Anda di halaman 1dari 79

I.

Judul Praktikum : Pengenalan Jenis-Jenis Karbohidrat


II. Hari, Tanggal : Kamis, 15 Maret 2018 (09.00-15.00) WIB
III. Tujuan Praktikum :
1. Menjelaskan prinsip-prinsip dasar dalam reaksi pengenalan karbohidrat
2. Mengidentifikasi adanya karbohidrat secara umum dengan tes molish
3. Mengidentifikasi adanya gugus ketosa pada karbohidrat dengan tes seliwanof
4. Membedakan monosakarida dan disakarida dengan tes barfoed
5. Mengidentifikasi adanya gugus aldosa pada karbohidrat dengan tes tollens
6. Mengidentifikasi adanya gula pereduksi dari suatu karbohidrat dengan fehling
7. Mengidentifikasi adanya gula pereduksi dari suatu karbohidrat dengan tes
benedict
8. Melakukan hidrolisis disakarida sukrosa
9. Mengidentifikasi hasil hidrolisis disakarida sukrosa
10. Melakukan hidrolisis polisakarida pati
11. Mengidentifikasi hasil hidrolisis polisakarida pati

IV. Tinjauan Pustaka :


Nama Karbohidrat dikemukakan pertama kali oleh para ahli kimia Perancis. Nama
tersebut diberikan untuk golongan senyawa-senyawa organik yang tersusun atas unsur-
unsur karbon, hidrogen, dan oksigen. Dalam senyawa ini, dua unsur terakhir mempunyai
perbandingan 2:1, seperti perbandingan hidrogen dan oksigen pada air. Mereka
menganggap senyawa-senyawa ini merupakan hidrat dari karbon yang mempunyai rumus
perbandingan Cn(H2O)m; n = m atau kelipatan urutan bilangan bulat seterusnya, misalnya
glukosa adalah C6H12O6 atau laktosa adalah C12H22O11. Akhirnya, pada tahun 1880-an
disadari bahwa anggapan “hidrat dan karbon” merupakan anggapan yang keliru, dan
karbohidrat sebenarnya adalah polihidroksida keton atau turunan dari keduanya. Sakarida
atau zat gula adalah nama yang sering dipakai sebagai pengganti nama karbohidrat
(Sumardjo, 2009).
1. Uji Molish
Larutan karbohidrat dicampur dengan pereaksi molisch, yaitu larutan 5% a-
naftol dengan alkohol, kemudian ditambah asam sulfat pekat dengan hati-hati.
Warna ungu yang terbentuk menunjukkan adanya karbohidrat. Uji ini adalah
didasarkan pada heksosa atau pentosa mengalami dehidrasi oleh pengaruh asam
sulfat menjadi hidroksimultifurfural atau furfural dan kondensasi aldehida yang

Halaman 1
terbentuk ini dengan a-naftol membentuk senyawa yang berwarna khusus untuk
polisakarida dan disakarida (Sumardjo, 2009).

Gambar 1. Reaksi Uji Molish


Sumber : Sumardjo, 2009. Dengan ChemBioDraw

2. Uji Seliwanoff
Uji seliwanof adalah uji yang spesifik dalam mengidentifikasi gula
ketoheksosa seperti fruktosa. Dalam pengujian ini golongan aldosa tidak bereaksi,
sedangkan ketosa mengalami proses dehidrasi untuk memberikan derifat
furfuralnya yang kemudian akan mengalami kondensasi dengan dan membentuk
senyawa kompleks yang berwarna merah ceri (Sumardjo, 2009).

Merah
Furfural
Ketosa

Resorsinol

Gambar 2. Reaksi Uji Seliwanof


Sumber : id.wikipedia.org

3. Uji Barfoed
Pereaksi barfoed terdiri atas larutan kupriasetat dan asam asetat dalam air,
dan digunakan untuk membedakan antara monosakarida dengan disakarida.
Monosakarida dapat mereduksi lebih cepar daripada disakarida. Jadi Cu2O
terbentuk lebih cepat oleh monosakarida daripada oleh disakarida, dengan
anggapan bahwa konsentrasi keduanya tidak berbeda banyak (Poedjadi, 2005)

Halaman 2
Larutan barfoed akan bereaksi dengan gula reduksi (monosakarida)
sehingga dihasilkan endapan merah bata kuprooksida. Dalam suasana asam ini gula
reduksi yang termasuk dalam golongan disakarida memberikan reaksi yang sangat
lambat dengan larutan barfoed sehingga tidak memberikan endapan merah kecuali
pada waktu percobaan yang diperlama (Sudarmadji, 2007)

4. Uji Tollens
Uji tollens merupakan salah satu uji yang digunakan untuk membedakan
mana yang termasuk senyawa aldehida dan mana yang termasuk senyawa keton.
Oksidasi aldehid menghasilkan asam dengan jumlah atom karbon yang sama (Hart,
1990).
Pereaksi tollens sering disebut sebagai perak ammonikal, merupakan
campuran dari AgNO3 dengan ammonia berlebihan. Gugus aktif pada pereaksi
tollens Ag2O yang bila tereduksi menghasilkan endapan perak. Endapan perak
menempel pada dindin tabung akan menjadi cermin (Sudarmo, 2006)

Gambar 3. Reaksi Uji Tollens


Sumber : academics.wellesley.edu dengan ChemDrawBio

5. Uji Fehling
Pengujian terhadap karbohidrat dapat dilakukan dengan menggunakan
larutan fehling untuk membuktikan terdapatnya sifat pereduksi pada gula tersebut.
Larutan fehling memiliki ion Cu2+ yang dapat mengoksidasi karbohidrat yang
memiliki ikatan aldehida bebas atau a-hidroksi keton sehingga akan mengakibatkan
reduksi pada zat karbohidrat.
Sebenarnya tidak semua karbohidrat yang bereaksi harus mengalami
hidrolisis dahulu tetapi karbohidrat yang berhasil bereaksi dengan menghasilkan
warna merah setelah ditetesi fehling merupakan gula pereduksi (James dan Gordon,
1963).

Halaman 3
Gambar 4. Reaksi Uji Fehling
Sumber : medbiochemistry.com dengan ChemBioDraw

6. Uji Benedict
Pereaksi benedict mengandung atom Cu yang terikat sebagai kompleks.
Pereaksi ini dapat mengoksidasi gula pereduksi seperti halnya fehling. Pereaksi
benedict dapat mendeteksi gula dengan konsentrasi 0,01%. Endapan Cu2O bisa
berwarna merah, kuning, atau hijau kekuningan bergantung pada warna asal dan
jumlah gula pereduksi yang direduksikan (Anwar, 1994)

Gambar 5. Reaksi Uji Benedict


Sumber : biobharati.com dengan ChemBioDraw

7. Hidrolisis Sukrosa
Selama pendidihan larutan sukrosa dengan adanya asam akan terjadi proses
hidrolisis menghasilkan gula pereduksi (glukosa dan fruktosa). Sukrosa diubah
menjadi gula pereduksi dan hasilnya dikenal sebagai gula invert. Kecepatan inversi
dipengaruhi oleh suhu, waktu pemanasan, konversi asam yang digunakan, dan nilai
pH pada larutan (Desrosier, 1988).
Apabila sukrosa terhidrolisis sempurna, maka akan dihasilkan 52,63%
glukosa dan 52,63% fruktosa. Gula cair sukrosa dapat diperoleh melalui dua cara
yaitu pencairan gula kristal secara langsung atau pada saat pembuatan gula kristal
namun tanpa melewati proses kristalisasi (Junk dan Pancoast, 1980).

8. Hidrolisis Pati
Pati tersusun oleh rangkaian amilosa dan amilopektin dengan perbandingan
1:4. Amilosa merupakan polimer rantai lurus yang terdiri dari rantai panjang
glukosa yang terikat pada ikatan 1,4-α-glukosid, sedangkan amilopektin merupakan

Halaman 4
rantai cabang yang terdiri dari rantai normal glukosa yang terikat pada 1,4-α-
glukosid dan ikatan lainnya pada 1,6-α-glukosid. (Kirk, R.E and Othmer,1960)
Pati adalah sumber karbohidrat yang penting dalam makanan. Pati dijumpai
sebagian besar pada biji, tempat penyimpanan karbohidrat pada tumbuhan. Pati
memberikan warna biru jika direaksikan dengan iodium disebabkan adanya
pembentukan senyawa yang kompleks. Reaksi ini digunakan untuk mendeteksi
adanya pati.
Hidrolisa adalah suatu proses antara reaktan dengan air agar suatu senyawa
pecah atau terurai. Tetapi reaksi antara pati dan air berlangsung sangat lambat
sehingga diperlukan bantuan katalisator untuk memperbesar kereaktifan air. Ada
beberapa reaksi hidrolisa berdasarkan katalisator yang digunakan yaitu:
 Hidrolisa murni, hanya menggunakan air
Kelemahan zat penghidrolisa ini adalah prosesnya lambat kurang
sempurna dan hasilnya kurang baik. Untuk mempercepat reaksi hidrolisa,
biasanya ditambahkan katalisator dan juga digunakan uap air pada
temperatur tinggi. Zat penghidrolisa air ditambah zat-zat yang sangat
reaktif.
 Hidrolisa dengan katalis larutan asam
Bisa berupa asam encer atau asam pekat. Asam biasanya berfungsi
sebagai katalisator dengan mengaktifkan air dari kadar asam yang encer.
Pada hidrolisa asam, biasanya digunakan H2SO4, HCl, dan H2C2O4.
Umumnya kecepatan reaksi sebanding dengan ion H+ dari asam yang
digunakan, tetapi pada konsentrasi asam yang tinggi hubungannya tidak
terlihat lagi. H2C2O4 jarang dipakai karena harganya mahal, HCl lebih
menguntungkan karena lebih reaktif dibandingkan H2SO4 dan mudah
menguap sehingga memudahkan pemisahan produknya.
 Hidrolisa dengan katalis larutan basa,
Berupa basa encer atau basa pekat. Reaksi menggunakan bentuk padat
sama dengan reaksi bentuk cair, hanya reaksinya lebih sempurna atau lebih
reaktif dan biasanya hanya digunakan untuk maksud tertentu, misalnya
proses peleburan benzene menjadi phenol.
 Hidrolisa dengan menggunakan katalis enzim,
Banyak digunakan pada industri pembuatan alkohol dari tetes tebu.

Halaman 5
 Alkali fussion, dengan sedikit atau tanpa air pada temperatur tinggi
(Groggins, 1958)

V. Alat dan Bahan


A. Alat :
1. Tabung Reaksi 20 buah
2. Rak Tabung Reaksi 1 buah
3. Pipet Tetes 12 buah
4. Gelas Ukur 10 mL 1 buah
5. Gelas Ukur 25 mL 1 buah
6. Gelas Kimia 500 mL 1 buah
7. Gelas Kimia 100 mL 1 buah
8. Pembakar Bunsen 1 buah
9. Kaki Tiga 1 buah
10. Kasa 1 buah
11. Penjepit 1 buah
B. Bahan :
1. Larutan Sukrosa 2% ±35 tetes
2. Larutan Glukosa 2% ±30 tetes
3. Larutan Amilum 2% ±30 tetes
4. Larutan Fruktosa ±30 tetes
5. Larutan Laktosa ±30 tetes
6. Pereaksi Molish ±15 tetes
7. Pereaksi Seliwanof ±16 mL
8. Pereaksi Barfoed ±15 mL
9. Pereaksi Fehling ±12 mL
10. Pereaksi Benedict ±31 mL
11. Aquades Secukupnya
12. Larutan AgNO3 ±1 mL
13. Larutan NaOH ±3 mL
14. Larutan NH4OH ±42 tetes
15. Larutan HCl 3M ±3 mL

Halaman 6
VI. Alur Kerja

1. Uji Molish

2-5 Tetes Sukrosa 2-5 Tetes Glukosa 2-5 Tetes Amilum 2-5 tetes Fruktosa

- Dimasukkan ke tabung - Dimasukkan ke tabung - Dimasukkan ke tabung - Dimasukkan ke tabung


reaksi reaksi reaksi
reaksi
- Ditambah 5 tetes pereaksi - Ditambah 5 tetes pereaksi - Ditambah 5 tetes pereaksi
- Ditambah 5 tetes pereaksi
molish molish molish
molish
- Dimasukkan 7-8 tetes asam - Dimasukkan 7-8 tetes asam - Dimasukkan 7-8 tetes asam - Dimasukkan 7-8 tetes asam
sulfat pekat dalam dasar sulfat pekat dalam dasar sulfat pekat dalam dasar sulfat pekat dalam dasar
tabung dengan pipet tabung dengan pipet tabung dengan pipet tabung dengan pipet
sedemikian rupa hingga sedemikian rupa hingga sedemikian rupa hingga
sedemikian rupa hingga
terbentuk yang terpisah terbentuk yang terpisah terbentuk yang terpisah
terbentuk yang terpisah
dari lapisan awal dari lapisan awal dari lapisan awal dari lapisan awal
Cincin warna merah cincin warna merah cincin warna merah cincin warna merah

- Didiamkan 2 menit - Didiamkan 2 menit - Didiamkan 2 menit


- Didiamkan 2 menit
- Ditambah 5 mL air - Ditambah 5 mL air - Ditambah 5 mL air
- Ditambah 5 mL air

