Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOKIMIA
“Uji Kualitatif Karbohidrat”

Oleh :

1. NI MADE PUTRI WINDARI (231050)

2. KARTINI PRATIWI (231051)

3. NI PUTU DEWI MARTHA WIDIANTARI (231054)

4. KADEK DEVA MULIADANA (231075)

5. LAILY ARAFAH (231077)

SEKOLAH TINGGI FARMASI MAHAGANESHA


PROGRAM STUDI
S1 FARMASI
2023
PRAKTIKUM ACARA 1
UJI KUALITATIF KARBOHIDRAT

I. TUJUAN
A. Mahasiswa dapat membuktikan beberapa sifat karbohidrat
B. Mahasiswa dapat mengetahui cara membedakan monosakarida dan
polisakarida
C. Mahasiswa dapat mengetahui cara membedakan monosakarida,
polisakarida dan disakarida

II. TINJAUAN PUSTAKA


Karbohidrat merupakan senyawa yang memiliki peran structural
dan metabolik yang sangat penting bagi makhluk hidup. Glukosa adalah
karbohidrat terpenting yang dapat diserap ke dalam darah yang dibentuk
melalui hidrolisis pati dan disakarida dalam makanan. Glukosa adalah
precursor untuk sintesis semua karbohidrat lain ditubuh termasuk
glikogen, ribose, deoksiribosa dan galaktosa.
Karbohidrat dapat dilasifikasikan menjadi monosakarida,
disakarida, oligosakarida dan polisakarida. Monosakarida dapat
diklasifikasikan sebagai triosa, tetrosa, pentose, heksosa atau heptosa.
Disakarida merupakan produk kondensasi dua unit monosakarida
contohnya laktosa, maltose, sukrosa dan trehalosa.
Monosakarida merupakan jenis karbohidrat yang paling sederhana,
yang tidak dapat dihidrolisis lagi menjadi karbohidrat yang lebih kecil
lagi. Berdasarkan jumlah atom karbonnya, monosakarida
diklasifikasikan menjadi triosa (3 atom C), tetrosa (4 atom C), pentosa (5
atom C), heksosa (6 atom C), dan heptosa (7 atom C). Berdasarkan gugus
karbonilnya, karbohidrat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu
golongan aldosa dan ketosa. Aldosa mempunyai gugus karbonil terminal
O=CH, yang disebut gugus aldehid, sedangkan ketosa mempunyai gugus
karbonil C=0 di tengah-tengah yang berikatan dengan atom karbon
lainnya, yang disebut gugus keton ( Firani,2017). Semua monosakarida
merupakan gula pereduksi terhadap Fehling (Hawab, 2003).
Disakarida merupakan gabungan dari dua unit monosakarida, yang
dihubungkan dengan ikatan glikosidik. Contoh karbohidrat yang
merupakan golongan disakarida yaitu laktosa (gabungan glukosa dan
galaktosa), maltosa (gabungan dari 2 unit glukosa), dan sukrosa
(gabungan dari glukosa dan fruktosa). Oligosakarida merupakan
gabungan dari 3 unit hingga 10 unit monosakarida ( Firani, 2017). Enzim
pada disakarida terdiri dari maltase yang berfungsi mengkretalisis
hidrolisis maltose, lactose yang berfungsi mengkretalisis hidrolisis
laktosa, dan sakrase yang berfungsi mengkretalisis hidrolisis sakrosa
(William, 1994). Pada hidrolisis disakarida akan terbentuk komponen-
komponen penyusunnya yaitu dua molekul monosakarida (Riawan,
1990). Semua disakarida merupakan gula pereduksi terhadap Fehling
(Hawab, 2003).

Polisakarida dalam bahan makanan berfungsi sebagai penguat


tekstur (selulosa, hemiselulosa, pektin, lignin) dan sebagai sumber energi
(pati, dekstrin, glikogen, frutan). Polisakarida penguat tekstur ini tidak
dapat dicerna oleh tubuh, tetapi merupakan serat-serat (dietary fiber)
yang dapat menstimulasi enzim-enzim pencernaan. Karbohidrat
cadangan pangan seperti pati pada tanaman dan glikogen pada sel hewan
dapat larut dalam air hangat. Kelompok polisakarida lain berbentuk gum
(atau gom), pectin dan derivate-derivatnya (Riawan, 1990). Polisakarida
merupakan kelompok karbohidrat yang paling banyak terdapat di alam.
Polisakarida merupakan senyawa makromolekul yang terbentuk dari
banyak sekali satuan (unit) monosakarida. Jumlah polisakarida ini
terdapat jauh lebih banyak daripada oligo maupun monosakarida.
Sebagian dari polisakarida membentuk struktur tanaman yang tak dapat
larut misalnya selulosa dan hemiselulosa. Sebagian lagi membentuk
senyawa cadangan pangan berbentuk pati dalam tanaman atau glikogen
pada sel-sel hewan (William, 1994).
Keberadaan senyawa karbohidrat dapat dianalisa dengan dilakukan
uji kualitatif, prinsip analisa diantaranya dijelaskan secara singkat sebagai
berikut (Dasyanti, 2013):

1. Uji Benedict : adalah uji kimia untuk mengetahui kandungan gula


(karbohidrat) pereduksi (yang memiliki gugus aldehid atau keton
bebas) . Gula pereduksi meliputi semua jenis monosakarida dan
beberapa disakarida seperti laktosa, glukosa dan maltosa. Uji
benedict berdasarkan reduksi Cu2+ menjadi Cu+ oleh gugus aldehid
atau keton bebas dalam suasana alkalis, biasanya ditambahkan zat
pengompleks seperti sitrat atau tatrat untuk mencegah terjadinya
pengendapan CuCO3. Uji positif ditandai dengan terbentuknya
endapan merah bata, kadang disertai dengan larutan yang berwarna
hijau, merah, atau orange. Prinsip : Gula yang mempunyai gugus
aldehid atau keton bebas akan mereduksi ion Cu 2+ dalam suasana
alkalis menjadi Cu+ yang mengendap sebagai Cu2O berwarna
merah bata.

