Anda di halaman 1dari 69

Rancangan Tugas Mahasiswa Studi Kasus

Mata Kuliah Fitokimia II, bahan kajian isolasi senyawa kimia bahan alam Laut

RANCANGAN TUGAS PROYEK MAHASISWA (RTM)


DAN CONTOH LAPORAN STUDI KASUS
MATA KULIAH

FITOKIMIA 2

PEMBELAJARAN BERBASIS KASUS DAN PROBLEM BASED-LEARNING


PENYUSUN : DR. HAMSIDAR HASAN, S.SI,M.SI APT

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVETSITAS NEGERI GORONTALO
Rancangan Tugas Mahasiswa Studi Kasus
Mata Kuliah Fitokimia II, bahan kajian isolasi senyawa kimia bahan alam Laut

Rancangan Tugas Mahasiswa (RTM) Pembelajaran


Berbasis Kasus dan Problem Based-Learning

MODUL 1

A. Penjelasan Sub CPMK setiap mata kuliah


Mahasiswa mampu menjelaskan dan melakukan tahap isolasi senyawa kimia
dengan menggunakan metode ekstraksi

B. Petunjuk Modul
Kegiatan pembelajaran ini membahas tentang bagaimana mahasiswa farmasi
dapat menjelaskan dan melakukan isolasi senyawa kimia dari tumbuhan dengan
menggunakan metode ekstraksi tertentu. Hasil isolasi diukur dengan menggunakan
instrumen Spektrofotometer UV-Vis dan Imfra Red. Mahasiswa dapat
menginterpretasi data berdasarkan spektrum yang dihasilkan oleh spektrofotometer
tadi.

Gambar 1. Pembagian Kelompok Kerja

Tahapan pembelajaran ini dimulai dengan Dosen pengampu mata kuliah


memberikan materi tentang cara penyiapan simplisia, metode ekstraksi, cara
pemilihan pelarut, cara fraksinasi, dan cara interpretasi data spektrum dari
instrumen tertentu. Penerapan materi ini dilakukan dilaboratorium. Mahasiswa
dibagi dalam beberapa kelompok diskusi. Tiap kelompok harus menguasai 1
metode ekstraksi dan menguasai tahap-tahap isolasi sampai dihasilkan senyawa
murni yang siap diukur dengan spektrofotometer. Tiap-tiap kelompok harus
mempresentasekan hasil isolasinya kemudian menjelaskan hasil interpretasi data
dengan mengambil acuan spektrum sebelumnya. Hasil pemaparan dari tiap
Rancangan Tugas Mahasiswa Studi Kasus
Mata Kuliah Fitokimia II, bahan kajian isolasi senyawa kimia bahan alam Laut

kelompok dibuat dalam bentuk laporan akhir dan dibuat dalam bentuk jurnal.

C. Teori/Pendalaman Konsep sesuai dengan kasus PBL


Isolasi adalah proses pengambilan atau pemisahan senyawa bahan alam dengan
menggunakan pelarut yang sesuai. Senyawa senyawa tersebut adalah metabolit
primer dan metabolit sekunder. Metabolit sekunder merupakan senyawa kimia yang
terdapat dalam suatu organisme yang tidak terlibat secara langsung dalam proses
pertumbuhan, perkembangan atau reproduksi organisme seperti terpenoid, steroid,
kumarin, flavonoid dan alkaloid. Senyawa metabolit sekunder dapat berasal dari
tumbuhan, hewan maupun mikro organism. Pada umumnya senyawa metabolit
sekunder berfungsi untuk mempertahankan diri atau untuk mempertahankan
eksistensinya di lingkungan tempatnya berada. Metabolit sekunder merupakan
biomolekul yang dapat digunakan sebagai lead compounds dalam penemuan dan
pengembangan obat-obat baru. Hal yang perlu diperhatikan untuk memulai isolasi
produk alami adalah mengenal sifat dan karakteristik dari senyawa target yang
terkandung dalam campuran atau crude extract seperti kelarutan (hidrofobisitas atau
hidrofilisitas), sifat asam-basa, muatan, stabilitas pada panas, dan ukuran molekul.
Isolasi senyawa pada bahan alam terdiri beberapa tahap yaitu ekstraksi,
fraksinasi serta pemurnian dan identifikasi. Ekstraksi yaitu suatu proses pemisahan
senyawa kimia yang terdapat dalam sampel bahan alam ke dalam pelarut. Prinsip
metode ekstraksi didasarkan pada distribusi zat terlarut ke dalam pelarut, hasil
ekstraksi ini disebut ekstrak. Fraksinasi yaitu proses pemisahan komponen dalam
bentuk ekstrak menjadi fraksi-fraksi, proses ini dapat dilakukan dalam beberapa
metode yaitu kromatrografi lapis tipis (KLT), kromatografi kolom, HPLC dan GC.
Pemurnian dan identifikasi yaitu tahap akhir dalam isolasi. Teknik yang paling
sederhana dan efektif untuk pemurnian senyawa metabolit sekunder yaitu kristalisasi
atau rekristalisasi Ilyas,2013).

Metode Isolasi Senyawa Organik Bahan Alam


1. Ekstraksi
Senyawa metabolit sekunder biasanya terdapat dalam organisme dalam
jumlah yang sangat sedikit dari sampel yang jumlahnya banyak, minimal 2 kg
sampel kering yang sudah dihaluskan. Pekerjaan isolasi membutuhkan
ketrampilan dan pengalaman dalam memadukan berbagai teknik pemisahan.
Untuk mendapatkan senyawa murni biasanya peneliti menggunakan beberapa
teknik ekstraksi dan bahan alam yang biasa digunakan antara lain maserasi,
Rancangan Tugas Mahasiswa Studi Kasus
Mata Kuliah Fitokimia II, bahan kajian isolasi senyawa kimia bahan alam Laut

perkolasi, infudasi, dan sokhletasi. Sedangkan teknik kromatografi yang biasa


dilakukan adalah kromatografi lapis tipis (KLT), Kromatografi kolom vakum
(KCV), Kromatografi Kolom Vakum Gravitasi (KKG) dan kromatotron
(Centrifugal Chromatography). Pemilihan jenis metode biasanya dilakukan
berdasarkan pengalaman peneliti maupun hasil penelitian yang telah dilaporkan
sebelumnya.
Langkah pertama yang biasanya dilakukan dalam isolasi senyawa organik
bahan alam adalah ekstraksi sampel menggunakan pelarut organik. Ada beberapa
metode ekstraksi sampel bahan alam, antara lain maserasi, infusdasi, digesti,
perkolasi dan soxletasi. Maserasi merupakan teknik ekstraksi dari sampel padat
menggunakan pelarut tertentu biasanya digunakan metanol atau etanol. Metanol
memiliki kelebihan memiliki titik didih yang lebih rendah sehingga mudah
diuapkan pada suhu yang lebih rendah, tetapi bersifat lebih toksik. Sedangkan
etanol memiliki kelemahan memiliki titik didih yang relative tinggi sehingga
lebih sulit diuapkan, tetapi relatif tidak toksik dibanding metanol.
Proses maserasi dilakukan selama waktu tertentu dengan sesekali diaduk.
biasanya dibutuhkan waktu 1-6 hari. Selain methanol atau etanol pelarut yang
lain yang biasa digunakan antaralain aseton, klroform, atau sesuai dengan
kebutuhan. Setelah waktu tertentu ekstrak yang disebut maserat dipisahkan
dengan cara penyaringan. Maserasi biasanya dilakukan pengulangan dengan
penambahan pelarut setelah dilakukan nyaringan. maserat yang pertama yang
disebut remaserasi.
Remaserasi biasanya dilakukan tiga kali atau sampai senyawa yang
diinginkan dalam sampel benar-benar sudah habis. Apabila dalam proses
maserasi dilakukan pengadukan terus menerus maka disebut juga dengan
maserasi kinetik. Sedangkan apabila dalam maserasi kinetik tersebut dilakukan
di atas suhu kamar, biasanya 40-50 0C disebut digesti. Cara yang biasa dilakukan
adalah dengan menempatkan sejumlah bahan ditempatkan pada wadah tertutup,
ditambah dengan pelarut dengan perbandingan kira-kira 1:7, atau sedikitnya
semua sampel tercelup. Diamkan selama 1-6 hari pada suhu kamar dan
terlindung dari cahaya dengan sesekali diaduk. Setelah itu, cairan dipisahkan,
buang bagian yang mengendap. Pada saat proses perendaman senyawa organik
yang terkandung dalam sampel berdifusi melewati dinding sel untuk melarutkan
konstituen dalam sel dan juga memacu larutan dalam sel untuk berdifusi keluar.
Sistem yang digunakan dalam metode ini adalah sistem statis, kecuali saat
digojog, proses ekstraksi berjalan dengan difusi molekuler, sehingga proses ini
berlangsung secara perlahan. Setelah ekstraksi selesai, residu dari sampel harus
Rancangan Tugas Mahasiswa Studi Kasus
Mata Kuliah Fitokimia II, bahan kajian isolasi senyawa kimia bahan alam Laut

dipisahkan dengan pelarut dengan didekantir atau disaring. Maserasi dengan


pengulangan saja, hal ini terjadi karena ada kemungkinan sejumlah besar
komponen aktif masih tertinggal dalam proses hasil pengulangan maserasi
selanjutnya dicampur dan dipekatkan.
Infusdasi merupakan metode ekstraksi dengan pelarut air. Pada waktu
proses infudasi berlangsung, temperatur pelarut air harus mencapai suhu 90ºC
selama 15 menit. Rasio berat bahan dan air adalah 1 : 10, artinya jika berat bahan
100 gr maka volume air sebagai pelarut adalah 1000 ml. Cara yang biasa
dilakukan adalah serbuk bahan dipanaskan dalam panci dengan air secukupnya
selama 15 menit terhitung mulai suhu mencapai 90ºC sambil sekali tambahkan
air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume yang diinginkan.
Apabila bahan mengandung minyak atsiri, penyaringan dilakukan setelah dingin.
Dekoksi merupakan proses ekstraksi yang mirip dengan proses infusdasi,
hanya saja infus yang dibuat suhu pelarut sama dengan titik didih air. Caranya,
serbuk bahan ditambah air dengan rasio 1 : 10, panaskan dalam panci enamel
atau panci stainless steel selama 30 menit. Bahan sesekali sambil diaduk. Saring
panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume yang diinginkan.
Perkolasi adalah proses ekstraksi dengan pelarut yang dialirkan melalui
kolom perkolator yang diisi dengan serbuk bahan atau sampel, dan ekstraknya
dikeluarkan melalui keran secara perlahan. Secara umum proses perkolasi ini
dilakukan pada temperature ruang. Parameter berhentinya penambahan pelarut
adalah perkolat sudah tidak mengandung komponen ekstraksi bahan alam
terlihat tetesan perkolat sudah tidak berwarna. Caranya, serbuk bahan dibasahi
dengan pelarut yang sesuai dan ditempatkan pada bejana perkolator. Bagian
bawah bejana diberi sekat berpori untuk menahan serbuk. Cairan pelarut
dialirkan dari atas kebawah melalui serbuk tersebut. Cairan pelarut akan
melarutkan zat aktif dalam sel-sel yang dilalui sampai keadaan jenuh.
Soxkletasi merupakan proses ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang
selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus soxklet sehingga
terjadi ekstraksi konstan dengan adanya pendingin balik. Caranya, serbuk bahan
ditempatkan pada selongsong dengan pembungkus kertas saring, lalu
ditempatkan pada alat soxklet yang telah dipasang labu dibawahnya. Tambahkan
pelarut sebanyak 2 kali sirkulasi. Pasang pendingin balik, panaskan labu,
ekstraksi berlangsung minimal 3 jam dengan interval sirkulasi kira-kira 15
menit.
2. Kromatografi
Langkah berikutnya setelah diperoleh ekstrak dalam isolasi senyawa
Rancangan Tugas Mahasiswa Studi Kasus
Mata Kuliah Fitokimia II, bahan kajian isolasi senyawa kimia bahan alam Laut

organik bahan alam adalah pemisahan komponen-komponen yang terdapat


dalam ekstrak tersebut. Teknik yang banyak adalah teknik pemisahan campuran
berdasarkan perbedaan kecepatan perambatan komponen dalam komponennya
akan dipisahkan antara dua buah fase yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam
akan menahan komponen campuran sedangkan fase gerak akan melarutkan zat
komponen campuran.
Komponen yang mudah tertahan pada fase diam akan tertinggal.
Sedangkan komponen yang mudah larut dalam fase gerak akan bergerak lebih
cepat. Beberapa pemisahan komponen-komponen campuran suatu senyawa
yang melibatkan partisi suatu senyawa di antara padatan penyerap (adsorbent,
fasa diam) yang dilapiskan pada pelat kaca atau aluminium dengan suatu pelarut
(fasa gerak) yang mengalir melewati adsorbent (padatan penyerap). Pengaliran
pelarut dikenal sebagai proses pengembangan oleh pelarut (elusi). KLT
mempunyai peranan penting dalam pemisahan senyawa organik maupun
senyawa anorganik, karena relatif sederhana dan kecepatan analisisnya. Di
dalam analisis dengan KLT, sampel dalam jumlah yang sangat kecil ditotolkan
menggunakan pipa kapiler di atas permukaan pelat ipis fasa diam (adsorbent),
kemudian pelat diletakkan dengan tegak dalam bejana pengembang yang berisi
mengembang naik sepanjang permukaan lapisan pelat dan membawa komponen-
komponen yang terdapat dalam sampel. Pemilihan fasa gerak yang tepat
merupakan langkah yang sangat penting untuk keberhasilan analisis dengan
KLT. Umumnya fasa gerak dalam KLT ditemukan dengan coba-coba dan jarang
sekali yang didasarkan pada pengetahuan yang mendalam Sifat-sifat pelarut
pengembang juga merupakan faktor dominan dalam penentuan mobilitas
komponen-komponen campuran. Umumnya kemampuan suatu pelarut
pengembang untuk menggerakkan senyawa pada suatu adsorben berhubungan
dengan polaritas pelarut.
Kemampuan ini disebut kekuatan elusi, dan urutan kekuatan elusi beberapa
pelarut yaitu air > metanol > etanol > aseton > etil asetat >kloroform > dietil eter
> metilen diklorida >benzena > toluena > karbon tetraklorida > heksan.
Identifikasi senyawa yang telah terpisah terpisah pada lapisan tipis dapat
dilakukan dengan menggunakan reaksi penampak noda maupun dideteksi
menggunakan lampu UV (254 atau 356 nm) untuk senyawa-senyawa yang dapat
menyerap warna.
Kromatografi vakum cair banyak digunakan untuk fraksinasi ekstrak total
secara cepat. Teknik ini dapat dilakukan dengab kolon kromatografi yang
dihubungkan dengan pompa vakum, dengan eluen digunakan campuran pelarut
Rancangan Tugas Mahasiswa Studi Kasus
Mata Kuliah Fitokimia II, bahan kajian isolasi senyawa kimia bahan alam Laut