Hasil Hasil Hasil Hasil

Halaman 7
2. Uji Seliwanoff

2-5 Tetes amilum 2-5 Tetes laktosa 2-5 Tetes glukosa 2-5 tetes fruktosa

- Dimasukkan ke tabung reaksi - Dimasukkan ke tabung reaksi - Dimasukkan ke tabung reaksi - Dimasukkan ke tabung reaksi
- Ditambahkan 5 tetes seliwanoff - Ditambahkan 5 tetes seliwanoff - Ditambahkan 5 tetes seliwanoff - Ditambahkan 5 tetes seliwanoff
- Dikocok - Dikocok - Dikocok - Dikocok
- Dipanaskan di atas penangas air - Dipanaskan di atas penangas air - Dipanaskan di atas penangas air - Dipanaskan di atas penangas air
- Dihitung waktu untuk terjadi - Dihitung waktu untuk terjadi - Dihitung waktu untuk terjadi - Dihitung waktu untuk terjadi
perubahan warna perubahan warna perubahan warna perubahan warna

Waktu Waktu Waktu Waktu

Halaman 8
3. Uji Barfoed

5 Tetes Amilum 5 Tetes Glukosa 5 Tetes Laktosa

- Dimasukkan ke tabung reaksi - Dimasukkan ke tabung reaksi


- Dimasukkan ke tabung reaksi
- Ditambah 5 mL Reagen Barfoed - Ditambah 5 mL Reagen Barfoed
- Ditambah 5 mL Reagen Barfoed
- Dipanaskan di dalam penangas air - Dipanaskan di dalam penangas
- Dipanaskan di dalam penangas air
air
-
- Jika dalam 2 - Jika dalam 2 menit
- Jika dalam 2 menit - Jika dalam 10 menit - Jika dalam 2 menit - Jika dalam 2 menit
menit terbentuk
terbentuk endapan merah terbentuk endapan terbentuk endapan merah terbentuk endapan merah terbentuk endapan
endapan merah merah disakarida (+)
monosakarida (+) merah disakarida (+) monosakarida (+) monosakarida (+)
disakarida (+)
- -
Hasil Hasil -
Hasil Hasil Hasil Hasil

5 Tetes Fruktosa

- Dimasukkan ke tabung reaksi


- Ditambah 5 mL Reagen Barfoed
- Dipanaskan di dalam penangas
air
-
- Jika dalam 2 menit - Jika dalam 10 menit
terbentuk endapan terbentuk endapan
merah monosakarida (+) merah disakarida (+)

Hasil Hasil

Halaman 9
4. Uji Tollens
a. Membuat Reagen Tollens

1 mL AgNO3 1%

- Dimasukkan ke tabung reaksi


- Ditambah 1 mL NaOH
- Ditambah NH4OH 2% tetes demi
tetes sampai semua endapan larut

Larutan Tidak Berwarna

b. Pengujian Tollens

2-5 Tetes Sukrosa 2-5 Tetes Amilum 2-5 Tetes Laktosa 2-5 Tetes Glukosa 2-5 tetes fruktosa

- Dimasukkan ke tabung - Dimasukkan ke tabung reaksi - Dimasukkan ke tabung - Dimasukkan ke tabung - Dimasukkan ke tabung
reaksi - Ditambahkan 5 tetes reagen reaksi reaksi reaksi
- Ditambahkan 5 tetes tollens - Ditambahkan 5 tetes - Ditambahkan 5 tetes - Ditambahkan 5 tetes
reagen tollens - Dipanaskan di dalam reagen tollens reagen tollens reagen tollens
- Dipanaskan di dalam penangas air - Dipanaskan di dalam - Dipanaskan di dalam - Dipanaskan di dalam
penangas air penangas air penangas air penangas air

Hasil Hasil Hasil Hasil Hasil

Halaman 10
5. Uji Fehling

2 Tetes Amilum 2 Tetes Laktosa 2 Tetes Sukrosa 2 Tetes Glukosa 2 tetes fruktosa

- Dimasukkan ke tabung - Dimasukkan ke tabung - Dimasukkan ke tabung - Dimasukkan ke tabung - Dimasukkan ke tabung
reaksi reaksi reaksi reaksi reaksi
- Ditambah 2-3 mL - Ditambah 2-3 mL - Ditambah 2-3 mL - Ditambah 2-3 mL - Ditambah 2-3 mL
larutan Fehling larutan Fehling larutan Fehling larutan Fehling larutan Fehling
- Dikocok - Dikocok - Dikocok - Dikocok - Dikocok
- Dipanaskan di dalam - Dipanaskan di dalam - Dipanaskan di dalam - Dipanaskan di dalam - Dipanaskan di dalam
penangas air selama 3- penangas air selama 3- penangas air selama 3- penangas air selama 3- penangas air selama 3-
4 menit 4 menit 4 menit 4 menit 4 menit

Hasil Hasil Hasil Hasil Hasil

Halaman 11
6. Uji Benedict

5 Tetes Amilum 5 Tetes Laktosa 5 Tetes Sukrosa 5 Tetes Glukosa 5 tetes Fruktosa

- Dimasukkan ke tabung - Dimasukkan ke tabung - Dimasukkan ke tabung - Dimasukkan ke tabung - Dimasukkan ke tabung
reaksi reaksi reaksi reaksi reaksi
- Ditambah 2-3 mL - Ditambah 2-3 mL - Ditambah 2-3 mL - Ditambah 2-3 mL - Ditambah 2-3 mL
larutan Benedict larutan Benedict larutan Benedict larutan Benedict larutan Benedict
- Dikocok - Dikocok - Dikocok - Dikocok - Dikocok
- Dipanaskan di dalam - Dipanaskan di dalam - Dipanaskan di dalam - Dipanaskan di dalam - Dipanaskan di dalam
penangas air selama 2 penangas air selama 2 penangas air selama 2 penangas air selama 2 penangas air selama 2
menit menit menit menit menit

Hasil Hasil Hasil Hasil Hasil

Halaman 12
7. Hidrolisis Sukrosa

0,5 mL Sukrosa

- Dilarutkan dalam 6 mL Air


- Dimasukkan ke dalam 3
tabung reaksi dengan volume
yang sama (±1 mL)
- Diberi label 1,2,3 Pada tabung

Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3

- Ditambah 1 mL HCl 3M - Ditambah 1 mL air - Ditambah 1 mL air


- Dipanaskan di dalam - Dipanaskan di dalam - Dibiarkan pada suhu
penangas air penangas air kamar
- Didinginkan pada suhu - Didinginkan pada suhu - Dibagi menjadi 2 larutan
kamar kamar
- Ditambah NaOH 1,5 mL - Ditambah NaOH 1,5 mL
- Dibagi menjadi 2 larutan - Dibagi menjadi 2 larutan

1A 1B 2A 2B 3A 3B

Ditambah 2 mL -
- Ditambah 2 mL - Ditambah 5 mL Ditambah 5 mL
- Ditambah 2 mL - Ditambah 5 mL -
Benedict Seliwanoff Seliwanoff
Benedict Seliwanoff Benedict
- Dipanaskan di - Dipanaskan di - Dipanaskan di - Dipanaskan di - Dipanaskan di - Dipanaskan di
dalam penangas dalam penangas dalam penangas
dalam penangas dalam penangas dalam penangas
selama 5 menit selama 5 menit selama 5 menit
selama 5 menit selama 5 menit selama 5 menit
Halaman 13

Hasil Hasil Hasil Hasil Hasil Hasil


8. Hidrolisis Pati

2 mL Larutan Pati 2 mL Larutan Pati 2 mL Larutan Pati

- Dimasukkan ke tabung reaksi - Dimasukkan ke tabung reaksi - Dimasukkan ke tabung reaksi


- Ditambah 2 mL HCl 3M - Ditambah 2 mL air - Ditambah 2 mL air
- Dipanaskan di dalam penangas - Dipanaskan di dalam penangas - Dibiarkan pada suhu kamar
air air - Ditambah 3 mL air
- Didinginkan pada suhu kamar - Didinginkan pada suhu kamar -
- Ditambah 3 mL NaOH 3M - Ditambah 3 mL air
- - Larutan Tabung 2 Larutan Tabung 3
Larutan Tabung 1
- Dimasukkan dalam 2 - Dimasukkan dalam 2
- Dimasukkan dalam 2
tabung dengan volume tabung dengan volume
tabung dengan volume
yang sama yang sama
yang sama

A B A B
A B

- Ditambahkan 1 tetes - Ditambahkan 3 - Ditambahkan 1 tetes - Ditambahkan 3 - Ditambahkan 1 tetes - Ditambahkan 3


iodine tetes benedict iodine tetes benedict iodine tetes benedict
- dibandingkan dengan - Dipanaskan - dibandingkan dengan - Dipanaskan - dibandingkan dengan - Dipanaskan
iodine pembanding hingga iodine pembanding hingga iodine pembanding hingga
terbentuk terbentuk terbentuk
endapan merah endapan merah endapan merah

Hasil Hasil Hasil Hasil Hasil Hasil

Halaman 14
VI. Hasil Pengamatan

No Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan Reaksi Kesimpulan


1 Uji Molish Sebelum reaksi pada tabung I: Reaksi Uji Molish Cuplikan glukosa,
 Sukrosa = larutan tidak C6H12O6 H 2O sukrosa, amilum, dan
2-5 Tetes Sukrosa berwarna HO fruktosa merupakan
C O
- Dimasukkan ke tabung  Pereaksi molish = larutan H2 senyawa karbohidrat
O C
- Ditambah 5 tetes pereaksi berwarna ungu kecokelatan
H
yang dibuktikan
molish 5-hidroksi metil furfural
- Dimasukkan 7-8 tetes asam  H2SO4 pekat = larutan tidak dengan terbentuknya
sulfat pekat dalam dasar berwarna Tabung I larutan berwarna
HO
tabung dengan pipet  Air = tidak berwarna HO ungu.
OH
sedemikian rupa hingga
terbentuk yang terpisah Sesudah reaksi pada tabung I:
O
dari lapisan awal  Sukrosa+molish = larutan
O O OH
HO
berwarna ungu pudar terdapat
Cincin warna merah bercak hitam HO OH

 Sukrosa+molish+H2SO4 pekat = OH

- Didiamkan 2 menit Sukrosa + H2SO4


terbentuk cincin merah CH2OH

- Ditambah 5 mL air O

 Sukrosa+molish+H2SO4 OH

H2O OH OH

pekat+didiamkan 2 menit = Glukosa


OH +
Hasil
tidak terjadi perubahan
 Sukrosa+molish+H2SO4

Halaman 15
OH
pekat+didiamkan 2 menit+air = CH2OH
O
2-5 Tetes Glukosa OH
larutan berwarna ungu (++++)
CH2OH
- Dimasukkan ke tabung Sebelum reaksi pada tabung II:
OH
reaksi Fruktosa
 Glukosa = larutan tidak Tabung II
- Ditambah 5 tetes pereaksi
molish berwarna C H2O H

- Dimasukkan 7-8 tetes asam  Pereaksi molish = larutan H O H


H 2O, H+
OH H
sulfat pekat dalam dasar berwarna ungu kecokelatan OH OH
tabung dengan pipet H OH

sedemikian rupa hingga  H2SO4 pekat = larutan tidak Glukosa


terbentuk yang terpisah berwarna OH

dari lapisan awal  Air = tidak berwarna HO O


C + 2 + 3H2O
cincin warna merah Sesudah reaksi pada tabung II: H2
O
C
H

 Glukosa+molish = larutan
- Didiamkan 2 menit Hidroksi metil furfural alfa-naftol

- Ditambah 5 mL air berwarna ungu pudar terdapat


bercak hitam Tabung III
Glukosa+molish+H2SO4 pekat = CH2OH
Hasil H2SO4
larutan putih keruh dan terdapat O

endapan hitam OH H2O


2-5 Tetes Amilum OH
OH
 Glukosa+molish+H2SO4 OH
- Dimasukkan ke tabung
reaksi pekat+didiamkan 2 menit =
Amilum
- Ditambah 5 tetes pereaksi tidak terjadi perubahan
molish
 Glukosa+molish+H2SO4

Halaman 16
pekat+didiamkan 2 menit+air =
CH2OH
larutan berwarna ungu (++) O
- Dimasukkan 7-8 tetes asam
sulfat pekat dalam dasar Sebelum reaksi pada tabung OH
OH OH
tabung dengan pipet III: OH
sedemikian rupa hingga
 Amilum = larutan tidak
terbentuk yang terpisah dari n-glukosa
lapisan awal berwarna
 Pereaksi molish = larutan Tabung IV
Cincin warna merah
berwarna ungu kecokelatan C H2OH
O
OH

H OH H2O, H+

- Didiamkan 2 menit  H2SO4 pekat = larutan tidak H C H2OH


OH H
- Ditambah 5 mL air berwarna
F r uk to s a
 Air = tidak berwarna OH

Hasil Sesudah reaksi pada tabung III:


HO O

 Amilum+molish = larutan C
H2 C
+ 2 + 3 H2 O
2-5 tetes Fruktosa O H

berwarna ungu pudar terdapat


H i d r o k si m e t i l f u r f u r a l a lf a - n a f to l
- Dimasukkan ke tabung bercak hitam
reaksi
 Amilum+molish+H2SO4 pekat =
- Ditambah 5 tetes pereaksi
molish larutan putih keruh dan terdapat
- Dimasukkan 7-8 tetes asam endapan hitam
sulfat pekat dalam dasar
 Amilum+molish+H2SO4
tabung dengan pipet
sedemikian rupa hingga pekat+didiamkan 2 menit =
terbentuk yang terpisah tidak terjadi perubahan
dari lapisan awal

Halaman 17
 Amilum+molish+H2SO4
cincin warna merah pekat+didiamkan 2 menit+air =
larutan berwarna ungu (+)
- Didiamkan 2 menit
- Ditambah 5 mL air Sebelum reaksi pada tabung IV:
 Fruktosa = larutan tidak
Hasil berwarna
 Pereaksi molish = larutan
berwarna ungu kecokelatan
 H2SO4 pekat = larutan tidak
berwarna
 Air = tidak berwarna
Sesudah reaksi pada tabung IV:
 Fruktosa+molish = larutan
berwarna ungu pudar terdapat
bercak hitam
 Fruktosa+molish+H2SO4 pekat
= larutan ungu dan terdapat
cincin merah
 Fruktosa+molish+H2SO4
pekat+didiamkan 2 menit =
tidak terjadi perubahan

