PRAKTIKUM BIOKIMIA
“Uji Kualitatif Lipid”
KELOMPOK 4:
Kadek Meridianti (231058)
Ni Komang Tri Ayu Mega Saraswati (231060)
Ni Wayan Sujihartini (231064)
Ni Putu Mia Radina Putri (231067)
Kadek Dwi Oktariadi (231078)
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Lipid merupakan sekelompok senyawa heterogen yang terdiri dari lemak, minyak,
dan steroid. Senyawa lemak memiliki memiliki energi yang tinggi dan memiliki kandungan vitamin
larut lemak serta asam lemak esensial. Lipid dapat dibedakan menjadi dua yaitu lipid sederhana dan
lipid kompleks. Lipid sederhana tersusun dari ester asam lemak dengan berbagai alkohol sedangkan
lipid kompleks tersususn dari ester asam lemak yang mengandung gugus selain alkohol dan asam
lemak. (Murray, dkk., 2012).
Lipid memiliki sifat yaitu larut dalam pelarut non polar contohnya eter dan kloroform serta
tidak larut dalam air. Namun asam lemak, fosfolipid, sfingolipid dan kolesterol mengandung gugus
polar, sehingga dapat bersifat amfipatik yaitu dapat larut dalam air dan larut dalam lemak. Asam
lemak di dalam tubuh terutama terdapat sebagai ester dalam minyak dan lemak alami. Asam lemak
yang terdapat di dalam lemak alami mengandung atom karbon berjumlah genap dapat mengandung
ikatan rangkap (jenuh) atau mengandung satu atau lebih ikatan rangkap (tidak jenuh). (Murray, dkk.,
2012).
Ada beberapa cara penggolongan lipid, yaitu lipid dibagi menjadi 3 golongan besar yaitu lipid
sederhana (ester asam lemak dengan alkohol) contohnya lemak atau gliserida dan lilin (waxes), lipid
gabungan (ester asam lemak yang mempunyai gugus tambahan) contohnya fosfolipid dan
serebrosida, dan derivat lipid (senyawa yang dihasilkan oleh proses hidrolisis lipid) contohnya asam
lemak, gliserol, dan sterol. Disamping itu, berdasarkan sifat kimia yang penting, lipid dapat dibagi
menjadi 2 golongan besar, yakni lipid yang dapat disabunkan contohnya lemak, dan lipid yang tidak
dapat disabunkan contohnya steroid (Poedjiadi and Supriyanti, 2009).
Poedjiadi (1994) mengatakan bahwa Lipid mempunyai fungsi sebagai sumber energi yang
efisien ketika tersimpan dalam jaringan adiposa bagi tubuh, sebagai sumber asam lemak esensial,
sebagai pelarut vitamin A, D, E, dan K, sebagai penyekat panas di sekeliling organ tertentu, dan
sebagai penyekat listrik untuk perambatan cepat pada syaraf bermyelin. Lipid mempunyai fungsi
terbesar sebagai sumber energi yang efisien ketika tersimpan dalam jaringan adiposa bagi tubuh.
Selain itu, lipid berfungsi sebagai sumber asam lemak essensial, sebagai pelarut vitamin A, D, E, dan
K, dan sebagai penyekat panas di sekeliling organ tertentu. Fungsi lain lipid yaitu sebagai penyekat
listrik untuk perambatan cepat syaraf bermyelin (Poedjiadi, 1994).
Asam lemak merupakan asam organik berantai panjang yang mempunyai atom karbon dari 4 sampai
24. Asam lemak mempunyai gugus karboksil tunggal dan ekor hidrokarbon non polar yang panjang
yang menyebabkan kebanyakan lipid bersifat tidak larut dalam air dan tampak berminyak atau
berlemak (Lehninger, 1998).
Penyusun asam lemak dibedakan menjadi dua bagian yaitu lemak jenuh dan tidak jenuh.
Lemak jenuh banyak mengandung komponen asam lemak jenuh dan memiliki ikatan rangkap,
sehingga bersifat padat/solid pada suhu ruang. Asam lemak jenuh sering disebut lemak. Sedangkan
asam lemak tidak jenuh molekulnya mempunyai ikatan rangkap pada rantai karbonnya. Lipid yang
mengandung asam lemak tak jenuh bersifat cair pada suhu kamar. Asam lemak tidak jenuh ini biasa
disebut minyak (Ketaren, 2005). Dari segi gizinya, asam lemak mengandung energi tinggi
(menghasikan banyak ATP). Karena itu, kebutuhan lemak dalam pangan diperlukan. Diet rendah
lemak dilakukan untuk menurunkan asupan energi dari makanan. Asam lemak tak jenuh dianggap
bernilai gizi lebih baik karena lebih reaktif dan merupakan antioksidan di dalam tubuh (Sudarmadji
and Haryono, 2007).