2. Uji Molisch: uji ini untuk semua jenis karbohidrat. Monosakarida,


disakarida, dan polisakarida akan memberikan hasil positif. Uji
positif jika timbul cincin merah ungu yang merupakan kondensasi
antara furfural atau hidroksimetil furfural dengan a-naftol dalam
pereaksi molish.Prinsip Prinsip reaksi ini adalah dehidrasi senyawa
karbohidrat oleh asam sulfat pekat. Dehidrasi heksosa menghasilkan
senyawa hidroksi metil furfural, sedangkan dehidrasi pentosa
menghasilkan senyawa fulfural. Uji positif jika timbul cincin merah
ungu yang merupakan kondensasi antara furfural atau hidroksimetil
furfural dengan a-naftol dalam pereaksi molish. Uji molisch
adalah uji kimia kualitatif untuk mengetahui adanya karbohidrat.
Uji ini untuk semua jenis karbohidrat. Mono-, di-, dan polisakarida
akan memberikan hasil positif.
3. Uji Seliwanoff bertujuan untuk mengetahui adanya ketosa
(karbohidrat yang mengandung gugus keton). Pada pereaksi
seliwanoff, terjadi perubahan oleh HCl panas menjadi asam
levulinat dan 4- hidroksilmetilfurfural. Jika dipanaskan karbohidrat
yang mengandung gugus keton akan menghasikan warna merah
pada larutannya. Disakarida sukrosa yang mudah dihidrolisa
menjadi glukosa dan fruktosa memberi reaksi positif dengan uji
Seliwanoff. Glukosa dan karbohdrat lain dalam jumlah banyak dapat
juga memberi warna yang sama. Prinsip : Dehidrasi fruktosa oleh
HCl pekat menghasilkan hodroksimetilfurfural dan dengan
penambahan resorsinol akan mengalami kondensasi membentuk
senyawa kompleks berwarna merah oranye.

4. Uji Ozazon adalah salah satu uji kualitatif pada karbohidrat


dengan mengidentifikasi bentuk kristal sakarida yang
terbentuk. Hal ini dikarenakan setiap sakarida memiliki bentuk
kristal sakarida yang berbeda beda jika direaksikan dengan
pereaksi ozazon. Semua sakarida mempunyai gugus aldehid
atau keton bebas, akan membentuk ozazon apabila dipanaskan
dengan fenilhidrazin berlebih. Ozazon yang terbentuk
mempunyai ciri-ciri merupakan kristal berwarna kuning dan
merupakan senyawa tidak latut dalam air.

5. Uji Fehling: Uji ini untuk membedakan monosakarida dan


disakarida dengan jalan mengontrol kondisi-kondisi percobaan,
seperti pH dan waktu pemanasan. Pada analisa ini, karbohidrat
direduksi pada suasana asam. Disakarida juga akan memberikan
hasil positif bila didihkan cukup lama hingga terjadi hidrolisis.
Prinsip Ion Cu2+ (dari pereaksi Fehling) dalam suasana asam akan
direduksi lebih cepat oleh gula reduksi monosakarida daripada
disakarida dan menghasilkan endapan Cu2O berwarna merah bata.

6. Uji tollens: uji ini untuk positif terhadap karbohidrat pentosa yang
membedakannya dengan heksosa. Aldehida dapat mereduksi
pereaksi Tollens sehingga membebaskan unsur perak (Ag). Pereaksi
tollens, pengoksidasi ringan yang digunakan dalam uji ini, adalah
larutan basa dari perak nitrat. Larutannya jernih dan tidak berwarna.
Untuk mencegah pengendapan ion perak sebagai oksida pada suhu
tinggi, maka ditambahkan beberapa tetes larutan amonia. Amonia
membentuk kompleks larut air dengan ion perak. Prinsip Aldehid
dioksidasi menjadi anion karboksilat, ion Ag+ dalam reagensia
Tollens direduksi menjadi logam Ag. Uji positf ditandai dengan
terbentuknya cermin perak pada dinding dalam tabung reaksi.

7. Uji Nylanders merupakan salah satu uji kualitatif yang


digunakan untuk mengidentifikasi adanya gugus pereduksi
pada sakarida. Gugus pereduksi pada sakarida adalah gula
berjenis aldose. Aldosa adalah gula yang mengandung gugus
aldehid yang dapat teroksidasi menjadi asam karboksilat jika
direaksikan dengan reagen nylanders. Sedangkan ketosa tidak
termasuk gugus pereduksi karena gula ketosa hanya memiliki gugus
keton tidak dapat teroksidasi lagi. Hasil positif adanya gugus gula
pereduksi adalah terbentuknya endapan hitam.

