Anda di halaman 1dari 4

UJIAN AKHIR SEMESTER

SEKOLAH TINGGI FARMASI MAHAGANESHA

Mata Kuliah : Bahasa Indonesia


Dosen : Ida Ayu Made Wedasuwari, S.Pd, M.Pd

Nama : Ni Made Putri Windari

Nim : 202031

Soal
1. Menurut Saudara bagaimanakah keterkaitan antara berpikir ilmiah, penelitian ilmiah dan
karya ilmiah?
Jawab : Berpikir ilmiah adalah proses kegiatan pikiran yang ditempuh melalui 5 tahapan
yaitu menemukan dan merumuskan masalah, mengidentifikasi masalah, menyusun
kerangka berfikir untuk mengajukan hipotesis, merumuskan dan menguji hipotesis dan
menarik kesimpulan. Penelitian ilmiah adalah rangkaian pengamatan yang sambung
menyambung, berakumulasi dan melahirkan teori-teori yang mampu menjelaskan dan
meramalkan fenomena-feomena. Karya ilmiah adalah karya tulis dalam bidang tertentu
yang penyajiannya mengikuti prinsip-prinsip berfikir ilmiah dimana pemecahan pokok
persoalannya disajikan secara sistematis dengan disertai bukti-bukti yang meyakinkan atau
sejalan dengan prosedur berfikir ilmiah. Jadi menurut saya keterkaitan antara berpikir
ilmiah, penelitian ilmiah dan karya ilmiah yaitu dalam suatu karya ilmiah yang dimulai
dari berpikir selanjutnya dilakukan penelitian yang kemudian menjadi karya ilmiah yang
penyajiannya mengikuti prinsip-prinsip berpikir ilmiah.
2. Ada kalanya seseorang dalam menyusun proposal penelitian tidak memulai dari masalah,
tetapi langsung dari judul penelitian. Bagaimana pendapat Saudara?
Jawab : pendapat saya adalah jika terlebih dahulu menentukan judul penelitian kemudian
baru mencari permasalahan di lapangan bisa jadi judul yang dipilih tidak memiliki fakta
yang sesuai di lapangan sehingga bisa jadi masalah yang dibahas nantinya di dalam
penelitian tersebut adalah masalah yang diibuat-buat atau manipulasi.
3. Buatlah sebuah draf gagasan proposal PKM GT dengan topik “Pencegahan Narkoba di
kalangan mahasiswa”!
Jawab :
Gagasan
Cara Pencegahan Terhadap Pemakai Narkoba Di Kalangan Mahasiswa
Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN), kasus pemakaian narkoba oleh
pelaku tingkat Sekolah Dasar tahun 2007 berjumlah 12.305 orang. Dari data tersebut dapat
dilihat bahwa Undang-Undang Perlindungan Anak No. 23 tahun 202 belum efektif
diterapkan oleh pemerintah karena dalam Undang-undang tersebut pada pasal 20
menyatakan bahwa negara, pemerintah, masyarakat, keluarga dan orang tua berkewajiban
dan bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan perlindungan anak, termasuk disini
adalah melindungi anak-anak dari dampak penyalahgunaan narkoba.
Cara pencegahan penyalahgunaan narkoba yaitu antara lain dengan mengadakan
program anti narkoba. Di Politeknik sudah dilakukan program anti narkoba tetapi hanya
menyentuh level mahasiswa baru (semester 1) dan hanya diawal perkuliahan saja yaitu
dengan mengadakan tes urine oleh mahasiswa dengan petugas medis dari Polda Sumsel.
Yang seharusnya dilakukan oleh instansi Politeknik adalah program anti narkoba harus
menyentuh seluruh mahasiswa bahkan sampai ke level seluruh pimpinan dan karyawan
Politeknik. Program anti narkoba dikalangan mahsiswa Politeknik juga harus harus
mengikutsertakan keluarga karena banyak penelitian telah menunjukkan bahwa sikap
orangtua memegang peranan penting dalam membentuk keyakinan akan penggunaan
narkoba pada anak-anak. Orang tua diharapkan dapat mengawasi dan mendidik anaknya
untuk selalu menjauhi Narkoba. Strategi untuk mengubah sikap keluarga terhadap
penggunaan narkoba termasuk memperbaiki pola asuh orangtua dalam rangka
menciptakan komunikasi dan lingkungan yang lebih baik di rumah. Kelompok dukungan
dari orangtua merupakan model intervensi yang sering digunakan.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan juga mendukung pihak sekolah dan
Universitas untuk mendorong para guru dan dosen agar menyiapkan materi tentang bahaya
narkotika, psikotropika dan obat-obatan berbahaya dalam mata pelajran atau materi kuliah
guna menekan angka penyalahgunaan narkoba dilingkungan sekolah/kampus. Materi
tentang bahaya narkoba ini bisa dimasukan dalam mata kuliah Pendidikan Agama atau bisa
juga dengan mengadakan kuliah singkat, orasi-orasi ilmiah dan lainlain. Yang paling
penting adalah dibuatkan regulasi atau peraturan tentang narkoba di lingkungan kampus
berikut sanksi-sanksi yang tegas terhadap mahasiswa yang kedapatan menggunakan
narkoba dilingkungan kampus.
4. Susunlah latar belakang dan rumusan masalah sebuah proposal judul “bahasa Indonesia
menuju bahasa international”!
Jawab :

