Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

NURUL FADILLAH
NIM. 821318004

ASISTEN : YUDISTIRA MUHADI

JURUSAN FARMASI
LABORATORIUM BAHAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

A. Judul
Partisi
B. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan partisi
2. Mahasiswa dapapt mengetahui jenis-jenis partisi
3. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip kerja dari partisi
C. Latar Belakang
Penggunaan bahan alam, baik sebagai obat maupun tujuan lain cenderung
meningkat, terlebih dengan adanya isu back to nature. Obat tradisional dan tanaman
obat banyak digunakan masyarakat terutama dalam upaya preventif, promotif dan
rehabilitatif.Sementara ini banyak orang beranggapan bahwa penggunaan tanaman obat
atau obat tradisional relatif lebih aman dibandingkan obat sintesis.Agar penggunaannya
optimal, perlu diketahui informasi yang memadai tentang tanaman obat. Informasi yang
memadai akan membantu masyarakat lebih cermat untuk memilih dan menggunakan
suatu produk obat tradisional atau tumbuhan obat dalam upaya kesehatan
Bahan alam adalah salah satu sumber bahan obat yang perlu digali, diteliti, dan
dikembangkan agar kelestarian penggunaannya dalam masyarakat semakin
meningkat.Salah satu pengembangan bahan alam ialah mempelajari kandungan kimia
tersebut. Maka dari itu akan dibahas mengenai kandungan kimia tersebut. Obat itu akan
di bahas mengenai kandungan kimia bahan alam. Dan didalamnya dipelajari cara-cara
mengekstraksi, mempartisi dan mengidentifikasi kandungan kimia dari bahan alam

1
Bahan alam merupakan keanekaragaman hayati yang masih sangat sedikit menjadi
subjek penelitian ilmiah di Indonesia, padahal Indonesia merupakan negara yang
memiliki kekayaan keanekaragaman hayati terbesar didunia dengan lebih kurang 30.000
jenis tumbuh-tumbuhan berikut biota lautnya. Dari sekian besar jumlah tersebut baru
sekitar 940 species yang diketahui berkhasiat terapautik (mengobati) melalui penelitian
ilmiah dan hanya sekitar 180 species diantaranya yang telah dimanfaatkan dalam
temuan obat tradisional oleh industri obat tradisional Indonesia. Hal ini disebabkan
karena pemanfaatan tumbuhan di Indonesia untuk mengobati suatu penyakit biasanya
hanya berdasarkan pengalaman empiris yang diwariskan secara turun temurun tanpa
disertai data penunjang yang memenuhi persyaratan.Dengan melihat kenyataan tersebut
maka usaha-usaha untuk menggali informasi kandungan senyawa kimia dan bioaktivitas
tumbuhan obat melalui penelitian ilmiah menjadi sangat penting.
Partisi merupakan suatu zat-zat terlarut antara dua cairan yang tidak saling
bercampur menawarkan banyak kemungkinan yang menarik untuk pemisahan analitis.
Bahkan dimana tujuan primer bukan analitis namun preparatif, ekstraksi dengan
menggunakan pelarut merupakan suatu langkah penting dalam mencari senyawa aktif
suatu tumbuhan, dan kadang-kadang digunakan peralatan yang rumit namun seringkali
diperlukan hanya sebuah corong pisah.Seringkali suatu pemisahan ekstraksi dengan
menggunakan pelarut dapat diselesaikan dalam beberapa menit, pemisahan ekstraksi
biasanya bersih dalam arti tak ada analog kospresipitasi dengan suatu sistem yang
terjadi. Di antara berbagai jenis metode pemisahan, ekstraksi pelarut atau disebut juga
ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling baik dan popular, alasan
utamanya adalah bahwa pemisahan ini dapat dilakukan baik dalam tingkat makro
maupun mikro.
Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan perbandingan
tertentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur, seperti benzene, karbon
tetraklorida atau kloroform.Batasannya adalah zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah
yang berbeda dalam keadaan dua fase pelarut. Pada percobaan kali ini kami
menggunakan metode Partisi sebagai metode ekstraksi dengan tujuan mengetahui apa
yang dimaksud dengan partisi, jenis-jenis partisi dan prinsip kerja dari metode partisi.