1. Alat 2. Bahan
d. Eter
e. NaOH 1N
f. Aquadest
g. Bensin
h. Alkohol 96%
B. Percobaan 2 : Uji derajat ketidakjenuhan asam lemak
1. Alat 2. Bahan
1. Alat 2. Bahan
d. Kertas minyak
1. Alat 2. Bahan
1. Alat 2. Bahan
e. Penangas Bunsen
1. Alat 2. Bahan
e. Penangas bunsen
f. Vortex
1. Alat 2. Bahan
d. Vortex
IV. CARA KERJA
Gojoklah sampai homogen, lalu diamkan beberapa menit dan amati serta
catat perubahan yang terjadi.
Biarlah eternya menguap dan usaplah sisanya dengan kertas minyak, dan amati
apakah ada noda yang tertinggal di kertas minyak
Kemudian isilah tabung reaksi 1 dengan NaOH, dan tabung reaksi 2 dengan
aquadest
Selanjutnya panaskan kedua tabung pada penangas air mendidih selama 15 menit
Tambahkan 0,5 mL aquadest pada tabung reaksi 1 dan 0,5 mL Na2CO3 1% pada
tabung reaksi 2
Hasil Pengamatan
No Sampel Perlakuan
Sebelum Sesudah
Uji Kelarutan Lipid Pada Beberapa Macam Pelarut
1 ml kloroform + 1 ml
1. Kloroform
minyak goreng
1 ml kloroform + 1 ml
2. Kloroform
mentega
Sample setelah diberi Setelah dikocok,
mentega belum di mentega larut dan
kocok) tercampur dengan
kloroform
1 ml eter + 1 ml minyak
3. Eter
goreng
Sample ditambah
Sample sebelum
minyak goreng larut
ditambahkan minyak
goreng
4.
Eter
1 ml eter + 1 ml mentega
Sample sebelum
ditambahkan mentega
Setelah dikocok,
mentega larut
5. Aquadest 1 ml aquadest + 1 ml
minyak goreng
Sample sebelum
ditambahkan minyak
Setelah ditambahkan dan
goreng
dikocok tidak larut,
terpisah antara minyak
dan air
6. Aquadest 1 ml aquadest + 1 ml
mentega
1 ml NaOH 1N + 1 ml
minyak goreng
7. NaOH 1N
Setelah ditambahkan,
Sample sebelum
terpisah Antara minyak
ditambahkan minyak
dan air,bila dikocok
goreng
timbul buih
1 ml NaOH 1N + 1 ml
8. NaOH 1N
mentega
Sample sebelum
ditambahkan mentega
Setelah ditambahkan,
terpisah Antara minyak
dan air,bila dikocok
timbul buih
1 ml alkohol 96 % + 1 ml
9. Alkohol 96%
minyak goreng
Sample sebelum
ditambahkan minyak
Sample tercampur
goreng
dengan alcohol namun
tidak sempurna( ada
bagian yang terpisah)
1 ml alkohol 96 % + 1 ml
10. Alkohol 96%
mentega
Sample sebelum
ditambahkan mentega
Sample tercampur
dengan alcohol namun
tidak sempurna( ada
bagian yang terpisah)
1 ml bensin + 1 ml
11. Bensin
minyak goreng
]
Sample sebelum
ditambahkan minyak
goreng Setelah dikocok, minyak
goreng larut dan
tercampur dengan bensin
1 ml bensin + 1 ml
12. Bensin
mentega
Setelah dikocok,
Sample sebelum
mentega larut dan
ditambahkan mentega
tercampur dengan bensin
2 ml minyak goreng + 2
1. Minyak
ml eter
Goreng
Minyak Zaitun
2 ml minyak zaitun + 2
2.