III. ALAT DAN BAHAN


A. Percobaan 1 : Uji Bennedict
1. Alat
a. Tabung reaksi
b. Gelas ukur
c. Pipet tetes
d. Penjepit tabung reaksi
e. Penangas Bunsen
2. Bahan
a. Larutan glukosa
b. Larutan sukrosa
c. Larutan laktosa
d. Larutan fruktosa
e. Larutan maltose
f. Reagen Benedict

B. Percobaan 2 : Uji Molisch


1. Alat
a. Tabung reaksi
b. Gelas ukur
c. Pipet tetes
2. Bahan
a. Larutan glukosa 1%
b. Larutan sukrosa 1%
c. Larutan laktosa 1%
d. Larutan fruktosa 1%
e. Larutan maltose 1%
f. Reagen molisch 1%
g. Asam sulfat pekat 1%
C. Percobaan 3 : Uji Saliwanof
1. Alat
a. Tabung reaksi
b. Gelas ukur
c. Pipet tetes
d. Penjepit tabung reaksi
e. Penangas Bunsen
2. Bahan
a. Larutan glukosa 1%
b. Larutan fruktosa 1%
c. Reagen Saliwanof

D. Percobaan 4 : Uji Osazon


1. Alat
a. Tabung reaksi
b. Gelas ukur
c. Pipet tetes
d. Penjepit tabung reaksi
e. Mikroskop
2. Bahan
a. Larutan glukosa 1%
b. Larutan sukrosa 1%
c. Larutan laktosa 1%
d. Larutan fruktosa 1%
e. Larutan maltose 1%
f. Reagen Osazon

E. Percobaan 5 : Uji Fehling


1. Alat
a. Tabung reaksi
b. Gelas ukur
c. Pipet tetes
d. Penjepit tabung reaksi
e. Penangas Bunsen
2. Bahan
a. Larutan glukosa 1%
b. Larutan sukrosa 1%
c. Larutan laktosa 1%
d. Larutan fruktosa 1%
e. Larutan maltose 1%
f. Reagen Fehling A dan Fehling B

F. Percobaan 6 : Uji Tollens


1. Alat
a. Tabung reaksi
b. Gelas ukur
c. Pipet tetes
d. Penjepit tabung reaksi
2. Bahan
a. Larutan glukosa 1%
b. Larutan sukrosa 1%
c. Larutan laktosa 1%
d. Larutan fruktosa 1%
e. Larutan maltose 1%
f. Reagen Tollens

G. Percobaan 7 : Uji Nylanders


1. Alat
a. Tabung reaksi
b. Gelas ukur
c. Pipet tetes
d. Penjepit tabung reaksi
2. Bahan
a. Larutan glukosa 1%
b. Larutan sukrosa 1%
c. Larutan laktosa 1%
d. Larutan fruktosa 1%
e. Larutan maltose 1%
f. Reagen Nylanders
IV. CARA KERJA
A. Percobaan 1 : Uji Bennedict

Siapkan 5 tabung reaksi yang bersih dan kering

Masukkan ke dalam 5 tabung reaksi masing-masing 1 mL


larutan glukosa, sukrosa,laktosa, fruktosa dan maltose

Tambahkan 2 ml reagen Benedict ke dalam masing-masing


tabung reaksi

Goyang-goyangkan tabung reaksi hingga larutan tercampur

Dengan menggunakan penjepit tabung reaksi, panaskan


tabung reaksi di atas pembakar spirtus secara hati-hati sampai
mendidih, atau dalam penangas air hingga mendidih selama 5
menit

Amati perubahan warna yang terjadi, apakah terbentuk


endapan atau tidak dan
bandingkan kecepatan perubahannya
B. Percobaan 2 : Uji Molisch

Siapkan 5 tabung reaksi, masukkan ke dalam tabung reaksi


yang bersih dan kering masing-masing 1 mL karbohidrat

Tambahkan 2 tetes reagen Molisch ke dalam masing-masing


tabung reaksi

Tambahkan dengan hati-hati 3 ml asam sulfat pekat melalui


dinding tabung, sehingga terbentuk dua lapisan jangan
dikocok !

Amatilah timbulnya warna pada perbatasan kedua lapisan


tersebut di atas

C. Percobaan 3 : Uji Saliwanoff

Siapkan 2 tabung reaksi, masukkan ke dalam tabung reaksi


yang bersih dan kering

Tambahkan 2 mL Reagen Saliwanof ke dalam masing-


masing tabung

Panaskan pada penangas Bunsen hingga mendidih selama 1


menit.