Halaman 18
Fruktosa+molish+H2SO4
pekat+didiamkan 2 menit+air =
larutan berwarna ungu (+++)
2. Uji Seliwanoff Sebelum : Reaksi umum: Fruktosa mengalami
2-5 Tetes Amilum Amilum : larutan tidak berwarna perubahan warna
Seliwanoff : larutan tidak merah ceri dalam
- Dimasukkan ke tabung reaksi berwarna waktu 56 detik, yang
- Ditambahkan 5 tetes seliwanoff Sesudah : menandakan hasil tes
- Dikocok
Amilum + Seliwanoff : larutan positif adanya gugus
- Dipanaskan di atas penangas air
- Dihitung waktu untuk terjadi tidak berwarna ketosa
perubahan warna (dipanaskan) : larutan tidak
Waktu berwarna (>10 menit) Amilum, laktosa, dan
glukosa tidak
Tabung 1 :
Sebelum : mengalami perubahan
2-5 Tetes Laktosa
Laktosa : larutan tidak berwarna warna merah ceri
- Dimasukkan ke tabung reaksi
Seliwanoff : larutan tidak dalam waktu > 10
- Ditambahkan 5 tetes seliwanoff
- Dikocok berwarna menit yang
- Dipanaskan di atas penangas air Sesudah : menandakan hasil tes
- Dihitung waktu untuk terjadi
Laktosa + Seliwanoff : larutan negatif adanya gugus
perubahan warna
tidak berwarna ketosa
Waktu (dipanaskan) : larutan berwarna
kuning (9 menit)

Halaman 19
Sebelum : Tabung 2 :
2-5 Tetes Glukosa Glukosa : larutan tidak berwarna
Seliwanoff : larutan tidak
- Dimasukkan ke tabung reaksi
- Ditambahkan 5 tetes seliwanof berwarna
- Dikocok Sesudah :
- Dipanaskan di atas penangas air
Glukosa + Seliwanoff : larutan
- Dihitung waktu untuk terjadi
perubahan warna tidak berwarna
(dipanaskan) : larutan berwarna
kuning (++) (6 menit)
Waktu
Tabung 3 :
Sebelum :

2-5 tetes Fruktosa Fruktosa : larutan tidak berwarna


Seliwanoff : larutan tidak
- Dimasukkan ke tabung reaksi berwarna
- Ditambahkan 5 tetes seliwanoff
Sesudah :
- Dikocok
- Dipanaskan di atas penangas air Fruktosa + Seliwanoff : larutan
- Dihitung waktu untuk terjadi tidak berwarna Tabung 4 :
perubahan warna
(dipanaskan) : larutan berwarna
merah ceri (56 detik)

Waktu

Halaman 20
3. Uji Barfoed Amilum Glukosa dan Fruktosa
5 Tetes Amilum Sebelum : adalah monosakarida
 Amilum : Larutan tidak dengan terbentuknya
- Dimasukkan ke tabung reaksi
- Ditambah 5 mL Reagen Barfoed berwarna endapan merah bata
- Dipanaskan di dalam penangas air  Barfoed : Larutan berwarna dalam waktu kurang
hingga terbentuk endapan merah
biru dari 10 menit (cepat).
- Jika dalam 2 - Jika dalam 10 Sesudah :
menit menit
monosakarida (+) disakarida (+)  Amilum + Barfoed
(dipanaskan)  Larutan
Hasil Hasil berwarna biru tidak ada
endapan warna merah
Glukosa
5 Tetes Glukosa
Sebelum :
- Dimasukkan ke tabung reaksi
 Glukosa : Larutan tidak
- Ditambah 5 mL Reagen Barfoed
- Dipanaskan di dalam penangas air berwarna
hingga terbentuk endapan merah  Barfoed : Larutan berwarna
-
biru
- Jika dalam 2 - Jika dalam 10
menit menit Sesudah :
monosakarida disakarida (+) Glukosa + Barfoed (dipanaskan)
(+)
 Terdapat endapan warna merah
Hasil Hasil
setelah 9 menit

Halaman 21
Laktosa
5 Tetes Laktosa
Sebelum :
- Dimasukkan ke tabung reaksi
- Ditambah 5 mL Reagen Barfoed  Laktosa : Larutan tidak
- Dipanaskan di dalam penangas air berwarna
hingga terbentuk endapan merah
-  Barfoed : Larutan berwarna
- Jika dalam 2 - Jika dalam 10 biru
menit menit Sesudah :
monosakarida disakarida (+)
(+)  Laktosa + Barfoed

Hasil Hasil (dipanaskan)  Larutan


berwarna biru tidak ada
endapan warna merah

5 Tetes Fruktosa Fruktosa


Sebelum :
- Dimasukkan ke tabung reaksi
- Ditambah 5 mL Reagen Barfoed  Fruktosa : Larutan tidak
- Dipanaskan di dalam penangas air berwarna
hingga terbentuk endapan merah
-
 Barfoed : Larutan berwarna
- Jika dalam 2 - Jika dalam 10 biru
menit menit
Sesudah :
monosakarida disakarida (+)
(+) Fruktosa + Barfoed (dipanaskan)
Hasil Hasil  Terdapat endapan warna merah
setelah 6 menit

Halaman 22
4. Uji Tollens Pembuatan Reagen 2AgNO3(aq) + 2NaOH(aq)  Laktosa dan fruktosa
a. Membuat Reagen Tollens Sebelum: Ag2O(s) + 2NaNO3(aq) + H2O(l) adalah karbohidrat
1 mL AgNO3 1%  AgNO3 : Larutan tidak yang mengandung
berwarna Ag2O(s) + NH4OH(aq)  gugus aldosa,
- Dimasukkan ke tabung reaksi
- Ditambah 1 mL NaOH  NaOH : Larutan tidak 2Ag(NH3)2OH(aq) + 3H2O(l) dbuktikan dengan
- Ditambah NH4OH 2% tetes demi berwarna terbentuknya cermin
tetes sampai semua endapan larut  NH4OH : Larutan tidak perak setelah diuji
berwarna dengan reagen tollens
Larutan Tidak Berwarna Sesudah :
AgNO3 + NaOH  endapan
coklat + NH4OH  endapan
a. Pengujian Tollens
larut
2-5 Tetes Sukrosa Sukrosa
Sebelum :
- Dimasukkan ke tabung  Sukrosa : Larutan tidak
reaksi
berwarna
- Ditambahkan 5 tetes
reagen tollens Sesudah :
- Dipanaskan di dalam Sukrosa + Tollens  Larutan
penangas air tidak berwarna (dipanaskan) 
larutan berwarna hitam tidak
Hasil
terbentuk cermin perak

Halaman 23
Amilum
2-5 Tetes Amilum
Sebelum:
 Amilum : Larutan tidak
- Dimasukkan ke tabung
berwarna
reaksi
- Ditambahkan 5 tetes Sesudah:
reagen tollens Amilum + Tollens  Larutan
- Dipanaskan di dalam tidak berwarna (dipanaskan) 
penangas air
larutan berwarna hitam tidak
terbentuk cermin perak
Hasil

Laktosa
2-5 Tetes Laktosa
Sebelum:
 Laktosa : larutan tidak
- Dimasukkan ke tabung
berwarna
reaksi
- Ditambahkan 5 tetes Sesudah:
reagen tollens Laktosa + Tollens  larutan tidak
- Dipanaskan di dalam berwarna (dipanaskan)  larutan
penangas air
hitam, terbentuk cermin perak

Hasil

Halaman 24
Glukosa
2-5 Tetes Glukosa
Sebelum:
 Glukosa : larutan tidak
- Dimasukkan ke tabung
berwarna
reaksi
- Ditambahkan 5 tetes Sesudah:
reagen tollens Laktosa + Tollens  larutan tidak
- Dipanaskan di dalam berwarna (dipanaskan)  larutan
penangas air
hitam, tidak terbentuk cermin
perak
Hasil

2-5 Tetes Fruktosa Fruktosa


Sebelum :
- Dimasukkan ke tabung  Fruktosa : larutan tidak
reaksi berwarna
- Ditambahkan 5 tetes
Sesudah :
reagen tollens
- Dipanaskan di dalam Fruktosa + Tollens  larutan
penangas air tidak berwarna (dipanaskan) 
larutan hitam, terbentuk cermin
Hasil
perak

Halaman 25
5. Uji Fehling Sebelum Glukosa Glukosa, fruktosa dan
HO OH HO
2 Tetes Amilum Larutan fehling A = tidak laktosa merupakan
+ Cu2+(aq)
berwarna O
gula pereduksi
HO OH
- Dimasukkan ke tabung Larutan fehling B = berwarna biru glucose (aq) Sukrosa dan amilum
reaksi Larutan amilum = tidak berwarna
HO OH HO
bukan merupakan
- Ditambah 2-3 mL
Larutan laktosa = tidak berwarna HO + gula pereduksi
larutan Fehling O HO OH

- Dikocok Larutan glukosa = tidak berwarna gluconic acid (aq)


- Dipanaskan di dalam Larutan fukrosa = tidak berwarna Cu2O(s)
penangas air selama 3-
Larutan fruktosa = tidak berwarna
4 menit

Hasil

Sesudah
2 Tetes Laktosa Fehling A + fehling B = berwarna
biru
- Dimasukkan ke tabung
Larutan amilum + fehling + Laktosa
reaksi HO

- Ditambah 2-3 mL dipanaskan = biru


O

larutan Fehling Larutan sukrosa + fehling + HO O OH

- Dikocok HO OH O OH + Cu2+(aq)
dipanaskan = biru
- Dipanaskan di dalam OH

penangas air selama 3- Larutan glukosa + fehling + lactose


OH

4 menit dipanaskan = endpaan merah bata CH2OH CH2OH

O OH

Larutan fruktosa + fehling + OH O COOH

Hasil OH

dipanaskan = endapan merah bata OH OH OH

+ Cu2O(s)
Halaman 26
Larutan laktosa + fehling +
2 Tetes Sukrosa
dipanaskan = endapan merah bata Sukrosa
HO
HO
- Dimasukkan ke tabung OH

reaksi 2+
O
+ Cu (aq)
- Ditambah 2-3 mL HO
O O OH

larutan Fehling HO OH

- Dikocok OH
sucrose

- Dipanaskan di dalam
penangas air selama 3-
4 menit Amilum
CH2OH CH2OH

Hasil OH O OH
O

O O

OH OH

2 Tetes Glukosa
2+
+ Cu (aq)

- Dimasukkan ke tabung
reaksi
- Ditambah 2-3 mL
larutan Fehling
- Dikocok
- Dipanaskan di dalam
penangas air selama 3-
4 menit

Hasil

Halaman 27
2 tetes fruktosa
Fruktosa
O OH HO

- Dimasukkan ke tabung + Cu2+(aq)


reaksi HO

- Ditambah 2-3 mL HO
fructose
OH

larutan Fehling O OH HO

- Dikocok
+
- Dipanaskan di dalam HO

O HO OH
penangas air selama 3- fructonic acid

4 menit
Cu2O(s)
Hasil

6. Uji Benedict Sebelum Glukosa Glukosa, fruktosa dan


HO OH HO
5 Tetes Amilum Larutan benedict = warna biru laktosa merupakan
+ Cu2+(aq)
Larutan amilum = tidak berwarna O
gula pereduksi
HO OH
- Dimasukkan ke tabung Larutan laktosa = tidak berwarna glucose (aq) Sukrosa dan amilum
reaksi Larutan glukosa = tidak berwarna
HO OH HO
bukan merupakan
- Ditambah 2-3 mL
Larutan fukrosa = tidak berwarna HO + Cu2O(s) gula pereduksi
larutan Benedict O HO OH

- Dikocok Larutan fruktosa = tidak berwarna gluconic acid (aq)


- Dipanaskan di dalam
penangas air selama 2
Sesudah
menit

Hasil Larutan amilum + benedict +

Halaman 28
dipanaskan = biru Fruktosa
O OH HO
5 Tetes Laktosa Larutan sukrosa + benedict +
+ Cu2+(aq)
dipanaskan = biru HO

- Dimasukkan ke tabung HO OH
Larutan glukosa + benedict + fructose
reaksi
O OH HO
- Ditambah 2-3 mL dipanaskan = hijau kebiruan
larutan Benedict Larutan fruktosa + benedict + HO + Cu2O(s)
- Dikocok O HO OH
dipanaskan = hijau kecoklatan fructonic acid
- Dipanaskan di dalam
penangas air selama 2 Larutan laktosa + benedict +
menit dipanaskan = biru kehijauan Laktosa
HO

Hasil O

HO O OH

+ Cu2+(aq)
5 Tetes Sukrosa HO OH O OH

OH

OH
lactose
- Dimasukkan ke tabung CH2OH CH2OH

reaksi O OH

- Ditambah 2-3 mL OH O COOH


+ Cu2O(s)
OH
larutan Benedict OH OH OH

- Dikocok
- Dipanaskan di dalam
penangas air selama 2 Sukrosa
menit

Hasil

Halaman 29
HO
HO

5 Tetes Glukosa OH

2+
O
+ Cu (aq)
- Dimasukkan ke tabung HO
O O OH

reaksi HO OH

- Ditambah 2-3 mL OH
sucrose

larutan Benedict
- Dikocok
- Dipanaskan di dalam Amilum
penangas air selama 2 CH2OH CH2OH

O O
OH
Menit OH

O O

OH OH
Hasil
2+
+ Cu (aq)

