1. DEFINISI
Parenteral Nutrition (TPN) merupakan sebuah metode pemberian
makanan yang melewati saluran pencernaan. Cairan diberikan ke pembuluh
darah sehingga memberikan sebagian besar nutrisi yang dibutuhkan tubuh.
Metode ini digunakan ketika seseorang tidak dapat atau tidak seharusnya
menerima pemberian makan atau cairan melalui mulut (Merrit&Russel, 2005).
Komponen yang digunakan pada PN yaitu dalam bentuk unsur atau
bentuk yang belum dicerna, seperti protein asam amino, CHO sebagai
dextrosa, lemak sebagai emulsi lipid, elektrolit, vitamin dan mineral.
Pemberian nutrisi pada metode ini yakni melalui rute intravena, misalnya
melalui aliran darah. Contohnya adalah Central Parenteral Nutrition yang
diberikan secara intravena dan Peripheral Parenteral Nutrition yang diberikan
ke tempat yang lebih kecil atau vena perifer (Merrit&Russel, 2005).
2. EPIDEMIOLOGI
Gizi buruk (malnutrisi) merupakan masalah utama dalam bidang
kesehatan, khususnya di berbagai negara berkembang. The United Nations
Children’s Fund (UNICEF) pada tanggal 12 September 2008, menyatakan
malnutrisi sebagai penyebab lebih dari 1/3 dari 9,2 juta kematian pada anak-
anak dibawah usia 5 tahun di dunia. UNICEF juga memberitakan tentang
terdapatnya kemunduran signifikan dalam kematian anak secara global di
tahun 2007, tetapi tetap terdapat rentang yang sangat jauh antara negara-
negara kaya dan miskin, khususnya di Afrika dan Asia Tenggara.
Berdasarkan perkembangan masalah gizi, pada tahun 2005 sekitar 5
juta anak balita menderita gizi kurang (berat badan menurut umur), 1,5 juta
diantaranya menderita gizi buruk. Dari anak yang menderita gizi buruk
tersebut ada 150.000 menderita gizi buruk tingkat berat. Prevalensi nasional
Gizi Buruk pada Balita pada tahun 2007 yang diukur berdasarkan BB/U adalah
5,4%, dan Gizi Kurang pada Balita adalah 13,0%. Prevalensi nasional untuk gizi
buruk dan kurang adalah 18,4%. Bila dibandingkan dengan target pencapaian
program perbaikan gizi pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah
(RPJM) tahun 2015 sebesar 20% dan target MDG untuk Indonesia sebesar
18,5%, maka secara nasional target-target tersebut sudah terlampaui.
Sebanyak 19 provinsi mempunyai prevalensi Gizi Buruk dan Gizi Kurang di atas
prevalensi nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam (26,5%), Sumatera
Utara (22,7%), Sumatera Barat (20,2%), Riau (21,4%), Jambi (18,9%), Nusa
Tenggara Barat (24,8%), Nusa Tenggara Timur (33,6), Kalimantan Barat
(22,5%), Kalimantan Tengah (24,2%), Kalimantan Selatan (26,6%), Kalimantan
Timur (19,2%), Sulawesi Tengah (27,6%), Sulawesi Tenggara (22,7%),
Gorontalo (25,4%), Sulawesi Barat (16,4%), Maluku (27,8%), Maluku Utara
(22,8%), Papua Barat (23,2%)dan Papua (21,2).
Secara nasional, 10 kabupaten/kota dengan prevalensi Gizi Buruk dan
Gizi Kurang pada Balita tertinggi berturut-turut adalah Aceh Tenggara
(48,7%), Rote Ndao (40,8%), Kepulauan Aru (40,2%), Timor Tengah Selatan
(40,2%), Simeulue (39,7%), Aceh Barat Daya (39,1%), Mamuju Utara (39,1%),
Tapanuli Utara (38,3%), Kupang (38,0%), dan Buru (37,6%). Sedangkan 10
kabupaten/kota dengan prevalensi Gizi Buruk dan Gizi Kurang pada Balita
terendah adalah Kota Tomohon (4,8%), Minahasa (6,0%), Kota Madiun (6,8%),
Gianyar (6,8%), Tabanan (7,1%), Bantul(7,4%), Badung (7,5%), Kota Magelang
(8,2%), Kota Jakarta Selatan (8,3%), dan Bondowoso (8,7%).
