Anda di halaman 1dari 11

JURNAL AWAL

PRAKTIKUM BIOFARMASETIKA DAN FARMAKOKINETIKA


FARMAKOKINETIKA ORAL KOMPARTEMEN TERBUKA (PEMBERIAN
PARASETAMOL TUNGGAL DAN KOMBINASI DENGAN
FENILPROPANOLAMIN)

Ketut Mery Virgoyani


18021107
Kelompok 1/ A3D
Tanggal Praktikum : Senin, 30 Maret 2020
Nama Dosen :
Nama Asdos :

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BALI
INTERNASIONAL 2020
PRAKTIKUM II
FARMAKOKINETIKA ORAL KOMPARTEMEN TERBUKA (PEMBERIAN
PARASETAMOL TUNGGAL DAN KOMBINASI DENGAN
FENILPROPANOLAMIN)

A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengetahui prinsip farmakokinetika oral kompartemen terbuka.
2. Mengetahui cara simulasi data klinis farmakokinetika oral kompartemen terbuka.
3. Mampu memberikan rekomendasi terapi terkait farmakokinetika obat yang
diberikan melalui rute oral kompartemen terbuka.

B. DASAR TEORI
Farmakokinetik dalam arti sempit khususnya hanya mempelajari perubahan-

perubahan konsentrasi dari obat dan metabolitnya di dalam darah dan jaringan sebagai

fungsi waktu (Tjay dan Rahardja, 2002).

Konsentrasi obat dan metabolitnya akan memberikan hubungan antara

farmakokinetik dan farmakodinamik dan merupakan target dalam pemberian dosis yang

rasional (Katzung, 2001).

Kerja suatu obat merupakan hasil dari banyak sekali proses dan kebanyakan

prosesnya sangat rumit. Umumnya ini didasari oleh suatu rangkaian reaksi, yang dibagi

dalam 3 fase: fase farmasetik, fase farmakokinetik dan fase farmakodinamik (Mutshler,

1986).

Farmakokinetika  meneliti perjalanan obat, mulai dari saat pemberiannya, bagaimana


absorbsi dari usus, transport dalam darah, dan distribusinya ke tempat kerjanya dan jaringan
lain. Begitu pula  bagaimana perombakannya (biotranformasi) dan akhirnya ekskresinya oleh
ginjal. Singkatnya farmakokinetika mempelajari segala sesuatu tindakan yang dilakukan tubuh
terhadap obat (Tan. H.T, 2002).
Paracetamol siap diabsorpsi dari saluran gastrointestinal dengan konsentrasi
puncak plasma mencapai sekitar 10-60 menit dengan dosis per oral. Paracetamol
didistribusikan ke hampir semua jaringan tubuh. Melewati plasenta dan mengalir melalui
air susu. Ikatan protein plasma dapat diabaikan pada konsentrasi terapeutik normal, namun
dapat meningkat dengan peningkatan konsentrasi. Waktu paruh eliminasi dari paracetamol
bervariasi antara 1 hingga 3 jam. Paracetamol dimetabolisme dalam hati dan diekskresi
melalui urin sebagai glukoronide dan sulfat konjugasi. Kurang dari 5% diekskresi sebagai
paracetamol. Eliminasi terjadi kira-kira 1-4 jam (Sweetman, 2009).
Parasetamol hanya dapat bekerja baik dalam menghambat enzim siklooksigenase
pada kadar peroksidase yang rendah sehingga mekanisme kerja analgesik parasetamol
masih sulit untuk dijelaskan. Kadar tertinggi parasetamol di sirkulasi darah ditemukan
kira- kira 2 jam setelah pemberian peroral Waktu paruh dari obat ini dalam plasma adalah
1-3 jam setelah pemberian peroral. Setelah dikonsumsi, 90% parasetamol di metabolisme
menjadi inaktif secara farmakologi seperti asam glucoronik dan cystein. Namun, 5% dari
metabolisme parasetamol menjadi sebuah senyawa toxic berupa N-acetyl-p-benzpquinone.
Toxin ini dapat menyebabkan disfungsi renal dan kegagalan sistim hepatik) (Syarif et al.,
2007).
Penelitian pengaruh pemberian kombinasi obat parasetamol 500mg dan
fenilpropanolaminHCl 50 mg secara oral terhadap profil farmakokinetik masing-masing
obat tersebut dalam plasma menunjukkan hasil bahwa nilai tetapan absorbsi (Ka), laju
eliminasi dari kompartemen sentral (Ke), dan waktu tercapainya konsentrasi puncak
(tmaks) masing-masing obat tidak berbeda secara bermakna baik pemberian tunggal
maupun kombinasi. Perbedaan waktu paruh eliminasi dari seluruh tubuh (t½β) untuk
parasetamol antara pemberian tunggal dan kombinasi, tidak bermakna secara statistik.
Akan tetapi untuk nilai t½β dari fenilpropanolamin hidroklorida berbeda secara bermakna
antara nilai t½β fenilpropanolamin hidroklorida yang diberikan secara tunggal (rata-rata
6,99 jam) dan yang diberikan secara kombinasi dengan pemberian parasetamol (rata-rata
10,60 jam). Nilai AUC0-∞ (luas daerah di bawah kurva) dan Cmaks (konsentrasi puncak)
dari kedua obat memiliki perbedaan bermakna baik nilai AUC0-∞dan Cmaks untuk
parasetamol maupun fenilpropanolamin hidroklorida antara obat yang diberikan secara
tunggal dan kombinasi (Rusdiana dkk. 2007).

