Anda di halaman 1dari 88

LAPORAN RESMI

PRATIKUM KIMIA DASAR I

PERCOBAAN X
SENYAWA BIO-ORGANIK: KABOHIDRAT

Kelompok :5
Nama/NIM : Safiya Akmal/24030121140142
Hari/Tanggal : Selasa, 5 Oktober 2021
Asisten/NIM : Aulia Rachman A./24030119130045
Vina Maulida Julianti/24030119130136

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2021
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA DASAR 1
PERCOBAAN X
SENYAWA BIO-ORGANIK: KABOHIDRAT

Semarang, 5 Oktober 2021

Mengetahui,
Asisten Praktikan

Vina Maulida Julianti Safiya Akmal


24030119130136 24030121140142

Asisten

Aulia Rachman A.
24030119130136
ABSTRAK

Percobaan yang dilakukan ini berjudul “Senyawa Bio-organik:


Karbohidrat”. Praktikum ini dilakukan dengan tujuan agar mahasiswa mampu
menjelaskan sifat umum dan khusus karbohidrat juga menjelaskan analisis
kualitatif karbohidrat dalam suatu sampel. Percobaan ini dilakukan dengan prinsip
berdasarkan sifat fisika maupun kimia yang dimiliki oleh karbohidrat. Baik
kelarutan, sifat mereduksi, sifat hidrolisis, ataupun dehidrrasi yang dimiliki oleh
karbohidrat. Terdapat 8 metode yang dilakukan dalam uji ini, yaitu:
1. Uji Kelarutan: Dari uji ini monosakarida dan disakarida dapat larut dalam
air namun tidak larut dalam etanol. Sementara polisakarida tidak larut
dalam keduanya.
2. Uji Fehling: Dalam uji ini monosakarida dan disakarida menunjukkan
hasil positif. Sementara sukrosa tidak.
3. Hidrolisis Disakarida dan Polisakarida: Dalam uji ini, kanji dapat
membentuk senyawa kompleks berwarna biru dengan larutan iodine. Hasil
uji hidrolisis kanji dengan air menimbulkan hasil negatif, dengan
penambahan asam menimbulkan hasil positif. Hasil uji hidrolisis sukrosa
menunjukkan hasil positif meskipun hanya terhidrolisis dalam jumlah
sedikit, sementara dengan penambahan asam menunjukkan hasil positif.
4. Uji Molisch: Uji ini merupakan menunjukkan bahwa seluruh jenis
karbohidrat menunjukkan hasil positif.
5. Uji Benedict: Dalam uji ini seluruh karbohidrat menunjukkan hasil positif
kecuali laktosa.
6. Uji Asam Pikrat: Dalam uji ini karbohidrat yang memiliki gugus ketosa
menunjukkan hasil positif, sementara aldosa menunjukkan hasil negatif.
7. Uji Tollens: Dalam uji ini karbohidrat yang memiliki gugus aldosa
menunjukkan hasil positif, sementara ketosa menunjukkan hasil negatif.
8. Uji Seliwanoff: Uji ini menunjukkan hasil bahwa fruktosa bereaksi dengan
pereaksi Seliwanoff.
PERCOBAAN X

SENYAWA BIO-ORGANIK: KARBOHIDRAT

I. Tujuan
1. Mampu menjelaskan sifat umum dan khusus karbohidrat
2. Mampu menjelaskan analisis kualitatif karbohidrat dalam suatu
sampel.

II. Tinjauan Pustaka


II.1 Karbohidrat
Karbohidrat adalah senyawa aldehid atau keton polihidroksi,
termasuk turunan, polimer, dan senyawa lainnya yang disintesis
dari polihidroksi aldehid dan keton. Senyawa karbohidrat yang
paling sederhana ataupun seluruh senyawaan karbohidrat dapat
disebut juga sakarida. Nama karbohidrat diambil dari
penyusunnya, yaitu karbon dan hidrogen (hidrat), meskipun
kadang mengandung nitrogen, posfor, dan sulfur juga. Secara
kimiawi, karbohidrat merupakan molekul yang tersusun dari
karbon, dan oksigen. Secara umum, rumus empiris dari karbohidrat
adalah (CH2O)n.
Senyawa karbohidrat dapat disintesis dalam laboratorium dan
dari sel makhluk hidup. Pada awalnya, karbohidrat merupakan
produk dari fotosintesis, sebuah kondesi reduksi endotermik dari
karbon dioksida yang membutuhkan energi caya juga pigmen
klorofil. Reaksi fotosintesis secara umum adalah:
nCO 2+ nH 2 O+ energy →C n H 2n On +nO 2
Karbohidrat sangat dibutuhkan dalam kehidupan, terutama
dalam biologi dan makhluk hidup. Pada makhluk hidup
karbohidrat membantu dalam metabolisme dan asupan nutrisi
untuk memberikan energi pada makhluk hidup dalam
kesehariannya.
II.2 Klasifikasi Karbohidrat
Karbohidrat dapat disebut juga dengan sakarida, atau jika
mereka cukup kecil, gula. Secara garis besar, klasifikasi
karbohidrat dapat dibagi menjadi berikut:

1. Monosakarida
Monosakarida merupakan bentuk paling sederhana dan
paling kecil dari sebuah karbohidrat, dimana “mono” berarti
satu dan “sakarida” berarti gula. Monosakarida dapat
membentuk senyawa-senyawa yang lebih besar lagi, yaitu
disakarida, oligosakarida, dan polisakarida. Beberapa senyawa
monosakarida yang paling umum adalah glukosa yang
merupakan aldohexose dan fruktosa yang merupakan
ketohexose. Terdapat beragam bentuk monosakarida, mulai
dari rantai karbon 4 sampai karbon 7. Berikut merupakan
ragam senyawa monosakarida yang ada:
2. Disakarida
Disakarida merupakan senyawa karbohidrat yang tersusun
dari 2 monosakarida. Kedua monosakarida ini terikat dalam
suatu ikatan yang bernama ikatan oksigen-glikosida.
Disakarida dapat berupa homo ataupun heterodisakarida,
berarti monosakarida penyusunnya dapat berupa 2
monosakarida berjenis sama ataupun berbeda. Disakarida
paling umum yang dikenal adalah sukrosa, laktosa, dan
maltosa.

3. Oligosakarida
Oligosakarida merupakan karbohidrat yang biasanya
tersusun dari 3-10 monosakarida. Biasanya dapat ditemukan
dalam rantai sampingan asam amino yang terhubung dengan
oksigen ataupun nitrogen, atau lipid moieties. Sama seperti
disakarida, oligosakarida dapat berupa homo dan hetero.
4. Polisakarida
Polisakarida adalah karbhidrat yang cukup kompleks.
Polisakarida merupakan senyawa polimer yang tersusun dari
banyak monosakarida yang berikatan satu sama lain dalam
ikatan glycosidic. Senyawa ini merupakan senyawa yang
sangat besar, bercabang, dan termasuk senyawa makro
molekul. Akibatnya senyawa ini biasanya tidak dapat larut
dalam air dan tidak memiliki rasa manis seperti monosakarida.
Salah satu contohnya adalah pati/kanji/amilum (Khowala.
2008).
II.3 Macam Uji Kualitatif pada Karbohidrat
II.3.1 Uji Kelarutan
Pada uji ini, akan dilihat kelarutan dari berbagai
macam senyawa karbohidrat. Senyawa karbohidrat
memiliki kelarutan yang beragam. Pada dasarnya, senyawa
karbohidrat dapat larut dalam air, hal ini dikarenakan
banyaknya gugus hidroksil dalam rantai karbohidrat,
sehingga memungkinkannya untuk membentuk ikatan
hidrogen dengan molekul air. Sementara pada alkohol,
ikatan non-polarnya cenderung lebih kuat daripada ikatan
polarnya, sehingga membuat karbohidrat sukar larut dalam
alkohol.
II.3.2 Uji Fehling
Uji ini dilakukan untuk mengidentifikasi ada atau
tidaknya gugus aldehid dalam suatu senyawa dengan
memanfaatkan sifat pereduksi aldehid. Pereaksi yang
digunakan dalam uji ini dibagi menjadi 2, yaitu Fehling A
dan Fehling B. Larutan Fehling A merupakan larutan
CuSO4 yang berwarna biru. Sementara Fehling B adalah
larutan kalium-natrium tartrate (KNaC4H4O6.4H2O) yang
tidak berwarna, biasa disebut juga dengan garam Rochelle
yang dilarutkan dalam larutan basa seperti NaOH. Kedua
larutan ini disimpan terpisah dan hanya dicampur sesaat
ketika akan digunakan. Hal ini dikarenakan senyawa
kompleks bistartratocuprate sangat mudah untuk terurai
kembali. Yang akan mengoksidasi gugus aldehid nantinya
adalah Cu2+. Karena reaksi ini hanya dapat terjadi dalam
suasana basa, penambahan K-Na-tartrate dibutuhkan untuk
mencegah terbentuknya endapan Cu(OH)2. Banyaknya
larutan Fehling A dan Fehling B yang ditambahkan
haruslah sama banyak, apabila tidak seimbang,
dikhawatirkan pembentukan senyawa kompleks
bistartratocuprate tidak akan sempurna, sehingga reaksinya
dengan aldehidpun tidak akan berjalan sempurna pula
(Sapkota. 2020).
II.3.3 Hidrolisis Disakarida dan Polisakarida
Karbohidrat memiliki 2 sifat penting, yaitu dapat
didehidrasi dan dapat dihidrolisis. Ketika disakarida dan
polisakarida dihidrolisis, maka akan memecah menjadi
monomer penyusunnya, yaitu monosakarida. Proses
hidrolisis ini dilakukan dengan mereaksikan karbohidrat
dengan air. Proses ini biasanya berjalan sangat amat lambat,
maka dari itu perlu penambahan katalis asam dan
pemanasan agar reaksinya dapat berjalan dengan cepat.
II.3.4 Uji Molisch
Uji molisch merupakan uji yang dilakukan untuk
mengidentifikasi keberadaan karbohirat secara umum.
Reagen Molisch merupakan larutan alpha-naftol yang
dilarutkan dalam 95% etanol. Seluruh karbohidrat apabila
menjalani uji ini akan didehidrasi menjadi senyawa aldehid,
yaitu furfural atau hydroxymethylfurfural dengan bantuan
asam sulfat. Furfural merupakan turunan dari dehidrasi
pentoses dan pentosans, sementara hydroxymethylfurfural
dihasilkan dari hexoses dan hexosans. Oligosakarida dan
polisakarida akan dihidrolisis untuk membentuk monomer-
monomernya oleh asam. Sementara α-naftol akan bereaksi
dengan aldehid siklik yang terbentuk menjadi senyawa
kompleks berwarna ungu.

II.3.5 Uji Benedict


Larutan tembaga basa akan direduksi oleh gula yang
memiliki gugus fungsi aldehid atau keton bebas. Hasil
reduksinya akan membentuk endapan Cu2O berwarna
merah. Reagennya sendiri terdiri dari CuSO4, Na2CO3, dan
natrium sitrat dalam pH basa 10,5. Penambahan natrium
sitrat bertujuan untuk melarutkan ion Cu2+ agar tidak
terbentuk endapan CuCO3 dalam suasana basa.

II.3.6 Uji Asam Pikrat


Uji ini merupakan uji karbohidrat yang sangat
sensitif untuk mengidentifikasi keberadaan gula pereduksi.
Gula pereduksi yang ada dalam suatu sampel akan bereaksi
dengan asam pikrat (padatan kristalin berwarna kuning
yang beracun), atau biasanya dikenal sebagai 2, 4, 6-
trinitrophenol (TNP) untuk membentuk asam pikramat
yang berwarna merah. Seluruh monosakarida dan
disakarida yang mengandung gugs fungsi aldehid atau
keton bebas memiliki sifat pereduksi, sehingga dapat
mereduksi asam organik dalam suasana basa. Untuk
membuat suasana basa pada larutan dapat ditambahkan
Na2CO3 (Anonim. 2018).

II.3.7 Uji Tollens


Uji ini bertujuan untuk mengidentifikasi gugus
aldehid dengan memanfaatkan sifat pereduksinya. Pereaksi
tollens merupakan campuran perak nitrat (AgNO3) dengan
ammonium hidroksida (NH4OH) yang direaksikan dalam
suasana basa, membentuk senyawa kompleks Ag(NH3)2OH.
Senyawa ini merupakan senyawa oksidator, sehingga
aldehid akan teroksidasi menjadi asam karboksilat apabila
direaksikan dengannya. Sebagai gantinya, Ag+ akan
tereduksi menjadi endapan Ag bila direaksikan dengan
aldehid. Proses reduksi-oksidasi ini dapat berjalan dalam
suasana basa, sehingga penambahan NaOH diperlukan.
Selanjutnya untuk mengindari terbentuknya pembentukan
endapan coklat Ag2O yang tidak larut dalam air, maka
ditambahkan NH4OH sehingga terbentuklah senyawa
kompleks Ag(NH3)2OH yang larut dalam air (Anonim.
2019).

