Anda di halaman 1dari 33

MODUL PRAKTIKUM

FARMAKOLOGI

Visi
Visi
Menjadi
Menjadi program studi Farmasi
program studi Farmasi (S1)
(S1) yang
yang
unggul
unggul dalam bidang Farmasi Bahan Alam
dalam bidang Farmasi Bahan Alam yang
yang
berlandaskan
berlandaskan nilai-nilai Islam dan Ilmu
Pengetahuan
Pengetahuan dan
dan Teknologi
Teknologi yang
yang mampu
mampu
bersaing
bersaing di
di tingkat
tingkat Nasional
Nasional

PM-UMM-02-12/L1
Program Studi S1 Farmasi
Fakultas Ilmu Kesehatan
2018

1
MODUL
PRAKTIKUM

FARMAKOLOGI

Disusun oleh :
Widarika Santi H, M.Sc., Apt

PM-UMM-02-12/L1

Program Studi S1 Farmasi


Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Magelang
2018

2
PENGESAHAN

Modul Praktikum
Farmakologi
PM-UMM-02-12/L1

Revisi : 00
Tanggal : 2018
Dikaji Ulang Oleh : Ketua Program Studi S1 Farmasi
Dikendalikan Oleh : Gugus Kendali Mutu Fakultas
Disetujui Oleh : Dekan

NO. DOKUMEN : PM-UMM-02-22 TANGGAL : 2018


NO. REVISI : 00 NO. HAL : -
Disiapkan Oleh : Diperiksa Oleh: Disahkan Oleh :
Koordinator Praktikum Ka. Prodi S1 Farmasi Dekan

Widarika Santi H, M.Sc.,Apt Tiara Mega Kusuma, M.Sc., Apt Puguh Widiyanto,S.Kp., M.Kep
NIDN. 0618078401 NIDN. 0607048602 NIDN. 0621027203

Catatan : Dokumen ini milik Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Magelang
dan TIDAK DIPERBOLEHKAN dengan cara dan alasan apapun membuat salinan tanpa seijin
Dekan

PENGANTAR

Assalamualaikum, wr, wb
Alhamdulillah, buku petunjuk praktikum Farmakologi berhasil disusun. Buku
petunjuk ini disusun sebagai sarana untuk membantu mahasiswa dalam menunjang

3
tercapainya kompetensi S1 Farmasi di bidang pelayanan farmasi klinik dan komunitas
dengan mengaplikasikan teori farmakologi dalam praktikum Farmakologi terutama
konsep farmakologi pada manusia yang diujikan pada hewan uji. Mahasiswa diharapkan
dapat membaca dan memahami materi sebelum pelaksanaan praktikum agar berjalan
lancar dan tertib.
Buku petunjuk praktikum Farmakologi dibuat dengan harapan pada akhir
pelaksanaan praktikum ini mahasiswa mampu memahami konsep absorpsi, distribusi,
metabolisme dan eskresi obat.
Penyusun menyadari bahwa buku ini tidak terlepas dari kekurangan, oleh karena
itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan buku ini. Penyusun berharap semoga buku ini dapat bermanfaat. Amiin.
Wassalamualaikum, Wr. Wb

Magelang, 2018

Koordinator Praktikum

Tata Tertib Pelaksanaan Praktikum


1. Mahasiswa wajib hadir di ruang praktikum sesuai jadwal praktikum yang
berlaku.
2. Mahasiswa yang datang terlambat lebih dari 15 menit tidak
diperkenankan mengikuti kegiatan praktikum.
3. Mahasiswa wajib membawa farmasi kit disetiap kegiatan praktikum.
4. Mengikuti pretest sebelum praktikum dimulai.

4
5. Bila nilai pretest memenuhi standar (≥60) mahasiswa dapat mengikuti
praktikum sesuai prosedur dan aturan yang berlaku (untuk mata
praktikum tertentu).
6. Sebelum praktikum dimulai mahasiswa wajib mengenakan jas
laboratorium.
7. Mahasiswa meminjam peralatan ke laboran dengan mengisi Daftar Bon
Alat.
8. Selama praktikum berlangsung, mahasiswa wajib menjaga ketertiban dan
ketenangan laboratorium.
9. Selama pelaksanaan praktikum mahasiswa tidak diperkenankan
meninggalkan ruang praktikum tanpa ijin dosen atau asisten pembimbing
praktikum.
10. Setelah selesai praktikum, mahasiswa wajib merapikan dan
membersihkan kembali peralatan dan tempat praktikum sesuai ketentuan
yang berlaku.
11. Mahasiswa wajib absen dijurnal praktikum dan mengisi kartu kendali
praktikum.
12. Mahasiswa wajib membuang sampah praktikum sesuai ketentuan yang
berlaku.
13. Mahasiswa wajib melaporkan alat-alat yang rusak dan pecah ke laboran.
14. Mahasiswa wajib mengganti peralatan yang rusak atau pecah sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
15. Mahasiswa wajib membuat laporan resmi praktikum sesuai dengan hasil
praktikum.

Kepala Laboratorium Farmasi

Fitriana Yuliastuti, M.Sc., Apt

Format Laporan dan Kriterian Penilaian

Laporan Resmi :

5
1. Cover laporan: nama mata praktikum, judul pertemuan, logo universitas,
nama dan NIM penyusun, nama prodi, nama fakultas, nama universitas,
tahun.
2. Isi
a. Judul praktikum
b. Tujuan praktikum
c. Dasar teori
d. Metode praktikum/cara kerja
e. Hasil praktikum
f. Pembahasan disertai jurnal ilmiah
g. Kesimpulan
h. Daftar pustaka

Kriteria Penilaian :
Indikator Point
Pretest/posttest 20
Skill Lab 40
Laporan 10
Responsi 30

PERTEMUAN KE-1

PENANGANAN HEWAN UJI

1. Capaian Pembelajaran :
a. Menguasai konsep teoritis farmasetika, farmakologi, farmakoterapi, farmasi
klinik, toksikologi, farmakoekonomi, farmakovigilance, DRP (Drug Related
Problems), Interaksi obat, EBM (Evidence-based Medicine), POR (Pengobatan
Obat Rasional), Undang-Undang kefarmasian, Kode etik profesi farmasi

