PERCOBAAN X
SENYAWA BIO-ORGANIK: KABOHIDRAT
Kelompok :5
Nama/NIM : Safiya Akmal/24030121140142
Hari/Tanggal : Selasa, 5 Oktober 2021
Asisten/NIM : Aulia Rachman A./24030119130045
Vina Maulida Julianti/24030119130136
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2021
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA DASAR 1
PERCOBAAN X
SENYAWA BIO-ORGANIK: KABOHIDRAT
Mengetahui,
Asisten Praktikan
Asisten
Aulia Rachman A.
24030119130136
ABSTRAK
I. Tujuan
1. Mampu menjelaskan sifat umum dan khusus karbohidrat
2. Mampu menjelaskan analisis kualitatif karbohidrat dalam suatu
sampel.
1. Monosakarida
Monosakarida merupakan bentuk paling sederhana dan
paling kecil dari sebuah karbohidrat, dimana “mono” berarti
satu dan “sakarida” berarti gula. Monosakarida dapat
membentuk senyawa-senyawa yang lebih besar lagi, yaitu
disakarida, oligosakarida, dan polisakarida. Beberapa senyawa
monosakarida yang paling umum adalah glukosa yang
merupakan aldohexose dan fruktosa yang merupakan
ketohexose. Terdapat beragam bentuk monosakarida, mulai
dari rantai karbon 4 sampai karbon 7. Berikut merupakan
ragam senyawa monosakarida yang ada:
2. Disakarida
Disakarida merupakan senyawa karbohidrat yang tersusun
dari 2 monosakarida. Kedua monosakarida ini terikat dalam
suatu ikatan yang bernama ikatan oksigen-glikosida.
Disakarida dapat berupa homo ataupun heterodisakarida,
berarti monosakarida penyusunnya dapat berupa 2
monosakarida berjenis sama ataupun berbeda. Disakarida
paling umum yang dikenal adalah sukrosa, laktosa, dan
maltosa.
3. Oligosakarida
Oligosakarida merupakan karbohidrat yang biasanya
tersusun dari 3-10 monosakarida. Biasanya dapat ditemukan
dalam rantai sampingan asam amino yang terhubung dengan
oksigen ataupun nitrogen, atau lipid moieties. Sama seperti
disakarida, oligosakarida dapat berupa homo dan hetero.
4. Polisakarida
Polisakarida adalah karbhidrat yang cukup kompleks.
Polisakarida merupakan senyawa polimer yang tersusun dari
banyak monosakarida yang berikatan satu sama lain dalam
ikatan glycosidic. Senyawa ini merupakan senyawa yang
sangat besar, bercabang, dan termasuk senyawa makro
molekul. Akibatnya senyawa ini biasanya tidak dapat larut
dalam air dan tidak memiliki rasa manis seperti monosakarida.
Salah satu contohnya adalah pati/kanji/amilum (Khowala.
2008).
II.3 Macam Uji Kualitatif pada Karbohidrat
II.3.1 Uji Kelarutan
Pada uji ini, akan dilihat kelarutan dari berbagai
macam senyawa karbohidrat. Senyawa karbohidrat
memiliki kelarutan yang beragam. Pada dasarnya, senyawa
karbohidrat dapat larut dalam air, hal ini dikarenakan
banyaknya gugus hidroksil dalam rantai karbohidrat,
sehingga memungkinkannya untuk membentuk ikatan
hidrogen dengan molekul air. Sementara pada alkohol,
ikatan non-polarnya cenderung lebih kuat daripada ikatan
polarnya, sehingga membuat karbohidrat sukar larut dalam
alkohol.
II.3.2 Uji Fehling
Uji ini dilakukan untuk mengidentifikasi ada atau
tidaknya gugus aldehid dalam suatu senyawa dengan
memanfaatkan sifat pereduksi aldehid. Pereaksi yang
digunakan dalam uji ini dibagi menjadi 2, yaitu Fehling A
dan Fehling B. Larutan Fehling A merupakan larutan
CuSO4 yang berwarna biru. Sementara Fehling B adalah
larutan kalium-natrium tartrate (KNaC4H4O6.4H2O) yang
tidak berwarna, biasa disebut juga dengan garam Rochelle
yang dilarutkan dalam larutan basa seperti NaOH. Kedua
larutan ini disimpan terpisah dan hanya dicampur sesaat
ketika akan digunakan. Hal ini dikarenakan senyawa
kompleks bistartratocuprate sangat mudah untuk terurai
kembali. Yang akan mengoksidasi gugus aldehid nantinya
adalah Cu2+. Karena reaksi ini hanya dapat terjadi dalam
suasana basa, penambahan K-Na-tartrate dibutuhkan untuk
mencegah terbentuknya endapan Cu(OH)2. Banyaknya
larutan Fehling A dan Fehling B yang ditambahkan
haruslah sama banyak, apabila tidak seimbang,
dikhawatirkan pembentukan senyawa kompleks
bistartratocuprate tidak akan sempurna, sehingga reaksinya
dengan aldehidpun tidak akan berjalan sempurna pula
(Sapkota. 2020).