II.3.8 Uji Seliwanoff


Uji ini biasanya digunakan untuk mengidentifikasi
keberadaan senyawa fruktosa dalam suatu sampel
(ketohexose). Reagennya, yaitu reagen Seliwanoff
mengandung resorcinol yang dilarutkan dalam HCl 6 M.
Ketika direaksikan dengan reagen ini dalam pemanasan,
hexose mengalami dehidrasi membentuk senyawa
hydroxymethylfurfural, yang akan terkondensasi oleh
resorsinol dan membentuk produk larutan berwarna merah.
II.4 Prinsip Like Dissolve Like
Like dissolves like merupakan suatu prinsip dimana senyawa
dengan sifat kimia yang sama akan larut dalam satu sama lain.
Pelarut polar akan larut dalam pelarut polar, sementara pelarut non-
polar akan larut dalam pelarut non-polar. Apabila senyawa polar
dan non-polar dilarutkan bersama, keduanya akan immiscible
(tidak larut) (Mac. 2011).
II.5 Analisis Bahan
II.5.1 Aquadest
Aquadest adalah air yang telah melewati proses
destilasi.. Tersusun dari atom hidrogen dan oksigen yang
sangat esensial bagi kehidupan. Aquadest memiliki banyak
peran, beberapa diantaranya sebagai pelarut, salah satu gas
rumah kaca, berperan dalam metabolisme manusia, bakteri,
juga tumbuhan.
Sifat fisika: Aquadest berwujud cairan jernih, tidak
beracun, tidak berbau, dan tak berwarna. Memiiki berat
molekul 18 g/mol, dengan titik didih 100oC, titik leleh 0oC,
densitas 1 g/mL, dan merupakan senyawa yang polar.
Dalam lingkungan dengan suhu dan tekanan standar, air
berbentuk cair, namun di bumi banyak terdapat dalam
bentuk padat, es, gas, dan juga uap (National Center for
Biotechnology Information. 2021).
II.5.2 Glukosa
Glukosa memiliki rumus molekul C6H12O6 dan
merupakan senyawa monosakarida, bentuk karbohidrat
paling sederhana. Glukosa juga merupakan senyawa
monosakarida yang paling banyak ditemukan dalam bentuk
bebas di alam dibandingkan monosakarida lainnya.
Biasanya ditemukan di buah, madu, dan dalam darah
banyak hewan. Biasanya menjadi suatu sumber energi dan
membantu metabolisme makhluk hidup (Britannica. 2019).
Sifat fisika: Glukosa berbentuk padatan kristal berwarna
putih, Memiliki berat molekul 180 g/mol, titik didih 150 oC,
berat jenis 1,562 g/cm3, dan dapat larut dalam air.
Sifat kimia: Secara garis besar, sifat kimia glukosa tidak
jauh berbeda dengan senyawa aldehid. Glukosa dapat
dioksidasi menjadi asam karboksilat, hal ini karena glukosa
merupakan senyawa gula pereduksi karena memiliki gugus
aldehid pada struktur senyawanya. Beberapa produknya
dapat menjadi asam glukonat, asam glukarat, dan asam
glukoronat. Selain itu dapat pula direduksi menjadi
senyawa alkohol dan membentuk senyawa ester maupun
ether (Shendurse. 2016). Glukosa juga dapat dikombinasi
dengan senyawa lain membentuk disakarida atau
oligosakarida, ataupun dikombinasi dengan dirinya sendiri
membentuk polisakarida melalui proses dehidrasi. Begitu
pula sebaliknya, glukosa dapat disintesis dari senyawa-
senyawa karbohidrat kompleks yang disusun olehnya
melalui proses hidrolisis. Beberapa senyawa yang tersusun
oleh glukosa yaitu sukrosa, maltosa, laktosa, selulosa, dan
masih banyak lagi (Biology Online. 2021).
II.5.3 Fruktosa
Sama seperti glukosa, fruktosa merupakan bentuk
karbohidrat paling sederhana, yaitu monosakarida dan
memiliki rumus struktur yang sama, C6H12O6.
Keberadaannyapun sama, biasanya terdapat pada bebuahan,
madu, sirup, dan juga di beberapa sayur-sayuran
(Britannica. 2016). Hanya saja keberadaannya di alam tidak
sebanyak glukosa, dan merupakan senyawa ketose, bukan
aldose (Biology Online. 2021).
Sifat fisika: Fruktosa berbentuk padatan kristal berwarna
putih, Memiliki berat molekul 180 g/mol, titik didih 103 oC,
dapat larut dalam air, dan berasa manis.
Sifat Kimia: Dapat membentuk baik senyawa disakarida
maupun oligosakarida dengan monosakarida lainnya
melalui proses dehidrasi (menghilangkan H2O) dan
membentuk ikatan glikosida. Sebaliknya, karbohidrat
kompleks dapat dipecah menjadi karbohidrat lebih
sederhana melalui proses hidrolisis. Biasanya dalam
metabolisme makhluk hidup, proses ini dibantu oleh enzim.
Beberapa senyawa karbohidrat lain yang penyusunnya dari
fruktosa yaitu sukrosa, laktulosa, dan fruktan (Biology
Online. 2021).
II.5.4 Galaktosa
Galaktosa merupakan salah satu dari monosakarida
paling umum yang ada bersama dengan glukosa dan
fruktosa. Sama seperti glukosa, galaktosa memiliki gugus
aldehid dalam rantainya dan memilik rumus struktur
C6H12O6. Meski begitu, tidak seperti glukosa yang
keberadaannya biasanya muncul dalam bentuk bebasnya,
fruktosa biasanya muncul sebagai penyusun biomolekul
kompleks, contohnya sebagai penyusun laktosa.
Sifat Fisika: Memiliki berat molekul 180 g/mol, titik didih
168-170oC, berbentuk kristalin, larut dalam air, dan berasa
manis.
Sifat Kimia: Dapat membentuk baik senyawa disakarida
maupun oligosakarida dengan monosakarida lainnya
melalui proses dehidrasi (menghilangkan H2O) dan
membentuk ikatan glikosida. Untuk galaktosa dapat
membuat beberapa senyawa yaitu laktosa, laktulosa, dan
galaktan. Sebaliknya, karbohidrat lebih sederhana melalui
proses hidrolisis. Biasanya dalam metabolisme makhluk
hidup, proses ini dbantu oleh enzim (Biology Online.
2021).
II.5.5 Laktosa
Laktosa merupakan disakarida yang menjadi
penyusun susu mamalia, dengan monomernya yaitu
galaktosa dan glukosa. Hasil hidrolisisnya, yaitu glukosa
dan galaktosa merupakan hal yang penting dalam
pembentukan sererosida, karena senyawa ini
mempengaruhi perkembangan dan fungsi otak. Selain itu
kebutuhannya juga sebagai karbohidrat pertama dalam susu
mamalia, sehingga laktosa menjadi hal yang penting dan
unik.
Sifat fisika: Dapat membentuk karamel berwarna coklat
pada pemanasan 100-130oC, mudah larut dalam air, dan
dalam bentuk kristalnya merupakan senyawa yang keras.
Sifat kimia: Laktosa dapat menyerap zat-zat warna dan
aroma, sehingga dapat digunakan sebagai pembawa zat-zat
aroma yang pada umumnya mudah menguap (Kentjono.
2003).
II.5.6 Maltosa
Maltosa biasanya berada dalam gandum, dan
merupakan disakarida yang tersusun dari monomernya
yaitu glukosa. Maltosa dihasilkan dari pemecahan pati oleh
enzim amilase. Ketika dihidrolisis, maltosa akan
membentuk 2 molekul glukosa (Sugisawa. 1966).
Sifat fisika: Berbentuk kristal putih, tidak berbau, manis
yang tidak begitu tajam, mudah larut dalam air, dan
memiliki titik lebur 160-165oC (anhidrat) dan 103oC
(monohidrat).
Sifat kimia: Ketika dihidrolisis dapat membentuk etanol
dan CO2, Ketika direaksikan dengan H2SO4 akan
membentuk SO2, H2O, dan CO2. Maltosa juga dapat
bereaksi dengan larutan bromin memebntuk asam mono
karboksilat dan asam maltonat (Aulia. 2021).
II.5.7 Sukrosa
Sifat fisika: Berbentuk bubuk kristal halus, tidak berbau
dan berwarna, dan berasa manis. Kristal-kristalnya yang
besar biasanya diendapkan untuk membentuk permen batu.
Sifat kimia: Sukrosa dapat dihidrolisis menjadi glukosa
dan fruktosa. Tanpa bantuan katalis apapun, proses
hidrolisis sukrosa berjalan sangat lama bahkan hingga
bertahun-tahun. Salah satu katalis yang bisa ditambahkan
adalah enzim sukrase. Sementara bila sukrosa direaksikan
dengan asam sulfat akan didehidrasi menjadi unsur karbon
(Hisham. 2021)
II.5.8 Amilum atau Kanji
Amilum/kanji/pati banyak ditemukan dalam
tumbuhan seperti kentang, umbi, jagung, gandum, dan
kacang-kacangan. Senyawa ini merupakan suatu
polisakarida yang tersusun oleh monomer-monomernya,
glukosa. Glukosa ini berbentuk polimer dalam suatu kanji
yang dinamakan amilosa dan amilopektin dengan susunan
rantai yang berbeda. Aplikasi senyawa ini sangatlah luas di
industri, mulai dari pembuat tekstur makanan, penstabil
koloid, agen peretensi air, hingga pengental (Habibillah.
2017).
Sifat fisika: Pati murni berbentuk padatan berwarna putih
dan dapat dicerna oleh enzim amilase. Pati juga
mengandung protein dan lemak meskipun dalam jumlah
sedikit.
Sifat kimia: Dalam air, pati merupakan karbohidrat
kompleks yang tidak dapat larut. Perlu dilakukan
pemanasan agar pati dapat larut. Pati dapat dihidrolisis
menjadi glukosa dengan bantuan katalis asam dan
pemanasa (Khowala. 2008).
II.5.9 Larutan Iodine
Iodium merupakan elemen non logam dan
merupakan mikronitruen yang diperlukan oleh makhluk
hidup. Iodium biasanya ada sebagai suplemen makanan
yang ditambahkan dalam obat, multivitamin, dan antiseptik.
Sifat fisika: Iod berbentuk padatan hitam kebiru-biruan
berkilauan. Dapat berubah menjadi gas ungu biru yang
berbau menyengat dalam suhu kamar. Mudah larut dalam
kloroform, CCl4, dan karbon disulfida untuk membentuk
larutan ungu. Iod hanya sedikit larut dalam air.
Sifat kimia: Iod dapat membentuk senyawa dengan banyak
unsur meskipun tidak sereaktif halogen lainnya. Meski
begitu, iod sangat reaktif terhadap oksigen dan dapat juga
bereaksi dengan logam-logam metaloid lainnya seperti
fosfor (Nabiela. 2017).
II.5.10 Ethanol
Ethanol merupakan senyawa organik yang berasal
dari senyawa ethane.
Sifat fisika: Berwujud cairan jernih, tak berwarna,
memiliki aroma vinous, dan rasa yang tajam. Memiliki
berat molekul 46,07 g/mol, titik didih 78,2oC, -dan 114,1oC.
Sifat kimia: Banyak berperan dalam obat-obatan, sebagai
pelarut polar, dalam metabolisme manusia, bakteri,
tumbuhan, dan hewan (National Center for Biotechnology
Information. 2021).
II.5.11 Larutan Fehling A
Sifat fisika: Berbentuk cairan berwarna biru dan tidak
berbau. Memilik rumus molekul CuSO4, bobot molekul
159,60 g/mol, titik didih 100oC, titik leleh 0oC, dan alrut
dalam air.
Sifat kimia: Merupakan senyawa yang bersifat oksidatif
dan stabil dalam kondisi normal. Setelah reaksi reduksi-
oksidasi, Cu2+ akan berubah menjadi Cu+ (Scholar
Chemistry. 2008).
II.5.12 Larutan Fehling B
Sifat fisika: Memiliki sinonim alkaline tartate, larutan
NaOH, dan Cupric Tartate Ts, Alkaline. Merupakan larutan
jernih tak berwarna, memiliki titik didih 103oC, titik leleh -
10oC, dan larut dalam air.
Sifat kimia: Larutan Fehling B merupakan basa kuat yang
biasanya digunakan dalam uji untuk membedakan gugus
fungsi aldehid dan keton. Biasanya juga digunakan dalam
uji monosakarida. Fungsinya biasanya untuk melarutkan
larutan Fehling A agar tidak menjadi endapan Cu(OH)2
(Anonim. 2019).
II.5.13 HCl
Sifat fisika: Berbentuk cairan jernih tak berwarna hingga
kuning terang. Memiliki bobot molekul 36,5 g/mol, titik
didih 83oC pada tekanan 760 mmHg, dan titik leleh -
46,2oC.
Sifat kimia: Berbahawa jika terkena kulit atau tertelan,
dapat menyebabkan iritasi dalam konsentrasi 10-25%, dan
bersifat korosif bila lebih dari 25% (Niken. 2011).
II.5.14 NaOH
Sifat fisika: Berbentuk padatan putih, memiliki bobot
molekul 40 g/mol, titik leleh 323oC, dan titik didih 1390oC
(Perry. 1984).
Sifat kimia: NaOH merupakan basa kuat yang larut dalam
air namun sukar dalam eter. Bila dibiarkan di udara akan
menyerap CO2 membentuk Na2CO3 (Tridayanti. 2016).
II.5.15 Pereaksi Molish (10% α-Naphtol dalam Alkohol)
Sifat fisika: Berbentuk larutan tak berwarna hingga coklat,
memiliki aroma seperti alkohol, titik leleh -90oC, dan titik
didih 77oC.
Sifat kimia: Merupakan senyawa yang flammable, non-
reaktif dan stabil dalam kondisi normal, gasnya
memungkinkan untuk membentuk campuran yang mudah
meledak dengan udara. Pereaksi ini juga merupakan
senyawa pengoksidasi yang cukup kuat (Global Safety
Management, Inc. 2015).
II.5.16 H2SO4
Sifat Fisika: Asam sulfat berwujud cair yang menyerupai
minyak, tak berwarna, dan larut dalam air sambil
melepaskan panas. Memiliki berat molekul 98 g/mol,
densitas 1,841 g/mL, titik didih 337oC, dan titik leleh
10,31oC.
Sifat Kimia: Merupakan senyawaan yang sangat korosif
pada seluruh jenis permukaan, baik logam maupun benda
organik. Meski begitu, asam sulfat jarang menyebabkan
api. (National Center for Biotechnology Information.
2021).
II.5.17 Pereaksi Benedict
Pereaksi Benedict merupakan senyawa kompleks
campuran dari Na2CO3, natrium sitrat, dan CuSO4.5H2O
(Simoni. 2002). larutan yang digunakan untuk
mengidentifikasi keberadaan gula pereduksi. Larutannya
merupakan larutan basa berwarna biru yang dapat bereaksi
dengan gugus fungsi aldehid (-CHO). Sampel yang akan
diuji dipanaskan dengan larutan Benedict untuk membentuk
endapan merah bata (Anonim. 2017).
II.5.18 Pereaksi Tollens A dan B
Reagen tollens digunakan dalam uji kualitatif untuk
mengidentifikasi gugus fungsi aldehid dan keton. Biasanya
larutannya tidak berwarna, bersifat basa, dan mengandung
ion kompleks Ag dengan ammonia, [Ag(NH3)2+]. Persiapan
larutan ini dibagi menjadi 2 tahap, pertama AgNO3
direaksikan dengan NaOH membentuk endapan Ag2O,
yang kemudian endapan ini direaksikan dengan ammonia
membentuk senyawa kompleksnya (Gunawardena. 2020).
II.5.19 (Larutan) Asam Pikrat (Jenuh)
Senyawa ini berbentuk larutan berwarna kuning
yang tidak berbau. Memiliki densitas 1 g/mL yang larut
dalam air, etanol, dan metanol. Pada keadaan kering
bersifat mudah meledak. Asam pikrat akan bereaksi dengan
agen pereduksi kuat, basa kuat, oksidator kuat, dan logam
(LabChem. 2018).
II.5.20 (Larutan) Natrium Karbonat
Sifat fisika: Natrium karbonat memiliki bobot molekul 106
g/mol, titik didih 851oC, densitas 2,53 g/cm3, dan larut
dalam air. Bersifat basa dan memiliki rasa basa yang kuat.
Sifat kimia: Saat diletakkan dalam larutan yang sedikit
asam akan terdekomposisi dan membentuk gelembung,
efek ini disebut juga effervescence (Anonim. 2018).
Apabila mengalami proses hidrolisis akan membentuk ion
OH-, dan dapat menyerap karbon dari udara untuk
membentuk natrium hidrogen karbonat (NaHCO3)
(Anonim. 2020).
II.5.21 HNO3
Sifat fisika: Secara komersial, asam nitrat merupakan suatu
azeotrop dengan air dalam konsentrasi 68% HNO3.
Memiliki titik didih 120,5oC pada tekanan 1 atm. Asam
nitrat murni pekat berbentuk larutan tak berwarna dalam
suhu ruang.
Sifat kimia: Asam nitrat mudah terdekomposisi oleh
cahaya. Asam nitrat juga dapat bereaksi asam-basa,
bereaksi dengan metal, non-metal, dan digunakan dalam uji
Xanthoproteic (Anonim. 2021).
II.5.22 Pereaksi Seliwanoff
Pereaksi ini berbentuk larutan jernih tak berwarna,
memiliki bau seperti klorin yang tajam, memiliki titik
didih/beuk 1,10oC, dan larut dalam air. Pereaksi ini non-
reaktif dan tidak akan terdekomposisi jika disimpan dalam
keadaan normal dan sesuai spesifikasi. Dapat
terdekomposisis menjadi gas CO ataupun CO2 dan
membentuk gas HCl dan H2 bila bereaksi dengan logam
(Global Safety Management, Inc. 2015).
III. Metode Percobaan
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat

