Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

MATA KULIAH FITOFARMAKOLOGI

SYSTEMATIC REVIEW TANAMAN ANTIHIPERURISEMIA

Diampu Oleh:
Fitriana Yuliastuti, M.Sc., Apt
Imron Wahyu Hidayat, M.Sc., Apt

Disusun Oleh:
Adam Syah (17.0605.0002)
Putri Ayu Julianingsih (17.0605.0004)
Novita Dwi Astuti (17.0605.0005)
Stephen Yustianto P (17.0605.0014)
Annisa Damayanti (17.0605.0021)
Vanny Eka (17.0605.0026)
Ummu Kaltsum (17.0605.0032)
Satya Adi S (17.0605.0041)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG

2020
A. Tujuan Praktikum
Agar mahasiswa memahami tanaman obat yang dapat digunakan untuk menurunkan
kadar asam urat dan bagaimana cara ekstraksi yang tepat untuk menarik senyawa kimia
yang diinginkan sebagai penurut kadar asam urat.
B. Dasar Teori
Asam urat merupakan hasil akhir dari metabolisme purin. Purin dalam tubuh yang
menghasilkan asam urat, berasal dari tiga sumber : purin dari makanan, konversi asam
nukleat dari jaringan, dan pembentukan purin dari dalam tubuh (Depkes, 2006 dalam
Wahyuningsih, 2010). Tubuh menyediakan 85% senyawa purin untuk kebutuhan setiap
hari. Ini berarti, bahwa kebutuhan purin dari makanan hanya sekitar 15% (Wibowo, 2006
dalam Wahyuningsih, 2010). Pada keadaan normal, akan terjadi keseimbangan antara
pembentukan dan pemecahan nukleotida purin (Badarusyamsi, 2005 dalam
Wahyuningsih, 2010). Pemecahan nukleotida purin menghasilkan asam urat yang tidak
larut (King, 2003 dalam Wahyuningsih, 2010).
Hiperurisemia didefinisikan sebagai kadar asam urat serum lebih dari 7 mg/dL pada
laki-laki dan lebih dari 6 mg/dL pada wanita. Hiperurisemia yang lama dapat merusak
sendi, jaringan lunak dan ginjal. Hiperurisemia bisa juga tidak menampakkan gejala
klinis/ asimptomatis. Dua pertiga dari hiperurisemia tidak menampakkan gejala klinis.
Hiperurisemia terjadi akibat peningkatan produksi asam urat atau penurunan ekskresi
atau sering merupakan kombinasi keduanya. Hiperurisemia akibat peningkatan produksi
hanya sebagian kecil dari pasien dengan hiperurisemia itupun biasanya disebabkan oleh
diet tinggi purin (eksogen) ataupun proses endogen (pemecahan asam nukleat yang
berlebihan) (Nasrul, 2012).
Pemanfaatan bahan alam sebagai obat tradisional di Indonesia meningkat. Beberapa
bahan alam telah diproduksi secara fabrikasi dalam skala besar. Penggunaan obat bahan
alam dinilai memiliki efek samping yang lebih kecil dibandingkan obat yang berasal dari
bahan kimia, disamping itu harganya lebih terjangkau. Indonesia memiliki banyak jenis
tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional (Miksusanti, et al., 2009).
Pemanfaatan bahan alam yang digunakan sebagai obat tradisional biasanya dilakukan
melalui proses ekstraksi. Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang
dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair.
Simplisia yang diekstrak mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang
tidak dapat larut seperti serat, karbohidrat, protein dan lain-lain. Senyawa aktif yang
terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan ke dalam golongan minyak atsiri,
alkaloid, flavonoid dan lain-lain (Anoim, 2000 dalam Wulandari, 2011). Hasil dari proses
ekstraksi disebut ekstrak.
Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat dalam
simplisia. Esktraksi ini berdasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat ke
dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian
berdifusi masuk kedalam pelarut (Ansel, 2008).
Proses ekstraksi khususnya untuk bahan yang berasal dari tumbuhan adalah sebagai
berikut :
1. Pengelompokan bagian tumbuhan (daun, bunga, dll), pengeringan dan penggilingan
bagian tumbuhan.
2. Pemilihan pelarut.
3. Pelarut polar: air, etanol, metanol, dan sebagainya.
4. Pelarut semipolar: etil asetat, diklorometan, dan sebagainya.
5. Pelarut nonpolar: n-heksan, petrole- um eter, kloroform, dan sebagainya (Mukhriani,
2014).
Pemilihan metode ekstraksi tergantung pada sifat bahan dan senyawa yang akan
diisolasi. Sebelum memilih suatu metode, target ekstraksi perlu ditentukan terlebih
dahulu. Ada be berapa target ekstraksi, diantaranya (Sarker SD, dkk., 2006 dalam
Mukhriani, 2014):
1. Senyawa bioaktif yang tidak diketahui.
2. Senyawa yang diketahui ada pada suatu organisme.
3. Sekelompok senyawa dalam suatu organisme yang berhubungan secara struktural.
Metode ekstraksi dibagi menjadi 2, yaitu metode dingin dan metode panas. Untuk
metode dingin yang paling sering digunakan yaitu metode maserasi dan perkolasi.
Sedangkan untuk metode dingin yang paling sering digunakan yaitu destilasi, soxhletasi,
dan refluks.
1. Ekstraksi Dingin
a. Maserasi
Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut
dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperature ruangan
(kamar) (Wulandari, 2011).
b. Perkolasi
Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkan penyari melalui serbuk
simplisia yang telah dibasahi (Mauliyanti, 2017).
Metode Perbedaan
1. Maserasi a. Bentuk tanaman yang diekstraksi
yaitu serbuk simplisia
b. Pelarut yang digunakan tergantung