5 tetes Fruktosa

- Dimasukkan ke tabung
reaksi
- Ditambah 2-3 mL
larutan Benedict
- Dikocok
- Dipanaskan di dalam
penangas air selama 2
menit

Hasil

Halaman 30
7. Hidrolisis Sukrosa Sebelum : Rumus umum : Tabung IA dan IIA
0,5 mL Sukrosa Sukrosa : larutan tidak berwarna terjadi hidrolisis
HCl : larutan tidak berwarna sempurna dengan
- Dilarutkan dalam 6 mL Air Aquades : larutan tidak berwarna ditandai adanya
- Dimasukkan ke dalam 3
NaOH : larutan tidak berwarna endapan merah bata
tabung reaksi dengan volume
yang sama (±1 mL) Benedict : larutan berwarna biru
- Diberi label 1,2,3 Pada tabung Seliwanoff : larutan tidak Tabung IIIB terjadi
berwarna hidrolisis sempurna
Sesudah : dengan ditandai
Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3
Sukrosa + aquades : larutan tidak perubahan warna
berwarna menjadi warna
Tabung 1: kuning
Sukrosa + HCl : larutan tidak
berwarna HO OH HO

+ NaOH : larutan tidak berwarna 2+


+ Cu (aq)
O

HO OH
glucose (aq)
HO OH HO

HO
Tabung IA + benedict +
O HO OH
dipanaskan : larutan berubah gluconic acid (aq)
menjadi kehijauan dan terdapat + Cu2O(s)

Halaman 31
endapan merah bata

Tabung IB + seliwanoff +
dipanaskan : larutan tidak
berwarna

Tabung 2:
HO OH HO
Sukrosa + air : larutan tidak
2+
berwarna + Cu (aq)
O
+ NaOH : larutan tidak berwarna
HO OH
glucose (aq)
HO OH HO

HO
Tabung IIA + benedict + O HO OH
gluconic acid (aq)
dipanaskan : larutan berubah
menjadi kecoklatan dan terdapat + Cu2O(s)

endapan merah bata

Halaman 32
Tabung IIB + seliwanoff +
dipanaskan : larutan tidak
berwarna

Tabung 3:
Sukrosa + air : larutan tidak
berwarna

Tabung IIIA + benedict +


dipanaskan : larutan tetap
berwarna biru

Halaman 33
Tabung IIIB + seliwanoff +
dipanaskan : larutan berwarna
kuning

Halaman 34
8. Hidrolisis Pati Sebelum reaksi percobaan I: CH2OH  pada tabung IA
O
 Larutan pati= tidak berwarna H2O terjadi hidrolisis
 Larutan HCl 3M = tidak OH
saat iodin
OH
berwarna OH OH ditambahkan
CH2OH
 Larutan NaOH 3M = tidak OH
 pada tabung IB
Cu2+
berwarna CHO terhidrolisis saat
OH
 Larutan iodin = merah OH OH
ditambahkan
CH2OH
kecokelatan benedict
OH

 Larutan benedict = berwarna COO- + Cu2O  pada tabung IIA


biru OH dan IIIA tidak
OH OH
Sesudah reaksi percobaan I: terjadi hidrolisis
 Larutan pati + HCl = tidak saat uji iodin
berwarna CH2OH CH2OH  pada tabung IIB
O O
 Larutan pati + HCl + NaOH = OH OH
dan IIIB tidak
O O
O
tidak berwarna OH OH terjadi hidrolisis
H2O
 Larutan pati + HCl + NaOH + saat penambahan
H+, OH-
dipanaskan + didinginkan = CH2OH benedict
O H CH2OH H
O
tidak berwarna OH OH
O
OH CH2OH
 Larutan pati + HCl + NaOH + OH OH

dipanaskan + didinginkan + +

iodin = larutan tidak berwarna

Halaman 35
 Larutan pati + HCl + NaOH +
CH2OH CH2OH
OH
O O O

OH
dipanaskan + didinginkan + OH

OH
benedict+ dipanaskan = larutan OH
Laktosa
OH

berwarna biru
Sebelum reaksi percobaan II:
 Larutan pati= tidak berwarna
 Air = tidak berwarna
Sesudah reaksi percobaan II:
 Larutan pati + air = tidak
berwarna
 Larutan pati + air + dipanaskan
= tidak berwarna
 Larutan pati + air + dipanaskan
+ didinginkan = tidak berwarna
 Larutan pati + air + dipanaskan
+ didinginkan + air = larutan
tidak berwarna
 Larutan pati + air + dipanaskan
+ didinginkan + air + iodin =
larutan berwarna ungu
kehitaman

Halaman 36
 Larutan pati + air + dipanaskan
+ didinginkan + air + benedict+
dipanaskan = larutan berwarna
biru
Sebelum reaksi percobaan III:
 Larutan pati= tidak berwarna
 Air = tidak berwarna
Sesudah reaksi percobaan II:
 Larutan pati + air = tidak
berwarna
 Larutan pati + air + dibiarkan
pada suhu kamar = tidak
berwarna
 Larutan pati + air + dibiarkan
pada suhu kamar+air = tidak
berwarna
 Larutan pati + air + dibiarkan
pada suhu kamar+air + iodin=
larutan berwarna ungu
kehitaman
 Larutan pati + air + dibiarkan

Halaman 37
pada suhu kamar+air + benedict
+ dipanaskan = larutan berwarna
biru dan terbentuk endapan
merah

Larutan Pembanding Sebelum reaksi pada larutan


pembanding:
2mL larutan pati
 Larutan pati= tidak berwarna
- Ditambahkan 1 tetes larutan
 Larutan iodin = berwarna merah
iodin
kecokelatan
Larutan pembanding Sebelum reaksi pada larutan
pembanding:
 Larutan pati+iodin= larutan
berwarna ungu kehitaman

Halaman 38
VIII. Analisis dan Pembahasan
1. Uji Molish
Percobaan uji molish ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya karbohidrat
secara umum dengan tes molish. Sampel yang kami gunakan untuk pengujian adanya
karbohidrat yaitu sukrosa, glukosa, amilum, dan fruktosa. Sedangkan pereaksi yang
kami gunakan yaitu pereaksi molish. Uji positif adanya karbohidrat pada sampel,
ditandai dengan terbentuknya larutan berwarna ungu.
a. Sukrosa
Sampel pertama yang kami uji pada percobaan pertama yaitu sukrosa.
Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya karbohidrat pada sukrosa.
Langkah pertama yaitu memasukkan lima tetes larutan sukrosa tidak berwarna ke
dalam tabung reaksi I dan dilanjutkan dengan menambahkan 5 tetes pereaksi larutan
molish berwarna cokelat kehitaman. Penambahan larutan molish pada larutan sukrosa
mengakibatkan perubahan warna menjadi ungu pudar dan terdapat endapan hitam.
Selanjutnya dilakukan penambahan 7 tetes larutan H2SO4 pekat tidak berwarna pada
dasar tabung yang dilakukan di dalam lemari asam. Penambahan H2SO4 pekat ini
bertujuan untuk mengidentifikasi karbohidrat oleh molish karena pada dasarnya
hidrolisis karbohidrat oleh asam sulfat pekat akan menghasilkan monosakarida.
Sampel sukrosa akan dihidrolisis oleh H2SO4 pekat yang nantinya dapat mengubah
sukrosa menjadi fruktosa dan glukosa. Berikut reaksi yang terjadi :

HO
HO
OH
CH2OH
CH2OH OH
H O H O
O H2O, H +
+ H OH
O O OH OH H
HO Kalor H CH2OH
OH OH
OH H
H OH
HO OH

OH Glukosa Fruktosa

Sukrosa

Gambar 6. Hidrolisis sukrosa oleh asam sulfat pekat,


dengan ChemBioDraw

H2SO4 pekat dapat bereaksi dengan larutan yang mengandung monosakarida


menghasilkan hidroksi metil furfural yang akan berkondensasi dengan alfa naftol
dari pereaksi molish membentuk senyawa kompleks berwarna ungu. Penambahan
Halaman 39
H2SO4 mengakibatkan terbentuknya cincin merah. Setelah itu, campuran diencerkan
dengan 5 ml air mengakibatkan larutan menjadi berwarna ungu (++++). Hal ini
menandakan bahwa sukrosa mengandung karbohidrat. Hal ini sesuai dengan teori
bahwa larutan karbohidrat bila dicampur dengan pereaksi molisch, yaitu larutan 5%
a-naftol dengan alkohol, kemudian ditambah asam sulfat pekat dengan hati-hati.
Warna ungu yang terbentuk menunjukkan adanya karbohidrat. Uji ini adalah
didasarkan pada heksosa atau pentosa mengalami dehidrasi oleh pengaruh asam
sulfat menjadi hidroksimultifurfural atau furfural dan kondensasi aldehida yang
terbentuk ini dengan a-naftol membentuk senyawa yang berwarna khusus untuk
polisakarida dan disakarida (Sumardjo, 2009). Berikut adalah reaksi yang terjadi:
OH
CH2OH

H O H
H2O, H+ HO O
OH H C + 2 + 3H2O
H2 C
OH OH O H

H OH

Glukosa Hidroksi metil furfural alfa-naftol

O
OH

HO O
HO
C + 2 C
H2 C
O H H2

HOS2 S2OH
Hidroksi metil furfural alfa-naftol
HO

Senyawa Kompleks Berwarna


Ungu

OH

CH2OH OH
O
H OH H2O, H+ HO O
C + 2 + 3H2O
H CH2OH H2 C
O H
OH H

Fruktosa Hidroksi metil furfural alfa-naftol

Halaman 40
O
OH

HO O
HO
C + 2 C
H2 C
O H H2

HOS2 S2OH
Hidroksi metil furfural alfa-naftol
HO

Senyawa Kompleks Berwarna Ungu

Gambar 7. Reaksi Uji Molish terhadap Sukrosa,


dengan ChemBioDraw

b. Glukosa
Percobaan kedua dilakukan percobaan uji molish terhadap sampel glukosa.
Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya karbohidrat pada glukosa.
Langkah pertama yaitu memasukkan lima tetes larutan glukosa tidak berwarna ke
dalam tabung reaksi II dan dilanjutkan dengan menambahkan 5 tetes pereaksi larutan
molish berwarna cokelat kehitaman. Penambahan larutan molish pada larutan glukosa
mengakibatkan perubahan warna menjadi ungu pudar dan terdapat endapan hitam.
Selanjutnya dilakukan penambahan 7 tetes larutan H2SO4 pekat tidak berwarna pada
dasar tabung yang dilakukan di dalam lemari asam. Penambahan H2SO4 pekat ini
bertujuan untuk mengidentifikasi karbohidrat oleh molish yang didasarkan pada
dehidrasi karbohidrat monosakarida oleh H2SO4 pekat yang menghasilkan furfural
atau hidroksi metil furfural. Kemudian hidroksi metil furfural ini bereaksi dengan
alfa-naftol membentuk senyawa kompleks berwarna ungu. Penambahan H2SO4
mengakibatkan larutan menjadi berwarna putih keruh. Setelah itu, campuran
diencerkan dengan 5 ml air mengakibatkan larutan menjadi berwarna ungu (++). Hal
ini menandakan bahwa glukosa mengandung karbohidrat. Hal ini sesuai dengan teori
bahwa larutan karbohidrat bila dicampur dengan pereaksi molisch, yaitu larutan 5% a-
naftol dengan alkohol, kemudian ditambah asam sulfat pekat dengan hati-hati. Warna
ungu yang terbentuk menunjukkan adanya karbohidrat. Uji ini adalah didasarkan pada
Halaman 41
heksosa atau pentosa mengalami dehidrasi oleh pengaruh asam sulfat menjadi
hidroksimultifurfural atau furfural dan kondensasi aldehida yang terbentuk ini dengan
a-naftol membentuk senyawa yang berwarna khusus untuk polisakarida dan disakarida
(Sumardjo, 2009). Berikut adalah reaksi yang terjadi:

OH
CH2OH

H O H
H2O, H+ HO O
OH H C + 2 + 3H2O
H2 C
OH OH O H

H OH

Glukosa Hidroksi metil furfural alfa-naftol

O
OH

HO O
HO
C + 2 C
H2 C
O H H2

HOS2 S2OH
Hidroksi metil furfural alfa-naftol
HO

Senyawa Kompleks Berwarna


Ungu

Gambar 8. Reaksi uji molish terhadap glukosa,


dengan ChemBioDraw

c. Amilum
Percobaan ketiga dilakukan percobaan uji molish terhadap sampel amilum.
Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya karbohidrat pada amilum.
Langkah pertama yaitu memasukkan 5 tetes larutan amilum tidak berwarna ke dalam
tabung reaksi III dan dilanjutkan dengan menambahkan 5 tetes pereaksi larutan molish
berwarna cokelat kehitaman. Penambahan larutan molish pada larutan amilum
mengakibatkan perubahan warna menjadi ungu pudar dan terdapat endapan hitam.
Selanjutnya dilakukan penambahan 7 tetes larutan H2SO4 pekat tidak berwarna pada
dasar tabung yang dilakukan di dalam lemari asam. Penambahan H2SO4 pekat ini
bertujuan untuk mengidentifikasi karbohidrat oleh molish. Identifikasi ini didasarkan
pada hidrolisis karbohidrat oleh asam sulfat pekat yang menghasilkan monosakarida.
Halaman 42
Monosakarida yang dihasilkan ini digunakan untuk menghidrolisis polisakarida
amilum menjadi monosakarida-monosakarida penyusunnya. Monosakarida inilah yang
nantinya bereaksi dengan H2SO4 pekat menghasilkan hidroksi metil furfural. Hidroksi
metil furfural ini selanjutnya bereaksi dengan alfa-naftol membentuk senyawa
kompleks berwarna ungu. Penambahan H2SO4 mengakibatkan larutan menjadi
berwarna putih keruh. Setelah itu, campuran diencerkan dengan 5 ml air
mengakibatkan larutan menjadi berwarna ungu (+). Hal ini menandakan bahwa
amilum mengandung karbohidrat. Hal ini sesuai dengan teori bahwa larutan
karbohidrat bila dicampur dengan pereaksi molisch, yaitu larutan 5% a-naftol dengan
alkohol, kemudian ditambah asam sulfat pekat dengan hati-hati. Warna ungu yang
terbentuk menunjukkan adanya karbohidrat. Uji ini adalah didasarkan pada heksosa
atau pentosa mengalami dehidrasi oleh pengaruh asam sulfat menjadi
hidroksimultifurfural atau furfural dan kondensasi aldehida yang terbentuk ini dengan
a-naftol membentuk senyawa yang berwarna khusus untuk polisakarida dan disakarida
(Sumardjo, 2009). Berikut adalah reaksi yang terjadi:

CH2OH CH2OH
H O H H O H
H H H2SO4
OH H OH H
* O O O Kalor
H OH H OH
n n

amilum Glukosa

OH
CH2OH

H O H
H2O, H+ HO O
OH H C + 2 + 3H2O
H2 C
OH OH O H

H OH

Glukosa Hidroksi metil furfural alfa-naftol


O
OH

HO O
HO
C + 2 C
H2 C
O H H2

HOS2 S2OH
Hidroksi metil furfural alfa-naftol
HO

Senyawa Kompleks Berwarna


Ungu
Halaman 43
Gambar 9. Reaksi uji molish terhadap amilum,
dengan ChemBioDraw
d. Fruktosa
Percobaan keempat yaitu percobaan uji molish terhadap sampel fruktosa.
Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya karbohidrat pada fruktosa.
Langkah pertama yaitu memasukkan 5 tetes larutan fruktosa tidak berwarna ke dalam
tabung reaksi IV dan dilanjutkan dengan menambahkan 5 tetes pereaksi larutan molish
berwarna cokelat kehitaman. Penambahan larutan molish pada larutan fruktosa
mengakibatkan perubahan warna menjadi ungu pudar dan terdapat endapan hitam.
Selanjutnya dilakukan penambahan 7 tetes larutan H2SO4 pekat tidak berwarna pada
dasar tabung yang dilakukan di dalam lemari asam. Penambahan H2SO4
mengakibatkan larutan menjadi berwarna ungu pekat. Setelah itu, campuran
diencerkan dengan 5 ml air mengakibatkan larutan menjadi berwarna ungu (+++). Hal
ini menandakan bahwa fruktosa mengandung karbohidrat. Hal ini sesuai dengan teori
bahwa larutan karbohidrat bila dicampur dengan pereaksi molish, yaitu larutan 5% a-
naftol dengan alkohol, kemudian ditambah asam sulfat pekat dengan hati-hati. Warna
ungu yang terbentuk menunjukkan adanya karbohidrat. Uji ini adalah didasarkan pada
heksosa atau pentosa mengalami dehidrasi oleh pengaruh asam sulfat menjadi
hidroksimultifurfural atau furfural dan kondensasi aldehida yang terbentuk ini dengan
a-naftol membentuk senyawa yang berwarna khusus untuk polisakarida dan disakarida
(Sumardjo, 2009). Berikut adalah reaksi yang terjadi:
OH

CH2OH OH
O
H OH H2O, H+ HO O
C + 2 + 3H2O
H CH2OH H2 C
O H
OH H

Fruktosa Hidroksi metil furfural alfa-naftol

Halaman 44
O
OH

HO O
HO
C + 2 C
H2 C
O H H2

HOS2 S2OH
Hidroksi metil furfural alfa-naftol
HO

Senyawa Kompleks Berwarna Ungu

Gambar 10. Reaksi uji molish terhadap fruktosa,


dengan ChemBioDraw

2. Uji Seliwanoff
Pada percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya gugus ketosa
pada suatu karbohidrat. Reagen seliwanoff mengandung resorsinol dalam HCl. Fungsi
dari reagen seliwanoff yaitu untuk menguji adanya gugus ketosa. Prinsip dasar uji
seliwanoff adalah fruktosa dengan asam kuat mengalami dehidrasi membentuk
hidroksimetil furfural yang kemudian akan mengalami kondensasi ketika ditambahkan
resorsinol dan membentuk senyawa kompleks berwarna merah ceri (Sumardjo, 2009).
Persamaan reaksinya :

Merah
Furfural
Ketosa

Resorsinol

Gambar 11. Reaksi umum Uji Seliwanof


Sumber : id.wikipedia.org

a. Amilum
Pada tabung pertama, 2-5 tetes amilum dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
Kemudian ditambah 5 tetes reagen seliwanoff dan dikocok secara homogen. Fungsi
reagen seliwanoff adalah menguji adanya gugus ketosa dalam karbohidrat. Larutan
dipanaskan di atas penangas air. Fungsi pemanasan adalah untuk mendehidrasi

Halaman 45
ketoheksosa dalam pereaksi seliwanoff membentuk hidroksimetil furfural dan
kondensasi hidroksimetil furfural dengan resorsinol sehingga membentuk senyawa
berwarna merah ceri (Sumardjo, 2009). Larutan amilum tidak terjadi perubahan warna
pada saat > 10 menit. Hal ini menandakan amilum negatif mengandung gugus ketosa
di dalam karbohidrat. Persamaan reaksinya :

Gambar 12. Reaksi amilum dengan uji seliwanoff


dengan ChemBioDraw
b. Laktosa
Pada tabung kedua, 2-5 tetes laktosa dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
Kemudian ditambah 5 tetes reagen seliwanoff dan dikocok secara homogen. Fungsi
reagen seliwanoff adalah menguji adanya gugus ketosa dalam karbohidrat. Larutan
dipanaskan di atas penangas air. Fungsi pemanasan adalah untuk mendehidrasi
ketoheksosa dalam pereaksi seliwanoff membentuk hidroksimetil furfural dan
kondensasi hidroksimetil furfural dengan resorsinol sehingga membentuk senyawa
berwarna merah ceri (Sumardjo, 2009). Larutan laktosa terjadi perubahan warna
menjadi warna kuning pada menit ke 9. Hal ini menandakan laktosa negatif
mengandung gugus ketosa di dalam karbohidrat. Persamaan reaksinya :

Gambar 13. Reaksi laktosa dengan uji seliwanoff


dengan ChemBioDraw
c. Glukosa
Pada tabung ketiga, 2-5 tetes glukosa dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
Kemudian ditambah 5 tetes reagen seliwanoff dan dikocok secara homogen. Fungsi
reagen seliwanoff adalah menguji adanya gugus ketosa dalam karbohidrat. Larutan

Halaman 46
dipanaskan di atas penangas air. Fungsi pemanasan adalah untuk mendehidrasi
ketoheksosa dalam pereaksi seliwanoff membentuk hidroksimetil furfural dan
kondensasi hidroksimetil furfural dengan resorsinol sehingga membentuk senyawa
berwarna merah ceri (Sumardjo, 2009). Larutan glukosa terjadi perubahan warna
menjadi warna kuning (++) pada menit ke 7. Hal ini menandakan glukosa negatif
mengandung gugus ketosa di dalam karbohidrat. Persamaan reaksinya :

Gambar 14. Reaksi glukosa dengan uji seliwanoff


dengan ChemBioDraw
d. Fruktosa
Pada tabung keempat, 2-5 tetes fruktosa dimasukkan ke dalam tabung
reaksi. Kemudian ditambah 5 tetes reagen seliwanoff dan dikocok secara homogen.
Fungsi reagen seliwanoff adalah menguji adanya gugus ketosa dalam karbohidrat.
Larutan dipanaskan di atas penangas air. Fungsi pemanasan adalah untuk
mendehidrasi ketoheksosa dalam pereaksi seliwanoff membentuk hidroksimetil
furfural dan kondensasi hidroksimetil furfural dengan resorsinol sehingga membentuk
senyawa berwarna merah ceri (Sumardjo, 2009). Larutan fruktosa terjadi perubahan
warna menjadi warna merah ceri pada saat 56 detik. Hal ini menandakan fruktosa
positif mengandung gugus ketosa di dalam karbohidrat. Persamaan reaksinya :

Gambar 15. Reaksi fruktosa dengan uji seliwanoff


dengan ChemBioDraw

Halaman 47
3. Uji Barfoed
Percobaan uji barfoed bertujuan untuk membedakan karbohidrat monosakarida
dan disakarida. Digunakan reagen barfoed, yaitu pereaksi yang terdiri dari larutan
kupriasetat dan asam asetat dalam air. Dalam percobaan ini digunakan beberapa
sampel karbohidrat, yaitu amilum, glukosa, laktosa, dan fruktosa. Karbohidrat akan
mereduksi ion kupri sehingga dihasilkan endapan merah bata kuprooksida (Cu2O)
(Poedjadi, 2005). Untuk membedakan antara monosakarida dan disakarida adalah
waktu terbentuknya endapan merah bata. Monosakarida dapat mereduksi atau
menghasilkan endapan merah bata lebih cepat daripada disakarida.
a. Amilum
Amilum larutan tidak berwarna 5 tetes dimasukkan ke tabung reaksi
kemudian ditambah 5 mL pereaksi barfoed larutan berwarna biru. Campuran
kemudian dipanaskan dalam penangas air. Pada amilum, tidak terbentuk
endapan merah bata walaupun sudah dipanaskan untuk jangka waktu lama,
lebih dari 30 menit. Dari hasil percobaan dan melihat rumus struktur dari
amilum, menunjukkan bahwa amilum bukan merupakan monosakarida
maupun disakarida, karena telah dilakukan pemanasan yang sangat lama
namun tidak terbentuk endapan merah bata

Gambar 16. Reaksi Uji Barfoed terhadap amilum,


dengan ChemBioDraw
b. Glukosa
Glukosa larutan tidak berwarna 5 tetes dimasukkan ke tabung reaksi
kemudian ditambah 5 mL pereaksi barfoed larutan berwana biru. Campuran
kemudian dipanaskan dalam penangas air. Pada glukosa, terbentuk endapan
merah bata yang merupakan Cu2O setelah dipanaskan selama 9 menit. Hal
ini menunjukkan bahwa glukosa adalah monosakarida, karena hanya perlu
waktu kurang dari 10 menit dan relatif singkat daripada karbohidrat yang
lain.

Halaman 48
Gambar 17. Reaksi uji barfoed terhadap glukosa,
dengan ChemBioDraw.
c. Laktosa
Laktosa larutan tidak berwarna 5 tetes dimasukkan ke tabung reaksi
kemudian ditambah 5 mL pereaksi barfoed larutan berwarna biru. Campuran
kemudian dipanaskan dalam penangas air. Pada laktosa, tidak terbentuk
endapan merah bata walaupun sudah dipanaskan untuk jangka waktu lama,
lebih dari 30 menit. Hal ini menunjukkan bahwa laktosa bukan merupakan
monosakarida, karena telah dilakukan pemanasan yang sangat lama namun
tidak terbentuk endapan merah bata. Jika dilihat dari rumus struktur, laktosa
adalah sebuah disakarida.

Gambar 18. Reaksi uji barfoed terhadap Laktosa,


dengan ChemBioDraw

d. Fruktosa
Fruktosa larutan tidak berwarna 5 tetes dimasukkan ke tabung reaksi
kemudian ditambah 5 mL pereaksi barfoed larutan berwarna biru.
Campuran kemudian dipanaskan dalam penangas air. Pada fruktosa,
terbentuk endapan merah bata yang merupakan Cu2O setelah dipanaskan
selama 6 menit. Hal ini menunjukkan bahwa glukosa adalah monosakarida,
karena hanya perlu waktu kurang dari 10 menit dan relatif lebih singkat
daripada karbohidrat yang lain.

Halaman 49
Gambar 19. Reaksi uji barfoed terhadap fruktosa,
dengan ChemBioDraw

4. Uji Tollens
Percobaan bertujuan mengidentifikasi karbohidrat yang memiliku gugus
aldosa. Untuk mengidentifikasi karbohidrat yang memiliki gugus aldosa, digunakan
reagen tollens, yaitu pereaksi yang merupakan campuran dari AgNO3 dengan
ammonia berlebihan (Sudarmo, 2006). Karbohidrat yang mengandung gugus aldosa,
akan terbentuk cermin perak saat diuji tollens. Percobaan dilakukan terhadap sukrosa,
amilum, laktosa, glukosa, dan fruktosa.
Percobaan dimulai dengan membuat reagen tollens, 1 mL AgNO3 larutan tidak
berwarna dimasukkan ke tabung reaksi kemudian ditambah 1 mL NaOH larutan tidak
berwarna, campuran kemudian dikocok menghasilkan endapan berwarna coklat,
kemudian ditambah tetes demi tetes NH4OH hingga endapan larut, reagen tollens telah
siap digunakan.
a. Sukrosa
Sukrosa larutan tidak berwarna sebanyak 5 tetes dimasukkan ke tabung
reaksi, kemudian ditambah 5 tetes reagen tollens, terbentuk larutan tidak
berwarna. Campuran kemudian dipanaskan diatas penangas air. Dalam uji
tollens perlu dilakukan pemanasan karena reaksi berjalan lambat pada suhu
ruang, terlihat campuran dari sampel dengan reagen tollens yang tidak
berwarna saat sebelum dipanaskan. Setelah dipanaskan beberapa saat,
didapatkan larutan berwarna gelap, namun tidak terbentuk cermin perak. Hal
ini menunjukkan bahwa sukrosa adalah karbohidrat yang tidak memiliki gugus
aldosa.