3. INDIKASI
Nutrisi Parenteral pada orang dewasa diindikasikan untuk (DiPiro et
al, 2008) :
Rute Pemberian
a. Rute Periferal
Pemberian nutrisi rute peripheral merupakan pilihan untuk
pasien yang mengalami gangguan pada GI dan kemungkinan fungsi
saluran cerna tersebut dapat kembali dalam 10 hingga 14 hari.
Konsentrasi nutrisi yang dapat diberikan melalui rute ini adalah
asam amino 3-5%, dekstrosa 5-10%, dan komponen mikronutrien
nutrisi parenteral sentral. Mayoritas pasien yang memerlukan nutrisi
parenteral hanya membutuhkan kurang dari 0,25 gram
Nitrogen/kgBB/hari atau 30 Kcal/kgBB/hari yang dapat dicukupi
dalam 3 liter cairan/hari dapat menggunakan jalur perifer. 75%
penderita yang membutuhkan nutrisi parenteral hanya memerlukan
nutrisi ini selama kurang dari 14 hari dan bahkan 50% penderita
hanya perlu TPN selama kurang dari 10 hari. Dengan kurun waktu
demikian maka kebanyakan pemakaian PPN bukan merupakan
halangan karena PPN aman dipakai hingga 3 minggu.
Indikasi penggunaan PPN (Peripheral Parenteral Nutrition)
adalah sebagai berikut :
1. Suplementasi terhadap nutrisi enteral yang tidak adekuat
2. Pemenuhan kebutuhan basal pada penderita non-deplesi dan
dapat mentoleransi 3 liter cairan perhari
3. Penderita dengan akses vena sentral dikontraindikasikan
Kontraindikasi PPN adalah sebagai berikut :
3. Mengurangi biaya
b. Rute Sentral
Pemberian nutrisi melalui rute sentral umumnya lebih dari 7-
14 hari. Pasien yang memerlukan nutrisi parenteral rute sentral
umumnya adalah pasien yang kekurangan nutrisi dalam jumlah
besar, akses vena perifer yang sukar, kebutuhan cairan yang
fluktuatif, operasi ekstensif, trauma, sepsis, kegagalan banyak organ
tubuh, ataupun keganasan. Kelemahan dari rute sentral adalah risiko
yang berkaitan dengan insersi kateter, penggunaan kateter rutin, dan
perawatan sisi akses. Rute sentral jangka pendek pada dewasa
umumnya dilakukan secara perkutan menuju vena subklavia dan
superior vena kava. Apabila terapi dilakukan lebih dari 4 minggu
umumnya kateter dipasang secara subkutan sebelum dipasang pada
pembuluh darah pusat (ASPEN, 2001).
8. KASUS PERTANYAAN
Ny. CL usia 33 tahun (BB 40 kg, BMI 20 kg/m2) dirawat di RS dengan keluhan
utama nyeri perut bagian atas postprandial, kondisi umum lemah, pucat, kesadaran
compos mentis. Pasien juga mengalami muntah dan mengalami penurunan BB yang
progresif. Pasien menjalani operasi spinal satu minggu yang lalu. Hasil pemeriksaan
fisik menunjukkan pasien mengalami dehidrasi sedang. TD 100/85 mmHg, nadi 90
kali/menit, RR 20 kali/menit, suhu tubuh 37,2oC. Pasien didiagnosis superior
mesenteric artery syndrome. Pasien diindikasikan untuk mendapat terapi nutrisi
parenteral sentral. Nutrisi parenteral akan diberikan secara infusi 24 jam dan 2-in-1.
