Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Ekstraksi adalah pengambilan atau pemisahan suatu campuran dengan


memberi pelarut yang sesuai sehingga zat lain tidak ikut larut Berbagai
jenis bahan terdapat di alam memiliki jenis, bentuk dan komposisi yang
beragam. Dalam pemanfaatanya, manusia dapat mengambil seluruh zat
dari bahan tersebut atau dapat mengambil beberapa zat yang
dibutuhkannya saja dari suatu bahan. Untuk dapat mengambil atau
memperoleh zat tersebut dapat dilakukan dengan berbagai proses, salah
satunya yaitu ekstraksi (Dirjen POM, 1986).

Simplisia adalah bahan alami yang digunakan untuk obat dan belum
mengalami perubahan proses apa pun, dan kecuali dinyatakan lain
umumnya berupa bahan yang telah Dikeringan(Syukri, 1999). Senyawa
fitokimia tidak termasuk kedalam zat gizi karena bukan berupa
karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral maupun air. Fito kimia dapat
dartikan sebagai suatu senyawa metabolit dari tanaman yang menjadi ciri
khas dari setiap spesies dan dapat memberikan rasa, aroma atau warna
pada tumbuhan itu. Sampai saat ini sudah sekitar 30.000 jenis fitokimia
yang ditemukan dan sekitar 10.000 terkandung dalam makanan (Dirjen
POM, 1995).

Ekstraksi pelarut atau disebut juga ekstraksi air merupakan


metodepemisahan yang paling baik dan populer. Alasan utamanya
adalahpemisahan ini dapat dilakukan baik dalam tingkat makro ataupun
mikro.Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat pelarut
denganperbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling
bercampur,seperti benzen, karbon tetraklorida atau kloroform. Batasannya
adalahzat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbada dalam kedua
fase pelarut (Voigt, 1994).

KLT (Kromatografi Lapis Tipis) adalah metode pemisahan fitokimia


lapisan yang memisahkan yang terdiri atas bahan berbutir-butir (fase diam)
ditempatkan pada penyangga berupa plat gelas, logam atau lapisan yang
cocok (Sudjadi, 1988). Kromatografi juga merupakan analisis cepat yang
memerlukan bahan sangat sedikit, baik penyerap maupun cuplikannya.
KLT dapat digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa yang sifatnya
hidrofobik seperti lipida-lipida dan hidrokarbon yang sukar dikerjakan
dengan kromatografi kertas(Hermanto, 2007).

Salah satu pendekatan untuk penelitian tumbuhan obat adalah penapis


senyawa kimia atau biasa disebut dengan skrining fitokimia yang
terkandung dalam tanaman. Metode ini digunakan untuk mendeteksi
adanya golongan senyawa alkaloid, flavanoid, senyawa fenolat, tannin,
saponin, kumarin, quinon, steroid / terpenoid. Skrining fitokimia adalah
metode analisis untuk menentukan jenis metabolit sekunder yang terdapat
dalam tumbuh tumbuhan karena sifatnya yang dapat bereaksi secara
khas dengan pereaksi tertentu. Oleh karena itu penting bagi seorang
mahasiswa farmasi untuk memiliki pemahaman mengenai metode
fitokimia, hal inilah yang melatarbelakangi dilakukannya praktikum
fitokimia dasar(Harbone, 1989).
I.1 Maksud dan Tujuan Percobaan

I.1.1 Maksud Percobaan


a. Pengambilan dan Pengolahan Sampel
Mahasiswa memahami cara melakukan pengambilan dan
pengolahan sampel yang baik dan benar.
b. Dasar Metode Ekstraksi
Mahasiswa memahami macam-macam metode ekstraksi
beserta caranya.
c. Ekstraksi Perkolasi
Mahasiswa memahami cara melakukan ekstraksi perkolasi.
d. Ekstraksi Maserasi
Mahasiswa memahami cara melakukan ekstraksi maserasi.
e. Ekstraksi Refluks
Mahasiswa memahami cara melakukan ekstraksi refluks.
f. Ekstraksi Soxhlet
Mahasiswa memahami cara melakukan ekstraksi soxhlet.
g. Ekstraksi Cair-Cair
Mahasiswa memahami cara melakukan ekstraksi cair-cair.
h. Identifikasi Ekstrak
Mahasiswa memahami cara melakukan identifikasi ekstrak.

I.1.2 Tujuan Percobaan

a. Pengambilan dan Pengolahan Sampel


Mahasiswa mengetahui cara melakukan pengambilan dan
pengolahan sampel yang baik dan benar.
b. Dasar Metode Ekstraksi
Mahasiswa mengetahui macam-macam metode ekstraksi
beserta caranya.
c. Ekstraksi Perkolasi
Mahasiswa mengetahui cara melakukan ekstraksi perkolasi.
d. Ekstraksi Maserasi
Mahasiswa mengetahui cara melakukan ekstraksi maserasi.
e. Ekstraksi Refluks
Mahasiswa mengetahui cara melakukan ekstraksi refluks.
f. Ekstraksi Soxhlet
Mahasiswa mengetahui cara melakukan ekstraksi soxhlet.
g. Ekstraksi Cair-Cair
Mahasiswa mengetahui cara melakukan ekstraksi cair-cair.
h. Identifikasi Ekstrak
Mahasiswa mengetahui cara melakukan identifikasi ekstrak.

II.2 Prinsip Percobaan


a. Pengambilan dan Pengolahan Sampel
Pembuatan simplisia dari daun pandan (Pandanus
amaryllifoliusRoxb.) yang dimulai dari pengumpulan sampel tanaman
lalu disortasi basah untuk membersihkannya dari benda asing,
kemudian pencucian dengan air mengalir, perajangan, pengeringan dan
sortasi kering, dan penyimpanan simplisia sebagai tahap akhir.

b. Dasar Metode Ekstraksi


Penyarian simplisia berdasarkan proses difusi dan osmosis yang terjadi
karena adanya perbedaan konsentrasi di dalam dan di luar sel. Cairan
penyari akan menembus dinding sel dan melarutkan komponen kimia
dalam rongga sel, karena adanya perbedaan konsentrasi di dalam dan
di luar sel maka akan terjadi difusi dimana zat aktif bersama cairan
penyari akan keluar menembus dinding sel. Demikian seterusnya
hingga terjadi keseimbangan konsentrasi di dalam dan di luar sel.

c. Ekstraksi Perkolasi
Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia
dimaserasi selama 3 jam, kemudian simplisia dipindahkan ke dalam
bejana silinder yang bagian bawahnya diberi sekat berpori, cairan
penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui simplisia tersebut, cairan
penyari akan melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia yang dilalui
sampai keadan jenuh. Gerakan ke bawah disebabkan oleh karena
gravitasi, kohesi, dan berat cairan di atas dikurangi gaya kapiler yang
menahan gerakan ke bawah. Perkolat yang diperoleh dikumpulkan,
lalu dipekatkan.
d. Ekstraksi Maserasi
Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk
simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga hari pada
temperatur kamar terlindung dari cahaya, cairan penyari akan masuk
ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya
perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel.
Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti
oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah (proses difusi).
Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi
antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Selama proses maserasi
dilakukan pengadukan dan penggantian cairan penyari setiap hari.
Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan.

e. Ekstraksi Refluks
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara sampel
dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama dengan cairan
penyari lalu dipanaskan, uap-uap cairan penyari terkondensasi pada
kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang akan
turun kembali menuju labu alas bulat, akan menyari kembali sampel
yang berada pada labu alas bulat, demikian seterusnya berlangsung
secara berkesinambungan sampai penyarian sempurna, penggantian
pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam. Filtrat yang diperoleh
dikumpulkan dan dipekatkan.

f. Ekstraksi Soxhlet
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara serbuk
simplisia ditempatkan dalam klonsong yang telah dilapisi kertas saring
sedemikian rupa, cairan penyari dipanaskan dalam labu alas bulat
sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola menjadi
molekul-molekul cairan penyari yang jatuh ke dalam klonsong
menyari zat aktif di dalam simplisia dan jika cairan penyari telah
mencapai permukaan sifon, seluruh cairan akan turun kembali ke labu
alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi. Ekstraksi
sempurna ditandai bila cairan di sifon tidak berwarna, tidak tampak
noda jika di KLT, atau sirkulasi telah mencapai 20-25 kali. Ekstrak
yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.