II.3.3 Hidrolisis Disakarida dan Polisakarida
Karbohidrat memiliki 2 sifat penting, yaitu dapat
didehidrasi dan dapat dihidrolisis. Ketika disakarida dan
polisakarida dihidrolisis, maka akan memecah menjadi
monomer penyusunnya, yaitu monosakarida. Proses
hidrolisis ini dilakukan dengan mereaksikan karbohidrat
dengan air. Proses ini biasanya berjalan sangat amat lambat,
maka dari itu perlu penambahan katalis asam dan
pemanasan agar reaksinya dapat berjalan dengan cepat.
II.3.4 Uji Molisch
Uji molisch merupakan uji yang dilakukan untuk
mengidentifikasi keberadaan karbohirat secara umum.
Reagen Molisch merupakan larutan alpha-naftol yang
dilarutkan dalam 95% etanol. Seluruh karbohidrat apabila
menjalani uji ini akan didehidrasi menjadi senyawa aldehid,
yaitu furfural atau hydroxymethylfurfural dengan bantuan
asam sulfat. Furfural merupakan turunan dari dehidrasi
pentoses dan pentosans, sementara hydroxymethylfurfural
dihasilkan dari hexoses dan hexosans. Oligosakarida dan
polisakarida akan dihidrolisis untuk membentuk monomer-
monomernya oleh asam. Sementara α-naftol akan bereaksi
dengan aldehid siklik yang terbentuk menjadi senyawa
kompleks berwarna ungu.
III.1.2 Bahan
Glukosa
Tabung reaksi
Hasil
III.3.1.1.2 Laktosa
Laktosa
Tabung reaksi
Hasil
III.3.1.1.3 Sukrosa
Sukrosa
Tabung reaksi
Hasil
III.3.1.1.4 Kanji/Amilum
Kanji/Amilum
Tabung reaksi
Hasil
Glukosa
Tabung reaksi
Pengamatan bentuk fisik dari
karbohidrat
Penambahan 10 mL etanol 25% ke
tabung reaksi
Penggojogan tabung
Pengamatan
Hasil
III.3.1.2.2 Laktosa
Laktosa
Tabung reaksi
Hasil
III.3.1.2.3 Sukrosa
Sukrosa
Tabung reaksi
Hasil
III.3.1.2.4 Kanji/Amilum
Kanji/Amilum
Tabung reaksi
Hasil
Fruktosa
Tabung reaksi
Hasil
III.3.2.2 Glukosa
Glukosa
Tabung reaksi
Hasil
III.3.2.3 Sukrosa
Sukrosa
Tabung reaksi
Hasil
III.3.2.4 Laktosa
Laktosa
Tabung reaksi
Hasil
III.3.2.5 Maltosa
Maltosa
Tabung reaksi
Hasil
20 mL larutan kanji
Gelas kimia
Hasil
Tabung reaksi
Penambahan 10
tetes pereaksi
Benedict
Pemanasan Penambahan 1
dalam penangas tetes larutan
air mendidih iodin
selama 3-4
menit
Hasil Hasil
III.3.3.2.2 Sukrosa
Tabung reaksi
Penambahan 10
tetes pereaksi
Benedict
Pemanasan Penambahan 1
dalam penangas tetes larutan
air mendidih iodin
selama 3-4
menit
Hasil Hasil
Tabung reaksi
Penambahan 10
tetes pereaksi
Benedict
Pemanasan Penambahan 1
dalam penangas tetes larutan
air mendidih iodin
selama 3-4
menit
Hasil Hasil
III.3.3.3.2 Sukrosa
Tabung reaksi
Penambahan 10
tetes pereaksi
Benedict
Pemanasan Penambahan 1
dalam penangas tetes larutan
air mendidih iodin
selama 3-4
menit
Hasil Hasil
1 mL larutan fruktosa
Tabung Reaksi
Hasil
III.3.4.2 Glukosa
1 mL larutan glukosa
Tabung Reaksi
Hasil
III.3.4.3 Sukrosa
1 mL larutan sukrosa
Tabung Reaksi
Hasil
III.3.4.4 Laktosa
1 mL larutan laktosa
Tabung Reaksi
Penambahan 5 tetes pereaksi Molisch
dan penggojogan
Pemiringan tabung dan tambahkan 3 mL
asam sulfat pekat melalui dinding
tabung hingga ada lapisan di dasar
tabung
Pengamatan
Hasil
III.3.4.5 Maltosa
1 mL larutan maltosa
Tabung Reaksi
Hasil
III.3.4.6 Kanji/Amilum
1 mL larutan kanji/amilum
Tabung Reaksi