Amatilah perubahan warna yang terjadi


D. Percobaan 4 : Uji Osazon

Siapkan 5 tabung reaksi, masukkan ke dalam tabung reaksi


yang bersih dan kering

Tambahkan 2 tetes reagen Osazon ke dalam masing-masing


tabung reaksi dan dikocok sampai homogen

Amati pembentukan kristal di bawah mikroskop, dan catat


hasilnya

E. Percobaan 5 : Uji Fehling

Siapkan 5 tabung reaksi, masukkan ke dalam tabung reaksi


yang bersih dan kering masing-masing 1 mL senyawa
karbohidrat

Tambahkan dimasukkan 4 tetes reagen Fehling A


menggunakan pipet tetes ke dalam masing-masing tabung
reaksi

Goyang-goyangkan tabung reaksi hingga larutan tercampur

Tambahkan dimasukkan 4 tetes reagen Fehling B


menggunakan pipet tetes ke dalam masing-masing tabung
reaksi yang telah ditetesi reagen Fehling A

Goyang-goyangkan tabung reaksi hingga larutan tercampur

Amati perubahan warna yang terjadi, apakah terbentuk


endapan atau tidak dan bandingkan kecepatan perubahannya
F. Percobaan 6. Uji tollens

Siapkan 5 tabung reaksi, masukkan ke dalam tabung reaksi


yang bersih dan kering masing-masing 1 mL senyawa
karbohidrat

Tambahkan dimasukkan 1 mL reagen Tollens ke dalam


masing-masing tabung reaksi

Panaskan tabung reaksi pada penangas Bunsen

Amati perubahan warna yang terjadi

G. Percobaan 7. Uji Nylanders

Siapkan 5 tabung reaksi, masukkan ke dalam tabung reaksi


yang bersih dan kering

Tambahkan dimasukkan 1 mL reagen Nylanders ke dalam


masing-masing

Panaskan tabung reaksi pada penangas Bunsen

Amati perubahan warna yang terjadi


V. Hasil Pengamatan
Hasil Pengamatan
No Sampel Perlakuan Sebelum Sesudah
Uji Molish
Sampel ditambahkan Setelah ditambahkan 3ml
1. Glukosa 1 ml Glukosa + 2 tetes Reagen Molish asam sulfat pekat
reagen Molish + 3 ml
H2SO4

Sampel ditambahkan Setelah ditambahkan 3ml


2. Sukrosa 1 ml sukrosa + 2 tetes Reagen Molish asam sulfat pekat
reagen Molish + 3 ml
H2SO4

Sampel ditambahkan Setelah ditambahkan 3ml


3. Laktosa 1 ml Laktosa + 2 tetes Reagen Molish asam sulfat pekat
reagen Molish + 3 ml
H2SO4

Sampel ditambahkan Setelah ditambahkan 3ml


Reagen Molish asam sulfat pekat
4. Fruktosa 1 ml Fruktosa + 2
tetes reagen Molish
+
3 ml H2SO4

Sampel ditambahkan Setelah ditambahkan 3ml


5. Maltosa 1ml Maltosa + 2 tetes Reagen Molish asam sulfat pekat
reagen Molish + 3 ml
H2SO4

Uji Benedict
Sampel ditambahkan Setelah dipanaskan
1 ml Glukosa + 2 ml Reagen Benedict
1. Glukosa reagen benedict,
Dipanaskan

Sampel ditambahkan Setelah dipanaskan


1 ml Sukrosa + 2 ml Reagen Benedict
2. Sukrosa reagen benedict,
dipanaskan
Sampel ditambahkan Setelah dipanaskan
1 ml Laktosa + 2 ml Reagen Benedict
3. Laktosa reagen benedict,
Dipanaskan

Sampel ditambahkan Setelah dipanaskan


1 ml Fruktosa + 2 ml Reagen Benedict
4. Fruktosa reagen benedict,
dipanaskan

Sampel ditambahkan Setelah dipanaskan


1 ml Maltosa + 2 ml Reagen Benedict
5. Maltosa reagen benedict,
dipanaskan
Uji Seliwanoff
Sampel ditambahkan Setelah dipanaskan ,
1 ml Glukosa + 2 ml Raegen Seliwanoff tidak ada perubahan
1. Glukosa reagen Seliwanoff, berwarna bening warna.
Dipanaskan kekuning.

Sampel ditambahkan Setelah dipanaskan ,


1 ml Fruktosa + 2 ml Raegen Seliwanoff terdapat perubahan
2. Fruktosa reagen Seliwanoff, berwarna bening warna menjadi jingga.
dipanaskan kekuning.

Uji Osazon
Sampel ditambahkan Hasil pembentukan
1 ml Glukosa + 2 kristal di bawah
1. Glukosa Reagen Osazon mikroskop
tetes reagen
Osazon

Sampel ditambahkan Hasil pembentukan


1 ml Sukrosa + 2 tetes Reagen Osazon kristal di bawah
2. Sukrosa
reagen Osazon mikroskop

Sampel ditambahkan Hasil pembentuk kristal


1 ml Laktosa + 2 tetes Reagen Osazon di bawah mikroskop
3. Laktosa
reagen Osazon

Sampel ditambahkan Hasil pembentuk


1 ml Fruktosa + 2 Reagen Osazon kristal di bawah
4. Fruktosa
tetes reagen Osazon mikroskop
Sampel ditambahkan Hasil pembentuk kristal
1 ml Maltosa + 2 tetes Reagen Osazon di bawah mikroskop
5. Maltosa
reagen Osazon

Uji Fehling
Sampel ditambahankan Setelah penambahan
1 ml Glukosa + 4 tetes Reagen Fehling A reagen Fehling A dan
1. Glukosa Fehling A + 4 tetes berwarna biru muda. Fehling B.
Fehling B

Sampel ditambahankan Setelah penambahan


1 ml Sukrosa + 4 tetes Reagen Fehling A reagen Fehling A dan
2. Sukrosa Fehling A + 4 tetes berwarna biru muda. Fehling B.
Fehling B

