Anda di halaman 1dari 23

IDENTIFIKASI KARBOHIDRAT

(Laporan Praktikum Struktur dan Fungsi Biomolekul)


Biomolekul

Oleh:
Syadza Melia Nada
1813023039

LABORATORIUM PEMBELAJARAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2020
I. LANDASAN TEORI

Karbohidrat merupakan sumber kalori utama bagi hamper seluruh penduduk


dunia. Karbohidrat juga berguna untuk mencegah timbulnya ketosis, pemecahan
protein tubuh yang berlebihan, kehilangan mineral dan berguna untuk membantu
metabolisme lemak dan protein tetapi sebagian besar karbohidrat diperoleh dari
bahan makanan yang kita makan sehari-hari.

Karbohidrat mempunyai gugus fungsi yang sangat penting, berdasarkan gugus


yang ada pada molekul karbohidrat, maka karbohidrat dapat didefinisikan sebagai
polihidroksildehida serta senyawa yang menghasilkan pada proses hidrolisis.
Senyawa yang termasuk karbohidrat terdapat gugus fungsi –OH, aldehid, dan
keton .

Lebih lazimnya dikenal sebagai gula, karbohidrat merupakan produk akhir


utama penggabungan fotosintetik dari karbon anorganik (CO2) ke dalam zat
hidup. Karbohidrat bertindak sebagai sumber karbon untuk sintesis biomolekul
lain dan sebagai bentuk cadangan polimerik dari energi. Karbohidrat juga dapat
didefinisikan sebagai polihidroksialdehid atau polihidroksiketon dan derivatnya.
Suatu karbohidtrat merupakan suatu aldehid (-CHO) jika oksigen karbonil
berkaitan dengan suatu atom karbon terminal, dan suatu keton (=C=O) jika
olsigen karbonil berikatan sengan suatu karbon terminal. Dalam alam, karbohidrat
terdapat dalam monosakarida, oligosakarida dan polisakarida (Poedjiadi, 2005).

Karbohidrat banyak terdapat dalam bahan nabati, baik berupa gula


sederhana, heksosa, pentosa, maupun karbohidrat dengan berat molekul yang
tinggi seperti pati, pektin, selulosa, dan lignin. Selulosa berperan sebagai
penyusun dinding sel tanaman. Buah-buahan mengandung monosakarida seperti
glukosa dan fruktosa.

Di negara-negara sedang berkembang kurang lebih 80% energi makanan


berasal dari karbohidrat. Menurut Neraca Bahan Makanan 1990 yang dikeluarkan
oleh Biro Pusat Statistik, di Indonesia energi berasal dari karbohidrat merupakan
72% jumlah energi rata-rata sehari yang dikonsumsi oleh penduduk. Di negara-
negara maju seperti AmerikaSerikat dan Eropa Barat, angka ini lebih rendah, yaitu
rata-rata 50%. Nilai energi karbohidrat adalah 4 kkal per gram (Almatsier, 2010).

Terdapat tiga golongan utama karbohidrat : monosakarida, oligosakarida,


dan polisakarida (kata ”sakarida” diturunkan dari bahasa Yunani yang berarti
gula). Monosakarida atau gula sederhana, terdiri dari hanya satu unit polihidroksi
aldehida atau keton. Monosakarida yang paling banyak dialam adalah D-glukosa 6
karbon. Oligosakarida (bahasa Yunani, ”oligos” yang berarti sedikit) terdiri dari
rantai pendek unit monosakarida yang digabungkan bersama-sama oleh ikatan
kovalen. Kebanyakan oligosakarida yang mempunyai tiga atau lebih unit tidak
terdapat secara bebas, tetapi digabungkan sebagai rantai sampai polipeptida pada
glikoprotein dan proteoglikan. Polisakarida terdiri dari rantai panjang yang
mempunyai ratusan atau ribuan unit monosakarida. Beberapa polisakarida, seperti
selulosa, mempunyai rantai kinear, sedangkan yang lain, seperti glikogen,
mempunyai rantai bercabang. Polisakarida yang paling banyak dijumpai pada
dunia tanaman, yaitu pati dan selulosa, terdiri dari unit berulang D-glukosa, teta[i
senyawa-senyawa ini berbeda dalam hal cara unit D-glukosa dikaitka datu dengan
yang lain (Lehninger, 1982).

Karbohidrat adalah senyawa organik yang terdiri dari unsur karbon, hidrogen,
dan oksigen. Terdiri dari unsur C, H, O, dengan perbandingan 1: 2 : 1.
Karbohidrat banyak terdapat pada tumbuhan dan binatang yang berperan
struktural dan metabolik, sedangkan pada tumbuhan untuk sintesis CO2 + H2O
yang akan menghasilkan amilum dan selulosa, melalui proses fotosintesis,
sedangkan binatang tidak dapat menghasilkan karbohidrat sehingga tergantung
pada tumbuhan (Suhara, 2008).