senyawa yang hendak ditarik
c. Berupa perendaman serbuk simplisia
dengan pelarut dengan waktu
tertentu biasanya 1-3 x 24 jam
d. Perlu pengadukan secara kontinyu
e. Peralatan yang digunakan sederhana
f. Dapat terjadi kejenuhan pelarut
g. Tidak ada pengaliran karena
maserasi dilakukan di dalam suatu
bejana
2. Perkolasi a. Bentuk tanaman yang diekstraksi
yaitu serbuk simplisia
b. Pelarut yang digunakan tergantung
senyawa yang hendak ditarik
c. Berupa pengaliran serbuk simplisia
dengan pelarut dalam bejana
perkolator.
d. Tidak perlu pengadukan
e. Peralatan yang digunakan cukup
banyak
f. Tidak terjadi kejenuhan pelarut
karena pelarut selalu baru
g. Pengaliran meningkatkan difusi
(dengan dialiri cairan penyari
sehingga zat seperti terdorong untuk
keluar dari sel
2. Ekstraksi Panas
a. Destilasi
Destilasi adalah suatu teknik pemisahan suatu zat dari campurannya berdasarkan
titik didih. Destilasi ada dua macam, yaitu destilasi sederhana dan destilasi
bertingkat. Destilasi sederhana merupakan proses penguapan yang diikuti
pengembunan. Destilasi dilakukan untuk memisahkan suatu cairan dari
campurannya apabila komponen lain tidak ikut menguap (titik didih komponen
lain jauh lebih tinggi) (Syarifudin, 2008).
b. Soxhletasi
Sokhletasi merupakan penyarian simplisia secara berkesinambungan, cairan
penyari dipanaskan sehingga menguap, uap cairan penyari terkondensasi menjadi
molekul-molekul air oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia dalam
klongsong dan selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah
melewati pipa sifon. Proses ini berlangsung hingga penyarian zat aktif sempurna
yang ditandai dengan beningnya cairan penyari yang melalui pipa sifon atau jika
diidentifikasi dengan kromatografi lapis tipis tidak memberikan noda lagi. (Dirjen
POM, 2014 dalam Mauliyanti, 2017).
c. Refluks
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi berkesinambungan.
Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan penyari dalam labu alas bulat
yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak, lalu dipanaskan sampai mendidih.
Cairan penyari akan menguap, uap tersebut akan diembunkan dengan pendingin
tegak dan akan kembali menyari zat aktif dalam simplisia tersebut, demikian
seterusnya. Ekstraksi ini biasanya dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi
selama 4 jam (Tobo, 2011 dalam Mauliyanti, 2017).
Metode Perbedaan Pada
1. Destilasi a. Bentuk tanaman yang diekstraksi berupa praktikum ini,
tumbuhan basah, tumbuhan tersebut kami
dirajang melakukan
b. Pelarut yang digunakan biasanya air
pemilihan
c. Berupa pemisahan suatu zat dari
campurannya dengan perbedaan titik tanaman dan
didih metode
d. Hasilnya berupa minyak atsiri ekstraksi yang
e. Digunakan untuk tanaman yang tahan tepat agar
pemanasan diperoleh
f. Prosesnya panjang ekstrak dari
g. Perlatan yang digunakan cukup banyak
tanaman yang
2. Soxhletasi a. Bentuk tenaman yang diekstraksi berupa digunakan
serbuk simplisia, tetapi yang tidak untuk
terlalu halus menurunkan
b. Pelarut yang digunakan biasanya etanol kadar asam
c. Berupa penyarian simplisia yg berada di
urat.
dalam tabung soxhletasi yang sudah
dibungkus kain saring oleh uap pelarut Pemilihan
d. Hasilnya berupa cairan berisi pelarut tanaman dan
dan senyawa kimia, dibutuhkan metode ini
destilasiatau evaporasi untuk menggunakan
memisahkannya metode
e. Diguanakan untuk simplisia yg tidak systematic
terlalu tahan pemanasan
review.
f. Prosenya panjang
g. Butuh banyak pelarut
Systematic
h. Peralatan yang digunakan cukup banyak review adalah
3. Refluks a. Simplisia yang diekstraksi biasanya metode
yang tahan pemanasan seperti akar, literature
batang, dll review yang
b. Pelarut yang diguanakan tergantung
karakteristik senyawa yang ingin
diambil
c. Berupa penyarian simplisia yang berada
di LAB dengan uap pelarut
d. Hasilnya berupa ekstrak cair, harus
dipekatkan
e. Digunakan untuk simplisia yang tahan
pemanasan
f. Proses panjang
g. Butuh banyak pelarut
h. Peralatan yang digunakan cukup banyak
mengidentifikasi, menilai, dan menginterpretasi seluruh temuan-temuan pada suatu topik
penelitian, untuk menjawab pertanyaan penelitian (research question) yang telah ditetapkan
sebelumnya (Kitchenham & Charters, 2007).
C. Metode Praktikum
Dalam praktikum kali ini, kami melakukan sistematik review untuk menemukan metode
ekstraksi yang tepat untuk tanaman yang dipilih berdasarkan aktivitas hiperurisemia.
Adapun langkah yang kami lakukan adalah sebagai berikut:
1. Menentukan kata kunci/ keyword yang digunakan untuk mencari artikel/jurnal yang
sesuai dan relevan. Adapun kata kunci yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Ekstrak tanaman sebagai penurun kadar asam urat
b. Ekstrak tanaman untuk hiperurisemia
c. Ekstrak tanaman penrun kadar asam urat
d. Ekstrak etanol untuk menurunkan hiperurisemia
e. Ekstrak tanaman asam urat
Berdasarkan hasil penelusuran dengan keyword di atas, kami menemukan 18 jurnal
yang terkait dengan efektivitas ekstrak dalam menurunkan kadar hiperurisemia.