dari yang non polar secara bertahap ke yang polar. Hasil pemisahan dapat
dikelompokkan menjadi kelompok senyawa non polar, semi polar, dan polar.
Metode ini lebih banyak digunakan untuk fraksinasi sampel dalam jumlah besar
(10-50 g). Kolom yang digunakan biasanya terbuat dari gelas dengan lapisan
berpori pada bagian bawah. Ukuran kolom bervariasi tergantung ukurannya.
Kolom disambungkan dengan penampung eluen yang dihubungkan dengan
pompa vakum. Pompa vakum akan menghisap eluen dalam kolom, sehingga
proses pemisahan berlangsung lebih cepat. Penggunaan tekanan dimaksudkan
agar laju aliran eluen meningkat sehingga meminimalkan terjadinya proses difusi
karena ukuran silika gel yang sebagai fasa diam dalam kolom yang halus yaitu
200-400 mesh. Kolom yang digunakan berukuran dengan diameter yang lebih
besar (5 -10 cm). Kolom KVC dikemas kering dalam keadaan vakum agar
diperoleh kerapatan kemasan maksimum. Sampel yang akan dipisahkan biasanya
sudah diadsorbsikan ke dalam silika kasar terlebih dahulu (ukuran silica kasar
30-70 mesh) agar pemisahannya lebih teratur dan menghindari sampel langsung
menerobos ke dinding kaca tanpa melewati adsorben terlebih dahulu, yang dapat
berakibat gagalnya proses pemisahan. Pelarut yang kepolarannya rendah
dituangkan ke permukaan penyerap yang sebelumnya sudah dimasukkan sampel.
Kolom dihisap perlahan-lahan ke dalam kemasan dengan memvakumkannya.
Kolom dielusi dengan campuran pelarut yang cocok, mulai dengan pelarut yang
kepolarannya rendah lalu kepolaran ditingkatkan perlahan-lahan. Kolom dihisap
sampai kering pada setiap pengumpulan fraksi, sehingga fraksinasi.
Kromatografi gravitasi yang digunakan untukPemisahan dan pemurnian
senyawa yang telah di fraksinasi menggunakan kromatogrfi vakum cair. Teknik
ini dapat dilakukan dengan kolom diameter ukuran 1-3 cm dan panjang kolom
50 cm. Sebagai adsorben digunakan silika gel GF 60 (200-400 mesh).Tinggi
adsorben yang biasa digunakan berkisar 15-20 cm. Eluen yang digunakan
menggunakan campuran pelarut polar dan non polar dengan perbandingan
gravitasi biasanya akan diperoleh hasil yang baik apabila digunakan campuran
pelarut yang dapat memisahkan komponen pada Rf kurang dari 0,3 pada uji coba
dengan KLT.
Rancangan Tugas Mahasiswa Studi Kasus
Mata Kuliah Fitokimia II, bahan kajian isolasi senyawa kimia bahan alam Laut

Gambar 2. Teknik Pemisahan, KCV (A); KG (B); dan Kromatotron (C)

Kromatografi atau sentrifugal kromatografi adalah kromatografi


menggunakan alat yang disebut kromatotron, teknik pemisahannya
menggunakan gaya sentrifugal dan gravitasi. Dalam teknik ini digunakan silika
gel for TLC yang pemisahan akan berlangsung lebih cepat, oleh karena ada gaya
sentrifugal yang akan mempercepat proses penyerapan pelarut yang membawa
komponen yang dipisahkan. Penggunaan gabungan sedikitnya tiga macam untuk
memisahkan dan memurnikan senyawa organik bahan alam. Namun diperlukan
ketrampilan dalam penggunaan serta ketepatan dalam memilih klromatografi dan
eluen yang sesuai. Beberapa teknik kromatografi tersebut dapat dilihat dalam
gambar 3. Hasil kromatografi diperoleh fraksi-fraksi yang ditampung dalam
botol atau tabung dan dianalisis dengan kromatografi lapis tipis (KLT), yang
biasa disebut kromatogram. Kromatogram yang diperoleh selanjutnya dianalisis
dengan lampu UV pada panjang gelombang 254 atau 356 nm atau disemprot
dengan reagen warna. Salah satu reagent warna yang banyak digunakan antara
lain serium sulfat yang dapat mendeteksi hampir semua senyawa bahan alam,
maupun reagen yang khusus seperti Lieberman Burchard untuk mendeteksi
terpenoid dan steroid. Fraksi-fraksi yang telah dinalisis secara KLT selanjutnya
dikelompokkan berdasarkan jumlah senyawa maupun Rfnya yang sama
digabungkan untuk dianalisis lebih lanjut. Pemisahan dianggap cukup apabila
sudah diperoleh fraksi yang menunjukkan noda tunggal pada beberapa uji KLT
dengan menggunakan berbagai variasi eluen yang berbeda. Adanya noda tunggal
pada beberapa uji KLT tersebut menunjukkan bahwa sudah diperoleh senyawa
dengan tingkat kemurnian tinggi.
3. Elusidasi struktur
Elusidasi struktur molekul senyawa organic merupakan tahapan terpenting
dari penggunaan analisis spektroskopi modern. Dalam elusidasi struktur molekul
untuk menentukan struktur senyawa hasil sintesis jauh lebih mudah dari analisis
struktur molekul dari hasil sintesis sudah dapat diprediksi struktur molekulnya
berdasarkan reaktan yang digunakan serta mekanisme reaksinya. Sedangkan
dalam elusidasi struktur molekul senyawa hasil isolasi relatif lebih rumit, karena
struktur molekul yang sangat banyak kemungkinannya Untuk mempermudah
analisis struktur senyawa hasil isolasi biasanya diperlukan pengetahuan
sebelumnya mengenai keragaman struktur senyawa yang telah diperoleh dari
tumbuhan yang memiliki kekerabatan yang dekat, misalnya merupakan
Rancangan Tugas Mahasiswa Studi Kasus
Mata Kuliah Fitokimia II, bahan kajian isolasi senyawa kimia bahan alam Laut

tumbuhan dalam genus atau famili yang sama. Biasanya senyawa yang
ditemukan dari tumbuhan dalam satu genus atau famili memiliki hubungan
kekerabatan senyawa metabolit sekundernya. Selanjutnya sebagai tambahan
informasi untuk mempermudah dalam analisis struktur senyawa hasil isolasi juga
diperlukan data sifat fisik, seperti kelarutan, titik leleh, titik didih, pelarut yang
digunakan dalam proses pemisahan.
Metode spektroskopi yang biasanya digunakan antara lain spektroskopi
ultraviolet (UV), infra merah (IR), NMR (Nuclear magnet resonance), dan
massa, Spektro UV-Vis, untuk identifikasi adanya gugus kromofor (fenolik;
ikatan rangkap; dll) , IR untuk mendeteksi adanya gugus fungsional ( hidroksil;
aromatik; karbonil; dsb) spektroskopi NMR (1H dan 13 C), 1H NMR untuk
menentukan jumlah dan lingkungan proton (atom H dalam senyawa), 13 C NMR
untuk menentukan jumlah atom karbon dalam senyawa, sedangkan untuk
menentukan massa atom relatif (Mr) digunakan MS.

D. Kegiatan Pembelajaran studi kasus

Kasus perbedaan hasil isolasi dari sampel yang sama :

1. Seorang TTK melakukan isolasi daun matoa menggunakan pelarut methanol


dan metode ekstraksi maserasi total. TTK yang lain juga melakukan isolasi
daun matoa tetapi menggunakan pelarut kloroform dan metode ekstraksi
bertingkat. Apakah ada perbedaan hasil isolasi dari kedua TTK tersebut?
E. Uraian tugas/instruksi
Melakukan analisis dari salah satu kasus diatas dengan cara meliputi :
1. Pencarian data kajian literature/jurnal bereputasi tentang kasus tersebut
2. Melakukan ekstraksi dengan metode maserasi total dan bertingkat
3. Melakukan fraksinasi dari hasil ke dua ekstrak yang diperoleh
4. Melakukan isolasi senyawa kimia dengan pelarut tersebut pada kelompok
yang berbeda
5. Mengelusidasi struktur dengan instrument spektro dan IR
6. Membuat laporan hasil hingga kesimpulan dari hasil yang diperoleh dari kedua
metode dan pelarut yang berbeda
7. Mempresentasikan hasil akhir didepan dosen penanggung jawab mata kuliah
8. Dosen penanggung jawab matakuliah memberikan nilai dari hasil presentasi
mahasiswa berdasarkan rubrik penilaian berikut.
Rancangan Tugas Mahasiswa Studi Kasus
Mata Kuliah Fitokimia II, bahan kajian isolasi senyawa kimia bahan alam Laut
Rancangan Tugas Mahasiswa Studi Kasus
Mata Kuliah Fitokimia II, bahan kajian isolasi senyawa kimia bahan alam Laut

INSTRUMEN PENILAIAN CBL/PBL (RUBRIC)

Nama Mata Kuliah :……………………………………………….

Nama Mahasiswa :……………………………………………….

NamaTugas :……………………………………………….

ASPEK
NO 1 2 3 4
PENILAIAN
1 Inovatif/Kreatif

2 Aktivitas,
Partisipasi, serta
Kolaborasi
3 Ketepatan Solusi
(memungkinkan
penyelesaian
masalah)

4 Penggunaan
teori dan atau
empiris yang
melandasi
solusi
5 Visibilitas
(Solusi yang
dapat
diterapkan)
6 Kemampuan
berkomunikasi
RATA-RATA
Keterangan Skor :
1. Gagasan belum mengandung inovasi
2. Gagasan sudah mengandung inovasi tetapi kurang praktis
3. Gagasan sudah mengandung inovasi dan mudah digunakan (Praktis)
4. Gagasan sudah mengaundung inovasi, mudah digunakan dan memiliki nilai
ekonomis
Rancangan Tugas Mahasiswa Studi Kasus
Mata Kuliah Fitokimia II, bahan kajian isolasi senyawa kimia bahan alam Laut

Laporan contoh kasus

FITOKIMIA II

EKSTRAKSI, FRAKSINASI, DAN ISOLASI SENYAWA KIMIA


BULU BABI (Diadema setosum) METODE MASERASI TOTAL

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Nilai Praktikum Fitokimia II

OLEH

KELOMPOK : I (SATU)
KELAS : A-S1 FARMASI 2021
ASISTEN : MIRA OCTAVIANI DARWIS, S.Farm

LABORATORIUM FARMASI BAHAN ALAM


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2023
Rancangan Tugas Mahasiswa Studi Kasus
Mata Kuliah Fitokimia II, bahan kajian isolasi senyawa kimia bahan alam Laut

Lembar Pengesahan

FITOKIMIA II “FRAKSINASI”

OLEH:

KELAS : A S1 FARMASI 2021


KELOMPOK : I (SATU)

1. SITI FADILA M. KOLY (821421002)


2. BETSY PIRIS (821421019)
3. ALDEVI TRISNAWATI ADAM (821421024)
4. CAHYA RISKA UTAMI PAPUTUNGAN (821421055)
5. NI KADEK YUNIARTI (821421056)

Gorontalo, Oktober 2023


Mengetahui,
Asisten

MIRA OCTAVIANI DARWIS, S.Farm


Rancangan Tugas Mahasiswa Studi Kasus
Mata Kuliah Fitokimia II, bahan kajian isolasi senyawa kimia bahan alam Laut

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan
praktikum Fitokimia II percobaan “Fraksinasi”. Shalawat serta salam tidak lupa
pula disampaikan kepada Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa umat
menuju jalan kebahagiaan dan keberkahan di dunia dan di akhirat.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Asisten Laboratorium yang telah
berperan dalam Pembimbingan Laporan pada percobaan “Fraksinasi”, serta teman-
teman kelompok yang ikut berpartisipasi dalam penyusunan laporan ini.
Kami menyadari laporan ini masih jauh dari kata sempurna, baik dari segi
isi maupun dari segi metodologi dan bahasanya. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang bersifat membangun kami harapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan
laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi
pembaca umumnya.
Wasalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Gorontalo, Oktober 2023

Kelompok 1
Rancangan Tugas Mahasiswa Studi Kasus
Mata Kuliah Fitokimia II, bahan kajian isolasi senyawa kimia bahan alam Laut

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iv
DAFTAR TABEL...................................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................3
1.3 Tujuan Percobaan....................................................................................3
1.4 Manfaat Percobaan..................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................4
2.1 Uraian Biota Laut....................................................................................4
2.2 Simplisia..................................................................................................5
2.3 Ekstraksi..................................................................................................7
2.4 Ekstrak...................................................................................................14
2.5 Fraksinasi...............................................................................................17
2.6 Partisi Cair Cair.....................................................................................22
2.7 Kromatografi Cair Vakum.....................................................................24
2.8 Kromatografi Kolom Gravitasi..............................................................25
2.9 Tinjauan Pelarut.....................................................................................26
BAB III METODE KERJA...............................................................................30
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum...............................................................30
3.2 Alat dan Bahan......................................................................................30
3.2 Cara Kerja..............................................................................................30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................32
4.1 Hasil.......................................................................................................32
4.2 Pembahasan...........................................................................................32
BAB V PENUTUP............................................................................................35

xv
Rancangan Tugas Mahasiswa Studi Kasus
Mata Kuliah Fitokimia II, bahan kajian isolasi senyawa kimia bahan alam Laut

5.1 Kesimpulan............................................................................................35

5.2 Saran......................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................37
LAMPIRAN-LAMPIRAN..................................................................................41

xv
i
Rancangan Tugas Mahasiswa Studi Kasus
Mata Kuliah Fitokimia II, bahan kajian isolasi senyawa kimia bahan alam Laut

