Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

PERCOBAAN KE I

IDENTIFIKASI KARBOHIDRAT

Disusun Oleh :

Ika Satriyani Ritongga (10060321062)

Anggi Nugraha (10060321063)

Nadhira Khairunnisa (10060321064)

Berliana Siti Marchani (10060321065)

Syadza Syahida Zahra (10060321067)

Shift/Kel : B/6

Tanggal Praktikum : 26 November 2022

Tanggal Laporan : 2 Oktober 2022

Nama Asisten : Salsabila Soedrajat, S.Farm

LABORATORIUM FARMASI TERPADU UNIT B

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

2022
I. Tujuan
Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat
memahami metode identifikasi karbohidrat dan dapat mengidentifikasi
karbohidrat golongan apa saja yang dapat ditentukan oleh berbagai uji pada
praktikum ini.

II. Prinsip Percobaan


1. Uji Molisch: Kondensasi senyawa furfural dan turunannya dengan ɑ-
naftol.
2. Uji Benedict: Reduksi Cu2+ menjadi Cu+ oleh karbohidrat yang
mengandung aldehid dan keton bebas.
3. Uji Barfoed: Reduksi Cu2+ menjadi Cu+ oleh karbohidrat yang
mengandung aldehid dan keton bebas. 4.
4. Uji Seliwanoff: Konversi fruktosa menjadi asam levulinat dan
hidroksimetil furfural yang kemudian dikondensasi dengan resorsinol.
5. Uji Pati-Iodium: Pembentukan kompleks pati-iodium.

III. Teori Dasar

3.1 Definisi Karbohidrat

Karbohidrat merupakan senyawa karbon yang banyak dijumpai sebagai


penyusun utama jaringan tumbuh-tumbuhan. Nama lain karbohidrat adalah
sakarida (berasal dari bahasa latin saccharum = gula). Senyawa karbohidrat
adalah polihidroksi aldehida atau polihidroksi keton yang mengandung
unsur-unsur karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O) dengan rumus empiris
total (CH2O)n (Yazid & Nursanti, 2015).

Sebagian besar karbohidrat memiliki rumus empiris CH2O, misalnya


glukosa (C6H12O6). Senyawa ini diduga “hidrat dari karbon” yang artinya
senyawa antara karbon dan air sehingga disebut karbohidrat
(Lehninger,1997).
Karbohidrat merupakan bahan yang sangat diperlukan tubuh
manusia,hewan dan tumbuhan selain lemak dan protein. Senyawa ini dalam
jaringan merupakan cadangan makanan atau energi yang disimpan dalam sel.
Karbohidrat yang dihasilkan oleh tumbuhan merupakan cadangan
makananyang disimpan dalam akar, batang, dan biji yang disimpan sebagai
pati(amilum). Karbohidrat dalam tubuh manusia dan hewan dibentuk
dariberbagai asam amino, gliserol, lemak, dan sebagian besar diperoleh dari
makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan (Sirajuddin dan
Najamuddin,2011).

Pada umumnya karbohidrat merupakan zat padat berwarna putih, yang


sukar larut dalam pelarut organik, tetapi larut dalam air ( kecuali beberapa
sakarida ). Sebagian besar karbohidrat dengan berat melekul yang rendah,
manis rasanya. Karena itu, juga digunakan istilah gula untuk zat-zat yang
tergolong karbohidrat (Dasyanti,2013).

Adapun ciri-ciri dari karbohidrat yaitu :

a. senyawa kimia yang mengandung atom oksigen, hidrogen, dan karbon

b. memiliki rumus kimia umum Cn (H2O) n atau turunannya

c. Karbohidrat paling sederhana mengandung gugus aldehida atau gugus


keton

d. Turunan dari karbohidrat dapat mengandung senyawa nitrogen, fosfat dan


sulfer

3.2 Klasifikasi Karbohidrat

Berdasarkan rumus umum karbohidrat dapat diketahui bahwa senyawa


ini adalah suatu polimer yang tersusun dari monomer-monomer. Berdasarkan
monomer yang penyusunnya, karbohidrat dibedakan menjadi 3 golongan,
yaitu monosakarida, oligosakarida dan polisakarida (Yazid & Nursanti,
2015).
1. Monosakarida

