Halaman 1
terbentuk ini dengan a-naftol membentuk senyawa yang berwarna khusus untuk
polisakarida dan disakarida (Sumardjo, 2009).
2. Uji Seliwanoff
Uji seliwanof adalah uji yang spesifik dalam mengidentifikasi gula
ketoheksosa seperti fruktosa. Dalam pengujian ini golongan aldosa tidak bereaksi,
sedangkan ketosa mengalami proses dehidrasi untuk memberikan derifat
furfuralnya yang kemudian akan mengalami kondensasi dengan dan membentuk
senyawa kompleks yang berwarna merah ceri (Sumardjo, 2009).
Merah
Furfural
Ketosa
Resorsinol
3. Uji Barfoed
Pereaksi barfoed terdiri atas larutan kupriasetat dan asam asetat dalam air,
dan digunakan untuk membedakan antara monosakarida dengan disakarida.
Monosakarida dapat mereduksi lebih cepar daripada disakarida. Jadi Cu2O
terbentuk lebih cepat oleh monosakarida daripada oleh disakarida, dengan
anggapan bahwa konsentrasi keduanya tidak berbeda banyak (Poedjadi, 2005)
Halaman 2
Larutan barfoed akan bereaksi dengan gula reduksi (monosakarida)
sehingga dihasilkan endapan merah bata kuprooksida. Dalam suasana asam ini gula
reduksi yang termasuk dalam golongan disakarida memberikan reaksi yang sangat
lambat dengan larutan barfoed sehingga tidak memberikan endapan merah kecuali
pada waktu percobaan yang diperlama (Sudarmadji, 2007)
4. Uji Tollens
Uji tollens merupakan salah satu uji yang digunakan untuk membedakan
mana yang termasuk senyawa aldehida dan mana yang termasuk senyawa keton.
Oksidasi aldehid menghasilkan asam dengan jumlah atom karbon yang sama (Hart,
1990).
Pereaksi tollens sering disebut sebagai perak ammonikal, merupakan
campuran dari AgNO3 dengan ammonia berlebihan. Gugus aktif pada pereaksi
tollens Ag2O yang bila tereduksi menghasilkan endapan perak. Endapan perak
menempel pada dindin tabung akan menjadi cermin (Sudarmo, 2006)
5. Uji Fehling
Pengujian terhadap karbohidrat dapat dilakukan dengan menggunakan
larutan fehling untuk membuktikan terdapatnya sifat pereduksi pada gula tersebut.
Larutan fehling memiliki ion Cu2+ yang dapat mengoksidasi karbohidrat yang
memiliki ikatan aldehida bebas atau a-hidroksi keton sehingga akan mengakibatkan
reduksi pada zat karbohidrat.
Sebenarnya tidak semua karbohidrat yang bereaksi harus mengalami
hidrolisis dahulu tetapi karbohidrat yang berhasil bereaksi dengan menghasilkan
warna merah setelah ditetesi fehling merupakan gula pereduksi (James dan Gordon,
1963).
Halaman 3
Gambar 4. Reaksi Uji Fehling
Sumber : medbiochemistry.com dengan ChemBioDraw
6. Uji Benedict
Pereaksi benedict mengandung atom Cu yang terikat sebagai kompleks.
Pereaksi ini dapat mengoksidasi gula pereduksi seperti halnya fehling. Pereaksi
benedict dapat mendeteksi gula dengan konsentrasi 0,01%. Endapan Cu2O bisa
berwarna merah, kuning, atau hijau kekuningan bergantung pada warna asal dan
jumlah gula pereduksi yang direduksikan (Anwar, 1994)
7. Hidrolisis Sukrosa
Selama pendidihan larutan sukrosa dengan adanya asam akan terjadi proses
hidrolisis menghasilkan gula pereduksi (glukosa dan fruktosa). Sukrosa diubah
menjadi gula pereduksi dan hasilnya dikenal sebagai gula invert. Kecepatan inversi
dipengaruhi oleh suhu, waktu pemanasan, konversi asam yang digunakan, dan nilai
pH pada larutan (Desrosier, 1988).
Apabila sukrosa terhidrolisis sempurna, maka akan dihasilkan 52,63%
glukosa dan 52,63% fruktosa. Gula cair sukrosa dapat diperoleh melalui dua cara
yaitu pencairan gula kristal secara langsung atau pada saat pembuatan gula kristal
namun tanpa melewati proses kristalisasi (Junk dan Pancoast, 1980).
8. Hidrolisis Pati
Pati tersusun oleh rangkaian amilosa dan amilopektin dengan perbandingan
1:4. Amilosa merupakan polimer rantai lurus yang terdiri dari rantai panjang
glukosa yang terikat pada ikatan 1,4-α-glukosid, sedangkan amilopektin merupakan
Halaman 4
rantai cabang yang terdiri dari rantai normal glukosa yang terikat pada 1,4-α-
glukosid dan ikatan lainnya pada 1,6-α-glukosid. (Kirk, R.E and Othmer,1960)
Pati adalah sumber karbohidrat yang penting dalam makanan. Pati dijumpai
sebagian besar pada biji, tempat penyimpanan karbohidrat pada tumbuhan. Pati
memberikan warna biru jika direaksikan dengan iodium disebabkan adanya
pembentukan senyawa yang kompleks. Reaksi ini digunakan untuk mendeteksi
adanya pati.
Hidrolisa adalah suatu proses antara reaktan dengan air agar suatu senyawa
pecah atau terurai. Tetapi reaksi antara pati dan air berlangsung sangat lambat
sehingga diperlukan bantuan katalisator untuk memperbesar kereaktifan air. Ada
beberapa reaksi hidrolisa berdasarkan katalisator yang digunakan yaitu:
Hidrolisa murni, hanya menggunakan air
Kelemahan zat penghidrolisa ini adalah prosesnya lambat kurang
sempurna dan hasilnya kurang baik. Untuk mempercepat reaksi hidrolisa,
biasanya ditambahkan katalisator dan juga digunakan uap air pada
temperatur tinggi. Zat penghidrolisa air ditambah zat-zat yang sangat
reaktif.
Hidrolisa dengan katalis larutan asam
Bisa berupa asam encer atau asam pekat. Asam biasanya berfungsi
sebagai katalisator dengan mengaktifkan air dari kadar asam yang encer.
Pada hidrolisa asam, biasanya digunakan H2SO4, HCl, dan H2C2O4.
Umumnya kecepatan reaksi sebanding dengan ion H+ dari asam yang
digunakan, tetapi pada konsentrasi asam yang tinggi hubungannya tidak
terlihat lagi. H2C2O4 jarang dipakai karena harganya mahal, HCl lebih
menguntungkan karena lebih reaktif dibandingkan H2SO4 dan mudah
menguap sehingga memudahkan pemisahan produknya.
Hidrolisa dengan katalis larutan basa,
Berupa basa encer atau basa pekat. Reaksi menggunakan bentuk padat
sama dengan reaksi bentuk cair, hanya reaksinya lebih sempurna atau lebih
reaktif dan biasanya hanya digunakan untuk maksud tertentu, misalnya
proses peleburan benzene menjadi phenol.
Hidrolisa dengan menggunakan katalis enzim,
Banyak digunakan pada industri pembuatan alkohol dari tetes tebu.