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bulu Babi (Diadema setosum).............................................................4


Gambar 2.1 Simplisia Nabati................................................................................6
Gambar 2.3 Simplisia Hewani..............................................................................6
Gambar 2.4 Simplisia pelikan atau mineral........................................................7
Gambar 2.5 Maserasi.............................................................................................8
Gambar 2.6 Ultrasound-Assisted Solvent Extraction.........................................8
Gambar 2.7 Perkolasi............................................................................................9
Gambar 2.8 Soxlet..................................................................................................9
Gambar 2.9 Reflux...............................................................................................10
Gambar 2.10 Destilasi uap..................................................................................11
Gambar 2.11 Ekstrak encer (Extractum tenue)......................................................15
Gambar 2.12 Ekstrak kental (Extractum spissum).................................................15
Gambar 2.13 Ekstrak kering (Extractum siccum)..................................................15
Gambar 2.14 Ekstrak cair (Extractum fluidum).....................................................16
Gambar 2.15 Corong pisah.................................................................................22
Gambar 2.16 Kromatografi Cair Vakum..........................................................24
Gambar 2.17 Kromatografi kolom gravitasi.....................................................25
Gambar 2.18 Rumus Struktur Alkohol.............................................................26
Gambar 2.19 Struktur kimia aquadest..............................................................26
Gambar 2.20 Struktur Kimia Etil Asetat..........................................................27
Gambar 2.20 Struktur Kimia Metanol..............................................................28
Gambar 2.21 Struktur Kimia n-Heksan............................................................28

xv
ii
Rancangan Tugas Mahasiswa Studi Kasus
Mata Kuliah Fitokimia II, bahan kajian isolasi senyawa kimia bahan alam Laut

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Partisi Cair-Cair..................................................31

xv
iii
Rancangan Tugas Mahasiswa Studi Kasus
Mata Kuliah Fitokimia II, bahan kajian isolasi senyawa kimia bahan alam Laut

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Alat dan Bahan................................................................................40


Lampiran 2 Diagram Alir...................................................................................44
Lampiran 3 Skema Kerja....................................................................................45

xi
x
Rancangan Tugas Mahasiswa Studi Kasus
Mata Kuliah Fitokimia II, bahan kajian isolasi senyawa kimia bahan alam Laut

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fitokimia merupakan kajian ilmu yang mempelajari sifat dan interaksi


senyawaan kimia metabolit sekunder dalam tumbuhan. Keberadaan metabolit
sekunder ini sangat penting bagi tumbuhan untuk dapat mempertahankan dirinya
dari makhluk hidup lainnya, mengundang kehadiran serangga untuk membantu
penyerbukan dan lain-lain. Metabolit sekunder juga memiliki manfaat bagi
makhluk hidup lainnya. Fitokimia terdapat pada senyawa yang ditemukan pada
tumbuhan yang melewati berbagai macam uji seperti uji farmakodinamik, uji
toksikologi dan uji biofarmasetika juga mencakup identifikasi, isolasi dan
pemurnian setiap zat yang terkandung dalam simplisia dan bila perlu penyelidikan
dilanjutkan ke arah sintesa salah satunya membahas tentang biota laut.
Biota laut adalah hewan yang tidak memiliki tulang belakang serta
memiliki struktur morfologi dan anatomi yang lebih sederhana dibandingkan
dengan kelompok hewan bertulang punggung belakang. Dan sistem pencernaan,
pernapasan dan peredaran darah lebih sederhana dibandingkan hewan vertebrata,
salah satunya yaitu Echinodermata. Echinodermata merupakan salah satu hewan
yang sangat penting dalam ekosistem laut dan bermanfaat sebagai salah satu
komponen dalam rantai makanan, pemakan sampah organik dan hewan kecil
lainnya. Echinodermata dapat bersifat pemakan seston atau pemakan destritus,
sehingga peranannya dalam suatu ekosistem untuk merombak sisa-sisa bahan
organik yang tidak terpakai oleh spesies lain namun dapat dimanfaatkan oleh
beberapa jenis dan salah satunya bisa dibuat ekstraksi.
Ekstraksi adalah pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan
atau cairan dengan bantuan pelarut. Ekstraksi juga merupakan
prosespemisahansatu atau lebih komponen dari suatu campuran homogen
menggunakan pelarutcair (solven) sebagai separating agen. Pemisahan terjadi atas
dasar kemampuan larut yang berbeda dari komponen-komponen dalam campuran.
Komponen-komponen kimia yang terkandung di dalam bahan organik seperti
yang terdapat di dalam tumbuh-tumbuhan sangat dibutuhkan oleh keperluan hidup
manusia, baik komponen senyawa tersebut digunakan untuk keperluan industri
1
Rancangan Tugas Mahasiswa Studi Kasus
Mata Kuliah Fitokimia II, bahan kajian isolasi senyawa kimia bahan alam Laut

maupun untuk bahan obat-obatan. Komponen tersebut dapat diperoleh dengan


metode ekstraksi dimana ekstraksi merupakan proses pelarutan komponen kimia
yang sering digunakan dalam senyawa organik untuk melarutkan senyawa
tersebut dengan menggunakan suatu pelarut agar mengetahui pemisahan senyawa
melalui partisi cair-cair.
Partisi cair-cair adalah proses pemisahan untuk memperoleh komponen zat
terlarut dari campurannya dalam padatan dengan menggunakan pelarut yang
sesuai. Dapat juga didefenisikan sebagai dispersi komponen kimia dari ekstrak
yang telah dikeringkan dalam suatu pelarut yang sesuai berdasarkan kelarutan dari
komponen kimia dan zat-zat yang tidak diinginkan seperti garam-garam tidak
dapat larut. Operasi ekstraksi ini dapat dilakukan dengan mengaduk suspensi
padatan di dalam wadah dengan atau tanpa pemanasan.
Prinsip kerja dari ekstraksi cair-cair (corong pisah) merupakan pemisahan
komponen kimia di antara 2 fase pelarut yang tidak saling bercampur di mana
sebagian komponen larut pada fase pertama dan sebagian larut pada fase kedua, lalu
kedua fase yang mengandung zat terdispersi dikocok, lalu didiamkan sampai terjadi
pemisahan sempurna dan terbentuk dua lapisan fase cair, dan komponen kimia akan
terpisah ke dalam kedua fase tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan
perbandingan konsentrasi yang tetap.
Keuntungan ekstraksi cair-cair pelarut yang sedikit akan dapat diperoleh
substansi yang relatif banyak,peralatannya sederhana,pemisahannya cepat dan
selektif adapun kerugian ekstraksi cair-cair tidak dapat menggunakan zat yang
termolabil, karena akan mengubah bentuk kimia sehingga koefisien distribusi dan
efektifitas pelarut pun berubah,dapat membentuk emulsi pada saat pengocokan
sehingga tidak akan jelas pemisahannya.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka diatas maka dilakukanlah
percobaan perkolasi agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami cara
pengelolaan simplisia pada metode partisi cair-cair.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan partisi cair-cair?
2. Bagaimana prinsip dari partisi cair-cair?
3. Apa perbedaan dari ekstraksi cair-cair dan ekstraksi padat-cair?
1.3 Tujuan Percobaan

2
Rancangan Tugas Mahasiswa Studi Kasus
Mata Kuliah Fitokimia II, bahan kajian isolasi senyawa kimia bahan alam Laut

1. Agar mahasiswa dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan partisi cair-
cair
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami prinsip dari partisi cair-
cair
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami perbedaan dari
ekstraksi cair-cair dan ekstraksi padat-cair
1.4 Manfaat Percobaan
1. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan
partisi cair-cair
2. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui dan memahami prinsip
dari partisi cair-cair
3. Mahasiswa diharapkan agar dapat mengetahui dan memahami perbedaan
dari ekstraksi cair-cair dan ekstraksi padat cair

3
Rancangan Tugas Mahasiswa Studi Kasus
Mata Kuliah Fitokimia II, bahan kajian isolasi senyawa kimia bahan alam Laut

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bulu Babi (Diadema setosum)
2.1.1 Klasifikasi Bulu Babi (Diadema setosum)
Menurut Ningsih (2015), klasifikasi dari bulu babi adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Echinodermata
Kelas : Echinoidea
Ordo : Cidaroidea
Famili : Diadematidae
Genus : Diadema
Spesies : Diadema setosum

Gambar 2.1 Bulu Babi (Diadema setosum)


2.1.2 Morfologi
Menurut Ningsih (2015), bulu babi termasuk kedalam kelompok bulu babi
yang mempunyai cangkang beraturan (regularia). Bentuk luar cangkang berupa
buah delima atau dengan bentuk lebih tertekan/memipih memberikan kesan
setengah bola. bentuk umum bulu babi regularia, cangkang Diadema tersusun dari
ratusan keping-keping kecil. Bulu babi tidak memiliki lengan akan tetapi mereka
memiliki lima baris kaki tabung yang berfungsi dalam pergerakan lambat. Bulu
babi juga memiliki otot untuk memutar durinya yang panjang yang membantu
dalam

4
Rancangan Tugas Mahasiswa Studi Kasus
Mata Kuliah Fitokimia II, bahan kajian isolasi senyawa kimia bahan alam Laut

pergerakan. Landak laut atau bulu babi berbentuk hemisferikal agak berbentuk
seperti telur.
2.1.3 Kandungan Senyawa
Menurut Hadinoto dkk (2016), cangkang bulu babi memiliki kandungan
senyawa aktif yang bersifat toksik. Kandungan dalam cangkang bulu babi telah
diketahui sampai saai ini adalah polihidroksi dan apelasterosida A dan B
Diperkirakan racun yang ada dalam cangkang dan duri tersebut dapat juga
digunakan sebagai bahan obat. Sebagai antimikroba, cangkang bulu babi memiliki
kandungan senyawa bioaktif antara lain, serotoin, glikosida, steroid, bahan
cholinergic, dan brandykinin-like substances.
2.1.4 Manfaat
Menurut Ningsih (2015), Bulu babi dapat dimanfaatkan sebagai pupuk,
misalnya berasal dari organ sisa pengolahan bulu babi biasanya berupa cangkang
dan organ dalam. Bulu babi berperan dalam menjaga keseimbangan populasi dari
alga yang hidup di karang serta dapat menghindari adanya kompetisi penempatan
ruang antara alga dan karang. Cangkang dari jenis bulu babi tertentu dilapisi oleh
pigmen cairan hitam stabil yang dapat digunakan sebagai pewarnaan jala dan
kulit. Selain itu cangkang bulu babi pun memiliki potensi sebagai antikanker,
antitumor dan antimikroba.
2.2 Simplisia
2.2.1 Pengertian Simplisia
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang
belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dikatakan lain, berupa
bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dibedakan menjadi simplisia nabati,
simplisia hewani dan simplisia pelikan (mineral) (Endarini L, 2016).

2.2.2 Penggolongan Simplisia


Menurut Herbie (2015), simplisia dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu:

1. Simplisia Nabati

5
Rancangan Tugas Mahasiswa Studi Kasus
Mata Kuliah Fitokimia II, bahan kajian isolasi senyawa kimia bahan alam Laut

Gambar 2.2 Simplisia Nabati


(Dari sumber Fery dkk, 2014)
Simplisia yang dapat berupa tanaman utuh, bagian tanaman, eksudat
tanaman, atau gabungan antara ketiganya, misalnya Datura Folium dan Piperis
nigri Fructus. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari
tanaman atau dengan cara tertentu sengaja dikeluarkan dari selnya. Eksudat
tanaman dapat berupa zat-zat atau bahan-bahan nabati lainnya yang dengan cara
tertentu dipisahkan/diisolasi dari tanamannya.
2. Simplisia Hewani

Gambar 2.3 Simplisia Hewani


(Dari sumber Sutrisno dkk,
2017)
Simplisia yang dapat berupa hewan utuh atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh
hewan dan belum berupa bahan kimia murni, misalnya minyak ikan (Oleum
iecoris asselli) dan madu (Mel depuratum).

3. Simplisia pelikan atau mineral

Gambar 2.4 Simplisia pelikan atau mineral


(Dari sumber Sutrisno dkk, 2017)
Simplisia berupa bahan pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah
diolah dengan cara sederhana dan belum berupa bahan kimia murni, contoh
serbuk seng dan serbuk tembaga.
2.3 Ekstraksi
Menurut Mukhraini (2014), Jenis-jenis metode ekstraksi yang digunakan
adalah sebagai berikut :

6
Rancangan Tugas Mahasiswa Studi Kasus
Mata Kuliah Fitokimia II, bahan kajian isolasi senyawa kimia bahan alam Laut

2.3.1 Maserasi
Maserasi merupakan metode sederhana yang paling banyak digunakan.
Cara ini sesuai, baik untuk skala kecil maupun skala industri. Metode ini
dilakukan dengan memasukkan serbuk tanaman dan pelarut yang sesuai ke dalam
wadah inert yang tertutup rapat pada suhu kamar. Proses ekstraksi dihentikan
ketika tercapai kesetimbangan antara konsentrasi senyawa dalam pelarut dengan
konsentrasi dalam sel tanaman. Setelah proses ekstraksi, pelarut dipisahkan dari
sampel dengan penyaringan, Kerugian utama dari metode maserasi ini adalah
memakan banyak waktu, pelarut yang digunakan cukup banyak, dan besar
kemungkinan beberapa senyawa hilang. Selain itu, beberapa senyawa mungkin
saja sulit diekstraksi pada suhu kamar. Namun di sisi lain, metode maserasi dapat
menghindari rusaknya senyawa-senyawa yang bersifat termolabil.

Kelebihan dari metode ini yaitu efektif untuk senyawa yang tidak tahan panas
(terdegradasi karena panas), peralatan yang digunakan relatif sederhana, murah, dan
mudah didapat. Namun metode ini juga memiliki beberapa kelemahan yaitu waktu
ekstraksi yang lama, membutuhkan pelarut dalam jumlah yang banyak, dan adanya
kemungkinan bahwa senyawa tertentu tidak dapat diekstrak karena kelarutannya
yang rendah pada suhu ruang.