g. Ekstraksi Cair-Cair
Ekstraksi cair-cair (corong pisah) merupakan pemisahan komponen
kimia di antara 2 fase pelarut yang tidak saling bercampur di mana
sebagian komponen larut pada fase pertama dan sebagian larut pada
fase kedua, lalu kedua fase yang mengandung zat terdispersi dikocok,
lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua
lapisan fase cair, dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua
fase tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan
konsentrasi yang tetap.

h. Identifikasi Ekstrak
Pemisahan komponen kimia berdasarkan prinsip adsorbsi dan partisi,
yang ditentukan oleh fase diam (adsorben) dan fase gerak (eluen),
komponen kimia bergerak naik mengikuti fase gerak karena daya serap
adsorben terhadap komponen-komponen kimia tidak sama sehingga
komponen kimia dapat bergerak dengan kecepatan yang berbeda
berdasarkan tingkat kepolarannya, hal inilah yang menyebabkan
terjadinya pemisahan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Dasar Teori


Daun Pandan (Pandanus amaryllifolius Roxb.)
Menurut Van Steenis (2008), klasifikasi Pandan Wangi (Pandanus
amaryllifolius Roxb.) adalah sebagai berikut:
Regnum : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Classis : Monocotyledonae
Ordo : Pandanales
Familia : Pandanaceae
Genus : Pandanus
Species : Pandanus amaryllifolius, Roxb.

Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.)


Menurut Backer dan Van Bakhuizen den Brink, (1963)
klasifikasi Tanaman Jati Belanda adalah sebagai berikut:
Divisio : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Klassis : Dicotyledonae
Ordo : Malvales
Familia : Sterculiceae
Genus : Guazuma
Species : Guazuma ulmifolia Lamk

Daun Kelor(Moringa oleifera)


Menurut Roloff, (2009) klasifikasi tanaman kelor adalah sebagai
berikut :
Regnum : Plantae
Division : Spermatophyta
Subdivisio: Angiospermae
Classis : Dicotyledoneae
Subclassis : Dialypetalae
Ordo : Rhoeadales (Brassicales)
Familia : Moringaceae
Genus : Moringa
Spesies : Moringa oleifera

Daun Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis)


Menurut Mus, (2008) klasifikasi tanaman binahong adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae (tumbuhan)
Sub kingdom : Tracheobionta (berpembuluh)
Superdivisio : Spermatophyta (menghasilkan biji)
Divisio : Magnoliophyta (berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Subkelas : Hamamelidae
Ordo : Caryophyllales
Familia : Basellaceae
Genus : Anredera
Species : Anredera cordifolia (Tenore) Steenis

Temulawak(Curcuma xanthorrhiza Roxb.)


Menurut Wijayakusuma, (2007) klasifikasi temulawak adalah
sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae.
Ordo : Zingiberales.
Keluarga : Zingiberaceae.
Genus : Curcuma.
Spesiesa : Curcuma xanthorrhiza Roxb

Daun Kersen ( Muntingia calabura L. )


Menurut Tjittrosoepomo, (1991) klasifikasi kersen adalah sebagai
berikut :
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Malvales / Columniferae
Keluarga : Elaeocarpaceae
Genus : Muntingia
Spesiesa : Muntingia calabura L.

Ekstraksi adalah proses penarikan suatu zat dengan pelarut sehingga


terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut
cair(Anonim,2017).Ekstraksi didasarkan pada perpindahan massa
komponen zat padat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai
terjadi pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi ke dalam pelarut
dan setelah pelarut diuapkan maka zat aktifnya akan diperoleh.
(Adrian, 2000).

Menurut Tobo, (2001) jenis ekstraksi bahan alam yang sering


dilakukan adalah :
a. Secara panas seperti refluks dan destilasi uap air karena sampel
langsung dipanaskan dengan pelarut; dimana umumnya
digunakan untuk sampel yang mempunyai bentuk dan dinding sel
yang tebal.
b. Secara dingin misalnya maserasi, perkolasi, dan soxhlet. Dimana
untuk maserasi dilakukan dengan cara merendam simplisia,
sedangkan soxhlet dengan cara cairam penyari dipanaskan dan uap
cairan penyari naik ke kondensor kemudian terjadi kondensasi dan
turun menyari simplisia.Metode maserasi merupakan cara
penyarian yang sederhana, yang dilakukan dengan cara merendam
serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada
temperatur kamar terlindung dari cahaya. Metode maserasi
digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung komponen
kimia yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung
benzoin, tiraks dan lilin. Maserasi umumnya dilakukan dengan cara
memasukkan simplisia yang sudah diserbukkan dengan derajat
halus tertentu sebanyak 10 bagian ke dalam bejana maserasi yang
dilengkapi pengaduk mekanik, kemudian ditambahkan 75 bagian
cairan penyari ditutup dan dibiarkan selama 3 hari pada temperatur
kamar terlindung dari cahaya sambil berulang-ulang diaduk.
Setelah 3 hari, disaring kedalam dalam bejana penampung,
kemudian ampasnya diperas dan ditambah cairan penyari lagi
secukupnya dan diaduk kemudian disaring lagi hingga diperoleh
sari 100 bagian. Sari yang diperoleh ditutup dan disimpan pada
tempat yang terlindung dari cahaya selama 2 hari, endapan yang
terbentuk dipisahkan dan filtratnya dipekatkan. Keuntungan cara
penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan
yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan. Kerugian cara
maserasi adalah pengerjaannya lama dan penyariannya kurang
sempurna (Adrian, 2000).Perkolasi adalah cara penyarian yang
dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari melalui serbuk
simplisia yang telah dibasahi. Kekuatan yang berperan pada
perkolasi antara lain gaya berat, kekentalan, daya larut, tegangan
permukaan, difusi, osmosa, adesi, daya kapiler dan daya gesekan
(friksi). Alat yang digunakan untuk perkolasi disebut perkolator,
cairan yang digunakan untuk menyari disebut cairan penyari atau
menstrum, larutan zat aktif yang keluar dari perkolator disebut
sari/perkolat, sedang sisa setelah dilakukannnya penyarian disebut
ampas atau sisa perkolasi. Kecuali dinyatakan lain, perkolasi
dilakukan sebagai berikut yaitu 10 bagian simplisia atau campuran
simplisia dengan derajat halus yang cocok dibasahi dengan 2,5
bagian sampai 5 bagian cairan penyari, lalu dimasukkan ke dalam
bejana tertutup sekurang-kurangnya selama 3 jam. Massa
dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator sambil tiap
kali ditekan hati-hati, dituangi dengan cairan penyari secukupnya
sambil cairan mulai menetes dan di atas simplisia masih terdapat
selapis cairan penyari. Lalu perkolator ditutup dan dibiarkan
selama 24 jam (Tobo, 2001).
Menurut Tobo, (2001) cara perkolator lebih baik dibandingkan dengan
cara maserasi karena :
a. Aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan
yang terjadi dengan larutan yang konsentasinya lebih rendah,
sehingga meningkatkan derajat perbedaan konsentrasi.

b. Ruangan diantara butir-butir serbuk simplisia membentuk saluran


tempat mengalir cairan penyari. Karena kecilnya saluran kapiler
tersebut, maka kecepatan pelarut cukup untuk mengurangi lapisan
batas, sehingga dapat meningkatkan perbedaan konsentrasi.

Soxhletasi merupakan penyarian simplisia secara berkesinambungan,


cairan penyari dipanaskan hingga menguap, uap cairan penyari
terkondensasi menjadi molekul cairan oleh pendingin balik dan turun
menyari simplisia di dalam klonsong dan selanjutnya masuk kembali
ke dalam labu alas bulat setelah melewati pipa siphon, proses ini
berlangsung hingga proses penyarian zat aktif sempurna yang ditandai
dengan beningnya cairan penyari yang melalui pipa siphon tersebut
atau jika diidentifikasi dengan KLT tidak memberikan noda lagi.
Keuntungannya cairan penyari yang diperlukan lebih sedikit dan lebih
pekat. Penyarian dapat diteruskan sesuai dengan keperluan, tanpa
menambah volume cairan penyari. Kerugiannya larutan dipanaskan
terus-menerus, sehingga zat aktif yang tidak tahan pemanasan kurang
cocok (Adrian, 2000).

Metode soxhlet bila dilihat secara keseluruhan termasuk cara panas


namun proses ekstraksinya secara dingin, sehingga metode soxhlet
digolongkan dalam cara dingin (Tobo, 2001).