2
D. Dasar Teori
Ekstraksi pelarut atau sering disebut juga ekstraksi air merupakan metode
pemisahan atau pengambilan zat terlarut dalam larutan (biasanya dalam air)
dengan menggunakan pelarut lain (biasanya organic) (Khamidinal, 2009).
Ekstraksi pelarut menyangkut distribusi suatu zat terlarut (solute) di antara dua
fasa cair yang tidak saling bercampur. Teknik ekstraksisangat berguna untuk pemisahan
secara cepat dan “bersih” baik untuk zat organik maupun zat anorganik. cara ini juga
dapat digunakan untukanalisis makro maupun mikro. Selain untuk kepentingan analisis
kimia,ekstraksi juga banyak digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan preparatif dalam
bidang kimia organik, biokimia dan anorganik di laboratorium. Alat yang digunakan
dapat berupa corong pemisah (paling sederhana), alat ekstraksi soxhlet sampai yang
paling rumit berupa alat (Khamidinal, 2009).
Ekstrsi merupakan proses pemisahan suatu zat berdasarkan
perbedaan kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larutyang berbeda. (Rahayu,
2009).
Partisi adalah proses pemisahan untuk memperolehkomponen zat terlarut dari
campurannya dalam padatan denganmenggunakan pelarut yang sesuai. Dapat juga
didefenisikansebagai dispersi komponen kimia dari ekstrak yang telah dikeringkan
dalam suatu pelarut yang sesuai berdasarkankelarutan dari komponen kimia dan zat-zat
yang tidak diinginkan seperti garam-garam tidak dapat larut. Operasi ekstraksi ini dapat
dilakukan dengan mengaduk suspensi padatan di dalam wadahdengan atau tanpa
pemanasan (Najib, 2013).
Berdasarkan bentuk campuran yang diekstraksi, suatu ekstraksidibedakan menjadi
ekstraksi padat-cair dan ekstraksi cair-cair (Yazid, 2005).
1. Ekstraksi padat-cair;zat yang diekstraksi terdapat di dalam campuran yang
berbentuk padatan. ekstraksi jenis ini banyak dilakukan didalam usaha
mengisolasi zat berkhasiat yangterkandung di dalam bahan alam seperti
steroid,hormon,antibiotika dan lipida pada biji-bijian.
2. Ekstraksi cair-cair& atau yang diekstraksi terdapat didalam campuran yang
berbentuk cair. Ekstraksi cair-cair sering juga disebut ekstraksi pelarut banyak
dilakukan untuk memisahkan zat seperti iod atau logam-logam tertentu dalam
larutan air.

3
Ekstraksi cair-cair digunakan untuk memisahkan senyawa atasdasar perbedaan
kelarutan pada dua jenis pelarut yang berbeda yangtidak saling bercampur.Jika analit
berada dalam pelarut anorganik,maka pelarut yang digunakan adalah pelarut organik,
dan sebaliknya (Almin, 20007).
Pada metode ekstraksi cair cair, ekstraksi dapat dilakukan dengan cara bertahap
'batch’ atau dengan cara kontinyu. cara paling sederhana dan banyak
cukup dengan menambahkan pelarut pengekstrak yang tidak bercampur dengan pelarut
pertama melalui corong pemisah, kemudian dilakukan pengocokan sampai terjadi
kesetimbangan konsentrasi solute pada kedua pelarut. Setelah didiamkan beberapa saat
akan terbentukdua lapisan dan lapisan yang berada di bawah dengan kerapatan lebih
besar dapat dipisahkan untuk dilakukan analisis selanjutnya (Almin,2007).
1. Metode Partisi
a. Ekstraksi Cair
Ekstraksi cair-cair adalah proses pemisahan zat terlarut di dalam 2 macam
zat pelarut yang tidak saling bercampur atau dengan kata lain perbandingan konsentrasi
zat terlarut dalampelarut organik, dan pelarut air. Hal tersebut memungkinkan karena
adanya sifat senyawa yang dapat larut air dan ada pula senyawa yang larut dalam
pelarut organik. Satu komponen dari campuran akan memiliki kelarutan dalam kedua
lapisan tersebut biasanya dipersingkat oleh pencampuran kedua fase tersebut dalam
corong pisah (Najib, 2008).
Kerap kali sebagai pelarut pertama adalah air sedangkan sebagai pelarut
kedua adalah pelarut organik yang tidak bercampur dengan air. Dengan demikian ion
anorganik atau senyawa organik polar sebagian besar terdapat dalam fase air,sedangkan
senyawa organik non polar sebagian besar akanterdapat dalam fase air, sedangkan
senyawa organik non polar sebagian besar akan terdapat dalam fase organik. Hal ini
yangdikatakan “ like dissolves like “, yang berarti bahwa senyawa polar akan mudah
larut dalam pelarut polar, dan sebaliknya(Dirjen POM, 1979).
Jika suatu cairan ditambahkan ke dalam ekstrak yangtelah dilarutkan dalam cairan
lain yang tidak dapat bercampur dengan yang pertama, akan terbentuk dua lapisan. Satu
komponen dari campuran akan memiliki kelarutan dalam kedua lapisan tersebut
(biasanya disebut fase) dan setelah beberapa waktu dicapai kesetimbangan konsentrasi