1. Penjepit tabung reaksi 7. Gelas beaker


2. Pipet tetes 8. Kertas saring
3. Penangas air 9. Arloji
4. Tabung reaksi 10. Kaki tiga
5. Rak tabung reaksi 11. Lampu spiritus
6. Gelas ukur 12. Kasa asbes

III.1.2 Bahan

1. Aquades 12. NaOH 10%


2. Glukosa 13. HCl pekat
3. Fruktosa 14. HNO3 pekat
4. Laktosa 15. H2SO4
5. Maltosa 16. Pereaksi Molisch
6. Sukrosa (10% α-Naftol
7. Larutan dalam alkohol)
Fehling A 17. Pereaksi Benedict
8. Larutan 18. Pereaksi Tollens A
Fehling B dan B
9. Larutan 19. Pereaksi
Iodine Seliwanoff
10. Amilum 20. Larutan Asam
atau Kanji Pikrat
11. Etanol 21. Larutan Natrium
25% Karbonat

III.2 Gambar Alat


Tabung reaksi Penjepit tabung Rak tabung Gelas ukur

Kaca arloji Pipet tetes Pembakar spiritus Beaker glass,


kaki tiga, dan
kasa asbes
III.3 Skema Kerja
III.3.1 Uji Kelarutan
III.3.1.1 Air
III.3.1.1.1 Glukosa

Glukosa

Tabung reaksi

 Pengamatan bentuk fisik dari


karbohidrat
 Penambahan 10 mL aquades ke tabung
reaksi
 Penggojogan tabung
 Pengamatan

Hasil

III.3.1.1.2 Laktosa

Laktosa

Tabung reaksi

 Pengamatan bentuk fisik dari


karbohidrat
 Penambahan 10 mL aquades ke tabung
reaksi
 Penggojogan tabung
 Pengamatan

Hasil

III.3.1.1.3 Sukrosa
Sukrosa

Tabung reaksi

 Pengamatan bentuk fisik dari


karbohidrat
 Penambahan 10 mL aquades ke tabung
reaksi
 Penggojogan tabung
 Pengamatan

Hasil

III.3.1.1.4 Kanji/Amilum

Kanji/Amilum

Tabung reaksi

 Pengamatan bentuk fisik dari


karbohidrat
 Penambahan 10 mL aquades ke tabung
reaksi
 Penggojogan tabung
 Pengamatan

Hasil

III.3.1.2 Etanol 25%


III.3.1.2.1 Glukosa

Glukosa

Tabung reaksi
 Pengamatan bentuk fisik dari
karbohidrat
 Penambahan 10 mL etanol 25% ke
tabung reaksi
 Penggojogan tabung
 Pengamatan

Hasil

III.3.1.2.2 Laktosa

Laktosa

Tabung reaksi

 Pengamatan bentuk fisik dari


karbohidrat
 Penambahan 10 mL etanol 25% ke
tabung reaksi
 Penggojogan tabung
 Pengamatan

Hasil

III.3.1.2.3 Sukrosa

Sukrosa

Tabung reaksi

 Pengamatan bentuk fisik dari


karbohidrat
 Penambahan 10 mL etanol 25% ke
tabung reaksi
 Penggojogan tabung
 Pengamatan

Hasil

III.3.1.2.4 Kanji/Amilum

Kanji/Amilum

Tabung reaksi

 Pengamatan bentuk fisik dari


karbohidrat
 Penambahan 10 mL etanol 25% ke
tabung reaksi
 Penggojogan tabung
 Pengamatan

Hasil

III.3.2 Uji Fehling


III.3.2.1 Fruktosa

Fruktosa

Tabung reaksi

 Penambahan 1 mL pereaksi Fehling dan


penggojogan
 Pemanasan dalam penangas air
mendidih selama 10 menit
 Pengamatan

Hasil
III.3.2.2 Glukosa

Glukosa

Tabung reaksi

 Penambahan 1 mL pereaksi Fehling dan


penggojogan
 Pemanasan dalam penangas air
mendidih selama 10 menit
 Pengamatan

Hasil

III.3.2.3 Sukrosa

Sukrosa

Tabung reaksi

 Penambahan 1 mL pereaksi Fehling dan


penggojogan
 Pemanasan dalam penangas air
mendidih selama 10 menit
 Pengamatan

Hasil

III.3.2.4 Laktosa

Laktosa

Tabung reaksi

 Penambahan 1 mL pereaksi Fehling dan


penggojogan
 Pemanasan dalam penangas air
mendidih selama 10 menit
 Pengamatan

Hasil

III.3.2.5 Maltosa

Maltosa

Tabung reaksi

 Penambahan 1 mL pereaksi Fehling dan


penggojogan
 Pemanasan dalam penangas air
mendidih selama 10 menit
 Pengamatan

Hasil

III.3.3 Hidrolisis Disakarida dan Polisakarida


III.3.3.1 Uji Kanji-Iodine

20 mL larutan kanji

Gelas kimia

 Penambahan 5 tetes larutan iodin


 Pengamatan

Hasil

III.3.3.2 Uji Hidrolisis dengan Penambahan Air


III.3.3.2.1 Kanji 2%
1,5 mL larutan kanji 2%

Tabung reaksi

 Penambahan 10 tetes aquades


 Pemanasan dalam penangas
air mendidih selama 10 menit
 Pendinginan

5 tetes larutan plat


Tabung reaksi
tetes

 Penambahan 10
tetes pereaksi
Benedict
 Pemanasan  Penambahan 1
dalam penangas tetes larutan
air mendidih iodin
selama 3-4
menit

Hasil Hasil

III.3.3.2.2 Sukrosa

1,5 mL larutan sukrosa

Tabung reaksi

 Penambahan 10 tetes aquades


 Pemanasan dalam penangas
air mendidih selama 10 menit
 Pendinginan

5 tetes larutan plat


Tabung reaksi
tetes

 Penambahan 10
tetes pereaksi
Benedict
 Pemanasan  Penambahan 1
dalam penangas tetes larutan
air mendidih iodin
selama 3-4
menit

Hasil Hasil

III.3.3.3 Uji Hidrolisis dengan Penambahan HCl


III.3.3.3.1 Kanji 2%

1,5 mL larutan kanji 2%

Tabung reaksi

 Penambahan 10 tetes HCl


 Pemanasan dalam penangas
air mendidih selama 10 menit
 Pendinginan
 Tambahkan NaOH 10%
hingga kertas lakmus merah
menjadi biru
5 tetes larutan plat
Tabung reaksi
tetes

 Penambahan 10
tetes pereaksi
Benedict
 Pemanasan  Penambahan 1
dalam penangas tetes larutan
air mendidih iodin
selama 3-4
menit

Hasil Hasil

III.3.3.3.2 Sukrosa

1,5 mL larutan sukrosa

Tabung reaksi

 Penambahan 10 tetes HCl


 Pemanasan dalam penangas
air mendidih selama 10 menit
 Pendinginan
 Tambahkan NaOH 10%
hingga kertas lakmus merah
menjadi biru

Tabung reaksi 5 tetes larutan plat


tetes

 Penambahan 10
tetes pereaksi
Benedict
 Pemanasan  Penambahan 1
dalam penangas tetes larutan
air mendidih iodin
selama 3-4
menit