Pada umumnya polisakarida mempunyai molekul besar dan lebih


kompleks daripada mono dan oligosakarida. Molekul polisakarida terdiri atas
banyak molekul monosakarida. Polisakarida yang terdiri atas satu macam
monosakarida saja disebut homopolisakarida, sedangkan yang mengandung
senyawa lain disebut heteropolisakarida. Umumnya polisakarida berupa senyawa
berwarna putih dan tidak berbentuk Kristal, tidak mempunyai rasa manis dan
tidak bersifat mereduksi. Berat molekul polisakarida bervariasi dari beberapa ribu
hingga lebih dari satu juta. Polisakarida yang dapat larut dalam air akan
membentuk larutan koloid. Beberapa polisakarida yang penting di antaranya
adalah amilum, glikogen, dekstrin, dan selulosa (Ronditasyah, 2009).

Oligosakarida adalah produk kondensasi tiga sampai sepuluh monosakarida.


Sebagian besar oligosakarida tidak dicerna oleh enzim dalam tubuh manusia
(Murray dkk, 2009).

Uji Molish adalah uji kimia kualitatif untuk mengetahui adanya karbohidrat.
Uji Molish dinamai sesuai penemunya yaitu Hans Molish, seorang alhi botani dari
Australia. Uji ini didasari oleh reaksi dehidrasi karbohidrat oleh asam sulfat
membentuk cincin furfural yang berwarna ungu. Reaksi positif ditandai dengan
munculnya cincin ungu di purmukaan antara lapisan asam dan lapisan sampel.
Sampel yang diuji dicampur dengan reagent Molisch, yaitu α-naphthol yang
terlarut dalam etanol. Setelah pencampuran atau homogenisasi, H2SO4 pekat
perlahan-lahan dituangkan melalui dinding tabung reaksi agar tidak sampai
bercampur dengan larutan atau hanya membentuk lapisan (Adisendjaja, 2014).
II. CARA KERJA

2.1 Uji Molisch

Prinsip:
Asam sulfat pekat menghidrolisis ikatan glikosidik menghasilkan monosakarida
yang seianjutnya didehidrasi menjadi furfural dan turunannya. Hasilnya (furfural)
meng-alami sulfonasi dengan alpha naftol memberikan senyawa berwarna ungu
kompleks. Reaksi ini adalah reaksi yang paling umum untuk pengetesan adanya
karbohidrat dan senyawa organik lainnya yang memberikan furfural dengan asam
sulfat pekat.

Cara kerja:
1. Tambahkan 5 tetes pereaksi Molish pada masing-masing 2 mL larutan karbo-
hidrat yang akan diuji dalam tabung reaksi dan campurkanlah dengan baik.
2. Tabung reaksi dimiringkan dan tuangkan perlahan-lahan dengan hati-hati 1-2
mL asam sulfat pekat melalui dinding tabung reaksi, sehingga terbentuk dua
lapisan.
3. Amati warna yang terjadi pada batas ke dua lapisan.

Reaksi-reaksi untuk gula reduksi:


Bila suspensi tembaga hidroksida dalam larutan basa dipanaskan, akan
terbentuk tembaga oksida yang berwama hitam:
Cu (OH)2 CuO + H2O

Bila terdapat substansi reduksi, tembaga oksida yang berwarna coklat karat
akan diendapkan:
2 Cu (OH)2 Cu2O + H2O

Karbohidrat dengan gugusan aldehid atau keton bebas mempunyai sifat-sifat


reduksi dalam larutan basa. Monosakarida bekerja sebagai unsur-unsur
pereduksi dalam larutan asam lemak.

2.2 Uji Benedict

Prinsip:
Benedict adalah bentuk lain dari tes Fehling dan menghasilkan larutan tunggal
yang lebih baik untuk pengetesan, karena Benedict lebih stabil dari pada Fehling.
Hasil yang didapatkan berupa endapan hijau, kuning, merah, tergantung atas
kuatnya larutan gula.

Cara kerja:
1. Ke dalam 2 mL larutan Benedict tambahkan 7 tetes dari larutan karbohidrat
yang akan diuji.
2. Campurkan dan panaskan di atas api spritus selama 5 menit.
3. Dinginkan dengan segera dan amati perubahan warna yang terjadi.

2.3 Uji Barfoed

Prinsip:
Pereaksi Barfoed bersifat asam lemah dan hanya direduksi oleh monosakarida.
Pemanasan yang lama menghidrolisis disakarida sehingga bereaksi positif.
Endapan tembaga oksida lebih sedikit bila dibandingkan dengan tes Benedict.
Biarkan tabung tetap berdiri tegak untuk memperoleh endapan.Warna endapan
tembaga oksida pun berbeda, lebih berwarna merah bata bila dibandingkan dengan
tes Benedict yang berwarna jingga sampai coklat.
Cara kerja:
1. Ke dalam setiap 2 mL reagen Barfoed ditambahkan masing-masing 1
mL larutan karbohidrat yang akan di uji.
2. Panaskan selama 2-5 menit dalam penangas air.
3. Amati hasil yang terjadi.