6
b. Menguasai konsep teoritis berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang
kefarmasian, riset, dan pengembangan diri
c. Mampu menerapkan IPTEK dalam melakukan riset, pengembangan diri secara
berkelanjutan di bidang kefarmasian, khususnya terkait farmasi bahan alam
d. Mampu menunjukkan kinerja bermutu dan terukur

2. Tujuan Praktikum :
Setelah menyelesaikan praktikum ini maka mahasiswa mampu
menguasai penanganan hewan uji meliputi :
a. Pemilihan hewan uji
b. Pemeliharaan hewan uji
c. Pengambilan spesimen hewan uji
d. Pembuatan larutan stok
3. Dasar Teori
Uji pada manusia diperbolehkan jika obat telah diujikan sebelumnya pada
hewan uji dan memperoleh hasil yang cukup mengenai keamanannya dimana
hal ini merupakan syarat etik baik nasonal maupun internasional dalam kode
etik penelitian pada manusia (Isbagio, 1992). Hewan uji adalah hewan yang
sengaja dipelihara untuk digunakan sebagai model dalam penelitian
laboratorium (Malole dan Pramono, 1989). Penggunaan hewan uji dilakukan
dengan syarat kondisi fisik hewan uji sehat dan bebas dari mikroorganisme
untuk menjamin hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan (Endi, 2013).
Namun penggunaan hewan uji sebagai model dalam penelitian tetap
diperlukan, hal ini disebabkan karena :
a. Jenis subyek penelitian dapat ditentukan
b. Peneliti dapat mengontrol variabel penelitian sesuai keinginan peneliti
c. Biaya terjangkau
d. Pada penelitian uang bersifat resiko tinggi, dapat digunakan hewan uji
e. Dapat digunakan untuk uji diagnostik, keamanan, dan toksisitas (Stevani,
2016)
Penelitian yang melibatkan hewan uji harus memperhatikan 3R yaitu
a. Replacement yaitu jumlah hewan uji yang digunakan dalam penelitian sudah
diperhitungkan
b. Reduction yaitu pemanfaatan hewan uji dalam penelitian seminimal
mungkin, namun tetap mendapatkan hasil optimal. Jumlah minimal
menggunakan rumus Frederer yaitu (n-1)(t-1) > 15 dimana n adalah jumlah
hewan yang diperlukan dan t adalah jumlah kelompok perlakuan
c. Refinement yaitu memperlakukan dan memelihara hewan uji dengan baik,
tidak menyakiti hewan, serta meminimalisir perlakuan yang menyakitkan
sehingga menjamin kesehatan hewan hingga akhir penelitian (Stevani, 2016)
Beberapa hewan uji beserta karakteristiknya seperti berikut :
a. Rodent (binatang pengerat)
a) Tikus Biobreeding

7
Merupakan tikus rentan DM tipe 1, sehingga tikus ini banyak digunakan
terutama dalam penelitian obat DM
b) Tikus putih galur Sprague Dawley
Ciri hewan uji adalah tenang dan jinak. Berat tikus dewasa 250-300
gram (betina) dan 450-520 gram (jantan). Usia antara 2,5-3,5 tahun.
Tikus ini paling banyak digunakan dalam penelitian farmakologi.
c) Tikus putih galur Wistar
Memiliki bobot lebih ringan dan lebih galak daripada galur Sprague
Dawley. Tikus ini banyak digunakan pada penelitian toksikologi,
penyakit infeksi, efikasi dan antiaging.
d) Tikus mungil atau mencit
Mencit berkembangbiak cepat dan 99% gennya mirip manusia. Sehingga
banyak digunakan sebagai model penelitian pada manusia. Keuntungan
mencit adalah mudah dalam penanganan, penyimpanan, serta harga
relatif murah (Stevani, 2016)
b. Kelinci
Kelinci merupakan hewan uji yang banyak digunakan selain tikus dalam
penelitian. Contoh uji pada kelinci adalah uji iritasi mata (Stevani, 2016)
Komite Penanganan Hewan Universitas McGill (UACC)
merekomendasikan penggunaan Penilaian Kondisi Tubuh (BCS) untuk menilai
kondisi kesehatan hewan uji. Berikut cara menilai BCS hewan uji
BCS Nilai 1 Mencit kurus Tuang tubuh sangat kelihatan. Jika diraba tidak
teraba lemak atau daging. Tampak atas tidak
nampak daging atau lemak
BCS Nilai 2 Mencit di Tikus tampak kurus. Tulang masih terlihat jelas.
bawah kondisi Namun jika diraba masih teraba lemak atau daging.
standar Tampak atas agak berisi
BCS 3 Mencit dalam Tubuh tidak terlihat tonjolan tulang, namun jika
kondisi baik diraba terasa adanya tulang. Tampak atas tubuh
tampak lebih berisi
BCS 4 Mencit di atas Tidak tampak tulang dan jika dirasa tulang susah
kondisi standart teraba karena timbunan lemak. Hewan uji tampak
berisi dan tampak lipatan d bawah kulit
BCS 4 Mencit obesitas Tulang sangat sulit teraba karena timbunan lemak
(Stevani, 2016)
Hewan uji mempunyai hak-hak yang dikenal degan Animal Walfare
dimana terdiri dari 5 poin yaitu :
a. Bebas dari rasa lapar dan haus
Hewan uji harus diberikan makan dan minum yang cukup
b. Bebas dari kepanasan dan ketidaknyaman fisik
Menyediakan tempat tinggal yang nyaman dan sesuai dengan hewan uji
c. Bebas dari luka, penyakit dan rasa sakit
Hewan uji harus dirawat, dilakukan pencegahan penyakit, serta mendiagnosa
dan melalakukan pengobatan yang tepat