4
dalam kedua lapisan.Waktu yang diperlukan untuk tercapainya kesetimbangan biasanya
dipersingkat oleh pencampuran kedua fase tersebut dalam corong pisah (Tobo, 2001).
Kelarutan senyawa tidak bermuatan dalam satu fase pada suhu tertentu
bergantung pada kemiripan kepolarannya dengan fase cair, menggunakan prinsip ”like
disolves like”.Molekul bermuatan yang memiliki afinitas tinggi terhadap cairan dengan
sejumlah besar ion bermuatan berlawanan dan juga dalam kasus ini ”menarik yang
berlawanan”, misalnya senyawaasam akan lebih larut dalam fase air yang basa daripada
yangnetral atau asam. Rasio konsentrasi senyawa dalam kedua fase disebut koefisien
partis. Senyawa yang berbeda akan mempunyai koefisien partisi yang berbeda, sehingga
jika satusenyawa sangat polar, koefisien partisi relatifnya ke fase polar lebih tinggi
daripada senyawa non-polar (Tobo, 2001).
Fraksinasi selanjutnya yaitu suatu senyawa hanya ada dalam satu fase, hal ini
dapat dicapai dengan ekstraksi fase awal berturut-turut dengan fase yang berlawanan.
Lebih baik menggunakan elusi berurutan dengan volume relatif kecil dibandingkan
dengan satu kali elusi keseluruh volume (Tobo, 2001).
b. Partisi Padat-Cair
Partisi padat cair adalah proses pemisahan untuk memperoleh komponen zat
terlarut dari campurannya dalam padatan dengan menggunakan pelarut yang sesuai.
Dapat juga didefenisikan sebagai dispersi komponen kimia dari ekstrak yang telah
dikeringkan dalam suatu pelarut yang sesuaiberdasarkan kelarutan dari komponen kimia
dan zat-zat yang tidak diinginkan seperti garam-garam tidak dapat larut. Operasi
ekstraksi ini dapat dilakukan dengan mengaduk suspense padatan di dalam wadah
dengan atau tanpa pemanasan (Najib, 2014).
Pelaksanaan ekstraksi padat cair terdiri dari 2 langkah, yaitu  (Najib, 2014).
a. Kontak antara padatan dan pelarut untuk mendapatkan perpindahan solute ke dalam
pelarut.
b. Pemisahan larutan yang terbentuk dan padatan sisa.
Berdasarkan metode ekstraksi padat cair dikenal 4 jenis,yaitu (Najib, 2014).
1. Operasi dengan sistem bertahap tunggal.
2. Operasi dengan sistem bertahap banyak dengan aliran sejajar atau aliran silang.
3. Operasi secara kontinu dengan aliran berlawanan. Operasi secara batch
dengan sistem bertahap dengan aliran yang berlawanan.

5
2. Tujuan Partisi
Ekstraksi cair-cair bertujuan untuk memisahkan analit yang dituju dari penganggu
dengan cara melakukan partisi sampel antar pelarut yang tidak saling campur. Salah
satu fasenya sering kali berupa air dan fase yang lain adalah pelarut organik. Senyawa-
senyawa yang bersifat polar akan ditemukan di dalam fase air,sementara senyawa-
senyawa yang bersifat hidrofobik akan masuk pada pelarut organik, begitupula dengan
ekstraksi padat cair akan tetapi sampel yang digunakan tidak larut air (Tobo, 2001).
Evaporasi merupakan proses pemekatan larutan dengan cara mendidihkan atau

menguapkan zat pelarut. Evaporasi juga diartikan sebagai perpindahan kalor kedalam

zat mendidih, sehingga didapatkan zat cair pekat yang konsentrasinya lebih tinggi dari

sebelumnya (Ditjen Pom, 1986).