2. Melakukan review terkait dengan efektivitas tanaman yang ditemukan terkait
efektivitasnya dalam menurunkan kadar asam urat.
3. Menentukan tanaman yang akan dipilih untuk ditentukan metode ekstraksinya.
4. Menelusuri kembali artikel mengenai metode ekstraksi yang digunakan
5. Melakukan review mengenai metode ekstraksi pada tanaman, terhadap jurnal yang
telah ditemukan
6. Menentukan metode yang tepat yang akan digunakan untuk ekstraksi tanaman yang
dipilih untuk keperluan praktikum selanjutnya
D. Hasil Praktikum
1. Review literatur sesuai dengan keyword yang digunakan
Peneliti, Judul Metode Ekstraksi Hasil
tahun
Lallo dkk, Aktivitas Ekstrak Maserasi: Sampel Ekstrak etanol
2018 Jahe Merah Dalam dibersihkan kemudian jahe merah pada
Menurunkan diangin-anginkan pada konsentrasi 0,6%
Asam Urat Pada tempat yang tidak b/v memiliki
Kelinci serta terkena cahaya matahari kemampuan
Isolasi dan langsung hingga paling baik untuk
Identifikasi mengering. Sebanyak menurunkan kadar
Senyawa kurang lebih 100 gram asam urat pada
Bioaktifnya sampel jahe merah yang hewan uji kelinci.
telah kering, dipotong 6-gingerol
kecil-kecil, kemudian merupakan
dimasukkan dalam senyawa bioaktif
wadah maserasi, lalu yang diisolasi dari
ditambahkan dengan ekstrak etanol jahe
cairan penyari sampai merah
sampel terendam
seluruhnya. Ekstraksi
dilakukan selama 5 hari,
hasilnya selanjutnya
diuapkan hingga
diperoleh ekstrak kental.
Wulandari dan The Influence of Sambiloto yang sudah Ekstrak sambiloto
Sumarmin, Bitter Extract dikeringkan dipilih berpengaruh
2018 (Andrographis bagian percabangan dan signifikan
paniculata Ness.) daunnya, kemudian terhadap
on Uric Acid dihaluskan dengan penurunan kadar
Level of Mice menggunakan blender asam urat pada
Male hingga berbentuk serbuk mencit jantan
kering. Sebanyak 100
gram serbuk kering
direndam dalam metanol
200 ml dan didiamkan
selama 48 jam. Saring
dengan menggunakan
kertas saring. Filtrat yang
diperoleh diuapkan di
waterbath dengan suhu
50˚C hingga dihasilkan
ekstrak pekat.
Restina dkk, Efek Ekstrak Sebanyak 0,5 gram Ekstrak etanol
2018 Etanol 70% Herba serbuk herba kemangi herba kemangi
Kemangi Sebagai yang telah diayak dengan berpengaruh
Penurun Kadar mesh 30, diekstraksi terhadap
Asam Urat Pada dengan menggunakan penurunan kadar
Tikus Jantan metode maserasi. asam urat pada
Digunakan pelarut etanol tikus jantan
70% sebanyak 5L dengan dosis
dengan perbandingan efektif 0,8 gram/
1:10, didiamkan dalam 200 gram BB dan
tabung selama 6 jam dan penurunannya
dilakukan pengocokan relatif sama
setiap 15 menit sekali dengan kontrol
kemudian disaring. positif
Ampas di remaserasi
sebanyak 2 kali dengan
perlakuan yang sama, hal
ini dilakukan selama 4
hari. Maserat yang
diperoleh divakum untuk
memperoleh ekstrak
kering.
Husna dkk, Efek Samping Sebanyak ±0,5 kg serbuk Efek samping
2016 Ekstrak Etanolherba kemangi yang ekstrak etanol
96% dan 70% telah diayak dengan 70% dan 96%
Herba Kemangi mesh 30, di rendam herba kemangi
yang Bersifat
dalam etanol 70% dan terhadap kadar
Estrogenik 96% (dalam wadah yang asam urat pada
Terhadap Kadar berbeda) sebanyak tikus putih sebagai
asam Urat Pada masing-masing 5L estrogenik tidak
Tikus Putih dengan perbandingan berpengaruh
1:10, didiamkan dalam terhadap
tabung selama 6 jam dan meningkatkan
dilakukan pengocokan kadar asam urat,
setiap 15 menit sekali bahkan ada
kemudian disaring. kecenderungan
Ampas di remaserasi menurunkan kadar
sebanyak 2 kali dengan asam urat.
perlakuan yang sama, hal
ini dilakukan selama 4
hari. Maserat yang
diperoleh divakum untuk
memperoleh ekstrak
kering.
Adam dkk, Pengaruh Tidak dijelaskan proses Ekstrak etanol
2018 Pemberian Ekstrak ekstraksi yang daun kemangi
Etanol Daun dilakukan memiliki
Kemangi Sayur pengaruh yang
Terhadap Kadar bermakna
Serum ALT dan terhadap
AST Mencit penurunan kadar
Jantan Galur Swiss ALT dan AST
yang Diinjeksi serum mencit
Asam Urat yang diinjeksi
asam urat
Wulandari Pengaruh Tidak dijelasan proses Pemberian ekstrak
dkk, 2019 Pemberian Ekstrak ekstraksi yang etanol daun
Daun Kemangi dilakukan kemangi dapat
terhadap Cedera mencegah cedera
Hepatosit: Kajian hepatosit secara
pada Bahan bermakna pada
Biologis hepar mencit.
Tersimpan (BBT) Peningkatan dosis
Hepar Mencit ekstrak daun
Jantan yang kemangi dapat
Diinduksi Asam meningkatkan
Urat proteksi terhadap
cedera hepatosit
mencit yang
diinduksi asam
urat.
Effendi, 2018 Uji Aktivitas Daun kemangi dan daun Ekstrak kemangi,
(Skripsi) Antihiperurisemia salam dimaserasi dengan daun salam dan
Ekstrak Daun etanol 96% sebanyak 7,5 kombinasi
Kemangi dan kali beat simplisia. keduanya dengan
Daun Salam Pada Maserasi dilakukan dosis 50 mg/kgBB
Tikus yang selama 5 hari dengan yang diberikan
Diinduksi Hati pengadukan 1x sehari. selama 9 hari
Ayam Setelah perendaman mempunyai
selama 5 hari, lalu potensi
maserat disaring. Setelah menurunkan kadar
dilakukan penyaringan asam urat, dengan
maserat diuapkan pada kombinasi ekstrak
suhu 70˚C untuk daun kemangi dan
menghilangkan sisa daun salam 50
penyari hingga diperoleh mg/kgBB
