Oleh:
Nama : Sisilia Fil Jannati No. Reg : 18030194012 /Kls: PKB 2018
: Syafira Humairoh No. Reg : 18030194013 /Kls: PKB 2018
: Wulan Pryanti No. Reg : 18030194043 /Kls: PKB 2018
: Resti Diah Sugita No. Reg : 18030194048 /Kls: PKB 2018
: Iktifaul Ulya No. Reg : 18030194091 /Kls: PKB 2018
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.3 Variabel
KAJIAN PUSTAKA
𝑎[𝐴]1 Di sini menyatakan aktivitas zat terlarut A dalam fase 1. Tetapan sejati
KDA disebut koefisien distribusi dari spesies A (Day dan Underwood, 2001).
Ekstraksi cair-cair selalu terdiri atas sedikitnya dua tahap, yaitu
pencampuran secara intensif bahan ekstraksi dengan pelarut dan pemisahan
kedua fasa cair itu sesempurna mungkin. Pada saat pencampuran terjadi
perpindahan massa, yaitu ekstrak meninggalkan pelarut yang pertarna (media
pembawa) dan masuk ke dalam pelarut kedua (media ekstraksi). Sebagai syarat
ekstraksi ini, bahan ekstraksi dan pelarut tidak saling melarut (atau hanya dalam
daerah yang sempit). Agar terjadi perpindahan masa yang baik yang berarti
performansi ekstraksi yang besar haruslah diusahakan agar terjadi bidang kontak
yang seluas mungkin di antara kedua cairan tersebut. Untuk itu salah satu cairan
distribusikan menjadi tetes-tetes kecil (misalnya dengan bantuan perkakas
pengaduk) (Rahayu, 2009).
Tentu saja pendistribusian ini tidak boleh terlalu jauh karena akan
menyebabkan terbentuknya emulsi yang tidak dapat lagi atau sukar
sekali dipisah. Turbulensi pada saat mencampur tidak perlu terlalu besar. Yang
penting perbedaan konsentrasi sebagai gaya penggerak pada bidang batas tetap
ada. Hal ini berarti bahwa bahan yang telah terlarutkan sedapat mungkin segera
disingkirkan dari bidang batas. Pada saat pemisahan, cairan yang telah
terdistribusi menjadi tetes-tetes hanis menyatu kembali menjadi sebuah fasa
homogen dan berdasarkan perbedaan kerapatan yang cukup besar dapat
dipisahkan dari cairan yang lain (Rahayu, 2009).
Berkaitan dengan polaritas dari pelarut, terdapat tiga golongn pelarut yaitu
(Ansel, 2008) :
a) Pelarut polar
Memiliki tingkat kepolaran yang tinggi, cocok untuk mengekstrak
senyawa-senyawa yang polar dari tanaman. Pelarut polar cenderung
universal digunakan karena biasanya walapun polar, tetap dapat menyari
senyawa-senyawa dengan tingkat kepolaran lebih rendah. Salah satu
contoh pelarut polar adalah : air, metanol, etanol, asam asetat.
b) Pelarut semipolar
Pelarut semipolar memiliki tingkat kepolaran yang lebih rendah
dibandingkan dengan pelarut polar. Pelarut ini baik untuk mendapatkan
senyawa-senyawa semipolar dari tumbuhan. Contoh pelarut ini adalah :
aseton, etil asetat, kloroform.
c) Pelarut nonpolar
Pelarut nonpolar, hampir sama sekali tidak polar. Pelarut ini baik
untuk mengekstrak senyawa-senyawa yang sama sekali tidak larut dalam
pelarut polar. Senyawa ini baik untuk mengekstrak bebagai jenis minyak.
Contoh : heksana, eter.
Adapun beberapa syarat-syarat pelarut yang ideal untuk ekstraksi yaitu (Ansel,
2008) :
3.1 Alat
1. Pisau 1 buah
2. Botol plastik 1 buah
3. Nampan plastik 1 buah
4. Gelas kaca 1 buah
5. Panci kecil 1 buah
6. Kompor 1 set
3.2 Bahan
3.3 Prosedur
Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat atau beberapa dari suatu
padatan atau cairan dengan bantuan dari pelarut. Pemisahan terjadi atas dasar
kemampuan larutan yang berbeda dari komponen-komponen tersebut. Ekstraksi
biasa digunakan untuk memisahkan dua zat berdasarkan perbedaan kelarutan.