Proses evaporasi selain berfungsi menurunkan aktivitas air, evaporasi juga dapat

meningkatkan konsentrasi atau viskositas larutan dan evaporasi akan memperkecil

volume larutan sehingga akan menghemat biaya pengepakan, penyimpanan, dan

transportasi (Sudjadi, 1986).

Prinsip evaporasi adalah proses pemisahan ekstrak dari cairan penyarinya

dengan pemanasan yang dipercepat oleh putaran dari labu, cairan penyari dapat

menguap 5-10º C dibawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh karena adanya

penurunan tekanan. Dengan bantuan pompa vakum, uap larutan penyari akan menguap

naik ke kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan pelarut

murni yang ditampung dalam labu penampung. Prinsip ini membuat pelarut dapat

dipisahkan dari zat terlarut di dalamnya tanpa pemanasan yang tinggi (Sudjadi, 1986)

E. Uraian Bahan

a. Alkohol (Dirjen POM,1979 ; Dirjen POM 1995 ; Rowe et al, 2009)


Nama Resmi : AETHANOUM
Nama Lain : Alkohol, Etanol, Methyl Alkohol
Rumus Molekul : C2H5OH

6
Berat Molekul : 46, 07 g/mol
Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mdah menguap dan mudah


terbakar dengan memberikan nyala biru tak berasap.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P, dan Eter P.
Khasiat : Antiseptik, Desinfektan
Kegunaan : Untuk membersihkan alat

b. Aquadest (Dirjen POM, 1979)

Nama resmi : aqua destinara


Nama Lain : Air Suling,
Rumus Molekul : H2O
Rumus Molekul : 18,02 g/mol
Rumus Struktur :
H H
O

Pemerian : berupa cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak
mempunyai rasa.
Kelarutan : larut dalam etanol dan gliserin.
Kegunaan : mengkalibrasi pH meter
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik.
c. N-Heksana (Dirjen POM, 1995)
Nama Resmi : N-heksana
Nama Lain : N-heksana
Rumus Molekul : C6H14
Berat Molekul : 86,18 g/mol

Rumus Struktur : CH3˗CH2˗CH2˗C


H2˗CH2˗CH3

7
Pemerian : Cairan jernih, mudah menguap bau seperti eter lemah atau
seperti petroleum.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam etanol mutlak,
dapat dicampur dengan eter, dengan kloroform, benzene.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai pelarut

F. Uraian Tanaman
a. Semak Cemara (Leea guineensis).
1. Klasifikasi (Gerrath, JM, 1990)
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Gambar 2.2.3
Kelas : Magnoliopsida (Leea guineensis)

Ordo : Vitales
Famili : Vitaceae
Genus : Leea
Spesies : Leea guineensis
2. Morfologi
Leea guineensis adalah semak yang tumbuh cepat, selalu hijau, dan
komponen luas dari pertumbuhan kembali tanaman sekunder di Filipina, Taiwan
dan Mikronesia . Ini juga ditemukan di hutan primer. Leea guineensis memiliki daun
besar, menyirip dengan selembar elips dan pengaruh terminal yang tampaknya
berkembang sepanjang tahun. Pengaruh terbesar dalam penelitian ini memiliki
diameter hingga 40 cm, sedangkan mayoritas pengaruh yang diamati mencapai
diameter sekitar 25 cm. Pengaruhnya adalah trikotomus, simbiosis yang menentang
daun dan terdiri dari beberapa ratus bunga. Jumlah bunga tertinggi yang dihitung
pada tanaman adalah 1800 bunga tunggal. Bunga-bunganya adalah aktinomorfik dan
biseksual. Kelopak ini berbentuk campanulate dan berukuran sekitar 2,25 × 2 mm.
Bentuk lima sepal berbentuk segitiga dan merah hingga oranye kemerahan. Lima