Halaman 5
Alkali fussion, dengan sedikit atau tanpa air pada temperatur tinggi
(Groggins, 1958)
Halaman 6
VI. Alur Kerja
1. Uji Molish
2-5 Tetes Sukrosa 2-5 Tetes Glukosa 2-5 Tetes Amilum 2-5 tetes Fruktosa
Halaman 7
2. Uji Seliwanoff
2-5 Tetes amilum 2-5 Tetes laktosa 2-5 Tetes glukosa 2-5 tetes fruktosa
- Dimasukkan ke tabung reaksi - Dimasukkan ke tabung reaksi - Dimasukkan ke tabung reaksi - Dimasukkan ke tabung reaksi
- Ditambahkan 5 tetes seliwanoff - Ditambahkan 5 tetes seliwanoff - Ditambahkan 5 tetes seliwanoff - Ditambahkan 5 tetes seliwanoff
- Dikocok - Dikocok - Dikocok - Dikocok
- Dipanaskan di atas penangas air - Dipanaskan di atas penangas air - Dipanaskan di atas penangas air - Dipanaskan di atas penangas air
- Dihitung waktu untuk terjadi - Dihitung waktu untuk terjadi - Dihitung waktu untuk terjadi - Dihitung waktu untuk terjadi
perubahan warna perubahan warna perubahan warna perubahan warna
Halaman 8
3. Uji Barfoed
5 Tetes Fruktosa
Hasil Hasil
Halaman 9
4. Uji Tollens
a. Membuat Reagen Tollens
1 mL AgNO3 1%
b. Pengujian Tollens
2-5 Tetes Sukrosa 2-5 Tetes Amilum 2-5 Tetes Laktosa 2-5 Tetes Glukosa 2-5 tetes fruktosa
- Dimasukkan ke tabung - Dimasukkan ke tabung reaksi - Dimasukkan ke tabung - Dimasukkan ke tabung - Dimasukkan ke tabung
reaksi - Ditambahkan 5 tetes reagen reaksi reaksi reaksi
- Ditambahkan 5 tetes tollens - Ditambahkan 5 tetes - Ditambahkan 5 tetes - Ditambahkan 5 tetes
reagen tollens - Dipanaskan di dalam reagen tollens reagen tollens reagen tollens
- Dipanaskan di dalam penangas air - Dipanaskan di dalam - Dipanaskan di dalam - Dipanaskan di dalam
penangas air penangas air penangas air penangas air
Halaman 10
5. Uji Fehling
2 Tetes Amilum 2 Tetes Laktosa 2 Tetes Sukrosa 2 Tetes Glukosa 2 tetes fruktosa
- Dimasukkan ke tabung - Dimasukkan ke tabung - Dimasukkan ke tabung - Dimasukkan ke tabung - Dimasukkan ke tabung
reaksi reaksi reaksi reaksi reaksi
- Ditambah 2-3 mL - Ditambah 2-3 mL - Ditambah 2-3 mL - Ditambah 2-3 mL - Ditambah 2-3 mL
larutan Fehling larutan Fehling larutan Fehling larutan Fehling larutan Fehling
- Dikocok - Dikocok - Dikocok - Dikocok - Dikocok
- Dipanaskan di dalam - Dipanaskan di dalam - Dipanaskan di dalam - Dipanaskan di dalam - Dipanaskan di dalam
penangas air selama 3- penangas air selama 3- penangas air selama 3- penangas air selama 3- penangas air selama 3-
4 menit 4 menit 4 menit 4 menit 4 menit
Halaman 11
6. Uji Benedict
5 Tetes Amilum 5 Tetes Laktosa 5 Tetes Sukrosa 5 Tetes Glukosa 5 tetes Fruktosa
- Dimasukkan ke tabung - Dimasukkan ke tabung - Dimasukkan ke tabung - Dimasukkan ke tabung - Dimasukkan ke tabung
reaksi reaksi reaksi reaksi reaksi
- Ditambah 2-3 mL - Ditambah 2-3 mL - Ditambah 2-3 mL - Ditambah 2-3 mL - Ditambah 2-3 mL
larutan Benedict larutan Benedict larutan Benedict larutan Benedict larutan Benedict
- Dikocok - Dikocok - Dikocok - Dikocok - Dikocok
- Dipanaskan di dalam - Dipanaskan di dalam - Dipanaskan di dalam - Dipanaskan di dalam - Dipanaskan di dalam
penangas air selama 2 penangas air selama 2 penangas air selama 2 penangas air selama 2 penangas air selama 2
menit menit menit menit menit
Halaman 12
7. Hidrolisis Sukrosa
0,5 mL Sukrosa
1A 1B 2A 2B 3A 3B
Ditambah 2 mL -
- Ditambah 2 mL - Ditambah 5 mL Ditambah 5 mL
- Ditambah 2 mL - Ditambah 5 mL -
Benedict Seliwanoff Seliwanoff
Benedict Seliwanoff Benedict
- Dipanaskan di - Dipanaskan di - Dipanaskan di - Dipanaskan di - Dipanaskan di - Dipanaskan di
dalam penangas dalam penangas dalam penangas
dalam penangas dalam penangas dalam penangas
selama 5 menit selama 5 menit selama 5 menit
selama 5 menit selama 5 menit selama 5 menit
Halaman 13
A B A B
A B
Halaman 14
VI. Hasil Pengamatan
Sukrosa+molish+H2SO4 pekat = OH
- Ditambah 5 mL air O
Sukrosa+molish+H2SO4 OH
H2O OH OH
Halaman 15
OH
pekat+didiamkan 2 menit+air = CH2OH
O
2-5 Tetes Glukosa OH
larutan berwarna ungu (++++)
CH2OH
- Dimasukkan ke tabung Sebelum reaksi pada tabung II:
OH
reaksi Fruktosa
Glukosa = larutan tidak Tabung II
- Ditambah 5 tetes pereaksi
molish berwarna C H2O H
Glukosa+molish = larutan
- Didiamkan 2 menit Hidroksi metil furfural alfa-naftol
Halaman 16
pekat+didiamkan 2 menit+air =
CH2OH
larutan berwarna ungu (++) O
- Dimasukkan 7-8 tetes asam
sulfat pekat dalam dasar Sebelum reaksi pada tabung OH
OH OH
tabung dengan pipet III: OH
sedemikian rupa hingga
Amilum = larutan tidak
terbentuk yang terpisah dari n-glukosa
lapisan awal berwarna
Pereaksi molish = larutan Tabung IV
Cincin warna merah
berwarna ungu kecokelatan C H2OH
O
OH
H OH H2O, H+
Amilum+molish = larutan C
H2 C
+ 2 + 3 H2 O
2-5 tetes Fruktosa O H
Halaman 17
Amilum+molish+H2SO4
cincin warna merah pekat+didiamkan 2 menit+air =
larutan berwarna ungu (+)
- Didiamkan 2 menit
- Ditambah 5 mL air Sebelum reaksi pada tabung IV:
Fruktosa = larutan tidak
Hasil berwarna
Pereaksi molish = larutan
berwarna ungu kecokelatan
H2SO4 pekat = larutan tidak
berwarna
Air = tidak berwarna
Sesudah reaksi pada tabung IV:
Fruktosa+molish = larutan
berwarna ungu pudar terdapat
bercak hitam
Fruktosa+molish+H2SO4 pekat
= larutan ungu dan terdapat
cincin merah
Fruktosa+molish+H2SO4
pekat+didiamkan 2 menit =
tidak terjadi perubahan
Halaman 18
Fruktosa+molish+H2SO4
pekat+didiamkan 2 menit+air =
larutan berwarna ungu (+++)
2. Uji Seliwanoff Sebelum : Reaksi umum: Fruktosa mengalami
2-5 Tetes Amilum Amilum : larutan tidak berwarna perubahan warna
Seliwanoff : larutan tidak merah ceri dalam
- Dimasukkan ke tabung reaksi berwarna waktu 56 detik, yang
- Ditambahkan 5 tetes seliwanoff Sesudah : menandakan hasil tes
- Dikocok
Amilum + Seliwanoff : larutan positif adanya gugus
- Dipanaskan di atas penangas air
- Dihitung waktu untuk terjadi tidak berwarna ketosa
perubahan warna (dipanaskan) : larutan tidak
Waktu berwarna (>10 menit) Amilum, laktosa, dan
glukosa tidak
Tabung 1 :
Sebelum : mengalami perubahan
2-5 Tetes Laktosa
Laktosa : larutan tidak berwarna warna merah ceri
- Dimasukkan ke tabung reaksi
Seliwanoff : larutan tidak dalam waktu > 10
- Ditambahkan 5 tetes seliwanoff
- Dikocok berwarna menit yang
- Dipanaskan di atas penangas air Sesudah : menandakan hasil tes
- Dihitung waktu untuk terjadi
Laktosa + Seliwanoff : larutan negatif adanya gugus
perubahan warna
tidak berwarna ketosa
Waktu (dipanaskan) : larutan berwarna
kuning (9 menit)
Halaman 19
Sebelum : Tabung 2 :
2-5 Tetes Glukosa Glukosa : larutan tidak berwarna
Seliwanoff : larutan tidak
- Dimasukkan ke tabung reaksi
- Ditambahkan 5 tetes seliwanof berwarna
- Dikocok Sesudah :
- Dipanaskan di atas penangas air
Glukosa + Seliwanoff : larutan
- Dihitung waktu untuk terjadi
perubahan warna tidak berwarna
(dipanaskan) : larutan berwarna
kuning (++) (6 menit)
Waktu
Tabung 3 :
Sebelum :
Waktu
Halaman 20
3. Uji Barfoed Amilum Glukosa dan Fruktosa
5 Tetes Amilum Sebelum : adalah monosakarida
Amilum : Larutan tidak dengan terbentuknya
- Dimasukkan ke tabung reaksi
- Ditambah 5 mL Reagen Barfoed berwarna endapan merah bata
- Dipanaskan di dalam penangas air Barfoed : Larutan berwarna dalam waktu kurang
hingga terbentuk endapan merah
biru dari 10 menit (cepat).