Sampel atau bahan yang akan diekstraksi terlebih dahulu diserbukkan


dan ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam klonsong yang telah
dilapisi kertas saring sedemikian rupa (tinggi sampel dalam klonsong
tidak boleh lebih dari pipa sifon). Selanjutnya labu alas bulat diisi
dengan cairan penyari yang sesuai kemudian ditempatkan di atas
water bath atau heating mantel dan diklem dengan kuat kemudian
klonsong yang telah diisi sampel dipasang pada labu alas bulat yang
dikuatkan dengan klem dan cairan penyari ditambahkan untuk
membasahkan sampel yang ada dalam klonsong (diusahakan tidak
terjadi sirkulasi). Setelah itu kondensor dipasang tegak lurus dan
diklem pada statif dengan kuat. Aliran air dan pemanas dilanjutkan
hingga terjadi proses ekstraksi zat aktif sampai sempurna (biasanya
2025 kali sirkulasi). Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan
dipekatkan pada alat rotavapor. Metode refluks merupakan metode
berkesinambungan dimana cairan penyari secara kontinu akan
menyari zat aktif di dalam simplisia. Cairan penyari dipanaskan
sehingga menguap dan uap tersebut dikondensasikan oleh pendingin
balik, sehingga mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul
cairan dan jatuh kembali ke dalam labu alas bulat sambil menyari
simplisia, proses ini berlangsung secara berkesinambungan dan
dilakukan 3 kali dalam waktu 4 jam (Adrian, 2000).

Menurut Andrian, (2000) keuntungan metode refluks:


a. Cairan penyari yang diperlukan lebih sedikit dan secara langsung
diperoleh hasil yang lebih pekat.
b. Serbuk simplisia disari oleh cairan penyari yang murni, sehingga
dapat menyari zat aktif lebih banyak.
Simplisia yang biasa diekstraksi dengan cara ini adalah simplisia yang
mempunyai komponen kimia yang tahan terhadap pemanasan dan
mempunyai tekstur yang keras seperti akar, batang, buah/biji dan
herba.Serbuk simplisia atau bahan yang akan diekstraksi secara
refluks ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam labu alas bulat dan
ditambahkan pelarut organik misalnya metanol sampai serbuk
simplisia terendam kurang lebih 2 cm diatas permukaan simplisia,
atau 2/3 dari volume labu kemudian labu alas bulat dipasang kuat
pada statif pada water bath atau heating mantel lalu kondensor
dipasang pada labu alas bulat yang dikuatkan dengan klem pada statif.
Aliran air dan pemanasan (water bath) dijalankan sesuai dengan suhu
pelarut yang digunakan. Setelah 3 jam dilakukan penyaringan
filtratnya ditampung dalam wadah penampung dan ampasnya
ditambah lagi pelarut dan dikerjakan seperti semula, ekstraksi
dilakukan sebanyak 34 jam. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan
dipekatkan dengan alat rotavapor, kemudian dilakukan pengujian
selanjutnya (Adrian, 2000).
Destilasi uap dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia
yang mengandung komponen yang mempunyai titik didih tinggi pada
tekanan udara normal. Pada pemanasan biasa kemungkinan akan
terjadi kerusakan zat aktifnya. Untuk mencegah hal tersebut maka
penyarian dilakukan dengan destilasi uap. Dengan adanya uap air
yang masuk, maka tekanan kesetimbangan uap zat kandungan akan
diturunkan menjadi sama dengan tekanan bagian di dalam suatu
sistem, sehinggga produk akan terdestilasi dan terbawa oleh uap air
yang mengalir. Destilasi uap bukan semata-mata suatu proses
penguapan pada titik didihnya, tetapi suatu proses perpindahan massa
ke suatu media yang bergerak. Uap jenuh akan membasahi permukaan
bahan, melunakkan jaringan dan menembus ke dalam melalui dinding
sel, dan zat aktif akan pindah ke rongga uap air yang aktif dan
selanjutnya akan pindah ke rongga uap yang bergerak melalui antar
fase. Proses ini disebut hidrodifusi (Tobo, 2001).

Ekstraksi cair-cair(liquid extraction, solvent extraction) yaitu


pemisahan solute dari cairan pembawa (diluen) menggunakan solven
cair. Campuran diluen dan solven tersebut bersifat heterogen (tidak
saling campur) dan jika dipisahkan terdapat 2 fase, yaitu fase diluen
(rafinat) dan fase solven (ekstrak). Pada ekstraksi cair-cair, satu
komponen bahan atau lebih dari suatu campuran dipisahkan dengan
bantuan pelarut. Proses ini digunakan secara teknis dalam skala besar
misalnya untuk memperoleh vitamin, antibiotika, bahan-bahan
penyedap, produk-produk minyak bumi dan garam-garam. logam.
Proses inipun digunakan untuk membersihkan air limbah dan larutan
ekstrak hasil ekstraksi padat cair. Ekstraksi cair-cair terutama
digunakan, bila pemisahan campuran dengan cara distilasi tidak
mungkin dilakukan (misalnya karena pembentukan aseotrop atau
karena kepekaannya terhadap panas) atau tidak ekonomis. Seperti
ekstraksi padat-cair, ekstraksi cair-cair selalu terdiri atas sedikitnya
dua tahap, yaltu pencampuran secara intensif bahan ekstraksi dengan
pelarut, dan pemisahan kedua fasa cair itu sesempurna mungkin(Tobo,
2001).

Kromatografi lapisan tipis (KLT) adalah suatu


teknikkromatografi yang digunakan untuk memisahkan campuran
yang tidak volatil. Kromatografi lapisan tipis dilakukan pada selembar
kaca, plastik, atau aluminium foil yang dilapisi dengan lapisan
tipis bahan adsorben, biasanya silika gel, aluminium oksida, atau
selulosa. Prinsip kerjanya memisahkan sampel berdasarkan perbedaan
kepolaran antara sampel dengan pelarut yang
digunakan(Anonim,2017).Bila suatu molekul dikenakan sinar oleh
spektrofotometer, maka akan terjadi interaksi antara cahaya dan
molekul tersebut yang mengakibatkan molekul akan mengalami
transisi elektron ketingkat energi yang lebih tinggi dan saat molekul
tersebut kembali ke tingkat energi yang semula akan mengeluarkan
emisi yang dapat ditangkap oleh spektrofotometer sebagai data
absorben (Stahl, 1969).

Pemisahan dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) digunakan untuk


mencari fase gerak yang terbaik yang akan digunakan untuk
kromatografi kolom. Fase diam yang digunakan pada KLT adalah
silika gel G dan sebagai fase gerak digunakan n-heksan, kloroform,
etil asetat dan n-butanol. Bejana kromatografi sebelum digunakan
untuk elusi, terlebih dahulu dijenuhkan dengan fase geraknya (Asih,
2007).
II.2 Uraian Bahan
1. Air Suling (FI III : 96)
Nama Resmi : AQUA DESTILATA
Nama Lain : Air Suling
RM/BM : H2O/18,02
Rumus Bangun : H O H
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
mempunyai rasa
Kelarutan :-
Khasiat :-
Kegunaan : Sebagai eluen dan pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

2. Etil Asetat (FI III : 673)


Nama Resmi : ETILEN ACETICUM
Nama Lain : Etil Asetat
RM/BM : C4H8O2/88
Rumus Bangun :

Pemerian : Cairan, tidak berwarna, bau khas


Kelarutan : Larut dalam 15 bagian air, dapat bercampur
dengan etanol (95%) P dan dengan eter P
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Sebagai eluen
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
3. Silikagel G/UV-254 ( FI III : 729)
Nama Resmi : SILIKAGEL G/UV-254
Nama Lain : Silikagel G/UV-254
RM/BM : -/-
Pemerian : Serbuk halus serba sama dengan ukuran antara
10m dan 40m; warna putih
Kelarutan :-
Khasiat :-
Kegunaan : Sebagai fase diam
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
4. Asam Klorida (FI III : 53)
Nama Resmi : ACIDUM HYDROCHLORIDUM
Nama Lain : Asam Klorida
RM/BM : HCl/36,46
Rumus Bangun : H-Cl
Pemerian : Cairan, tidak berwarna, berasap, bau merangsang.
Jika diencerkan dengan 2 bagian air, asap dan bau
hilang
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Sebagai pereaksi
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

5. Alkohol (FI III : 65)


Nama Resmi : AETHANOLUM
Nama Lain : Etanol, Alkohol
RM/BM : C2H6O/48

Rumus Bangun :

Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan


mudah bergerak, bau khas, rasa panas. Mudah
terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak
berasap
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P
dan dalam eter P
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Sebagai eluen
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
cahaya, di tempat sejuk, jauh dari nyala api

6. Besi (III) klorida (FI III, hal 659)


Nama Resmi : FERROSI CHLORIDUM
Nama Lain : Besi (III) klorida
RM/BM : FeCl3 / 162,2
Rumus Bangun :
Pemerian : Hablur atau serbuk hablur, hitam kehijauan, bebas
warna jingga dari garam nitrat yang telah
terpengaruh oleh kelembapan.
Kelarutan : Larut dalam air, larutan beropalesensi berwarna
jingga.
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Sebagai pereaksi
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

7. Natrium Klorida (FI III, Hal 403)


Nama Resmi : NATRII CHLORIDUM
Nama Lain : Natrium klorida
RM/BM : NaCl / 58,44
Rumus Bangun : Na Cl
Pemerian :Hablur heksahedral tidak kurang dari 99,5% NaCl,
dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
Kelarutan :Larut dalam 2,8 bagian air, dalam 2,7 bagian air
mendidih dan dalam lebih kurang 10 bagian
gliserol P, sukar larut dalam etanol (95%) P.
Khasiat : Sumber ion klorida dan ion natrium
Kegunaan : Sebagai pereaksi
Penyimpanan :Dalam wadah tertutup baik.

8. Eter (FI III, hal 66)


Nama Resmi : AETHER ANASTHETICUS
Nama Lain : Eter anestesi / etoksietana
RM/BM : C4H10O / 76,00
Rumus Bangun :

Pemerian :Cairan transparan, tidak berwarna, bau khas, rasa


manis dan membakar. Sangat mudah menguap,
sangat mudah terbakar, campuran uapnya dengan
oksigen, udara atau dinitrogenoksida pada kadar
tertentu dapat meledak.
Kelarutan : Larut dalam 10 bagian air, dapat campur dengan
etanol (95%) P, dengan kloroform P, dengan
minyak lemak dan dengan minyak atsiri.
Khasiat : Anastesi umum
Kegunaan : Sebagai eluen
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindungi dari
cahaya, ditempat sejuk

9. N heksana ( FI IV, hal 1159)


Nama Resmi : N - HEKSANA
Nama Lain : N - Heksana
RM/BM : C6 H8 / 86,18
Rumus Bangun :

Pemerian : Cairan jernih, mudah menguap, berbau seperti


eter lemah atau bau seperti petroleum.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam etanol
mutlak, dapat bercampur dengan eter, dengan
kloroform, dengan benzena dan dengan sebagian
besar minyak lemak dan minyak atsiri.
Khasiat :-
Kegunaan : Sebagai eluen
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
II.3 Klasifikasi sampel
II.3.1 Sampel I
Regnum : Plantae ( www.plantamor.com)
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Magnoliphyta
Klas : Magnoliopsida
Ordo : Malvales
Familia : Sterculiaceae
Genus : Guazuna
Species : Guazunaulmifolia L.
Nama daerah : ( Jati belanda )
Kaili : Daun gersen

II.3.2 Sampel II
Regnum : Plantae ( www.plantamor.com)
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Magnoliphyta
Klas : Magnoliopsida
Ordo : Malvales
Familia : Mutingiaceae
Genus : Mutingia
Species : Mutingiacalabura L.
Nama daerah : ( Kersen )
- Kaili : Daun pandan
- Madura : Baleci

II.3.3 Sampel III


Regnum : Plantae ( www.plantamor.com)
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Klas : Monocoty ledoneae
Ordo : Zingiberales
Familia : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Species : Curcumaxanthorizha
Nama daerah : ( Temulawak )
Kaili : Temu labak
Malaisya : Kuning gede

II.3.4 Sampel IV
Regnum : Plantae ( www.plantamor.com)
Divisio : Magnoliophyta
Subdivisio : Spermatophyta
Klas : liliopsidae
Ordo : Pandanales
Familia : Pandanaceae
Genus : Pandanus
Species : Pandanus amaryllifoliusRoxb.
Nama daerah : ( Daun pandan )

II.3.5 Sampel V
Regnum : Plantae ( www.plantamor.com)
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Magnoliophyta
Klas : Magnoliopsida
Ordo : Charyophylliceae
Familia : Bazellaceae
Genus : Anredera
Species : Anrederacordifolia
Nama daerah : ( Binahong )
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

III.1 Alat Dan Bahan


III.1.1 Alat :
1. TabungReaksi
2. RakTabung
3. Mangkok
4. Bunsen
5. Gegep
6. BotolSemprot
7. Cawanporselin
8. Pipettetes
9. BatangPengaduk
10. Botolparfumbekas
11. Corong pisah
12. Statif dan klem
13. Chamber
14. Botol vial
15. Spektrofotometer
16. Erlenmeyer
17. Labu alas bulat
18. Rotary Evaporator
19. Toples kaca
20. Kondensor
21. Alat refluks
22. Timbangan
23. Gelas ukur
24. Gelas kimia
25. Pipa kapiler

III.I.2 Bahan :
1. Aquadest
2. Metanol
3. EtilAsetat
4. Kloroform
5. FeCl3
6. Ekstrak (daun kersen, binahong, jati belanda, temulawak dan
pandan)
7. N-Heksan
8. NaCl
9. H2SO 4
10. HCl
11. Plat KLT
12. PipaKapiler
13. Metanol
14. AlCl3
15. Pereaksi dragendorff
16. Pereaksi wagner
17. Pereaksi libermann
18. Tissue
19. Aluminium foil
20. Masker
21. Handskon

III.2 CARA KERJA


III.2.1 Metode ekstraksiperkolasi
10 bagian simplisia atau campuran simplisia dengan derajat halus
yang kocok dibasahi dengan 2,5 bagian sampai 5 bagian metanol
atau etanol, lalu dimasukkan ke dalam bejana tertutup sekurang-
kurangnya selama 3 jam. Massa dipindahkan sedikit demi sedikit
ke dalam perkolator sambil tiap kali ditekan hati-hati dituangi
dengan cairan penyari secukupnya sambil airan mulai menetes dan
diatas simplisia masih terdapat selapis cairan penyari. Lalu
perkolator ditutup dan dibiarkan selama 24 jm.

III.1.2 Metodeekstraksimaserasi
a. Ditimbang sampel lalu dimasukkan ke dalam bejana maserasi
(toples) hingga sepertiga bejana.
b. Dimasukkan metnol hingga menutupi sampel.
c. Direndam selama 3 x 24 jam denggansekali kali diaduk.
d. Setelah itu, disaring dengan kertas saring atau kain kasa.
e. Cairan penyari yang diperoleh kemudian di rotavapor hinnga
kental.
f. Ditimbang wadah yang akan digunakan untuk menempatkan
ekstrak kental metanol.
g. Ekstrak metanol dikeringkan dengan menggunakan kipas angin
hinnga pelarutnya benar-benar menguap.
h. Disimpan dieksikator.

III.2.3 Metodeekstraksirefluks
a. Ditimbang 100 mg sampel lalu dimasukkan ke dalam labu alas
bulat.
b. Dimasukkan metanol hingga menutupi sampel (2/3 dari labu)
c. Seperangkat alat refluks dirangkai dan dipasangkan selama 4
jam dan di ulangi sebanyak 2 kali dengan cairan pelarut yang
baru.
d. Cairan hasil ekstraksiditampung dalam wadah gelas lalu
dirotavapor hingga kental
e. Ditimbang wadah baru yang akan menampung ekstrak kental
metanol.
f. Dikeringkanekstrak metanol yang diperoleh dengan
menggunakan kipas angin hingga pelarutnya benar-benar
menguap secara keseluruhan.
g. Disimpan kedalam eksikator.