ekstrak kental. mempunyai
kemampuan
paling besar yang
kemampuannya
setara dengan
kontrol positif.
Anggun dkk, Pengaruh Air Pengujian dilakukan Terdapat pengaruh
2016 Rebusan Daun pada 30 responden, dan pemberian air
Kemangi tidak dijelaskan rebusan daun
Terhadap Kadar mengenai takaran dan kemangi terhadap
Asam Urat Darah cara mendapatkan air kadar asam urat
Pada Penderita rebusan daun kemangi darah pada
Hiperurisemia Di pada penelitian ini penderita
Wilayah Kerja hiperurisemia,
Puskesmas meskipun
Wolaang penurunannya
tidak terlalu besar.
Artini dkk, Ekstrak Daun Sebanyak 1200 gram Hasil uji in vivo,
2012 Sirsak Sebagai serbuk daun sirsak fraksi n-butanol
Antioksidan Pada diekstraksi dengan dosis 100 mg/kg
Penurunan Kadar maserasi menggunakan BB, 200 mg/kg
Asam Urat Tikus metanol teknis sampai BB, dan 400
Wistar semua serbuk terendam mg/kg BB mampu
dalam pelarut selama menurunkan kadar
±24 jam secara berulang- asam urat yang
ulang sampai diperoleh lebih besar dari
filtrat bening. allopurinol dosis
Selanjutnya dilakukan 10 mg/kg BB
penguapan dengan sebesar 86,29%
rotaryvacum evaporator
hingga diperoleh ekstrak
kental.
Rizki dkk, Pengaruh Rimpang jahe dicuci Pemberian ekstrak
2018 Pemberian dengan air mengalir kombinasi daun
Kombinasi hingga bersih. Rimpang sidaguri dan
Ekstrak Etanol kemudian diiris tipis rimpang jahe
Daun Sidaguri dan dengan ukuran 1-4 mm merah memiliki
Rimpang Jahe dan dikeringkan dengan pengaruh aktivitas
Merah Pada cara diletakkan di tempat hiperurisemia
Mencit Jantan terbuka. Rimang yang yang lebih baik
Hiperurisemia. telah kering diserbukkan dibandingkan
menggunakan mesin kontrol negatif.
penggiling. Serbuk
simplisia ditimbang
sebanyak 150 gram
kemudian didigesti
dengan pelarut etanol
96%. Serbuk
dimasukkan dalam
beaker gelas kemudian
direndam dengan etanol
96% dengan
perbandingan 1;5.
Campuran dipanaskan
dengan hot plate dengan
suhu 35-45˚C dan diaduk
setiap 10 menit. Filtrat
yang diperoleh diuapkan
dengan rotary
evaporator dengan suhu
50˚C hingga ekstrak
kental.
Amir & Uji Efektivitas Maserasi: 500 gram buah Ekstrak etanol
Purukan, 2018 Ekstrak Etanol naga segar diblender, 70% buah naga
Buah Naga Putih dikeringkan dengan putih dosis 72,8
terhadap freeze dryer selama 6 mg/kgBB dapat
Penurunan Kadar hari. Serbuk kering buah menurunkan kadar
Asam Urat Darah naga ditambahkan asam urat darh
Pada Mencit pelarut etanol 70%, pada mencit dihari
dimasukkan ke dalam ke 15 dengan
wadah, ditutup dan presentase
dibiarkan selama 2 hari penurunan sebesar
terlindungi dari cahaya 92,16% dan
sambil diaduk, dan memiliki efek
kemudian disaring. yang sama pada
Ampasnya diremaserasi kelompok kontrol
dengan etanol 70% positif yang
hingga diperoleh maserat diberikan
jerninh. Semua maserat allopurinol 10,4
diuapkan dengan mg/kgBB.
menggunakan alat
penguap rotary
evaporator pada
temperatur ±40˚C sampai
diperoleh ekstrak kental.
Nirmala dkk, Kombinasi Daun Daun salam sebanyak 15 Kombinasi
2019 Salam dan lembar dan daun rebusan daun
Kemangi dalam kemangi sebanyak 15 salam dan
Menurunkan pucuk dimasukkan ke kemangi
Kadar Asam Urat dalam panci dan mempunyai
Mus musculus ditambahkan air 2 gelas aktivitas
dan dipanaskan hingga antiherurisemia
air menjadi 1,5 gelas, yang efektif pada
lalu dinginkan. Lakukan dosis 0,5 gelas dan
langkah yang sama 1,5 gelas. Untuk
hingga masing-masing memperoleh hasil
air rebusan menjadi 1 yang signifikan air
gelas dan 0,5 gelas. rebusan ini harus
dikonsumsi dalam
waktu lama.
Hayani & Efek Ekstrak
Maserasi: menggunakan Pemberian ekstrak
Widyaningsih, Etanol Herba Putri
pelarut etanol 70%. etanol herba putri
2011 Malu Sebagai
Penyarian dilakukan malu memiliki
Penurun Kadar
sebanyak 3 kali. Filtrat efek terhadap
Asam Urat Serum yang diperoleh dikocok penurunan kadar
Mencit Jantan
dengan natrium sulfat asam urat pada
Galur Swiss anhidrat kemudian serum mencit
diuapkan dengan rotary galur swiss
evaporator pada suhu
70˚C, sampai diperoleh
ekstrak kental dan tidak
berbau etanol, kemudian
dikeringkan di atas
waterbath sambil terus
diaduk hingga menjadi
ekstrak kering.
Rosaline & Pengaruh Pengujian dilakukan Pemberian
Anggraeni, Kombinasi langsung pada 50 kombinasi rebusan
2019 Rebusan Daun responden, sehingga daun kemangi dan
Kemangi dan Jahe tidak menjelaskan jahe berpengaruh
Terhadap Kadar metode yang digunakan untuk menurunkan
Asam Urat Pada atau takaran yang kadar asam urat
Penderita GOUT digunakan dalam pada penderita
Arthritis merebus daun kemangi gout arthritis.
dan jahe
Mutiara & Uji Aktivitas Teh dibuat dengan Kadar efektif
Wildan, Minuman Teh pelayuan suhu 70˚C minuman teh daun
Daun Sirsak selama 4 menit, sirsak untuk
Sebagai Penurun dibiarkan dingin dan penurunan asam
Asam Urat dan digulung selanjutknya urat adalah 40
Kolesterol Secara dikeringkan pada suhu mg/ml dengan
In Vitro 50˚C selama 150 menit. penurunan 64,86%
Pembuatan larutan the:
1000 mg serbuk daun
sirsak dimasukkan ke
dalam penangas air,
kemudian tambahkan 10
ml air panas dan
didihkan. Dinginkan,
saring dengan kertas
saring.