- Jika dalam 2 - Jika dalam 10 Sesudah :
menit menit
monosakarida (+) disakarida (+) Amilum + Barfoed
(dipanaskan) Larutan
Hasil Hasil berwarna biru tidak ada
endapan warna merah
Glukosa
5 Tetes Glukosa
Sebelum :
- Dimasukkan ke tabung reaksi
Glukosa : Larutan tidak
- Ditambah 5 mL Reagen Barfoed
- Dipanaskan di dalam penangas air berwarna
hingga terbentuk endapan merah Barfoed : Larutan berwarna
-
biru
- Jika dalam 2 - Jika dalam 10
menit menit Sesudah :
monosakarida disakarida (+) Glukosa + Barfoed (dipanaskan)
(+)
Terdapat endapan warna merah
Hasil Hasil
setelah 9 menit
Halaman 21
Laktosa
5 Tetes Laktosa
Sebelum :
- Dimasukkan ke tabung reaksi
- Ditambah 5 mL Reagen Barfoed Laktosa : Larutan tidak
- Dipanaskan di dalam penangas air berwarna
hingga terbentuk endapan merah
- Barfoed : Larutan berwarna
- Jika dalam 2 - Jika dalam 10 biru
menit menit Sesudah :
monosakarida disakarida (+)
(+) Laktosa + Barfoed
Halaman 22
4. Uji Tollens Pembuatan Reagen 2AgNO3(aq) + 2NaOH(aq) Laktosa dan fruktosa
a. Membuat Reagen Tollens Sebelum: Ag2O(s) + 2NaNO3(aq) + H2O(l) adalah karbohidrat
1 mL AgNO3 1% AgNO3 : Larutan tidak yang mengandung
berwarna Ag2O(s) + NH4OH(aq) gugus aldosa,
- Dimasukkan ke tabung reaksi
- Ditambah 1 mL NaOH NaOH : Larutan tidak 2Ag(NH3)2OH(aq) + 3H2O(l) dbuktikan dengan
- Ditambah NH4OH 2% tetes demi berwarna terbentuknya cermin
tetes sampai semua endapan larut NH4OH : Larutan tidak perak setelah diuji
berwarna dengan reagen tollens
Larutan Tidak Berwarna Sesudah :
AgNO3 + NaOH endapan
coklat + NH4OH endapan
a. Pengujian Tollens
larut
2-5 Tetes Sukrosa Sukrosa
Sebelum :
- Dimasukkan ke tabung Sukrosa : Larutan tidak
reaksi
berwarna
- Ditambahkan 5 tetes
reagen tollens Sesudah :
- Dipanaskan di dalam Sukrosa + Tollens Larutan
penangas air tidak berwarna (dipanaskan)
larutan berwarna hitam tidak
Hasil
terbentuk cermin perak
Halaman 23
Amilum
2-5 Tetes Amilum
Sebelum:
Amilum : Larutan tidak
- Dimasukkan ke tabung
berwarna
reaksi
- Ditambahkan 5 tetes Sesudah:
reagen tollens Amilum + Tollens Larutan
- Dipanaskan di dalam tidak berwarna (dipanaskan)
penangas air
larutan berwarna hitam tidak
terbentuk cermin perak
Hasil
Laktosa
2-5 Tetes Laktosa
Sebelum:
Laktosa : larutan tidak
- Dimasukkan ke tabung
berwarna
reaksi
- Ditambahkan 5 tetes Sesudah:
reagen tollens Laktosa + Tollens larutan tidak
- Dipanaskan di dalam berwarna (dipanaskan) larutan
penangas air
hitam, terbentuk cermin perak
Hasil
Halaman 24
Glukosa
2-5 Tetes Glukosa
Sebelum:
Glukosa : larutan tidak
- Dimasukkan ke tabung
berwarna
reaksi
- Ditambahkan 5 tetes Sesudah:
reagen tollens Laktosa + Tollens larutan tidak
- Dipanaskan di dalam berwarna (dipanaskan) larutan
penangas air
hitam, tidak terbentuk cermin
perak
Hasil
Halaman 25
5. Uji Fehling Sebelum Glukosa Glukosa, fruktosa dan
HO OH HO
2 Tetes Amilum Larutan fehling A = tidak laktosa merupakan
+ Cu2+(aq)
berwarna O
gula pereduksi
HO OH
- Dimasukkan ke tabung Larutan fehling B = berwarna biru glucose (aq) Sukrosa dan amilum
reaksi Larutan amilum = tidak berwarna
HO OH HO
bukan merupakan
- Ditambah 2-3 mL
Larutan laktosa = tidak berwarna HO + gula pereduksi
larutan Fehling O HO OH
Hasil
Sesudah
2 Tetes Laktosa Fehling A + fehling B = berwarna
biru
- Dimasukkan ke tabung
Larutan amilum + fehling + Laktosa
reaksi HO
- Dikocok HO OH O OH + Cu2+(aq)
dipanaskan = biru
- Dipanaskan di dalam OH
O OH
Hasil OH
+ Cu2O(s)
Halaman 26
Larutan laktosa + fehling +
2 Tetes Sukrosa
dipanaskan = endapan merah bata Sukrosa
HO
HO
- Dimasukkan ke tabung OH
reaksi 2+
O
+ Cu (aq)
- Ditambah 2-3 mL HO
O O OH
larutan Fehling HO OH
- Dikocok OH
sucrose
- Dipanaskan di dalam
penangas air selama 3-
4 menit Amilum
CH2OH CH2OH
Hasil OH O OH
O
O O
OH OH
2 Tetes Glukosa
2+
+ Cu (aq)
- Dimasukkan ke tabung
reaksi
- Ditambah 2-3 mL
larutan Fehling
- Dikocok
- Dipanaskan di dalam
penangas air selama 3-
4 menit
Hasil
Halaman 27
2 tetes fruktosa
Fruktosa
O OH HO
- Ditambah 2-3 mL HO
fructose
OH
larutan Fehling O OH HO
- Dikocok
+
- Dipanaskan di dalam HO
O HO OH
penangas air selama 3- fructonic acid
4 menit
Cu2O(s)
Hasil
Halaman 28
dipanaskan = biru Fruktosa
O OH HO
5 Tetes Laktosa Larutan sukrosa + benedict +
+ Cu2+(aq)
dipanaskan = biru HO
- Dimasukkan ke tabung HO OH
Larutan glukosa + benedict + fructose
reaksi
O OH HO
- Ditambah 2-3 mL dipanaskan = hijau kebiruan
larutan Benedict Larutan fruktosa + benedict + HO + Cu2O(s)
- Dikocok O HO OH
dipanaskan = hijau kecoklatan fructonic acid
- Dipanaskan di dalam
penangas air selama 2 Larutan laktosa + benedict +
menit dipanaskan = biru kehijauan Laktosa
HO
Hasil O
HO O OH
+ Cu2+(aq)
5 Tetes Sukrosa HO OH O OH
OH
OH
lactose
- Dimasukkan ke tabung CH2OH CH2OH
reaksi O OH
- Dikocok
- Dipanaskan di dalam
penangas air selama 2 Sukrosa
menit
Hasil
Halaman 29
HO
HO
5 Tetes Glukosa OH
2+
O
+ Cu (aq)
- Dimasukkan ke tabung HO
O O OH
reaksi HO OH
- Ditambah 2-3 mL OH
sucrose
larutan Benedict
- Dikocok
- Dipanaskan di dalam Amilum
penangas air selama 2 CH2OH CH2OH
O O
OH
Menit OH
O O
OH OH
Hasil
2+
+ Cu (aq)
5 tetes Fruktosa
- Dimasukkan ke tabung
reaksi
- Ditambah 2-3 mL
larutan Benedict
- Dikocok
- Dipanaskan di dalam
penangas air selama 2
menit
Hasil
Halaman 30
7. Hidrolisis Sukrosa Sebelum : Rumus umum : Tabung IA dan IIA
0,5 mL Sukrosa Sukrosa : larutan tidak berwarna terjadi hidrolisis
HCl : larutan tidak berwarna sempurna dengan
- Dilarutkan dalam 6 mL Air Aquades : larutan tidak berwarna ditandai adanya
- Dimasukkan ke dalam 3
NaOH : larutan tidak berwarna endapan merah bata
tabung reaksi dengan volume
yang sama (±1 mL) Benedict : larutan berwarna biru
- Diberi label 1,2,3 Pada tabung Seliwanoff : larutan tidak Tabung IIIB terjadi
berwarna hidrolisis sempurna
Sesudah : dengan ditandai
Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3
Sukrosa + aquades : larutan tidak perubahan warna
berwarna menjadi warna
Tabung 1: kuning
Sukrosa + HCl : larutan tidak
berwarna HO OH HO
HO OH
glucose (aq)
HO OH HO
HO
Tabung IA + benedict +
O HO OH