Gambar 2.5 Maserasi


(Dari sumber Mukhraini, 2014)

2.3.2. Ultrasound-Assisted Solvent Extraction


Merupakan metode maserasi yang dimodifikasi dengan menggunakan
bantuan ultrasound (sinyal dengan frekuensi tinggi, 20 kHz). Wadah yang berisi
serbuk sampel ditempatkan dalam wadah ultrasonic dan ultrasound. Hal ini
dilakukan untuk memberikan tekanan mekanik pada sel hingga menghasilkan
rongga pada sampel. Kerusakan sel dapat menyebabkan peningkatan kelarutan
7
Rancangan Tugas Mahasiswa Studi Kasus
Mata Kuliah Fitokimia II, bahan kajian isolasi senyawa kimia bahan alam Laut

senyawa dalam pelarut dengan meningkatkan hasil ekstraksi.

Gambar 2.6 Ultrasound-Assisted Solvent Extraction


(Dari sumber Mukhraini, 2014)
2.3.3 Perkolasi

Pada metode perkolasi, serbuk sampel dibasahi secara perlahan dalam sebuah
perkolator (wadah silinder yang dilengkapi dengan kran pada bagian bawahnya).
Pelarut ditambahkan pada bagian atas serbuk sampel dan dibiarkan menetes
perlahan pada bagian bawah. Kelebihan dari metode ini adalah sampel senantiasa
dialiri oleh pelarut baru. Sedangkan kerugiannya adalah jika sampel dalam
perkolator tidak homogen maka pelarut akan sulit menjangkau seluruh area.
Selain itu, metode ini juga membutuhkan banyak pelarut dan memakan banyak
waktu.
Kelebihan dari metode ini yaitu tidak diperlukan proses tambahan untuk
memisahkan padatan dengan ekstrak, sedangkan kelemahan metode ini adalah
jumlah pelarut yang dibutuhkan cukup banyak dan proses juga memerlukan waktu
yang cukup lama, serta tidak meratanya kontak antara padatan dengan pelarut.

2.3.4 Soxhlet

Gambar 2.7 Perkolasi,

8
Rancangan Tugas Mahasiswa Studi Kasus
Mata Kuliah Fitokimia II, bahan kajian isolasi senyawa kimia bahan alam Laut

Metode ini dilakukan dengan menempatkan serbuk sampel dalam sarung


selulosa (dapat digunakan kertas saring) dalam klonsong yang ditempatkan di atas
labu dan di bawah kondensor. Pelarut yang sesuai dimasukkan ke dalam labu dan
suhu penangas diatur di bawah suhu reflux. Keuntungan dari metode ini adalah
proses ektraksi yang kontinyu, sampel terekstraksi oleh pelarut murni hasil
kondensasi sehingga tidak membutuhkan banyak pelarut dan tidak memakan
banyak waktu. Kerugiannya adalah senyawa yang bersifat termolabil dapat
terdegradasi karena ekstrak yang diperoleh terus-menerus berada pada titik didih.

Gambar 2.8 Soxlet


(Dari sumber Mukhraini, 2014)

2.3.5 Reflux
Ekstraksi refluks merupakan metode ekstraksi yang dilakukan pada titik
didih pelarut tersebut, selama waktu dan sejumlah pelarut tertentu dengan adanya
pendingin balik (kondensor). Pada umumnya dilakukan tiga sampai lima kali
pengulangan proses pada rafinat pertama. Kelebihan metode refluks adalah
padatan yang memiliki tekstur kasar dan tahan terhadap pemanasan langsung
dapat diekstrak dengan metode ini. Kelemahan metode ini adalah membutuhkan
jumlah pelarut yang banyak
Pada metode reflux, sampel dimasukkan bersama pelarut ke dalam labu
yang dihubungkan dengan kondensor. Pelarut dipanaskan hingga mencapai titik
didih. Uap terkondensasi dan kembali ke dalam labu.
Destilasi Uap

(Dari sumber Mukhraini, 2014)


Destilasi uap memiliki proses yang sama dan biasanya digunakan untuk
9
Rancangan Tugas Mahasiswa Studi Kasus
Mata Kuliah Fitokimia II, bahan kajian isolasi senyawa kimia bahan alam Laut

mengekstraksi minyak esensial (campuran berbagai senyawa menguap). Selama


pemanasan, uap terkondensasi dan destilat (terpisah sebagai 2 bagian yang tidak
saling bercampur) ditampung dalam wadah yang terhubung dengan kondensor.
Kerugian dari kedua metode ini adalah senyawa yang bersifat termolabil dapat
terdegradasi.

Gambar 2.10 Destilasi uap


(Dari sumber Mukhraini, 2014)
Menurut Marjoni (2016), Jenis-jenis ekstraksi diantaranya sebagai berikut:
A. Berdasarkan bentuk substansi dalam campuran
1. Ekstraksi padat-cair
Proses ekstraksi padat-cair ini merupakan proses ekstraksi yang paling
banyak ditemukan dalam mengisolasi suatu substansi yang terkandung di dalam
suatu bahan alam. Proses ini melibatkan substan yang berbentuk padat di dalam
campurannya dan memerlukan kontak yang sangat lama antara pelarut dan zat
padat. Kesempurnaan proses ekstraksi sangat ditentukan oleh sifat dari bahan
alam dan sifat dari bahan yang akan diekstraksi.
2. Ekstraksi cair-cair
Ekstraksi ini dilakukan apabila substansi yang akan diekstraksi berbentuk
cairan di dalam campurannya.
B. Berdasarkan penggunaan panas
1. Ekstraksi secara dingin
Metode ekstraksi secara dingin bertujuan untuk mengekstrak senyawa-
senyawa yang terdapat dalam simplisia yang tidak tahan terhadap panas atau
bersifat thermolabil. Ekstraksi secara dingin dapat dilakukan dengan beberapa
cara berikut ini
a. Maserasi
Maserasi adalah proses ekstraksi sederhana yang dilakukan hanya dengan
cara merendam simplisia dalam satu atau campuran pelarut selama waktu tertentu
10
Rancangan Tugas Mahasiswa Studi Kasus
Mata Kuliah Fitokimia II, bahan kajian isolasi senyawa kimia bahan alam Laut

pada temperature kamar dan terlindung dari cahaya.

b. Perkolasi
Perkolasi adalah proses penyarian zat aktif secara dingin dengan cara
mengalirkan pelarut secara kontinu pada simplisia selama waktu tertentu.
2. Ekstraksi panas
Metode panas digunakan apabila senyawa-senyawa yang terkandung
dalam simplisia dipastikan tahan panas. Metode ekstraksi yang membutuhkan
panas diantaranya:
a. Seduhan
Metode ekstraksi paling sederhana hanya dengan merendam simplisia
dengan air panas selama waktu tertentu (5-10 menit).
b. Coque (penggodokan)
Proses penyarian dengan cara menggodok simplisia menggunakan api
langsung dan hasilnya dapat langsung digunakan sebagai obat baik secara
keseluruhan termasuk ampasnya atau hanya hasil godokannya saja tanpa ampas.
c. Infusa
Sediaan cair yang dibuat dengan cara menyari simplisia nabati dengan air
pada suhu 90°C selama 15 menit. Kecuali dinyatakan lain, infusa dilakukan
dengan cara sebagai berikut: “Simplisia dengan derajat kehalusan tertentu
dimasukkan ke dalam panci infusa, kemudian ditambahkan air secukupnya.
Panaskan campuran di atas penangas air selama 15 menit, dihitung mulai suhu
90°C sambil sekali-sekali diaduk. Serkai selagi panas menggunakan kain flannel,
tambahkan air panas secukupnya melalui ampas sehingga diperoleh volume infus
yang dikehendaki”.
d. Digestasi
Digestasi adalah proses ekstraksi yang cara kerjanya hampir sama dengan
maserasi, hanya saja digesti menggunakan pemanasan rendah pada suhu 30-40°C.
Metode ini biasanya digunakan untuk simplisia yang tersari baik pada suhu biasa.
e. Dekokta
Proses penyarian secara dekokta hampir sama dengan infusa,
perbedaannya hanya terletak pada lamanya waktu pemanasan. Waktu pemanasan
pada dekokta lebih lama dibanding metode infusa, yaitu 30 menit dihitung setelah
11
Rancangan Tugas Mahasiswa Studi Kasus
Mata Kuliah Fitokimia II, bahan kajian isolasi senyawa kimia bahan alam Laut

suhu mencapai 90°C. Metode ini sudah sangat jarang digunakan karena selain

proses penyariannya yang kurang sempurna dan juga tidak dapat digunakan untuk
mengekstraksi senyawa yang bersifat yang termolabil.
f. Refluks
Proses ekstraksi dengan pelarut pada titik didih pelarut selama waktu dan
jumlah pelarut tertentu dengan adanya pendingin balik (kondensor). Proses ini
umumnya dilakukan 3-5 kali pengulangan pada residu pertama, sehingga
termasuk proses ekstraksi yang cukup sempurna.
g. Soxhletasi
Proses soxhletasi merupakan proses ekstraksi panas menggunakan alat
khusus berupa ekstraktor soxhlet. Suhu yang digunakan lebih rendah
dibandingkan dengan suhu pada metode refluks.
C. Berdasarkan proses pelaksanaan
1. Ekstraksi berkesinambungan (Continous Extraction) Pada proses ekstraksi
ini, pelarut yang sama dipakai berulang-ulang sampai proses ekstraksi
selesai.
2. Ekstraksi bertahap (Bath Extraction) Dalam ekstraksi ini pada setiap tahap
ekstraksi selalu dipakai pelarut yang selalu baru sampai proses ekstraksi
selesai.
D. Berdasarkan metode ekstraksi
1. Ekstraksi tunggal merupakan proses ekstraksi dengan cara mencampurkan
bahan yang akan diekstrak sebanyak satu kali dengan pelarut. Pada
ekstraksi ini sebagian dari zat aktif akan terlarut dalam pelarut sampai
mencapai suatu keseimbangan. Kekurangan dari ekstraksi dengan cara
seperti ini adalah rendahnya rendemen yang dihasilkan.
2. Ekstraksi multi tahap merupakan suatu proses ekstraksi dengan cara
mencampurkan bahan yang akan diekstrak beberapa kali dengan pelarut
yang baru dalam jumlah yang sama banyak. Ekstrak yang dihasilkan
dengan cara ini memiliki rendemen lebih tinggi dibandingkan ekstraksi
tunggal, karena bahan yang diekstrak mengalami beberapa kali
pencampuran dan pemisahan.

12
Rancangan Tugas Mahasiswa Studi Kasus
Mata Kuliah Fitokimia II, bahan kajian isolasi senyawa kimia bahan alam Laut

Menurut Ubay (2011), Berikut faktor–faktor yang mempengaruhi ekstraksi


yaitu sebagai berikut:
1. Jenis pelarut
Jenis pelarut mempengaruhi senyawa yang tersari, jumlah zat terlarut yang
terekstrak dan kecepatan ekstraksi.
2. Suhu
Secara umum, kenaikan suhu akan meningkatkan jumlah zat terlarut ke
dalam pelarut.
3. Rasio pelarut dan bahan baku
Jika rasio pelarut-bahan baku besar maka akan memperbesar pula jumlah senyawa
yang terlarut. Akibatnya laju ekstraksi akan semakin meningkat.
4. Ukuran partikel
Laju ekstraksi juga meningkat apabila ukuran partikel bahan baku semakin
kecil. Dalam arti lain, rendemen ekstrak akan semakin besar bila ukuran partikel
semakin kecil.
5. Pengadukan
Fungsi pengadukan adalah untuk mempercepat terjadinya reaksi antara
pelarut dengan zat terlarut.
6. Lama waktu
Lamanya waktu ekstraksi akan menghasilkan ekstrak yang lebih banyak,
karena kontak antara zat terlarut dengan pelarut lebih lama.
2.4 Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat
aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang
sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau
serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah
ditetapkan. Sebagian besar ekstrak dibuat dengan mengekstraksi bahan baku obat
secara perkolasi. Seluruh perkolat biasanya dipekatkan dengan cara destilasi
dengan pengurangan tekanan, agar bahan utama obat sesedikit mungkin terkena
panas (Depkes RI, 2014).

13
Rancangan Tugas Mahasiswa Studi Kasus
Mata Kuliah Fitokimia II, bahan kajian isolasi senyawa kimia bahan alam Laut

Menurut Depkes RI (2014), Berdasarkan sifatnya ekstrak dapat dibagi


menjadi empat, yaitu ekstrak encer, ekstrak kental, ekstrak kering, dan ekstrak cair.
1. Ekstrak encer (Extractum tenue)

Gambar 2.11 Ekstrak Encer


(Dari sumber Raditya, 2017)
Ekstrak encer merupakan sediaan yang memiliki konsistensi seperti cairan
madu yang mudah mengalir.
2. Ekstrak kental (Extractum spissum)

Gambar 2.12 Ekstrak Kental


(Dari sumber Rizki, 2017)

Sediaan kental yang apabila dalam keadaan dingin dan kecil kemungkinan
bisa dituang. Kandungan airnya berjumlah antara 5-30%.
3. Ekstrak kering (Extractum siccum)

Gambar 2.12 Ekstrak Kering


(Dari sumber Rizki, 2017)

14
Rancangan Tugas Mahasiswa Studi Kasus
Mata Kuliah Fitokimia II, bahan kajian isolasi senyawa kimia bahan alam Laut

Ekstrak kering merupakan sediaan yang memiliki konsistensi kering dan


mudah dihancurkan dengan tangan. Melalui penguapan dan pengeringan sisanya
akan terbentuk suatu produk, yang sebaiknya memiliki kandungan lembab tidak
lebih dari 5%.
4. Ekstrak cair (Extractum fluidum)