Sampel ditambahankan Setelah penambahan


1 ml Laktosa + 4 tetes Reagen Fehling A reagen Fehling A dan
3. Laktosa Fehling A + 4 tetes berwarna biru muda. Fehling B.
Fehling B

Sampel ditambahankan Setelah penambahan


1 ml Fruktosa + 4 Reagen Fehling A reagen Fehling A dan
4. Fruktosa tetes Fehling A + 4 berwarna biru muda. Fehling B.
tetes Fehling B

Sampel ditambahankan Setelah penambahan


1 ml Maltosa + 4 tetes Reagen Fehling A reagen Fehling A dan
5. Maltosa Fehling A + 4 tetes berwarna biru muda. Fehling B.
Fehling B
Uji Tollens
Sampel ditambahkan Setelah dipanaskan
1 ml Glukosa + 1 ml Reagen Tollens
1. Glukosa reagen Tollens,
dipanaskan

Sampel ditambahkan Setelah dipanaskan


1 ml Sukrosa + 1 ml Reagen Tollens
2. Sukrosa reagen Tollens,
Dipanaskan

Sampel ditambahkan Setelah dipanaskan


1 ml Laktosa + 1 ml Reagen Tollens
3. Laktosa reagen Tollens,
dipanaskan

Sampel ditambahkan Setelah dipanaskan


4. Fruktosa 1 ml Fruktosa + 1 ml Reagen Tollens
reagen Tollens,
dipanaskan
5. Maltosa 1 ml Maltosa + 1 ml Sampel ditambahkan Setelah dipanaskan
reagen Tollens, Reagen Tollens
dipanaskan

Uji Nylander
1. Glukosa 1 ml Glukosa + 1 ml Sampel ditambahkan Setelah dipanaskan
reagen Nylander, Raegen Nyalanders
dipanaskan

2. Sukrosa 1 ml Sukrosa + 1 ml Sampel ditambahkan Setelah dipanaskan


reagen Nylander, Raegen Nyalanders
dipanaskan
3. Laktosa 1 ml Laktosa + 1 ml Sampel ditambahkan Setelah dipanaskan
reagen Nylander, Raegen Nyalanders
dipanaskan

1 ml Fruktosa + 1 ml Sampel ditambahkan Setelah dipanaskan


4. Fruktosa reagen Nylander, Raegen Nyalanders
dipanaskan

5. Maltose 1 ml Maltosa + 1 ml Sampel ditambahkan Setelah dipanaskan


reagen Nylander, Raegen Nyalanders
dipanaskan
PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini kami melakukan uji kualitatif karbohidrat dengan
sampel yaitu larutan glukosa 1%, larutan sukrosa 1%, larutan laktosa 1% larutan
fruktosa 1%, larutan maltose 1%, dengan melakukan 7 pengujian yaitu uji
Benedict, uji Molisch, uji Saliwanof, uji Osazon, uji Fehling, uji Tollens, dan uji
Nylanders.

Pada uji Molisch hasil positifnya ditandai dengan terbentuknya cincin


berwarna ungu pada glukosa, sukrosa, fruktosa, dan pada larutan maltosa . Saat
dimasukkan reagen molish pada masing-masing larutan didapatkan hasil larutan
glukosa,sukrosa,fruktosa dan maltosa berwana bening kekuningan dan larutan
laktosa berwarna bening , namun setelah ditambahkan 3 ml asam sufat pada setiap
larutan terjadi perubahan warna. Berdasarkan hasil perubahan warna yang
didapatkan bahwa pada larutan glukosa,laktosa dan fruktosa terbentuk dua
lapisan yang membentuk cincin ungu, sedangkan larutan sukrosa dan maltosa
menjadi berwarna kehitaman dan tidak terbentuk cincin berwarna unggu. Ini
sedikit berbeda dengan literatur dimana dikatakan bahwa uji Molisch adalah untuk
menguji kandungan karbohidrat pada suatu sampel, jadi semua sampel yang
mengandung karbohidrat hasil ujinya seharusnya positif. Kemungkinan hal ini
disebabkan karena waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan cincin ungu pada
pengujian berbeda beda pada setiap sampel, karena memiliki panjang monomer
yang berbeda, jadi semakin sederhana monumernya pembentukan cincin ungu
akan semakin mudah. Selain itu kemungkinan hal ini disebabkan kesalahan
prosedur saat melakukan pengujian sehingga mempengaruhi hasil yang didapat.
Pada dasar teori sudah disebutkan bahwa uji Molisch adalah uji kimia kualitatif
untuk mengetahui adanya karbohidrat. Uji ini untuk semua jenis karbohidrat. Uji
Molisch adalah uji yang memiliki prinsip hidrolisis karbohidrat menjadi
monosakarida. Uji ini bukan uji spesifik untuk karbohidrat. Uji Molisch terdiri
atas larutan α-naphtol dalam alkohol. Jika pereaksi ini ditambahkan ke dalam
larutan glukosa,laktosa dan fruktosa kemudian ditambah H2SO4 pekat, maka
akan terbentuk dua lapisan zat cair. Pada batas antara kedua lapisan itu terbentuk
cincin warna ungu akibat terjadi reaksi kondensasi antara α-naphtol dan furfural.
Alfa-naftol berfungsi sebagai indikator warna untuk memudahkan saja, sedangkan
di sini asam sulfat berfungsi untuk menghidrolisis ikatan pada sakari untuk
menghasilkan furfural. Furfural ini kemudian bereaksi dengan reagen Molisch,α-
naphtol membentuk cincin yang berwarna ungu. Berdasarkan hasil percobaan uji
Molisch ini dapat disimpulkan bahwa didalam kelima larutan tersebut ini terdapat
larutan glukosa,laktosa dan fruktosa yang merupakan karbohidrat yang ditandai
dengan terbentuknya warna ungu pada larutan. Meskipun semua larutan tergolong
karbohidrat, namun dalam praktikum didapatkan adanya perbedaan warna dari
karbohidrat yang ada dan ada pula endapan. Endapan ini menandakan adanya
perbedaan jumlah monosakarida pada larutan.Perbedaan warna didapatkan pula
pada larutan glukosa. Glukosa bisa memiliki warna yang lebih pekat
dibandingkan dengan fruktosa dan laktosa karena glukosa merupakan gula aldosa
dan fruktosa merupakan ketosa. Seperti yang diketahui keton merupakan senyawa
turunan dari aldehida sehingga warna yang lebih pekat ada pada glukosa.