dipanaskan : larutan berubah gluconic acid (aq)
menjadi kehijauan dan terdapat + Cu2O(s)
Halaman 31
endapan merah bata
Tabung IB + seliwanoff +
dipanaskan : larutan tidak
berwarna
Tabung 2:
HO OH HO
Sukrosa + air : larutan tidak
2+
berwarna + Cu (aq)
O
+ NaOH : larutan tidak berwarna
HO OH
glucose (aq)
HO OH HO
HO
Tabung IIA + benedict + O HO OH
gluconic acid (aq)
dipanaskan : larutan berubah
menjadi kecoklatan dan terdapat + Cu2O(s)
Halaman 32
Tabung IIB + seliwanoff +
dipanaskan : larutan tidak
berwarna
Tabung 3:
Sukrosa + air : larutan tidak
berwarna
Halaman 33
Tabung IIIB + seliwanoff +
dipanaskan : larutan berwarna
kuning
Halaman 34
8. Hidrolisis Pati Sebelum reaksi percobaan I: CH2OH pada tabung IA
O
Larutan pati= tidak berwarna H2O terjadi hidrolisis
Larutan HCl 3M = tidak OH
saat iodin
OH
berwarna OH OH ditambahkan
CH2OH
Larutan NaOH 3M = tidak OH
pada tabung IB
Cu2+
berwarna CHO terhidrolisis saat
OH
Larutan iodin = merah OH OH
ditambahkan
CH2OH
kecokelatan benedict
OH
dipanaskan + didinginkan + +
Halaman 35
Larutan pati + HCl + NaOH +
CH2OH CH2OH
OH
O O O
OH
dipanaskan + didinginkan + OH
OH
benedict+ dipanaskan = larutan OH
Laktosa
OH
berwarna biru
Sebelum reaksi percobaan II:
Larutan pati= tidak berwarna
Air = tidak berwarna
Sesudah reaksi percobaan II:
Larutan pati + air = tidak
berwarna
Larutan pati + air + dipanaskan
= tidak berwarna
Larutan pati + air + dipanaskan
+ didinginkan = tidak berwarna
Larutan pati + air + dipanaskan
+ didinginkan + air = larutan
tidak berwarna
Larutan pati + air + dipanaskan
+ didinginkan + air + iodin =
larutan berwarna ungu
kehitaman
Halaman 36
Larutan pati + air + dipanaskan
+ didinginkan + air + benedict+
dipanaskan = larutan berwarna
biru
Sebelum reaksi percobaan III:
Larutan pati= tidak berwarna
Air = tidak berwarna
Sesudah reaksi percobaan II:
Larutan pati + air = tidak
berwarna
Larutan pati + air + dibiarkan
pada suhu kamar = tidak
berwarna
Larutan pati + air + dibiarkan
pada suhu kamar+air = tidak
berwarna
Larutan pati + air + dibiarkan
pada suhu kamar+air + iodin=
larutan berwarna ungu
kehitaman
Larutan pati + air + dibiarkan
Halaman 37
pada suhu kamar+air + benedict
+ dipanaskan = larutan berwarna
biru dan terbentuk endapan
merah
Halaman 38
VIII. Analisis dan Pembahasan
1. Uji Molish
Percobaan uji molish ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya karbohidrat
secara umum dengan tes molish. Sampel yang kami gunakan untuk pengujian adanya
karbohidrat yaitu sukrosa, glukosa, amilum, dan fruktosa. Sedangkan pereaksi yang
kami gunakan yaitu pereaksi molish. Uji positif adanya karbohidrat pada sampel,
ditandai dengan terbentuknya larutan berwarna ungu.
a. Sukrosa
Sampel pertama yang kami uji pada percobaan pertama yaitu sukrosa.
Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya karbohidrat pada sukrosa.
Langkah pertama yaitu memasukkan lima tetes larutan sukrosa tidak berwarna ke
dalam tabung reaksi I dan dilanjutkan dengan menambahkan 5 tetes pereaksi larutan
molish berwarna cokelat kehitaman. Penambahan larutan molish pada larutan sukrosa
mengakibatkan perubahan warna menjadi ungu pudar dan terdapat endapan hitam.
Selanjutnya dilakukan penambahan 7 tetes larutan H2SO4 pekat tidak berwarna pada
dasar tabung yang dilakukan di dalam lemari asam. Penambahan H2SO4 pekat ini
bertujuan untuk mengidentifikasi karbohidrat oleh molish karena pada dasarnya
hidrolisis karbohidrat oleh asam sulfat pekat akan menghasilkan monosakarida.
Sampel sukrosa akan dihidrolisis oleh H2SO4 pekat yang nantinya dapat mengubah
sukrosa menjadi fruktosa dan glukosa. Berikut reaksi yang terjadi :
HO
HO
OH
CH2OH
CH2OH OH
H O H O
O H2O, H +
+ H OH
O O OH OH H
HO Kalor H CH2OH
OH OH
OH H
H OH
HO OH
OH Glukosa Fruktosa
Sukrosa
H O H
H2O, H+ HO O
OH H C + 2 + 3H2O
H2 C
OH OH O H
H OH
O
OH
HO O
HO
C + 2 C
H2 C
O H H2
HOS2 S2OH
Hidroksi metil furfural alfa-naftol
HO
OH
CH2OH OH
O
H OH H2O, H+ HO O
C + 2 + 3H2O
H CH2OH H2 C
O H
OH H
Halaman 40
O
OH
HO O
HO
C + 2 C
H2 C
O H H2
HOS2 S2OH
Hidroksi metil furfural alfa-naftol
HO
b. Glukosa
Percobaan kedua dilakukan percobaan uji molish terhadap sampel glukosa.
Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya karbohidrat pada glukosa.
Langkah pertama yaitu memasukkan lima tetes larutan glukosa tidak berwarna ke
dalam tabung reaksi II dan dilanjutkan dengan menambahkan 5 tetes pereaksi larutan
molish berwarna cokelat kehitaman. Penambahan larutan molish pada larutan glukosa
mengakibatkan perubahan warna menjadi ungu pudar dan terdapat endapan hitam.
Selanjutnya dilakukan penambahan 7 tetes larutan H2SO4 pekat tidak berwarna pada
dasar tabung yang dilakukan di dalam lemari asam. Penambahan H2SO4 pekat ini
bertujuan untuk mengidentifikasi karbohidrat oleh molish yang didasarkan pada
dehidrasi karbohidrat monosakarida oleh H2SO4 pekat yang menghasilkan furfural
atau hidroksi metil furfural. Kemudian hidroksi metil furfural ini bereaksi dengan
alfa-naftol membentuk senyawa kompleks berwarna ungu. Penambahan H2SO4
mengakibatkan larutan menjadi berwarna putih keruh. Setelah itu, campuran
diencerkan dengan 5 ml air mengakibatkan larutan menjadi berwarna ungu (++). Hal
ini menandakan bahwa glukosa mengandung karbohidrat. Hal ini sesuai dengan teori
bahwa larutan karbohidrat bila dicampur dengan pereaksi molisch, yaitu larutan 5% a-
naftol dengan alkohol, kemudian ditambah asam sulfat pekat dengan hati-hati. Warna
ungu yang terbentuk menunjukkan adanya karbohidrat. Uji ini adalah didasarkan pada
Halaman 41
heksosa atau pentosa mengalami dehidrasi oleh pengaruh asam sulfat menjadi
hidroksimultifurfural atau furfural dan kondensasi aldehida yang terbentuk ini dengan
a-naftol membentuk senyawa yang berwarna khusus untuk polisakarida dan disakarida
(Sumardjo, 2009). Berikut adalah reaksi yang terjadi:
OH
CH2OH
H O H
H2O, H+ HO O
OH H C + 2 + 3H2O
H2 C
OH OH O H
H OH
O
OH
HO O
HO
C + 2 C
H2 C
O H H2
HOS2 S2OH
Hidroksi metil furfural alfa-naftol
HO
c. Amilum
Percobaan ketiga dilakukan percobaan uji molish terhadap sampel amilum.
Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya karbohidrat pada amilum.
Langkah pertama yaitu memasukkan 5 tetes larutan amilum tidak berwarna ke dalam
tabung reaksi III dan dilanjutkan dengan menambahkan 5 tetes pereaksi larutan molish
berwarna cokelat kehitaman. Penambahan larutan molish pada larutan amilum
mengakibatkan perubahan warna menjadi ungu pudar dan terdapat endapan hitam.
Selanjutnya dilakukan penambahan 7 tetes larutan H2SO4 pekat tidak berwarna pada
dasar tabung yang dilakukan di dalam lemari asam. Penambahan H2SO4 pekat ini
bertujuan untuk mengidentifikasi karbohidrat oleh molish. Identifikasi ini didasarkan
pada hidrolisis karbohidrat oleh asam sulfat pekat yang menghasilkan monosakarida.
Halaman 42
Monosakarida yang dihasilkan ini digunakan untuk menghidrolisis polisakarida
amilum menjadi monosakarida-monosakarida penyusunnya. Monosakarida inilah yang
nantinya bereaksi dengan H2SO4 pekat menghasilkan hidroksi metil furfural. Hidroksi
metil furfural ini selanjutnya bereaksi dengan alfa-naftol membentuk senyawa
kompleks berwarna ungu. Penambahan H2SO4 mengakibatkan larutan menjadi
berwarna putih keruh. Setelah itu, campuran diencerkan dengan 5 ml air
mengakibatkan larutan menjadi berwarna ungu (+). Hal ini menandakan bahwa
amilum mengandung karbohidrat. Hal ini sesuai dengan teori bahwa larutan
karbohidrat bila dicampur dengan pereaksi molisch, yaitu larutan 5% a-naftol dengan
alkohol, kemudian ditambah asam sulfat pekat dengan hati-hati. Warna ungu yang
terbentuk menunjukkan adanya karbohidrat. Uji ini adalah didasarkan pada heksosa
atau pentosa mengalami dehidrasi oleh pengaruh asam sulfat menjadi
hidroksimultifurfural atau furfural dan kondensasi aldehida yang terbentuk ini dengan
a-naftol membentuk senyawa yang berwarna khusus untuk polisakarida dan disakarida
(Sumardjo, 2009). Berikut adalah reaksi yang terjadi:
CH2OH CH2OH
H O H H O H
H H H2SO4
OH H OH H
* O O O Kalor
H OH H OH
n n
amilum Glukosa
OH
CH2OH
H O H
H2O, H+ HO O
OH H C + 2 + 3H2O
H2 C
OH OH O H
H OH
HO O
HO
C + 2 C
H2 C
O H H2
HOS2 S2OH
Hidroksi metil furfural alfa-naftol
HO
CH2OH OH
O
H OH H2O, H+ HO O
C + 2 + 3H2O
H CH2OH H2 C
O H
OH H
Halaman 44
O
OH
HO O
HO
C + 2 C
H2 C
O H H2
HOS2 S2OH
Hidroksi metil furfural alfa-naftol
HO
2. Uji Seliwanoff
Pada percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya gugus ketosa
pada suatu karbohidrat. Reagen seliwanoff mengandung resorsinol dalam HCl. Fungsi
dari reagen seliwanoff yaitu untuk menguji adanya gugus ketosa. Prinsip dasar uji
seliwanoff adalah fruktosa dengan asam kuat mengalami dehidrasi membentuk
hidroksimetil furfural yang kemudian akan mengalami kondensasi ketika ditambahkan
resorsinol dan membentuk senyawa kompleks berwarna merah ceri (Sumardjo, 2009).
Persamaan reaksinya :
Merah
Furfural
Ketosa
Resorsinol
a. Amilum
Pada tabung pertama, 2-5 tetes amilum dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
Kemudian ditambah 5 tetes reagen seliwanoff dan dikocok secara homogen. Fungsi
reagen seliwanoff adalah menguji adanya gugus ketosa dalam karbohidrat. Larutan
dipanaskan di atas penangas air. Fungsi pemanasan adalah untuk mendehidrasi
Halaman 45
ketoheksosa dalam pereaksi seliwanoff membentuk hidroksimetil furfural dan
kondensasi hidroksimetil furfural dengan resorsinol sehingga membentuk senyawa
berwarna merah ceri (Sumardjo, 2009). Larutan amilum tidak terjadi perubahan warna
pada saat > 10 menit. Hal ini menandakan amilum negatif mengandung gugus ketosa
di dalam karbohidrat. Persamaan reaksinya :
Halaman 46
dipanaskan di atas penangas air. Fungsi pemanasan adalah untuk mendehidrasi
ketoheksosa dalam pereaksi seliwanoff membentuk hidroksimetil furfural dan
kondensasi hidroksimetil furfural dengan resorsinol sehingga membentuk senyawa
berwarna merah ceri (Sumardjo, 2009). Larutan glukosa terjadi perubahan warna
menjadi warna kuning (++) pada menit ke 7. Hal ini menandakan glukosa negatif
mengandung gugus ketosa di dalam karbohidrat. Persamaan reaksinya :
Halaman 47
3. Uji Barfoed
Percobaan uji barfoed bertujuan untuk membedakan karbohidrat monosakarida
dan disakarida. Digunakan reagen barfoed, yaitu pereaksi yang terdiri dari larutan
kupriasetat dan asam asetat dalam air. Dalam percobaan ini digunakan beberapa
sampel karbohidrat, yaitu amilum, glukosa, laktosa, dan fruktosa. Karbohidrat akan
mereduksi ion kupri sehingga dihasilkan endapan merah bata kuprooksida (Cu2O)
(Poedjadi, 2005). Untuk membedakan antara monosakarida dan disakarida adalah
waktu terbentuknya endapan merah bata. Monosakarida dapat mereduksi atau
menghasilkan endapan merah bata lebih cepat daripada disakarida.
a. Amilum
Amilum larutan tidak berwarna 5 tetes dimasukkan ke tabung reaksi
kemudian ditambah 5 mL pereaksi barfoed larutan berwarna biru. Campuran
kemudian dipanaskan dalam penangas air. Pada amilum, tidak terbentuk
endapan merah bata walaupun sudah dipanaskan untuk jangka waktu lama,
lebih dari 30 menit. Dari hasil percobaan dan melihat rumus struktur dari
amilum, menunjukkan bahwa amilum bukan merupakan monosakarida
maupun disakarida, karena telah dilakukan pemanasan yang sangat lama
namun tidak terbentuk endapan merah bata
Halaman 48
Gambar 17. Reaksi uji barfoed terhadap glukosa,
dengan ChemBioDraw.
c. Laktosa
Laktosa larutan tidak berwarna 5 tetes dimasukkan ke tabung reaksi
kemudian ditambah 5 mL pereaksi barfoed larutan berwarna biru. Campuran
kemudian dipanaskan dalam penangas air. Pada laktosa, tidak terbentuk
endapan merah bata walaupun sudah dipanaskan untuk jangka waktu lama,
lebih dari 30 menit. Hal ini menunjukkan bahwa laktosa bukan merupakan
monosakarida, karena telah dilakukan pemanasan yang sangat lama namun
tidak terbentuk endapan merah bata. Jika dilihat dari rumus struktur, laktosa
adalah sebuah disakarida.
d. Fruktosa
Fruktosa larutan tidak berwarna 5 tetes dimasukkan ke tabung reaksi
kemudian ditambah 5 mL pereaksi barfoed larutan berwarna biru.
Campuran kemudian dipanaskan dalam penangas air. Pada fruktosa,
terbentuk endapan merah bata yang merupakan Cu2O setelah dipanaskan
selama 6 menit. Hal ini menunjukkan bahwa glukosa adalah monosakarida,
karena hanya perlu waktu kurang dari 10 menit dan relatif lebih singkat
daripada karbohidrat yang lain.
Halaman 49
Gambar 19. Reaksi uji barfoed terhadap fruktosa,
dengan ChemBioDraw
4. Uji Tollens
Percobaan bertujuan mengidentifikasi karbohidrat yang memiliku gugus
aldosa. Untuk mengidentifikasi karbohidrat yang memiliki gugus aldosa, digunakan
reagen tollens, yaitu pereaksi yang merupakan campuran dari AgNO3 dengan
ammonia berlebihan (Sudarmo, 2006). Karbohidrat yang mengandung gugus aldosa,
akan terbentuk cermin perak saat diuji tollens. Percobaan dilakukan terhadap sukrosa,
amilum, laktosa, glukosa, dan fruktosa.