Hasil Hasil

III.3.4 Uji Molisch


III.3.4.1 Fruktosa

1 mL larutan fruktosa

Tabung Reaksi

 Penambahan 5 tetes pereaksi Molisch


dan penggojogan
 Pemiringan tabung dan tambahkan 3 mL
asam sulfat pekat melalui dinding
tabung hingga ada lapisan di dasar
tabung
 Pengamatan

Hasil

III.3.4.2 Glukosa

1 mL larutan glukosa
Tabung Reaksi

 Penambahan 5 tetes pereaksi Molisch


dan penggojogan
 Pemiringan tabung dan tambahkan 3 mL
asam sulfat pekat melalui dinding
tabung hingga ada lapisan di dasar
tabung
 Pengamatan

Hasil

III.3.4.3 Sukrosa

1 mL larutan sukrosa

Tabung Reaksi

 Penambahan 5 tetes pereaksi Molisch


dan penggojogan
 Pemiringan tabung dan tambahkan 3 mL
asam sulfat pekat melalui dinding
tabung hingga ada lapisan di dasar
tabung
 Pengamatan

Hasil

III.3.4.4 Laktosa

1 mL larutan laktosa

Tabung Reaksi
 Penambahan 5 tetes pereaksi Molisch
dan penggojogan
 Pemiringan tabung dan tambahkan 3 mL
asam sulfat pekat melalui dinding
tabung hingga ada lapisan di dasar
tabung
 Pengamatan

Hasil

III.3.4.5 Maltosa

1 mL larutan maltosa

Tabung Reaksi

 Penambahan 5 tetes pereaksi Molisch


dan penggojogan
 Pemiringan tabung dan tambahkan 3 mL
asam sulfat pekat melalui dinding
tabung hingga ada lapisan di dasar
tabung
 Pengamatan

Hasil

III.3.4.6 Kanji/Amilum

1 mL larutan kanji/amilum

Tabung Reaksi

 Penambahan 5 tetes pereaksi Molisch


dan penggojogan
 Pemiringan tabung dan tambahkan 3 mL
asam sulfat pekat melalui dinding
tabung hingga ada lapisan di dasar
tabung
 Pengamatan

Hasil

III.3.5 Uji Benedict


III.3.5.1 Glukosa

1 mL larutan glukosa

Tabung Reaksi

 Penambahan 1 mL pereduksi Benedict


 Penggojogan
 Pemanasan beberapa saat
 Pengamatan

Hasil

III.3.5.2 Fruktosa

1 mL larutan fruktosa

Tabung Reaksi

 Penambahan 1 mL pereduksi Benedict


 Penggojogan
 Pemanasan beberapa saat
 Pengamatan

Hasil
III.3.5.3 Maltosa

1 mL larutan maltosa

Tabung Reaksi

 Penambahan 1 mL pereduksi Benedict


 Penggojogan
 Pemanasan beberapa saat
 Pengamatan

Hasil

III.3.5.4 Laktosa

1 mL larutan laktosa

Tabung Reaksi

 Penambahan 1 mL pereduksi Benedict


 Penggojogan
 Pemanasan beberapa saat
 Pengamatan

Hasil

III.3.6 Uji Asam Pikrat


III.3.6.1 Glukosa

1 mL larutan glukosa

Tabung Reaksi

 Penambahan 1 mL pereduksi Asam


Pikrat
 Penambahan Natrium Karbonat
 Pemanasan beberapa saat
 Pengamatan

Hasil

III.3.6.2 Fruktosa

1 mL larutan fruktosa

Tabung Reaksi

 Penambahan 1 mL pereduksi Asam


Pikrat
 Penambahan Natrium Karbonat
 Pemanasan beberapa saat
 Pengamatan

Hasil

III.3.6.3 Maltosa

1 mL larutan maltosa

Tabung Reaksi

 Penambahan 1 mL pereduksi Asam


Pikrat
 Penambahan Natrium Karbonat
 Pemanasan beberapa saat
 Pengamatan

Hasil
III.3.6.4 Laktosa

1 mL larutan laktosa

Tabung Reaksi

 Penambahan 1 mL pereduksi Asam


Pikrat
 Penambahan Natrium Karbonat
 Pemanasan beberapa saat
 Pengamatan

Hasil

III.3.7 Uji Tollens


III.3.7.1 Glukosa

1 mL larutan glukosa

Tabung Reaksi

 Penambahan 1 mL Pereaksi Tollens


 Penggojogan
 Pemanasan
 Pengamatan

Hasil

III.3.7.2 Fruktosa

1 mL larutan fruktosa

Tabung Reaksi
 Penambahan 1 mL Pereaksi Tollens
 Penggojogan
 Pemanasan
 Pengamatan

Hasil

III.3.7.3 Maltosa

1 mL larutan maltosa

Tabung Reaksi

 Penambahan 1 mL Pereaksi Tollens


 Penggojogan
 Pemanasan
 Pengamatan

Hasil

III.3.7.4 Laktosa

1 mL larutan laktosa

Tabung Reaksi

 Penambahan 1 mL Pereaksi Tollens


 Penggojogan
 Pemanasan
 Pengamatan

Hasil

III.3.8 Uji Seliwanoff


III.3.8.1 Glukosa

1 mL larutan glukosa

Tabung Reaksi

 Penambahan 1 mL Pereaksi Seliwanoff


 Penggojogan
 Pemanasan
 Pengamatan

Hasil

III.3.8.2 Fruktosa

1 mL larutan fruktosa

Tabung Reaksi

 Penambahan 1 mL Pereaksi Seliwanoff


 Penggojogan
 Pemanasan
 Pengamatan

Hasil
IV. Data Pengamatan

No. Perlakuan Hasil Keterangan


4.1.1 Uji Kelarutan dengan H2O
4.1.1.1 Glukosa
- Sejumlah gram - Padatan putih
glukosa ditambah ke
+
dalam tabung reaksi
- Ditambah sejumlah air - Padatan larut menjadi larutan jernih

dan digojog
4.1.1.2 Laktosa
- Sejumlah gram laktosa - Padatan putih
ditambah ke dalam
+
tabung reaksi
- Ditambah sejumlah air - Padatan larut menjadi larutan jernih

dan digojog
4.1.1.3 Sukrosa
- Sejumlah gram - Padatan coklat kekuningan
sukrosa ditambah ke
+
dalam tabung reaksi
- Ditambah sejumlah air - Padatan larut menjadi larutan jernih

dan digojog
4.1.1.4 Amilum/Kanji
- Sejumlah gram - Padatan putih
amilum ditambah ke
-
dalam tabung reaksi
- Ditambah sejumlah air - Membentuk larutan putih keruh

dan digojog

4.1.2 Uji Kelarutan dengan Etanol 25%

4.1.2.1 Glukosa +
- Sejumlah gram - Padatan putih.
glukosa ditambah ke
dalam tabung reaksi
- Ditambah sejumlah - Hanya sedikit padatan yang larut,

etanol 25% dan digojog masih banyak padatan yang tidak


larut dengan sempurna dan
mengendap di dasar tabung. Larutan
sedikit jernih agak kekuningan.
4.1.2.2 Laktosa
- Sejumlah gram laktosa - Padatan putih.
ditambah ke dalam
tabung reaksi
- Ditambah sejumlah - Hanya sedikit padatan yang larut, +
etanol 25% dan digojog masih banyak padatan yang tidak
larut dengan sempurna dan
mengendap di dasar tabung. Larutan
atas jernih dan bawah putih keruh.
4.1.2.3 Sukrosa
- Sejumlah gram - Padatan coklat kekuningan
sukrosa ditambah ke
dalam tabung reaksi +
- Ditambah sejumlah - Masih banyak padatan yang tidak

etanol 25% dan digojog larut dengan sempurna. Larutan


berwarna orange keruh.
4.1.2.4 Amilum/Kanji
- Sejumlah gram - Padatan putih
amilum ditambah ke
-
dalam tabung reaksi
- Ditambah sejumlah - Larutan berwarna putih keruh.

etanol 25% dan digojog

4.2 Uji Fehling

4.2.1 Fruktosa +
- Ditambah 1 mL - Larutan jernih
fruktosa ke dalam
tabung reaksi
- Direaksikan dengan 1 - Larutan berwarna biru

mL pereaksi Fehling
- Setelah larutan - Larutan berwarna coklat dengan

dipanaskan di water endapan merah bata

bath
4.2.2 Glukosa
- Ditambah 1 mL - Larutan jernih
glukosa ke dalam
tabung reaksi
- Direaksikan dengan 1 - Larutan berwarna biru +
mL pereaksi Fehling
- Larutan berwarna kuning
- Setelah larutan
kecoklatan jernih
dipanaskan di water
bath
4.2.3 Sukrosa
- Ditambah 1 mL - Larutan jernih
sukrosa ke dalam
tabung reaksi
- Direaksikan dengan 1 - Larutan berwarna biru jernih -
mL pereaksi Fehling
- Larutan tetap berwarna biru jernih
- Setelah larutan
dipanaskan di water
bath
4.2.4 Laktosa +
- Ditambah 1 mL - Larutan jernih
laktosa ke dalam tabung
reaksi
- Direaksikan dengan 1 - Larutan berwarna biru
mL pereaksi Fehling
- Setelah larutan - Larutan berwarna orange dan
dipanaskan di water terbentuk endapan merah bata
bath
4.2.5 Maltosa
- Ditambah 1 mL - Larutan jernih
maltosa ke dalam
tabung reaksi
- Direaksikan dengan 1 - Larutan berwarna biru +
mL pereaksi Fehling
- Larutan berwarna cokelat
- Setelah larutan
kehitaman dan terbentuk endapan
dipanaskan di water
merah bata
bath

4.3.1 Uji Kanji-Iodine

4.3.1.1 Amilum/Kanji
- Kanji ditambahkan - Larutan jernih tak berwarna +
larutan iodine lalu menjadi biru gelap
diaduk

4.3.2 Uji Hidrolisis Polisakarida dan Disakarida

4.3.2.1 Kanji 2% dengan air


- Ditambahkan kanji ke
dalam tabung reaksi
- Ditambahkan dengan
air
- Larutan dipanaskan
dan didinginkan
- Uji iodin: Larutan Biru Kehitaman
- Larutan dibagi 2,
-, kanji
dilakukan uji iodin pada
belum
plat tetes - Uji Benedict: Larutan Biru terhidrolisis
- Ditabahkan pereaksi
Benedict dalam tabung -
reaksi
- Larutan dipanaskan
kembali
4.3.2.2 Kanji 2% dengan HCl
- Ditambahkan kanji ke
dalam tabung reaksi
- Ditambahkan dengan
HCl
- Larutan dipanaskan
- Uji iodin: Larutan Coklat +, kanji
- Larutan dibagi 2,
sudah
dilakukan uji iodin pada
terhidrolisis
plat tetes
- Uji Benedict: Larutan merah bata +
- Ditambahkan NaOH
dan pereaksi Benedict
- Larutan dipanaskan
kembali
4.3.2.3 Sukrosa dengan air
- Ditambahkan sukrosa
ke dalam tabung reaksi
- Ditambahkan dengan
air
-, sukrosa
- Larutan dipanaskan
tidak
dan didinginkan
- Uji iodin: Larutan coklat bereaksi
- Larutan dibagi 2,
dengan
dilakukan uji iodin pada
iodin
plat tetes
- Uji Benedict: Larutan hijau +
- Ditabahkan pereaksi
Benedict dalam tabung
reaksi
- Larutan dipanaskan
kembali
4.3.2.4 Sukrosa dengan HCl
- Ditambahkan sukrosa
ke dalam tabung reaksi
- Ditambahkan dengan
-, sukrosa
HCl
tidak
- Larutan dipanaskan
- Uji iodin: Larutan coklat bereaksi
- Larutan dibagi 2,
dengan
dilakukan uji iodin pada
iodin
plat tetes
- Uji Benedict: Larutan merah bata
+
- Ditambahkan NaOH
dan pereaksi Benedict
- Larutan dipanaskan
kembali

4.4 Uji Molisch

4.4.1 Fruktosa
- Ditambah 1 mL - Larutan jernih tak berwarna
fruktosa ke dalam
tabung reaksi
- Larutan jernih tak berwarna +
- Ditambahkan 5 tetes
pereaksi molisch
- Larutan terbagi menjadi 2 bagian
- Ditambahkan H2SO4
dengan cincin ungu diantaranya.
pekat tetes demi tetes
4.4.2 Glukosa +
- Ditambah 1 mL - Larutan jernih tak berwarna
glukosa ke dalam
tabung reaksi
- Ditambahkan 5 tetes - Larutan jernih tak berwarna

pereaksi molisch
- Ditambahkan H2SO4 - Larutan terbagi menjadi 2 bagian
pekat tetes demi tetes dengan cincin ungu diantaranya.
4.4.3 Sukrosa
- Ditambah 1 mL - Larutan jernih tak berwarna
sukrosa ke dalam
tabung reaksi
- Larutan jernih tak berwarna +
- Ditambahkan 5 tetes
pereaksi molisch
- Larutan terbagi menjadi 2 bagian
- Ditambahkan H2SO4
dengan cincin ungu diantaranya.
pekat tetes demi tetes
4.4.4 Laktosa
- Ditambah 1 mL - Larutan jernih tak berwarna
laktosa ke dalam tabung
reaksi
- Larutan jernih tak berwarna +
- Ditambahkan 5 tetes
pereaksi molisch
- Larutan terbagi menjadi 2 bagian
- Ditambahkan H2SO4
dengan cincin ungu diantaranya.
pekat tetes demi tetes
4.4.5 Maltosa
- Ditambah 1 mL - Larutan jernih tak berwarna
maltosa ke dalam
tabung reaksi
- Larutan jernih tak berwarna +
- Ditambahkan 5 tetes
pereaksi molisch
- Larutan terbagi menjadi 2 bagian
- Ditambahkan H2SO4
dengan cincin ungu diantaranya.
pekat tetes demi tetes
4.4.6 Kanji/Amilum
- Ditambah 1 mL kanji - Larutan jernih tak berwarna
ke dalam tabung reaksi
- Ditambahkan 5 tetes - Larutan jernih tak berwarna +
pereaksi molisch
- Ditambahkan H2SO4 - Larutan terbagi menjadi 2 bagian

pekat tetes demi tetes dengan cincin ungu diantaranya.