8
kelopak kelopak gading-putih ke jeruk-putih di bagian dalam dan merah ke oranye
kemerahan di luar (Ridsdale 1976; Rojo 1999).
3. Kandungan Senyawa
Daunnya mengandung flavonoid, steroida, saponin, dan polifenol; buahnya
mengandung flavonoid; kulit batangnya mengandung alkaloid, flavonoid, dan steroid;
akarnya mengandung flavonoid, steroid, saponin dan tanin; sedangkan bijinya
mengandung saponin, flavonoid, dan polifenol (Falodun A, 2007)
4. Khasiat
Ekstrak Leea guineensis digunakan untuk mengobati nyeri otot, radang sendi,
rematik, vertigo, edema, abses dan furunkel, dan digunakan pada luka untuk
meningkatkan penyembuhan. Pekerjaan yang dipublikasikan mendukung efek positif
dari obat herbal ini secara ilmiah (Falodun et al. 2007).
b. Bunga mentega (Nerium indicum)
1. Klasifikasi tumbuhan(Backer and Van den Brink, 1963)
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Anak divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Apocynales
Suku : Apocynaceae Gambar 2.2.3
Marga : Nerium (Nerium Indicum)

Jenis : Nerium indicum Mill.


2. Morfologi tumbuhan
Tumbuhan ini berasal (indigenous) dari India, tumbuh pada ketinggian 1-700 m di
atas permukaan laut, tahan terhadap cuaca panas dan kekeringan. Tumbuhan ini
berbentuk perdu tegak, tinggi 2-5 m, merupakan tanaman hias yang ditanam di halaman
rumah dan kadang kala ditanam di pinggir jalan. Daunnya berbentuk garis lanset, tebal,
bertangkai sekitar 1 cm yang agak membengkok dengan ibu tulang yang menonjol.
Panjang daun 7-20 cm, lebar 1-3 cm warna daun bagian atas hijau tua dan bagian bawah
hijau muda, ujung dari pangkal daun runcing dan tepinya rata. Bunga berbentuk malai
di ujung ranting dengan mahkota berbentuk corong, tabung pada pangkalnya sempit,
berwarna merah muda dan putih. Buah berbentuk panjang dengan ukuran 15-25 cm,

9
bulat beralur memanjang dengan banyak biji yang berambut. Perbanyakan tumbuhan ini
dapat dilakukan dengan stek batang (Hembing, 1993; Backer and Van den Brink, 1963)
3. Kandungan kimia
Menurut beberapa penelitian, tanaman Nerium sp. telah dilaporkan mengandung
neriodorin, karabin, dan asam tanat (Perry, 1980), kanerin dan asam 12, 13-
dihidroursolat (Siddiqui et al., 1989), glikosida jantung (oleandrin) (Boisio et al., 1993),
16-dehidroadinerigenin, neritalosid, dan odorosid (Siddiqui et al., 1997), asam kanerat,
asam nerikumarat, asam isonerikumarat, oleanderol, kanerodian, asam oleanderolat,
kanerin, dan neriuminin (Begum et al., 1997), serta neridiginoside (Begum et al., 1999).

Beberapa aktivitas telah banyak dilaporkan antara lain sebagai antikanker, diuretika,
antiskabies, mengobati herpes (Perry, 1980), antibakteri, antijamur, ekspektoran,
insektisida, bengkak, panguat jantung (Siddiqui et al ., 1997; Hembing, 1993).
G. Alat dan Bahan
1. Alat
Nama Alat Gambar Fungsi

Alat pemanas Untuk memanaskan wadah


(kompor) pada saat proses evaporasi

Botol vial Untuk meletakkan hasil


ekstrak kental setelah proses
evaporasi

Batang pengaduk Untuk mengaduk pada saat


proses evaporasi

Corong Untuk memindahkan ekstrak


cair ke dalam gelas ukur

Untuk memisahkan dua


Corong pisah cairan yang tidak saling

10
bercampur pada proses partisi
cair-cair

Gelas ukur Untuk mengukur volume


ekstrak cair dan pelarut yang
digunakan

Gelas kaca Untuk menampung ekstrak


yang berasal dari corong
pisah

Neraca ohauss Untuk menimbang ekstrak


kental setelah proses
evaporasi

Spatula Untuk meletakan hasil ekstrak


ke dalam botol vial

Statif dan klem Untuk meletakan corong


pisah

Wadah pemanas Untuk memanaskan sampel


(dandang) pada saat evaporasi

Wadah steinless Untuk meletakan sampel


yang dipanaskan pada wadah
pemanas (dandang)