Monokasarida adalah kabohidrat yang tidak dapat dihidrolisis menjadi


karbohidrat yang lebih sederhana. Monosakarida ini dapat diklasifikasi
sebagai triosa, tetrosa, pentosa, heksosa, atau heptosa,bergantung pada
jumlah atom karbon; dan sebagai aldosa atauketosa bergantung pada agugus
aldehida atau keton yang dimiliki senyawa tersebut. Selain aldehida dan
keton, alkohol polihidrat (alkohol gula atau poliol), dengan gugus aldehida
atau keton yang telah direduksi menjadi suatu gugus alkohol, juga terdapat
secara alami dalam makanan. Alkohol ini dibentuk melalui reduksi
monosakarida dan digunakan dalam pembuatan makanan untuk
menurunkan berat badan dan untuk pasien diabetes. Alkohol polihidrat
kurang diserap dengan baik dan menghasilkan separuh energi yang
dihasilkan oleh gula (Murray et al., 2009).

2. Oligosakarida
Oligosakarida adalah karbohirat yang tersusun dari dua sampai sepuluh
satuan monosakarida. Oligosakarida yang umum adalah disakarida, yang
terdiri dar dua satuan monosakarida dan dapat dihidrolisis menjadi
monosakarida. Contohnya adalah sukrosa, maltosa, dan laktosa (Yazid &
Nursanti, 2015).

3. Polisakarida

Polisakarida merupakan senyawa karbohidrat kompleks, dapat


mengandung lebih dari 60.000 molekul monosakarida yang tersusun
membentuk rantai lurus atau pun bercabang. Polisakarida rasanya tawar
(tidak manis) tidak seperti monosakarida dan disakarida. Di dalam ilmu gizi
ada tiga jenis yang berhubungan, yaitu amilum, dekstrin, glikogen, dan
selulosa (Maryam, 2016).
Menurut (Dasyanti,2013) metode pengujian karbohidrat adalah
sebagai berikut :

• Uji Molisch

Dalam uji Molisch, karbohidrat mengalami dehidrasi setelah masuknya


asam klorida atau sulfat pekat, menghasilkan pembentukan aldehida.
Aldehida ini mengalami kondensasi bersama dengan dua molekul tipe fenol
(seperti ∝-naftol, resorsinol, dan timol), menghasilkan pembentukan
kompleks berwarna ungu atau ungu kemerahan

• Uji Barfoed

Kegunaannya untuk membedakan monosakarida dan disakarida. Prinsip


uji barfoed adalah monosakarida dan disakarida pereduksi apabila dicampur
dengan reagen barfoed kupri asetat dan asam asetat dalam keadaan asam
akan mereduksi reagen barfoed sehingga terbentuk endapan Cu2O berwarna
merah bata.

• Uji Benedict

Uji benedict adalah sebuah metode yang digunakan untuk mengetahui


kandungan karbohidrat pada suatu larutan. Metode ini memanfaatkan reaksi
kimia antara gula pereduksi dengan ion tembaga yang menghasilkan
endapan dengan warna merah bata

• Uji Seliwanoff

Tes Seliwanoff digunakan untuk membedakan aldosa dari ketosa. Pada


penanganan dengan asam pekat, ketosa didehidrasi lebih cepat
menghasilkan turunan furfural dan pada kondensasi dengan resorsinol
menghasilkan kompleks merah ceri.
• Uji Iodine

Uji Iodine adalah reaksi kimia yang digunakan untuk menguji keberadaan
pati atau iodium. Pada reaksinya, Anion triiodida langsung menghasilkan
warna biru kehitaman yang pekat saat bersentuhan dengan pati.

3.3 Manfaat Karbohidrat

1. Sebagai sumber energi bagi kebutuhan sel-sel jaringan tubuh. Sebagian


dari karbohidrat diubah langsung menjadi energi untuk aktivitas tubuh
dan sebagian lagi disimpan dalam bentuk glikogen di hati dan otot

2. Membantu metabolisme lemak dan protein, sehingga dapat mencegah


terjadinya ketosis dan pemecahan protein yang berlebihan

3. Didalam hati, karbohidrat berfungsi untuk detoksifikasi zat-zat toksik


tertentu.

4. Bahan pembentuk asam amino esensial, metabolisme normal lemak,


menghemat protein, meningkatkan pertumbuhan bakteri usus,
mempertahankan gerak usus, meningkatkan konsumsi protein, mineral,
dan vitamin B (Maryam,2016).