8
d. Bebas mengekspresikan perilaku normal
Menyediakan tempat tinggal yang sesuai dengan hewan uji dan menyediakan
hewan yang sejenis
e. Bebas dari takut dan stres
Hewan diperlakukan dengan baik sehingga hewan bebas dari rasa takut dan
stres
Pengelolaan hewan uji dititikberatkan pada :
a. Kondisi bangunan
Kandang harus dikondisikan sehingga hewan dapat hidup dengan baik, tidak
terlalu lembab, mempunyai sirkulasi udara yang baik, suhu ayng sesuai
dengan kondisi hewan uji
b. Sanitasi
Kandang memiliki sistem drainase yang baik, sanitasi yang baik, terjaga
kebersihannya
c. Tersedianya makanan
Makanan yang tersedia harus bernutrisi cukup dan tersimpan dengan baik,
tidak disimpan di lingkungan yang lembab, bebas insektisida
d. Kebutuhan air
Kebutuhan air harus cukup, tidak terlalu banyak mengandung mineral dan
tidak membasahi kandang
e. Sirkulasi udara
Sistem ventilasi yang baik menghasilkan sirkulasi udara yang baik
f. Penerangan
Penerangan akan mempengaruhi siklus reproduksi hewan uji sehingga perlu
diperhatikan kondisi penerangan
g. Kelembaban dan temperatur ruangan
Kelembaban dan temperatur kandang harus diatur karena akan
mempengaruhi kemampuan hewan mengatur panas internalnya. Contoh
untuk tikus pada suhu 30 C dan kelinci pada suhu 25-28 C.
h. Keamanan
Hewan uji harus aman dari infeksi sehingga tidak membahayakan baik
kesehatan hewan uji maupun manusia
i. Training bagi personil (Stevani, 2016)
Berikut cara memegang mencit atau hewan uji lainnya pada saat
pelaksanakan penelitian :
a. Memegang mencit
a) Mencit diangkat dengan cara memegang ekor ke arah atas dengan tangan
kanan
b) Letakkan mencit dipermukaan kasar, biarkan mencit memegang bagian
kasar tersebut
c) Tangan kiri memegang mencit dengan cara ibu jari dan jari telunjuk
menjepit kulit tengkuk mencit sekencang mungkin

9
d) Ekor dipindahkan ke tangan kiri dan dijepit diantara jari kelingking dan
jari manis

b. Memegang tikus
a) Angkat hewan uji dengan lembut dengan menempatkan tangan anda di
sekitar dada bagian atas, tempatkan ibu jari anda di bawah rahang hewan
b)
c. Memegang
kelinci
a) Pegang kulit
di leher
kelinci
b) Tahan bagian
bawah kelinci
dengan
tangan yang
lain
c) Angkat bagian belakang kelinci dengan mendukung daerah pinggul
antara kaki

10
(sumber : University of Iowa Animal Care Unit)

Penyuntikan obat pada hewan uji didahului dengan pengolesan alkohol pada
daerah suntik. Cara pemberian obat pada hewan uji :
1. Mencit
a) Oral
Cairan obat diberikan melalui sonde oral. Sonde oral ditempelkan pada
langit-langit mulut atas mencit kemudian perlahan dimasukkan sampai
ke esofagus dan cairan obat dimasukkan

b) Subkutan
Kulit di daerah tengkuk diangkat dan kebawah kulit dimasukkan obat
dengan menggunakan alat suntik 1 ml dan jarum ukuran 27G/0,4 mm.

11
c) Intravena
Ekor mencit dimasukkan ke dalam air hangat (28-30C) agar pembuluh
vena dilatasi.

d) Intramuskular
Obat disuntikkan pada bagian paha posterior

e) Intr
ape
rito
nea
l

Pada saat penyuntikan, posisi kepala lebih rendah dari abdomen. Jarum
disuntikkan dengan sudut 100 dari abdomen pada daerah yang sedikit
menepi dari garis tengah, agar tidak mengenai kandung kemih. Jangan
telalu tinggi agar tidak mengenai hati.

12
2. Tikus
Penyuntikan sama dengan mencit
3. Kelinci
a) Oral
Pemberian cairan oral dengan menggunakan alat penahan rahang dan
feeding tube no 6-8
b) Subkutan
Pemberian secara subkutan dilakukan pada sisi sebelah pinggang atau
tengkuk dnegan cara kulit diangkat dan jarum ditusukkan ke arah
anterior. Volume pemberian maksimal 1% BB

c) Intravena
Penyuntikan dilakukan pada vena marginalis di daerah dekat telinga.

d) Intra
musk
ular

13
Dilakukan pada otot paha belakang. Volume yang diberikan 0,5-1 ml
pada tempat penyuntikan

e) Intr
ape
rito
neal

Posisi kelinci diatur sehingga letak kepala leboh rendah dari perut.
Penyuntikan dilakukan pada garis tengah di muka kandung kemih
Berbagai volume maximal pemberian obat untuk hewan uji sebagai berikut :
a. Intravenous (i.v) ( volume max. : 0.5 ml )
b. Intraperitoneal, (i.p) ( volume max. : 1.0 ml )
c. Subcutaneous, (s.c) ( volume max. : 0.5 - 1.0 ml)
d. Intramuskular, (i.m) ( volume max. : 0.05 ml)
e. Peroral, (p.o) ( volume max. : 1.0 ml)
Catatan :
Volume pemberian pada hewan uji adalah ½ dari volume maksimum.
Berbagai konversi dosis:

14
Larutan stok adalah larutan yang konsentrasinya dipekatkan dari konsentrasi
dalam media. Tujuan dibuatnya larutan stok adalah untuk menghindari
penimbangan dan penakaran berulang-ulang. Selain itu, kadang kali
timbangan untuk menimbang bahan-bahan dalam jumlah yang sangat kecil
tidak tersedia di laboratorium.
4. Pelaksanaan Praktikum
a. Alat dan bahan :
Alat : spuit 1 ml, spuit sonde, keranjang mencit, kapas
Bahan : alkohol 70%, pakan mencit, mencit
b. Cara Kerja :
1) Dosen pengampu membagi kelompok mahasiswa
2) Dosen menjelaskan SOP penanganan mencit sebagai hewan uji lewat
video dan praktek
3) Praktikan mempraktekkan cara menangani mencit
4) Mahasiswa membuat laporan dari hasil pengamatan mikroskopis
5. Latihan
1) Mahasiswa melakukan praktek penanganan terhadap hewan uji
2) Mahasiswa melaporkan hasil praktikum