Pada uji Benedict, indikator positifnya ditandai dengan terbentuknya


endapan merah bata yang menandakan adanya gula pereduksi pada sampel.
Endapan yang terbentuk dapat berwarna hujau, kuning, atau merah bata
tergantung pada konsentrasi gula reduksinya. Semakin berwarna merah bata maka
gula reduksinya semakin banyak. Pada hasil yang kami dapatkan hanya sukrosa
yang tidak membentuk endapan berwarna merah bata, ini dikarenakan sukrosa
memiliki larutan konsentrasi yang sedikit kandungannya sehingga tidak
menimbulkan hasil yang baik. Pada hasil praktikum yang menghasilkan
terbentuknya endapan adalah glukosa, laktosa, fruktosa dan maltosa. Uji Benedict
adalah uji kimia untuk mengetahui kandungan gula(karbohidrat) pereduksi (yang
memiliki gugus aldehid atau keton bebas). Gula pereduksi meliputi semua jenis
monosakarida dan beberapa disakarida. Prinsip dari uji ini adalah gula yang
mengandung gugus aldehida atau keton bebas akanmereduksi ion Cu2+ dalam
suasana alkalis, menjadi Cu+ yang mengendap sebagai Cu2O (kuprooksida)
berwarna merah bata. Pada percobaan ini digunakan larutan glukosa,
sukrosa,laktosa,fruktosa dan maltosa. Saat dimasukkan reagen benedict pada
masing-masing larutan didapatkan warna biru semua, namun setelah dipanaskan
dengan air mendidih terjadi perubahan warna. Berdasarkan hasil perubahan
warna yang didapatkan bahwa pada saat menit pertama larutan
glukosa menjadi berwarna hijau kemerahan, larutan sukrosa menjadi berwarna
biru tidak ada perubahan,larutan laktosa terjadi endapan warna merah bata dengan
warna larutan biru pada lapisan atas dan hijau kekuningan pada lapisan kedua
diatas endapan,larutan fruktosa terdapat endapan merah bata dan larutan maltosa
terdapat endapan merah bata. Berdasarkan warna yang didapatkan itu dapat
dikatakan bahwa uji positif ditunjukkan pada larutan glukosa,laktosa, fruktosa dan
maltosa sedangkan sukrosa menunjukkan uji negatif. Warna pada glukosa
fruktosa dan maltosa lebih pekat hal ini dikarenakan kandugan dari senyawa
tersebut dapat mereduksi ion Cu2+,selanjutnya diendapkan sebagai Cu2O.
Endapan yang terbentuk dapat berwarna hijau, kuning atau merah bata,
bergantung pada konsentrasi karbohidrat,namun waktu yang dibutuhkan untuk
mencapai warna tersebut lebih lama dari pada laktosa. Dengan penambahan
reagen benedict (juga disebut larutan Benedict/uji Benedict) adalah reagen yang
digunakan untuk menguji keberadaan gula pereduksi,Reagen ini terdiri dari
natrium karbonat (Na2CO3), natrium sitrat (C6H5O7Na3) dan tembaga (II)
sulfat.5H2O. Ion Cu2+ berfungsi sebagai agen pengoksidasi dalam larutan alkali,
ion sitrat berfungsi sebagai agen pengompleks untuk menjaga ion tembaga dalam
larutan, tanpa ion sitrat, tembaga hidroksida akan mengendap. Ion sitrat tidak
mampu mereduksi Cu2+ menjadi Cu+ , sehingga proses reduksi dilakukan oleh
gula pereduksi. Uji Benedict didasarkan pada reduksi dari Cu2+ menjadi Cu+
(Cu2O) dalam larutan basa alkali sitrat oleh gula pereduksi. Tembaga (I) oksida
tidak larut dalam air sehingga mengendap. Warna dari Cu2O tergantung pada
jumlah sampel yang akan menunjukkan endapan warna oranye, kuning, dan
merah bata .