Halaman 50
Gambar 20. Reaksi uji tollens terhadap sukrosa,
dengan ChemBioDraw.
b. Amilum
Amilum larutan tidak berwarna sebanyak 5 tetes dimasukkan ke tabung
reaksi, kemudian ditambah 5 tetes reagen tollens, terbentuk larutan tidak
berwarna. Campuran kemudian dipanaskan diatas penangas air. Dalam uji
tollens perlu dilakukan pemanasan karena reaksi berjalan lambat pada suhu
ruang, terlihat campuran dari sampel dengan reagen tollens yang tidak
berwarna saat sebelum dipanaskan. Setelah dipanaskan beberapa saat,
didapatkan larutan berwarna gelap, namun tidak terbentuk cermin perak. Hal
ini menunjukkan bahwa amilum adalah karbohidrat yang tidak memiliki gugus
aldosa.

Gambar 21. Reaksi uji tollens terhadap amilum,


dengan ChemBioDraw
c. Laktosa
Laktosa larutan tidak berwarna sebanyak 5 tetes dimasukkan ke tabung
reaksi, kemudian ditambah 5 tetes reagen tollens, terbentuk larutan tidak
berwarna. Campuran kemudian dipanaskan diatas penangas air. Dalam uji
tollens perlu dilakukan pemanasan karena reaksi berjalan lambat pada suhu
ruang, terlihat campuran dari sampel dengan reagen tollens yang tidak
berwarna saat sebelum dipanaskan. Setelah dipanaskan beberapa saat,
didapatkan larutan berwarna gelap terbentuk cermin perak. Hal ini
menunjukkan bahwa laktosa adalah karbohidrat yang memiliki gugus aldosa.

Halaman 51
Gambar 22. Reaksi uji tollens terhadap laktosa,
dengan ChemBioDraw
d. Glukosa
Glukosa larutan tidak berwarna sebanyak 5 tetes dimasukkan ke tabung
reaksi, kemudian ditambah 5 tetes reagen tollens, terbentuk larutan tidak
berwarna. Campuran kemudian dipanaskan diatas penangas air. Dalam uji
tollens perlu dilakukan pemanasan karena reaksi berjalan lambat pada suhu
ruang, terlihat campuran dari sampel dengan reagen tollens yang tidak
berwarna saat sebelum dipanaskan. Setelah dipanaskan beberapa saat,
didapatkan larutan berwarna gelap tidak terbentuk cermin perak. Menurut
rumus struktur, glukosa seharusnya adalah karbohidrat yang memiliki gugus
aldosa dan membentuk cermin perak.

Halaman 52
Gambar 23. Reaksi uji tollens terhadap glukosa,
dengan ChemBioDraw
e. Fruktosa
Fruktosa larutan tidak berwarna sebanyak 5 tetes dimasukkan ke tabung
reaksi, kemudian ditambah 5 tetes reagen tollens, terbentuk larutan tidak
berwarna. Campuran kemudian dipanaskan diatas penangas air. Dalam uji
tollens perlu dilakukan pemanasan karena reaksi berjalan lambat pada suhu
ruang, terlihat campuran dari sampel dengan reagen tollens yang tidak
berwarna saat sebelum dipanaskan. Setelah dipanaskan beberapa saat,
didapatkan larutan berwarna gelap terbentuk cermin perak. Hal ini
menunjukkan bahwa fruktosa adalah karbohidrat yang memiliki gugus aldosa.

Gambar 24. Reaksi uji tollens terhadap fruktosa,


dengan ChemBioDraw

5. Uji Fehling
Uji fehling bertujuan untuk mengidentifikasi adanya gula pereduksi.
Menurut Fessenden dan Fessenden (1986) gula pereduksi adalah gula yang dapat
dioksidasi oleh zat pengoksidasi meski zat pengoksidasi yang sangat lembut seperti
Ag+ dan Cu2+.
Reagen fehling terdiri dari dua bagian yaitu fehling A dan fehling B.
Fehling A merupakan larutan CuSO4 dan fehling B merupakan campuran NaOH
dengan kalium natrium tartrat. Reagen fehling dibuat dengan mencampurkan kedua
larutan tersebut sehingga didapatkan reagen fehling berwarna biru tua. Larutan fehling
Halaman 53
memiliki ion Cu2+ yang dapat mengoksidasi karbohidrat yang memiliki ikatan
aldehida bebas atau ahidroksi keton sehingga mengakibatkan reduksi pada karbohidrat
(James and Gordon, 1963).
Uji fehling dilakukan dengan pemanasan untuk mengendapkan senyawa
CuO. Sampel yang diuji adalah amilum, sukrosa, laktosa, glukosa dan fruktosa.
Sampel glukosa ditambah reagen fehling kemudian dipanaskan mengalami
perubahan dari larutan warna biru menjadi larutan merah disertai endapan merah bata.
Endapan merah bata adalah endapan senyawa CuO. Senyawa CuO berasal dari ion
Cu2+ yang direduksi oleh glukosa menjadi ion Cu+. Hal itu menunjukkan bahwa
glukosa merupakan gula pereduksi dimana glukosa mengalami oksidasi membentuk
asam glukonat. Menurut Fessenden dan Fessenden (1986), glukosa adalah
monosakarida jenis aldosa dimana bentuk – bentuk hemiasetal siklik dari semua
aldosa mudah dioksidasi karena mereka berada dalam kesetimbangan dengan bentuk
aldehida rantai terbukanya. Reaksi glukosa dengan reagen fehling dapat dituliskan
sebagai berikut :
HO OH HO
HO OH HO

+ Cu2+(aq) + Cu2O(s)
O HO

HO OH O HO OH
glucose (aq) gluconic acid (aq)
Gambar 26. Reaksi glukosa dengan reagen fehling
Sumber : dokumen pribadi by Chemdraw

Sampel fruktosa ditambah reagen fehling kemudian dipanaskan mengalami


perubahan warna dari biru menjadi merah disertai endapan merah bata. Endapan
merah bata adalah endapan senyawa CuO. Senyawa CuO berasal dari ion Cu 2+ yang
direduksi oleh fruktosa menjadi ion Cu+. Hal itu menunjukkan bahwa fruktosa
merupakan gula pereduksi dimana fruktosa mengalami oksidasi membentuk asam
fruktonat. Fruktosa merupakan ketosa tetapi dalam larutan basa fruktosa berada dalam
kesetimbangan dengan dua aldehida diastreomerik serta penggunaan suatu zat antara
tautomerik enadiol (Fessenden dan Fessenden, 1986).
Reaksi fruktosa dengan reagen fehling dapat ditulis sebagai berikut :
O OH HO O OH HO

+ Cu2+(aq) + Cu2O(s)
HO HO

HO OH O HO OH
fructose fructonic acid

Halaman 54
Gambar 27. Reaksi fruktosa dengan reagen fehling
Sumber : dokumen pribadi by ChemDraw
Sampel laktosa ditambah reagen fehling kemudian dipanaskan mengalami
perubahan warna dari biru menjadi merah kecoklatan disertai endapan. Endapan merah
bata adalah endapan senyawa CuO. Senyawa CuO berasal dari ion Cu2+ yang
direduksi oleh laktosa menjadi ion Cu+. Hal itu menunjukkan bahwa laktosa
merupakan gula pereduksi. Laktosa adalah disakarida yang memiliki gugus aldehida
bebas. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Arsyad (2001) bahwa laktosa
mempunyai sifat mereduksi pereaksi benedict atau fehling. Reaksi laktosa dengan
reagen fehling dapat dituliskan sebagai berikut :
HO

O CH2OH CH2OH
HO O OH
O OH

HO OH O OH + Cu2+(aq) OH O COOH
+ Cu2O(s)
OH OH
OH
lactose OH OH OH

Gambar 27. Reaksi laktosa dengan reagen fehling


Sumber : Dokumen pribadi by Chemdraw
Sampel amilum ditambah reagen fehling kemudian dipanaskan tidak
mengalami perubahan warna. Hal itu menunjukkan bahwa amilum bukan merupakan
gula pereduksi. Menurut Fessenden dan Fessenden (1986), amilum merupakan
polimer linear dari glukosa yang dihubungkan secara -1,4’ , amilum tidak mempunyai
gugus aldehid atau keton bebas sehingga amilum bukan merupakan gula pereduksi.
Sampel sukrosa ditambah reagen fehling kemudian dipanaskan tidak mengalami
perubahan warna. Sukrosa merupakan disakarida. Hidrolisis sukrosa menghasilkan
glukosa dan fruktosa tetapi sukrosa tidak empunyai gugus aldehid atau keton bebas
sehingga sukrosa bukan merupakan gula pereduksi.
Dari kelima sampel uji fehling dapat diketahui bahwa glukosa, fruktosa dan
laktosa merupakan gula pereduksi. Sedangkan amilum dan sukrosa bukan merupakan
gula pereduksi.

6. Uji Benedict
Uji benedict bertujuan untuk mengidentifikasi adanya gula pereduksi.
Menurut Fessenden dan Fessenden (1986) gula pereduksi adalah gula yang dapat

Halaman 55
dioksidasi oleh zat pengoksidasi meski zat pengoksidasi yang sangat lembut seperti
Ag+ dan Cu2+.
Reagen benedict mengandung atom Cu yang terikat sebagai kompleks.
Reagen benedict dapat mendeteksi gula dengan konsentrasi 0,01%. Endapan CuO bisa
berwarna merah, kuning atau hijau kekuningan bergantung pada warna asal dari
jumlah gula pereduksi yang direduksikan (Anwar, 1994).
Uji benedict dilakukan dengan pemanasan diatas penangas air untuk
mengendapkan senyawa CuO. Sampel yang diuji yaitu glukosa, fruktosa, laktosa,
sukrosa dan amilum.
Sampel glukosa ditambah reagen benedict kemudian dipanaskan mengalami
perubahan warna dari biru menjadi hijau kebiruan. Warna hijau kebiruan disebabkan
adanya senyawa CuO. Senyawa CuO berasal dari ion Cu2+ yang direduksi oleh
glukosa menjadi ion Cu+. Hal itu menunjukkan bahwa glukosa merupakan gula
pereduksi dimana gukosa mengalami oksidasi menjadi asam glukonat. Menurut
Fessenden dan Fessenden (1986) glukosa adalah monosakarida jenis aldosa dimana
bentuk – bentuk hemiasetal siklik dari semua aldosa mudah dioksidasi karena mereka
berada dalam kesetimbangan dengan bentuk aldehida rantai terbukanya. Reaksi
glukosa dengan reagen benedict dapat dituliskan sebagai berikut :
HO OH HO
HO OH HO

+ Cu2+(aq) + Cu2O(s)
O HO

HO OH O HO OH
glucose (aq) gluconic acid (aq)
Gambar 28. Reaksi glukosa dengan reagen benedict
Sumber : Biokim||urine dengan ChemBiodraw

Sampel fruktosa ditambah reagen benedict kemudian dipanaskan mengalami


perubahan warna dari biru menjadi hijau kecoklatan. Warna hijau kecoklatan
disebabkan adanya senyawa CuO. Senyawa CuO berasal dari ion Cu2+ yang direduksi
oleh fruktosa menjadi ion Cu+. Hal itu menunjukkan bahwa fruktosa merupakan gula
pereduksi dimana fruktosa mengalami oksidasi membentuk asam fruktonat. Fruktosa
merupakan ketosa tetapi dalam larutan basa fruktosa berada dalam kesetimbangan
dengan dua aldehida diastreomerik serta penggunaan suatu zat antara tautomerik
enadiol (Fessenden dan Fessenden, 1986). Reaksi fruktosa dengan reagen benedict
dapat dituliskan sebagai berikut :

Halaman 56
O OH HO O OH HO

+ Cu2+(aq) + Cu2O(s)
HO HO

HO OH O HO OH
fructose fructonic acid

Gambar 29. Reaksi fruktosa dengan reagen benedict


Sumber : hobbychemistry.com dengan ChemBioDraw

Sampel laktosa ditambah reagen benedict kemudian dipanaskan mengalami


perubahan warna dari biru menjadi biru kehijauan. Warna biru kehijauan disebabkan
danya senyawa CuO. Senyawa CuO berasal dari ion Cu2+ yang direduksi oleh laktosa
menjadi ion Cu+. Hal itu menunjukkan bahwa laktosa merupakan gula pereduksi.
Laktosa adalah disakarida yang memiliki gugus aldehida bebas. Hidrolisis laktosa
menghasilkan glukosa dan galaktosa. Hasil percobaan sesuai dengan pernyataan
Arsyad (2001) bahwa laktosa mempunyai sifat mereduksi pereaksi benedict atau
fehling. Reaksi laktosa dengan reagen benedict dapat dituliskan sebagai berikut :
HO

O CH2OH CH2OH
HO O OH

2+
O OH + Cu2O(s)
HO OH O OH + Cu (aq) OH O COOH

OH OH
OH
lactose OH OH OH

Gambar 30. Reaksi laktosa dengan reagen benedict


Sumber : Dokumen pribadi by Chemdraw

Sampel amilum ditambah reagen benedict kemudian dipanaskan tidak


mengalami perubahan warna. Hal itu menunjukkan bahwa amilum bukan merupakan
gula pereduksi. Menurut Fessenden dan Fessenden (1986), amilum merupakan
polimer linear dari glukosa yang dihubungkan secara -1,4’ , amilum tidak mempunyai
gugus aldehid atau keton bebas sehingga amilum bukan merupakan gula pereduksi.
Sampel sukrosa ditambah reagen benedict kemudian dipanaskan tidak mengalami
perubahan warna. Sukrosa merupakan disakarida. Hidrolisis sukrosa menghasilkan
glukosa dan fruktosa tetapi sukrosa tidak mempunyai gugus aldehid atau keton bebas
sehingga sukrosa bukan merupakan gula pereduksi.