ml eter
Uji Penyabunan
1. NaOH
1 ml minyak kelapa + 1
ml NaOH + 1 ml
Alkohol 96%
1 ml minyak kelapa + 1
2. Aquadest
ml Aquadest + 1 ml
Alkohol 96%
Pada praktikum ini dilakukan uji kualitatif lipid. Lipid merupakan sekelompok senyawa
heterogen yang terdiri dari lemak, minyak, dan steroid. Lipid memiliki sifat yaitu larut dalam pelarut
non polar contohnya eter dan kloroform serta tidak larut dalam air. Ada beberapa cara penggolongan
lipid, yaitu lipid dibagi menjadi 3 golongan besar yaitu lipid sederhana (ester asam lemak dengan
alkohol) contohnya lemak atau gliserida dan lilin (waxes), lipid gabungan (ester asam lemak yang
mempunyai gugus tambahan) contohnya fosfolipid dan serebrosida, dan derivat lipid (senyawa yang
dihasilkan oleh proses hidrolisis lipid) contohnya asam lemak, gliserol, dan sterol. Disamping itu,
berdasarkan sifat kimia yang penting, lipid dapat dibagi menjadi 2 golongan besar, yakni lipid yang
dapat disabunkan contohnya lemak, dan lipid yang tidak dapat disabunkan contohnya steroid.
Pada praktikum ini, terdapat tujuh macam pengujian yang dilakukan untuk mengidentifikasi
keberadaan senyawa lipid. Adapun ketujuh uji itu adalahuji kelarutan lipid pada beberapa macam
pelarut, uji derajat ketidakjenuhan asam lemak, uji adanya lemak dalam suatu larutan, uji penyabunan,
uji adanya gliserol, uji menunjukkan sifat sabun sebagai emulgator, dan uji Salkowski.
Uji ini dilakukan untuk melihat sifat lipid, yaitu molekul non-polar yang hanya dapat larut dalam
pelarut non-polar (khloroform, eter, metilen, alkohol) sehingga bila dilarutkan dalam pelarut polar
lipid tidak akan homogen dengan larutan tersebut. Senyawa yang memiliki kepolaran yang sama akan
lebih mudah tertarik / terlarut dengan pelarut yang memiliki tingkat kepolaran yang sama. Hal ini
sesuai dengan prinsip uji kelarutan yaitu berdasarkan pada kaidah “like dissolves like” yang mana
senyawa polar akan larut dalam pelarut polar dan sebaliknya. Oleh karena itu, secara teori seharusnya
senyawa lipid, atau dalam praktikum ini adalah minyak goreng dan mentega hanya akan larut dalam
pelarut nonpolar saja, seperti: kloroform, eter, dan bensin. Hasil pengujian yang kami dapatkan untuk
sampel minyak goreng telah sesuai secara literatur/teori. Dan pada sampel mentega hasil yang kami
dapatkan sudah sesuai dengan literatur atau teori. Hasil dari uji kelarutan lipid dengan minyak goreng
dan mentega yaitu sudah sesuai dengan literatur.
Uji ini dapat dilakukan untuk identifikasi larutan yang tergolong ke dalam asam lemak jenuh
atau tidak jenuh. Bila larutan kloroform yang ditambah asam lemak dicampur dengan unsur halogen,
ia akan mengubah warna larutan unsur halogen (bromin atau iodin) dimana kondisi tersebut sangat
ideal jika dijadikan indikator adanya ikatan rangkap dalam suatu larutan asam lemak. Ikatan rangkap
menunjukkan bahwa senyawa itu memiliki lemak yang tidak jenuh, sebaliknya jika suatu larutan tak
mengalami perubahan warna, maka ia tidak memiliki ikatan rangkap yang menunjukkan bahwa lemak
yang dikandungnya merupakan lemak jenuh. Pada praktikum ini warna ungu yang dihasilkan
menghilang setellah ditetesi minyak kelapa dan minyak zaitun. Hal ini menandakan bahwa minyak
kelapa dan minyak zaitun merupakan asam lemak yang tidak jenuh.
Sampel dikatakan mengandung lemak atau tidak, ditandai dengan adanya noda pada kertas
minyak. Pada saat sampel diusapkan pada kertas minyak, jika dia mengandung lemak, maka kertas
minyak akan berubah menjadi berwarna transparan (terdapat noda). Ketiga sampel yang telah diuji
saat praktikum yaitu sampel minyak goreng, minyak zaitun, dan mentega. Ketika diusap pada kertas,
ternyata membuat kertas tersebut menjadi transparan dan ada noda pada kertasnya. Hal ini
menandakan bahwa sampel minyak goreng, minyak zaitun, dan mentega positif mengandung lemak.
4. Uji penyabunan
Sabun adalah surfaktan atau campuran surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan
membersihkan lemak (kotoran). Proses pembuatan sabun dikenal dengan istilah saponifikasi.