Gambar 2.14 Ekstrak Cair


(Dari sumber Raditya, 2017)
Ekstrak cair merupakan sediaan dari simplisia nabati yang mengandung
etanol sebagai pelarut atau sebagai pengawet atau sebagai pelarut dan pengawet.
Jika tidak dinyatakan lain pada masing-masing monografi tiap ml ekstrak
mengandung bahan aktif dari 1 g simplisia yang memenuhi syarat. Ekstrak cair
jika hasil ekstraksi masih bisa dituang, biasanya kadar air lebih dari 30%
Menurut Awainah (2015), Faktor yang mempengaruhi mutu ekstrak
yakni faktor biologi maupun kimiawi yakni sebagai berikut:
1. Faktor biologi yang mempengaruhi mutu ekstrak meliputi beberapa hal
yaitu:
a. Identitas jenis (spesies): jenis tumbuhan dari sudut keragaman hayati dapat
dikonfirmasi sampai informasi genetik sebagai faktor internal untuk
validasi jenis (spesies).
b. Lokasi tumbuhan asal: lokasi berarti faktor eksternal yaitu lingkungan
(tanah dan atmosfer) dimana tumbuhan berinteraksi berupa energi (cuaca,
temperatur, cahaya) dan materi (air, senyawa organik dan anorganik).
c. Periode pemanenan hasil tumbuhan
d. Penyimpanan bahan tumbuhan
e. Umur tumbuhan dan bagian yang digunakan Selain kelima faktor tersebut
untuk bahan tumbuhan dari hasil budaya ada lagi faktor GAP (Good
Agriculture Practice) sedangkan untuk bahan dari tumbuhan liar (wild
15
Rancangan Tugas Mahasiswa Studi Kasus
Mata Kuliah Fitokimia II, bahan kajian isolasi senyawa kimia bahan alam Laut

crop)

16
Rancangan Tugas Mahasiswa Studi Kasus
Mata Kuliah Fitokimia II, bahan kajian isolasi senyawa kimia bahan alam Laut

ada faktor kondisi proses pengeringan yang umumnya dilakukan di


lapangan.
2. Faktor kimia baik untuk bahan dari tumbuhan liar maupun dari tumbuhan
obat hasil budaya meliputi beberapa hal yaitu:
a. Faktor internal meliputi jenis senyawa aktif, komposisi kuantitatif senyawa
aktif, komposisi kualitatif senyawa aktif dan kadar total rata-rata senyawa
aktif.
b. Faktor eksternal meliputi metode ekstraksi perbandingan ukuran alat
ekstraksi, ukuran kekerasan dan kekeringan bahan, pelarut yang
digunakan, kandungan logam berat, kandungan pestisida.
Menurut Marjoni (2016), beberapa istilah umum yang berkaitan
dengan proses ekstraksi diantaranya:
1. Menstrum yaitu Pelarut/campuran pelarut yang digunakan dalam proses
ekstraksi
2. Rafinat yaitu sisa dari suatu proses ekstraksi.
3. Artefak yaitu zat lain yang diperoleh selain zat yang terkandung di dalam
sampel.
2.5 Fraksinasi
2.5.1 Definisi Fraksinasi
Fraksinasi adalah teknik pemisahan dan pengelompokan kandungan kimia
ekstrak berdasarkan kepolaran. Pada proses fraksinasi digunakan dua pelarut yang
tidak tercampur dan memiliki tingkat kepolaran yang berbeda. Fraksinasi
bertingkat menggunakan pelarut berbeda berdasarkan tingkat kepolaritasannya
menghasilkan ekstrak alami yang berbeda, sehingga senyawa metabolit sekunder
dapat tertarik secara maksimal oleh pelarut (Fatma dkk, 2021)
2.5.2 Manfaat Fraksinasi
Fraksinasi pada prinsipnya adalah proses penarikan senyawa pada suatu
ekstrak dengan menggunakan dua macam pelarut yang tidak saling bercampur.
Pelarut yang umumnya dipakai untuk fraksinasi adalah n-heksan, etil asetat, dan
metanol. Untuk menarik lemak dan senyawa non polar digunakan n-heksan, etil
asetat untuk menarik senyawa semi polar, sedangkan metanol untuk menarik

17
Rancangan Tugas Mahasiswa Studi Kasus
Mata Kuliah Fitokimia II, bahan kajian isolasi senyawa kimia bahan alam Laut

senyawa-senyawa polar. Dari proses ini dapat diduga sifat kepolaran dari senyawa
yang akan dipisahkan. Sebagaimana diketahui bahwa senyawa-senyawa yang
bersifat non polar akan larut dalam pelarut yang non polar sedangkan
senyawasenyawa yang bersifat polar akan larut dalam pelarut yang bersifat polar
juga. Metode yang umum digunakan untuk memisahkan komponen-komponen
senyawa yaitu metode kromatografi. Untuk tujuan kualitatif dapat digunakan
kromatografi lapis tipis (KLT) sedangkan untuk pemisahan senyawa dalam jumlah
besar dapat digunakan kromatografi kolom (Tri dan Hanny, 2019)
2.5.3 Pemilihan Pelarut pada Fraksinasi
Metode fraksinasi pada umumnya dijadikan acuan dalam pendugaan sifat
kepolaran suatu senyawa yang akan dipisahkan (senyawa target). Berdasarkan hal
tersebut metode fraksinasi memiliki kelebihan dibandingkan dengan metode lain,
sebab dapat memisahkan senyawa bioaktif berdasarkan tingkat kepolaran karena
senyawa yang bersifat polar larut dalam pelarut polar sedangkan senyawa semi
polar larut dalam pelarut semi polar dan senyawa non polar larut dalam pelarut
non polar. Pemilihan pelarut pada fraksinasi bergantung pada sifat analitnya
dimana pelarut dan analit harus memiliki sifat yang sama, karena metode
fraksinasi merupakan suatu prosedur pemisahan antara suatu senyawa berdasarkan
tingkat kepolarannya (Fatma dkk, 2021)
2.5.4 Kromatografi
Kromatografi adalah suatu metode pemisahan berdasarkan perbedaan
perpindahan dari komponen_komponen senyawa diantara dua fase yaitu fase diam
(dapat berupa zat cair atau zat padat) dan fase gerak (dapat berupa gas atau zat
cair). Sedangkan pada kromatografi lapis tipis, fase geraknya berupa lempeng
tipis. Kromatografi lapis tipis merupakan metode pemisahan fisikokimia. Lapisan
pemisah terdiri atas bahan berbutir-butir (fase diam) yang pada umumnya dilapisi
dengan silika gel. , ditempatkan pada penyangga berupa plat gelas, logam atau
lapisan yang cocok. Campuran yang akan dipisah berupa larutan yang ditotolkan
baik berupa bercak ataupun pita. Setelah plat atau lapisan dimasukkan ke dalam
bejana tertutup rapat yang berisi larutan pengembang yang cocok (fase gerak),

18
Rancangan Tugas Mahasiswa Studi Kasus
Mata Kuliah Fitokimia II, bahan kajian isolasi senyawa kimia bahan alam Laut

pemisahan terjadi selama perambatan kapiler (pengembangan). Selanjutnya


senyawa yang tidak berwarna harus ditampakkan (Tri dan Hanny, 2019)
2.10.1 Kromatografi Kolom
Kromatografi kolom termasuk kromatografi cairan, adalah metoda
pemisahan yang cukup baik untuk sampel lebih dari 1 gram. Pada kromatografi ini
sampel sebagai lapisan terpisah diletakkan diatas fase diam. Biasanya sampel
dihomogenkan dengan fase diam sehingga merupakan serbuk kering, diatas
lapisan ini dapat diletakkan pasir untuk menjaga tidak terjadinya kerusakan waktu
ditambahkan fase gerak diatas lapisan sampel. Fase diam dan sampel ini berada di
dalam kolom yang biasanya dibuat dari gelas, logam ataupun plastik. Selama elusi
fase gerak dialirkan dari atas, mengalir karena gaya gravitasi atau ditekan dan juga
disedot dari arah bawa. Komponen sampel akan terpisah selama bergerak dibawa
fase gerak didalam kolom (fase diam). Komponen yang paling tidak tertahan oleh
fase diam akan keluar lebih dahulu dan diikuti oleh komponen lain. Semuanya
ditampung sebagai fraksi, volume tiap fraksi tergantung besarnya sampel (kolom)
(Tri dan Hanny, 2019)
1. Kolom Kromatografi
Kolom biasanya berbentuk seperti buret untuk titrasi, ukurannya beragam.
Perbandingan panjang kolom sekurang-kurangnya 10 kalinya diameternya,
perbandingan ini tergantung mudah tidaknya komponen dipisahkan. Perbandingan
berat sampel dan fase gerak (1 : 30) biasanya cukup memadai untuk pemisahan
yang mudah, perbandingan dapat ditingkatkan hingga (1:50) untuk komponen
yang susah dipisahkan (Tri dan Hanny, 2019)
2. Fase Diam
Ukuran partikel fase diam bisanya lebih besar dari ukuran partikel fase
dian untuk KLT, ukuran yang digunakan antara 63-250 µm. Ukuran partikel lebih
kecil dari 63 µm akan mengalir lebih lambat, sehingga perlu ditekan atau
dihubungkan dengan pipa hisap. Silika gel (SiOi) adalah fase diam yang serba
guna, banyak digunakan. Pada pembuatannya silika gel perlu diaktifkan panaskan
pada 150- 160°C selama 3-4 jam. Fase diam lain yang dapat digunakan adalah
alumina (Tri dan Hanny, 2019)

19
Rancangan Tugas Mahasiswa Studi Kasus
Mata Kuliah Fitokimia II, bahan kajian isolasi senyawa kimia bahan alam Laut

3. Fase Gerak
Fase gerak dalam hal ini adalah pelarut yang akan digunakan dalam
pemisahan dengan kromatografi kolom. Pemilihan fase gerak sangat menentukan
berhasil tidaknya pemisahan. Untuk menentukan fase gerak yang akan digunakan,
dapat dilakukan beberapa pendekatan diantaranya penelusuran literature/pustaka
dan mencoba dengan KLT terlebih dahlu. Cara kedua ini lebih lazim dipilih
karena dapat secara tepat memprediksi pelarut kromatografi kolom yang akan
digunakan. Cara ini dikerjakan dengan memilih fase diam KLT sejenis dengan
fase diam kolom yang akan digunakan. Biasanya dicoba dikembangkan dengan
fase gerak non polar kemudian diikuti dengan fase gerak yang lebih polar (Tri dan
Hanny, 2019)
4. Membuat Kolom (Packing)
a) Cara Basah
Kedalam ujung kolom kromatografi (tempat keluarnya fase diam) diatas
keran diletakkan gelas wool, tidak perlu ditekan kuat. Diatasnya ditaburkan pasir
sehingga membentuk lapisan tebal + 1 cm. Selanjutnya dimasukkan petroleum
eter sambil mencoba kecepatan menetes fase gerak dengan memutar keran. Di
dalam beker gelas dibuat bubur fase diam dengan petroleum eter. Dengan bantuan
batang pengaduk bubur dimasukkan kedalam kolom berisi petroleum eter. Sambil
diketuk_ketuk butir-butir fase diam akan turun dan tersusun rapi didalam kolom.
Bila kolom penuh dengan petroleum eter keran dibuka untuk menurunkan
permukaannya dan petroleum eter yang keluar dapat digunakan lagi untuk
membuat bubur fase diam. Packing dihentikan sampai panjang kolom yang
dikehendaki. Selapis pasir diletakkan pada packing kolom untuk melindungi
kolom. Kolom dijaga untuk tidak kering, maka diatas lapisan pasir haras selalu
ada selapis fase gerak. Pada proses packing ini dinding luar kolom gelas
disemprot dengan aseton. Penyemprotan dimaksudkan untuk mendinginkan
kolom sehingga menghambat terbentuknya gelembung udara. Adapun untuk
kolom yang diameternya kecil fase diam kering dapat ditaburkan sedikit demi
sedikit kedalam kolom yang berisi petroleum eter. Kolom ini digunakan setelah
disimpan semalam (Tri dan Hanny, 2019)

20
Rancangan Tugas Mahasiswa Studi Kasus
Mata Kuliah Fitokimia II, bahan kajian isolasi senyawa kimia bahan alam Laut

b) Cara Kering
Selapis pasir diletakkan didasar kolom, kemudian fase gerak dimasukkan
lapis demi lapis sampil ditekan dengan karet atau alat penekan lain. Selain ditekan
dapat juga dibantu dengan dihisap, sehingga dihasilkan packing fase diam yang
mampat. Diatas fase diam diletakkan kertas saring dan diatasnya lagi sdapis pasir.
Pada posisi keran terbuka fase gerak dituangkan dan dibiarkan mengalir keluar.
Packing kolom disimpan dengan mempertahankan selapis fase gerak berada diatas
lapisan pasir (Tri dan Hanny, 2019)
5. Elusi (Pengembangan)
Fase Elusi (pengembangan) merupakan proses pemisahan ekstrak menjadi
fraksi-fraksinya oleh pengaruh Fase gerak (cairan =pelarut pengembang). Fase
gerak dimasukkan kedalam kolom dengan cara dituangkan sedikit demi sedikit
atau dialirkan dari bejana yang diletakkan diatas kolom sehingga fase gerak
mengalir dengan sendirinya. Cara yang praktis adalah dengan memasukkan
kedalam corong pisah, ujung corong pisah dimasukkan kedalam kolom dan ujung
lain tertutup, sedangkan keran terbuka. Fase gerak akan keluar dengan sendirinya
sesuai dengan keluarnya fase gerak dari kolom (Tri dan Hanny, 2019)
Ada dua jenis cara elusi, yang pertama adalah elusi isokratik yaitu selama
proses elusi menggunakan fase gerak dengan polaritas tetap. Kedua adalah elusi
gradien (bertahap) yaitu selama proses elusi menggunakan fase gerak berubah-
ubah polaritasnya. Untuk membuat polaritas berubah-ubah maka komposisi fase
gerak berubah. Pada umumnya dimulai fase gerak non polar kemudian berubah
kepelarut yang polar. Perubahan ini dapat diprogramkan sesuai dengan pemisahan
yang diinginkan. Elusi dihentikan jika sudah tidak ada lagi sampel yang dapat
dibawa keluar lagi oleh fase gerak, bila digunakan elusi gradien sudah sampai
pada fase gerak yang paling polar (Tri dan Hanny, 2019)