PERTEMUAN KE-2
EFEK FARMAKOKINETIKA OBAT PADA HEWAN UJI
(ABSORPSI)

1. Capaian Pembelajaran :
a. Menguasai konsep teoritis farmasetika, farmakologi, farmakoterapi, farmasi
klinik, toksikologi, farmakoekonomi, farmakovigilance, DRP (Drug Related
Problems), Interaksi obat, EBM (Evidence-based Medicine), POR (Pengobatan
Obat Rasional), Undang-Undang kefarmasian, Kode etik profesi farmasi
b. Menguasai konsep teoritis berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang
kefarmasian, riset, dan pengembangan diri
c. Mampu menerapkan IPTEK dalam melakukan riset, pengembangan diri secara
berkelanjutan di bidang kefarmasian, khususnya terkait farmasi bahan alam
d. Mampu menunjukkan kinerja bermutu dan terukur
2. Tujuan Praktikum :
Setelah menyelesaikan praktek ini maka mahasiswa memiliki
kemampuan menguasai
a. Mahasiswa mampu menguasai perhitungan konversi dosis Trihexyphenidil
manusia ke mencit

15
b. Mahasiswa mampu menguasai onset dan durasi Trihexyphenidil pada mencit
c. Mahasiswa mampu menguasai onset dan durasi Trihexyphenidil melalui
berbagai rute pemberian obat

3. Dasar Teori
Farmakokinetika adalah ilmu yang mempelajari efek tubuh terhadap obat
yang meliputi fase absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi (Nugroho,
2014). Fase farmakokinetik meliputi waktu setelah obat dilepaskan dari sediaan,
selanjutnya diabsorpsi dan didistribusikan ke masing-masing jaringan tubuh.
Sediaan yang diberikan dalam bentuk ekstravaskular (per oral, intramuskular,
intraperitoneal, subkutan atau melalui rektum) obat akan mengalami proses
absorpsi, distribusi, metaolisme dan ekskresi (Hakim, 2017). Pada fase ini terjadi
ikatan antara obat dengan protein darah yang bersifat reversible. Obat bebas atau
obat yang tidak berikatan dengan protein yang akan memberikan efek (Mutschler,
1991). Ikatan obat dengan reseptor memicu reaksi kimia dalam sel sehingga
muncul efek obat (Hakim, 2012).
Absorpsi adalah proses terjadinya perpindahan obat dari tempat
pemberian ke sirkulasi sistemik (Nugroho, 2012). Pada pemberian obat secara
ekstravaskular, obat harus terlepas dari bahan pembawa. Absorpsi terjadi melalui
beberapa mekanisme yaitu difusi aktif, transport konvektif, transpor aktif,
transpor fasilitas, transpor pasangan ion, dan pinositosis (Hakim, 2012). Pada
pemberian oral obat akan mengalami first-pass effect metabolism dan selanjutnya
mengalami distribusi (Nugroho, 2012).
Absorpsi dipengaruhi oleh sifat fisik kimia obat antara lain bentuk asam,
ester, garam, komplek atau hidrat obat, bentuk kristal atau polimorfi, kelarutan
dalam lemak atau air dan derajat ionisasi (Stevani, 2016).
Distribusi merupakan proses perpindahan obat dari sirkulasi sistemik
menuju cairan atau jaringan. Obat bebas (tidak terikat protein) dapat menembus
jaringan karena obat yang berikatan dengan protein mempunyai ukuran yang
lebih besar sehingga tidak bisa menembus membran jaringan (Nugroho, 2012).
Obat yang bersifat asam lemah terikat oleh albumin, obat basa lemah terikat oleh
glikoportein dan obat netral terikat oleh lipoprotein. Luas distribusi tergantung
pada sifat fisikokimiawi obat, rasio ikatan obat dengan protein baik darah
maupun jaringan, vaskularisasi dan kecepatan aliran darah di jaringan, sifat
kimiawi jaringan, dan keberadaan protein penolak di dalam jaringan misalnya
PgP (Hakim, 2012).089674728694
4. Pelaksanaan Praktikum
a. Alat dan bahan :
Alat : spuit 1cc, spuit sonde, kapas, kandang mencit, beaker gelas, gekas
ukur, timbangan, stopwatch
Bahan : alkohol 70%, mencit, Trihexyphenidil, Na CMC, aqua
b. Cara kerja : (Stevani, 2016)

16
1) Pembuatan Na CMC 1%
a) Panaskan 200 ml air hingga mendidih
b) Timbang Na CMC sebanyak 1 gram
c) Tambahkan 50 ml air panas pada Na CMC dan aduk hingga
homogen
d) Tambahkan air panas sedikit demi sedikit hingga volume 100 ml
2) Pembuatan larutan Trihexyphenidil pada pemberian per oral
Dosis lazim Trihexyphenidil untuk : 2 mg
manusia
Konversi dosis untuk mencit BB 20 gr : Dosis Lazim x Faktor Konversi
: 2 mg x 0,0026
: 0,0052 mg

Untuk mencit dengan BB 30 gr : (30 g/20 g) x 0,0052 mg


: 0,0078 mg

Dosis diberikan dalam volume : 1 ml

Dibuat larutan stok : 100 ml


Jumlah Trihexyphenidil yang digunakan : (100 ml/1 ml) x 0,0078 mg
: 0,78 mg atau 0,00078g