2. Bahan
Nama Bahan Gambar Fungsi

Aquadest Digunakan sebagai pelarut

11
pada proses pemanasan

Alkohol 70%
Digunakan untuk
membersihkan alat

Aluminium foil Digunakan untuk menutupi


bagian atas pada wadah
ekstrak kental

N- heksan Digunakan sebagai pelarut


yang bersfat non polar

Ekstrak maserasi Digunakan pada sampel


untuk proses evaporasi

Ekstrak Digunakan sebagai sampel


perkolasi pada proses evaporasi

Tisu Digunakan untuk


membersihkan alat

H. SKEMA KERJA
1.Evaporasi

Disiapkan alat dan Dirangkai alat


bahan pemanas Diukur ekstrak 12
maserasi
Dilakukan proses Dimasukan kedalam Dimasukan ke dalam
evaporasi sampai wadah pemanasan wadah steinles
sampel mengental

2. Partisi cair-cair

Dimasukan ekstrak Ditimbang ekstrak Hasil


kental kedalam botol kental pada neraca
vial ohaus

Disiapkan alat dan Dirangkai alat partisi


bahan cair-cair Dimasukan ekstrak
perkolasi ke dalam
corong pisah 13
Didiamkan corong Dikocok corong pisah
pisah sampai
membentuk dua Ditambahkan pelarut
lapisan ke dalam corong
pisah

Hasil ekstrak polar


Dilakukan pemisahan Diukur ml banyak
antara polar dan non dari masing-masing
polar bagian

Hasil ekstrak non


polar

14
1. Partisi cair cair II

Dirangkai alat
pemanas
Disiapkan alat dan Dimasukan wadah
bahan polar dan non polar
kedalam alat pemanas
(dandang)

Ditimbang masing-
masing ekstrak polar Dimasukan ekstrak
Dilakukan prpses
dan non polar kental ke dalam
evaporasi sampai
masing-masing vial
ekstrak mengental
polar dan non poplar

Hasil ektrak kental


non polar

15
1. Hasil Dan Pembahasan
1. Hasil

SAMPEL HASIL

Maserasi

Perkolasi

2. Pembahasan
Ekstraksi pelarut atau sering disebut juga ekstraksi air merupakan metode
pemisahan atau pengambilan zat terlarut dalamlarutan (biasanya dalam air)
dengan menggunakan pelarut lain (biasanya organic) (Khamidinal,2009).
Partisi adalah zat-zat terlarut antara dua cairan yang tidak campur
menawarkan banyak kemungkinan yang menarik untuk pemisahan analitis.Bahkan
dimana tujuan primer bukan analitis namun preparatif, ektraksi pelarut merupakan
suatu langkah penting dalam urutan menuju ke suatu produk murni itu dalam
laboratorium organik, anorganik atau biokimia(Underwood, 1986).
a. Evaporasi
Evaporasi merupakan proses pemekatan larutan dengan cara mendidihkan
atau menguapkan zat pelarut. Evaporasi juga diartikan sebagai perpindahan kalor
kedalam zat mendidih, sehingga didapatkan zat cair pekat yang konsentrasinya
lebih tinggi dari sebelumnya (Ditjen Pom,1986).

16
Tujuan dilakukannya percobaan kali ini untukuntuk mengetahui apa yang
dimaksud dengan partisi,untuk mengetahui jenis jenis dari partisi dan untuk
mengetahui prinsip kerja dari partisi.
Hal pertamayang dilakukan yaitu dengan menyiapkan alat dan bahan,
lalumembersihkan alat menggunakan alkohol 70% karena menurut Soedama
(1988), alkohol 70% dapat membunuh kuman atau mikroba yang masih menempel
pada alat-alat laboratorium.Kemudian ekstrak cair maserasi diukur kemudian
dimasukkan kedalam wadah stainless, menurut Sitompul, T, (1993) penggunaan
wadah stainless ditujukan agar tidak terjadi perubahan warna pada bahan yang
dipanaskan baik akibat reaksi bahan dengan stainless maupun aibat korosi dan
agar pemanasan/penguapan pelarut lebih cepat.
wadah stainless dimasukkan kedalam panci yang berisi air, kemudian
dipanaskan sampai menghasilkan ekstrak kental atau hingga pekat. Menurut
Khunaifi, (2010) tujuan pemekatan adalah memekatkan ekstrak dan memisahkan
antara pelarut dan senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam
tanaman.Proses pemanasan atau pemekatan berlangsung pada suhu 50oC. menurut
Khunaifi, (2010) proses pemekatan menggunakkan suhu 50oC, sehingga
komponen senyawa metabolit sekunder tidak mengalami kerusakan.
Lalu ditimbang botol vial kosong, kemudian ektrak kental dimasukkan
kedalam botol vial dan ditentukan massa ekstrak kental yang terbentuk. Tujuan
dilakukan penimbangan vial kosong terlebih dahulu agar memperoleh berat massa
ektrak yang sesungguhnya(Voight (1994). Diberi label pada masing-masing botol
vial yang berisi hasil ektrak kental. Hasil yang didapatkan yaitu berat massa ektrak
kental dari maserasi yaitu 3 gram, pada ektrak kental polar yaitu dengan berat 0,1
gram, dan ektrak non polar dengan berat 0,5 gram.
b. Partisi cair-cair
Ekstraksi cair-cair adalah proses pemisahan zat terlarutdi dalam 2 macam
zat pelarut yang tidak saling bercampur ataudengan kata lain perbandingan
konsentrasi zat terlarut dalampelarut organik, dan pelarut air (Najib,2008).
Metode yang dipakai dalam praktikum adalah partisi cair-cair atau partisi
cair- cair polar dan partisi cair cair non polar. Adapun sampel yang digunakan
adalah ekstrak perkolasi dari bunga kertas (Bougainvillea sp) . Hal yang pertama