Hasil
1 mL larutan glukosa
Tabung Reaksi
Hasil
III.3.5.2 Fruktosa
1 mL larutan fruktosa
Tabung Reaksi
Hasil
III.3.5.3 Maltosa
1 mL larutan maltosa
Tabung Reaksi
Hasil
III.3.5.4 Laktosa
1 mL larutan laktosa
Tabung Reaksi
Hasil
1 mL larutan glukosa
Tabung Reaksi
Hasil
III.3.6.2 Fruktosa
1 mL larutan fruktosa
Tabung Reaksi
Hasil
III.3.6.3 Maltosa
1 mL larutan maltosa
Tabung Reaksi
Hasil
III.3.6.4 Laktosa
1 mL larutan laktosa
Tabung Reaksi
Hasil
1 mL larutan glukosa
Tabung Reaksi
Hasil
III.3.7.2 Fruktosa
1 mL larutan fruktosa
Tabung Reaksi
Penambahan 1 mL Pereaksi Tollens
Penggojogan
Pemanasan
Pengamatan
Hasil
III.3.7.3 Maltosa
1 mL larutan maltosa
Tabung Reaksi
Hasil
III.3.7.4 Laktosa
1 mL larutan laktosa
Tabung Reaksi
Hasil
1 mL larutan glukosa
Tabung Reaksi
Hasil
III.3.8.2 Fruktosa
1 mL larutan fruktosa
Tabung Reaksi
Hasil
IV. Data Pengamatan
dan digojog
4.1.1.2 Laktosa
- Sejumlah gram laktosa - Padatan putih
ditambah ke dalam
+
tabung reaksi
- Ditambah sejumlah air - Padatan larut menjadi larutan jernih
dan digojog
4.1.1.3 Sukrosa
- Sejumlah gram - Padatan coklat kekuningan
sukrosa ditambah ke
+
dalam tabung reaksi
- Ditambah sejumlah air - Padatan larut menjadi larutan jernih
dan digojog
4.1.1.4 Amilum/Kanji
- Sejumlah gram - Padatan putih
amilum ditambah ke
-
dalam tabung reaksi
- Ditambah sejumlah air - Membentuk larutan putih keruh
dan digojog
4.1.2.1 Glukosa +
- Sejumlah gram - Padatan putih.
glukosa ditambah ke
dalam tabung reaksi
- Ditambah sejumlah - Hanya sedikit padatan yang larut,
4.2.1 Fruktosa +
- Ditambah 1 mL - Larutan jernih
fruktosa ke dalam
tabung reaksi
- Direaksikan dengan 1 - Larutan berwarna biru
mL pereaksi Fehling
- Setelah larutan - Larutan berwarna coklat dengan
bath
4.2.2 Glukosa
- Ditambah 1 mL - Larutan jernih
glukosa ke dalam
tabung reaksi
- Direaksikan dengan 1 - Larutan berwarna biru +
mL pereaksi Fehling
- Larutan berwarna kuning
- Setelah larutan
kecoklatan jernih
dipanaskan di water
bath
4.2.3 Sukrosa
- Ditambah 1 mL - Larutan jernih
sukrosa ke dalam
tabung reaksi
- Direaksikan dengan 1 - Larutan berwarna biru jernih -
mL pereaksi Fehling
- Larutan tetap berwarna biru jernih
- Setelah larutan
dipanaskan di water
bath
4.2.4 Laktosa +
- Ditambah 1 mL - Larutan jernih
laktosa ke dalam tabung
reaksi
- Direaksikan dengan 1 - Larutan berwarna biru
mL pereaksi Fehling
- Setelah larutan - Larutan berwarna orange dan
dipanaskan di water terbentuk endapan merah bata
bath
4.2.5 Maltosa
- Ditambah 1 mL - Larutan jernih
maltosa ke dalam
tabung reaksi
- Direaksikan dengan 1 - Larutan berwarna biru +
mL pereaksi Fehling
- Larutan berwarna cokelat
- Setelah larutan
kehitaman dan terbentuk endapan
dipanaskan di water
merah bata
bath
4.3.1.1 Amilum/Kanji
- Kanji ditambahkan - Larutan jernih tak berwarna +
larutan iodine lalu menjadi biru gelap
diaduk
4.4.1 Fruktosa
- Ditambah 1 mL - Larutan jernih tak berwarna
fruktosa ke dalam
tabung reaksi
- Larutan jernih tak berwarna +
- Ditambahkan 5 tetes
pereaksi molisch
- Larutan terbagi menjadi 2 bagian
- Ditambahkan H2SO4
dengan cincin ungu diantaranya.