% kadar Trihexyphenidil : (0,00078 g/100 ml) x 100%


: 0,00078 %

3) Pembuatan Trihexyphenidill 0,00078%


Berat 1 tablet Trihexyphenidil misalnya : 50 mg
Berat serbuk Trihexyphenidil yang : (0,78 mg/2 mg) x 50 mg
ditimbang
: 19,5 mg
Atau
Karena dibutuhkan tablet Trihexyphenidil
sebanyak 0,78 mg maka dibutuhkan kira2
1 tablet Trihexyphenidil.
Timbang berat 1 tablet Trihexyphenidil
Misal : berat 1 tablet Trihexyphenidil 50
mg
Maka serbuk tablet Trihexyphenidil yang : (0,78 mg/2 mg) x 50 mg
dibutuhkan sebanyak
: 19,5 mg
Pembuatan Trihexyphenidill 0,00078% : ambil 1 tablet, gerus kemudian timbang
serbuk Trihexyphenidil sejumlah yang
dibutuhkan
: campur serbuk dengan Na CMC 1%
sebanyak 50 ml kemudian aduk homogen
: tambahkan Na CMC 1% hingga 100 ml

1. Pelaksanaan percobaan
a) Mencit dibagi menjadi 5 kelompok

17
 Kelompok 1 : kelompok perlakuan diberikan Trihexyphenidil
per oral dengan dosis 0,0052 mg/20 g BB
 Kelompok 2 : kelompok perlakuan diberikan injeksi
Trihexyphenidil intravena dengan dosis 0,0052 mg/20 g BB
 Kelompok 3 : kelompok perlakuan diberikan injeksi
Trihexyphenidil secara intraperitoneal dengan dosis 0,0052
mg/20 g BB
 Kelompok 4 : kelompok perlakuan diberikan injeksi
Trihexyphenidil secara subkutan dengan dosis 0,0052 mg/20 g
BB
 Kelompok 5 : kelompok perlakuan diberikan injeksi
Trihexyphenidil intramuskular dengan dosis 0,0052 mg/20 g BB
b) Mencit ditimbang berat badan masing-masing
c) Mencit diamati waktu tidur (onset) dan lama mencit tidur (durasi)
yang dilihat dari reflek balik badan.
5. Latihan
1) Mahasiswa membuat larutan Trihexyphenidil
2) Mahasiswa memberikan obat pada hewan uji
3) Mahasiswa melaporkan hasil pengamatan

Kelompok BB Volume Jam Reflek Balik Badan Durasi


Mencit Pemberian Pemberian (pada jam)
(g) (ml) Hilang Kembali
Per oral
IV
IP
IM
SC

4) Mahasiswa membuat laporan praktikum

18
PERTEMUAN KE-3
ANALGETIK

1. Capaian Pembelajaran :
a. Menguasai konsep teoritis farmasetika, farmakologi, farmakoterapi, farmasi
klinik, toksikologi, farmakoekonomi, farmakovigilance, DRP (Drug Related
Problems), Interaksi obat, EBM (Evidence-based Medicine), POR (Pengobatan
Obat Rasional), Undang-Undang kefarmasian, Kode etik profesi farmasi
b. Menguasai konsep teoritis berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang
kefarmasian, riset, dan pengembangan diri
c. Mampu menerapkan IPTEK dalam melakukan riset, pengembangan diri secara
berkelanjutan di bidang kefarmasian, khususnya terkait farmasi bahan alam
d. Mampu menunjukkan kinerja bermutu dan terukur
2. Tujuan Praktikum :
Setelah menyelesaikan praktek ini maka mahasiswa memiliki
kemampuan menguasai
a. Mahasiswa mampu menguasai perhitungan konversi dosis manusia ke
mencit
b. Mahasiswa mampu menguasai cara dan mekanisme induksi nyeri pada
mencit
c. Mahasiswa mampu menguasai persen daya analgetik obat
3. Dasar Teori

19
Analgetika merupakan senyawa yang memberikan efek terapetik menekan
fungsi sistem saraf pusat secara selektif berupa meringankan atau menekan rasa
nyeri tanpa mengurangi kesadaran pada dosis terapi dan dibedakan menjadi dua
kelompok yaitu analgetik nonnarkotik dan analgetik narkotik ( Siswandono dan
Soekardjo, 2000; Mutschler, 1991).
Nyeri merupakan gejala penyakit atau tanda adanya kerusakan pada organ
tubuh. Nyeri timbul jika rangsang mekanik, termal, kimia atau listrik melampaui
nilai ambang nyeri (Mutschler, 1991).
Analgetik narkotika adalah senyawa yang bekerja dengan menekan fungsi
sistem saraf pusat secara selektif, digunakan untuk mengurangi rasa nyeri
moderat sampai berat. Aktivitas analgetik narkotik lebih besar daripada analgetik
non narkotik. Analgetik narkotik bekerja dengan mengikat reseptor pada sela otak
dan spinal cord. Pengikatan reseptor ini juga menyebabkan efek euforia dan rasa
mengantuk (Siswandono dan Soekardjo, 2000)
Analgetik non narkotika digunakan untuk mengurangi rasa nyeri ringan
sampai moderat. Analgetik non narkotika bekerja pada perifer dan sentral sistem
saraf pusat. Analgetika non narkotika bekerja dengan menghambat enzim pada
sistem saraf pusat yang mengkatalis biosintesis prostaglanding, sehingga
mencegah sensitisasi reseptor nyeri oleh mediator rasa sakit (Siswandono dan
Soekardjo, 2000)

4. Pelaksanaan Praktikum
a. Alat dan bahan :
Alat : spuit 1cc, spuit sonde, kapas, kandang mencit, beaker gelas, gelas
ukur, timbangan, stopwatch
Bahan : mencit, aqua, Na CMC, asam asetat, Ibuprofen, Parasetamol,
Antalgin, Asam Mefenamat
b. Cara kerja (Stevani, 2016)
1) Pembuatan Na CMC 1%
a) Panaskan 200 ml air hingga mendidih
b) Timbang Na CMC sebanyak 1 gram
c) Tambahkan 50 ml air panas pada Na CMC dan aduk hingga
homogen
d) Tambahkan air panas sedikit demi sedikit hingga volume 100 ml
2) Pembuatan asam asetat 1% v/v
a) 1 ml asam asetat 100% dilarutkan dalam aquades 100 ml
3) Pembuatan suspensi Ibuprofen p.o
Dosis lazim Ibuprofen untuk manusia : 400 mg
Konversi dosis untuk mencit BB 20 gr : Dosis Lazim x Faktor Konversi
: 400 mg x 0,0026
: 1,04 m g