Uji Saliwanof digunakan untuk membedakan gula (karbohidrat) ketosa


dan aldosa. Pada percobaan ini digunakan larutan glukosa 1% dan fruktosa
1%.Saat dimasukkan reagen saliwanoff pada masing-masing larutan didapatkan
hasil larutan glukosa dan fruktosa bening kekuningan, namun setelah dipanaskan
pada penangas bunsen selama 1 menit didapatkan hasil pada larutan glukosa tidak
terdapat perubahan warna yaitu tetap bening kekuningan sedangkan pada larutan
fruktosa terdapat perubahan warna yang didapatkan yaitu larutan orange merah.
Uji Saliwanoff untuk mengidentifikasi adanya gugus keton pada suatu sakarida.
Reagen selliwanof terdiri atas 0,5% resorsinol dan 5 NHCl. Reaksi positif apabila
terbentuk warna merah. HCl akan mengubah heksosa menjadi hidroksi metal
furfural yang kemudian akan bereaksi dengan resorsinol membentuk kompleks
yang berwarna merah. Kereaktifan aldosa dan ketosa sangatlah berbeda. Aldosa
untuk terhidrolisis membutuhkan asam pekat sedangkan ketosa membutuhkan
asam encer sehingga hidroksi metal furfural dari aldosa sedikit. Sedangkan untuk
ketosa hidroksi metal furfural yang terbentuk banyak. Karena itulah reaksi ini
spesifik untuk fruktosa yang termasuk ketoheksosa. Pada pereaksi saliwanoff,
terjadi perubahan oleh HCl panas menjadi asam levulinat dan 4-
hidroksilmetilfurfural. Jika dipanaskan karbohidrat yang mengandung gugus
keton, akan menghasilkan warna merah pada larutannya. Glukosa dan karbohidrat
lain dalam jumlah banyak dapat juga memberi warna yang sama.

Pada uji Saliwanof, dari data hasil pengamatan yang dilakukan dapat
diketahui bahwa glukosa bereaksi negatif terhadap uji saliwanof ini. Hal tersebut
ditandai dengan timbulnya warna merah muda pada saat pemanasan. Sehingga
dapat dikatakan bahwa glukosa merupakan gula aldosa atau merupakan gula yang
mempunyai gugus aldehida. Seperti yang terdapat dalam literatur bahwa uji
saliwanof digunakan untuk menguji adanya gula ketosa. Pada sampel fruktosa
positif terhadap larutan berwarna orange merah. Uji Saliwanoff didasarkan pada
fakta bahwa ketika dipanaskan ketosa lebih cepat terdehidrasi dari pada aldosa.
Pada percobaan didapatkan bahwa glukosa 1% membentuk warna bening
kekuningan, sedangkan fruktosa 1% membentuk warna merah oranye atau
jingga. Berdasarkan warna yang terbentuk dapat disimpulkan bahwa uji
Saliwanoff pada fruktosa menghasilkan hasil yang positif, sedangkan glukosa
menghasilkan hasil yang negatif. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan
bahwa glukosa adalah suatu aldoheksosa (gula aldehida beratom karbon enam)
dan fruktosa suatu ketoheksosa(gula keton beratom karbon enam).Jika dipanaskan
karbohidrat yang mengandung gugus keton, akan menghasilkan warna merah
orange atau jingga pada larutannya.

Uji tollens, uji tollens digunakan untuk membedakan senyawa aldehid dan
senyawa keton. Aldehid dioksidasi menjadi anion karboksilat, ion Ag + dalam
reagensia tollens direduksi menjadi logam Ag. Uji positif ditandai dengan
terbentuknya cermin perak pada dinding dalam tabung reaksi. Reaksi dengan
pereaksi tollens mampu mengubah ikatan C-H pada aldehid menjadi ikatan C-O.
alkohol sekunder dapat dioksidasi menjadi keton selanjutnya keton tidak dapat
dioksidasi lagi dengan menggunakan pereaksi Tollens (Hart, 2004). Pada
praktikum sampel yang menunjukan reaksi positif adalah sukrosa sedangkan pada
glukosa, laktosa, fruktosa dan maltosa tidak terbentuk cermin perak pada dinding
tabung reaksi. Namun larutan sukrosa seharusnya tidak menghasilkan cermin
perak karena sukrosa merupakan senyawa keton. Jika desesuaikan dengan literatur
dimana senyawa keton tidak menghasilkan endapan cermin perak pada pengujian
Tollens. Maka ada ketidaksesuaian dengan hasil yang didapat karena tidak
terbentuk endapan cermin perak pada glukosa, laktosa, fruktosa dan maltose hal
ini mungkin terjadi karena kesalahan saat melakukan perlakuan pada sampel
sehingga mempengaruhi hasil yang didapat.