III.2.4 Metodeekstraksisoxhlet
a. Ditimbang sampel tanaman yang sudah dirajang/diserbukkan
sebanyak 100 mg.
b. Tabung klonsong diisi dengan sampel, dengan cara:
- Kertas saring dimasukkan ke dalam tabung yang akan diisi
sampel (kertas saring tidak boleh melebihi tinggi pipa sifon)
- Serbuk sampel kering dimasukkan ke dalam tabung
klonsong tampa melebihi tinggi pipa sifon.
c. Dimasukkan metanol ke dalam tabung yang berisi sampel
hingga semua sampel terbasahi oleh methanol.
d. Cairan penyari dan sampel ditampung pada wadah (labu alas
bulat), maksimum 2/3 dari ukuran labu, kemudian
ditambahkandengan sedikit metanol yang telah diberi batu
didih.
e. Alat soxhletasi dipasang kemudian pada bagian bawah dari
labu alas bulat diletakkan baskom yang telah berisi air dan
diberi pemanas air.
f. Kemudian sampel dipanaskan hingga uap cairan penyari ke
atas pipa samping kemudian diembunkan oleh kondensor bola.
Cairan kemudian turun ke labu melalui tabung yang berisi
serbuk simplisia. Karena adanya pipa sifon maka setelah cairan
menapai permukaan sifon seluruh cairan kemudian turun labu
(1 siklus). Dilakukan hingga 20 siklus atau hingga cairan
penyari menjadi bening.
g. Cairan penyari yang diperoleh kemudian rotavapor hingga
kental.
h. Ditimbang wadah yang akan digunakan untuk menempatkan
ekstrak kental metanol.
i. Dikeringkan ekstrak metanol dengan meggunakan kipas angin
hingga pelarutnya benar-benar menguap keseluruhan.
j. Disimpan di eksikator.

III.2.5 Metodeekstraksicair-cair
Ekstraksi cair-cair dengan pelarut etil asetat
1. Ditambahkan etil asetat sebanyak 15 ml ke dalam ekstrak
metanol dalam corong pisah hasil ekstraksi heksana.
2. Dikocok kuat kuat hingga homogen kemudian didiamkan
hingga lapisan air dan etil-asetat berpisah.
3. Diulangi sebanayak 3 kali
4. Seluruh ekstrak etil asetat dikeringkan, ditimbang lalu di
simpan dalam eksikator.

III.2.6 Identifikasiekstrak
A. Identifikasi ekstrak dengan pelarut kimia
- Ditimbang estrak metanol sampel sebanyak 4 g
- Dilarutkan dalam wadah labu erlenmeyer 250 ml dengan
menggunakan metanol (dibuat larutan stok)
- Dilakukan uji alkoloid, uji saponin, uji flavanoid, uji
steroid, dan uji tanin.
1. Uji Alkoloid
Dari larutan stok dipipet 1 ml kedalam tabung reaksi.
Ditambahkan 1 ml HCl 2 N dan 1 ml NH4OH
Ditambahkan 10 ml aquades
Ditambahkan pereaksi Wagner dan Dragendroff
Dikook lalu diamati perubahan warna yang terjadi
Positif untuk pereaksi Wagner jika berwarna coklat dan
positif untuk pereaksi Dragendroff jika berwarna merah
kekuningan.

2. Uji saponin
Diambil ekstrak metanol kering kemudian dimasukkan
kedalam tabung reaksi
Ditambahkan air panas lalu dikocong kuat-kuat selama 1
menit dengan kekuatan konstan.
Didiamkan,apabila busa yang terbentuk denan tinggi 1-10
cm stabil selama 10 menit maka ditambahkan HCl melalui
dinding tabung.
Apabila tetap berbusa berarti posotif mengandung saponin.

3. Uji Flavanoid
Diambil ekstrak metanol kering lalu ditambahkan air
(pelarut polar) dan ditambahkan heksan (pelarut nonpolar)
Dikocok, akan terpisah 2 lapisan dimana ekstrak methanol
berada diatas
Lapisa heksan dipisahkan sementra lapisan air
dirtambahkan methanol lalu ditambah HCl dan serbuk Mg.
Jika warna merah merah ungu berarti positif mengandung
flavanoid.

4. Uji steroid
Diambil ekstrak metanol kering lalu ditambahkan air
(pelarut polar) dan eter (pelarut nonpolar)
Akan terbentuk 2 lapisan dimana lapisan air berada di
bawah dan lapisan eter berada di atas.
Lapisan air dikocok selama 1 menit, jika berbusa
ditambahkan HCl 2 N atau H2SO4
Jika terjadi perubahan dari warna hijau menjadi berwarna
biru berarti positif adanya steroid.
Lapisan eter ditambahkan pereaksi Lieberman
Jika terjadi perubahan warna dari hijau menjadi biru brarti
positif adanya steroid. Jika berwarna merah berarti positif
triterpenoid.

5. Uji Tanin
Diambil ekstrak metanol kering
Ditambahkan air sebanyak 10 ml lalu dikocok
Ditambahkan garam dapur(NaCl) untuk mengendapkan
proteinnya.
Lalu ditambahkan FeCl3 3-4 tetes
Jika berwarna hijau biru berarti positif adanya tanin katekol
sedangkan jika berwarna biru hitam beararti positif adanya
tannin pirogalol.

B. Identifikasi Ekstrak denan Kromatografi Lapis Tipis


1. Penjenuhan Chamber
- Disiapkan chamber yang bersih lengkap dengan penutupnya.
- Chamber diisi dengan eluen yang diinginkan.
- Kemudian dimasukkan potongan kertas saring yang
panjangnya lebih dari tinggi chamber dan kemudian ditutup
- Dibiarkan hingga eluen naik pada kertas saring hingga
melewati penutup kaca (chamber telah jenuh)
- Dibiarkan hingga eluen naik pada kertas saring hingga
melewati penutup kaca (chamber telah jenuh)
2. Pembuatan Eluen
A. Eluen Polar
Dibuat 20 ml dengan perbandingan:
Etil Asetat : Heksana : Air
9 : 2 :1
- Etil asetat : 9/12 x 20 ml = 15 ml
- Heksana : 2/12 x 20 ml = 3,3 ml
-Air : 1/12 x 20 ml = 1,6 ml
Dicampurkan 15 ml etil asetat , 3,3 ml heksana dan 1,6 ml air
dalam gelas kimia.

B. Eluen Non polar


Dibuat 10 ml dengan perbandingan:
Heksana :Etil asetat
9 : 1
- Heksana : 9/10 x 10 ml = 9 ml
-Etil asetat : 1/10 x 10 ml = 1 ml
Dicampurkan 9 ml heksana dan 1 ml etil asetat dalam gelas
kimia

C. Dibuat perbandingan eluen yang lain.

3. Penotolan sampel pada lempeng


- Disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
- Ekstrak metanol, heksan dan butanol dimasukkan kedalam vial
yang berbeda.
- Ekstrak metanol dilarutkan dalam beberapa ml campuran
CHCl3 dan metanol dengan perbandingan 1:1, ekstrak heksan
dilarutkan dalam beberapa ml metanol.
- Masing-masing ekstrak diambil dengan menggunakan pipa
penotol, kemudian ditotolkan pada lempeng yang telah
disiapkan.
- Lempeng yang telah ditotol diangin-anginkan sebentar untuk
menguapkan pelarutnya lalu dimasukkan pada chamber yang
telah dijenuhkam
- Bila eluen telah mencapai batas atas dari lempeng silica gel,
maka lempeng tersebut dapat dikeluarkan.
- Diulangi dengan beberapa variasi perbandingan eluen yang
dibutuhkan.

4. Penampakan noda pada UV 254 nm dan UV 366 nm


Setelah proses KLT selesai dilakukan, maka lempeng silika gel
diletakkan dibawah lampu UV 254 nm dan UV 366 nm, kemudian
diamati noda yang tampak.