2.4 Uji Bi al

Prinsip :
Bila pentosa dipanaskan dengan HCI pekat, terbentuk furfural yang berkondensasi
dengan oricinol dan ion feri menghasilkan wama biru-hijau. Reaksi ini tidak
mutlak spesifik untuk pentosa, pemanasan yang lama dari beberapa heksosa
menghasilkan hidroksimetil furfural yang juga bereaksi dengan oricinol memberi
wama kompleks.

Cara kerja:
1. Tambahkan 1 mL dari masing-masing larutan karbohidrat yang akan diuji ke
dalam setiap 2,5 mL reagen Bial, panaskan sampai mendidih. Wama biru-
hijau diperoleh menunjukkan reaksi positif.
2. Lanjutkan percobaan dengan mendidihkan tabung reaksi di atas api
spritus. Setelah dingin tambahkan 1 mL amil alkohol dan kocok.
3. Amati perubahan yang terjadi.

2.5 Uji Seliwanof

Prinsip:
Ketosa didehidrasi lebih cepat dari pada aldosa memberikan turunan (fulfural)
yang selanjutnya berkondensasi dengan resorcinol (1,3-dehidroksi benzena)
memberikan warna merah kompleks.
Cara kerja:
1. Tambahkan 3 tetes dari masing-masing larutan karbohidrat yang akan diuji ke
dalam setiap 1 mL pereaksi Seliwanoff dalam beberapa tabung reaksi yang
telah diberi tanda.
2. Pada waktu yang bersamaan tempatkan tabung-tabung itu ke dalam penangas
air dan teruskan pemanasan hingga 15 menit. Reaksi ini memerlukan proses
yang lama, sehingga diperlukan penangas air.

2.6 Uji lodium

Prinsip:
Iodium memberikan wama kompleks dengan polisakarida. Tepung memberikan
wama biru pada iodium, glikogen dan tepung yang sudah dihidrolisis sebagian
(eritro-dekstrin) memberikan wama merah sampai coklat dengan iodium.

Cara kerja:
Tambahkan 2 tetes larutan iodium kepada setiap 2 tetes larutan karbohidrat yang
akan diuji dalam lempeng porselin, lalu bandingkan warna yang diperoleh dengan
larutan iodiumnya sendiri.

2.7 Uji Asam Mukat

Prinsip:
Galaktosa adalah aldoheksosa.Galaktosa dioksidasi oleh asam nitrat pekat
menjadi asam mukat.

Cara kerja:
1. Tempatkan kira-kira 25 mg larutan yang diuji dalam tabung reaksi.
2. Tambahkan pada masing-masing tabung 1 mL air dan 1 mL asam nitrat pekat.
3. Panaskan dalam air mendidih selama 1-1,5 jam
4. Tambahkan 5 mL air dan biarkan selama 1 malam. Pembentukan endapan
kristal asam mukat menunjukkan adanya galaktosa.
5. Amati adanya kristal tersebut di bawah mikroskop dan gambar.

2.8 Hidrolisis Polisakrida

Prinsip:
Polisakarida hanya mengandung satu gugusan reduksi dan beberapa ratus atau
lebih gugusan residu sehingga secara efektif gugusan residu tidak mereduksi.
Asam menghidrolisis polisakarida menjadi monosakarida.

Cara kerja:
1. Campurkan masing-masing 10 mL larutan kanji, glikogen, inulin, selulosa
dengan 3 M HCI dalam tabung reaksi terpisah.
2. Ambil satu tetes dari setiap tabung dan campur dengan satu tetes larutan
iodium 0,1 M dalam lempeng porselen.
3. Tempatkan tabung reaksi yang berisi campuran karbohidrat dan asam dalam
air menididih.
4. Tiap 2 menit ambil satu tetes dari setiap tabung larutan tadi dan campur
dengan satu tetes larutan iodium seperti di atas.
5. Teruskan percobaan ini hingga tidak terjadi perubahan warna iodium bila
dicampur dengan larutan dari tabung reaksi.
6. Netralkan larutan dari tabung reaksi dengan natrium karbonat (gunakan kertas
indikator)
7. Lakukan uji Benedict terhadap larutan yang telah dinetralkan itu. Amati
semua yang terjadi.
8. Catat hasil pengamatan Saudara!