17
dilakukan adalah disiapkan alat bahan yang akan digunakan. kemudian alat
dibersihkan menggunakan alcohol 70% karena alcohol 70% memiliki khasiat
sebagai surfaktan dan antiseptic yang dapat membunuh bakteri dan organisme
( Artans, 1995).
Selanjutnya ekstrak diukur sebanyak 1 liter kemudian sampel
dimasukkan kedalam corong pisah .setelah itu diukur pelarut dengan
menggunakan perbandingan 1:1. Dalam percobaan ini pelarut yang digunakan
adalah n-heksan karena n- heksan merupakan jenis pelarut non polar yang
berfungsi untuk mengekstraksi lemak atau untuk melarutkan lemak(Mustikasari,
2007).
Kemudian pelarut n- heksane dimasukkan kedalam corong pisah yang
sudah berisi larutan sampel. Kemudian corong pisah dikocok.Menurut Mulyono
(2006) tujuan dari pengocokkan yang dilakukan adalah untuk memperbesar luas
permukaan dalam mencapai kesetimbangan antara zat yang terdistribusi dan
agar gugus polar dan non polar dapat bereaksi. Campuran atau larutan kemudian
didiamkan dan terbentuk dua lapisan, lapisan atas dan lapisan bawah. Fungsi
dari larutan didiamkan menurut Mulyono (2006) larutan didiamkan agar lapisan
berpisah secara sempurna. Pemisahan ini terjadi ketika sejumlah zat terlarut
mempunyai kelarutan relative yang berbeda didalam dua pelarut yang
digunakan.koefisien distribusi menentukan perbandingan konsentrasi dan zat
terlarut di dalam masing- masing pelarut. Senyawa- senyawa yang dipisahkan
tetap kontak di dalam kedua pelarut dan terlarut di dalam masing- masing
pelarut sesuai dengan perbandingan yang ditentukan oleh koefisien distrubusi.
Pemisahan larutan dapat terjadi karena campuran telah mencapai kesetimbangan
dimana bobot molekul lebih berat akan berada pada bagian bawah dan yang
memiliki bobot molekul yang ringan akan berada pada bagian atas (Sudjadi,
1988).
Selanjutnya setelah terjadi pemisahan pelarut tersebut dikeluarkan dari
corong pisah dengan mendahulukan pelarut yang berada di bagian bawah dan
dimasukkan kedalam gelas kaca yang berbeda ( polar dan non polar). Setelah itu
larutan polar dan non polar di uapkan. Tujuan penguapan adalah

18
menghilangkan cairan penyari yang digunakan agar di dapatkan ekstrak yang
kental(Watson, 2005).
Kemungkinan kesalahan yang yaitu pada saat mengukur ektrak cair,
menimbang ektrak kental dan pada saat melakukan pemanasan tidak hati-hat