Wahyuningsih Pengaruh Tidak dijelaskan
Pemberian ekstrak
, 2010 Pemberian Ekstrak mengenai pembuatan herba meniran
(Skripsi) Herba Meniran ekstrak herba meniran dapat menurunkan
Terhadap kadar asam urat
Penurunan Kadar dalam darah tikus
Asam Urat Darah secara signifikan
Tikus Putih Jantan (menurut analisis
Hiperurisemia statistik).
Ningtiyas & Efektivitas Ekstrak Penelitian deskriptif Daun salam
Ramadhian Daun Salam untuk mengandung
Menurunkan tanin, flavonoid,
Kadar Asam Urat alkaloid, dan
pada Penderita minyak atsiri yang
ArtritisGout terdiri dari
eugenol dan sitrat.
Daun salam
menurunkan kadar
asam urat melalui
mekanisme
memperbanyak
produksi urin
(diuretik).
Berdasarkan hasil review di atas, sebagian besar tanaman diekstraksi dengan
menggunakan metode maserasi, namun maserasi yang digunakan memiliki
perbedaan, baik dalam penggunaan pelarut, perbandingan pelarut yang digunakan
untuk remaserasi, melakukan pengadukan atau tidak, maupun lama waktu yang
digunakan untuk maserasi.
Langkah selanjutnya adalah menentukan tanaman yang akan digunakan dan di
analisis metode ekstraksinya. Pertimbangan pemilihan tanaman kami lakukan dengan
cara melihat kemampuan tanaman tersebut dalam menurunkan kadar asam urat yang
mampu menyamai efektivitas kontrol positif, kejelasan metode yang digunakan, dan
kemudahannya untuk diperoleh, serta harga yang terjangkau karena akan diguanakan
untuk praktikum pada akhir praktikum. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
tersebut, kami memilih daun sirsak untuk digunakan sebagai penurun kadar asam urat
dalam praktikum mata kuliah fitofarmakologi.
2. Review jurnal ekstraksi tanaman
a. Kulsum dkk, 2019
Judul: Optimasi Waktu Maserasi dan JenIS Pelarut Terhadap Kadar Flavonoid
pada Ekstrak Daun Sirsak.
Metode:
 Pemilihan Metode Ekstraksi
Metode awal yang digunakan dalam ekstraksi daun sirsak adalah dengan
melakukan maserasi menggunakan pelarut etanol. Pemilihan etanol karena
mudah, sederhana dan diharapkan dapat mengurangi resiko kerusakan pada
kandungan senyawa dari ekstrak daun sirsak. Daun sirsak memiliki senyawa
dengan kepolaran rendah. Sehingga jika menggunakan ekstraksi sokhlet
dengan cara pemanasan dimana pelarut yang digunakan akan menguap dan
terkondensasi karena ekstrak daun sirsak rentan terhadap suhu tinggi, dan
tidak bisa dilakukan jika suhu ekstraksi melewati 60˚C.
Ekstrak daun sirsak memiliki kepolaran yang rendah maka pelarut yang
digunakan adalah jenis solvent yang memiliki tingkat kepolaran rendah yang
mana tingkat kepolaran suatu senyawa itu dapat dilihat dari angka tetapan
dielektrik. Nilai konstanta dielektrik yang semakin besar menunjukkan sifat
kepolaran dari suatu zat tinggi tersebut. Begitu juga sebaliknya, semakin
kecil nilai konstanta dielektrik suatu zat maka sifat kepolarannya semakin
rendah. Dalam penelitian ini pelarut yang digunakan adalah etanol dan
2propanol. Ethanol merupakan solvent polar dengan tetapan dielektrik 24,3
sedangkan 2propanol memiliki kepolaran lebih rendah dari pada ethanol
yaitu 19,9.
Dipilihnya pelarut ethanol, karena pelarut ethanol mampu mengekstrak daun
sirsak dengan kadar flavonoid 1,36% lebih besar dari pelarut nheksan kadar
flavonoidnya 0,66% dan dipilihnya pelarut 2propanol karena kepolarannya
lebih rendah dari ethanol, sehingga diharapkan bisa mengekstrak kadar
flavonoid lebih optimal dari pada ethanol.
 Persiapan Bahan Baku
Persiapan bahan baku dilakukan dengan memetik daun sirsak kemudian
dicuci bersih menggunakan akuades dan dikeringkan dengan cara diangin-
anginkan pada suhu ruang selama 3 hari tanpa terkena panas matahari
langsung. Selanjutnya daun sirsak dikeringkan di dalam oven pada suhu
50°C selama 30 menit dan dilakukan uji kadar air. Setelah kering simplisia
daun sirsak dihaluskan dengan blender sehingga berbentuk serbuk halus.
Pengeringan ini bertujuan untuk menghilangkan kandungan air yang berlebih
yang terdapat pada bahan baku dan mudah untuk dihaluskan.
 Proses Ekstraksi
Ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode
ekstraksi maserasi atau perendaman. Metode maserasi pada penelitian ini
menggunakan dua pelarut yaitu pertama etanol teknis dengan perbandingan
berat:volume 1 : 20 selama 48 jam, 72 jam dan 96 jam, sedangkan yang
kedua menggunakan pelarut 2propanol atau isopropyl alkhohol dengan
perbandingan berat:volume 1 : 20 selama 48 jam, 72 jam dan 96 jam. Setelah
selesai proses maserasi. Kemudian larutan rendaman disaring menggunakan
kertas whatman dan hasil penyaringan disebut maserat (endapan).
 Proses Destilasi
Maserat (endapan) didestilasi dengan tujuan untuk memisahkan komposisi
daun Sirsak dengan pelarutnya agar mendapatkan hasil komposisi daun
sirsak murni, pertama hasil ekstraksi daun sirsak yang menggunakan pelarut
ethanol teknis didestilasi dengan titik didih 78 °C untuk memisahkan ethanol
teknis dengan senyawa komposisi daun sirsak. Kedua hasil ekstraksi daun
sirsak yang menggunakan pelarut 2propanol didestilasi dengan titik didih 82
°C untuk memisahkan 2propanol dengan komposisi senyawa yang ada di
