DISUSUN OLEH:
KELOMPOK II
NAMA NIM
ARDIANTI 202104004
FEBBY AYU RAHMAYANI 202104009
KALMA DG.SITUDJU 202104012
MUHAMMAD RAPIDAN 202104016
NUR ANISA SYAFITRA NACAK 202104020
PUTRI AMALIA 202104024
DOSEN PEMBIMBING:
Apt. RUSTAM T.,S.Si.,M.Kes
LABORATORIUM FITOKIMIA
PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA (DIII) FARMASI
FAKULTAS TEKNOLOGI KESEHATAAN DAN SAINS
ITKES MUHAMMADIYAH SIDRAP
2023
BAB 1
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Fitokimia atau kimia tumbuhan berkaitan erat dengan organik bahan
alam dari biokimia tumbuhan. Kemajuan fitokimia sangat dibantu dengan
metode penjaringan untuk menjaring tumbuhan sehingga diperoleh senyawa
yang khas. Setiap gugus senyawa, atom memiliki keanekaan dan jumlah
struktur molekul yang banyak dan tidak sama. Hal tersebut yang membuat
metode identifikasi senyawa kimia berbeda antara fitokimia, kimia organik
dan sintesis organik. Analisis fitokimia merupakan bagian dari ilmu
farmakognosi yang mempelajari metode atau cara analisis kandungan kimia
yang terdapat dalam tumbuhan atau hewan secara keseluruhan atau bagian-
bagiannya, termasuk cara isolasi atau pemisahan. (Harborne, 1987)
Pada tahun terakhir ini fitokimia atau kimia tumbuhan telah
berkembang menjadi satu disiplin ilmu tersendiri, ilmu ini berada diantara
kimia organik bahan alam dan biokimia tumbuhan, serta berkaitan dengan
keduannya. Bidang perhatiannya adalah aneka ragam senyawa organik yang
di bentuk dan di timbun oleh tumbuhan, yaitu mengenai struktur kimianya,
biosintesisnya, perubahan serta metabolismenya, penyebaran secara ilmiah
dan fungsi biologisnya. (Harborne, 1984)
Keanekaragaman dan jumlah struktur molekul yang di hasilkan oleh
tumbuhan banyak sekali, demikian juga laju pengetahuan tentang hal tersebut.
Masalah utama dalam penelitian fitokimia adalah menyusun data yang ada 2
mengenai setiap golongan senyawa khusus. Kandungan kimia tumbuhan
dapat di golongkan menurut beberapa cara. Pengolahan didasarkan pada asal
biosintesis, sifat kelarutan dan adanya gugus fungsi tertentu. Identifikasi
gugus atom atau unsur-unsur senyawa dalam tumbuhan, dilakukan setelah
diperoleh ekstrak murni. Metode identifikasi untuk mengetahui jenis senyawa
bergantung pada pengukuran sifat fisikokimianya atau ciri lainnya. Sifat
fisikokimia yang diukur antara lain titik leleh untuk senyawa padat, titik didih
untuk senyawa cair, massa jenis dan putar optik untuk senyawa aktif optik.
Identifikasi kualitatif fitokimia atau kelompok senyawa pada tumbuhan dan
hewan sangat bergantung pada pereaksi gugus polar atau non-polar dengan
senyawa-senyawa pada tumbuhan dan hewan. Identifikasi kualitatif pada
ekstrak tumbuhan dan hewan dapat di lakukan dengan Spektroskopi Infra
merah (IR) dan Spektroskopi Gass Chromatograph-Mass Spectrometer (GC-
MS). (Mao, 2016)
Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari
simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, di luar pengaruh
cahaya matahari langsung. Ekstrak kering harus mudah digerus menjadi
serbuk. (Dirjen POM, 1995)
Ekstraksi merupakan proses suatu zat atau beberapa dari suatu padatan
atau cairan dengan bantuan pelarut. Pemisahan terjadi atas dasar kemampuan
larutan yang berbeda dari komponen-komponen tersebut. Ekstraksi biasa
digunakan untuk memisahkan dua zat berdasarkan perbedaan kelarutan.
Bahan diperiksa untuk menemukan kelompok senyawa kimia tertentu,
misalnya alkaloid, flavonoid atau saponin, meskipun struktur kimia
sebetulnya dari senyawa ini bahkan keberadaannya belum diketahui.
(Adawiyah, 2017)
Refluks merupakan ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik
didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut yang relative konstan
dengan adanya pendinginan balik. Ekstraksi refluks digunakan untuk
mengekstraksi bahan-bahan yang tahan terhadap pemanasan. (Sudjadi, 1986)
Prinsip dari metode refluks adalah pelarut volatil yang digunakan akan
menguap pada suhu tinggi, namun akan didinginkan dengan kondensor
sehingga pelarut yang tadinya dalam bentuk uap akan mengembun pada
kondensor dan turun lagi ke dalam wadah reaksi sehingga pelarut akan tetap
ada selama reaksi berlangsung. Sedangkan aliran gas N 2 diberikan agar tidak
ada uap air atau gas oksigen yang masuk terutama pada senyawa
organologam untuk sintesis senyawa anorganik karena sifatnya reaktif.
(Sudjadi, 1986)
I.2 TujuanPraktikum
Adapun maksud dari percobaan kali ini adalah untuk mengetahui dan
mempelajari cara mengekstraksi simplisia dengan metode refluks, untuk
mengetahui proses ekstraksi dengan metode refluks pada sampel kulit batang
Artocarpus altilis serta Untuk mendapatkan ekstrak dari simplisia kulit
Artocarpus altilis.
Inggris : Soursop
Diuapkan dengan
menggunakan Rotavapor
Diekstraksi dengan N-
Butanol jenuh air (3 x 50
ml) dengan corong pisah
Diuapkan dengan
menggunakan
pasir panas
Gambar 4.1 Disaring masuk kedalam botol menggunakan corong dilapisi kapas
Gambar 4.2 Dimasukkan hasil ekstrak metanol kedalam labu alas bulat untuk
diuapkan
Gambar 4.3 Diuapkan ekstrak metanol di rotapavor sampai mendapatkan ekstrak
yang kental