5. Penampakan Noda H2SO4 10%


Setelah penampakan noda pada UV, dilakukan juga penampakan
noda dengan menggunakan asam sulfat 10%. Lempeng noda
dengan asam sulfat 10%, lalu dipanaskan diatas pemanas listrik
hingga tampat noda yang terbentuk.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Pengamatan

IV.1.1 Pengambilan,Pengolahan SampeldanDasarMetodeEkstraksi

Khasiat dan kandungan kimia pada sampel Daun Pandan


Khasiat: Daun Pandan berkhasiat untuk mengobati lemah
syaraf (neurasthenia), tidak nafsu makan, reumatik, pegal
linu, sakit disertai gelisah, rambut rontok, ketombe dan
menghitamkan rambut (Setiawan, 1999)
Kandungan kimia: tanin, flavanoid, saponin, alkaloid,
polifenol dan zat warna

Bobot sampel basah = 450 gram

Bobot sampel kering = 60 gram

Susut pengeringan = 86%

Perhitungan %Rendamen
Bobotekstrak
X 100
Bobotsampel
60 gram
X 100 =13,3
450 gram

IV.1.2 Ekstraksi Cair-cair

1. Daun Kersen (Muntiga calabura L.)


N-heksan = (B.M Kosong + Ekstrak) (B.M Kosong)
= (531,40 ) (349,80)
= 1,6 gram
B . Ekstrak
x 100
%Rendemen = B . Awal

= 1,6 gram / 2 gram x 100%


= 80%

Etil Asetat
B.ekstrak = (B.M Kosong + Ekstrak) (B.M Kosong)
= (369,00) (368,9)
= 0,1 gram
B . Ekstrak
x 100
% Rendemen = B . Awal

= 0,1 gram / 2 gram x 100%


= 20%

Air
B.ekstrak = (B.M Kosong + Ekstrak) (B.M Kosong)

= (331,76) (331,66)

= 0,1 gram
B . Ekstrak
x 100
% Rendemen = B . Awal

= 0,1 gram / 2 gram x 100%


= 20%

Berat total = 1,6 g + 0,1 g + 0,1 g


= 1,8 gram

2. Daun Temulawak
N-heksan
B.ekstrak = (B.M Kosong + Ekstrak) (B.M Kosong)
= (215,83 ) (214,9)
= 0,9 gram
B . Ekstrak
x 100
%Rendemen = B . Awal

= 0,9 gram / 2 gram x 100%


= 46,5%
Etil Asetat
B.ekstrak = (B.M Kosong + Ekstrak) (B.M Kosong)
= (297,46) (296,67)
= 0,79 gram
B . Ekstrak
x 100
% Rendemen = B . Awal

= 0,79gram / 2 gram x 100%


= 39,5%

Air
B.ekstrak = (B.M Kosong + Ekstrak) (B.M Kosong)
= (212,82) (212,65)
= 0,18 gram
B . Ekstrak
x 100
% Rendemen = B . Awal

= 0,18 gram / 2 gram x 100%


= 9%

Berat total = 0,93 g + 0,79 g + 0,18 g


= 1,9 gram

3. Daun Binahong
N-heksan
B.ekstrak = (B.M Kosong + Ekstrak) (B.M Kosong)
= (372,97 ) (372,45)
= 0,52 gram
B . Ekstrak
x 100
%Rendemen = B . Awal

= 0,52 gram / 2 gram x 100% = 26%

Etil Asetat
B.ekstrak = (B.M Kosong + Ekstrak) (B.M Kosong)
= (257,31) (357,20)
= 0,11 gram
B . Ekstrak
x 100
% Rendemen = B . Awal

= 0,11gram / 2 gram x 100%


= 5,5%

Air
B.ekstrak = (B.M Kosong + Ekstrak) (B.M Kosong)
= (376,79) (376,16)
= 0,63 gram
B . Ekstrak
x 100
% Rendemen = B . Awal

= 0,63 gram / 2 gram x 100%


= 31,5%
Berat total = 0,52 g + 0,11 g + 0,63 g
= 1,26 gram

4. Daun Jati Belanda


N-heksan
B.ekstrak = (B.M Kosong + Ekstrak) (B.M Kosong)
= (272,50 ) (271,86)
= 0,64 gram
B . Ekstrak
x 100
%Rendemen = B . Awal

= 0,64 gram / 2 gram x 100%


= 32%
Etil Asetat
B.ekstrak = (B.M Kosong + Ekstrak) (B.M Kosong)
= (410,29) (410,09)
= 0,2 gram
B . Ekstrak
x 100
%Rendemen = B . Awal

= 0,2gram / 2 gram x 100%


= 10%
Air
B.ekstrak = (B.M Kosong + Ekstrak) (B.M Kosong)

= (359,64) (360,74)

= 1,10 gram
B . Ekstrak
x 100
% Rendemen = B . Awal

= 1,10 gram / 2 gram x 100%


= 35%

Berat total = 0,64 g + 0,2 g + 1,10 g


= 1,94 gram

5. Daun Pandan
N-heksan
B.ekstrak = (B.M Kosong + Ekstrak) (B.M Kosong)
= (397,29 ) (396,58)
= 0,71 gram
B . Ekstrak
x 100
%Rendemen = B . Awal

= 0,71 gram / 2 gram x 100%


= 35,5%

Etil Asetat
B.ekstrak = (B.M Kosong + Ekstrak) (B.M Kosong)
= (349,22) (348,86)
= 0,36 gram
B . Ekstrak
x 100
% Rendemen = B . Awal

= 0,36gram / 2 gram x 100%


= 18%

Air
B.ekstrak = (B.M Kosong + Ekstrak) (B.M Kosong)

= (355,81) (355,61)

= 0,2 gram
B . Ekstrak
x 100
%Rendemen = B . Awal

= 0,2 gram / 2 gram x 100%


= 10%

Berat total = 0,71 g + 0,36 g + 0,2 g


= 1,27 gram

IV.I.3 IdentifikasiEkstrak
A. Identifikasiekstrakdengankromatografi lapis tipis
a. Ekstraklarut nheksandenganpereaksi Lieberman
untukmendeteksisaponin

No. Sampel Positif Negatif


1 Ekstrakbinahong -
2 Ekstrakdaunpandan -
3 Ekstraktemulawak -
4 Ekstrakdaunkersen -
5 Ekstrakjatibelanda -
b. Ekstraklarutetilasetatdengandragendroffuntukmendeteksiflavanoid

No. Sampel Positif Negatif


1 Ekstrakbinahong -
2 Ekstrakdaunpandan -
3 Ekstraktemulawak -
4 Ekstrakdaunkersen -
5 Ekstrakjatibelanda -

Gambar :

A. Metode KLT
1. Hasil Pengamatan dibawah lampu UV 256 nm

2. Hasil Pengamatan dibawah lampu UV 366 nm


B. Identifikasiekstrakdengan Pereaksi Kimia
a. Kersen
- Alkaloid (-)
- Saponin (+)
- Flavanoid (+)
- Steroid (-)
- Tanin (+)
b. Binahong
- Alkaloid (-)
- Saponin (-)
- Flavanoid (-)
- Steroid (-)
- Tanin (-)

c. Temulawak
- Alkaloid (-)
- Saponin (-)
- Flavanoid (-)
- Steroid (-)
- Tanin (-)

d. Kelor
- Alkaloid (+)
- Saponin (+)
- Flavanoid (+)
- Steroid (-)
- Tanin (+)

e. Jati belanda
- Alkaloid (+)
- Saponin (+)
- Flavanoid (-)
- Steroid (+)
- Tanin (-)

IV.2 Pembahasan

Ekstraksi adalah proses penarikan suatu zat dengan pelarut sehingga


terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut
cair(Anonim,2017).Ekstraksi didasarkan pada perpindahan massa
komponen zat padat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi
pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi ke dalam pelarut dan setelah
pelarut diuapkan maka zat aktifnya akan diperoleh. (Adrian, 2000).

Kromatografi lapisan tipis (KLT) adalah suatu teknikkromatografi yang


digunakan untuk memisahkan campuran yang tidak volatil. Kromatografi
lapisan tipis dilakukan pada selembar kaca, plastik, atau aluminium foil
yang dilapisi dengan lapisan tipis bahan adsorben, biasanya silika gel,
aluminium oksida atau selulosa. Prinsip kerjanya memisahkan sampel
berdasarkan perbedaan kepolaran antara sampel dengan pelarut yang
digunakan. Teknik ini biasanya menggunakan fase diam dari bentuk plat
silika dan fase geraknya disesuaikan dengan jenis sampel yang ingin
dipisahkan. Larutan atau campuran larutan yang digunakan dinamakan
eluen (Anonim,2017)
.
Pada praktikum kali ini perlakuan yang dilakukan yakni pengambilan dan
pengolahan sampel, dimana tanaman yang akan digunakan sebagai sampel
adalah daun pandan (Pandanus amaryllifoliusRoxb.). Mula-mula
dilakukan proses pengambilan sampel tanaman dengan cara dipetik (daun),
dipotong (batang) atau dicabut dari tanah (akar, rimpang dsb). Selanjutnya
dilakukan proses pengolahan sampel dengan cara sampel tanaman daun
pandan (Pandanus amaryllifoliusRoxb.) yang telah terkumpul, disortasi
basah tujuannya untuk memisahkan bagian-bagian tanaman yang tidak
diinginkan serta membersihkannya dari tanah, kerikil ataupun rumput-
rumput yang ikut terbawa. Kemudian sampel tanaman dicuci dengan
menggunakan air mengalir yang dimaksudkan untuk membersihkan
bagian-bagian tumbuhan dari benda asing ataupun kotoran. Setelah dicuci,
dilakukan pengubahan bentuk dengan cara perajangan (pemotongan) pada
sampel tanaman daun pandan (Pandanus amaryllifoliusRoxb.). Tujuan
dilakukan pengubahan bentuk (perajangan) adalah untuk memperbesar
luas permukaan bahan baku karena semakin luas permukaan maka proses
pengeringan bahan baku akan semakin cepat sehingga proses ekstraksipun
dapat lebih efektif. Selanjutnya dilakukan proses pengeringan pada sampel
tanaman untuk mengurangi kandungan air dalam sampel sehingga sampel
tidak menjadi lembab yang dapat menyebabkan pertumbuhan jamur.
Setelah proses pengeringan, tahap selanjutnya adalah sortasi kering untuk
memilih sampel tanaman yang masih bagus (tidak rusak) setalah proses
pengeringan. Selanjutnya dilakukan proses penyarian secara dingin yaitu
Maserasi untuk diambil ekstraknya.