daun sirsak, setelah didapat komposisi daun sirsak murni kemudian diuji
kadar flavonoid dengan alat Spektrofotometer.
Hasil: Pelarut ethanol sangat baik dari pada 2propanol sebagai solvent ekstraksi
daun sirsak karena kandungan flavonoid yang terdapat di daun sirsak dengan
pelarut ethanol lebih banyak yaitu 3,30% dibandingkan dengan pelarut 2propanol
yaitu 2,48% dan waktu maserasi yang optimum setiap pelarut berbeda-beda
karena setiap solvent mempunyai keterbatasan optimum dalam mengekstrak.
Dalam penelitian ini waktu optimum maserasi solvent 2propanol 96 jam (4 hari)
Sedangkan maserasi solvent ethanol 72 jam (3 hari).
b. Fikri dkk, 2019
Judul: Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Sirsak (Annona muricata L.) Terhadap
Pertumbuhan Bakteri Pseudomonas aeruginosa Secara In Vitro.
Metode: Daun sirsak sehat dikumpulkan dengan memetik daun yang tidak terlalu
muda dan tidak terlalu tua yaitu berkisar dari daun ke-3 sampai ke-7 dari pucuk.
Daun sirsak kering kemudian dihancurkan dengan blender dan diayak untuk
mendapatkan serbuk yang halus. Serbuk daun sirsak sejumlah 800 g direndam ke
dalam 2500 mL n-heksana, larutan ditutup dan disimpan dalam ruang gelap
selama satu minggu dan sesekali diaduk. Filtrat dan residu dipisahkan, kemudian
residu dimaserasi dengan n-heksana selama tiga hari. Proses selanjutnya adalah
memisahkan filtrat dan residu kembali, dan residu dimaserasi dengan kloroform
selama tiga hari. Proses terakhir ekstraksi adalah filtrat ekstrak kloroform
dipekatkan dengan rotary evaporator pada suhu ±89°C hingga mendapatkan
ekstrak kental daun sirsak
c. Yuliantri dkk, 2017
Judul: Pengaruh Suhu dan Waktu Ekstraksi Terhadap Kandungan Flavonoid dan
Aktivitas Antioksidan Daun Sirsak (Annona muricata L.) Menggunakan
Ultrasonik.
Metode: Proses pembuatan ekstrak daun sirsak ditimbang sebanyak 15g,
dimasukkan ke dalam erlenmayer. Dilarutkan dengan pelarut etanol 96%
sebanyak 150 ml, kemudian diekstraksi dengan kombinasi suhu 35, 45, dan 55˚C
dan waktu 10, 20, dan 30 menit menggunakan ultrasonic bath. Larutan disaring
menggunakan kertas whatman no 1. Filtrat yang didapat dievaporasi
menggunakan rotary vakum evaporator. Ekstrak yang didapat dikemas dengan
botol gelap, kemudian analisis rendemen, kandungan senyawa flavonoid dan
aktivitas antioksidan.
Hasil: Interaksi antara suhu dan waktu ekstraksi berpengaruh sangat nyata
terhadap rendemen, total flavonoid dan aktivitas antioksidan ekstrak daun
sirsak.Perlakuan suhu 45˚C dengan waktu 20 menit merupakan perlakuan terbaik
dengan menghasilkan rendemen 19,14%, total flavonoid 903,90mgQE/g, serta
nilai IC50 terendah yaitu dengan IC50 258,155 mg/L.
d. Putra, 2015
Judul:Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Sirsak (Annonae
muricataL.) Dengan Metode Difusi Agar Cakram Terhadap Escherichia coli.
Metode Ekstraksi: Siapkan 100 g daun sirsak yang sudah dikeringkan, haluskan
dengan blender. Masukkan simplisia beserta etanol 95% sebanyak 1L ke dalam
beaker glass, tutup dengan menggunakan alumunium foil selama 3 hari, sesekali
diaduk. Saring kemudian evaporasi dengan suhu 40ºC.
e. Artini dkk, 2012
Judul: Ekstrak Daun Sirsak Sebagai Antioksidan Pada Penurunan Kadar Asam
Urat Tikus Wistar.
Metode Ekstraksi: Sebanyak 1200 gram serbuk daun sirsak diekstraksi dengan
maserasi menggunakan metanol teknis sampai semua serbuk terendam dalam
pelarut selama ±24 jam secara berulang-ulang sampai diperoleh filtrat bening.
Selanjutnya dilakukan penguapan dengan rotaryvacum evaporator hingga
diperoleh ekstrak kental.
Hasil: Hasil uji in vivo, fraksi n-butanol dosis 100 mg/kg BB, 200 mg/kg BB, dan
400 mg/kg BB mampu menurunkan kadar asam urat yang lebih besar dari
allopurinol dosis 10 mg/kg BB sebesar 86,29%
E. Kesimpulan
Berdasarkan hasil review di atas, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
Tanaman Antihiperurisemia : Daun Sirsak. Berdasarkan penelitian Artini dkk
yang dipilih (2012), ekstrak daun sirsak memiliki kemampuan
menurunkan kadar asam urat lebih besar dari
allopurinol dosis 10 mg/KgBB pada tikus wistar
Metode ekstraksi yang : Maserasi, karena senyawa dalam daun sirsak
dipilih (termasuk flavonoid) akan rusak jika menggunakan
ekstraksi panas dengan panas di atas 60˚C
Pelarut yang digunakan : Etanol 70%. Berdasarkan penelitian Kulsum dkk
(2019), pelarut etanol memiliki kemampuan sangat
baik sebagai solvent ekstraksi daun sirsak, dengan
kandungan flavonoid sebanyak 3,30%.
Lama ekstraksi : 72 jam (berdasarkan penelitian Kulsum dkk, 2019)
Proses ekstraksi Daun sirsak sehat dikumpulkan dengan memetik
daun yang tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua
yaitu berkisar dari daun ke-3 sampai ke-7,
dilakukan tahapan pembuatan simplisia, dari sortasi
basah hingga pengeringan. Sebanyak 150 gram
daun sirsak yang sudah dikeringkan, haluskan
dengan mesin penggiling. Masukkan simplisia
beserta etanol 70% sebanyak 1,5L ke dalam beaker
glass, tutup dengan menggunakan alumunium foil
selama 3 hari, sesekali diaduk. Saring kemudian
evaporasi dengan suhu 40ºC
DAFTAR PUSTAKA