Setelah itu, daun dipisahkan dari tangkainya. Lalu, daun di potong tipis-
tpis. Hal ini dilakukan agar didapat hasil ekstraksi yang maksimal, karena
dengan di potong tipis-tpis maka, luas permukaan daun menjadi kecil, sehingga
hasil ekstraksi mudah didapat. Kemudian, daun kunyit dikeringkan beberapa
hari dengan menggunakan sinar matahari, hingga daun mengering. Setelah itu,
daun kunyit yang sudah kering dimasukkan kedalam botol bagian atas.
Sebelumnya, botol dipotong menjadi dua bagian, dengan bagian atas botol
diletakkan diatas bagian bawah botol namun dengan posisi bagian atas botol
yang terbalik sehingga menyerupai bentuk corong.
5.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun kunyit berupa
larutan berwarna hijau yang mengandung senyawa flavonoid, dengan metode
perkolasi sederhana menggunakan pelarut etanol.
5.2 Saran
Droby S., Cohen L., Daus A., Weiss B., Horev B., Chalutz E., Katz H.,, Keren Tzur
M.,, Shachnai A.,(1998), Commercial Testing of Aspire: A Yeast Preparation
for the Biological Control of Postharvest Decay of Citrus, Biological Control,
12:2, pp. 97-101
Fajriati, I., Rizkiyah, M., Muzakky. 2011. “Studi Ekstraksi Padat Cair
Menggunakan Pelarut HF dan HNO3 pada Penentuan logam Cr dalam Sampel
Sungai di Sekitar Calon PLTN Muria”. Jurnal ILMU DASAR, Vol. 12 No. 1,
15 : 22.
Faradilla.,Yustini A., Elmatris. 2014. Identifikasi Formalin Pada Bakso yang dijual
beberapa tempat di kota. Sumatra Barat: Fakultas kedokteran, Universitas
Andalas.
Fitri. 2013. Pengaruh Marinasi Ekstrak Daun Kunyit (Curcuma Domestica Val)
Terhadap Kadar Air, Nilai Ph, Kadar Lemak Dan Kadar Protein Daging Itik,
Fakultas Peternakan Dan Pertanian. Semarang: Universitas Diponegoro.
Harborne & Turner. 1987. Phitochemical Method. London: Chapman and Hall.
Khamidinal. 2009. Teknik Laboratorium Kimia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Majid, N.T., Nurkholis. 2008. “Pembuatan Teh Rendah Kafein melalui Proses
Ekstraksi dengan Pelarut Etil Asetat”, 2 : 8.
M.S. Alimin, Muh Yunus dan Irfan Idris. 2007. Kimia Analitik. Makassar: UIN
Alauddin Makassar.
Purwanto A, C Supriyanto & Samin P. 2007. Validasi Metode Pengujian Cr, Cu,
dan Pb dengan Metode Spektrometri Serapan Atom. Prosiding PPI-PDIPTN,
Pustek Akselerator dan Proses Bahan BATAN, Yogyakarta.
Rahayu, Suparni Setyowati Rahayu, “Ekstraksi Cair”, chem.-is-try.org. 28 Agustus
2009. http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-industri/teknologi-
proses/ekstraksi-cair/. Diakses pada tanggal 25 April 2020.
Rofik S., Rita D.R. 2012. Ekstrak Daun Api- Api (Avicennia Marina) Untuk
Pembuatan Bioformalin Sebagai Antibakteri Ikan Segar. Semarang: Teknik
Kimia, Universitas Wahid Hasyim.
R.A. Day dan A.L. Underwood. 2001. Quantitative Analysis. Terj. Iis
Sopyan. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.
Suryanto dan Katja. 2009. Aktivitas Penangkal Radikal Bebas Dan Penstabil
Oksigen Singlet Dari Ekstrak Daun Kunyit (Curcuma Domestica Val.),
Manado: Jurusan Kimia, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Sam Ratulangi.
Yazid, Estien Yazid. 2005. Kimia Fisika untuk Paramedis. Yogyakarta: ANDI.
LAMPIRAN
DOKUMENTASI
No Gambar Keterangan
1 Daun kunyit dicuci hingga bersih
3 Dipotong tipis-tipis
4 Dikeringkan beberapa hari hingga
kering
Daun Kunyit