Uji Fehling, uji fehling menggunakan pereaksi fehling yang terdiri dari
campuran kupri sulfat, Na-K-tartrat dan natrium hidroksida dengan gula pereduksi
dan dipanaskan akan terbentuk endapan yang berwarna merah kecoklatan. Hasil
praktikum menunjukan bahwa fruktosa memberikan reaksi positif karena
membentuk endapan merah bata. Sedangkan glukosa, sukrosa, maltose dan
laktosa negatif dikarenakan hasil uji berupa larutan biru saja. Ini dikarenakan
sukrosa tidak memiliki gugus aldehida dan keton bebas. Dalam Brown, (1994)
dikatakan bahwa uji fehling digunakan untuk mengetahui adanya kandungan gula
pereduksi dalam karbihidrat, yang dapat mereduksi senyawa pengoksidasi lemah
seperti Cu dalam pereaksi fehling. Agar berfungsi sebagai gula pereduksi,
karbohidrat harus mempunyai fungsi aldehid atau gugus fungsi hemi asetal yang
dapat membuka menjadi aldehid. Untuk maltosa, dalam literatur seharusnya
memberikan reaksi positif, namun indikator positif berupa merah bata tidak
terbentuk, hanya larutan biru. Penyebab hasil reaksi tersebut kemungkinan karena
pemanasan yang kurang sehingga mempengaruhi waktu dan hasil reaksi dan juga
bisa disebabkan dengan menggunakan bahan yang berbeda atau kesalahan pada
saat mengambil sampel sehingga tidak bereaksi dengan sempurna. Konsentrasi/
kemurnian baik maltosa maupun fehling itu sendiri, juga berpengaruh sehingga
belum membentuk endapan. Dikatakan belum karena sebenarnya sudah mulai
adanya reaksi, dimana sebelum pengamatan, larutan berwarna bening kemudian
berubah menjadi larutan biru yang menandakan reaksi telah berlangsung, namun
belum sempurna /bereaksi lambat.

Uji Nylander merupakan salah satu uji kualitatif yang digunakan untuk
mengidentifikasi adanya gugus pereduksi pada sakarida. Gugus pereduksi pada
sakarida adalah gula berjenis aldose. Aldosa adalah gula yang mengandung gugus
aldehid yang dapat teroksidasi menjadi asam karboksilat jika direaksikan dengan
reagen Nylander. Sedangkan, ketosa tidak termasuk gugus pereduksi karena gula
ketosa hanya memiliki gugus keton yang tidak dapat teroksidasi lagi. Hasil positif
ditandai dengan terbentuknya endapan hitam. Hasil praktikum menunjukan bahwa
glukosa, fruktosa, dan maltosa memberikan reaksi positif karena membentuk
endapan hitam. Sedangkan sukrosa dan laktosa tidak membentuk endapan hitam.
Namun berdasarkan teori yang ada, fruktosa merupakan ketosa (tidak memiliki
gugus pereduksi) namun menghasilkan endapan hitam ketika direaksikan dengan
reagen Nylander. Hal ini dimungkinkan karena terjadi kesalahan dalam
melakukan perlakuan pada saat pengujian sehingga dapat mempengaruhi hasil
percobaan ini.

Uji osazon, uji osazon memiliki prinsip reaksi aldosa atau ketosa dengan
hidrazin untuk membentuk hidrazon. Dengan hidrazin yang berlebih, akan
terbentuk produk oksidasi hidrazon. Tahap berikutnya ialah reaksi ketosa atau
aldehida hidrazon dengan fenilhidrazin yang membentuk osazon. Osazon yang
terbentuk ditunjukan dengan terbentuknya kristal (Kusbandari 2015).
Fenilhidrazin bereaksi dengan monosakarida dan beberapa disakarida membentuk
hidrazon dan osazon berupa kristal kuning.

KESIMPULAN

a. Pada uji Bennedict, reaksi positif didapatkan pada sampel glukosa, laktosa,
maltosa dan fruktosa ditandai dengan terbentuknya endapan merah bata.

b. Pada uji Molisch, reaksi positif didapatkan pada sampel glukosa, laktosa,
fruktosa ditandaidengan terbentuknya cincin ungu.

c. Pada uji Saliwanoff, reaksi positif didapatkan pada sampel fruktosa


ditandai dengan terbentuknyalarutan berwarna orange kemerahan.

d. Pada uji Osazon, reaksi positif didapatkan pada sampel glukosa, sukrosa,
fruktosa, laktosa dan maltose ditunjukkan dengan terbentuknya kristal.

e. Pada uji Fehling, reaksi positif didapatkan pada sampel fruktosa ditandai
denganterbentuknya endapan merah bata.

f. Pada uji tollens, reaksi positif didapatkan pada sampel sukrosa ditandai
dengan terbentuknya cermin perak pada dinding dalam tabung reaksi.

g. Pada uji Nylanders, reaksi positif didapatkan pada sampel glukosa,


fruktosa dan maltose ditandai dengan terbentuknya endapan hitam.
Daftar Pustaka

Adisendjaja, Y dkk. (2014).Penuntun Kegiatan Laboratorium Biokimia.


Bandung. Universitas Pendidikan Indonesia.
Dasyanti, N. L. M. 2013. Metode Analisis Kualitatif Dan Kuantitatif Karbohidrat.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Politeknik Kesehatan Denpasar:
Denpasar. 22 Hal.
Hawab, H.M, 2003. Pengantar Biokimia. Banyumedia Publishing. Malang
Harold Hart, 2004, “Kimia Organik”, 11rd editions, Michigan State University
Khopkar, S.M. (2007). Konsep Dasar Kimia Analitik . Universitas Indonesia.
Jakarta.
Kusbandari, A., (2015), Analisis Kualitatif Kandungan Sakarida Dalam Tepung dan
Pati Umbi Ganyong (Canna edulis Ker), Jurnal Pharmaciana vol 5 No 1
Manruw, 2010. Pengantar Biokimia. UI Press. Jakarta. Hanum galuh
rahmana.2017.Biokimia Dasar.Universitas Muhammadiyah.Umsida
Press.Sidoarjo.

Anda mungkin juga menyukai