Catatan: Pengamatan diteruskan sampai warnanya sama dengan warna larutan


iodium (pakai kontrol). Bila telah selesai, netralkan dan lakukan uji Benedict.
Catat wama yang dihasilkan.
IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Adapun hasil pengamatan yang diperoleh pada percobaan ini yaitu:

1. Uji Molisch
No Perlakuan Hasil
1. 1 mL larutan amilum 1% + 2 Uji Positif
tetes molisch + 0,5 mL H2SO4 Terbentuk lapisan ungu / cincin
pekat ungu

2. 1 mL larutan maltosa 1% + 2 Uji Positif


tetes molisch + 0,5 mL H2SO4 Terbentuk lapisan ungu / cincin
pekat ungu

3. 1 mL larutan laktosa 1% + 2 tetes Uji Positif


molisch + 0,5 mL H2SO4 pekat Terbentuk lapisan ungu / cincin
ungu

4. 1 mL larutan sukrosa 1% + 2 Uji Positif


tetes molisch + 0,5 mL H2SO4 Terbentuk lapisan ungu / cincin
pekat ungu

5. 1 mL larutan glukosa 1% + 2 Uji Positif


tetes molisch + 0,5 mL H2SO4 Terbentuk lapisan ungu / cincin
pekat ungu

6. 1 mL larutan fruktosa 1% + 2 Uji Positif


tetes molisch + 0,5 mL H2SO4 Terbentuk lapisan ungu / cincin
pekat ungu

7. 1 mL larutan galaktosa 1% + 2 Uji Positif


tetes molisch + 0,5 mL H2SO4 Terbentuk lapisan ungu / cincin
pekat ungu

8. 1 mL larutan arabinose 1% + 2 Uji Positif


tetes molisch + 0,5 mL H2SO4 Terbentuk lapisan ungu / cincin
pekat ungu
9. 1 mL aquades + 2 tetes molisch + Uji Negatif
0,5 mL H2SO4 pekat Tidak terbentuk lapisan ungu /
cincin ungu

2. Uji Benedict
No Perlakuan Hasil
1. 2,5 mL larutan benedict +4 tetes Uji Negatif
larutan amilum 1% + dipanaskan Tidak terbentuk endapan merah
5 menit

2. 2,5 mL larutan benedict + 4tetes Uji Positif (Gula pereduksi)


larutan maltosa 1% + dipanaskan Terbentuk endapan merah
5 menit

3. 2,5 mL larutan benedict +4 tetes Uji Positif (Gula pereduksi)


larutan laktosa 1% + dipanaskan Terbentuk endapan merah
5 menit

4. 2,5 mL larutan benedict +4 tetes Uji Negatif


larutan sukrosa 1% +dipanaskan Tidak terbentuk endapan merah
5 menit

5. 2,5 mL larutan benedict +4 tetes Uji Positif (Gula pereduksi)


larutan glukosa 1% + dipanaskan Terbentuk endapan merah
5 menit

6. 2,5 mL larutan benedict +4 tetes Uji Positif (Gula pereduksi)


larutan fruktosa 1% + dipanaskan Terbentuk endapan merah
5 menit

7. 2,5 mL larutan benedict +4 tetes Uji Positif (Gula pereduksi)


larutan galaktosa 1% + Terbentuk endapan merah
dipanaskan 5 menit

8. 2,5 mL larutan benedict +4tetes Uji Positif (Gula pereduksi)


larutan arabinose 1% Terbentuk endapan merah
+dipanaskan 5 menit

9. 2,5 mL larutan benedict +4 tetes Uji Negatif


aquades + dipanaskan 5 menit Tidak terbentuk endapan merah
3. Uji Barfoed
No Perlakuan Hasil
1. 2 mL larutan barfoed +10 tetes Uji Negatif
larutan amilum 1% + dipanaskan Tidak terbentuk endapan merah
5 menit

2. 2 mL larutan barfoed + 10 tetes Uji Negatif


larutan maltosa 1% + dipanaskan Tidak terbentuk endapan merah
5 menit

3. 2 mL larutan barfoed +10 tetes Uji Negatif


larutan laktosa 1% + dipanaskan Tidak terbentuk endapan merah
5 menit

4. 2 mL larutan barfoed +10 tetes Uji Negatif


larutan sukrosa 1% +dipanaskan Tidak terbentuk endapan merah
5 menit

5. 2 mL larutan barfoed +10 tetes Uji Positif (monosakarida)


larutan glukosa 1% + dipanaskan Terbentuk endapan merah
5 menit

6. 2 mL larutan barfoed +10 tetes Uji Positif (monosakarida)


larutan fruktosa 1% + dipanaskan Terbentuk endapan merah
5 menit

7. 2 mL larutan barfoed+10 tetes Uji Positif (monosakarida)


larutan galaktosa 1% + Terbentuk endapan merah
dipanaskan 5 menit

8. 2 mL larutan barfoed +10 tetes Uji Positif (monosakarida)


larutan arabinose 1% Terbentuk endapan merah
+dipanaskan 5 menit

9. 2 mL larutan barfoed +10 tetes Uji Negatif


aquades + dipanaskan 5 menit Tidak terbentuk endapan merah

4. Uji Bial
No Perlakuan Hasil
1. 2,5 mL reagen bial +1mL Uji negative
larutan amilum 1% + dipanaskan Warna larutan tak berubah
2-3 menit + 1mL amil alkohol menjadi biru – hijau (bukan
pentosa)