4.5 Uji Benedict

4.5.1 Glukosa
- Dipipet 1 mL glukosa Larutan bening endapan merah bata
ke dalam tabung reaksi
- Ditambah 5 mL
+
pereaksi Benedict
- Setelah dipanaskan
dalam water bath
selama 3 menit
4.5.2 Fruktosa
- Dipipet 1 mL fruktosa Larutan bening endapan merah bata
ke dalam tabung reaksi
- Ditambah 5 mL
+
pereaksi Benedict
- Setelah dipanaskan
dalam water bath
selama 3 menit
4.5.3 Maltosa
- Dipipet 1 mL maltosa Larutan kuning endapan hijau
ke dalam tabung reaksi
- Ditambah 5 mL
+
pereaksi Benedict
- Setelah dipanaskan
dalam water bath
selama 3 menit
4.5.4 Laktosa
- Dipipet 1 mL laktosa Larutan biru
ke dalam tabung reaksi
- Ditambah 5 mL
-
pereaksi Benedict
- Setelah dipanaskan
dalam water bath
selama 3 menit

4.6 Uji Asam Pikrat

4.6.1 Glukosa
- Larutan glukosa Larutan kuning
ditetes asam pikrat
-
- Ditambahkan Natrium
Karbonat
- Dilakukan pemanasan
4.6.2 Fruktosa
- Larutan fruktosa Larutan bening endapan merah
ditetes asam pikrat
+
- Ditambahkan Natrium
Karbonat
- Dilakukan pemanasan
4.6.3 Maltosa
- Larutan maltosa Larutan kuning
ditetes asam pikrat
-
- Ditambahkan Natrium
Karbonat
- Dilakukan pemanasan
4.6.4 Laktosa
- Larutan laktosa ditetes Larutan kuning endapan merah
asam pikrat
+
- Ditambahkan Natrium
Karbonat
- Dilakukan pemanasan

4.7 Uji Tollens

4.7.1 Glukosa
- Ditambahkan sedikit Larutan bening endapan abu-abu
larutan glukosa ke
dalam tabung reaksi
- Diteteskan pereaksi +
Tollen’s dan digojog
- Setelah larutan
dipanaskan dalam water
bath
4.7.2 Fruktosa -
- Ditambahkan sedikit Larutan bening
larutan fruktosa ke
dalam tabung reaksi
- Diteteskan pereaksi
Tollen’s dan digojog
- Setelah larutan
dipanaskan dalam water
bath
4.7.3 Maltosa
- Ditambahkan sedikit Larutan kuning endapan hitam
larutan maltosa ke
dalam tabung reaksi
- Diteteskan pereaksi +
Tollen’s dan digojog
- Setelah larutan
dipanaskan dalam water
bath
4.7.4 Laktosa
- Ditambahkan sedikit Larutan bening
larutan laktosa ke dalam
tabung reaksi
- Diteteskan pereaksi -
Tollen’s dan digojog
- Setelah larutan
dipanaskan dalam water
bath

4.8 Uji Seliwanorf

4.8.1 Glukosa
- Dipipet 1 mL glukosa Larutan kuning jernih
ke dalam tabung reaksi
- Ditambahkan 5 mL
pereaksi seliwanoff dan -
digojog
- Setelah larutan
dipanaskan dalam water
bath selama 30 detik
4.8.2 Fruktosa
- Dipipet 1 mL fruktosa Larutan merah jernih
ke dalam tabung reaksi
- Ditambahkan 5 mL
pereaksi seliwanoff dan +
digojog
- Setelah larutan
dipanaskan dalam water
bath selama 30 detik
V. Hipotesis
Percobaan yang dilakukan ini berjudul “Senyawa Bio-organik:
Karbohidrat”. Praktikum ini dilakukan dengan tujuan agar mahasiswa
mampu menjelaskan sifat umum dan khusus karbohidrat juga
menjelaskan analisis kualitatif karbohidrat dalam suatu sampel.
Percobaan ini dilakukan dengan prinsip berdasarkan sifat fisika
maupun kimia yang dimiliki oleh karbohidrat. Baik kelarutan, sifat
mereduksi, sifat hidrolisis, ataupun dehidrrasi yang dimiliki oleh
karbohidrat. Terdapat 8 metode yang dilakukan dalam uji ini, yaitu:
9. Uji Kelarutan: Dari uji ini karbohidrat yang bersifat polar larut
dalam air dan tidak larut dalam etanol berdasarkan prinsip like
dissolve like.
10. Uji Fehling: Dalam uji ini karbohidrat yang memiliki sifat
pereduksi bereaksi dengan reagent Fehling membentuk endapan
merah Cu2O.
11. Hidrolisis Disakarida dan Polisakarida: Dalam uji ini, kanji dapat
diidentifikasi dengan menambahkan pereaksi iodin membentuk
senyawa kompleks berwarna biru. Hasil hidrolisis dari disakarida
dan polisakarida menghasilkan produk monomer-monomernya.
12. Uji Molisch: Uji ini merupakan uji untuk mengidentifikasi
karbohidrat secara umum. Dengan penambahan H2SO4 pekat
karbohidrat akan membentuk senyawa kompleks berwarna ungu.
13. Uji Benedict: Dalam uji ini karbohidrat yang memiliki sifat
pereduksi bereaksi dengan reagent Fehling membentuk endapan
merah Cu2O.
14. Uji Asam Pikrat: Dalam uji ini karbohidrat yang memiliki sifat
pereduksi bereaksi dengan asam pikrat membentuk larutan
berwarna merah akibat hasil reduksi asam pikrat menjadi asam
pikramat.
15. Uji Tollens: Dalam uji ini karbohidrat yang memiliki sifat
pereduksi bereaksi dengan reagent Tollens membentuk endapan
cermin perak Ag.
16. Uji Seliwanoff: Uji ini dilakukan untuk mengidentifikasi
keberadaan fruktosa, yang akan membentuk larutan merah jernih
ketika direaksikan dengan pereaksi Seliwanoff.
VI. Pembahasan
Telah dilakukan praktikum Percobaan X dengan judul “Senyawa
Bio-organik: Karbohidrat” yang bertujuan agar mahasiswa mampu
menjelaskan sifat umum dan khusus karbohidrat, dan memapu
menjelaskan analisis kualitatif karbohidrat dalam suatu sampel. Pada
percobaan ini, terdapat 8 jenis uji yang dilakukan, yaitu Uji Kelarutan;
Uji Fehling; Hidrolisis Disakarida dan Polisakarida; Uji Molisch; Uji
Benedict; Uji Asam Pikrat; Uji Tollens; dan Uji Seliwanoff.
VI.1 Uji Kelarutan
VI.1.1 Air
Uji pertama yaitu uji kelarutan dengan
menggunakan air. Uji ini bertujuan untuk menentukan
kelarutan karbohidrat dalam air. Uji ini dilakukan terhadap
4 jenis karbohidrat berbeda, yaitu glukosa, laktosa, sukrosa,
dan kanji/amilum, dimana glukosa merupakan
monosakarida, laktosa dan sukrosa merupakan disakarida,
dan kanji/amilum merupakan polisakarida. Langkah-
langkah yang dilakukan pada percobaan ini untuk keempat
senyawa tersebut adalah sama. Sejumlah karbohidrat
dimasukkan ke dalam tabung reaksi untuk diamati bentuk
fisiknya. Penggunaan tabung reaksi dikarenakan uji yang
dilakukan hanyalah berupa uji kualitatif, sehingga tidak
memerlukan bahan yang terlalu banyak untuk melakukan
percobaannya, maka dari itu penggunaan tabung reaksi
sudah cukup. Setelah itu ke dalam tabung reaksi
ditambahkan 10 mL aquades. Penambahan aquades
bertujuan untuk melarutkan karbohidrat. Dilakukan
penggojogan yang kuat untuk membantu melarutkan
karbohidrat. Setelah itu barulah dilakukan pengamatan.
VI.1.1.1 Glukosa
Pada glukosa, setelah dilakukan
penggojogan, glukosa yang awalnya berbentuk
padatan berwarna putih larut menjadi larutan jernih
tak berwarna. Glukosa merupakan senyawa
monosakarida, hali ini berarti rantai karbonnya
masih tidak terlalu panjang, sehingga tiap gugus
hidroksi yang terikat dengan karbon lebih kuat
berikatan dengan air, menyebabkan glukosa dapat
dengan mudah larut dalam air karena adanya
interaksi tersebut. Hal ini juga membuat glukosa
sebagai senyawa polar.
VI.1.1.2 Laktosa
Pada laktosa, setelah dilakukan penggojogan
yang cukup kuat, laktosa yang awalnya berbentuk
padatan berwarna putih larut menjadi larutan jernih
tak berwarna. Laktosa merupakan senyawa
disakarida, hal ini berarti rantai karbonnya masih
tidak terlalu panjang, meskipun lebih panjang
daripada glukosa, gugus hidroksi yang terikat
dengan karbon jauh lebih kuat berikatan dengan air,
menyebabkan laktosa dapat dengan mudah larut
dalam air karena adanya interaksi tersebut,
meskipun proses pelarutan perlu dilakukan dengan
penggojogan yang lumayan kuat. Hal ini juga
membuat laktosa sebagai senyawa polar.
VI.1.1.3 Sukrosa
Sama seperti laktosa, setelah dilakukan
penggojogan yang cukup kuat, sukrosa yang
awalnya berbentuk padatan berwarna kuning
kecoklatan larut menjadi larutan jernih tak
berwarna. Sukrosa merupakan senyawa disakarida,
hal ini berarti rantai karbonnya masih tidak terlalu
panjang, meskipun lebih panjang daripada glukosa,
gugus hidroksi yang terikat dengan karbon jauh
lebih kuat berikatan dengan air, menyebabkan
laktosa dapat dengan mudah larut dalam air karena
adanya interaksi tersebut, meskipun proses
pelarutan perlu dilakukan dengan penggojogan yang
lumayan kuat. Hal ini juga membuat sukrosa
sebagai senyawa polar.
VI.1.1.4 Kanji/Amilum
Pada kanji, setelah dilakukan penggojogan
yang cukup kuat, larutan menjadi keruh berwarna
putih. Hal ini mengindikasikan bahwa kanji/amilum
tidak dapat larut dalam air. Kanji/amilum
merupakan senyawa polisakarida, dan hampir
seluruh kanji/amilum mengandung 80-90 persen
amylopectin dan 10-20% amylose, keduanya
tersusun dari D-glukosa. Karena panjangnya rantai
karbon senyawa kanji, membuat molekul air tidak
dapat berinteraksi dengan kuat dengannya, sehingga
kanji tidak dapat larut dalam air (Khowala. 2008).
VI.1.2 Etanol 25%
Uji kedua yaitu uji kelarutan dengan menggunakan
etanol 25%. Uji ini bertujuan untuk menentukan kelarutan
karbohidrat dalam etil alkohol. Uji ini dilakukan terhadap 4
jenis karbohidrat berbeda, yaitu glukosa, laktosa, sukrosa,
dan kanji/amilum, dimana glukosa merupakan
monosakarida, laktosa dan sukrosa merupakan disakarida,
dan kanji/amilum merupakan polisakarida. Langkah-
langkah yang dilakukan pada percobaan ini untuk keempat
senyawa tersebut adalah sama. Sejumlah karbohidrat
dimasukkan ke dalam tabung reaksi untuk diamati bentuk
fisiknya. Penggunaan tabung reaksi dikarenakan uji yang
dilakukan hanyalah berupa uji kualitatif, sehingga tidak
memerlukan bahan yang terlalu banyak untuk melakukan
percobaannya, maka dari itu penggunaan tabung reaksi
sudah cukup. Setelah itu ke dalam tabung reaksi
ditambahkan sejumlah etanol 25%. Penambahan etanol
bertujuan untuk melarutkan karbohidrat. Dilakukan
penggojogan yang kuat untuk membantu melarutkan
karbohidrat. Setelah itu barulah dilakukan pengamatan.
VI.1.2.1 Glukosa
Setelah ditambahkan etanol dan dilakukan
penggojogan, hanya sedikit padatan yang larut.
Masih banyak padatan yang tidak larut dengan
sempurna dan mengendap di dasar tabung. Larutan
jenih agak kekuningan. Glukosa merupakan
senyawa monosakarida yang memiliki banyak
gugus hidroksil sehingga membuatnya senyawa
yang cukup polar. Sementara alkohol memiliki
bagian non-polar yang cukup besar dalam
strukturnya (Kessler. 2013). Hal ini menyebabkan
glukosa tidak dapat larut dalam etanol.
VI.1.2.2 Laktosa
Setelah ditambahkan etanol dan dilakukan
penggojogan, hanya sedikit padatan laktosa yang
larut. Masih banyak padatan yang tidak larut dengan
sempurna dan mengendap di dasar tabung. Larutan
atas jernih dan bawah putih keruh. Laktosa
merupakan senyawa disakarida yang memiliki
banyak gugus hidroksil sehingga membuatnya
senyawa yang cukup polar. Sementara alkohol
memiliki bagian non-polar yang cukup besar dalam
strukturnya (Kessler. 2013). Hal ini menyebabkan
laktosa tidak dapat larut dalam etanol.
VI.1.2.3 Sukrosa
Setelah ditambahkan etanol dan dilakukan
penggojogan, hanya sedikit padatan sukroa yang
larut. Masih banyak padatan yang tidak larut dengan
sempurna dan mengendap di dasar tabung. Larutan
berwarna orange keruh. Sama seperti laktosa,
sukrosa merupakan senyawa disakarida yang
memiliki banyak gugus hidroksil sehingga
membuatnya senyawa yang cukup polar. Sementara
alkohol memiliki bagian non-polar yang cukup
besar dalam strukturnya (Kessler. 2013). Hal ini
menyebabkan sukrosa tidak dapat larut dalam
etanol.
VI.1.2.4 Kanji/Amilum
Setelah kanji ditambahkan etanol dan
dilakukan penggojogan, larutan menjadi keruh
berwarna putih. Dari hasil ini berarti kanji tidak
dapat larut dalam etanol. Meskipun rantai
karbonnya juga panjang, hal ini juga menyebabkan
banyaknya gugus hidroksil dalam senyawanya.
Sehingga walaupun kanji/amilum tidak larut dalam
air pada temperatur ruang, kanji masih dapat larut
dalam air yang dipanaskan, membuatnya senyawa
yang polar. Sementara alkohol merupakan senyawa
non-polar karena memiliki bagian non-polar yang
cukup besar dalam senyawanya (Kessler. 2013).
Hali ni menyebabkan kanji/amilum tidak dapat larut
dalam etanol.
VI.2 Uji Fehling
Uji Fehling dilakukan dengan tujuan untuk
mengidentifikasi senyawa karbohidrat dengan memanfaatkan sifat
pereduksinya. Uji ini dilakukan pada 5 senyawa karbohidrat
berbeda, yaitu fruktosa, glukosa, laktosa, sukrosa, dan maltosa.
Secara garis besar, langkah-langkah yang dilakukan untuk
mengujinya sama. Pertama sejumlah glukosa ditambahkan ke
dalam tabung reaksi. Karena uji ini termasuk uji kualitatif,
penggunaan tabung reaksi sudah cukup karena hanya sedikit bahan
yang diperlukan. Selanjutnya ditambahkan 1 mL pereaksi Fehling
dan dilakukan penggojogan. Pereaksi Fehling digunakan sebagai
pengoksidasi karbohidrat, sementara penggojogan dilakukan untuk
menghomogenkan larutan. Selanjutnya dilakukan pemanasan
dalam penangas air mendidih. Pemanasan dilakukan untuk
mengaktifkan reaksi dalam larutan. Tanpa adanya pemanasan,
reaksi tidak akan berjalan karena aktivasi energi reaksi ini lumayan
tinggi. Setelah pemanasan barulah dilakukan pengamatan.
VI.2.1 Fruktosa
Setelah pemanasan didapatkan larutan yang
berwarna coklat dengan endapan merah bata. Dalam reaksi
ini, fruktosa telah dikonversi menjadi glukosa dan mannosa
dalam suasana larutan basa. Sehingga dapat diasumsikan
bahwa telah terbentuk senyawa Cu2O, produk dari reaksi
antara glukosa dengan ion Cu2+ dari senyawa kompleks
fehling. Gugus aldosa dari glukosa merupakan bagian yang
mereduksi dalam hal ini, sehingga gugus ini setelah proses
reduki-oksidasi akan berubah menjadi gugus karboksilat.
Sementara ion Cu2+ merupakan gugus pengoksidasinya,
dimana setelah reaksi ion Cu2+ tereduksi menjadi Cu+. Ion
Cu2+ dalam larutan dikomplekskan dengan bantuan ion
tartrate, tanpa ion tartrate, dalam suasana basa ion Cu2+ akan
membentuk endapan Cu(OH)2, yang akan mengakibatkan
tidak dapat berjalannya reaksi antar Cu2+ dengan fruktosa
(Mohamed. 2015).

Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa fruktosa


memberikan hasil positif dalam uji fehling, dan uji fehling
bukan merupakan uji spesifik yang dapat menentukan suatu
karbohidrat memiliki gugus aldosa atau tidak.
VI.2.2 Glukosa
Setelah pemanasan didapatkan larutan berwarna
kuning kecoklatan jernih. Sehingga dapat diasumsikan
bahwa telah ion Cu2+ dalam pereaksi Fehling telah bereaksi
dengan glukosa meskipun tidak sampai terbentuk endapan
berwarna merah. Gugus aldosa dari glukosa merupakan
bagian yang mereduksi dalam hal ini, sehingga gugus ini
setelah proses reduki-oksidasi akan berubah menjadi gugus
karboksilat. Sementara ion Cu2+ merupakan senyawa
pengoksidasinya, dimana setelah reaksi ion Cu2+ tereduksi
menjadi Cu+. Ion Cu2+ dalam larutan dikomplekskan dengan
bantuan ion tartrate, tanpa ion tartrate, dalam suasana basa
ion Cu2+ akan membentuk endapan Cu(OH)2, yang akan
mengakibatkan tidak dapat berjalannya reaksi antar Cu2+
dengan glukosa (Mohamed. 2015).
Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa glukosa
memberikan hasil positif dalam uji fehling.
VI.2.3 Laktosa
Setelah pemanasan didapatkan larutan berwarna
orange dan terbentuk endapan merah bata. Sehingga dapat
diasumsikan bahwa telah ion Cu2+ dalam pereaksi Fehling
telah bereaksi dengan gugus aldehid dalam struktur laktosa.

Gugus aldehid dari laktosa ini merupakan bagian yang


mereduksi dalam hal ini, sehingga gugus ini setelah proses
reduki-oksidasi akan berubah menjadi gugus karboksilat.
Sementara ion Cu2+ merupakan senyawa pengoksidasinya,
dimana setelah reaksi ion Cu2+ tereduksi menjadi Cu+. Ion
Cu2+ dalam larutan dikomplekskan dengan bantuan ion
tartrate, tanpa ion tartrate, dalam suasana basa ion Cu2+ akan
membentuk endapan Cu(OH)2, yang akan mengakibatkan
tidak dapat berjalannya reaksi antar Cu2+ dengan laktosa
(Mohamed. 2015). Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa
laktosa memberikan hasil positif dalam uji fehling.
VI.2.4 Sukrosa
Setelah pemanasan tidak didapatkan perubahan
warna pada larutan, dimana larutan tetap berwarna biru.
Sehingga dapat diasumsikan bahwa ion Cu2+ dalam pereaksi
Fehling tidak bereaksi dengan sukrosa.

Berbeda dengan glukosa, fruktosa, laktosa, ataupun


maltosa, ketika rantainya disusun dalam bentuk lurus
(straight-chain), sukrosa tidak memiliki gugus fungsi
apapun yang dapat mereduksi ion Cu2+. Agar suatu
karbohidrat dapat menjadi gugus pereduksi, dalam
strukturnya perlu ada atom karbon yang mengikat 2 oksigen
sekaligus, dimana salah satu oksigen tersebut merupakan
oksigen dari gugus hidroksil (-OH). Dikarenakan untuk
membentuk sukrosa karbon dari gugus-gugus reaktifnya lah
yang digunakan untuk berikatan antara satu sama lain,
membuat atom karbon yang mengikat 2 oksigen ini tidak
exist. Hal inilah yang membuat sukrosa menjadi gula non-
pereduksi dan menunjukkan hasil negatif pada uji Fehling.
VI.2.5 Maltosa
Setelah pemanasan didapatkan larutan berwarna
cokelat kehitaman dan terbentuk endapan merah bata.
Sehingga dapat diasumsikan bahwa telah ion Cu 2+ dalam
pereaksi Fehling telah bereaksi dengan gugus aldehid dalam
struktur maltosa.

Gugus aldehid dari maltosa ini merupakan bagian yang


mereduksi dalam hal ini, sehingga gugus ini setelah proses
reduki-oksidasi akan berubah menjadi gugus karboksilat.
Sementara ion Cu2+ merupakan senyawa pengoksidasinya,
dimana setelah reaksi ion Cu2+ tereduksi menjadi Cu+. Ion
Cu2+ dalam larutan dikomplekskan dengan bantuan ion
tartrate, tanpa ion tartrate, dalam suasana basa ion Cu2+ akan
membentuk endapan Cu(OH)2, yang akan mengakibatkan
tidak dapat berjalannya reaksi antar Cu2+ dengan maltosa
(Mohamed. 2015). Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa
maltosa memberikan hasil positif dalam uji fehling.
VI.3 Hidrolisis Disakarida dan Polisakarida
VI.3.1 Uji Kanji-Iodine
Uji ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat
reaksi antara kanji dengan iodine, dimana reaksi ini
biasanya digunakan sebagai indikator keberadaan senyawa
kanji dengan menggunakan larutan iodine. Langkah yang
dilakukan adalah pertama yaitu dengan memasukkan
sejumlah larutan kanji ke dalam gelas kimia, kemudian
ditambahkan beberapa tetes larutan iodin. Dengan
menambahkan larutan iodin, barulah terjadi perubahan pada
larutan kanji yang awalnya berupa larutan jernih tak
berwarna menjadi larutan berwarna biru gelap. Kanji
merupakan karbohidrat polisakarida yang tersusun oleh
amilopektin (80-90%) dan amilosa (10-20%).