Adam, A, K., Kusumawati, A., Putra, R, A, N. (2018). Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Daun
Kemangi Sayur (Ocimum americanum L.) terhadap Kadar Serum Alanin
Aminotrasferase (ALT) dan Aspaetat Aminotrasferase (AST) Mencit (Mus musculus)
Jantan Galur Swiss yang Diinjeksi Asam Urat. Herb-Madicine Journal, 1(2), 65-74.

Amir, M., Purukan, J, I, A. (2018). Uji Efektivitas Ekstrak Etanol Buah Naga Putih (Hylocereus
undatus) terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Darah pada Mencit (Mus musculus).
Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia, 16 (2), 166-171.

Anggun., Ismanto, A, Y., Masi, G. (2016). Pengaruh Air Rebusan Daun Kemangi Terhadap
Kadar Asam Urat Darah pada Penderita Hiperurisemia di Wilayah Kerja Puskesmas
Wolaang. Ejournal Keperawatan, 4(1), 1-7.

Ansel, Howard . 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV. Jakarta: UI Press

Artini, N, P, R., Wahjuni, S., Sulihingtyas, W, D. (2012). Ekstrak Daun Sirsak (Annona
muricata L.) sebagai Antioksidan pada Penurunan Kadar Asam Urat Tikus Wistar.
Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana,
6(2), 127-137.