2. Kesimpulan Dan Saran


Kesimpulan
1. Partisi adalah zat-zat terlarut antara dua cairan yang tidak campur menawarkan
banyak kemungkinan yang menarik untuk pemisahan analitis.Bahkan dimana
tujuan primer bukan analitis namun preparative.
2. Partisi memiliki beberapa jenis yaitu ekstraksi cair-cair ekstraksi padat-padat
cair
3. Prisip partisi untuk memisahkan analit yangdituju dari penganggu dengan cara
melakukan partisi sampel antar pelarut yang tidak saling campur.
Saran
1. Saran Untuk Laboratorium
Sebaiknya alat-alat yang ada dilaboratorium lebih diperhatikan dan dirawat
lagi agar saat praktikum bisa dipergunakan dengan baik dan maksimal tanpa ada
kekurangan. Dan untuk bahan-bahan yang akan digunakan dalam praktikum
sebagaiknya dipersiapkan terlebih dahulu.
2. Saran Kami Untuk Asisten
Diharapkan kepada asisten agar bisa menjalin hubungan baik dengan
praktikan dan lebih mengawasi dan membimbing praktikan saat melakukan
praktikum agar tidak banyak terjadi kesalahan pada saat melakukan percobaan
3. Saran Untuk Praktikum
Diharapkan kepada mahasiswa agar lebih dapat mengetahui dan memahami
proses dalam melarutkan sediaan, proses pembuatan sediaan suspensi hingga
cara penyimpanannya, praktikan juga harus mengetahui kelarutan dari obat-obat
yang akan dikerjakan agar mendapatkan hasil yang memuaskan.
Daftar Pustaka
Abdul, Halim. 2015. Auditing (Dasar-dasar Audit Laporan Keuangan). Jilid 1. Edisi
Kelima. UPP STIM YKPN: Yogyakart.
Alimin, dkk. 2007.Kimia Analitik . Makassar: Alaudin Press.

19
Artans, M., 1995, Isolasi Senyawa Flavonoid Berkhasiat Sitotoksik Dari Daun
Kemuning (Murraya panicullata L. Jack), Jurnal Gradien, Vol. 3, 262266
Dalimartha Setiawan. 2000. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Bogor : Trobus
Agriwidya.
Departemen Kesehatan, 1979. Farmakope Indonesia edisi III.Jakarta : Depkes, Ri
Ditjen POM. (1986). Sediaan Galenik. Jilid II. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
Dirjen POM Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995). Farmakope Indonesia.
Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak
Tumbuhan Obat, Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta.
Hubeis, Musa dan Mukhamad Najib. 2014. Manajemen Strategik dalam Pengembangan
Daya Saing Organisasi. Gramedia. Jakarta.
Khunaifi, S. 2006. Antioksidan Alami, Penangkal Radikal Bebas: Sumber, manfaat,
cara penyediaan dan pengolahan. Trubus Agrisana. Surabaya
Khamidinal, 2009. Teknik laboratorium Kimia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mustikasari Malangngi,. 2001. Penentuan Kandungan Tanin dan Uji Aktivitas
Antioksidan Ekstrak Biji Buah Alpukat (Persea americana Mill.). jurnal MIPA
UNSRAT ONLINE 1 (1) 5-10
Mulyono D. 2006. Kajian terhadap serat makanan dan antioksidan dalam berbagai jenis
sayuran untuk pencegahan penyakit degeneratif [Laporan penelitian]. Bogor:
Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor
Najib, Debby Farihun. 2013. Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi kepatuhan
wajib pajak pribadi dalam membayar pajak penghasilan. Skripsi Fakultas
Ekonomi Universitas Brawijaya, Malang.
Rahayu, Iman., 2009, Praktis Belajar Kimia I. Penerbit Departemen Pendidikan
Nasional, Jakarta
Rowe, R.C. et Al. (2009). Handbook Of Pharmaceutical Excipients, 6th Ed, The
Pharmaceutical Press, London.
Sitompul, M. 1993. Penuntun Fitokimia dalam Farmasi. Penerbit ITB. Bandung.
Sudjadi, 1986, Metode Pemisahan, 167 – 177, Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta.

20
Tjitrosoepomo, G. 2007. Taksonomi Tumbuhan (Spermatohyta). Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Tobo,F. mufidah, dkk, (2001),”Buku pegangan laboratorium fitokimia 1”, Unhas,
Makassar
Tukiran, Sofian Effendi. 2012. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES.
Underwood,A.L and R.A Day,Jr. 1986. Analisa Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga
Voigt, R., 1999, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Diterjemahkan oleh Soendani N.
S., UGM Press, Yogyakarta.
Yazid, estien. 2005. Kimia Fisik untuk Paramedis. Yogyakarta: Andi

21

Anda mungkin juga menyukai