Setelah diperoleh ekstrak dari sampel tanaman daun pandan (Pandanus


amaryllifoliusRoxb.), selanjutnya dilakukan pengujian ekstraksi cair-cair
(partisi ekstrak) dengan menggunakan corong pisah. Dalam percobaan ini
digunakan 3 pelarut yang berbeda kepolarannya yaitu n-heksan, etil asetat
dan air. Alasan penggunaan 3 sampel yang berbeda kepolarannya yaitu
karena untuk dapat menarik senyawa berdasarkan kepolaran, sehingga
senyawa akan tertatik kepelarut yang sesuai. Mula-mula ditimbang 3
mangkok kosong yang telah diberi tanda 1,2 dan 3 dan catat masing-
masing beratnya. Selanjutnya sampel ekstrak daun pandan (Pandanus
amaryllifoliusRoxb.) di timbang sebanyak 2 gram. Lalu dibuat suspensi
dengan pelarutair dan etanol dengan perbandingan 2:1 dimana air
sebanyak 30 ml dan etanol sebanyak 15 ml. Kemudian suspensi air
tersebut dimasukkan kedalam corong pisah dan ditambahkan dengan
pelarut n-heksan sebanyak 30 ml. Kocok selama 5 menit sesekali dibuka
penutup corong pisah. Hal ini dikarenakan untuk mengeluarkan gas dari
hasil pengocokan agar tidak terjadi ledakan pada corong pisah. Diamkan
hingga terjadi pemisahan dengan terbentuknya 2 lapisan yang berbeda
yaitu lapisan air yang berada dibawah dan lapisan n-heksan berada
dibagian atas. Hal tersebut karena bobot jenis yang dimiliki oleh air lebih
berat dibandingkan dengan bobot jenis dari n-heksan. Dimana massa jenis
air yaitu 1 g/cm3 dan massa jenis n-heksan yaitu 0,659 g/cm 3. Setelah
terbentuk 2 lapisan, lapisan n-heksan dipisahkan kedalam mangkok dan
lapisan air dimasukkan kembali kedalam corong pisah. Perlakuan ini
dilakukan secara triplo dengan tujuan untuk menjernihkan ekstrak n-
heksan atau hingga larutan n-heksan jernih. Selanjutnya untuk perlakuan
kedua yaitu lapisan air ditambahkan dengan etil asetat sebanyak 30 ml.
Perlakuan sama seperti pada n-heksan dimana pengocokan etil asetat
dilakukan secara triplo. Diamkan hingga terbentuk 2 lapisan yaitu lapisan
bagian bawah adalah air dan bagian atas adalah etil asetat hal ini
dikarenakan massa jenis etil adalah 0,564 g/cm3, selanjutnya lapisan etil
asetat dipisahkan dari lapisan air lalu dimasukkan dalam mangkok.
Kemuadian lapisan air yang diperoleh dimasukkan kedalam mangkok.
Selanjutnya diangin-anginkan. Diamkan hingga sampel ekstrak kering dan
ditimbang lalu hitung persen rendamennya.

Dari praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil yaitu berat ekstrak
daun pandan (Pandanus amaryllifoliusRoxb.) untuk n-heksan dieroleh
0,71 gram dan persen rendamennya 35,5 %, untuk etil asetat berat ekstrak
0,36 gram dan % rendamen 18% dan untuk berat ekstrak dari pelarut air
diperoleh 0,2 gram dan % rendamen 10%. Sehingga untuk berat total yang
diperoleh adalah 1,27 gram.Jadi dapat diketahui bahwa pada praktikum
percobaan ektraksi cair cair dengan metode corong pisah pelarut yang
banyak menarik senyawa atau komponen yaitu pada pelarut n-heksan (non
polar), karena hasil yang diperoleh dari % rendamen lebih tinggi daripada
hasil pelarut etil dan air.

Percobaan selanjutnya yaitu identifikasi ekstrak dimana sampel yang


digunakan yaitu ekstrak n-heksan dan etil asetat daun pandan (Pandanus
amaryllifoliusRoxb.). Mula-mula kedua sampel dilarutkan dengan pelarur
kloroform dan metanol dengan perbandingan 1:1 (0,5 ml : 0,5 ml) ke
dalam botol vial yang berbeda. Botol vial 1 untuk ekstrak n heksan dan
botol vial 2 untuk ekstrak etil asetat. Selanjutnya totolkan masing-masing
ekstrak yang telah dilarutkan ke lempeng yang telah disiapkan. Lempeng 1
untuk ekstrak n-heksan dan lempeng 2 untuk ekstrak etil asetat. Lalu
dibuat 2 eluen pada chamber dan dijenuhkan, tujuannya untuk
mempercepat proses elusi. Untuk eluen 1 yaitu n-heksan : etil asetat (2:5)
untuk ekstrak n-heksan, sedangkan eluen 2 yaitu etil asetat :n-heksan (1:3)
untuk ekstrak etil asetat. Setelah dijenuhkan, measukkan lempeng KLT
kedalam chamber untuk dielusi. Tunggu hingga eluen sampai digaris batas
atas. Diangkat lempeng KLT dari dalam chamber. Angin-anginkan dan
amati lempeng KLT dibawah lampu UV 254 nm dan 366 nm. Untuk
melihat noda yang tampak atau terbentuk dari ekstrak n-heksan dan
ekstrak etil asetat. Kemudian kedua lempeng tersebut disemprotkan
dengan pereaksi dragendorff dan pereaksi H2SO4 yang tujuannya untuk
memperjelas noda yang terbentuk karena proses elusi. Pereaksi
dragendorff untuk mengetahui adanya senyawa flavanoid yang terkandung
dalam ekstrak, sedangkan untuk pereaksi H2SO4 untuk mengetahui adanya
senyawa saponin pada sampel ekstrak.Pada percobaan ini diperoleh hasi
pengamatan yaitu pada sampel ekstrak n-heksan daun pandan (Pandanus
amaryllifoliusRoxb.) dan ekstrak etil asetat daun pandan (Pandanus
amaryllifoliusRoxb.) tidak mengandung senyawa flavanoid dan saponin.
Hal ini ditandai dengan tidak adanya perubahan warna pada sampel setelah
penyemprotan.