Halaman 57
7. Hidrolisis Sukrosa
Pada percobaan ini bertujuan untuk menghidrolisis sukrosa dan
mengidentifikasi hasil hidrolisis sukrosa. Reaksi hidrolisis sukrosa melibatkan air
sebagai pereaksi. Fungsi penambahan asam dan basa yaitu mempercepat reaksi
pemecahan molekul air pada sukrosa. Fungsi penambahan HCl yaitu menghidrolisis
sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa. Sedangkan fungsi penambahan NaOH yaitu
untuk mempercepat laju mutarotasi.
Uji yang digunakan pada hidrolisis sukrosa yaitu uji Benedict dan Seliwanoff.
Fungsi penambahan reagen Benedict yaitu menghasilkan endapan CuO berwarna
merah bata dan larutan berwarna biru. Sedangkan penggunaan reagen Seliwanoff
berfungsi untuk menghasilkan larutan berwarna kuning. Reaksi umum hidrolisis
sukrosa :

Gambar 31. Struktur umum Hidrolisis Sukrosa


dengan ChemBioDraw
Langkah percobaannya yaitu 0,5 mL Sukrosa dilarutkan dalam 6 mL air dan
dimasukkan ke dalam 3 tabung reaksi. Fungsi penambahan air adalah untuk
mengencerkan larutan sukrosa.
 Tabung I, larutan sukrosa sebanyak ±1 mL ditambahkan 1 mL HCl 3M kemudian
dipanaskan di atas penangas air dan menghasilkan larutan tidak berwarna. Fungsi
penambahan HCl adalah untuk menghidrolisis sukrosa menjadi glukosa dan
fruktosa. Sedangkan fungsi pemanasan adalah untuk mempercepat terjadinya
reaksi. Larutan didinginkan dan ditambahkan 1,5 mL larutan NaOH 3M. Fungsi
penambahan NaOH adalah untuk mempercepat laju mutarotasi. Selanjutnya larutan
dibagi menjadi 2 tabung. Pada tabung IA ditambahkan pereaksi benedict
menghasilkan warna biru (++). Fungsi penambahan reagen benedict adalah untuk

Halaman 58
mengetahui adanya gula pereduksi dalam karbohidrat yang telah terhidrolisis.
Kemudian larutan dipanaskan di atas penangas air dan menghasilkan perubahan
warna menjadi warna kehijauan. Terdapat endapan merah bata yang menandakan
adanya endapan CuO serta sukrosa telah terhidrolisis menjadi glukosa dan fruktosa.
Sedangkan untuk tabung IB ditambahkan pereaksi seliwanoff menghasilkan warna
yang tetap yakni tidak berwarna. Fungsi penambahan reagen seliwanoff adalah
untuk mengetahui adanya gugus ketosa pada karbohidrat hasil hidrolisis sukrosa
tersebut. Kemudian larutan dipanaskan di atas penangas air dan menghasilkan
larutan tidak berwarna. Hal ini menunjukkan bahwa hidrolisis sukrosa negatif
terhadap gugus ketosa dan proses hidrolisis berlangsung tidak sempurna.

HO OH HO
HO OH HO

+ Cu2+(aq) + Cu2O(s)
O HO

HO OH O HO OH
glucose (aq) gluconic acid (aq)
Gambar 32. Reaksi tabung IA saat ditetesi benedict mengandung glukosa
dengan ChemBioDraw

 Tabung II, larutan sukrosa sebanyak ±1 mL ditambahkan 1 mL air kemudian


dipanaskan di atas penangas air dan menghasilkan larutan tidak berwarna. Fungsi
pemanasan adalah untuk mempercepat terjadinya reaksi. Larutan didinginkan dan
ditambahkan 1,5 mL larutan NaOH 3M. Fungsi penambahan NaOH adalah untuk
mempercepat laju mutarotasi. Selanjutnya larutan dibagi menjadi 2 tabung. Pada
tabung IIA ditambahkan pereaksi benedict menghasilkan warna biru (++). Fungsi
penambahan reagen benedict adalah untuk mengetahui adanya gula pereduksi
dalam karbohidrat yang telah terhidrolisis. Kemudian larutan dipanaskan di atas
penangas air dan menghasilkan perubahan warna menjadi warna kecoklatan.
Terdapat endapan merah bata (++) yang menandakan adanya endapan CuO serta
sukrosa telah terhidrolisis menjadi glukosa dan fruktosa. Sedangkan untuk tabung
IIB ditambahkan pereaksi seliwanoff menghasilkan warna yang tetap yakni tidak
berwarna. Fungsi penambahan reagen seliwanoff adalah untuk mengetahui adanya
gugus ketosa pada karbohidrat hasil hidrolisis sukrosa tersebut. Kemudian larutan
dipanaskan di atas penangas air dan menghasilkan larutan tidak berwarna. Hal ini

Halaman 59
menunjukkan bahwa hidrolisis sukrosa negatif terhadap gugus ketosa dan proses
hidrolisis berlangsung tidak sempurna.
HO OH HO
HO OH HO

+ Cu2+(aq) + Cu2O(s)
O HO

HO OH O HO OH
glucose (aq) gluconic acid (aq)
Gambar 33. Reaksi tabung IIA saat ditetesi benedict mengandung glukosa
dengan ChemBioDraw

 Tabung III, larutan sukrosa sebanyak ±1 mL ditambahkan 1 mL air kemudian


didiamkan pada suhu kamar dan menghasilkan larutan tidak berwarna. Fungsi
pemanasan adalah untuk mempercepat terjadinya reaksi. Selanjutnya larutan dibagi
menjadi 2 tabung. Pada tabung IIIA ditambahkan pereaksi benedict menghasilkan
warna biru. Fungsi penambahan reagen benedict adalah untuk mengetahui adanya
gula pereduksi dalam karbohidrat yang telah terhidrolisis. Kemudian larutan
dipanaskan di atas penangas air dan menghasilkan warna yang tetap yakni warna
biru. Tidak terdapat endapan merah bata yang menandakan bahwa tidak terjadi
proses hidrolisis sukrosa. Hal ini dikarenakan tidak adanya penambahan asam atau
basa pada percobaan tersebut. Oleh karena itu, ketika diuji dengan benedict tidak
menunjukkan adanya endapan merah bata yang merupakan gula pereduksi dari
hasil hidrolisis sukrosa. Sedangkan untuk tabung IIIB ditambahkan pereaksi
seliwanoff menghasilkan warna kuning. Fungsi penambahan reagen seliwanoff
adalah untuk mengetahui adanya gugus ketosa pada karbohidrat hasil hidrolisis
sukrosa tersebut. Kemudian larutan dipanaskan di atas penangas air dan
menghasilkan larutan tetap berwarna kuning. Hal ini menunjukkan bahwa hidrolisis
sukrosa positif terhadap gugus ketosa dan proses hidrolisis berlangsung sempurna.
Hidrolisis sempurna akan terjadi bila larutan sukrosa dihidrolisis menjadi fruktosa
dan glukosa sehingga akan menghasilkan hasil yang positif yakni larutan berwarna
kuning bila diuji dengan reagen seliwanoff.

Halaman 60
Gambar 34. Tabung IIIB menunjukkan hasil positif mengandung gugus ketosa saat
ditetesi dengan reagen seliwanof

8. Hidrolisis Pati
Percobaan hidrolisis pati ini bertujuan untuk melakukan hidrolisis polisakarida
pati dan mengidentifikasi hasil hidrolisis polisakarida pati. Pada percobaan ini
dilakukan dua pengujian terhapad pati, yaitu uji iodin dan uji benedict. Pada uji iodin,
pati dinyatakan terhidrolisis apabila tidak terjadi perubahan warna pada pati saat
diteteskan larutan iodin. Pada uji benedict, pati dinyatakan terhidrolisis apabila
terbentuk endapan merah bata setelah dipanaskan.
Sebelum melakukan percobaan, langkah pertama yang dilakukan yaitu
membuat larutann pembanding terhadap uji iodin untuk membandingkan hasil yang
didapat. Larutan pati 2mL tidak berwarna dimasukkan ke dalam tabung reaksi
kemudian ditambahkan 1 tetes larutan iodin berwarna merah kecokelatan. Didapatkan
hasil larutan berwarna biru kehitaman.
Percobaan pertama yaitu memasukkan 2 mL larutan pati tidak berwarna yang
telah diukur menggunakan gelas ukur ke dalam tabung reaksi I. Selanjutnya
ditambahkan 2 mL larutan HCl 3M tidak berwarna. Penambahan HCl 3M bertujuan
agar dapat merusak struktur amilum dan juga berfungsi sebagai katalisator dengan
mengaktifkan air dari kadar asam yang encer. Iodin akan bereaksi jika pada sampel

Halaman 61
masih terdapat amilum membentuk senyawa kompleks dan mengakibatkan warna
larutan berubah menjadi ungu kehitaman. Kemudian larutan dipanaskan diatas
penangas air dengan tujuan untuk mempercepat reaksi. Setelah itu didamkan pada
suhu kamar kemudian ditambahkan 3mL larutan NaOH 3M tidak berwarna dan
dihasilkan larutan tidak berwarna. Penambahan larutan NaOH ini bertujuan untuk
memberikan suasana basa pada uji iodin. Larutan kemudian dibagi ke dalam 2 tabung,
yaitu tabung IA dan IB.
Pada tabung IA dilakukan uji iodin dengan menambahkan 1 tetes larutan iodin
berwarna merah kecokelatan. Saat penambahan iodin ini tidak terjadi perubahan
warna, hal ini disebabkan karena struktur amilum yang terkandung sudah berhasil
dirusak oleh HCl dan pada saat penambahan NaOH, NaOH menghalangi terjadinya
reaksi antara amilum dengan iodin. Hal ini disebabkan karena iodin bereaksi dengan
basa sehingga tidak mengalami reaksi dengan amilum. NaOH yang sudah ada dalam
larutan lebih dulu bereaksi dengan iodin membentuk senyawa NaI dan NaOI‚ sehingga
pada uji dengan penambahan NaOH tidak terjadi perubahan warna pada larutan
amilum. Ini menandakan bahwa amilum yang telah ditambahkan HCl dan juga NaOH
mengalami hidrolisis sempurna. Berikut reaksi yang terjadi:

CH2OH
. O H CH2OH H
O
OH OH
O + I2
OH CH2OH
OH OH

Gambar 35. Reaksi pada tabung IA,


dengan ChemBioDraw
Pada tabung IB dilakukan uji benedict dengan menambahkan 3 tetes larutan
benedict berwarna biru membentuk larutan berwarna biru. Setelah itu dipanaskan
diatas penangas air. Didapatkan hasil larutan berwarna biru da tidak terbentuk endapan
merah. Hal ini menunjukkan bahwa larutan pati ini tidak mengalami hidrolisis.
Percobaan kedua yaitu memasukkan 2 mL larutan pati tidak berwarna yang
telah diukur menggunakan gelas ukur ke dalam tabung reaksi II. Selanjutnya
ditambahkan 2 mL air dan dipanaskan diatas penangas air. Selanjutnya larutan
didinginkan pada suhu kamar dan ditambahkan air sebanyak 3mL menghasilkan
larutan tidak berwarna. Larutan kemudian dibagi ke dalam 2 tabung, yaitu tabung IIA
dan IIB.
Pada tabung IIA dilakukan uji iodin dengan menambahkan 1 tetes larutan iodin
berwarna merah kecokelatan. Saat penambahan iodin ini terjadi perubahan warna
Halaman 62
larutan menjadi ungu kehitaman. Hal ini disebabkan karena pada sampel masih
terdapat amilum sehingga iodin dapat bereaksi dengan amilum membentuk senyawa
kompleks berwarna ungu kehitaman.
Pada tabung IIB dilakukan uji benedict dengan menambahkan 3 tetes larutan
benedict berwarna biru membentuk larutan berwarna biru. Setelah itu dipanaskan
diatas penangas air. Didapatkan hasil larutan berwarna biru da tidak terbentuk endapan
merah. Hal ini menunjukkan bahwa larutan pati ini tidak mengalami hidrolisis.
Percobaan ketiga yaitu memasukkan 2 mL larutan pati tidak berwarna yang
telah diukur menggunakan gelas ukur ke dalam tabung reaksi III. Selanjutnya
ditambahkan 2 mL air dan dibiarkan pada suhu kamar lalu ditambahkan 3mL air dan
menghasilkan larutan tidak berwarna. Larutan kemudian dibagi ke dalam 2 tabung,
yaitu tabung IIIA dan IIIB.
Pada tabung IIIA dilakukan uji iodin dengan menambahkan 1 tetes larutan
iodin berwarna merah kecokelatan. Saat penambahan iodin ini terjadi perubahan
warna larutan menjadi ungu kehitaman. Hal ini disebabkan karena pada sampel masih
terdapat amilum sehingga iodin dapat bereaksi dengan amilum membentuk senyawa
kompleks berwarna ungu kehitaman.
Pada tabung IIIB dilakukan uji benedict dengan menambahkan 3 tetes larutan
benedict berwarna biru membentuk larutan berwarna biru. Setelah itu dipanaskan
diatas penangas air. Didapatkan hasil larutan berwarna biru dan terbentuk endapan
merah. Hal ini menunjukkan bahwa larutan pati telah terhidrolisis.