21
Rancangan Tugas Mahasiswa Studi Kasus
Mata Kuliah Fitokimia II, bahan kajian isolasi senyawa kimia bahan alam Laut

2.6 Partisi Cair-Cair

Gambar 2.15 Corong pisah


(Dari sumber Armid,
2011)
Ekstraksi cair-cair (liquid extraction, solvent extraction): solute dipisahkan
dari cairan pembawa (diluen) menggunakan solven cair. Campuran diluen dan
solven ini adalah heterogen (immiscible, tidak saling campur), jika dipisahkan
terdapat 2 fase, yaitu fase diluen (rafinat) dan fase solven (ekstrak). Perbedaan
konsentrasi solute di dalam suatu fasadengan konsentrasi pada keadaan setimbang
merupakan pendorong terjadinya pelarutan (pelepasan) solute dari larutanyang
ada. Gaya dorong (driving force) yang menyebabkan terjadinya proses ekstraksi
dapat ditentukan dengan mengukur jarak system dari kondisi setimbang (Rahayu,
2017)
Ekstraksi cair-cair merupakan proses pemisahan di mana suatu zat terbagi
dalam dua pelarut yang tidak bercampur. Koefisien distribusi atau koefisien partisi
yang merupakan tetapan keseimbangan yang merupakan kelarutan relatif dari
suatu senyawa terlarut dalam dua pelarut yang tidak bercampur. Prinsip ekstraksi
cair- cair adalah like disolves like yang berarti bahwa senyawa polar akan mudah
larut dalam pelarut polar, dan senyawa nonpolar mudah larut dalam senyawa
nonpolar. Ekstraksi cair-cair dalam prosesnya terjadi perpindahan solut dari satu
fase ke fase lain. Pada ekstraksi cair cair, fase yang digunakan adalah dua cairan
yang tidak saling bercampur, biasanya digunakan air dan pelarut organik (Bella,
2016)
Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan
perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur Pada
ekstraksi cair-cair terdapat dua lapisan dimana lapisan atas adalah senyawa yang
larut dalam etil asetat dan lapisan bawah adalah lapisan metanol Pengocokan
22
Rancangan Tugas Mahasiswa Studi Kasus
Mata Kuliah Fitokimia II, bahan kajian isolasi senyawa kimia bahan alam Laut

dilakukan sebanyak tiga kali dengan tujuan senyawa yang akan


diperoleh lebih banyak (Dewi dkk, 2014)
Ekstraksi cair-cair didasari oleh hukum distribusi Nerst yaitu zat terlarut
akan terbagi pada dua pelarut yang tidak saling bercampur sehingga dalam
keadaan setimbang. Selain itu, prinsip percobaan ekstraksi cair-cair juga didasari
hukum like dissolve like yaitu senyawa polar akan larut dalam senyawa polar dan
senyawa non polar akan larut dalam pelarut non polar (Elyta dkk, 2018)
Menurut Hermawan dan Sari (2016), Pemisahan solven menjadi sangat
penting, solven yang digunakan dalam ekstraksi cair-cair harus memiliki sifat
antara lain:
a. Solut mempunyai kelarutan yang besar dalam solven, tetapi solven sedikit
atau tidak melarutkan diluen.
b. Tidak mudah menguap saat ekstraksi.
c. Mudah dipisahkan dari solut, sehingga dapat digunakan kembali
Menurut Hermawan dan Sari (2016), Berdasarkan sifat diluen dan solven,
sistem ekstraksi dibagi menjadi 2 sistem:
a. Immiscible extraction, solven dan diluen tidak saling larut.
b. Partially miscible, solven sedikit larut dalam diluen dan sebaliknya.
Meskipun demikian, campuran ini heterogen. Jika dipisahkan akan
terdapat fase diluen dan fase solven.
Menurut Hermawan dan Sari (2016), Untuk mencapai proses ekstraksi
cair- cair yang baik, pelarut yang digunakan harus memenuhi kriteria sebagai
berikut
a. Kemampuan tinggi melarutkan komponen zat terlarut di dalam campuran.
b. Kemampuan tinggi untuk diambil kembali.
c. Perbedaan berat jenis antara ekstrak dan rafinat lebih besar.
d. Pelarut dan larutan yang akan diekstraksi harus tidak mudah campur.
e. Tidak mudah bereaksi dengan zat yang akan diekstraksi.
f. Tidak merusak alat secara korosi.
g. Tidak mudah terbakar, tidak beracun, dan harganya relatif murah.
Pemisahan dengan cara ini bersifat sederhana, bersih, cepat, dan mudah.
Dalam banyak kasus, pemisahan dapat dilakukan dengan mengocok kedua larutan
23
Rancangan Tugas Mahasiswa Studi Kasus
Mata Kuliah Fitokimia II, bahan kajian isolasi senyawa kimia bahan alam Laut

dalam sebuah corong pisah selama beberapa menit. Teknik ini dapat diterapkan
untuk bahan-bahan dari tingkat runutan maupun yang dalam jumlah banyak
(Maria dkk, 2016)
Prinsip kerja corong pisah yaitu untuk memisahkan zat/senyawa tertentu
dalam sampel berdasarkan kelarutan dalam pelarut tertentu yang memiliki
perbedaan fase. Campuran dua fase dimasukkan kedalam corong pisah kemudian
didiamkan agar pemisahan antara dua fase berlangsung, penyumbatan dan keran
corongdibuka dan dua fase larutan ini dipisahkan dengan mengontrol keran
corong (Dwi dkk, 2019)
2.7 Kromatografi Cair Vakum

Gambar 2.16 Kromatografi cair vakum


(Dari sumber ahmad, 2014)
Kromatografi Cair vakum merupakan salah satu kromatografi vakum
khusus yang biasanya menggunakan silika gel sebagai adsorben. Kelebihan KCV
jika dibandingkan dengan kromatografi kolom biasa terletak pada
kecepatanproses (efisiensi Waktu) karena proses pengelusian dipercepat dengan
memvakumkan kolom selain itu KCV juga dapat memisahkan sampel dalam
jumlah banyak. Pemilihan jenis silika gel yang tepat merupakan faktor yang
sangat penting untuk mendapatkan hasil pemisahan yang baik Ukuran partikel
silika gel yang terlalu kecil akan menyebabkan proses elusi berjalan sangat lambat
(Aris, 2016)
Pemilihan sistem pelarut untuk kromatografi kolom vakum cair dapat
dilakukan dengan 3 pendekatan yaitu penelusuran pustaka, mencoba menerapkan
data KLT pada pemisahan dengan kolom dan pemakaian elusi dari pelarut non
polar yang tidak menggerakkan zat terlarut sampai pelarut polar yang
menggerakkan zat terlarut. Sistem elusi dapat dilakukan dengan metode gradien

24
Rancangan Tugas Mahasiswa Studi Kasus
Mata Kuliah Fitokimia II, bahan kajian isolasi senyawa kimia bahan alam Laut

pelarut atau dengan

25
Rancangan Tugas Mahasiswa Studi Kasus
Mata Kuliah Fitokimia II, bahan kajian isolasi senyawa kimia bahan alam Laut

sistem isokratik. Elusi gradient (variasi kepolaran pelarut) dilakukan apabila


campuran senyawa cukup komplek sedangkan elusi isokratik dilakukan jika
campuran senyawa yang akan dipisahkan sederhana. Sampel dilarutkan dalam
pelarut yang sesuai atau sampel dibuat serbuk bersama adsorben (impregnasi) dan
dimasukkan ke bagian atas kolom kemudian dihisap perlahan-lahan. Kolom
dielusi dengan pelarut yang sesuai, dimulai dengan yang paling non polar. Kolom
dihisap sampai kering pada setiap pengumpulan fraksi. Kromatografi cair vakum,
fraksi- fraksi yang ditampung biasanya bervolume jauh lebih besar dibandingkan
dengan fraksi yang diperoleh dari kromatografi kolom biasa. Langkah pemisahan
menggunakan kromatografi cair vakum biasanya dilakukan pada tahap awal
pemisahan (pemisahan terhadap ekstrak kasar yang diperoleh langsung dari proses
ekstraksi). Jenis pompa vakum yang paling banyak dipakai sekarang yaitu pompa
jenis reciprocating. Pompa ini terdiri dari ruangan kecil tempat pelarut yang
dipompa dengan cara gerakan piston maju-mundur yang dijalankan oleh motor.
Piston berupa batang gelas dan berkontak langsung dengan larutan (Aris, 2016)
2.8 Kromatografi Kolom Gravitasi

Gambar 2.17 Kromatografi kolom gravitasi


(Dari sumber ahmad, 2014)

Kromatografi kolom gravitasi termasuk jenis teknik kromatografi yang


paling awal dikembangkan dan termasuk kromatografi serapan yang sering
disebut kromatografi elusi. Kolom kromatografi dapat berupa pipa gelas yang
dilengkapi dengan kran dan gelas penyaring didalamnya. Ukuran kolom
tergantung pada banyaknya zat yang akan dipisahkan. Untuk menahan penyerap
yang diletakkan
26
Rancangan Tugas Mahasiswa Studi Kasus
Mata Kuliah Fitokimia II, bahan kajian isolasi senyawa kimia bahan alam Laut

didalam kolom dapat digunakan glass wool atau kapas. Aplikasi teknik ini banyak
digunakan untuk pemurnian senyawa setelah melewati KLT, misalnya untuk
pemurnian karotenoid, klorofil, serta senyawa bioaktif lainnya (Giner dkk, 2012)
Pada kromatografi kolom, kolomnya diisi dengan bahan seperti alumina,
silika gel atau pati yang dicampur dengan adsorben dan pastanya diisikan kedalam
kolom. Larutan sampel kemudian diisikan kedalam kolom atas sehingga sampel
diabsorbsi oleh adsorben. Kemudian pelarut yang berfungsi sebagai fase gerak
ditambahkan tetes demi tetes dari atas kolom. Partisi zat terlarut berlangsung
dipelarut yang turun kebawah dan pelarut yang teradsorbsi oleh adsorben yang
berfungsi sebagai fase diam.Selama perjalanan turun, zat terlarut akan mengalami
proses adsorpsi dan partisi berulang-ulang. Laju penurunan berbeda untuk
masing- masing zat terlarut dan bergantung koefisien partisi masing-masig zat
terlarut. Kemudian, zat terlarut akan terpisahkan membentuk beberapa lapisan
zona berwarna yag disebut kromatogram. Akhirnya, masing-masing lapisan
dielusi dengan pelarut yang cocok untuk m emberikan spesimen murninya (Giner
dkk, 2012)
2.9 Tinjauan Pelarut
2.9.1 Alkohol

Gambar 2.18 Rumus Struktur Alkohol (Dirjen POM, 2020)


Etanol adalah campuran etilalkohol dan air mengandung tidak kurang dari
94,7 % atau 92,0% dan tidak lebih dari 95,2 % atau 92,7 % C 2H6O. etanol
merupakan cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah bergerak
,bau khas, rasa panas mudah terbakar dengan memberikan nyala biru tidak
berasap. kelarutan dari etanol yaitu sangat mudah larut dalam air dalam kloroform
P dan dalam eter P. Etanol merupakan salah satu produk hasil fermentasi dari
bahan yang mengandung gula sederhana, pati, atau bahan berserat lainnya. Etanol
dipakai sejak ratusan tahun lalu untuk meragikan gula menjadi arak sebagai
minuman keras.
27
Rancangan Tugas Mahasiswa Studi Kasus
Mata Kuliah Fitokimia II, bahan kajian isolasi senyawa kimia bahan alam Laut

Etanol juga dapat dimanfaatkan dalam bidang pengobatan, pangan, pembuatan


kosmetik, dan bahan bakar (Azizah dkk., 2012).
2.9.2 Aquadest

Ganbar 2.19 Struktur kimia aquadest


(Dari sumber Dirjen POM, 2014)
Aqua destilata atau Aquadest (H2O) dengan berat molekul 18,02g/mol.
Aquadest merupakan Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa.
Aquadest larut hampir di semua pelarut dan biasa digunakan sebagai pelarut,
aquadest disimpan pada wadah tertutup (Dirjen POM, 2014).
2.9.3 Etil Asetat

Gambar 2.20 Struktur Kimia Etil Asetat


(Dari sumber Dirjen POM, 2014)
Etil asetat adalah senyawa organik dengan rumus molekul CH 3COOC2H5.
Senyawa ini merupakan senyawa ester dari ethanol dan asam asetat. Etil asetat
merupakan cairan yang tidak berwarna, memiliki aroma khas. Etil asetat memiliki
berat molekul 88,105 g/mol, memiliki titik didih 77,10C dan memiliki nilai
densitas 0,897 g/ml. Etil memiliki banyak kegunaan seperti sebagai bahan pelarut,
untuk kebutuhan industri farmasi, dan sebagai bahan baku parfu, kosmetik. Etil
asetat adalah pelarut polar menengah yang volatil (mudah menguap), tidak
beracun, dan tidak higroskopis (Rowe et al 2009).

28
Rancangan Tugas Mahasiswa Studi Kasus
Mata Kuliah Fitokimia II, bahan kajian isolasi senyawa kimia bahan alam Laut

2.9.4 Metanol

Gambar 2.5 Rumus Kmia Metanol


(Sumber Dari Dirjen POM, 2014)
Metanol adalah sebuah bahan kimia yang tergolong dalam senyawa
alkohol dengan rumus senyawa yang mencakup satu atom karbon dan empat atom
hidrogen dan satu oksigen atau digambarkan dengan rumus kimianya adalah metil
alkohol, (CH,OH). Dengan berat molekul 32 g/mol, titik didih 64°-65°C
(tergantung kemurnian), dan berat jenis 0,7920-0,7930 (juga tergantung
kemurnian). Secara fisik metanol merupakan cairan bening, berbau seperti
alkohol, dapat bercampur dengan air, etanol, khloroform dalam perbandingan
berapapun, higroskopis, mudah menguap dan mudah terbakar dengan api yang
berwarna biru. Metanol memiliki berat sangat ringan, mudah menguap, tidak
berwarna, hambar, mudah terbakar, cairan beracun dengan bau yang sangat samar
dan digunakan sebagi zat pelarut ( Dirjen POM, 2014).
2.9.5 n-Heksan

Gambar 2.21 Struktur Kimia n-Heksan


(Dari sumber Dirjen POM, 2014)

n-Heksan adalah senyawa organik dengan rumus molekul C6H14. Senyawa ini
merupakan cairan jernih, mudah menguap, bau seperti eter lemah atau bau seperti
petroleum. Larutan ini raktis tidak larut dalam air, larut dalam etanol mutlak, dapat
dicampur dengan eter, dengan kloroform, dengan benzena, dan dengan sebagian
29
Rancangan Tugas Mahasiswa Studi Kasus
Mata Kuliah Fitokimia II, bahan kajian isolasi senyawa kimia bahan alam Laut

besar minyak lemak dan minyakatsiri. n-Heksana adalah pelarut yang baik jika
digunakan untuk mengekstrak senyawa yang sifatnya non polar sebab mempunyai
berbagai kelebihan, yaitu volatil, stabil, dan selektif (Rowe et al 2009).