pekat tetes demi tetes
4.4.2 Glukosa +
- Ditambah 1 mL - Larutan jernih tak berwarna
glukosa ke dalam
tabung reaksi
- Ditambahkan 5 tetes - Larutan jernih tak berwarna
pereaksi molisch
- Ditambahkan H2SO4 - Larutan terbagi menjadi 2 bagian
pekat tetes demi tetes dengan cincin ungu diantaranya.
4.4.3 Sukrosa
- Ditambah 1 mL - Larutan jernih tak berwarna
sukrosa ke dalam
tabung reaksi
- Larutan jernih tak berwarna +
- Ditambahkan 5 tetes
pereaksi molisch
- Larutan terbagi menjadi 2 bagian
- Ditambahkan H2SO4
dengan cincin ungu diantaranya.
pekat tetes demi tetes
4.4.4 Laktosa
- Ditambah 1 mL - Larutan jernih tak berwarna
laktosa ke dalam tabung
reaksi
- Larutan jernih tak berwarna +
- Ditambahkan 5 tetes
pereaksi molisch
- Larutan terbagi menjadi 2 bagian
- Ditambahkan H2SO4
dengan cincin ungu diantaranya.
pekat tetes demi tetes
4.4.5 Maltosa
- Ditambah 1 mL - Larutan jernih tak berwarna
maltosa ke dalam
tabung reaksi
- Larutan jernih tak berwarna +
- Ditambahkan 5 tetes
pereaksi molisch
- Larutan terbagi menjadi 2 bagian
- Ditambahkan H2SO4
dengan cincin ungu diantaranya.
pekat tetes demi tetes
4.4.6 Kanji/Amilum
- Ditambah 1 mL kanji - Larutan jernih tak berwarna
ke dalam tabung reaksi
- Ditambahkan 5 tetes - Larutan jernih tak berwarna +
pereaksi molisch
- Ditambahkan H2SO4 - Larutan terbagi menjadi 2 bagian
4.5.1 Glukosa
- Dipipet 1 mL glukosa Larutan bening endapan merah bata
ke dalam tabung reaksi
- Ditambah 5 mL
+
pereaksi Benedict
- Setelah dipanaskan
dalam water bath
selama 3 menit
4.5.2 Fruktosa
- Dipipet 1 mL fruktosa Larutan bening endapan merah bata
ke dalam tabung reaksi
- Ditambah 5 mL
+
pereaksi Benedict
- Setelah dipanaskan
dalam water bath
selama 3 menit
4.5.3 Maltosa
- Dipipet 1 mL maltosa Larutan kuning endapan hijau
ke dalam tabung reaksi
- Ditambah 5 mL
+
pereaksi Benedict
- Setelah dipanaskan
dalam water bath
selama 3 menit
4.5.4 Laktosa
- Dipipet 1 mL laktosa Larutan biru
ke dalam tabung reaksi
- Ditambah 5 mL
-
pereaksi Benedict
- Setelah dipanaskan
dalam water bath
selama 3 menit
4.6.1 Glukosa
- Larutan glukosa Larutan kuning
ditetes asam pikrat
-
- Ditambahkan Natrium
Karbonat
- Dilakukan pemanasan
4.6.2 Fruktosa
- Larutan fruktosa Larutan bening endapan merah
ditetes asam pikrat
+
- Ditambahkan Natrium
Karbonat
- Dilakukan pemanasan
4.6.3 Maltosa
- Larutan maltosa Larutan kuning
ditetes asam pikrat
-
- Ditambahkan Natrium
Karbonat
- Dilakukan pemanasan
4.6.4 Laktosa
- Larutan laktosa ditetes Larutan kuning endapan merah
asam pikrat
+
- Ditambahkan Natrium
Karbonat
- Dilakukan pemanasan
4.7.1 Glukosa
- Ditambahkan sedikit Larutan bening endapan abu-abu
larutan glukosa ke
dalam tabung reaksi
- Diteteskan pereaksi +
Tollen’s dan digojog
- Setelah larutan
dipanaskan dalam water
bath
4.7.2 Fruktosa -
- Ditambahkan sedikit Larutan bening
larutan fruktosa ke
dalam tabung reaksi
- Diteteskan pereaksi
Tollen’s dan digojog
- Setelah larutan
dipanaskan dalam water
bath
4.7.3 Maltosa
- Ditambahkan sedikit Larutan kuning endapan hitam
larutan maltosa ke