Halaman 63
IX. Kesimpulan
1. Uji Molish
Cuplikan glukosa, sukrosa, amilum, fruktosa, merupakan senyawa yang mengandung
karbohidrat yang dibuktikan dengan terbentuknya larutan berwarna ungu.
2. Uji Seliwanoff
Fruktosa mengalami perubahan warna merah ceri dalam waktu 56 detik, yang
menandakan hasil tes positif adanya gugus ketosa. Sedangkan amilum, laktosa, dan
glukosa tidak mengalami perubahan warna merah ceri dalam waktu > 10 menit yang
menandakan hasil tes negatif adanya gugus ketosa
3. Uji Barfoed
Glukosa dan Fruktosa adalah monosakarida, dibuktikan dengan terbentuknya endapan
merah bata dalam waktu kurang dari 10 menit (singkat), setelah dilakukan uji barfoed.
4. Uji Tollens
Laktosa dan fruktosa memiliki gugus aldosa, dibuktikan dengan terbentuknya cermin
perak setelah diuji tollens.
5. Uji Fehling
Glukosa, fruktosa dan laktosa merupakan gula pereduksi. Sedangkan sukrosa dan
amilum bukan merupakan gula pereduksi
6. Uji Benedict
Glukosa, fruktosa dan laktosa merupakan gula pereduksi. Sedangkan sukrosa dan
amilum bukan merupakan gula pereduksi
7. Hidrolisis Sukrosa
Tabung IA dan IIA saat diberi pereaksi benedict terjadi hidrolisis sempurna dengan
ditandai adanya endapan merah bata. Sedangkan tabung IIIB saat diberi pereaksi
seliwanoff terjadi hidrolisis sempurna dengan ditandai perubahan warna menjadi
warna kuning
8. Hidrolisis Pati
Larutan pati yang telah ditambahkan dengan HCl dan NaOH saat diuji iodin
mengalami hidrolisis sempurna dibuktikan dengan tidak adanya perubahan warna.
Larutan pati yang ditambahkan air tanpa dipanaskan saat diuji benedict terhidrolisis
sempurna yang dibuktikan dengan terbentuknya endapan merah bata.

Halaman 64
X. Diskusi
1. Pada uji barfoed terhadap laktosa, tidak terbentuk endapan merah bata walaupun telah
dilakukan pemanasan yang cukup lama. Laktosa adalah disakarida. Saat dilakukan
pemanasan, seharusnya terbentuk endapan merah bata setelah 10 menit pemanasan.
Namun, tidak terbentuk endapan merah bata walaupun telah dilakukan pemanasan
lebih dari 30 menit. Hal ini kemungkinan karena penggunaan pereaksi dan sampel
yang terlalu sedikit serta pemanasan dilakukan pada suhu terlalu tinggi.
2. Pada Uji Tollens, glukosa adalah karbohidrat yang memiliki gugus aldosa. Setelah
dilakukan uji tollens, seharusnya terbentuk cermin perak. Namun, hasil percobaan
tidak terbentuk cermin perak. Hal ini kemungkinan karena peralatan yang digunakan
pada uji tollens kurang bersih.

XI. Daftar Pustaka


Anonim. 2018. Fehling’s Test. http://www.medbiochemistry.com/fehlings-test/ (online).
Diakses Pada 31/3/2018 19:31.
Anonim. Tahun. Carbohydrate Estimation Teaching KIT (Qualitatice).
http://biobharati.com/productdetail.php?id=MTU5 (online). Diakses Pada 31/3/2018
21:11.
Anonim. Tahun. Tollens’s Test For Aldehyde.
http://academics.wellesley.edu/Chemistry/chem211lab/Orgo_Lab_Manual/Appendix/Cl
assificationTests/aldehyde_ketone.htm (online). Diakses Pada 31/3/2018 20:45.
Anwar, Chairil, dkk. 1994. Pengantar Praktikum Organik. Yogyakarta: FMIPA Universitas
Gadjah Mada.
Arsyad, M. Natsir. 2001. Kampus Kimia Bahasa dan Istilah. Jakarta : Gramedia.
Desrosier, N.W.. 1998. Teknologi Pengawetan Pangan: Terjemahan: Muchji Muljodiharjo.
Jakarta: Universitas Indoesia-Press.
Groggins, P.H. 1958. Unit Process in Organic Synthesis. New York: Mc-Graw Hill Book
Company.
Fessenden, Ralp J. Dan Fessenden Joans. 1986. Kimia Organik Jilid 2. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
James L. Fairley and Gordon L. Kilgour. 1963. Essentian of Biological Chemistry. United
State: Reinhold Publishing Corporation.
JunK, W.R. and H.M. Pacoast. 1980. Handbook of Sugar. Westpost, Connecticut: Avi
Publishing Company, Inc.
Halaman 65
Kirk, R.E. and Othmer, D.F. 1960. Encyclopedia of Chemical Technology. New York: The
Interscience Encyclopedia Inc.
Poedjadi, Anna dan F.M. Titan Supriyanti. 2005. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : Universitas
Indonesia-Press.
Sudarmadji S., dkk. 2007. Analisis Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: Penerbit
Liberty.
Sudarmo, Unggul. 2006. Kimia 3. Jakarta : Erlangga.
Sumardjo, Damin. 2009. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran
dan Program Strata I. Jakarta: EGC.
Yikrazul. 2009. Uji Seliwanof. https://id.wikipedia.org/wiki/Uji_Seliwanoff (online). Diakses
Pada 31/3/2018 20:02.

Halaman 66
XIII. Lampiran
1. Jawaban Pertanyaan
1. Senyawa penyusun reagen-reagen yang digunakan dalam uji pengenalan karbohidrat
adalah :
a. Reagen Molish
Terdiri atas -naftol berfungsi sebagai indikator warna untuk memudahkan
saja,sedangkan H2SO4 berfungsi untuk menghidrolisis glukosa (heksosa)
hidroksimetilfurfural atau arabinosa (pentosa) furfural. Reaksi Molish ini
positif untuk semuakarbohidrat.
Rumus -naftol :
OH O

HO O
+
C C HO
H2 H H2
C C
H2 O
alfa-naftol

HO2S SO2H

OH
senyawa kompleks warna ungu

b. Reagen Seliwanoff
Reaksi selliwanof adalah suatu reaksi untuk mengidentifikasi adanya gugus
ketonpada suatu sakarida. Reagen selliwanof terdiri atas 0,5% resorsinol dan 5 N
HCl .
Rumus Resorsinol :

c. Reagen Barfoed
Terdiri atas senyawa tembaga asetat. Reagen Barfoed merupakan asam lemah
danhanya direduksi oleh monosakarida.
d. Reagen Tollens
Terdiri atas 1 ml AgNO3 1% , 1 ml NaOH 2 M, dan NH4OH encer
e. Reagen Fehling

Halaman 67
Terdiri atas fehling A dan Fehling B
f. Reagen Benedict
Terdiri atas :
a. CuSO4 : menyediakan Cu2+
b. Na-sitrat : mencegah terjadinya endapan Cu(OH)2 atau CuCO3
c. Na2CO3 : sebagai alkali yang mengubah gugus karbonil bebas dari gula
menjadibentuk enol yang reaktif.
2. Prinsip-prinsip reaksi yang terjadi antara reagen dan karbohidrat yang diuji adalah :
a. Tes Molish
Kondensasi dari hidroksi metal furfural (heksosa) atau furfural
(pentosa)dengan alfa-naftol membentuk suatu cincin berwarna ungu.
b. Tes Seliwanoff
Reaksi selliwanof adalah suatu reaksi untuk mengidentifikasi adanya gugus
ketonpada suatu sakarida. Reaksi positif apabila terbentuk warna merah. HCl
akanmengubah heksosa menjadi hidroksi metal furfural yang kemudian akan
bereaksidengan resorsinol membentuk kompleks yang berwarna merah.
c. Tes Barfoed
Uji untuk membedakan monosakarida dan disakarida dengan
mengontrolkondisi pH serta waktu pemanasan. Prinsipnya berdasarkan reduksi
Cu2+ menjadi Cu+. Pemanasan yang lama akan menghidrolisa disakarida
menghasilkan reaksipositif palsu.
d. Tes Tollens
Prinsip reaksi ini didasarkan pada terbentuknya cermin perak (Ag) dan
mengoksidasigugus aldehid menjadi gugus karboksilat. Akan tetapi, pada
fruktosa yangmengandung gugus ketosa dapat teroksidasi karena dalam larutan
basa fruktosaberada dalam kesetimbangan dengan dua aldehida diasteromik
serta penggunaan suatu zat antar tautomerik enadiol.
e. Tes Fehling
Pinsip reaksi ini didasarkan pada ion Cu2+ yang dapat mengoksidasi gugus
aldehid menghasilkan endapan merah bata,tetapi tidak dapat mereduksi gugus
keton.
f. Tes Benedict
Prinsip reaksi ini didasarkan pada terbentuknya endapan merah bata, maka
cuplikan mengandung gula pereduksi. Dengan prinsip berdasarkan reduksi
Cu2+ menjadi Cu+ yang mengendap sebagai Cu2O berwarna merah bata.
Halaman 68
3. Glukosa dapat teroksidasi dengan pereaksi Tollens yaitu membentuk cermin
perakdan dengan Fehling membentuk endapan merah bata karena glukosa
terhidrolisis dengan adanya pemanasan sahingga rantai siklik dari glukosa (struktur
Haworth) yang tidak mengandung gugus aldosa terurai (desiklikisasi) menjadi
struktur Fischer (rantai terbuka) yang mengandung gugus aldosa. Oleh karena itu,
glukosa menghasilkan uji positif terhadap reagen Tollens dan Fehling.

Sukrosa  Fruktosa + Glukosa

Laktosa  Galaktosa + Glukosa

Halaman 69
4. Penjelasan :
a. Sukrosa tidak terdeteksi oleh pereaksi Benedict, maka sukrosa tidak mempunyai
sifat dapat mereduksi ion-ion Cu2+, jika struktur Haworth terurai(membentuk
rantai terbuka), Sukrosa tidak terdeteksi oleh pereaksi Benedict. Sukrosa
mengandung dua monosakarida (fruktosa dan glukosa) yang terikat melalui ikatan
glikosidik sedemikian rupa sehingga tidak mengandung gugus aldehidbebas dan
alpha hidroksi keton. Pada sukrosa, walaupun tersusun oleh glukosa dan fruktosa,
namun atom karbon anomerik keduanya saling terikat, sehingga pada setiapunit
monosakarida tidak lagi terdapat gugus aldehida atau keton yang dapat
bermutarotasi menjadi rantai terbuka, hal ini menyebabkan sukrosa tak
dapatmereduksi pereaksi benedict. Sehingga sukrosa juga tidak bersifat pereduksi.
Sedangkan pada laktosa, atom karbon anomerik glukosa masih bebas, sehingga
terdapat gugus aldehid yang dapat bermutarotasi menjadi rantai terbuka, hal ini
menyebabkan laktosa dapat mereduksi pereaksi benedict.
b. Hal ini terjadi karena sukrosa (disakarida) mempunyai sifat yang lemah dalam
mereduksi ion-ion Cu2+ dalam larutan tembaga (II) asetat, sehingga dalam uji
barfoed sukrosa (disakarida) mengalami perubahan yang lambat dibandingkan
glukosa (monosakarida).

Halaman 70
2. Dokumentasi
Per. Ke- Gambar Keterangan
Larutan sukrosa tidak berwarna

Larutan amilum tidak berwarna

Sampel sukrosa, glukosa, amilum, dan


fruktosa dalam tabung reaksi

Pereaksi Molish

Halaman 71
Sampel + pereaksi molish

Sampel + pereaksi molish + H2SO4


pekat

Sampel + pereaksi molish + H2SO4


pekat + air

Hasil uji seliwanof terlihat bahwa


fruktosa memiliki hasil tes positif
dengan perubahan warna menjadi
2. merah ceri yang menandakan adanya
gugus ketosa pada sampel tersebut

Hasil uji barfoed terhadap glukosa,


terdapat endapan merah bata

3.

Halaman 72
Hasil uji barfoed terhadap fruktosa,
terdapat endapan merah bata

Hasil uji barfoed terhadap


laktosa(kiri) dan amilum(kanan), tidak
terdapat endapan merah bata

Hasil uji tollens terhadap laktosa,


terdapat cermin perak

4.
Hasil uji tollens terhadap fruktosa,
terdapat cermin perak

Halaman 73
Hasil uji tollens terhadap glukosa,
seharusnya terbentuk cermin perak,
namun hasilnya tidak terbentuk
cermin perak

Sukrosa setelah ditambah reagen


fehling dan dipanaskan

5.

Laktosa setelah ditambah reagen


fehling dan dipanaskan

Amilum setelah ditambah reagen


fehling dan dipanaskan

Halaman 74
Glukosa setelah ditambah reagen
fehling dan dipanaskan

Fruktosa setelah ditambah reagen


fehling dan dipanaskan

Amilum setelah diberi 5 tetes benedict


dan dipanaskan

6.
Laktosa setelah diberi 5 tetes benedict
dan dipanaskan

Halaman 75
Sukrosa setelah diberi 5 tetes benedict
dan dipanaskan

Glukosa setelah diberi 5 tetes benedict


dan dipanaskan

Fruktosa setelah diberi 5 tetes


benedict dan dipanaskan

Tabung IA dan IIA positif


mengandung gugus ketosa yang
ditandai dengan perubahan warna dan
terdapat endapan merah bata

7. Tabung IIIB positif mengandung


gugus ketosa yang ditandai dengan
perubahan warna menjadi kuning

Halaman 76
Larutan pembanding (Pati + Iodin)

8.

Perbandingan larutan pada tabung IA


dan larutan pembanding

Perbandingan larutan pada tabung IIA


dan larutan pembanding

Hasil larutan pada tabung IIIA

Halaman 77
Pemanasan pada uji benedict

Larutan pati pada tabung IB setelah


uji benedict tanpa endapan merah

Larutan pati pada tabung IIB setelah


uji benedict tanpa endapan merah

Larutan pati pada tabung IIIB setelah


uji benedict dan terdapat endapan
merah

Halaman 78
Halaman 79

Anda mungkin juga menyukai