B. Kitchenham and S. Charters. (2007). Guidelines for performing Systematic Literature


Reviews in Software Engineering, In Technical report, Ver. 2.3 EBSE Technical
Report.
Effendi, J, I. (2018). Uji Aktivitas Antihiperurisemia Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum
americanum L.) Daun Salam (Syzygium polyanthum) pada Tikus yang Diinduksi Hati
Ayam. Fakultas Farmasi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta. XFikri, F.,
Rahmaningtyas, I. H., Prastiya, R. A., Purnama, M. T. E., (2019)

. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Sirsak (Annona muricata L.) Terhadap


Pertumbuhan Bakteri Pseudomonas aeruginosa Secara In Vitro.
Jurnal Veteriner Jurnal Veterine, 20(3), 384-389.
Hayati, M., Widyaningsih, W. (2011). Efek Ekstrak Etanol Herba Putri Malu (Mimisa pudica. L)
sebagai Penurun Kadar Asam Urat Serum Mencit Jantan Galur Swiss. Fakultas Farmasi.
Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. ISBN: 978-979-18458-4-7.

Husna, R, S, N., Effendi, E, M., Maheshwari, H. (2016). Efek Samping Ekstrak Etanol 96% dan
70% Herba Kemangi (Ocimum americanum L.) yang Bersifat Estrogenik terhadap
Kadar Asam Urat pada Tikus Putih. Universitas Pakuan, Bogor, 16(2), 32-38.

Kulsum, U., Saraswati, R., Chandra, A. F. K., Widyastuti, F. K. (2019). Optimasi Waktu
Maserasi dan Jenis Pelarut Terhadap Kadar Flavonoid pada Ekstrak Daun Sirsak
(Annona Muricata L). Fakultas Teknik. Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang,
2, C17.1-C17.6.

Lallo, S., Mirwan, M., Palino, A., Nursamsir., Hardianti, B. (2018). Aktifitas Ekstrak Jahe Merah
dalam Menurunkan Asam Urat pada Kelinci Serta Isolasi dan Identifikasi Senyawa
Bioaktifnya. Jurnal Fitofarmaka Indonesia, 5(1), 271- 278.

Mauliyanti, R. (2017). UJi Aktivitas Gel Ekstrak Etanol Daun Cempedak (Arthocarpus
champeden) terhadap Bakteri Penyebab Jerawat. Universitas Islam Negeri Alauddin.
Mukhriani. (2014). Ekstraksi, Pemisahan Senyawa, dan Identifikasi Senyawa Aktif. Jurnal
Kesehatan, 7(2).
Mutiara, E, V., Wildan, A. (2019). Uji Aktivitas Minuman Teh Daun Sirsak (Annona muricata
Linn.) sebagai Penurun Asam Urat dan Kolesterol Secara In Vitro. Sekolah Tinggi Ilmu
Farmasi “Yayasan Pharmasi Semarang”, 14(1), 1427-1434.

Nasrul, E. (2012). Tinjauan Pustaka Hiperurisemia pada Pra Diabetes. Jurnal Kesehatan Andalas,
1(2), 86–91.
Ningtiyas, I, F., Ramadhian, M, R. (2016). Efektivitas Ekstrak Daun Salam untuk Menurunkan
Kadar Asam Urat pada Penderita ArtritisGout. Fakultas Kedokteran. Universitas
Lampung, 5(3), 105-110.

Nirmala, F., Zumaroh, K., Donatomo, A,N., Ngibad, K. (2019). Kombinasi Rebusan Daun Salam
dan Kemangi dalam Menurunkan Kadar Asam Urat Mus musculus. Borneo Journal Of
Medical Laboratory Technology, 2, 109-115.

Putra, I, M, A, S. (2015). Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Sirsak(Annonae


muricata L.) dengan Metode Difusi agar Cakram terhadap Escherichia coli. Jurnal
Ilmiah Medicamento, 1(1), 15-19.
Restina, Y., Effendi, M, E., Yulia, W, I. (2018). Efek Ekstrak Etanol 70% Herba Kemangi
(Ocimum americanum L.) sebagai Penurun Kadar Asam Urat Pada Tikus Jantan Galur
Sprague Dawley. Jurnal Ilmiah Ilmu Dasar dan Lingkungan Hidup, 18(2), 50-54.

Rizki, K, P., Muslichah, S., Ningsih, I, Y. (2018). Pengaruh Pemberian Kombinasi Ekstrak
Etanol Daun Sidaguri (Sida rhombifolia L.) dan Rimpang Jahe Merah (Zingiber
officinale Rosc.) pada Mencit Jantan Hiperurisemia. Fakultas Farmasi, Universitas
Jember, 6(2), 205-211.

Tarigan, I, M., Bahri, S., Saraih, A. (2012). Aktivitas Antihiperurisemia Ekstrak Etanol Herba
Suruhan (Peperomia pellucida (L.) Kunth) pada Mencit Jantan. Journal of
Pharmaceutics and Pharmacology, 1(1), 37-43.
Wahyuningsih, H. K. (2010). Pengaruh Pemberian Ekstrak Herba Meniran (Phyllanthus niruri
L.) terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Darah Tikus Putih Jantan Hiperurisemia.
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Wulandari, I. (2011). Teknologi Ekstraksi Dengan Metode Maserasi Dalam Etanol 70% Pada
Daun Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus Benth) di Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TO-OT) Tawangmangu.
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Wulandari, W., Sumarmin, R. (2018). The Influence of Bitter Extract (Andrographis paniculata
Ness.) On Uric Acid Level of Mice (Mus musculus L.) Male. Universitas Negeri
Padang, 1(1), 21-30.

Yuliantari, N. W. A., Widarta, I.W. R., Permmana, I. D. G. M. (2017). Pengaruh Suhu dan
Waktu Ekstraksi Terhadap Kandungan Flavonoid dan Aktivitas Antioksidan Daun
Sirsak (Annona muricata L.) Menggunakan Ultrasonik. Media Ilmiah Teknologi
Pangan (Scientific Journal ofFood Technology), 4(1), 35-42.

Anda mungkin juga menyukai