IV. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada percobaan kali ini yaitu, Batang pengaduk,
gelas kimia, hot plate, kertas saring, pH meter, pipet tetes, tabung reaksi.

Bahan yang digunakan pada percobaan kali ini yaitu larutan arabinosa 0,1
M, larutan asam sulfat pekat, larutan fruktosa 0,1M, larutan galaktosa 0,1 M,
larutan glukosa 0,1 M, laruta HCl 6 N, larutan iodium 0,01 M, larutan maltosa
0,1 M, larutan NaOH 6 N, larutan pati 1%, larutan sukrosa 0,1 M, pereaksi
barfoed, pereaksi benedict, pereaksi molisch, pereaksi seliwanoff.
V. Prosedur
5.1 Uji Molisch
Disiapkan 9 tabung reaksi Kemudian, diberi label yaitu monosakarida,
disakarida, polisakarida dan blanko. Setelah itu, pada tiap tabung reaksi
dimasukan 1 mL larutan karbohidrat. Lalu tiap tabung ditambahkan 3 tetes
pereaksi molisch dan dikocok secara perlahan. Selanjutnya, ditambahkan 1 mL
asam sulfat pekat melalui dinding didalam tabung yang dimiringkan.
5.2 Uji Benedict
Disiapkan 4 tabung yang diberi label galaktosa, sukrosa, laktosa, dan
blanko. Dimasukan ke dalam tiap tabung reagen benedict sebanyak 1 mL. Lalu,
ditambahkan 3 tetes larutan karbohidrat galaktosa, sukrosam dan laktosa.
Setelah itu, dipanaskan pada penangas dalam gelas kimia yang berisi aquadest.
Lalu tabung reaksi yang berisi larutan karbohidrat dan reagen benedict
dimasukan ke dalam gelas kimia yang telah dipanaskan. Setelah itu, pada
keempat tabung tersebut dipanaskan selama 3 menit. Setelah 3 menit
dipanaskan, diambil dan didiamkan hingga dingin.
5.3 Uji Barfoed
Disiapkan 5 tabung reaksi yang diberi label fruktosa, sukrosa, galaktosa,
laktosa, dan blanko. Setelah itu, reagen barfoed dimasukan ke dalam lima
tabung reaksi tersebut sebanyak 1 mL. Lalu ditambahkan 1 mL larutan
karbohidrat fruktosa, sukrosa, galaktosa, dan laktosa. Setelah itu, disiapkan
gelas kimia yang berisi aquadest dan dipanaskan pada penangas. Selanjutnya,
tabung reaksi yang berisi larutan karbohidrat dan reagen barfoed dimasukan ke
dalam gelas kimia yang telah dipanaskan. Kemudian, dipanaskan kelima
tabung reaksi selama 1 menit lebih. Setelah dipanaskan lalu diambil dan
didiamkan Selama 2 menit.
5.4 Uji Seliwanoff
Disiapkan 3 tabung reaksi pada tabung pertama diisi dengan 1 mL reagen
seliwanoff dan ditambahkan 3 tetes fruktosa, tabung kedua diisi dengan 1 mL
reagen seliwanoff dan ditambahkan 3 tetes sukrosa, dan tabung ketiga diisi 1
mL reagen seliwanoff dan ditambahkan 3 tetes glukosa. Setelah itu, disiapkan
gelas kimia yang berisi aquadest dan dipanaskan di penangas. Kemudian,
tabung reaksi yang berisi larutan karbohidrat dan reagen seliwanoff dimasukan
ke dalam gelas kimia yang telah dipanaskan. Lalu, dipanaskan selama 1 menit.

5.5 Uji Pati-Iodium

Disiapkan 3 tabung reaksi dengan tabung pertama yang diisi dengan 3 mL


larutan pati dan ditambahkan 2 tetes aquadest, tabung kedua diisi dengan 3 mL
larutan pati dan ditambahkan 2 tetes HCl, dan tabung ketiga diisi dengan 3 mL
larutan pati dan ditambahkan 2 tetes NaOH. Kemudian, pada setiap tabung
ditambah 1 tetes larutan iodium. Kemudian, disiapkan gelas kimia yang berisi
aquadest lalu dipanaskan pada penangas. Setelah itu, tabung reaksi dimasukan
ke dalam gelas kimia yang telah dipanaskan.