Kebutuhan protein untuk pasien ini adalah 80 g/hari. Hasil pemeriksaan
laboratorium sebagai berikut: kreatinin serum 0,9 mg/dL; BUN 15 mg/dL; SGOT 30
U/L; SGPT 18 U/L; WBC 9200/µL; RBC 4,1 x 106 µL; Hb 12 g/dL; Hct 42%; Na 128 mmol;
K 3,5 mmol; Cl 90 mmol; Ca 7,2 mmol.
Dextrose : 50%
IVFE : 10%
Pertanyaan:
Subjektif:.......................................................................................................................
Objektif: ................................................................................................................
Assessment:
1. Tentukan total kebutuhan energi per hari yang dibutuhkan pasien ini
menggunakan formula Harris-Benedict!
2. Tentukan volume total 2-in-1 parenteral nutrisi serta lipid harian!
3. Tentukan laju pemberian total 2-in-1 parenteral nutrisi serta lipid harian dalam
tiap menitnya!
4. Tentukan regimen akhir 2-in-1 parenteral nutrisi serta lipid!
5. Tentukan jumlah total kalori untuk makronutrien dan total kalori untuk
nonprotein harian pada pasien!
6. Pemberian infusi baik nutrisi maupun obat dapat menyebabkan terjadinya
ekstravasasi. Jelaskan apa yang dimaksud ekstravasasi dan bagaimana manajemen
pengatasan ekstravasasi!
Plan:
Apa saja yang perlu dimonitor dalam pemberian parenteral nutrisi? Jelaskan!
A. SUBJEKTIF
Data pasien Ny. CL usia 33 tahun, BB 40 kg, BMI 20 kg/m2 , pasien termasuk
normal weight (dimana rentangnya yaitu 18,5 -24,9)
Keluhan Ny. CL usia 33 tahun (BB 40 kg, BMI 20 kg/m2) dirawat di RS dengan
keluhan utama nyeri perut bagian atas postprandial, kondisi umum lemah,
pucat, kesadaran compos mentis. dimana nyeri perut pada bagian atas
postprandial semdiri atas ini merupakan salah satu manifestasi klinik dari SMA.
Nyeri perut bagian atas postprandial
Arteri mesenterika superior (SMA) mensuplai midgut (yaitu, usus halus
dan pertengahan kolon proksimal ). Nyeri postprandial ditemukan memiliki
plakaterosklerotik dengan trombus atasnya dari arteri mesenterika superior
(SMA).
Pasien dengan trombosis arteri mesenterika akut muncul dengan keluhan
nyeri akut abdomen, pasien memiliki riwayat nyeri abdomen setelah makan,
nyeri biasanya berlangsung selama 10-20 menit setelah makan dan bertahan
hingga 1 jam. Rasa nyeri ini menyebar, dan pasien mungkin mengeluh tinja
berdarah. Biasanya, pasien memiliki sejarah keterlibatan arteri lainnya seperti
infark miokard (MI) atau penyakit pembuluh darah perifer.
Lemah pucat pertanda dari terjadinya malnutrisi yang disebabkan oleh
superior masentric syndrom yang mengakibatkan pasien mengalami
malnutrisi dengan manifestasi klinik yang pasien alami adalah lema dan pucat.
Kesadaran compos mentis Normal, kesadaran normal, sadar sepenuhnya,
dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.
Muntah dan penurunan berat badan yang progresif kondisi pasien yang
muntah ini sangat berhubungan dengan penurunan berat badan yang
progresif selain itu selain efek dari muntah itu sendiri penurunan berat badan
dapat disebabkan oleh superior mesenteric artery syndrome ,dimana superior
mesenteric artery syndrome kondisi yang membuat sebagian usus kecilnya
terperangkap di antara dua pembuluh arteri. Akibatnya, makanan tidak bisa
melewati sistem pencernaan dan tubuhnya dengan baik yang nantinya akan
meyebabkan suatu kondisi yaitu menurunnya berat badan pasien.