Percobaan dimulai dengan membuat reagen tollens, 1 mL AgNO3 larutan tidak
berwarna dimasukkan ke tabung reaksi kemudian ditambah 1 mL NaOH larutan tidak
berwarna, campuran kemudian dikocok menghasilkan endapan berwarna coklat,
kemudian ditambah tetes demi tetes NH4OH hingga endapan larut, reagen tollens telah
siap digunakan.
a. Sukrosa
Sukrosa larutan tidak berwarna sebanyak 5 tetes dimasukkan ke tabung
reaksi, kemudian ditambah 5 tetes reagen tollens, terbentuk larutan tidak
berwarna. Campuran kemudian dipanaskan diatas penangas air. Dalam uji
tollens perlu dilakukan pemanasan karena reaksi berjalan lambat pada suhu
ruang, terlihat campuran dari sampel dengan reagen tollens yang tidak
berwarna saat sebelum dipanaskan. Setelah dipanaskan beberapa saat,
didapatkan larutan berwarna gelap, namun tidak terbentuk cermin perak. Hal
ini menunjukkan bahwa sukrosa adalah karbohidrat yang tidak memiliki gugus
aldosa.
Halaman 50
Gambar 20. Reaksi uji tollens terhadap sukrosa,
dengan ChemBioDraw.
b. Amilum
Amilum larutan tidak berwarna sebanyak 5 tetes dimasukkan ke tabung
reaksi, kemudian ditambah 5 tetes reagen tollens, terbentuk larutan tidak
berwarna. Campuran kemudian dipanaskan diatas penangas air. Dalam uji
tollens perlu dilakukan pemanasan karena reaksi berjalan lambat pada suhu
ruang, terlihat campuran dari sampel dengan reagen tollens yang tidak
berwarna saat sebelum dipanaskan. Setelah dipanaskan beberapa saat,
didapatkan larutan berwarna gelap, namun tidak terbentuk cermin perak. Hal
ini menunjukkan bahwa amilum adalah karbohidrat yang tidak memiliki gugus
aldosa.
Halaman 51
Gambar 22. Reaksi uji tollens terhadap laktosa,
dengan ChemBioDraw
d. Glukosa
Glukosa larutan tidak berwarna sebanyak 5 tetes dimasukkan ke tabung
reaksi, kemudian ditambah 5 tetes reagen tollens, terbentuk larutan tidak
berwarna. Campuran kemudian dipanaskan diatas penangas air. Dalam uji
tollens perlu dilakukan pemanasan karena reaksi berjalan lambat pada suhu
ruang, terlihat campuran dari sampel dengan reagen tollens yang tidak
berwarna saat sebelum dipanaskan. Setelah dipanaskan beberapa saat,
didapatkan larutan berwarna gelap tidak terbentuk cermin perak. Menurut
rumus struktur, glukosa seharusnya adalah karbohidrat yang memiliki gugus
aldosa dan membentuk cermin perak.
Halaman 52
Gambar 23. Reaksi uji tollens terhadap glukosa,
dengan ChemBioDraw
e. Fruktosa
Fruktosa larutan tidak berwarna sebanyak 5 tetes dimasukkan ke tabung
reaksi, kemudian ditambah 5 tetes reagen tollens, terbentuk larutan tidak
berwarna. Campuran kemudian dipanaskan diatas penangas air. Dalam uji
tollens perlu dilakukan pemanasan karena reaksi berjalan lambat pada suhu
ruang, terlihat campuran dari sampel dengan reagen tollens yang tidak
berwarna saat sebelum dipanaskan. Setelah dipanaskan beberapa saat,
didapatkan larutan berwarna gelap terbentuk cermin perak. Hal ini
menunjukkan bahwa fruktosa adalah karbohidrat yang memiliki gugus aldosa.
5. Uji Fehling
Uji fehling bertujuan untuk mengidentifikasi adanya gula pereduksi.
Menurut Fessenden dan Fessenden (1986) gula pereduksi adalah gula yang dapat
dioksidasi oleh zat pengoksidasi meski zat pengoksidasi yang sangat lembut seperti
Ag+ dan Cu2+.
Reagen fehling terdiri dari dua bagian yaitu fehling A dan fehling B.
Fehling A merupakan larutan CuSO4 dan fehling B merupakan campuran NaOH
dengan kalium natrium tartrat. Reagen fehling dibuat dengan mencampurkan kedua
larutan tersebut sehingga didapatkan reagen fehling berwarna biru tua. Larutan fehling
Halaman 53
memiliki ion Cu2+ yang dapat mengoksidasi karbohidrat yang memiliki ikatan
aldehida bebas atau ahidroksi keton sehingga mengakibatkan reduksi pada karbohidrat
(James and Gordon, 1963).
Uji fehling dilakukan dengan pemanasan untuk mengendapkan senyawa
CuO. Sampel yang diuji adalah amilum, sukrosa, laktosa, glukosa dan fruktosa.
Sampel glukosa ditambah reagen fehling kemudian dipanaskan mengalami
perubahan dari larutan warna biru menjadi larutan merah disertai endapan merah bata.
Endapan merah bata adalah endapan senyawa CuO. Senyawa CuO berasal dari ion
Cu2+ yang direduksi oleh glukosa menjadi ion Cu+. Hal itu menunjukkan bahwa
glukosa merupakan gula pereduksi dimana glukosa mengalami oksidasi membentuk
asam glukonat. Menurut Fessenden dan Fessenden (1986), glukosa adalah
monosakarida jenis aldosa dimana bentuk – bentuk hemiasetal siklik dari semua
aldosa mudah dioksidasi karena mereka berada dalam kesetimbangan dengan bentuk
aldehida rantai terbukanya. Reaksi glukosa dengan reagen fehling dapat dituliskan
sebagai berikut :
HO OH HO
HO OH HO
+ Cu2+(aq) + Cu2O(s)
O HO
HO OH O HO OH
glucose (aq) gluconic acid (aq)
Gambar 26. Reaksi glukosa dengan reagen fehling
Sumber : dokumen pribadi by Chemdraw
+ Cu2+(aq) + Cu2O(s)
HO HO
HO OH O HO OH
fructose fructonic acid
Halaman 54
Gambar 27. Reaksi fruktosa dengan reagen fehling
Sumber : dokumen pribadi by ChemDraw
Sampel laktosa ditambah reagen fehling kemudian dipanaskan mengalami
perubahan warna dari biru menjadi merah kecoklatan disertai endapan. Endapan merah
bata adalah endapan senyawa CuO. Senyawa CuO berasal dari ion Cu2+ yang
direduksi oleh laktosa menjadi ion Cu+. Hal itu menunjukkan bahwa laktosa
merupakan gula pereduksi. Laktosa adalah disakarida yang memiliki gugus aldehida
bebas. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Arsyad (2001) bahwa laktosa
mempunyai sifat mereduksi pereaksi benedict atau fehling. Reaksi laktosa dengan
reagen fehling dapat dituliskan sebagai berikut :
HO
O CH2OH CH2OH
HO O OH
O OH
HO OH O OH + Cu2+(aq) OH O COOH
+ Cu2O(s)
OH OH
OH
lactose OH OH OH
6. Uji Benedict
Uji benedict bertujuan untuk mengidentifikasi adanya gula pereduksi.
Menurut Fessenden dan Fessenden (1986) gula pereduksi adalah gula yang dapat
Halaman 55
dioksidasi oleh zat pengoksidasi meski zat pengoksidasi yang sangat lembut seperti
Ag+ dan Cu2+.
Reagen benedict mengandung atom Cu yang terikat sebagai kompleks.
Reagen benedict dapat mendeteksi gula dengan konsentrasi 0,01%. Endapan CuO bisa
berwarna merah, kuning atau hijau kekuningan bergantung pada warna asal dari
jumlah gula pereduksi yang direduksikan (Anwar, 1994).
Uji benedict dilakukan dengan pemanasan diatas penangas air untuk
mengendapkan senyawa CuO. Sampel yang diuji yaitu glukosa, fruktosa, laktosa,
sukrosa dan amilum.