VI. Hasil Pengamatan


6.1 Tabel hasil pengamatan

NO Nama Pengujian Hasil Pengamatan Keterangan

1. Uji Molisich a. Monosakarida


- Glukosa + Pereaksi Molisch dan
Asam Sulfat: Lar. Coklat muda
(+)
- Fruktosa + Pereaksi Molisch dan
Asam Sulfat: Lar. Ungu Tua
(+++)
- Galaktosa + Pereaksi Molisch
dan Asam Sulfat: Lar. Ungu
Kehitaman (++)
- Arabinosa + pereaksi Molisch
dan Asam Sulfat: Lar. Ungu
Kehitaman (++)

b. Disakarida
- Laktosa + Peraksi Molisch dan
Asam Sulfat: Lar. Ungu
Kehitaman (++)
Diperoleh Hasil uji positif
- Maltosa + Pereaksi Molisch dan pada seluruh tabung reaksi
Asam Sulfat: Lar. Ungu yang di uji.
Kehitaman (++) Maka dari itu semua hasil
- Sukrosa + Peraksi Molisch dan percobaan mengandung
Asam sulfat: Lar. Ungu Pekat lapisan cincin yang berwarna,
Dikarenakan senyawa
(+++)
furufural beraksi dengan a-
naftol membentuk senyawa
c. Polisakarida
kompleks pada reaksi uji
- Selulosa + Pereaksi Molisch dan molisch
Asam Sulfat: Lar. Ungu Muda
(+)
- 1% amilum pati : Lar. Ungu
Kehitaman (++)

d. Blanko + Peraksi Molisch


dan Asam Sulfat
- Lar. Ungu pekat (+++)

2. Uji Benedict a. Galaktosa + Reagen


Benedict : Lar. Coklat tua
terdapat endapan (++)

b. Laktosa + Reagen Benedeict


: Lar. Orange tua teradapat
endapan (++)
c. Blanko + Reagen Benedict :
Lar. Biru (Tidak terjadi
perubahan warna) (-)

d. Sukrosa + Reagen Bendict :


Lar Biru ( Tidak terjadi
perubahan warna) (-)

Hasil yang menunjukan


positif pada tabung uji
tersebut yaitu pada larutan
Galaktosa dan laktosa,
sedangkan pada tabung reaksi
blanko dan sukrosa
menunjukan hasil yang
negatif karena larutan tersebut
tidak mengandung
karbohidrat

3. Uji Barfoed a. Fruktosa + reagen barfoed :


setelah di panaskan tedapat
endapan merah bata (++).
Lar. Biru

b. Galaktosa + reagen barfoed :


setelah di panaskan tedapat
endapan merah bata (++).
Lar. Ungu

c. Sukrosa + reagen barfoed :


setelah di panaskan tidak
Hasil yang menunjukan
terdapat endapan (-) Lar. positif pada tabung uji
Biru tersebut yaitu pada larutan
fruktosa dan galakstosa yang
d. Laktosa + reagen barfoed : menandakan adanya
setelah di panaskan tidak kandungan karbohidrat
terdapat endapan (-) Lar. monosakarida pereduksi pada
Biru tua larutan tersebut

e. Blanko + reagen barfoed :


setelah di panaskan tidak
terdapat endapan (-) Lar.
Biru

4. Uji Seliwanoff a. Monosakarida


- Glukosa + Reagen Seliwanoff :
Lar. Tidak terjadi perubahan
warna/kuning (-)
- Fruktosa + reagen seliwanoff :
Lar. Berubah menjadi warna
Merah Bata (++)

b. Disakarida - Pengujian ini dilakukan

- Sukrosa + reagen seliwanoff : untuk membedakan lar.

Lar. Berubah menjadi warna Yang mengandung

Merah Bata (++) fruktosa dan sukrosa. Lar.