1. Model Farmakokinetika Peroral

a. Model arbsorbsi orde kesatu

Pada model ini obat dalam saluran cerna DGI diabsorbsi secara sistemik pada suatu
tatapan laju reaksi,K0. Obat ini dieliminasi dari tubuh oleh suatu proses orde kesatu dengan
suatu tatapan laju orde kesatu,K. Model ini analog dengan pemberian obat secra infuse
intravena. Model farmakokinetik yang menganggap arbsorbsi orde nol digambarkan dalam
Gambar 1 (Shargel and Yu,2015).

Gambar 1. Model farmakokinetik kompartemen-satu untuk absorpsi obat orde nol dan
eliminasi obat orde kesatu.

Laju eliminasi pada setiap waktu, dengan proses orde kesatu adalah sama dengan
DBK. laju masukan adalah K0. Oleh karena itu, perubahan per satuan waktu dalam tubuh
dapat dinyatakan sebagai berikut :

Integrasi dari persamaan ini dengan substitusi VdCp untuk DB :

Laju absorpsi obat adalah konstan dan berlanjut sampai jumlah obat dalam dinding
usus, DGI habis. Waktu dimana absorpsi obat berlangsung sama dengan DGI/K0. Setelah
waktu ini obat tidak, tersedia lagi untuk absorpsi dari dinding usus dan persamaan 7.7
tidak, lagi berlaku. Konsentrasi obat dalam plasma akan menurun menurut suatu proses
laju eliminasi orde kesatu (Gambar 2) (Shargel and Yu, 2005).

a. Model Arbsorbsi Orde Kesatu

Model ini menganggap bahwa masukan adalah orde kesatu dan suatu eliminasi juga
orde kesatu (Gambar 3). Perasaan diferensial yang menggambarkan laju perubahan obat
dalam tubuh :

F adalah fraksi obat terarbsorbsi secara sistemik. Oleh karena obat dalam saluran
cerna juga mengikuti suatu proses penurunan orde kesatu (yakni arbsorbsi dinding saluran
cerna), jumlah obat dalam saluran cerna sama dengan D0e-Kat

Persamaan ini dapat diintegrasikan untuk memberikan persamaan absorpsi oral


secara umum, untuk perhitungan konsentrasi obat (Cp) dalam plasma pada setiap waktu(t):

Gambar yang khas dari konsentrasi obat dalam tubuh setelah dosis oral disajikan
dalam Gambar 4
Gambar 3. Model farmakokinetik kompartemen-satu untuk absorpsi obat orde
kesatu dan eliminasi obat orde kesatu.

Gambar 4 Jenis kurva kadar dalam plasma-waktu untuk obat yang diberikan secara oral dosis
tunggal (Shargel and Yu, 2005).

C. ALAT DAN BAHAN

1. Alat
 Kalulator Scientific
 Laptop
 Kertas Semilogaritmik
 Alat Tulis
 Penggaris

2. BAHAN
 Text Book

3. KASUS
Kadar parasetamol dalam plasma darah sukarelawan setelah pemberian dosis tunggal 500 mg
parasetamol secara oral.
Kadar parasetamol dalam plasma darah enam sukarelawan setelah pemberian kombinasi
parasetamol 500 mg dan fenilpropanolamin hidroklorida 50 mg secara ora
Kadar fenilpropanolamin hidroklorida dalam plasma pada enam sukarelawan setelah
pemberian fenilpropanolamin hidroklorida 50 mg secara oral.

Kadar fenilpropanolamin hidroklorida dalam plasma pada enam sukarelawan setelah


pemberian kombinasi fenilpropanolamin hidroklorida 50 mg dan parasetamol 500 mg
secara oral.
Tentukan :
a. Persamaan farmakokinetik masing-masing data tersebut!
b. Parameter farmakokinetika apa saja yang mengalami perubahan?
c. Jelaskan makna perubahan masing-masing parameter tersebut
DAFTAR PUSTAKA

Joenoes, ZN, 2002, Arsprescribendi Jilid 3, Airlangga University Press: Surabaya.

Katzung, B.G. 2001. Farmakologi Dasar dan Klinik : Reseptor-reseptor Obat dan
Farmakodinamik. Penerbit Buku Kedokteran. EGC
Mutsler, E., 1986. Dinamika Obat : Buku Ajar Farmakologi dan Toksikologi., Penerbit

ITB.Bandung

Rusdiana, dkk. (2007). Formulasi Tablet Pirimetamin dengan Metode Granulasi Basah.

Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran Jatinangor. Sumedang.

Shargel, L., Yu, A, and Wu, S. 2005. Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan,

Edisi Kedua. Airlangga University Press

Sweetman, S.C.. 2009. Martindale The Complete Drug Reference, Thirty Sixth Edition.

Pharmaceutical Press. New York.


Syarif, Purwantyastuti Ascobat et al. 2007. Farmakologi dan terapi. Edisi 5. Gaya Baru:
Jakarta
Tan., H.T., dan Kirana R., 2002., Obat-obat Penting,Khasiat, Penggunaan dan Efek-efek
Sampingnya, Edisi 5., Departemen Kesehatan Indonesia.,Jakarta

Anda mungkin juga menyukai