Latar Belakang
Banyak ahli bahasa berpendapat bahwa bahasa Indonesia sangat berpotensi
menjadi bahasa internasional. Bahkan, Collins (2005) telah menunjukkan betapa
potensialnya bahasa Indonesia (Melayu) menjadi bahasa dunia (internasional) dilihat dari
sejarahnya. Di samping itu, saat ini sudah banyak ahli atau komunitas sarjana dari
mancanegara yang mengkhususkan diri mempelajari bahasa Indonesia/Melayu. Selain itu,
kepotensialan bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional dapat dilihat dari beberapa
faktor yang mendukung dan atau yang memengaruhinya. Secara garis besar, faktor tersebut
dapat dibagi menjadi dua kelompok, yakni yang berasal dari bahasa itu sendiri atau biasanya
disebut dengan istilah faktor intrabahasa dan faktor yang berasal dari luar bahasa atau biasa
disebut dengan istilah faktor ekstrabahasa. Pengelompokan itu sebenarnya tidak dapat
dipisahkan secara tegas karena antara faktor intrabahasa dan faktor ekstrabahasa kadang-
kadang hadir bersama-sama. Pengelompokan itu akan memudahkan cara pandang kita
terhadap potensi bahasa Indonesia menuju bahasa internasional.
Derasnya arus globalisasi saat ini berdampak pada semua aspek
kehidupanbaik ilmu pengetahuan dan teknologi, budaya dan termasuk juga bahasa. Di
dalam era globalisasi ini, bangsa Indonesia mau tidak mau harus ikut berperan di
dalam duniapersaingan bebas, baik di bidang polit ik, ekonomi, maupun
komunikasi. Dan ada baiknya bangsa Indonesia memulai dari mengembangkan potensi
bahasa persatuannya yaitu bahasa Indonesia. B a nya k p a r a a hl i ya ng me n ya t a k a n
ba hw a ba ha s a I ndo ne s ia me m i l i k i sejumlah potensi untuk berkembang
menjadi bahasa int ernasional, namun untukmenuju dunia internasional tidaklah
mudah. Banyak tantangan yang harus dihadapi untuk menjadikan bahasa Indonesia
sebagai bahasa internasional, contoh faktor daridalam negeri yaitu kesadaran
masyarakat Indonesia sendiri akan potensi yang dimiliki bahasanya, sedangkan faktor
internal yang harus dihadapi bangsa Indonesia yaitu Masyarakat Ekonomi Asean
(MEA). Oleh karena itu pendidikan bahasa Indonesia harus ditanamkan
sedemikian rupa agar menimbulkan sikap bangga dan cinta akan bahasanya yang
kemudian dapat kita kembangkan menjadi bahasa internasional.Untuk itu
diperlukan upaya-upaya untuk mewujudkan bahasa Indonesia menjadi bahasa
internasional.
Rumusan Masalah :
1. Bagaimana Upaya yang Dilakukan Indonesia Untuk Menjadikan Bahasa Indonesia
Sebagai Bahasa Internasional ?
2. Apa saja langkah-langkah yang dilakukan Indonesia dalam menjadikan bahasa
Indonesia menuju sebagai bahasa Internasional?
3. Apa saja kendala yang dihadapi Indonesia dalam menjadikan bahasa Indonesia sebagai
bahasa Internasional?

Anda mungkin juga menyukai