Menjalani operasi spinal 1 minggu yang lalu Pasien menjalani operasi spinal
satu minggu yang lalu. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan pasien mengalami
dehidrasi sedang.
Dehidrasi sedang
Dehidrasi akibat muntah atau diare karena penyakit lain mungkin juga
memicu thrombotic AMI. Gejala biasanya berkembang selama beberapa hari,
dan pasien mungkin lesu dan rasa tidak nyaman di perut. Ketika terjadi
miokard , pasien akan merasakan rasa sangat sakit yang disertai dengan
muntah. Mungkin terjadi hipotensi dan tachycardi, akibat kehilangan darah
melalui tinja.
Pasien didiagnosis superior mesenteric artery syndrome
Pasien didiagnosa superior mesenteric artery syndrome dimana kondisi
yang membuat sebagian usus kecilnya terperangkap di antara dua pembuluh
arteri. Akibatnya, makanan tidak bisa melewati sistem pencernaan dan
tubuhnya dengan baik. Penyebab SMA syndrome bisa dipicu oleh penurunan
berat badan yang drastis atau terjadi trauma pada perut.
AMI (acute mesenterica ischemia) adalah sindrom yang ditandai
berkurangnya aliran darah melalui sirkulasi mesenterika dan akhirnya
menyebabkan gangren dari dinding usus. Sindrom umumnya dapat
digolongkan sebagai penyakit arteri atau vena. Penyakit arteri dapat dibagi lagi
menjadi non-occlusive mesenterika arteri iskemia (NOMI) dan oklusi arteri
mesenterika iskemia (OAMI). berdasarkan klinis utama yang berbeda AMI
dibagi menjadi 4: akut mesenterika embolus arteri (AMAE), akut mesenterika
arteri trombosis (Amat), NOMI, dan trombosis vena mesenterika (MVT). OAMI
meliputi AMAE dan AMAT.
Keempat jenis AMI memiliki faktor predisposisi, gambaran klinis, dan
prognosis yang berbeda. Penyakit sekunder yang dapat menyebabkan
mesenterika iskemia yaitu karena obstruksi mekanis, seperti misalnya hernia
internal dengan strangulasi, volvulus, intususepsi,kompresi tumor , dan diseksi
aorta. Umumnya ,arteri celiac (CA) mensuplai foregut, sistem Hepatobiliary,
dan limpa; arteri mesenterika superior (SMA) mensuplai midgut (yaitu, usus
halus dan pertengahan kolon proksimal ), dan arteri mesenterika inferior (IMA)
mensuplai hindgut (yaitu, distal kolon dan rektum). Drainase vena melalui
vena mesenterika superior (SMV), yang bergabung dengan vena portal.
Pada foto abdomen menunjukkan diagnostic presumtif pada 20-30 %
pasien. Adanya gas dalam usus, perut distended, menebalnya dinding perut
dan air fluid level merupakan penemuan yang tidak spesifik. Pemeriksaan
dengan CT-scan memiliki spesifikasi > 95 % termasuk thrombosis arteri
mesenterika superior, thrombosis vena mesenterika, pneumatosis.
B. OBJEKTIF
Kadar Normal Keterangan
TD 100/85 mmHg 140/90 mmHg Rendah , dapat disebabkan oleh muntah yang dialami
pasien dan bisa juga disebabkan karena kurang asupan.
nadi 90 kali/menit 60-100x/menit Normal
RR 20 kali/menit Normal
suhu tubuh 37,2oC 36-37,5 oC Normal
kreatinin serum 0,9 mg/dL Normal
BUN 15 mg/Dl 5-25 mg/dl Normal
SGOT 30 U/L 3-45 U/L Normal
SGPT 18 U/L < 32 U/L Normal
WBC 9200/µL 4.500-10.000 Normal
RBC 4,1 x 106µL 4,2-5,4 µL Normal
Hb 12 g/dL 11,4-15,1 g/dl Normal
Hct 42% 36-48 % Normal
Na 128 mmol 135-145 mmol Rendah, karena pasien muntah dan juga dehidrasi
sehingga kadar Na di tubuh kurang.