Selanjutnya dilakukan identifikasi senyawa dengan menggunakan tabung


reaksi yang dilakukan dengan berbagai cara pengujian yaitu uji alkaloid,
uji flavanoid, uji saponin, uji steroid dan uji tanin. Sampel yang digunakan
dalam identifikasi senyawa yaitu ekstrak daun kelor, ekstrak binahong,
ekstrak daun kersen, ekstrak jati belanda dan ekstrak temulawak. Mula-
mula dilakukan pembuatan larutan stok untuk pengujian alkaloid,
pembuatannya dilakukan dengan menimbang ekstrak metanol sebanyak 2
gram, larutkan dengan metanol sebanyak 5 ml. Selanjutnya dilakukan
pengujian alkaloid yaitu dengan cara mengambil larutan stok yang telah
dibuat sebanyak 1 ml, masukkan dalam tabung reaksi 1 lalu tambahkan
dengan 1 ml HCl dan 10 ml aquadest. Lalu ditambahkan lagi dengan
pereaksi wagner dan dragendorff. Kemudian kocok. Perhatikan perubahan
warna yang terjadi, bila berwarna coklat maka sampel positif alkaloid
dengan pereaksi wagner, namun bila berwarna merah kekuningan maka
sampel positif alkaloid dengan pereaksi dragendorff. Selanjutnya
dilakukan pengujian saponin, caranya dengan mengambil ekstrak metanol
kering. Masukkan dalam tabung reaksi, tambahkan air panas, lalu kocok
dan tambahkan dengan HCl sebanyak 1 ml, bila terbentuk busa
menandakan bahwa sampel positif saponin. Selanjutnya dilakukan
pengujian flavanoid, mula-mula diambil ekstrak metanol kering kedalam
tabung reaksi. Kemudian tambahkan dengan air dan n-heksan. Kocok dan
diamkan hingga beberapa menit hingga terbentuk dua lapisan, dimana
pada bagian bawah adalah lapisan air dan pada bagian atas adalah lapisan
n-heksan. Hal ini dikarenakan bobot jenis air lebih berat dibanding dengan
n-heksan. Selanjutnya lapisn n-heksan dipisahkan. lapisan air ditambahkan
dengan HCL, bila berwarna merah ungu menandakan sampel positif
mengandung flavanoid. Selanjutnya dilakukan pengujian steroid, dimana
ekstrak metanol kering dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu
tambahkan dengan pelarut air dan eter. Kocok, lalu pisahkan lapisan eter
dan lapisan air. Untuk lapisan air, lapisan air tersebut dikocok dan bila
terbentuk busa tambahkan HCl 2N secukupnya. Jika terjadi perubahan
warna dari hijau menjadi biru menandakan positif mengandung steroid.
Sedangkan untuk lapisan eter ditambah dengan pereaksi libermann, jika
terbentuk perubahan warna menjadi merah menandakan positif
triterpenoid. Dan terakhir yaitu pengujian tanin. Diambil ekstrak metanol
kering lalu ditambah dengan 10 ml air, kocok. Lalu tambahkan NaCl dan
FeCl3 3-4 tetes. Jika terjadi perubahan warna yaitu hijau biru berarti
mengandung tanin katekol, namun bila peubahan warnanya biru hitam
berarti mengandung tanin pirogalol.
Adapun hasil yang diperoleh pada praktikum kali ini yaitu pada ekstrak
metanol daun kelor positif mengandung alkaloid, flavanoid, saponin dan
tanin. Ektrak metanol binahong mengandung saponin dan tanin progalol,
ekstrak metanol kersen positif mengandung flavanoid, saponin dan tanin,
ekstrak jati belanda positif mengandung alkaloid flavanoid dan tanin,
ekstrak metanol temulawak positif tidak ditemukan kandungan apapun.
BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Simplisia merupakan bahan alami yang dapat digunakam sebagai obat


yang belum mengalami proses apapun kesuali dinyatakan lain sebagai
bahan yang telah dikeringkan. Pengambilan dan pengolahan simplisia
dimulai dengan melakukan pengambilan sampel daun pandan (Pandanus
amaryllifolius Roxb.)dengan cara dipetik (daun), dipotong (batang) atau
dicabut dari tanah (akar, rimpang dsb). Selanjutnya melakukan pengolahan
sampel dengan dimulai dari sortasi basah, pencucian, pengubahan bentuk
(perajangan), pengeringan, sortasi kering dan yang terakhir pengepakan
dan penyimpanan yang kemudian akan dilakukan proses penyarian secara
dingin yaitu maserasi untuk memperoleh ekstraknya. Setelah diperoleh
ekstrak sampel daun pandan (Pandanus amaryllifolius Roxb.)maka
dilanjutkan dengan melakukan pengujian ekstraksi cair-cair (partisi
ekstrak) dengan menggunakan 3 pelarut yang berbeda kepolarannya yaitu
n-heksan (nonpolar), etil asetat (semi polar) dan air (polar). Tujuannya
yaitu untuk mengetahui pelarut mana yang dapat menarik senyawa atau
komponen dari sampel daun pandan (Pandanus amaryllifolius
Roxb.)dengan melihat dari hasil % rendamennya. Dan hasil yang diperoleh
yaitu pelarut n-heksan (nonpolar) banyak menarik senyawa atau komponen
dari sampel daun pandan (Pandanus amaryllifolius Roxb.)dimana hasil %
rendamen yang diperoleh yaitu 35,5%. Sedangkan hasil untuk etil asetat
18% dan air 10%. Dari proses ekstraksi cair-cair, selanjutnya dilakukan
identifikasi ekstrak dengan menggunakan lempeng KLT dan menggunakan
tabung reaksi. Dalam identifikasi ini digunakan sampel yang berbeda,
untuk perlakuan dengan lempeng KLTsampel yang digunakan adalah
ekstrak daun pandan (Pandanus amaryllifolius Roxb.). Pengujian
dilakukan untuk mengetahui apakah sampel psitif mengandung flavanoid
dan saponin. Dan hasil yang diperoleh yaitu sampel ekstrak daun pandan
(Pandanus amaryllifolius Roxb.)tidak mengandung keduanya. Hal ini
telah dibuktikan dengan melakukan penyemprotan pereaksi dragondorff
dan H2SO4 serta pengamatan dibawah sinar lampu UV 254 nm dan 366
nm. Sedangkan untuk perlakuan dengan menggunakan tabung reaksi
sampel yang digunakan adalah ekstrak daun kelor (Moringa oleifera).
Tujuan pengujian ini yaitu untuk mengetahui apakah sampel ekstrak daun
kelor (Moringa oleifera)mengandung saponin, alkaloid, flavanoid, tanin
dan steroid. Dan hasil yang diperoleh bahwa sampel ekstrak daun kelor
(Moringa oleifera) positif mengandung alkaloid, flavanoid, tanin dan
saponin. Namun ekstrak daun kelor (Moringa oleifera)tidak mengandung
steroid, hal ini ditandai dengan tidak terbentuknya perubahan warna dari
hijau menjadi biru (hanya hijau).
DAFTAR PUSTAKA

Adrian, peyne, 2000. Analisa Ekstraktif Tumbuhan Sebagai Sumber Bahan


Obat. Pusat Penelitian. Universitas Negeri Andalas.
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Anonim, 2017. Penuntun Praktikum Fitokimia.Laboratorium Farmakognosi
Fitokimia.Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Tadulako.Palu.
Asih. A., 2007. Farmakognosi dan Fitoterapi, EGC, Jakarta.
Backer, C.A, Bakhuizen van den Brink, 1963, Flora of Java (Spermatophytes
Only), Vol. I, Wolter-Noordhoff, NVP., Groningen
Departemen Kesehatan RI, 1985, Cara Pembuatan Simplisia, Departemen
Kesehatan, Jakarta.
Dirdjen POM, 1986, Pengujian Bahan Kimia Sintetik Dalam Obat Tradisional,
Departemen Kesehatan, Jakarta.
Harbone, J., B., 1989, General Procedures and Measurement of Total Phenolics,
New York.
Hermanto, Y., 2007, Analisan Bahan Makanan, Liberti Yogyakarta.
Mus, M., 2008, Tanaman Obat Berkhasiat Binahong, Agromedia, Jakarta.
Roloff, A., H. Weisgerber., U. Lang., B. Stimm. 2009. Moringa oleifera Lamk.,
1785. WILEY-VCH Verlag GmbH & Co. KGaA, Weinheim.
Setiawan, A., 1999, Atlas Tumbuhan Obat Jilid 1, Gramedia, Jakarta.
Stahl E.,1969.Thin layer chromatography: a laboratory handbook. 2nd ed.
Ashworth MRF. Translated, Springer International, New York.
Sudjadi, 1988. Pemisahan Dalam Industri, Gramedia, Jakarta.

Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 1. ITB Press. Bandung.

Tjittrosoepomo, 1991, Taksonomi Tumbuhan Obat, Agromedia, Jakarta.

Tobo, Fachruddin, (2001), "Buku Pegangan Laboratorium Fitokimia I",


Laboratorium Fitokimia Jurusan Farmasi Unhas, Makassar.
Van Steenis. 2008. Flora, Cetakan ke-12. PT. Pradnya Paramita, Jakarta.
Voigt, R., Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Salemba Medika, Bandung.
Wijayakusuma, M. Hembing. (2007). Penyembuhan dengan TemulawakI. Sarana
Pustaka Prima, Jakarta.
www.plantamor.comdiakses pada Kamis, 30 Maret 2017.

Anda mungkin juga menyukai