2. 2,5 mL reagen bial +1mL Uji negative


larutan maltosa 1% + dipanaskan Warna larutan tak berubah
2-3menit + 1mL amil alkohol menjadi biru – hijau (bukan
pentosa)

3. 2,5 mL reagen bial +1mL Uji negative


larutan laktosa 1% + dipanaskan Warna larutan tak berubah
2-3menit + 1mL amil alkohol menjadi biru – hijau (bukan
pentosa)

4. 2,5 mL reagen bial +1mL Uji negative


larutan sukrosa 1% +dipanaskan Warna larutan tak berubah
2-3 menit + 1mL amil alkohol menjadi biru – hijau (bukan
pentosa)

5. 2,5 mL reagen bial +1mL Uji negative


larutan glukosa 1% + dipanaskan Warna larutan tak berubah
2-3 menit + 1mL amil alkohol menjadi biru – hijau (bukan
pentosa)

6. 2,5 mL reagen bial +1mL Uji negative


larutan fruktosa 1% + dipanaskan Warna larutan tak berubah
2-3 menit + 1mL amil alkohol menjadi biru – hijau (bukan
pentosa)

7. 2,5 mL reagen bial +1mL Uji negative


larutan galaktosa 1% + Warna larutan tak berubah
dipanaskan 2-3 menit + 1mL menjadi biru – hijau (bukan
amil alkohol pentosa)

8. 2,5 mL reagen bial +1mL Uji Positif ( Pentosa )


larutan arabinose 1% Warna larutan berubah menjadi
+dipanaskan 2-3 menit + 1mL biru – hijau
amil alkohol

9. 2,5 mL reagen bial +1mL Uji negative


aquades + dipanaskan 2-3 menit Warna larutan tak berubah
+ 1mL amil alkohol menjadi biru – hijau (bukan
pentosa)

5. Uji Seliwanoff
No Perlakuan Hasil
1. 2 mL larutan seliwanoff +3 tetes Uji Negatif
larutan amilum 1% + dipanaskan Warna larutan tak berubah
15 menit ( adanya gugus aldehid)
2. 2 mL larutan seliwanoff + 3 tetes Uji Negatif
larutan maltosa 1% + dipanaskan Warna larutan tak berubah
15 menit ( adanya gugus aldehid)

3. 2 mL larutan seliwanoff +3 tetes Uji Negatif


larutan laktosa 1% + dipanaskan Warna larutan tak berubah
15 menit ( adanya gugus aldehid)

4. 2 mL larutan seliwanoff +3 tetes Uji Positif (Gugus keton)


larutan sukrosa 1% +dipanaskan Warna larutan berubah menjadi
15 menit merah

5. 2 mL larutan seliwanoff +3 tetes Uji Negatif


larutan glukosa 1% + dipanaskan Warna larutan tak berubah
15 menit ( adanya gugus aldehid)

6. 2 mL larutan seliwanoff +3 tetes Uji Positif (Gugus keton)


larutan fruktosa 1% + dipanaskan Warna larutan berubah menjadi
15 menit merah

7. 2 mL larutan seliwanoff +3 tetes Uji Negatif


larutan galaktosa 1% + Warna larutan tak berubah
dipanaskan 15 menit ( adanya gugus aldehid)

8. 2 mL larutan seliwanoff +3 tetes Uji Negatif


larutan arabinose 1% Warna larutan tak berubah
+dipanaskan 15 menit ( adanya gugus aldehid)

9. 2 mL larutan seliwanoff +3 tetes Uji Negatif


aquades + dipanaskan 15 menit Warna larutan tak berubah
( adanya gugus aldehid)

6. Uji Iodium
No Perlakuan Hasil
1. 1 mL larutan amilum 1% + 3 Uji Positif (polisakarida)
tetes larutan iodium Warna larutan berubah menjadi
ungu /biru

2. 1 mL larutan maltosa 1% + 3 Uji Negatif


tetes larutan iodium Larutan tidak berubah warna

3. 1 mL larutan laktosa 1% + 3 tetes Uji Negatif


larutan iodium Larutan tidak berubah warna

4. 1 mL larutan sukrosa 1% + 3 Uji Negatif


tetes larutan iodium Larutan tidak berubah warna
5. 1 mL larutan glukosa 1% + 3 Uji Negatif
tetes larutan iodium Larutan tidak berubah warna