20
Untuk mencit dengan BB 30 gr : (30 g/20 g) x 1,04 mg
: 1,56 mg

Dosis diberikan dalam volume : 1 ml


Dibuat larutan persediaan : 100 ml
Jumlah Ibuprofen yang digunakan : (100 ml/1 ml) x 1,56 mg
: 156 mg atau 0,156 g

% kadar Ibuprofen : (0,156 g/100 ml) x 100%


: 0,156 %
Pembuatan Ibuprofen 0,156%
Berat 1 tablet Ibuprofen misalnya : 432 mg
Berat serbuk Ibuprofen yang ditimbang : (156 mg/ 400 mg) x 432 mg
: 168,48 mg
Atau
Karena dibutuhkan tablet Ibuprofen
sebanyak 156 mg maka dibutuhkan kira2
1 tablet Ibuprofen
Timbang berat 1 tablet Ibuprofen
Misal : berat 1 tablet Ibuprofen 432 mg
Maka serbuk tablet Ibuprofen yang : (156 mg/ 400 mg) x 432 mg
dibutuhkan sebanyak
: 168,48 mg
Pembuatan Ibuprofen 0,156% : ambil 1 tablet, gerus kemudian timbang
serbuk Ibuprofen sejumlah yang
dibutuhkan
: campur serbuk dengan Na CMC 1%
sebanyak 50 ml kemudian aduk homogen
: tambahkan Na CMC 1% hingga 100 ml

4) Pembuatan suspensi Parasetamol p.o

5) Pembuatan suspensi Antalgin p.o

6) Pembuatan suspensi Asam Mefenamat p.o

7) Pelaksanaan praktikum
a) Hewan uji dibagi menjadi 5 kelompok
 Kelompok 1 : kelompok kontrol diberikan Ibuprofen p.o
 Kelompok 2 : kelompok perlakuan diberikan Parasetamol p.o
 Kelompok 3 : kelompok perlakuan diberikan Antalgin p.o
 Kelompok 4 : kelompok perlakuan diberikan Asam Mefenamat
p.o
 Kelompok 5 : kelompok perlakuan diberikan Na CMC 1% p.o
b) Setiap kelompok ditempatkan pada kandang yang berbeda dan dibiarkan
selama 7 hari sebelum percobaan
c) Pada awal praktikum masing-masing hewan uji ditimbang
d) 15 menit setelah perlakuan, hewan uji diberikan larutan asam asetat 1%
secara ip dengan dosis 300 mg/ kg BB

21
e) Amati dan catat jumlah geliat setelah pemberian asam asetat 1%,
pengamatan dilakukan setiap 5 menit selama 60 menit
i. Torsi pada salah satu sisi
ii. Kontraksi otot yang terputus putus
iii. Kaki belakang dan kepala tertarik ke arah belakang
iv. Penarikan kembali kepala dan kaki belakang ke arah abdomen
5. Latihan
1) Mahasiswa membuat larutan uji
2) Mahasiswa memberikan obat ke hewan uji
3) Mahasiswa melakukan pengamatan hasil percobaan
4) Mahasiswa melaporkan hasil pengamatan
5) Analisa data
Data dianalisa persen daya analgetiknya dengan menggunakan rumus
% daya analgetik = 100 - jumlah geliat kelompok perlakuan x 100%
Jumlah geliat kelompok kontrol
(Turner, 1965)

22
Kelompok BB Mencit (g) Volume Jumlah Geliat (menit)
Pemberian (ml) 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60

Ibuprofen

Parasetam
ol
Antalgin

Asam
Mefenamat
Na CMC 1%

23
PERTEMUAN KE-4
HIPOGLIKEMIA

1. Capaian Pembelajaran :
a. Menguasai konsep teoritis farmasetika, farmakologi, farmakoterapi, farmasi
klinik, toksikologi, farmakoekonomi, farmakovigilance, DRP (Drug Related
Problems), Interaksi obat, EBM (Evidence-based Medicine), POR (Pengobatan
Obat Rasional), Undang-Undang kefarmasian, Kode etik profesi farmasi
b. Menguasai konsep teoritis berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang
kefarmasian, riset, dan pengembangan diri
c. Mampu menerapkan IPTEK dalam melakukan riset, pengembangan diri secara
berkelanjutan di bidang kefarmasian, khususnya terkait farmasi bahan alam
d. Mampu menunjukkan kinerja bermutu dan terukur
2. Tujuan Praktikum :
Setelah menyelesaikan praktek ini maka mahasiswa memiliki
kemampuan menguasai
a. Mahasiswa mampu menguasai perhitungan konversi dosis manusia ke
mencit
b. Mahasiswa mampu menguasai cara dan mekanisme kerja obat
diabetes melitus
3. Dasar Teori
Diabetes melitus merupakan gangguan metabolsime yang ditandai
dengan hiperglikemia dan abnormalitas metabolisme karbohidrat, protein
dan lemak (Wells et al, 2015). Diabetes melitus dibagi menjadi dua macam
yaitu diabetes melitus tipe 1 dan diabetes melitus tipe 2. Diabetes melitus
tipe 1 menduduki 10% kasus diabetes melitus yang disebabkan oleh
defisiensi insulin absolut karena kerusakan sel beta pankreas. Diabetes
melitus tipe 2 menduduki 90% kasus diabetes melitus merupakan kombinasi
dari resistensi insulin dan defisiensi insulin (Wells et al, 2015).
Pankreas merupakan kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon
peptida insulin, glukagon dan somatostatin dan enzim pencernaan.
Kekurangan atau ketiadaan insulin yang dapat menyebabkan hiperglikemia
jika tidak diatasi maka akan menyebabkan komplikasi yang baik
mikrovaskular maupun makrovaskular (Stevani, 2016).
Hiperglikemia ditandai dengan meningkatnya kadar gula darah dan
ditandai dengan poliuria, polifagia, polidipsi, fatigue (Anonim, 2005).