Sampel glukosa ditambah reagen benedict kemudian dipanaskan mengalami
perubahan warna dari biru menjadi hijau kebiruan. Warna hijau kebiruan disebabkan
adanya senyawa CuO. Senyawa CuO berasal dari ion Cu2+ yang direduksi oleh
glukosa menjadi ion Cu+. Hal itu menunjukkan bahwa glukosa merupakan gula
pereduksi dimana gukosa mengalami oksidasi menjadi asam glukonat. Menurut
Fessenden dan Fessenden (1986) glukosa adalah monosakarida jenis aldosa dimana
bentuk – bentuk hemiasetal siklik dari semua aldosa mudah dioksidasi karena mereka
berada dalam kesetimbangan dengan bentuk aldehida rantai terbukanya. Reaksi
glukosa dengan reagen benedict dapat dituliskan sebagai berikut :
HO OH HO
HO OH HO
+ Cu2+(aq) + Cu2O(s)
O HO
HO OH O HO OH
glucose (aq) gluconic acid (aq)
Gambar 28. Reaksi glukosa dengan reagen benedict
Sumber : Biokim||urine dengan ChemBiodraw
Halaman 56
O OH HO O OH HO
+ Cu2+(aq) + Cu2O(s)
HO HO
HO OH O HO OH
fructose fructonic acid
O CH2OH CH2OH
HO O OH
2+
O OH + Cu2O(s)
HO OH O OH + Cu (aq) OH O COOH
OH OH
OH
lactose OH OH OH
Halaman 57
7. Hidrolisis Sukrosa
Pada percobaan ini bertujuan untuk menghidrolisis sukrosa dan
mengidentifikasi hasil hidrolisis sukrosa. Reaksi hidrolisis sukrosa melibatkan air
sebagai pereaksi. Fungsi penambahan asam dan basa yaitu mempercepat reaksi
pemecahan molekul air pada sukrosa. Fungsi penambahan HCl yaitu menghidrolisis
sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa. Sedangkan fungsi penambahan NaOH yaitu
untuk mempercepat laju mutarotasi.
Uji yang digunakan pada hidrolisis sukrosa yaitu uji Benedict dan Seliwanoff.
Fungsi penambahan reagen Benedict yaitu menghasilkan endapan CuO berwarna
merah bata dan larutan berwarna biru. Sedangkan penggunaan reagen Seliwanoff
berfungsi untuk menghasilkan larutan berwarna kuning. Reaksi umum hidrolisis
sukrosa :
Halaman 58
mengetahui adanya gula pereduksi dalam karbohidrat yang telah terhidrolisis.
Kemudian larutan dipanaskan di atas penangas air dan menghasilkan perubahan
warna menjadi warna kehijauan. Terdapat endapan merah bata yang menandakan
adanya endapan CuO serta sukrosa telah terhidrolisis menjadi glukosa dan fruktosa.
Sedangkan untuk tabung IB ditambahkan pereaksi seliwanoff menghasilkan warna
yang tetap yakni tidak berwarna. Fungsi penambahan reagen seliwanoff adalah
untuk mengetahui adanya gugus ketosa pada karbohidrat hasil hidrolisis sukrosa
tersebut. Kemudian larutan dipanaskan di atas penangas air dan menghasilkan
larutan tidak berwarna. Hal ini menunjukkan bahwa hidrolisis sukrosa negatif
terhadap gugus ketosa dan proses hidrolisis berlangsung tidak sempurna.
HO OH HO
HO OH HO
+ Cu2+(aq) + Cu2O(s)
O HO
HO OH O HO OH
glucose (aq) gluconic acid (aq)
Gambar 32. Reaksi tabung IA saat ditetesi benedict mengandung glukosa
dengan ChemBioDraw
Halaman 59
menunjukkan bahwa hidrolisis sukrosa negatif terhadap gugus ketosa dan proses
hidrolisis berlangsung tidak sempurna.
HO OH HO
HO OH HO
+ Cu2+(aq) + Cu2O(s)
O HO
HO OH O HO OH
glucose (aq) gluconic acid (aq)
Gambar 33. Reaksi tabung IIA saat ditetesi benedict mengandung glukosa
dengan ChemBioDraw
Halaman 60
Gambar 34. Tabung IIIB menunjukkan hasil positif mengandung gugus ketosa saat
ditetesi dengan reagen seliwanof
8. Hidrolisis Pati
Percobaan hidrolisis pati ini bertujuan untuk melakukan hidrolisis polisakarida
pati dan mengidentifikasi hasil hidrolisis polisakarida pati. Pada percobaan ini
dilakukan dua pengujian terhapad pati, yaitu uji iodin dan uji benedict. Pada uji iodin,
pati dinyatakan terhidrolisis apabila tidak terjadi perubahan warna pada pati saat
diteteskan larutan iodin. Pada uji benedict, pati dinyatakan terhidrolisis apabila
terbentuk endapan merah bata setelah dipanaskan.
Sebelum melakukan percobaan, langkah pertama yang dilakukan yaitu
membuat larutann pembanding terhadap uji iodin untuk membandingkan hasil yang
didapat. Larutan pati 2mL tidak berwarna dimasukkan ke dalam tabung reaksi
kemudian ditambahkan 1 tetes larutan iodin berwarna merah kecokelatan. Didapatkan
hasil larutan berwarna biru kehitaman.
Percobaan pertama yaitu memasukkan 2 mL larutan pati tidak berwarna yang
telah diukur menggunakan gelas ukur ke dalam tabung reaksi I. Selanjutnya
ditambahkan 2 mL larutan HCl 3M tidak berwarna. Penambahan HCl 3M bertujuan
agar dapat merusak struktur amilum dan juga berfungsi sebagai katalisator dengan
mengaktifkan air dari kadar asam yang encer. Iodin akan bereaksi jika pada sampel
Halaman 61
masih terdapat amilum membentuk senyawa kompleks dan mengakibatkan warna
larutan berubah menjadi ungu kehitaman. Kemudian larutan dipanaskan diatas
penangas air dengan tujuan untuk mempercepat reaksi. Setelah itu didamkan pada
suhu kamar kemudian ditambahkan 3mL larutan NaOH 3M tidak berwarna dan
dihasilkan larutan tidak berwarna. Penambahan larutan NaOH ini bertujuan untuk
memberikan suasana basa pada uji iodin. Larutan kemudian dibagi ke dalam 2 tabung,
yaitu tabung IA dan IB.
Pada tabung IA dilakukan uji iodin dengan menambahkan 1 tetes larutan iodin
berwarna merah kecokelatan. Saat penambahan iodin ini tidak terjadi perubahan
warna, hal ini disebabkan karena struktur amilum yang terkandung sudah berhasil
dirusak oleh HCl dan pada saat penambahan NaOH, NaOH menghalangi terjadinya
reaksi antara amilum dengan iodin. Hal ini disebabkan karena iodin bereaksi dengan
basa sehingga tidak mengalami reaksi dengan amilum. NaOH yang sudah ada dalam
larutan lebih dulu bereaksi dengan iodin membentuk senyawa NaI dan NaOI‚ sehingga
pada uji dengan penambahan NaOH tidak terjadi perubahan warna pada larutan
amilum. Ini menandakan bahwa amilum yang telah ditambahkan HCl dan juga NaOH
mengalami hidrolisis sempurna. Berikut reaksi yang terjadi:
CH2OH
. O H CH2OH H
O
OH OH
O + I2
OH CH2OH
OH OH
Halaman 63
IX. Kesimpulan
1. Uji Molish
Cuplikan glukosa, sukrosa, amilum, fruktosa, merupakan senyawa yang mengandung
karbohidrat yang dibuktikan dengan terbentuknya larutan berwarna ungu.
2. Uji Seliwanoff
Fruktosa mengalami perubahan warna merah ceri dalam waktu 56 detik, yang
menandakan hasil tes positif adanya gugus ketosa. Sedangkan amilum, laktosa, dan
glukosa tidak mengalami perubahan warna merah ceri dalam waktu > 10 menit yang
menandakan hasil tes negatif adanya gugus ketosa
3. Uji Barfoed
Glukosa dan Fruktosa adalah monosakarida, dibuktikan dengan terbentuknya endapan
merah bata dalam waktu kurang dari 10 menit (singkat), setelah dilakukan uji barfoed.
4. Uji Tollens
Laktosa dan fruktosa memiliki gugus aldosa, dibuktikan dengan terbentuknya cermin
perak setelah diuji tollens.