Saponifikasi adalah reaksi hidrolisis asam lemak oleh adanya basa lemah/kuat (NaOH atau KOH).
Sabun mempunyai sifat menurunkan tegangan permukaan air (surfaktan). Hal ini tampak dari
timbulnya busa apabila sabun dilarutkan dalam air dan diaduk. Pada saat praktikum uji penyabunan
ini, didapatkan hasil pada tabung reaksi pertama yaitu minyak kelapa + NaOH + alkohol 96%
mendapatkan hasil yaitu mengandung busa dan larut. Sedangkan pada tabung reaksi yang kedua yaitu
pada minyak kelapa + aquadest + alkohol 96% mendapatkan hasil mengandung busa dan kemudian
busanya menghilang. Hal ini menandakan bahwa hasil yang kami dapatkan sudah sesuai dengan
literatur.
Uji ini juga disebut uji acrolein, digunakan untuk mendeteksi keberadaan gliserol dan lemak. Uji
ini didasarkan pada reaksi dehidrasi, dimana molekul air dikeluarkan dari gliserol dengan
menambahkan kristal kalium hidrogen sulfat. Reaksi antara gliserol dan kalium hidrogen sulfat
menghasilkan pembentukan acrolein yang secara fisik ditandai dnegan keluarnya bau yang
menyengat. Pada saat praktikum, setelah minyak ditambahkan kristal kalium hidrogen sulfat
dilakukan pemanasan agar proses dehidrasi lebih cepat, sampel menunjukkan warna kuning
kecoklatan dan berbau tengik yang menyengat.
Sabun dapat digunakan sebagai bahan pembersih kotoran yang bersifat lemak atau minyak,
karena sabun dapat mengemulsikan lemak atau minyak. Sehingga sabun dapat berfungsi sebagai
emulgator. Pada proses emulsi, bagian hidrofob molekul sabun masuk ke dalam lemak, sedangkan
ujung yang bermuatan negatif ada dibagian luar. Karena terdapat gaya tolak antara muatan listrik
negatif inilah, kotoran akan terpecah menjadi partikel kecil dan membentuk emulsi. Pada saat
praktikum tabung yang berisi minyak kelapa + aquadest setelah di vortex terdapat sedikit busa dan
cepat menghilang, minyak dan aquadest kembali terpisah. Pada tabung yang berisi minyak kelapa +
Na2CO3 setelah di vortex terbentuk suatu emulsi minyak dalam air dan berbusa, terdapat bau minyak.
7. Uji Salkowski
Uji salkowski merupakan uji kualitatif yang dilakukan untuk mengidentifikasi keberadaan
kolesterol. Kolesterol dilarutkan dengan kloroform kemudian ditambahkan asam sulfat. Asam sulfat
berfungsi untuk memutus ikatan eter lipid. Apabila dalam sampel terdapat kolesterol, maka lapisan
kolesterol dibagian atas menjadi warna merah dan asam sulfat berubah menjadi warna kuning dengan
fluorensi hijau. Saat praktikum, kuning telur dilarutkan dengan kloroform kemudian ditambahkan
asam sulfat. Terbentuk 3 lapisan, bagian atas berwarna merah bata, bagian tengah berwarna kuning
berbentuk gumpalan, dan bagian bawah berwarna ungu kehitaman.
VII. KESIMPULAN
Pada uji kualitatif lipid, dilakukan tujuh macam pengujian, yakni uji kelarutan, uji derajat
ketidakjenuhan, uji adanya lemak dalam larutan, uji penyabunan, uji adanya gliserol, uji sifat sabun
sebagai emulgator, dan uji salkowski. Secara keseluruhan, sebagian besar yang didapat saat
praktikum sesuai dengan yang tercantum pada literatur atau dasar teori. Lipid memiliki sifat larut
pada pelarut non polar, dan menunjukkan sifat sabunnya ketika direaksikan dengan NaOH, alkohol,
dan NaCl.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Murray, R.K., Bender, D.A., Botham, K.M., Kennelly, P.J., Rodwell, V.W. and Weil, P.A., (2012),
Alih Bahasa Manurung, L.M. dan Mandera, L.I., Biokimia Harper, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
Sukeksi, Lilis, Andy Junianto Sidabutar, Chandra Sitorus. 2017. Pembuatan Sabun Dengan
Menggunakan Kulit Buah Kapuk (Ceiba petandra) Sebagai Sumber Alkali. Medan: Jurnal
Teknik Kimia USU, Vol. 6, No. 3