dalam tabung reaksi
- Diteteskan pereaksi +
Tollen’s dan digojog
- Setelah larutan
dipanaskan dalam water
bath
4.7.4 Laktosa
- Ditambahkan sedikit Larutan bening
larutan laktosa ke dalam
tabung reaksi
- Diteteskan pereaksi -
Tollen’s dan digojog
- Setelah larutan
dipanaskan dalam water
bath
4.8.1 Glukosa
- Dipipet 1 mL glukosa Larutan kuning jernih
ke dalam tabung reaksi
- Ditambahkan 5 mL
pereaksi seliwanoff dan -
digojog
- Setelah larutan
dipanaskan dalam water
bath selama 30 detik
4.8.2 Fruktosa
- Dipipet 1 mL fruktosa Larutan merah jernih
ke dalam tabung reaksi
- Ditambahkan 5 mL
pereaksi seliwanoff dan +
digojog
- Setelah larutan
dipanaskan dalam water
bath selama 30 detik
V. Hipotesis
Percobaan yang dilakukan ini berjudul “Senyawa Bio-organik:
Karbohidrat”. Praktikum ini dilakukan dengan tujuan agar mahasiswa
mampu menjelaskan sifat umum dan khusus karbohidrat juga
menjelaskan analisis kualitatif karbohidrat dalam suatu sampel.
Percobaan ini dilakukan dengan prinsip berdasarkan sifat fisika
maupun kimia yang dimiliki oleh karbohidrat. Baik kelarutan, sifat
mereduksi, sifat hidrolisis, ataupun dehidrrasi yang dimiliki oleh
karbohidrat. Terdapat 8 metode yang dilakukan dalam uji ini, yaitu:
9. Uji Kelarutan: Dari uji ini karbohidrat yang bersifat polar larut
dalam air dan tidak larut dalam etanol berdasarkan prinsip like
dissolve like.
10. Uji Fehling: Dalam uji ini karbohidrat yang memiliki sifat
pereduksi bereaksi dengan reagent Fehling membentuk endapan
merah Cu2O.
11. Hidrolisis Disakarida dan Polisakarida: Dalam uji ini, kanji dapat
diidentifikasi dengan menambahkan pereaksi iodin membentuk
senyawa kompleks berwarna biru. Hasil hidrolisis dari disakarida
dan polisakarida menghasilkan produk monomer-monomernya.
12. Uji Molisch: Uji ini merupakan uji untuk mengidentifikasi
karbohidrat secara umum. Dengan penambahan H2SO4 pekat
karbohidrat akan membentuk senyawa kompleks berwarna ungu.
13. Uji Benedict: Dalam uji ini karbohidrat yang memiliki sifat
pereduksi bereaksi dengan reagent Fehling membentuk endapan
merah Cu2O.
14. Uji Asam Pikrat: Dalam uji ini karbohidrat yang memiliki sifat
pereduksi bereaksi dengan asam pikrat membentuk larutan
berwarna merah akibat hasil reduksi asam pikrat menjadi asam
pikramat.
15. Uji Tollens: Dalam uji ini karbohidrat yang memiliki sifat
pereduksi bereaksi dengan reagent Tollens membentuk endapan
cermin perak Ag.
16. Uji Seliwanoff: Uji ini dilakukan untuk mengidentifikasi
keberadaan fruktosa, yang akan membentuk larutan merah jernih
ketika direaksikan dengan pereaksi Seliwanoff.
VI. Pembahasan
Telah dilakukan praktikum Percobaan X dengan judul “Senyawa
Bio-organik: Karbohidrat” yang bertujuan agar mahasiswa mampu
menjelaskan sifat umum dan khusus karbohidrat, dan memapu
menjelaskan analisis kualitatif karbohidrat dalam suatu sampel. Pada
percobaan ini, terdapat 8 jenis uji yang dilakukan, yaitu Uji Kelarutan;
Uji Fehling; Hidrolisis Disakarida dan Polisakarida; Uji Molisch; Uji
Benedict; Uji Asam Pikrat; Uji Tollens; dan Uji Seliwanoff.
