi kolom
terbuka!
TUJUAN
Mahasiswa mampu menganalisis secara kualitatif dan kuantitatif
kandungan kurkumin dalam sampel campuran dengan metode kromatografi
lapis tipis-densitometri.
TEORI
Pada era perkembangan teknik kromatografi saat ini pemakaian “Thin
Layer Chromatography Scanner” lebih dikenal dengan nama densitometer.
Densitometri merupakan metode analisis instrumental yang pengujian
kuantitatifnya berdasarkan interaksi radiasi elektromagnetik dengan analis yang
merupakan noda pada kromatografi lapis tipis (KLT). Interaksi tersebut
ditentukan oleh absorbsi, transmisi dan pantulan fluoresensi atau pemadaman
fluoresensi dari radiasi semula. Densitometri lebih dititik beratkan pada analisa
kuantitatif berupa campuran yang perlu dilakukan pemisahan terlebih dahulu
dengan kromatografi lapis tipis (KLT).
Alat densitometri (densitometer) memiliki sumber sinar yang bergerak
di atas bercak pemisahan pada lempeng kromatografi yang akan ditetapkan
kadarnya. Lazimnya lempeng tersebut digerakkan menyusuri berkas sinar yang
berasal dari sumber sinar tersebut. Bercak yang kecil dan intensif akan
menghasilkan suatu puncak kurva absorbsi yang sempit dan tajam, sebaliknya
bercak yang lebar akan menghasilkan puncak kurva absorbsi yang melebar dan
tumpul.
Penelusuran bercak pada lempeng kromatografi dapat dilakukan
dengan du acara yaitu penelusuran lurus dan penelusuran zig zag. Pada
penelusuran lurus, sinar yang mengenai bercak berjalan lurus dari kiri ke kanan,
sedangkan pada penelusuran zig zag sinar yang mengenai bercak berjalan secara
zig zag dari kiri ke kanan. Penelusuran bercak akan mendapatkan hasil yang
baik apabila dilakukan pada Panjang gelombang maksimum karena dengan
adanya sedikit perubahan konsentrasi pada bercak sudah terdeteksi.
38 Laboratorium Kimia Farmasi
Program Studi Farmasi (S-1)
Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
Korelasi antara kadar analit pada bercak kromatogram yang ditelusuri
terhadap area tidak menunjukkan garis lurus, akan tetapi merupakan garis
lengkung mendekati hiperbola dapat dijelaskan berdasarkan teori dan
persamaan Kubelka-Munk. Ia telah berhasil menerangkan mengapa korelasi
antara kadar analit yang ditelusuri terhadap kromatogram tidak merupakan garis
lurus. Menurut kedua kromatografiwan tersebut apabila radiasi elektromagnetik
dengan intensitas semula (I) jatuh pada permukaan lapisan tipis yang tidak
homogen dengan arah rambatan tegak lurus, maka sebagian radiasi
elektromagnetik akan direfleksikan (Is) dan Sebagian diserap oleh analit lapisan
tipis (Io) dan Sebagian lagi diteruskan (It).
Terdapat du acara penetapan dengan alat densitometer. Pertama, setiap
kali penetapan ditotolkan sediaan baku dari senyawa yang bersangkutan dan
dielusi bersama dalam satu lempeng, kemudian AUC (luas area di bawah kurva)
sampel dibandingkan dengan nilai AUC baku. Kedua, dengan membuat kurva
baku hubungan antara jumlah zat dengan AUC. Kurva baku diperoleh dengan
membuat totolan zat baku pada plat KLT dengan berbagai variasi konsentrasi.
Bercak yang diperoleh dari AUC dengan alat densitometer dapat dibuat
persamaan regresi linier y = bx + a, dimana x adalah banyaknya zat yang
ditotolkan sedangkan y adalah AUC.
CARA KERJA
A. Penyiapan larutan baku kurkumin
1. Pembuatan larutan stok 1000 ppm
Ditimbang seksama lebih kurang 10 mg serbuk baku kurkumin
kemudian dilarutkan dengan methanol pH 4 (dibuat dengan
mencampurkan methanol p.a dan asam asetat glasial p.a (9:1)) dalam
labu takar 10 ml hingga tanda
2. Pembuatan seri larutan baku kurkumin
Dibuat seri larutan baku kurkumin 0,5 ; 0,75 ; 1,0 ; 1,25 ; 1,5 ; 1,75
mg/ml dengan cara mengambil sebanyak 0,25 ml ; 0,375 ml ; 0,50 ml ;
0,625 ml ; 0,750 ml ; 0,875 ml larutan baku kurkumin 1000 ppm,
kemudian dimasukkan ke dalam labu takar ukuran 5 ml lalu diencerkan
dengan methanol pH 4 hingga tanda
TUJUAN
Mahasiswa mampu menggunakan alat kromatografi cair-gas untuk
analisis kualititatif dan kuantitatif senyawa mudah menguap (volatile) dalam
sampel minuman keras
TEORI
Kromatografi gas (KG) atau Gas Chromatography (GC) adalah
kromatografi yang menggunakan gas sebagai fase geraknya, sedangkan fase
diamnya dapat berupa padatan atau cairan yang dilapiskan pada padatan
penyangga. Fase diam ditempatkan dalam kolom yang terbuat dari kaca atau
logam yang bersifat inert. Kolom jenis ini disebut kolom packing (packed
column) yang biasanya mempunyai diameter 2-4 mm dengan panjang 0,5-5 m.
Dalam perkembangannya, dikenal KG kolom kapiler (capillary column) yang
memiliki diameter kolom 0,1-0,7 mm dengan panjang 5-100 m. Fase diam
(cairan) dilapiskan setipis mungkin pada sisi permukaan dalam kolom. Dengan
ukuran yang demikian panjang, memungkinkan KG kolom kapiler
menghasilkan pemisahan yang lebih bagus dibandingkan dengan KG kolom
packing.
Dalam kromatografi gas, tersedia beberapa jenis fase diam yang dapat
digunakan. Pemilihan fase diam disesuaikan dengan sifat fisiko-kimia sampel
yang akan diperiksa, terutama sifat polaritas, kelarutan dan titik didih.
Tersedia beberapa jenis fase diam yang dapat digunakan. Pemilihan
fase diam disesuaikan dengan sifat fisiko-kimia sampel yang akan diperiksa,
terutama sifat polaritas, kelarutan dan titik didihnya.
Fase gerak yang sering digunakan adalah gas yang bersifat inert
terhadap sampel dan detector, misalnya nitorigen, hirdrogen, helum dan argon.
Kecepata alir gas diatur dengan alat regulator sedemikian rupa agar pemisahan
dapat tejadi dengan baik dan waktu dnaalisis yang cukup efisien. Hasil
pemisahan dalam KG lebih bergantung pada pengaturan temperature
Tidak
Tidak Tidak Tidak Tidak
menggunakan
menggunakan menggunakan menggunakan menggunakan
3 gadget ketika
gadget ketika gadget ketika gadget ketika gadget ketika
tidak
tidak diperlukan tidak diperlukan tidak diperlukan tidak diperlukan
diperlukan