30
Rancangan Tugas Mahasiswa Studi Kasus
Mata Kuliah Fitokimia II, bahan kajian isolasi senyawa kimia bahan alam Laut

BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Fitokimia 2 percobaan partisi cair-cair dilaksanakan pada hari
Minggu tanggal 15 Oktober 2023 pukul 07.00-10.00 WITA. Praktikum ini
bertempat di Laboratorium Bahan Alam Farmasi Fakultas Olahraga Dan
Kesehatan Universitas Negeri Gorontalo.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu Batang pengaduk, cawan
porselen, corong kaca, corong pisah, gelas beker, gelas ukur, kaki tiga, neraca
ohaus, spatula, dan vial.
3.2.1 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah Alkohol 70%,
aluminium foil, aquades, etil asetat, ekstrak kental bulu babi (Diadema setosum),
label, metanol, n-heksan dan tisu.
3.3 Cara kerja
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dibersihkan alat dengan alkohol 70%
3. Ditimbang ekstrak kental bulu babi (Diadema setosum) sebanyak 5g
menggunakan neraca ohaus
4. Dilarutkan ekstrak kental bulu babi (Diadema setosum) dengan 200 mL
metanol
5. Dimasukan ke dalam corong pisah, lalu tambahkan pelarut n-Heksan
sebanyak 100 mL
6. Dikocok selama 30 menit
7. Didiamkan sampai terjadi pemisahan antara 2 fase
8. Dibuka keran corong pisah untuk memisahkan fase polar dan non polar,
lalu ditampung di botol vial
9. Diukur volume fraksi metanol dan fraksi n-Heksan yang didapatkan
dengan gelas ukur

31
Rancangan Tugas Mahasiswa Studi Kasus
Mata Kuliah Fitokimia II, bahan kajian isolasi senyawa kimia bahan alam Laut

10. Dimasukan kembali fraksi metanol kedalam corong pisah, dan


ditambahkan dengan pelarut etil asetat dengan perbandingan 1:1
11. Dikocok selama 15 menit, lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan
12. Dibuka keran corong pisah, dipisahkan antara fraksi polar dan fraksi semi
polar didalam botol vial
13. Diukur volume fraksi yang telah didapatkan
14. Dibungkus dengan aluminium foil ke tiga fraksi yang telah didapat

32
Rancangan Tugas Mahasiswa Studi Kasus
Mata Kuliah Fitokimia II, bahan kajian isolasi senyawa kimia bahan alam Laut

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan


Table 4.1 Hasil Pengamatan Partisi Cair-Cair

Nama Sampel Hasil Pengamatan


Fraksi metanol Fraksi n-heksan Fraksi etil asetat

Bulu Babi
(Diadema
setosum)

60 mL 38 mL 400 mL
Sumber : Data yang diolah, 2023
4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan partisi cair-cair dengan cara
pemisahan komponen menggunakan pelarut yang tidak saling bercampur yang
berdasarkan tingkat kepolaran. Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh
dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani
menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut
diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga
memenuhi baku yang telah ditetapkan (Depkes RI, 2014).
Metode partisi cair-cair merupakan pemisahan komponen kimia diantara
dua fase pelarut yang tidak saling bercampur. Komponen kimia akan terpisah ke
dalam kedua fase sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan
konsentrasi yang tetap (Muhammad dan Fiqhanisa, 2018). Prinsip ekstraksi cair-
cair adalah like disolves like yang berarti bahwa senyawa polar akan mudah larut
dalam pelarut polar, dan senyawa nonpolar mudah larut dalam senyawa nonpolar.
Ekstraksi cair-cair dalam prosesnya terjadi perpindahan solut dari satu fase ke fase
lain. Pada ekstraksi cair-cair, fase yang digunakan adalah dua cairan yang tidak
saling bercampur, biasanya digunakan air dan pelarut organik (Bella, 2016)

33
Rancangan Tugas Mahasiswa Studi Kasus
Mata Kuliah Fitokimia II, bahan kajian isolasi senyawa kimia bahan alam Laut

Hal pertama yang dilakukan adalah disiapkan alat dan bahan. Alat yang
digunakan yaitu corong pisah, gelas kimia, gelas ukur, kaki tiga, spatula, dan vial.
Adapun bahan yang digunakan yaitu air, alkohol 70%, aluminium foil, ekstrak
kental bulu babi (Diadema setosum), etil Asetat, label, metanol, N-heksan, dan
tisu. Lalu dibersihkan alat menggunakan alkohol 70%. Alkohol 70% digunakan
untuk membersihkan alat agar alat terbebas dari mikroba, Menurut Dian Wahyuni
(2017), Penggunaan alkohol 70% sangat bermanfaaat untuk membersihkna kuman
pada alat kesehatan dimana alkohol bekerja sebagai anti mikroba dengan
mekanisme mendenaturasi protein.
Masing-masing ekstrak kental bulu babi (Diadema setosum) dilarutkan
dengan pelarut metanol sebanyak 200 mL. metanol digunakan sebagai pelarut
polar, Menurut Mariana (2018), menurut prinsip like dissolve like yaitu senyawa
polar akan larut dalam senyawa polar dan senyawa non polar akan larut dalam
pelarut non polar. Setelah dilarutkan kemudian dimasukkan sampel kedalam
corong pisah. Menurut Febrianti (2019), prinsip kerja corong pisah yaitu untuk
memisahkan zat/senyawa tertentu dalam sampel berdasarkan kelarutan dalam
pelarut tertentu yang memiliki perbedaan fase.
Pelarut n-heksan dimasukkan sebanyak 200 mL kedalam corong pisah.
Menurut Astuti (2020), pelarut n-heksan adalah pelarut yang baik jika digunakan
untuk mengekstrak senyawa yang sifatnya non polar sebab mempunyai berbagai
kelebihan, yaitu volatil, stabil, dan selektif. Dan selanjutnya dilakukan
pengocokan selama 15 menit. Menurut Saotoraharjo (2020), pengocokan
dilakukan agar terjadi kesetimbangan konsentrasi zat yang akan diekstraksi pada
kedua lapisan. Kemudian sampel didiamkan selama beberapa menit hingga
terbentuk dua lapisan yaitu lapisan metanol dan lapisan n-heksan. Masing-masing
lapisan yang terpisah diukur volumenya menggunakan gelas ukur dan ditampung
pada wadah botol kaca (vial). Menurut Sari (2017), setiap fraksi harus disimpan
dalam wadah kedap udara dan kering serta terhindar dari sinar matahari langsung
untuk menghindari rusaknya fraksi atau ekstrak.
Lapisan metanol dimasukkan kembali kedalam corong pisah dan
ditambahkan dengan pelarut etil asetat dengan perbandingan 1:1. Menurut
Syafa’ah
34
Rancangan Tugas Mahasiswa Studi Kasus
Mata Kuliah Fitokimia II, bahan kajian isolasi senyawa kimia bahan alam Laut

(2019), etil asetat bersifat semi polar akan menarik senyawa semi polar. Menurut
Dewi (2021), pemisahan ekstraksi cair-cair dilakukan dengan menggunakan
pelarut non polar yaitu n-heksana dengan perbandingan 1:1, pelarut semi polar
yaitu etil asetat dengan perbandingan 1:1. Setelah itu dilanjutkan dengan
pengocokan selama 15 menit dan didiamkan larutan hingga terbentuk dua lapisan
yaitu lapisan aquades dan lapisan etil asetat. Menurut Yazid (2015), pengocokan
dilakukan sampai terjadi kesetimbangan konsentrasi solut pada kedua pelarut dan
setelah didiamkan beberapa saat akan terbentuk dua lapisan dan lapisan yang
berada di bawah dengan kerapatan lebih besar sehingga dapat dipisahkan. Masing-
masing lapisan kemudian dipisahkan dan ditampung pada wadah botol kaca (vial).
Menurut Sari (2017), setiap fraksi harus disimpan dalam wadah kedap udara dan
kering serta terhindar dari sinar matahari langsung untuk menghindari rusaknya
fraksi atau ekstrak.
Hasil yang diperoleh, pada metanol (sampel) memperoleh volume 60 mL,
pada fraksi etil asetat memperoleh volume 400 mL, dan pada fraksi n-heksan
diperoleh 38 mL. Hasil yang diperoleh ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
Menurut Flanagan (2017), ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil ekstraksi
cair-cair diantaranya, jenis pelarut, kelarutan analit, kecepatan pengadukan, dan
lama pengadukan. Selain itu dari data hasil yang diperoleh bahwa pada tiap fraksi
yang dihasilkan terdapat pengurangan maupun penambahan volume dari pelarut
yang digunakan. Menurut Nurdiansyah (2018), dalam partisi penambahan hasil
akhir fraksi dikarenakan bahwa semua senyawa yang terdistribusi kedalam pelarut
polar maupun nonpolar yang memiliki hasil fraksi dengan volume yang
meningkat. Adapun kemungkinan kesalahan dalam percobaan ini adalah
kurangnya ketilitian dalam mengukur pelarut yang digunakan, dan kesalahan
dalam menggunakan alat yang menyebabkan kerusakan pada alat, selain itu
terdapat kemungkinan kesalahan yang terjadi adalah waktu pengadukan dan
kecepatan
pengadukan.

35
Rancangan Tugas Mahasiswa Studi Kasus
Mata Kuliah Fitokimia II, bahan kajian isolasi senyawa kimia bahan alam Laut

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

1. Partisi cair-cair (corong pisah) Ekstraksi cair-cair adalah Pemisahan


komponen yang digunakan untuk mendapatkan senyawa dalam campuran
fase cair dengan pelarut cair
2. Prinsip kerja ekstraksi cair-cair adalah pemisahan senyawa yang
mempunyai perbedaan kelarutan pada 2 pelarut yang berbeda. Dakam hal
ini ekstraksi cair-cair digunakan untuk memisahkan satu atau lebih
senyawa menggunakan dua pelarut yang tidak saling bercampur, dimana
senyawa akan terdistribusi di antara dua fase sesuai dengan derajat
kelarutannya yang kemudian masing-masing jenuh dan terjadi pemisahan
3. Ekstraksi padat-cair, zat yang diekstraksi terdapat di dalam campuran yang
berbentuk padatan. Ekstraksi jenis ini banyak dilakukan di dalam usaha
mengisolasi zat berkhasiat yang terkandung di dalam bahan alam seperti
steroid, hormon, antibiotika dan lipida pada biji-bijian.Sedangkan
Ekstraksi cair-cair; zat yang diekstraksi terdapat di dalam campuran yang
berbentuk cair. Ekstraksi cair-cair sering juga disebut ekstraksi pelarut
banyak dilakukan untuk memisahkan zat seperti iod atau logam-logam
tertentu dalam larutan air.
5.2 Saran
5.2.1 Saran Untuk Asisten
Diharapkan asisten untuksenantiasa mendampingi dan memberikan
petunjuk bagi praktikan yang belum menguasai langkah-langkah dalam
melakukan praktikum.
5.2.2 Saran Untuk Jurusan
Diharapkan jurusan bisa mengembangkan inovasi dan memberikan ilmu
pengetahuan dengan modifikasi yang lebih mudah dipahami.
5.2.3 Saran Untuk Laboratorium

Sebaiknya untuk laboratorium agar dapat menjaga kondusifitas keadaan ru


angan dan kelengkapan peralatan di dalamlaboratorium sehingga dapat
memperlancar praktikum.
36
Rancangan Tugas Mahasiswa Studi Kasus
Mata Kuliah Fitokimia II, bahan kajian isolasi senyawa kimia bahan alam Laut

5.2.4 Saran Untuk Praktikan


Diharapkan lebih mengasah lagi kemampuannya dalam mengamati senya
wa-senyawa yang terdapat dalam sampel yang membutuhkan ketelitian dalam
melakukan praktikum.

37
Rancangan Tugas Mahasiswa Studi Kasus
Mata Kuliah Fitokimia II, bahan kajian isolasi senyawa kimia bahan alam Laut

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Musir dkk. 2014. Penuntun Praktikum Teknologi Pemisahan. Jakarta
Amaliah, Rima .2022. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Hasil Partisi Rimpang
Lempuyang Gajah (Zingiber zerumbet (L). Roscoe ex Sm. Undergraduate
(S1) thesis, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Aris Yulita Aprianto. 2016. Isolasidan Identifikasi Senyawa Triterpenoid pada Biji
Swietenia mahagoni (L.) Jacq. Skripsi. Universitas Airlangga
Armid. 2011.Prekonsentrasi Dan Analisis Senyawa Renik Fenol Pada Sampel
Perairan: Optimasi Kinerja Adsorben Pada Ekstraksi Padat-Cair.
Awainah Nurul.2015. Standarisasi Ekstrak Metanol Klika Anak Dara (Croton
Oblongus Burm F.). Jurusan Farmasi. Fakultas Kedokteran & Ilmu
Kesehatan. Uin Alauddin Makassar
Azizah, N., Al-Baarri, A. N., dan Mulyani, S. 2012. Pengaruh Lama Fermentasi
terhadap Alkohol, pH, dan Produksi Gas pada Proses Fermentasi
Bioetanol dari Whey dengan Substitusi Kulit Nanas. Jurnal Aplikasi
Teknologi Pangan. 1(2): 72-77.
Bella Fibriani, Yani Lukmayani, 'Leni Purwanti.2016.Isolasi dan Identifikasi
Senyawa Flavonoid dari Kacang Hijau (Vigna radiata (L.) R.
Wilczek). Bandung
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Pedoman Penerapan
Formularium Nasional. Direktur Jenderal Bina Kefarmasian Dan Alat
Kesehatan: Jakarta
Dewi Sartika, Sitti Chadijah, Asriani Ilyas.2014.Analisis Antioksidan Ekstrak Etil
Asetat Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana L.) Dengan Metode
DPPH (1,1difenil-2-Pikrilhidrazil). Makassar
Dirjen POM. 2020. Farmakope Indonesia Edisi VI. Kementrian Kesehatan RI:
Jakarta
Dirjen POM. 2020. Farmakope Indonesia. Edisi Enam. Depkes RI : Jakarta.
Dwi Rizki Febrianti, Yugo Susanto, Rakhmadhan Niah, Siti Latifah. 2019.
Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Kulit Jeruk Siam Banjar (Citrus
reticulata) Terhadap Pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa. Jurnal
Pharmascience, Vol. 06 , No.01, Februari 2019, hal: 10 – 17
Elyta Mariana, Edy Cahyono, Endah Fitriani Rahayu, dan Bowo Nurcahyo.2018.
Validasi Metode Penetapan Kuantitatif Metanol dalam Urin Menggunakan
Gas Chromatography-Flame Ionization Detector. Indo. J. Chem. Sci. 7 (3)
(2018)
Endarini, L. H. 2016. Farmakognosi Dan Fitokimia. Kemenkes RI.