6. 1 mL larutan fruktosa 1% + 3 Uji Negatif


tetes larutan iodium Larutan tidak berubah warna

7. 1 mL larutan galaktosa 1% + 3 Uji Negatif


tetes larutan iodium Larutan tidak berubah warna

8. 1 mL larutan arabinose 1% + 3 Uji Negatif


tetes larutan iodium Larutan tidak berubah warna

9. 1 mL aquades + 3 tetes larutan Uji Negatif


iodium Larutan tidak berubah warna

7. Uji Asam Mukat


No Perlakuan Hasil
1. 50 mg galaktosa + 1mL HNO3 Uji positif terhadap galaktosa
pekat+1mL air + panaskan 1 – Larutan terbentuk endapan asam
1,5 jam + 5mL air mukat
Kemudian simpan 24 jam

2. 50 mg glukosa + 1mL HNO3 Uji negatif, bukan termasuk


pekat+1mL air + panaskan 1 – galaktosa
1,5 jam + 5mL air Larutan tak terbentuk endapan
Kemudian simpan 24 jam asam mukat

8. Hidrolisis Polisakarida
No Perlakuan Hasil
1. 3 mL larutan amilum + 3 tetes 1-6 menit: Larutan yang
HCl pekat + dipanaskan selama mulanya putih keruh menjadi
60 menit, setiap menit saat berwarna hitam
pemanasan diambil 1tetes + 1
tetes larutan iodin
9-15 menit: Larutan yang
mulanya putih keruh menjadi
berwarna coklat pekat

18 menit: Larutan yang mulanya


putih keruh menjadi berwarna
coklat
25 menit: Larutan yang mulanya
putih keruh menjadi berwarna
coklat pudar

30 - 35 menit: Larutan yang


mulanya putih keruh menjadi
berwarna coklat muda

40 - 45 menit: Larutan yang


mulanya putih keruh menjadi
berwarna kuning kecoklatan

50-60 menit: Larutan yang


mulanya putih keruh menjadi
berwarna kuning

Amilum terhidrolisa sempurna


menjadi monosakarida

4.2 Pembahasan

Pada percobaan identifikasi karbohidrat dilakukan 8 percobaan yaitu, uji


molisch, benedict, barfoed, bial, seliwanoff, iodium, asam mukat, dan
hidrolisis polisakarida. Percobaan pertama yaitu uji molisch, sampel
karbohidrat yang digunakan adalah larutan amilum, maltose, laktosa,
sukrosa, glukosa, fruktosa, galaktosa, arabinose, masing masing 1%, dan
akuades. Tujuan uji molisch ini untuk mengidentifikasi bahwa sampel
yang diuji merupakan karbohidrat. Pengujian dilakukan dengan
memasukkan 1mL sampe kemudian ditambahkan 2 tetes molisch dan 0,5
mL H2SO4 pekat. Uji positif apabila larutan membentuk lapisan ungu. Semua
sampel menunjukkan uji positif kecuali akuades. Maka larutan amilum,
maltose, laktosa, sukrosa, glukosa, fruktosa, galaktosa, dan arabinose,
merupakan karbohidrat. Sedangkan akuades bukan merupakan
karbohidrat.

Percobaan kedua adalah uji benedict. Sampel karbohidrat yang digunakan


adalah larutan amilum, maltose, laktosa, sukrosa, glukosa, fruktosa,
galaktosa, arabinose, masing masing 1%, dan akuades. Tujuan uji benedict
ini mengidentifikasi karbohidrat yang merupakan gula pereduksi.
Pengujian dilakukan dengan memasukkan 4 tetes sampel, kemudian
ditambahkan 2,5 mL benedict dan dipanaskan selama 5 menit. Uji positif
apabila larutan terbentuk endapan merah. Sampel yang menunjukkan uji
positif adalah maltosa, laktosa, glukosa, fruktosa, galaktosa, dan arabinose.
Maka ke enam sampel tersebut merupakan gula pereduksi, sedangkan
sampel lainnya bukan merupakan gula pereduksi. Keenam sampel yang
positif tersebut dapat bereaksi dengan benedict karena mengandung gugus
aldehida/ keton bebas.

Percobaan ketiga adalah uji barfoed. Sampel karbohidrat yang digunakan


adalah larutan amilum, maltose, laktosa, sukrosa, glukosa, fruktosa,
galaktosa, arabinose, masing masing 1%, dan akuades. Tujuan uji barfoed
ini mengidentifikasi karbohidrat yang merupakan monosakarida.
Pengujian dilakukan dengan memasukkan 10 tetes sampel, kemudian
ditambahkan 2 mL larutan barfoed, lalu dipanaskan selama 5 menit. Uji
positif apabila terbentuk endapan merah. Sampel yang menunjukkan uji
positif adalah glukosa, fruktosa, galaktosa, dan arabinose. Maka ke empat
sampel tersebut merupakan monosakarida, sedangkan sampel lainnya
bukan merupakan monosakarida.