VI.1 Uji Kelarutan
VI.1.1 Air
Uji pertama yaitu uji kelarutan dengan
menggunakan air. Uji ini bertujuan untuk menentukan
kelarutan karbohidrat dalam air. Uji ini dilakukan terhadap
4 jenis karbohidrat berbeda, yaitu glukosa, laktosa, sukrosa,
dan kanji/amilum, dimana glukosa merupakan
monosakarida, laktosa dan sukrosa merupakan disakarida,
dan kanji/amilum merupakan polisakarida. Langkah-
langkah yang dilakukan pada percobaan ini untuk keempat
senyawa tersebut adalah sama. Sejumlah karbohidrat
dimasukkan ke dalam tabung reaksi untuk diamati bentuk
fisiknya. Penggunaan tabung reaksi dikarenakan uji yang
dilakukan hanyalah berupa uji kualitatif, sehingga tidak
memerlukan bahan yang terlalu banyak untuk melakukan
percobaannya, maka dari itu penggunaan tabung reaksi
sudah cukup. Setelah itu ke dalam tabung reaksi
ditambahkan 10 mL aquades. Penambahan aquades
bertujuan untuk melarutkan karbohidrat. Dilakukan
penggojogan yang kuat untuk membantu melarutkan
karbohidrat. Setelah itu barulah dilakukan pengamatan.
VI.1.1.1 Glukosa
Pada glukosa, setelah dilakukan
penggojogan, glukosa yang awalnya berbentuk
padatan berwarna putih larut menjadi larutan jernih
tak berwarna. Glukosa merupakan senyawa
monosakarida, hali ini berarti rantai karbonnya
masih tidak terlalu panjang, sehingga tiap gugus
hidroksi yang terikat dengan karbon lebih kuat
berikatan dengan air, menyebabkan glukosa dapat
dengan mudah larut dalam air karena adanya
interaksi tersebut. Hal ini juga membuat glukosa
sebagai senyawa polar.
VI.1.1.2 Laktosa
Pada laktosa, setelah dilakukan penggojogan
yang cukup kuat, laktosa yang awalnya berbentuk
padatan berwarna putih larut menjadi larutan jernih
tak berwarna. Laktosa merupakan senyawa
disakarida, hal ini berarti rantai karbonnya masih
tidak terlalu panjang, meskipun lebih panjang
daripada glukosa, gugus hidroksi yang terikat
dengan karbon jauh lebih kuat berikatan dengan air,
menyebabkan laktosa dapat dengan mudah larut
dalam air karena adanya interaksi tersebut,
meskipun proses pelarutan perlu dilakukan dengan
penggojogan yang lumayan kuat. Hal ini juga
membuat laktosa sebagai senyawa polar.
VI.1.1.3 Sukrosa
Sama seperti laktosa, setelah dilakukan
penggojogan yang cukup kuat, sukrosa yang
awalnya berbentuk padatan berwarna kuning
kecoklatan larut menjadi larutan jernih tak
berwarna. Sukrosa merupakan senyawa disakarida,
hal ini berarti rantai karbonnya masih tidak terlalu
panjang, meskipun lebih panjang daripada glukosa,
gugus hidroksi yang terikat dengan karbon jauh
lebih kuat berikatan dengan air, menyebabkan
laktosa dapat dengan mudah larut dalam air karena
adanya interaksi tersebut, meskipun proses
pelarutan perlu dilakukan dengan penggojogan yang
lumayan kuat. Hal ini juga membuat sukrosa
sebagai senyawa polar.
VI.1.1.4 Kanji/Amilum
Pada kanji, setelah dilakukan penggojogan
yang cukup kuat, larutan menjadi keruh berwarna
putih. Hal ini mengindikasikan bahwa kanji/amilum
tidak dapat larut dalam air. Kanji/amilum
merupakan senyawa polisakarida, dan hampir
seluruh kanji/amilum mengandung 80-90 persen
amylopectin dan 10-20% amylose, keduanya
tersusun dari D-glukosa. Karena panjangnya rantai
karbon senyawa kanji, membuat molekul air tidak
dapat berinteraksi dengan kuat dengannya, sehingga
kanji tidak dapat larut dalam air (Khowala. 2008).