38
Rancangan Tugas Mahasiswa Studi Kasus
Mata Kuliah Fitokimia II, bahan kajian isolasi senyawa kimia bahan alam Laut

Eva Susanty Simaremare. 2014. SKrining Fitokimia Ekstrak Etanol Daun Gatal
(Laportea decumana (Roxb) Wedd). Phamarcy Vol 11 No 1 Juli 2014
Fatma Eka Putri, Andarini Diharmi, Rahman Karnila. 2021. Identifikasi Senyawa
Metabolit Sekunder pada Rumput Laut Cokelat (Sargassu plagyophyllum)
Using Fractionation Method. Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian
Indonesia Vol 15 No 01
Fery Norhendy et al. 2014. Farmakognosi. Kompetensi Keahlian Farmasi. Buku.
Penerbit Buku Kedokteran : EGC.
Fitriani Rizky Amelia. 2015. Penentuan Jenis Tanin dan Penetapan Kadar Tanin
dari Buah Bungur Muda (Lagerstroemia speciosa Pers.) secara
Spektrofotometri dan Permangantometri. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Universitas Surabaya Vol. 4 No 2 (2015)
Giner Maslebu dkk. 2012. Kombinasi Teknik Kromatografi Kolom Gravitasi
Sepktrofotometer Sederhana sebagai Permodelan Kromatografi Cairan
Kinerja Tinggi (KCKT). Prosiding Seminar Nasional Sains dan
Pendidikan Sains VII UKSW.
Hadinoto, S., Sukaryono, I. D., & Siahay, Y. 2016. Kandungan Gizi Bulu Babi
(Diadema setosum) dan Potensi Cangkangnya Sebagai Antibakteri.
Lambung Mangkurat University Press.
Hasri, Iwan Dini, St. Aminah, Nurdiansyah. 2018. Isolasi Dan Karakterisasi
Senyawa Metabolit Sekunder Ekstrak N-Heksan Kulit Batang Tumbuhan
Buni (Antidesma Bunius (L) Spreng) Dan Potensi Sebagai Anti Kanker.
Jurusan Kimia Universitas Negeri Makassar.
Herbie, T. 2015. Kitab Tanaman Berkhasiat Obat -226- Tumbuhan Obat untuk
Penyembuhan Penyakit dan Kebugaran Tubuh. Cetakan 1. Edited by
Adhe. Yogyakarta: OCTOPUS Publishing House.
Hermawan dan Sari, Lelita S., 2016. Pemodelan Kesetimbangan Cair-Cair Dalam
Pemungutan Senyawa Fenol Dari Limbah Cair Industri Tekstil Dengan
Proses Ekstraksi. Skripsi, Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas
Negeri Semarang
Julianto, T. S. 2019. Fitokimia Tinjauan Metabolit Sekunder dan Skrining
Fitokimia, Universitas Islam Indonesia Yogyakarta
Khusnul Khotimah. 2016. Skrining Fitokimia dan Identifikasi Metabolit Sekunder
Senyawa Karpain pada Ekstrak Metanol daun Carica pubescens Lenne dan
K.Koch dengan LC/MS. Skripsi. Malang
Maria Christina P, Riftanio N. Hidayat, Duyeh Setiawan. 2016. Pemisahan
Renium-188 Dari Sasaran Wolfram-188 Dengan Metode Ekstraksi
Menggunakan Pelarut Metil Etil Keton. Jurnal Forum Nuklir (JFN)
Volume 10, Nomor 1, Mei 2016

39
Rancangan Tugas Mahasiswa Studi Kasus
Mata Kuliah Fitokimia II, bahan kajian isolasi senyawa kimia bahan alam Laut

Marjoni, R. 2016 Dasar-Dasar Fitokimia untuk Diploma III Farmasi. Jakarta:


CV. Trans Info Media
Mukhriani, 2014, Ekstraksi, Pemisahan Senyawa, dan Identifikasi Senyawa Aktif,
Jurnal-Kesehatan Vol VII No. 2, Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Alaudin
Makassar, Makassar.
Ningsih, R. W. 2015. Studi Keanekaragaman Teripang (Holothuridae) aan Bulu
Babi (Echinoidae) di Perairan Pantai Desa Sungai Bakau Kecamatan
Kumai Kabupaten Kotawaringin Barat (Doctoral dissertation, IAIN
Palangka Raya).
Ningsih, R. W. 2015. Studi Keanekaragaman Teripang (Holothuridae) aan Bulu
Babi (Echinoidae) di Perairan Pantai Desa Sungai Bakau Kecamatan
Kumai Kabupaten Kotawaringin Barat. Doctoral dissertation, IAIN
Palangka Raya).
Parwata, I Made Oka Ade. 2016. Flavonoid. Bahan Ajar. Denpasar
Pratiwi. 2014. Skrining Uji Efek Antimitosis Ekstrak Daun Botto’-Botto’
(Chromolaena Odorata L.) Menggunakan Sel Telur Bulubabi (Tripneustus
Gratilla L.). Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar
Raditya Iswandana dkk. 2017. Formulation, physical stability, and in vitro activity
test of foot odor spray with betel leaf etanol extract (Piper betle L.).
Pharmaceuticals Sciences and Research 4(3) : 121-131
Rahayu, Siti. 2017. Isolasi Pektin Dari Kulit Pepaya (Carica Papaya L.) Dengan
Metode Refluks Menggunakan Pelarut Hcl Encer. Palembang
Ramadani, Nur Ulfa .2018. Pengaruh Suhu dan Waktu Evaporasi Tanaman Cabai
Rawit (Capsicum frutescens L.) Menggunakan Evaporator Vakum dalam
Optimasi Kadar Vitamin C dengan menggunakan Response Surface
Methodology (RSM) (Effect of Temperature and Evaporation Time on
Rawit Chilli (Capsicum frutescens L.) Using Vacuum Evaporator in
Optimization of Vitamin C by Using Response Surface
Methodology (RSM). Undergraduate thesis. Universitas Diponegoro
Rini Ambarwati, Erni Rustiani. 2022. Formulasi dan Evaluasi Nanopartikel
Ekstrak Biji Alpukat (Persea Americana Mill) dengan Polimer PLGa.
Majalah Farmasetika, 7 (4) 2022, 305-313
Rizki Aulia Rahmaeni. 2017. Uji Identifikasi Senyawa Kuersetin Dalam Ekstrak
N- Heksan Daun Senggani (Melastoma malabathricum L.) Menggunakan
Metode Kromatogafi Lapis Tipis. Universitas Tanjungpura
Sarah Chairunnisa, Ni Made Wartini, Lutfi Suhendra. 2019. Pengaruh Suhu dan
Waktu Maserasi terhadap Karakteristik Ekstrak Daun Bidara (Ziziphus
mauritiana L.) sebagai Sumber Saponin. Jurnal Rekayasa dan Manajemen
Agroindustri

40
Rancangan Tugas Mahasiswa Studi Kasus
Mata Kuliah Fitokimia II, bahan kajian isolasi senyawa kimia bahan alam Laut

Sherly Kusuma Warda Nigsih. Sintesis dan Karakterisasi Nanopartikel ZnO


melalui Proses Sol-Gel untuk Bahan Solar-Cell. Laporan Tahunan.
Universitas Negeri Padang
Sutrisno Koswara dkk. 2017. Produksi Pangan Untuk Industri Rumah Tangga
Madu. BPOM RI. Jakarta
Tri Puji Lestari Sudarwati M.A. Hanny Ferry Fernand. 2019. Aplikasi
Pemanfaaran Daun Pepaya (carica papaya) sebagai Biolarvasida terhadap
Larva Aedes aegypti. Buku. Penerbit Graniti.
Ubay, Bey. 2011. Ekstraksi Padat-Cair. Jurnal Fisika UNAND. Bandung.

41
Rancangan Tugas Mahasiswa Studi Kasus
Mata Kuliah Fitokimia II, bahan kajian isolasi senyawa kimia bahan alam Laut

LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1: Alat dan bahan
1. Alat

No Nama alat Gambar Kegunaan

Digunakan untuk
1. Batang pengaduk
Mengaduk campuran

Digunakan untuk
wadah menimbang
2. Cawan porselen
sampel

Digunakan untuk
membantu
3. Corong kaca
memindahkan larutan
ke wadah

Digunakan untuk
Memisahkan 2
4. Corong pisah
komponen yang
berbeda

Digunakan untuk wadah


5. Gelas beker
melarutkan sampel

42
Rancangan Tugas Mahasiswa Studi Kasus
Mata Kuliah Fitokimia II, bahan kajian isolasi senyawa kimia bahan alam Laut

Digunakan untuk
6. Gelas ukur mengukur volume
larutan

Digunakan untuk
7. Kaki tiga menyangga corong
pisah

Digunakan untuk
8. Neraca ohaus
menimbang sampel

Digunakan untuk
9. Spatula mengambil ekstrak
kental

Digunakan untuk
10. Vial menampung hasil
fraksinasi

43
Rancangan Tugas Mahasiswa Studi Kasus
Mata Kuliah Fitokimia II, bahan kajian isolasi senyawa kimia bahan alam Laut

2. Bahan

No Nama bahan Gambar Kegunaan

Digunakan sebagai
1. Alkohol 70%
antiseptik

Digunakan sebagai
2. Alumunium foil
pembungkus wadah

Digunakan untuk
4. Aquadest Membersihkan corong
pisah

Digunakan sebagai
5. Etil asetat
pelarut

Digunakan untuk
6. Label
menandai

Digunakan sebagai
7. Metanol
pelarut

44
Rancangan Tugas Mahasiswa Studi Kasus
Mata Kuliah Fitokimia II, bahan kajian isolasi senyawa kimia bahan alam Laut

Digunakan sebagai
8. N-heksan
pelarut

Digunakan untuk
9. Tisu
membersihkan alat

45
Rancangan Tugas Mahasiswa Studi Kasus
Mata Kuliah Fitokimia II, bahan kajian isolasi senyawa kimia bahan alam Laut

Lampiran 2: Diagram alir

Ekstrak kental Bulu


- Disiapkan alat dan bahan
babi
(Diadema-setosum)
Dibersihkan alat menggunakan alkohol 70%
- Ditimbang ekstrak kental bulu babi (Diadema setosum)
sebanyak 5g menggunakan neraca ohaus
- Dilarutkan ekstrak kental bulu babi (Diadema setosum)
dengan 200 mL metanol
- Dimasukan ke dalam corong pisah, lalu tambahkan pelarut n-
Heksan sebanyak 200 mL
- Dikocok selama 30 menit
- Didiamkan sampai terjadi pemisahan antara 2 fase
- Dibuka keran corong pisah untuk memisahkan fase polar dan
non polar, lalu ditampung di botol vial
- Diukur volume fraksi metanol dan fraksi n-Heksan yang
didapatkan dengan gelas ukur
- Dimasukan kembali fraksi metanol kedalam corong pisah,
dan ditambahkan dengan pelarut etil asetat dengan
perbandingan 1:1
- Dikocok selama 15 menit, lalu didiamkan sampai terjadi
pemisahan
- Dibuka keran corong pisah, dipisahkan antara fraksi polar
dan fraksi semi polar didalam botol vial
- Diukur volume fraksi yang telah didapatkan
- Dibungkus dengan aluminium foil ke tiga fraksi yang telah
didapat

46
Rancangan Tugas Mahasiswa Studi Kasus
Mata Kuliah Fitokimia II, bahan kajian isolasi senyawa kimia bahan alam Laut

Hasil

Fraksi methanol, Fraksi n-


heksan, dan Fraksi etil

47
Rancangan Tugas Mahasiswa Studi Kasus
Mata Kuliah Fitokimia II, bahan kajian isolasi senyawa kimia bahan alam Laut

Lampiran 3: Skema kerja

Ditimbang ekstrak
Disiapkan alat dan Dibersihkan alat kental bulu babi
bahan dengan alkohol 70% (Diadema setosum)
sebanyak 5g
menggunakan
neraca ohaus

Dimasukan ke Dilarutkan ekstrak


Dikocok selama 30 dalam corong kental bulu babi
menit pisah, lalu (Diadema setosum)
tambahkan pelarut dengan 200 mL
n-Heksan sebanyak metanol
200 mL

48
Rancangan Tugas Mahasiswa Studi Kasus
Mata Kuliah Fitokimia II, bahan kajian isolasi senyawa kimia bahan alam Laut

Dibuka keran
Didiamkan sampai corong pisah untuk
terjadi pemisahan memisahkan fase
antara 2 fase polar dan non polar,
lalu ditampung di
botol vial

Diukur volume
fraksi metanol dan
fraksi n-Heksan
yang didapatkan
dengan gelas ukur

Diukur volume yang Dibungkus dengan


telah didapatkan aluminium foil ke
tiga fraksi yang
telah didapat

49
Rancangan Tugas Mahasiswa Studi Kasus
Mata Kuliah Fitokimia II, bahan kajian isolasi senyawa kimia bahan alam Laut

Dibuka keran
corong pisah, Dikocok selama 15
dipisahkan antara menit, lalu
fraksi polar dan didiamkan sampai
fraksi semi polar terjadi pemisahan
didalam botol vial

Dimasukan kembali
fraksi metanol
kedalam corong
pisah, dan
ditambahkan
dengan pelarut etil
asetat dengan
perbandingan 1:1

50

Anda mungkin juga menyukai