K 3,5 mmol 3,5-5 mmol Normal
Cl 90 mmol 95-105 mmol Rendah, karena pasien muntah dan juga dehidrasi
Ca 7,2 mmol 9-15 mmol sehingga kadar Cl dan Ca kuang dalam tubuh.
C. ASSESMENT
1. Tentukan total kebutuhan energi per hari yang dibutuhkan pasien
ini menggunakan formula Harris-Benedict!
Jawab :
A: 33 th
W: 40 kg
H: BMI = Kg/m2
20 Kg/m2 = 40 kg/X m2
X2 =2
X = √2
X = 1,41 m = 141 cm
BEE = 655 + (9.6 X W (BB/kg)) + (1.7 X H(Tinggi/cm)) - (4.7 X A
(Umur/tahun))
= 655 + (9,6 x 40 kg) + (1,7 x 141 cm) – (4,7 x 33 tahun)
= 1123,6 kkal/hari
Pasien sedang bedrest di rumah sakit, sehingga faktor koreksi adalah
1,2.
Pasien juga pernah menjalani operasi spinal (1 minggu yang lalu),
sehingga faktor koreksi adalah 1,0 – 1,1
CAA 15%
15 𝑔 80 g
CAA 15% volume : 100 𝑚𝑙 = 𝑥 𝑚𝑙 x = 533,33 ml ~ 533 ml dalam
CAA 15%
Volume total 2-in-1 Parenteral nutrisi dan lipid harian :
Volume 2-in-1 PN = Volume dextrose + CAA
= 380 ml 50% dekstrose + 533 ml 15% CAA
= 913 ml CAA-dextrose
Ditambah 100-200 ml WFI, sehingga
Total 2-in-1 volume = dalam rentang 1013 – 1113 ml/hari
Lipid 350 ml/hari 10% IFVE
3. Tentukan laju pemberian total 2-in-1 parenteral nutrisi serta lipid
harian dalam tiap menitnya!
Jawab :
1013−1113 𝑚𝑙/ℎ𝑎𝑟𝑖
- Laju Pemberian total 2-in-1 PN = = 42,21 –
24 𝑗𝑎𝑚
ASPEN. (2001) Guidelines for the Use of Parenteral and Enteral Nutrition in Adult
and Pediatric Patients. Journal of Parenteral and Enteral Nutritio. USA:
American Society for Parenteral and Enteral Nutrition. 26(1) pp. 2SA-5SA.
Burton, J.L., et al., 2007. Oxford Concise Medical Dictionary. 7ed. New York:
Oxford University Press:524.
DAA Nutrition Support Interest Group. 2011. Parenteral Nutrition Manual for
Adults in Health Care Facilities. Dietitians Association of Australia,
Australia.
DiPiro, Joseph T., Robert L. Talbert, Gary C. Yee, Gary R. Matzke, Barbara G.
Wells dan L. Michael Posey, 2008, Pharmacotherapy A Pathophysiologic
Approach 7th Edition, New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.
Hartono, A. 2004. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Http://emedicine.medscape.com/article/189146-overview#a4. Diakses pada 06
Oktober 2018 pukul 09.00 WIB
Merritt, Russell, and Russell J. Merritt. 2005. ASPEN nutrition support practice
manual. American Society for Parenteral & Enteral Nutrition.
Weimann, A., Ebener, C., Holland-Cunz, S., Jauch, K. W., Hausser, L., Kemen, M., …
Working group for developing the guidelines for parenteral nutrition of The German
Association for Nutritional Medicine. (2009). Surgery and transplantation –
Guidelines on Parenteral Nutrition, Chapter 18. GMS German Medical Science, 7,
Doc10. http://doi.org/10.3205/000069.