Warna biru gelap ini ditimbulkan oleh reaksi antara


amylosa dengan iodin. Amilosa merupakan senyawa yang
berbentuk helix dan dapat mengikat iodine ke dalamnya.
Dari reaksi ini terbentuk senyawa kompleks yang berwarna
biru gelap (Goedecke. 2016).
VI.3.2 Uji Hidrolisis dengan Air
Uji ini dilakukan dengan tujuan untuk
menghidrolisis senyawa disakarida dan polisakarida dengan
menggunakan air menjadi monomer-monomernya.
Senyawa yang digunakan dalam uji ini adalah kanji 2% dan
sukrosa. Pertama-tama, sejumlah larutan karbohidrat
ditambahkan ke dalam tabung reaksi, kemudian ke dalam
tabung reaksi ditambahkan 10 tetes aquades. Aquades ini
ditambahkan sebagai penghidrolisis larutan karbohidrat
menjadi monomernya, hal ini berdasarkan sifat kimia
karbohidrat yang dapat terhidrolisis jika bereaksi dengan
air. Kemudian dilakukan pemanasan dalam penangas air
hingga mendidih selama 10 menit untuk membantu
mempercepat proses hidrolisis. Setelah itu larutan
didinginkan. Pendinginan dilakukan untuk memastikan
bahwa reaksi telah selesai sepenuhnya. Setelah dingin,
larutan dibagi menjadi 2 dengan cara memipet 5 tetes
larutan ke plat tetes. Kepada plat tetes ini kemudian
ditambahkan 1 tetes larutan iodin. Penambahan larutan
iodin ini adalah untuk mengidentifikasi apakah senyawa
karbohidrat yang diuji telah terhidrolisis atau belum.
Sementara itu, pada tabung reaksi ditambahkan 10 pereaksi
Benedict. Pada tabung ini akan diuji apakah senyawa akhir,
monomer karbohidrat hasil hidrolisis telah terbentuk atau
belum. Setelah ditambahkan pereaksi kemudian dilakukan
pemanasan untuk mempercepat reaksi.
VI.3.2.1 Kanji 2%
Kanji merupakan senyawa polisakarida,
yang ketika dihidrolisis akan membentuk
monosakaridanya, yaitu glukosa. Setelah proses
hidrolisis dan dilakukan uji iodin, larutan yang
terbentuk adalah biru kehitaman. Dari hasil ini dapat
diasumsikan bahwa proses hidrolisis tidak terjadi.
Hal ini dikarenakan pembentukan warna biru
kehitaman tersebut menandakan bahwa masih
terbentuk senyawa kompleks antara iodin dengan
kanji, sehingga dalam larutan masih terdapat kanji
yang belum terhidrolisis.
Sementara pada uji benedict, larutan yang
terbentuk adalah larutan biru. Dari warna biru yang
dihasilkan ini dapat diasumsikan bahwa pereaksi
Benedict tidak bereaksi. Pereaksi Benedict memiliki
warna dasar biru, warna ini ditimbulkan oleh larutan
tembaga yang menjadi penyusun pereaksi tersebut.
Bila terdapat glukosa dalam larutan, ketika
ditambahkan pereksi Benedict, larutan tembaga
akan mengoksidasi glukosa dan membentuk
endapan Cu2O yang berwarna merah. Karena
setelah proses pemanasan tidak terbentuk endapan
merah, maka disimpulkan bahwa tidak terdapat
senyawa glukosa dalam larutan.
VI.3.2.2 Sukrosa
Sukrosa merupakan senyawa disakarida
yang tersusun dari glukosa dan fruktosa, sehingga
setelah proses hidrolisis yang akan terbentuk adalah
glukosa dan fruktosa. Setelah proses hidrolisis dan
uji iodin, didapatkan pengamatan larutan yang
awalnya jernih menjadi larutan berwarna coklat.
Warna coklat yang terbentuk berasal dari larutan
warna iodine yang pada dasarnya berwarna coklat.
Iodine tidak dapat bereaksi baik dengan sukrosa,
fruktosa, ataupun glukosa dan membentuk senyawa
baru dengan warna lain (Anon. 2020). Hal ini
menyebabkan uji iodine pada sukrosa akan selalu
menghasilkan hasil negatif, atau terbentuknya
larutan coklat hingga kuning. Sehingga uji iodine
tidak dapat digunakan untuk menentukan apakah
senyawa sukrosa telah terhidrolisis atau belum.
Selanjutnya pada tabung reaksi, setelah
dilakukan uji Benedict, didapatkan pembentukan
larutan yang berwarna hijau. Hasil ini menunjukkan
bahwa sudah terbentuk senyawa glukosa ataupun
fruktosa dalam larutan dari hasil proses hidrolisis.
Dibandingkan kanji, sukrosa lebih mudah untuk
dihidrolisis karena rantainya yang jauh lebih
pendek, sehingga hanya dengan bantuan air dan
pemanasan sudah ada beberapa ikatan yang terputus
dan membentuk monomer-monomernya. Warna
hijau yang terbentuk adalah hasil reaksi glukosa
atau fruktosa (utamanya glukosa karena fruktosa
harus diubah dulu menjadi glukosa untuk dapat
bereaksi) dengan pereaksi Benedict.
VI.3.3 Uji Hidrolisis dengan HCl
Berbeda dengan sebelumnya, uji ini dilakukan
dengan tujuan untuk menghidrolisis senyawa disakarida
dan polisakarida dengan menggunakan bantuan asam HCl
menjadi monomer-monomernya. Senyawa yang digunakan
dalam uji ini adalah kanji 2% dan sukrosa. Untuk terjadinya
proses hidrolisis, perlu terdapat air dalam suatu larutan,
dalam hal ini, pelarut dari larutan kanji 2% dan sukrosa-lah
yang akan menjadi air penghidrolisisnya. Pertama-tama,
sejumlah larutan karbohidrat ditambahkan ke dalam tabung
reaksi, kemudian ke dalam tabung reaksi ditambahkan 10
tetes HCl. HCl ini ditambahkan sebagai katalis
penghidrolisis larutan karbohidrat menjadi monomernya,
hal ini berdasarkan sifat kimia karbohidrat yang dapat
terhidrolisis jika bereaksi dengan air. Kemudian dilakukan
pemanasan dalam penangas air hingga mendidih selama 10
menit untuk membantu mempercepat proses hidrolisis.
Setelah itu larutan didinginkan. Pendinginan dilakukan
untuk memastikan bahwa reaksi telah selesai sepenuhnya.
Setelah dingin, ditambahkan dulu larutan NaOH 10%
dengan tujuan untuk menetralkan larutan yang sebelumnya
asam. Penambahan NaOH ini bertujuan agar reaksi
selanjutnya, yaitu uji Benedict dan uji Iodin dapat berjalan,
karena dalam suasana asam kedua uji ini tidak dapat
berjalan. Setelah itu, larutan dibagi menjadi 2 dengan cara
memipet 5 tetes larutan ke plat tetes. Kepada plat tetes ini
kemudian ditambahkan 1 tetes larutan iodin. Penambahan
larutan iodin ini adalah untuk mengidentifikasi apakah
senyawa karbohidrat yang diuji telah terhidrolisis atau
belum. Sementara itu, pada tabung reaksi ditambahkan 10
pereaksi Benedict. Pada tabung ini akan diuji apakah
senyawa akhir, monomer karbohidrat hasil hidrolisis telah
terbentuk atau belum. Setelah ditambahkan pereaksi
kemudian dilakukan pemanasan untuk mempercepat reaksi.
VI.3.3.1 Kanji 2%
Kanji merupakan senyawa polisakarida,
yang ketika dihidrolisis akan membentuk
monosakaridanya, yaitu glukosa. Setelah proses
hidrolisis dan dilakukan uji iodin, larutan yang
terbentuk adalah larutan berwarna coklat. Dari hasil
ini dapat diasumsikan bahwa proses hidrolisis telah
terjadi. Hal ini dikarenakan warna dasar larutan
iodin adalah coklat, sehingga ketika ditambahkan ke
dalam larutan tersebut, dapat diasumsikan bahwa
iodin tidak bereaksi dengan apapun dalam larutan
yang dapat membuatnya merubah warna larutan.
Sementara pada uji benedict, larutan yang
terbentuk adalah larutan merah bata. Dari warna
merah bata yang dihasilkan ini dapat diasumsikan
bahwa pereaksi Benedict sudah bereaksi bereaksi.
Pereaksi Benedict memiliki warna dasar biru, warna
ini ditimbulkan oleh larutan tembaga yang menjadi
penyusun pereaksi tersebut. Bila terdapat glukosa
dalam larutan, ketika ditambahkan pereksi Benedict,
larutan tembaga akan mengoksidasi glukosa dan
membentuk endapan Cu2O yang berwarna merah.
Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa larutan
kanji 2% telah terhidrolisis secara sempurna hingga
membentuk monomernya, yaitu glukosa.
VI.3.3.2 Sukrosa
Sukrosa merupakan senyawa disakarida
yang tersusun dari glukosa dan fruktosa, sehingga
setelah proses hidrolisis yang akan terbentuk adalah
glukosa dan fruktosa. Setelah proses hidrolisis dan
uji iodin, didapatkan pengamatan larutan yang
awalnya jernih menjadi larutan berwarna coklat.
Warna coklat yang terbentuk berasal dari larutan
warna iodine yang pada dasarnya berwarna coklat.
Iodine tidak dapat bereaksi baik dengan sukrosa,
fruktosa, ataupun glukosa dan membentuk senyawa
baru dengan warna lain (Anon. 2020). Hal ini
menyebabkan uji iodine pada sukrosa akan selalu
menghasilkan hasil negatif, atau terbentuknya
larutan coklat hingga kuning. Sehingga uji iodine
tidak dapat digunakan untuk menentukan apakah
senyawa sukrosa telah terhidrolisis atau belum.
Selanjutnya pada tabung reaksi, setelah
dilakukan uji Benedict, didapatkan pembentukan
larutan yang berwarna merah bata. Hasil ini
menunjukkan bahwa sudah terbentuk senyawa
glukosa ataupun fruktosa dalam larutan dari hasil
proses hidrolisis. Sama seperti kanji sebelumnya,
Bila terdapat glukosa dalam larutan, ketika
ditambahkan pereksi Benedict, larutan tembaga
akan mengoksidasi glukosa dan membentuk
endapan Cu2O yang berwarna merah. Maka dari itu
dapat disimpulkan bahwa larutan sukrosa telah
terhidrolisis secara sempurna hingga membentuk
monomernya, yaitu glukosa dan fruktosa.
VI.4 Uji Molisch
Uji Molisch merupakan uji umum yang dilakukan untuk
mengidentifikasi keberadaan senyawa karbohidrat. Uji ini dapat
mengidentifikasi seluruh jenis karbohidrat, dimana prinsipnya
memanfaatkan sifat karbohidrat yang dapat di dehidrasi menjadi
gugus furfual atau hidroksimethylfurfural dengan penambahan
H2SO4 (Khowala. 2008). Uji ini akan dilakukan terhadap 6
karbohidrat berbeda, yaitu fruktosa, glukosa, sukrosa, laktosa,
maltosa, dan kanji/amilum. Secara garis besar, langkah-langkah
yang dilakukan dalam uji ini adalah sama. Pertama-tama sejumlah
larutan karbohidrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Karena uji
ini termasuk ke dalam uji kualitatif, sedikit penambahan pereaksi
dan penggunaan tabung reaksi sudah cukup. Setelah itu
ditambahkan beberapa tetes pereaksi Molisch dan dilakukan
penggojogan. Penambahan pereaksi Molisch ini bertujuan untuk
men-dehidrasi larutan karbohidrat menjadi senyawa furfural.
Karena pereaksi Molisch ini sangat sensitif, penambahannya yang
hanya beberapa tetes sudah cukup. Penggojogan dilakukan untuk
menghomogenkan larutan. Selanjutnya ditambahkan asam sulfat
pekat dengan cara memiringkan tabung dan memasukkannya
melewati dinding tabung sedikit demi sedikit hingga terbentuk
lapisan di dasar tabung. Asam sulfat pekat merupakan senyawa
yang korosif dan eksotermik, atau menimbulkan panas. Sehingga
penanganannya dalam laboratorium perlu sangat berhati-hati.
Perubahan akan terlihat langsung sesaat setelah asam sulfat pekat
ditambahkan.
Secara garis besar, reaksi yang terjadi adalah:
Dimana glukosa dapat digantikan oleh karbohidrat lainnya.
Karbohidrat akan didehidrasi oleh asam sulfat membentuk
senyawa furfural. Setelah itu senyawa furfural ini merupakan
senyawa aldehid yang memiliki sifat mereduksi. Dimana
selanjutnya senyawa aldehid ini akan bereaksi dengan pereaksi
Molisch (α-naphtol) membentuk aldehid siklik yang berwarna
ungu (Khowala. 2008).
VI.4.1 Fruktosa
Setelah penambahan asam sulfat, dapat diamati
perubahan larutan yang awalnya jernih tidak berwarna
menjadi larutan dengan 2 lapisan dengan cincin ungu
diantaranya. Dari hal ini dapat diasumsikan bahwa fruktosa
telah bereaksi dengan pereaksi. Fruktosa pertama-tama
didehidrasi dengan penambahan H2SO4 membentuk aldehid,
5-hydroxymethylfurfural.