VI.1.2 Etanol 25%
Uji kedua yaitu uji kelarutan dengan menggunakan
etanol 25%. Uji ini bertujuan untuk menentukan kelarutan
karbohidrat dalam etil alkohol. Uji ini dilakukan terhadap 4
jenis karbohidrat berbeda, yaitu glukosa, laktosa, sukrosa,
dan kanji/amilum, dimana glukosa merupakan
monosakarida, laktosa dan sukrosa merupakan disakarida,
dan kanji/amilum merupakan polisakarida. Langkah-
langkah yang dilakukan pada percobaan ini untuk keempat
senyawa tersebut adalah sama. Sejumlah karbohidrat
dimasukkan ke dalam tabung reaksi untuk diamati bentuk
fisiknya. Penggunaan tabung reaksi dikarenakan uji yang
dilakukan hanyalah berupa uji kualitatif, sehingga tidak
memerlukan bahan yang terlalu banyak untuk melakukan
percobaannya, maka dari itu penggunaan tabung reaksi
sudah cukup. Setelah itu ke dalam tabung reaksi
ditambahkan sejumlah etanol 25%. Penambahan etanol
bertujuan untuk melarutkan karbohidrat. Dilakukan
penggojogan yang kuat untuk membantu melarutkan
karbohidrat. Setelah itu barulah dilakukan pengamatan.
VI.1.2.1 Glukosa
Setelah ditambahkan etanol dan dilakukan
penggojogan, hanya sedikit padatan yang larut.
Masih banyak padatan yang tidak larut dengan
sempurna dan mengendap di dasar tabung. Larutan
jenih agak kekuningan. Glukosa merupakan
senyawa monosakarida yang memiliki banyak
gugus hidroksil sehingga membuatnya senyawa
yang cukup polar. Sementara alkohol memiliki
bagian non-polar yang cukup besar dalam
strukturnya (Kessler. 2013). Hal ini menyebabkan
glukosa tidak dapat larut dalam etanol.
VI.1.2.2 Laktosa
Setelah ditambahkan etanol dan dilakukan
penggojogan, hanya sedikit padatan laktosa yang
larut. Masih banyak padatan yang tidak larut dengan
sempurna dan mengendap di dasar tabung. Larutan
atas jernih dan bawah putih keruh. Laktosa
merupakan senyawa disakarida yang memiliki
banyak gugus hidroksil sehingga membuatnya
senyawa yang cukup polar. Sementara alkohol
memiliki bagian non-polar yang cukup besar dalam
strukturnya (Kessler. 2013). Hal ini menyebabkan
laktosa tidak dapat larut dalam etanol.
VI.1.2.3 Sukrosa
Setelah ditambahkan etanol dan dilakukan
penggojogan, hanya sedikit padatan sukroa yang
larut. Masih banyak padatan yang tidak larut dengan
sempurna dan mengendap di dasar tabung. Larutan
berwarna orange keruh. Sama seperti laktosa,
sukrosa merupakan senyawa disakarida yang
memiliki banyak gugus hidroksil sehingga
membuatnya senyawa yang cukup polar. Sementara
alkohol memiliki bagian non-polar yang cukup
besar dalam strukturnya (Kessler. 2013). Hal ini
menyebabkan sukrosa tidak dapat larut dalam
etanol.
VI.1.2.4 Kanji/Amilum
Setelah kanji ditambahkan etanol dan
dilakukan penggojogan, larutan menjadi keruh
berwarna putih. Dari hasil ini berarti kanji tidak
dapat larut dalam etanol. Meskipun rantai
karbonnya juga panjang, hal ini juga menyebabkan
banyaknya gugus hidroksil dalam senyawanya.
Sehingga walaupun kanji/amilum tidak larut dalam
air pada temperatur ruang, kanji masih dapat larut
dalam air yang dipanaskan, membuatnya senyawa
yang polar. Sementara alkohol merupakan senyawa
non-polar karena memiliki bagian non-polar yang
cukup besar dalam senyawanya (Kessler. 2013).
Hali ni menyebabkan kanji/amilum tidak dapat larut
dalam etanol.
VI.2 Uji Fehling
Uji Fehling dilakukan dengan tujuan untuk
mengidentifikasi senyawa karbohidrat dengan memanfaatkan sifat
pereduksinya. Uji ini dilakukan pada 5 senyawa karbohidrat
berbeda, yaitu fruktosa, glukosa, laktosa, sukrosa, dan maltosa.
Secara garis besar, langkah-langkah yang dilakukan untuk
mengujinya sama. Pertama sejumlah glukosa ditambahkan ke
dalam tabung reaksi. Karena uji ini termasuk uji kualitatif,
penggunaan tabung reaksi sudah cukup karena hanya sedikit bahan
yang diperlukan. Selanjutnya ditambahkan 1 mL pereaksi Fehling
dan dilakukan penggojogan. Pereaksi Fehling digunakan sebagai
pengoksidasi karbohidrat, sementara penggojogan dilakukan untuk
menghomogenkan larutan. Selanjutnya dilakukan pemanasan
dalam penangas air mendidih. Pemanasan dilakukan untuk
mengaktifkan reaksi dalam larutan. Tanpa adanya pemanasan,
reaksi tidak akan berjalan karena aktivasi energi reaksi ini lumayan
tinggi. Setelah pemanasan barulah dilakukan pengamatan.