Percobaan keempat adalah uji bial. Sampel karbohidrat yang digunakan


adalah larutan amilum, maltose, laktosa, sukrosa, glukosa, fruktosa,
galaktosa, arabinose, masing masing 1%, dan akuades. Tujuan uji bial ini
mengidentifikasi karbohidrat yang merupakan golongan pentosa.
Pengujian dilakukan dengan memasukkan 1mL sampel, kemudian
ditambahkan 2,5 mL reagen bial, lalu dipanaskan selama 2-3 menit.
Setelah dipanaskan, menambahkan 1mL amil alcohol. Uji positif apabila
larutan berubah warna menjadi biru – hijau. Sampel yang menunjukkan uji
positif adalah arabinose. Maka arabinose merupakan pentosa, sedangkan
sampel lainnya bukan merupakan pentosa.

Percobaan kelima adalah uji seliwanoff. Sampel karbohidrat yang


digunakan adalah larutan amilum, maltose, laktosa, sukrosa, glukosa,
fruktosa, galaktosa, arabinose, masing masing 1%, dan akuades. Tujuan uji
seliwanoff ini mengidentifikasi karbohidrat yang memiliki gugus aldehid
atau keton. Pengujian dilakukan dengan memasukkan 3 tetes sampel,
kemudian ditambahkan 2 mL larutan seliwanoff, lalu dipanaskan selama
15 menit. Uji positif apabila warna larutan berubah menjadi merah.
Sampel yang menunjukkan uji positif adalah sukrosa dan fruktosa . Maka
ke dua sampel tersebut memiliki gugus keton, sedangkan sampel lainnya
yang menunjukkan uji negatif memiliki gugus aldehid.

Percobaan ke enam adalah uji ioudium. Sampel karbohidrat yang


digunakan adalah larutan amilum, maltose, laktosa, sukrosa, glukosa,
fruktosa, galaktosa, arabinose, masing masing 1%, dan akuades. Tujuan uji
iodium ini mengidentifikasi karbohidrat yang merupakan polisakarida.
Pengujian dilakukan dengan memasukkan 1mL sampel, kemudian
ditambahkan 3 tetes larutan iodium. Uji positif apabila larutan berubah
warna menjadi ungu atau biru. Sampel yang menunjukkan uji positif
adalah amilum. Amilum menunjukkan uji positif karena amilum
merupakan polisakarida yang terbagi menjadi dua fraksi yaitu amolisa dan
amilopeptin. Sampel lainnya bukan merupakan polisakarida.

Percobaan ke tujuh adalah uji asam mukat. Sampel karbohidrat yang


digunakan 50 mg galaktosa dan glukosa. Tujuan uji asam mukat ini
mengidentifikasi karbohidrat yang merupakan galaktosa. Pengujian
dilakukan dengan memasukkan 50 mg sampel, kemudian ditambahkan
1mL HNO3 pekat dan 1mL air, lalu dipanaskan 1 – 1,5 jam. Setelah
pemanasan ditambahkan lagi 5mL air dan didiamkan simpan 24 jam. Uji
positif apabila terbentuk endapan asam mukat. Sampel yang menunjukkan
uji positif adalah galaktosa.

Percoban ke delapan adalah hidrolisis polisakarida. Sampel polisakarida


yang digunakan adalam amilum. Tujuan hidrolisis ini untuk memecah
polisakarida menjadi monosakarida. Hidrolisis dilakukan dengan
memasukkan 3 mL larutan amilum dan ditambahkan 3 tetes HCl pekat.
Lalu dipanaskan selama 60 menit. Setiap 1 menit saat proses pemanasan
diambil 1tetes larutan tersebut dan dimasukkan ke plate porselen dan
ditambahkan 1 tetes larutan iodine. Pada menit pertama sampai menit ke-6
larutan yang mulanya putih keruh menjadi berwarna hitam. Pada menit ke
9 – ke 15, larutan menjadi berwarna coklat pekat. Pada menit ke 18,
larutan menjadi berwarna coklat. Pada menit ke 25 larutan menjadi coklat
pudar. Pada menit ke 30 – 35 larutan menjadi warna coklat muda. Pada 40
– 45 menit larutan menjadi kuning kecoklatan. Pada menit ke 50 – 60
larutan menjadi berwarna kuning. Perubahan warna yang semakin
memudar ini menunjukkan bahwa amilum sebagai polisakarida telah
terhidrolisis sempurna menjadi monosakarida.
V. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang diperoleh pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Amilum, maltose, laktosa, sukrosa, glukosa, fruktosa, galaktosa, dan
arabinose merupakan karbohidrat.
2. Maltosa, laktosa, glukosa, fruktosa, galaktosa, dan arabinose merupakan
gula pereduksi.
3. Glukosa, fruktosa, galaktosa, dan arabinose merupakan karbohidrat
golongan monosakarida.
4. Arabinose merupakan golongan pentose
5. Sukrosa dan fruktosa memiliki gugus keton
6. Amilum merupakan karbohidrat golongan polisakarida
7. Amilum dapat di hidrolisis sempuran menjadi monosakarida
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S., 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Adisendjaja, Y dkk. (2014). Penuntun Kegiatan Laboratorium Biokimia.


Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.

Imamkhasani. 2000. Biokimia. Nutrisi dan Metabolisme. Jakarta : UI Press.

Lehninger, 1982. Penuntun Praktikum Biokimia. Makassar : Laboratorium


Terpadu Kesehatan Masyarakat Regional Indonesia Timur. Universitas
Hasanuddin.

Murray, R. K. dkk. 2009. Biokimia Harper. Jakarta : Kedokteran EGC.

Poedjiadi, 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : Universitas Indonesia.

Ronditasyah, 2009. Analisis Makanan. Jogjakarta : Gadja Mada University Press.

Suhara, 2008. Dasar – Dasar Biokimia. Bandung : Prisma Press.


LAMPIRAN

Pertanyaan:
1. Tuliskan semua hasil pengamatan yang saudara dapatkan!
Jawab:
Kode Molish Benedict Barfoed Bial Seliwanoff Iodium As.Mukat Larutan

A + – – – – + – Amilum
B + + – – – – – Maltosa
C + + – – – – – Laktosa
D + – – – + – – Sukrosa
E + + + – – – – Glukosa
F + + + – + – – Fruktosa
G + + + – – – + Galaktosa
H + + + + – – – Arabinose
I – – – – – – – Akuades

2. Tuliskan bahan manakah yang cepat bereaksi pada uji Benedict.


Jawab: maltosa, laktosa, glukosa, fruktosa, galaktosa, dan arabinose

3. Mengapa terjadi reaksi wama yang tidak bersamaan pada uji Benedict.
Jawab : Takaran dalam larutan karbohidrat yang diujikan memiliki
konsentrasi gula yang berbeda beda. Larutan yang memiliki konsentrasi gula
yang sangat tinggi akan lebih cepat berekasi dan menghasilkan endapan
warna merah bata yang pekat pula.

4. Setelah pemanasan 5 menit dalam air menididih, adakah bahan yang tidak
bereaksi pada uji Benedict. Mengapa?
Jawab: Hal ini disebabkan bahan tersebut bukan gula pereduksi yang
dapat mereduksi ion Cu+ kemudian mengendap menjadi Cu2O yang
berwarna merah.
5. Samakah wama yang terbentuk untuk masing-masing larutan yang diuji
pada uji Benedict? Bila tidak sama, mengapa?
Jawab: Warna pada masing-masing larutan yang diuji pada uji Benedict
berbeda-beda, karena perbedaan warna ini menunjukkan kuat tidaknya
gula pereduksi. Jika larutan semakin merah bata, maka semakin kuat
gula pereduksi tersebut.

6. Bandingkan hasil pengamatan dari uji Benedict dengan Barfoed.


Jawab: Endapan tembaga oksida pada uji Barfoed warnanya lebih merah
bata dibandingkan dengan warna endapan yang terdapat pada uji Benedict.

7. Setelah pemanasan 5 menit dalam air mendidih, adakah bahan yang tidak
bereaksi pada uji Barfoed. Mengapa?
Jawab: Setelah pemanasan selama 5 menit, terdapat bahan yang tidak
bereaksi pada uji Barfoed antara lain sukrosa, maltosa, laktosa, dan
amilum karena pada uji Barfoed melibatkan pemanasan yang berfungsi
memecah rantai ikatan gula. Semakin kompleks ikatan gula, maka
semakin lama waktu pemanasan yang diperlukan untuk memecah rantai
ikatan gula. Pada uji Barfoed ini, pemanasan dilakukan dalam waktu yang
sama untuk setiap larutan karbohidrat, maka larutan karbohidrat yang
memiliki ikatan gula yang lebih kompleks (polisakarida dan
oligosakarida) tidak akan berubah dalam rentang waktu tersebut (5
menit).

8. Apa fungsi amil alcohol pada uji Bial?


Jawab:
Amil alkohol pada uji Bial berfungsi untuk menstabilkan warna larutan dan
memisahkan fase air dan lemak.

9. Jika dilakukan pemanasan yang lebih lama, apakah uji Bial menunjukkan
hasil yang positif pada beberapa larutan yang diuji?
Jawab: Jika dilakukan pemanasan yang lebih lama pada uji Bial, tidak
akan menunjukkan hasil yang positif pada beberapa larutan yang diuji.

10. Pada uji Seliwanoff, mana di antara larutan yang tidak berwarna merah atau
merah jingga?
Jawab: Larutan yang tidak berwarna merah / merah jingga adalah amilum,
maltose, laktosa, glukosa, galaktosa, dan arabinose.

Anda mungkin juga menyukai