Setelah itu senyawa furfural tersbeut bereaksi dengan


pereaksi Molisch membentuk senyawa kompleks berwarna
ungu.
VI.4.2 Glukosa
Sama seperti fruktosa, setelah penambahan asam
sulfat, dapat diamati perubahan larutan yang awalnya jernih
tidak berwarna menjadi larutan dengan 2 lapisan dengan
cincin ungu diantaranya. Dari hal ini dapat diasumsikan
bahwa glukosa telah bereaksi dengan pereaksi Molisch.
Glukosa pertama-tama didehidrasi dengan penambahan H-
2SO4 membentuk aldehid, 5-hydroxymethylfurfural. Setelah
itu senyawa furfural tersebut bereaksi dengan pereaksi
Molisch membentuk senyawa kompleks berwarna ungu.
VI.4.3 Sukrosa
Sama seperti senyawa karbohidrat lainnya, setelah
penambahan asam sulfat, dapat diamati perubahan larutan
yang awalnya jernih tidak berwarna menjadi larutan dengan
2 lapisan dengan cincin ungu diantaranya. Dari hal ini dapat
diasumsikan bahwa glukosa telah bereaksi dengan pereaksi
Molisch. Sukrosa pertama-tama didehidrasi dengan
penambahan H2SO4 membentuk aldehid, 5-
hydroxymethylfurfural. Setelah itu senyawa furfural
tersebut bereaksi dengan pereaksi Molisch membentuk
senyawa kompleks berwarna ungu.
VI.4.4 Laktosa
Sama seperti senyawa karbohidrat lainnya, setelah
penambahan asam sulfat, dapat diamati perubahan larutan
yang awalnya jernih tidak berwarna menjadi larutan dengan
2 lapisan dengan cincin ungu diantaranya. Dari hal ini dapat
diasumsikan bahwa laktosa telah bereaksi dengan pereaksi
Molisch. Lakrosa pertama-tama didehidrasi dengan
penambahan H2SO4 membentuk aldehid, 5-
hydroxymethylfurfural. Setelah itu senyawa furfural
tersebut bereaksi dengan pereaksi Molisch membentuk
senyawa kompleks berwarna ungu.
VI.4.5 Maltosa
Sama seperti senyawa karbohidrat lainnya, setelah
penambahan asam sulfat, dapat diamati perubahan larutan
yang awalnya jernih tidak berwarna menjadi larutan dengan
2 lapisan dengan cincin ungu diantaranya. Dari hal ini dapat
diasumsikan bahwa maltosa telah bereaksi dengan pereaksi
Molisch. Maltosa pertama-tama didehidrasi dengan
penambahan H2SO4 membentuk aldehid, 5-
hydroxymethylfurfural. Setelah itu senyawa furfural
tersebut bereaksi dengan pereaksi Molisch membentuk
senyawa kompleks berwarna ungu.
VI.4.6 Kanji/amilum
Sama seperti senyawa karbohidrat lainnya, setelah
penambahan asam sulfat, dapat diamati perubahan larutan
yang awalnya jernih tidak berwarna menjadi larutan dengan
2 lapisan dengan cincin ungu diantaranya. Dari hal ini dapat
diasumsikan bahwa kanji telah bereaksi dengan pereaksi
Molisch. Kanji pertama-tama didehidrasi dengan
penambahan H2SO4 membentuk aldehid, 5-
hydroxymethylfurfural. Setelah itu senyawa furfural
tersebut bereaksi dengan pereaksi Molisch membentuk
senyawa kompleks berwarna ungu.
VII. Penutup
VII.1 Kesimpulan
Telah dilakukan Percobaan X di laboratorium Praktikum
Kimia Dasar 1 dengan judul Senyawa Bio-organik: Karbohidrat.
Analisis dilakukan dengan menggunakan karbohidrat yang
berbeda-beda, mulai dari monosakarida (glukosa, fruktosa),
disakarida (laktosa, maltosa, sukrosa), dan polisakarida
(kanji/amilum). Bahan-bahan ini digunakan untuk melakukan uji
kualitatif karbohidrat dengan menggunakan metode berbeda-beda.
Berdasarkan hasil yang sudah didapatkan, dapat disimpulkan
bahwa:
VII.1.1 Uji Kelarutan: Dari uji ini glukosa, laktosa, dan sukrosa
larut dalam air. Sementara dalam etanol tidak.
Amilum/kanji tidak larut dalam keduanya.
VII.1.2 Uji Fehling: Dalam uji ini glukosa, fruktosa, laktosa, dan
maltosa bereaksi dengan reagent Fehling membentuk
endapan merah Cu2O. Sementara sukrosa tidak.
VII.1.3 Hidrolisis Disakarida dan Polisakarida: Dalam uji ini, kanji
dapat membentuk senyawa kompleks berwarna biru dengan
larutan iodine. Hasil uji hidrolisis kanji dengan air
menimbulkan hasil negatif, dengan penambahan asam
menimbulkan hasil positif. Hasil uji hidrolisis sukrosa
menunjukkan hasil positif meskipun hanya terhidrolisis
dalam jumlah sedikit, sementara dengan penambahan asam
menunjukkan hasil positif.
VII.1.4 Uji Molisch: Uji ini merupakan menunjukkan bahwa
fruktosa, glukosa, laktosa, maltosa, sukrosa, dan
kanji/amilum menunjukkan hasil positif.
VII.1.5 Uji Benedict: Dalam uji ini glukosa, fruktosa, dan maltosa
menunjukkan hasil positif kecuali laktosa.
VII.1.6 Uji Asam Pikrat: Dalam uji ini fruktosa dan laktosa
menunjukkan hasil positif, sementara glukosa dan laktosa
menunjukkan hasil negatif
VII.1.7 Uji Tollens: Dalam uji ini glukosa dan maltosa
menunjukkan hasil positif, sementara fruktosa dan laktosa
menunjukkan hasil negatif.
VII.1.8 Uji Seliwanoff: Uji ini menunjukkan hasil bahwa fruktosa
bereaksi dengan pereaksi Seliwanoff.

VII.2 Saran
Setelah dilakukannya Percobaan X di laboratorium
Praktikum Kimia Dasar 1 dengan judul Senyawa Bio-organik:
Karbohidrat, beberapa saran yang dapat disampaikan diantara lain:

7.2.1 Pemberian video pembelajaran yang disediakan selain


berasal dari platform YouTube sebaiknya ditambah lagi
dengan video yang dibuat langsung dari laboratorum
Praktikum Kimia Dasar 1, Departemen Kimia, Fakultas
Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro. Hal ini
bertujuan agar saat mahasiswa akan melaksanakan
praktikum dapat terbayang lebih jelas lagi langkah-langkah
yang akan dilakukan nantinya.
7.2.2 Metode percobaan yang diberikan sebaiknya lebih
diperjelas lagi langkah-langkahnya. Seperti saat penetesan
larutan H2SO4, atau kanji, glukosa, maupun etanol ke dalam
tabung reaksi apakah menggunakan pipet tetes atau
langsung dituang dari botolnya. Begitu pula peringatan-
peringatan yang harus diingat saat sedang bekerja dengan
larutan-larutan tersebut.
7.2.3 Penjelasan lebih tentang format penulisan laporan
praktikum, seperti sistematika penulisan, bahasa (aturan
pengetikan bab, subbab, anak subbab, alinea baru,
penomoran, penyajian tabel dan gambar, dan sebagainya),
hingga aturan penulisan daftar pustaka. Hal ini untuk
membiasakan mahasiswa dalam penulisan karya ilmiah
yang lebih sistematis dan sesuai dengan kaidah Bahasa
Indonesia
Daftar Pustaka

Anonim. 2017. “Benedict’s Reagent”. Diakses pada 12 Oktober 2021:


https://www.worldofchemicals.com/chemicals/chemical-properties/benedi
cts-reagent.html

Anonim. 2018. “Picric Acid Test (for the detection of reducing sugars)”. Diakses
pada 12 Oktober 2021: https://www.biosciencenotes.com/picric-acid-test-
for-the-detection-of-reducing-sugars/

Anonim. 2018. “Sodium Carbonate”. Diakses pada 12 Oktober 2021:


https://www.encyclopedia.com/science-and-technology/chemistry/compou
nds-and-elements/sodium-carbonate

Anonim. 2019. “Fehlings Solution B Properties”. Diakses pada 12 Oktober 2021:


https://www.worldofchemicals.com/chemicals/chemical-properties/fehling
s-solution-b.html.

Anonim. 2020. “Na2CO3.” Diakses pada 12 Oktober 2021:


https://byjus.com/chemistry/na2co3/

Anonim. 2020. “Nitric Acid”. Diakses pada 12 Oktober 2021:


https://en.wikipedia.org/wiki/Nitric_acid

Aulia, C. 2021. “Maltosa adalah: Struktur, sifat, kegunaan”. Diakses pada 11


Oktober 2021: https://www.sridianti.com/pengertian-maltosa.html

Biology Online Editors. 2021. "Dictionary - Fructose". Diakses pada 30


September 2021: https://www.biologyonline.com/dictionary/fructose

Biology Online Editors. 2021. "Dictionary - Galactose". Diakses pada 30


September 2021: https://www.biologyonline.com/dictionary/galactose

Biology Online Editors. 2021. "Dictionary - Glucose". Diakses pada 30


September 2021: https://www.biologyonline.com/dictionary/glucose
Britannica, T. Editors of Encyclopaedia. "Fructose." Encyclopedia Britannica,
April 6, 2016. https://www.britannica.com/science/fructose

Britannica, T. Editors of Encyclopaedia. "Glucose." Encyclopedia Britannica,


September 5, 2019. https://www.britannica.com/science/glucose

Global Safety Management, Inc. 2015. Safety Data Sheet – Molisch Reagent. New
York: Fisher Science Education.

Global Safety Management, Inc. 2015. Safety Data Sheet – Seliwanoff Reagent.
New York: Fisher Science Education.

Gunawardena, G. 2020. “Tollens’ Test”. Diakses pada 12 Oktober 2021:


https://chem.libretexts.org/Bookshelves/Organic_Chemistry/Supplemental
_Modules_(Organic_Chemistry)/Aldehydes_and_Ketones/
Reactivity_of_Aldehydes_and_Ketones/Tollens_Test

Habibillah, M. I. 2017. Pengaruh Ion Logam, NaCl, dan EDTA terhadap Aktivitas
α-amilase dari Bacillus sp. K2Br5. Bandung: Universitas Islam Negeri
Sunan Gunung Djati.

Hisham, S. 2021. “Apa sifat fisik dan kimia sukrosa: fungsi, produksi dan
penggunaan komersial”. Diakses pada 11 Oktober 2021:
https://hisham.id/apa-sifat-sukrosa.html

Kentjono, L., & Yuanita, I. Tugas Akhir Prarencana Pabrik Casein dan Laktosa.
Surabaya: Universitas Katolik Widya Mandala.

Kessler, J. 2013. “The Water Molecule and Dissolving”. Diakses pada 11 Oktober
2021:
https://learningcenter.nsta.org/products/symposia_seminars/ACS/files/
TheWaterMoleculeandDissolving_3-18-2013.pdf

Khateeb, A., Y. 2020. Practical Biochemistry Principles and Techniques


Approach. Egypt: Mansoura University.
Khowala, S., Verma, D., & Banik, S., P. 2008. Biomolecules: (Introduction,
Structure & Function) Carbohydrates. India: Indian Institure of Chemical
Biology.

LabChem. 2018. Picric Acid, Saturated – Safety Data Sheet. USA: LabChem Inc.

Mac. 2011. “Like Dissolves Like” Lab – Polar & Non-polar Substances. Stevens
Institute of Technology.

Mohamed, A. M. H. 2015. Course Book of Chemistry 2 (Biochemistry). Egypt:


Benha University.

Nabiela, I. C. 2017. Perbedaan Kadar KIO3 Telur Asin Berdasarkan Metode dan
Lama Pemasakan. Semarang: Universitas Muhammadiyah.

Simoni, R. D., Hill, R. L., & Vaughan, M. 2002. “Benedict’s Solution, a Reagent
for Measuring Reducing Sugars: the Clinical Chemistry of Stanley R.
Benedict”. Diakses pada 12 Oktober 2021:
https://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S0021925819610501

Scholar’s Chemistry. 2008. Material Safety Data Sheet – Fehling’s Solution, A.


New York: ScholAR Chemistry.

Shendurse, A., M. & Khedkar, C., D. 2016. Glucose: Properties and Analysis. In:
Caballero, B., Finglas, P., & Toldrá, F. (eds.) The Encyclopedia of Food
and Health. Oxford: Academic Press.

Sugisawa, H., & Edo, H. 1996. “The Thermal Degradation of Sugars I. Thermal
Polymerazation of Glucoase”. Diakses pada 11 Oktober 2021:
https://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1365-2621.1966.tb01905.x
Lampiran

1. Uji Kelarutan
1.1 Dengan Air

1.2 Dengan Etanol 25%


2. Uji Fehling

3. Hidrolisis Disakarida dan Polisakarida


3.1 Uji Kanji-Iodine
3.2 Hidrolisis dengan Air
3.2.1 Kanji 2%
- Uji Iodine & Uji Benedict

3.2.2 Sukrosa
- Uji Iodine
- Uji Benedict

3.3 Hidrolisis dengan HCl


3.3.1 Kanji 2%
- Uji Iodine

- Uji Benedict
3.3.2 Sukrosa
- Uji Iodine

- Uji Benedict
4. Uji Molisch

5. Uji Benedict

Hasil negatif (laktosa) / Hasil positif (glukosa, fruktosa, maltosa)


6. Uji Asam Pikrat
Hasil positif (fruktosa, laktosa) / Hasil negatif (glukosa, maltosa)
7. Uji Tollens

Hasil negatif (fruktosa, laktosa) / 2 tabung hasil positif (glukosa, maltosa)


8. Uji Seliwanoff

Anda mungkin juga menyukai