24
(Wells et al, 2015)
Obat diabetes melitus oral terdiri dari golongan :
 Sulfonilurea
 Short-acting insulin secretagogues
 Biguanid
 Thiazolidindion
 Golongan alfa-glukosidase-inhibitors (Stevani, 2016)

25
(Anonim, 2005)
4. Pelaksanaan Praktikum
a. Alat dan bahan :
Alat : spuit 1cc, spuit sonde, kapas, kandang mencit, beaker gelas, gelas
ukur, timbangan, stopwatch
Bahan : mencit, aqua, Na CMC, glukosa, Metformin, Glibenklamid,
Akarbosa, Glimepirid
a. Cara kerja :

26
1) Pembuatan glukosa 5%
a) Ambil 5 gram gula kemudian larutkan dalam 100 ml air
2) Pembuatan Na CMC 1%
a) Panaskan 200 ml air hingga mendidih
b) Timbang Na CMC sebanyak 1 gram
c) Tambahkan 50 ml air panas pada Na CMC dan aduk hingga
homogen
d) Tambahkan air panas sedikit demi sedikit hingga volume 100 ml
5) Pembuatan suspensi Metformin p.o

Dosis lazim Metformin untuk manusia : 500 mg


Konversi dosis untuk mencit BB 20 gr : Dosis Lazim x Faktor Konversi
: 500 mg x 0,0026
: 1,3 mg

Untuk mencit dengan BB 30 gr : (30 g/20 g) x 1,3 mg


: 1,95 mg

Dosis diberikan dalam volume : 1 ml


Dibuat larutan persediaan : 100 ml
Jumlah Metformin yang digunakan : (100 ml/1 ml) x 1,95 mg
: 195 mg atau 0,195 g

% kadar Metformin : (0,195 g/100 ml) x 100%


: 0,195 %
Pembuatan larutan metformin 0,195%
Berat 1 tablet Metformin misalnya : 512 mg
Berat serbuk Metformin yang ditimbang : (195 mg/ 500 mg) x 512 mg
: 199,68 mg
Atau
Karena dibutuhkan tablet Metformin
sebanyak 195 mg maka dibutuhkan kira2
1 tablet Metformin
Timbang berat 1 tablet Metformin
Misal : berat 1 tablet Metformin 512 mg
Maka serbuk tablet Metformin yang : (195 mg/ 500 mg) x 512 mg
dibutuhkan sebanyak
: 199,68 mg
Pembuatan Metformin 0,195% : ambil 1 tablet, gerus kemudian timbang
serbuk Metformin sejumlah yang
dibutuhkan
: campur serbuk dengan Na CMC 1%
sebanyak 50 ml kemudian aduk homogen
: tambahkan Na CMC 1% hingga 100 ml

6) Pembuatan suspensi Glibenklamid p.o


7) Pembuatan suspensi Akarbosa p.o
8) Pembuatan Glimepirid p.o

27
9) Pelaksanaan praktikum
a. Mahasiswa dibagi menjadi 5 kelompok
b. Kelompok 1 diberikan Metformin p.o
c. Kelompok 2 diberikan Akarbosa p.o
d. Kelompok 3 diberikan Glimepirid p.o
e. Kelompok 4 diberikan Glibenklamid p.o
f. Kelompok 5 diberikan Na CMC 1%
g. Pada awal percobaan, kadar gula darah mencit diukur
menggunakan vena ekor.
h. Kemudian mencit diberikan glukosa 5% secara oral
i. Kemudian 5 menit kemudian kadar gula darah mencit diukur
kembali
j. 5 menit setelah pengukuran kadar gula kedua masing-masing
menit diberikan perlakuan obat
k. Kadar gula darah diukur pada menit ke 20,40 dan 60

6. Latihan
1) Mahasiswa mengukur kadar gula darah mencit
2) Mahasiswa melaporkan hasl pengamatan

28
PERTEMUAN KE-5
HIPOKOLESTEREMIA

1. Capaian Pembelajaran :
a. Menguasai konsep teoritis farmasetika, farmakologi, farmakoterapi, farmasi
klinik, toksikologi, farmakoekonomi, farmakovigilance, DRP (Drug Related
Problems), Interaksi obat, EBM (Evidence-based Medicine), POR (Pengobatan
Obat Rasional), Undang-Undang kefarmasian, Kode etik profesi farmasi
b. Menguasai konsep teoritis berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang
kefarmasian, riset, dan pengembangan diri
c. Mampu menerapkan IPTEK dalam melakukan riset, pengembangan diri secara
berkelanjutan di bidang kefarmasian, khususnya terkait farmasi bahan alam
d. Mampu menunjukkan kinerja bermutu dan terukur
2. Tujuan Praktikum :
Setelah menyelesaikan praktek ini maka mahasiswa memiliki
kemampuan menguasai
a. Mahasiswa mampu menguasai perhitungan konversi dosis manusia ke
mencit
b. Mahasiswa mampu menguasai cara dan mekanisme kerja obat
hipokolessterolemia
3. Dasar Teori
Dislipidemia merupakan kejadian peningkatan kadar kolesterol, LDL
atau trigliserida, penurunan kadar HDL atau kombinasinya. Tujuan terapi
dislipidemia adalah menurunkan kadar kolesterol total dan LDL untuk
menurunkan resiko kejadian baik pertama maupun kejadian berulang dari
infark miokard, angina, gagal jantung, stroke iskemik (Wells B.G. et all, 201

Kondisi Total LDL HDL Trigliserida


Kolesterol (mg/dl) (mg/dl) (mg/dl)
(mg/dl)
Optimal < 150 < 100 > 60 -
Mendekati optimal 150-200 100-129 40-60 < 150
Perbatasan 200-239 130-159 <40 150-190
Resiko tinggi > 240 160-189 <35 200-499
Sangat beresiko > 190 <30 >500

29
5).