VI.2.1 Fruktosa
Setelah pemanasan didapatkan larutan yang
berwarna coklat dengan endapan merah bata. Dalam reaksi
ini, fruktosa telah dikonversi menjadi glukosa dan mannosa
dalam suasana larutan basa. Sehingga dapat diasumsikan
bahwa telah terbentuk senyawa Cu2O, produk dari reaksi
antara glukosa dengan ion Cu2+ dari senyawa kompleks
fehling. Gugus aldosa dari glukosa merupakan bagian yang
mereduksi dalam hal ini, sehingga gugus ini setelah proses
reduki-oksidasi akan berubah menjadi gugus karboksilat.
Sementara ion Cu2+ merupakan gugus pengoksidasinya,
dimana setelah reaksi ion Cu2+ tereduksi menjadi Cu+. Ion
Cu2+ dalam larutan dikomplekskan dengan bantuan ion
tartrate, tanpa ion tartrate, dalam suasana basa ion Cu2+ akan
membentuk endapan Cu(OH)2, yang akan mengakibatkan
tidak dapat berjalannya reaksi antar Cu2+ dengan fruktosa
(Mohamed. 2015).
VII.2 Saran
Setelah dilakukannya Percobaan X di laboratorium
Praktikum Kimia Dasar 1 dengan judul Senyawa Bio-organik:
Karbohidrat, beberapa saran yang dapat disampaikan diantara lain:
Anonim. 2018. “Picric Acid Test (for the detection of reducing sugars)”. Diakses
pada 12 Oktober 2021: https://www.biosciencenotes.com/picric-acid-test-
for-the-detection-of-reducing-sugars/
Global Safety Management, Inc. 2015. Safety Data Sheet – Molisch Reagent. New
York: Fisher Science Education.
Global Safety Management, Inc. 2015. Safety Data Sheet – Seliwanoff Reagent.
New York: Fisher Science Education.
Habibillah, M. I. 2017. Pengaruh Ion Logam, NaCl, dan EDTA terhadap Aktivitas
α-amilase dari Bacillus sp. K2Br5. Bandung: Universitas Islam Negeri
Sunan Gunung Djati.
Hisham, S. 2021. “Apa sifat fisik dan kimia sukrosa: fungsi, produksi dan
penggunaan komersial”. Diakses pada 11 Oktober 2021:
https://hisham.id/apa-sifat-sukrosa.html
Kentjono, L., & Yuanita, I. Tugas Akhir Prarencana Pabrik Casein dan Laktosa.
Surabaya: Universitas Katolik Widya Mandala.
Kessler, J. 2013. “The Water Molecule and Dissolving”. Diakses pada 11 Oktober
2021:
https://learningcenter.nsta.org/products/symposia_seminars/ACS/files/
TheWaterMoleculeandDissolving_3-18-2013.pdf
LabChem. 2018. Picric Acid, Saturated – Safety Data Sheet. USA: LabChem Inc.
Mac. 2011. “Like Dissolves Like” Lab – Polar & Non-polar Substances. Stevens
Institute of Technology.
Nabiela, I. C. 2017. Perbedaan Kadar KIO3 Telur Asin Berdasarkan Metode dan
Lama Pemasakan. Semarang: Universitas Muhammadiyah.
Simoni, R. D., Hill, R. L., & Vaughan, M. 2002. “Benedict’s Solution, a Reagent
for Measuring Reducing Sugars: the Clinical Chemistry of Stanley R.
Benedict”. Diakses pada 12 Oktober 2021:
https://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S0021925819610501
Shendurse, A., M. & Khedkar, C., D. 2016. Glucose: Properties and Analysis. In:
Caballero, B., Finglas, P., & Toldrá, F. (eds.) The Encyclopedia of Food
and Health. Oxford: Academic Press.
Sugisawa, H., & Edo, H. 1996. “The Thermal Degradation of Sugars I. Thermal
Polymerazation of Glucoase”. Diakses pada 11 Oktober 2021:
https://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1365-2621.1966.tb01905.x
Lampiran
1. Uji Kelarutan
1.1 Dengan Air
3.2.2 Sukrosa
- Uji Iodine
- Uji Benedict
- Uji Benedict
3.3.2 Sukrosa
- Uji Iodine
- Uji Benedict
4. Uji Molisch
5. Uji Benedict