5. Uji Fehling
Glukosa, fruktosa dan laktosa merupakan gula pereduksi. Sedangkan sukrosa dan
amilum bukan merupakan gula pereduksi
6. Uji Benedict
Glukosa, fruktosa dan laktosa merupakan gula pereduksi. Sedangkan sukrosa dan
amilum bukan merupakan gula pereduksi
7. Hidrolisis Sukrosa
Tabung IA dan IIA saat diberi pereaksi benedict terjadi hidrolisis sempurna dengan
ditandai adanya endapan merah bata. Sedangkan tabung IIIB saat diberi pereaksi
seliwanoff terjadi hidrolisis sempurna dengan ditandai perubahan warna menjadi
warna kuning
8. Hidrolisis Pati
Larutan pati yang telah ditambahkan dengan HCl dan NaOH saat diuji iodin
mengalami hidrolisis sempurna dibuktikan dengan tidak adanya perubahan warna.
Larutan pati yang ditambahkan air tanpa dipanaskan saat diuji benedict terhidrolisis
sempurna yang dibuktikan dengan terbentuknya endapan merah bata.
Halaman 64
X. Diskusi
1. Pada uji barfoed terhadap laktosa, tidak terbentuk endapan merah bata walaupun telah
dilakukan pemanasan yang cukup lama. Laktosa adalah disakarida. Saat dilakukan
pemanasan, seharusnya terbentuk endapan merah bata setelah 10 menit pemanasan.
Namun, tidak terbentuk endapan merah bata walaupun telah dilakukan pemanasan
lebih dari 30 menit. Hal ini kemungkinan karena penggunaan pereaksi dan sampel
yang terlalu sedikit serta pemanasan dilakukan pada suhu terlalu tinggi.
2. Pada Uji Tollens, glukosa adalah karbohidrat yang memiliki gugus aldosa. Setelah
dilakukan uji tollens, seharusnya terbentuk cermin perak. Namun, hasil percobaan
tidak terbentuk cermin perak. Hal ini kemungkinan karena peralatan yang digunakan
pada uji tollens kurang bersih.
Halaman 66
XIII. Lampiran
1. Jawaban Pertanyaan
1. Senyawa penyusun reagen-reagen yang digunakan dalam uji pengenalan karbohidrat
adalah :
a. Reagen Molish
Terdiri atas -naftol berfungsi sebagai indikator warna untuk memudahkan
saja,sedangkan H2SO4 berfungsi untuk menghidrolisis glukosa (heksosa)
hidroksimetilfurfural atau arabinosa (pentosa) furfural. Reaksi Molish ini
positif untuk semuakarbohidrat.
Rumus -naftol :
OH O
HO O
+
C C HO
H2 H H2
C C
H2 O
alfa-naftol
HO2S SO2H
OH
senyawa kompleks warna ungu
b. Reagen Seliwanoff
Reaksi selliwanof adalah suatu reaksi untuk mengidentifikasi adanya gugus
ketonpada suatu sakarida. Reagen selliwanof terdiri atas 0,5% resorsinol dan 5 N
HCl .
Rumus Resorsinol :
c. Reagen Barfoed
Terdiri atas senyawa tembaga asetat. Reagen Barfoed merupakan asam lemah
danhanya direduksi oleh monosakarida.
d. Reagen Tollens
Terdiri atas 1 ml AgNO3 1% , 1 ml NaOH 2 M, dan NH4OH encer
e. Reagen Fehling
Halaman 67
Terdiri atas fehling A dan Fehling B
f. Reagen Benedict
Terdiri atas :
a. CuSO4 : menyediakan Cu2+
b. Na-sitrat : mencegah terjadinya endapan Cu(OH)2 atau CuCO3
c. Na2CO3 : sebagai alkali yang mengubah gugus karbonil bebas dari gula
menjadibentuk enol yang reaktif.
2. Prinsip-prinsip reaksi yang terjadi antara reagen dan karbohidrat yang diuji adalah :
a. Tes Molish
Kondensasi dari hidroksi metal furfural (heksosa) atau furfural
(pentosa)dengan alfa-naftol membentuk suatu cincin berwarna ungu.
b. Tes Seliwanoff
Reaksi selliwanof adalah suatu reaksi untuk mengidentifikasi adanya gugus
ketonpada suatu sakarida. Reaksi positif apabila terbentuk warna merah. HCl
akanmengubah heksosa menjadi hidroksi metal furfural yang kemudian akan
bereaksidengan resorsinol membentuk kompleks yang berwarna merah.
c. Tes Barfoed
Uji untuk membedakan monosakarida dan disakarida dengan
mengontrolkondisi pH serta waktu pemanasan. Prinsipnya berdasarkan reduksi
Cu2+ menjadi Cu+. Pemanasan yang lama akan menghidrolisa disakarida
menghasilkan reaksipositif palsu.
d. Tes Tollens
Prinsip reaksi ini didasarkan pada terbentuknya cermin perak (Ag) dan
mengoksidasigugus aldehid menjadi gugus karboksilat. Akan tetapi, pada
fruktosa yangmengandung gugus ketosa dapat teroksidasi karena dalam larutan
basa fruktosaberada dalam kesetimbangan dengan dua aldehida diasteromik
serta penggunaan suatu zat antar tautomerik enadiol.
e. Tes Fehling
Pinsip reaksi ini didasarkan pada ion Cu2+ yang dapat mengoksidasi gugus
aldehid menghasilkan endapan merah bata,tetapi tidak dapat mereduksi gugus
keton.
f. Tes Benedict
Prinsip reaksi ini didasarkan pada terbentuknya endapan merah bata, maka
cuplikan mengandung gula pereduksi. Dengan prinsip berdasarkan reduksi
Cu2+ menjadi Cu+ yang mengendap sebagai Cu2O berwarna merah bata.
Halaman 68
3. Glukosa dapat teroksidasi dengan pereaksi Tollens yaitu membentuk cermin
perakdan dengan Fehling membentuk endapan merah bata karena glukosa
terhidrolisis dengan adanya pemanasan sahingga rantai siklik dari glukosa (struktur
Haworth) yang tidak mengandung gugus aldosa terurai (desiklikisasi) menjadi
struktur Fischer (rantai terbuka) yang mengandung gugus aldosa. Oleh karena itu,
glukosa menghasilkan uji positif terhadap reagen Tollens dan Fehling.
Halaman 69
4. Penjelasan :
a. Sukrosa tidak terdeteksi oleh pereaksi Benedict, maka sukrosa tidak mempunyai
sifat dapat mereduksi ion-ion Cu2+, jika struktur Haworth terurai(membentuk
rantai terbuka), Sukrosa tidak terdeteksi oleh pereaksi Benedict. Sukrosa
mengandung dua monosakarida (fruktosa dan glukosa) yang terikat melalui ikatan
glikosidik sedemikian rupa sehingga tidak mengandung gugus aldehidbebas dan
alpha hidroksi keton. Pada sukrosa, walaupun tersusun oleh glukosa dan fruktosa,
namun atom karbon anomerik keduanya saling terikat, sehingga pada setiapunit
monosakarida tidak lagi terdapat gugus aldehida atau keton yang dapat
bermutarotasi menjadi rantai terbuka, hal ini menyebabkan sukrosa tak
dapatmereduksi pereaksi benedict. Sehingga sukrosa juga tidak bersifat pereduksi.
Sedangkan pada laktosa, atom karbon anomerik glukosa masih bebas, sehingga
terdapat gugus aldehid yang dapat bermutarotasi menjadi rantai terbuka, hal ini
menyebabkan laktosa dapat mereduksi pereaksi benedict.
b. Hal ini terjadi karena sukrosa (disakarida) mempunyai sifat yang lemah dalam
mereduksi ion-ion Cu2+ dalam larutan tembaga (II) asetat, sehingga dalam uji
barfoed sukrosa (disakarida) mengalami perubahan yang lambat dibandingkan
glukosa (monosakarida).
Halaman 70
2. Dokumentasi
Per. Ke- Gambar Keterangan
Larutan sukrosa tidak berwarna
Pereaksi Molish
Halaman 71
Sampel + pereaksi molish
3.
Halaman 72
Hasil uji barfoed terhadap fruktosa,
terdapat endapan merah bata
4.
Hasil uji tollens terhadap fruktosa,
terdapat cermin perak
Halaman 73
Hasil uji tollens terhadap glukosa,
seharusnya terbentuk cermin perak,
namun hasilnya tidak terbentuk
cermin perak
5.
Halaman 74
Glukosa setelah ditambah reagen
fehling dan dipanaskan
6.
Laktosa setelah diberi 5 tetes benedict
dan dipanaskan
Halaman 75
Sukrosa setelah diberi 5 tetes benedict
dan dipanaskan
Halaman 76
Larutan pembanding (Pati + Iodin)
8.
Halaman 77
Pemanasan pada uji benedict
Halaman 78
Halaman 79