(Priyanto dan Batubara, 2010)


Macam obat dislipidemia antara lain :
a. Golongan asam fibrat
Meliputi gemfibrozil, fenofibrat,
b. Golongan resin
Meliputi kolesteramin, kolestipol, kolesevelam
c. Golongan penghambat HMG CoA reduktase
Pravastatin, lovastatin, simvastatin,fluvastatin, atorvastatin, rosuvastatin
d. Golongan lain lain
Meliputi probukol (Priyanto dan Batubara, 2010)
4. Pelaksanaan Praktikum
a. Alat dan bahan :
Alat : spuit 1cc, spuit sonde, kapas, kandang mencit, beaker gelas, gelas
ukur, timbangan, stopwatch
Bahan : mencit, aqua, Na CMC, asam asetat, Ibuprofen, Parasetamol,
Antalgin, Asam Mefenamat
b. Cara kerja :
1) Pembuatan larutan Na CMC 1%
a) Panaskan 200 ml air hingga mendidih
b) Timbang Na CMC sebanyak 1 gram
c) Tambahkan 50 ml air panas pada Na CMC dan aduk hingga
homogen
d) Tambahkan air panas sedikit demi sedikit hingga volume 100 ml
2) Pembuatan suspensi PTU
a) Ambil 1 tablet PTU kemudian gerus hingga halus
b) Tambahkan 250 ml aquades
c) Kocok larutan hingga larut lalu saring
d) Tambahkan aquades hingga 1 liter
3) Pembuatan suspensi Simvastatin p.o
Dosis lazim Simvastatin untuk manusia : 10 mg
Konversi dosis untuk mencit BB 20 gr : Dosis Lazim x Faktor Konversi
: 10 mg x 0,0026
: 0,026 mg

30
Untuk mencit dengan BB 30 gr : (30 g/20 g) x 0,026 mg
: 0,039 mg

Dosis diberikan dalam volume : 1 ml


Dibuat larutan persediaan : 100 ml
Jumlah Simvastatin yang digunakan : (100 ml/1ml) x 0,039 mg
: 3,9 mg atau 0,0039 g

% kadar Simvastatin : (0,0039 g/100 ml) x 100%


: 0,0039 %
Pembuatan Simvastatin 0,0039%
Berat 1 tablet Simvastatin misalnya :15 mg
Berat serbuk Simvastatin yang ditimbang : (3,9 mg/ 10 mg) x 15 mg
: 5,85 mg
Atau
Karena dibutuhkan tablet Simvastatin
sebanyak 3,9 mg maka dibutuhkan kira2 1
tablet Simvastatin
Timbang berat 1 tablet Simvastatin
Misal : berat 1 tablet Simvastatin 15 mg
Maka serbuk tablet Simvastatin yang : (3,9 mg/ 10 mg) x 15 mg
dibutuhkan sebanyak
: 5,85 mg
Pembuatan Simvastatin 0,0078% : ambil 1 tablet, gerus kemudian timbang
serbuk Simvastatin sejumlah yang
dibutuhkan
: campur serbuk dengan Na CMC 1%
sebanyak 50 ml kemudian aduk homogen
: tambahkan Na CMC 1% hingga 100 ml

4) Pembuatan suspensi Gemfibrozil p.o


5) Pembuatan suspensi Fenofibrat p.o
6) Pembuatan suspensi Atorvastatin p.o
7) Pelaksanaan praktikum
a. Mahasiswa dibagi menjadi 5 kelompok
b. Kelompok 1 diberikan Simvastatin p.o
c. Kelompok 2 diberikan Gemfibrozil p.o
d. Kelompok 3 diberikan Fenofibrat p.o
e. Kelompok 4 diberikan Atorvastatin p.o
f. Kelompok 5 diberikan Na CMC 1%
g. Pada awal percobaan, kadar kolesterol mencit diukur
menggunakan vena ekor.
h. Kemudian mencit diberikan PTU 0,01% secara oral selama 4
minggu
i. Kemudian pada minggu ke 4 mencit diberi perlakuan
j. Lakukan pengukuran kadar kolesterol

7. Latihan

31
3) Mahasiswa mengamati organel sel
1) Mahasiswa melaporkan bagian bagian sel hasil pengamatan

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2005, Pharmaceutical Care untuk Penyakit Diabetes Melitus, Direktorat


Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Departemen Kesehatan RI
Edwin, R, 2013, Etika Pemanfaatan Hewan Percobaan dalam Penelitian
Kesehatan, J Indon Med Assoc Vol. 63, Jakarta
Hakim, L., 2012, Farmakokinetik Klinik, Bursa Ilmu, Yogyakarta
Hakim, L., 2017, Farmakokinetik Edisi 2, Bursa Ilmu, Yogyakarta
Isbagio, D.W., 1992, Euthanasia Pada Hewan Percobaan, Media Litbangkes Vol.
II No. 01
Malole, M.B.M., Pramono, C.S., 1989, Penggunaan Hewan-Hewan Percobaan
Laboratorium, Departemen Pendidikan dna Kebudayaan, Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Bioteknologi, Institut
Pertanian Bogor, Bogor
Mutschler, E, 1991, Dinamika Obat Farmakologi dan Toksikologi Edisi Kelima,
Penerbit ITB,Bandung
Nugroho, A.E., 2014, Farmakologi, Obat-Obat Penting dalam Pembelajaran
Ilmu Farmasi dan Dunia Kesehatan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Priyanto, Batubara, L., 2010, Farmakologi Dasar Untuk Mahasiswa Farmasi dan
Keperawatan ed III, Leskonfi
Siswandono, Soekardjo, B., 2000, Kimia Medisinal Edisi 2, Airlangga University
Press, Surabaya
Stevani, H, 2016, Modul Bahan Ajar Cetak Farmasi Praktikum Farmakologi,
Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan, Badan
Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan,
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Turner, R.A., 1965, Screening Methods in Pharmacology, Academis Press, New
York

32
Wells,B.G., DiPiro,J.T., Schwinghammer,T.L., DiPiro,C.V., 2015,
Pharmacotherapy Handbook. Ninth Edition, McGraw-Hill Education

33

Anda mungkin juga menyukai