Yang Tidak terjadi
c. Blanko + reagen seliwanoff
perubahan yaitu warna
- Lar. Tidak terjadi perubahan
nya tetap kuning (-)
warna/kuning (-)

5. Uji Pati-Iodium a. Pati 1 : Warna yang tadinya


Biru Tua setelah dipanaskan
warnanya menjadi memudar
(+)
b. Pati 2 : Warnanya tetap
seperti semula yaitu warna
biru kehitaman (++)

c. Pati 3 : tidak terjadi


perubahan warna dari yang
bening masih menjadi
bening (-)

d. Blanko : tidak terjadi


perubahan warna dari yang Pembentukan kompleks
bening masih menjadi pati- iodium paling
bening (-) maksimum ditunjukan
pada tabung pati + HCl,hal
e. Blanko HCl : tidak terjadi
ini menunjukan bahwa
perubahan warna dari yang
kompleks pati-iodium
bening masih menjadi
bening (-) akan maksimal dalam
keadaan asam.
f. Blanko NaOH : tidak terjadi
perubahan warna dari yang
bening masih menjadi
bening (-)

g. Glukosa : terjadi perubahan


warna menjadi kuning
VII. Pembahasan
7.1 Uji Molisch
Uji pertama yang dilakukan yaitu uji Molisch, dimana uji Molisch
merupakan analisis dengan prinsip hidrolisis karbohidrat menjadi
monosakarida. Uji ini ditandai dengan dihasilkannya warna ungu kemerah-
merahan untuk reaksi positif, sedangkan warna hijau untuk negatif (Sumardjo,
2006).

Percobaan pertama yang dilakukan yaitu dengan menyiapkan 9 tabung


reaksi dan ditambahkan 1 mL larutan karbohidrat (monosakarida, disakarida
dan polisakarida), setelah itu ditambahkan pereaksi Molisch pada setiap tabung
reaksi dan dikocok perlahan, lalu ditambahkan 1 mL asam sulfat pekat dalam
tabung yang dimiringkan dan diamati warnanya.

Pengocokan bertujuan untuk mempercepat penyebaran reagen dalam


sampel secara perlahan agar tidak terjadi reaksi sebelum penambahan H2SO4
pekat yang bisa mempengaruhi hasil reaksi. H2SO4 pekat berperan untuk
mensubstitusi karbohidrat membentuk produk berupa furfural. Pada pereaksi
Molisch yaitu terdiri atas α-naftol dalam alkohol yang akan bereaksi dengan
furfural membentuk senyawa kompleks ungu yang disebabkan oleh adanya
dehidran dari asam sulfat pekat terhadap karbohidrat. Berdasarkan hasil yang
didapatkan menunjukan bahwa semua larutan yang di uji merupakan
karbohidrat. Hal tersebut terlihat jelas dengan adanya perubahan warna dari
semua tabung reaksi yang berisi larutan karbohidrat. (Sumardjo, 2006).
Pada hasil pengamatan didapatkan bahwa pada monosakarida lebih cepat
bereaksi karena penyusunnya lebih sederhana dibandingkan dengan disakarida
dan polisakarida. Menurut literatur warna yang dihasilkan lebih pekat
seharusnya terdapat pada polisakarida, hal tersebut dikarenakan polisakarida
memiliki senyawa yang lebih kompleks sehingga sangat lambat untuk bereaksi,
dimana semakin kecil massa molekul relatifnya maka akan semakin pekat
warna yang akan dihasilkan (Chang, 2005).
7.2 Uji Benedict
Pengujian yang kedua yaitu uji Benedict. Prinsip kerja uji Benedict ini
adalah mereduksi Cu2+ menjadi Cu+ oleh karbohidrat yang mengandung
aldehid dan keton bebas. Uji Benedict ini bertujuan untuk menunjukkan ada
atau tidaknya gula pereduksi. Gula pereduksi adalah gula yang memiliki gugus
aldehid bebas atau gugus keton bebas yang memungkinkan bertindak sebagai
zat pereduksi (Solichatin, et all., 2022). Pengujian ini dilakukan dengan
menggunakan sampel karbohidrat galaktosa, sukrosa, dan laktosa sebanyak
masing-masing 3 tetes. Mekanismenya dengan ditambahkan 1 mL reagen
Benedict kedalam 3 tabung reaksi yang berisi sampel. Reagen Benedict adalah
larutan yang mengandung kuprisulfat, natrium karbonat dan natrium sitrat.
Glukosa dapat mereduksi Cu2+ dari kuprisulfat menjadi ion Cu+ yang kemudian
mengendap sebagai Cu2O. Adanya natrium karbonat dan natrium sitrat
membuat reagen Benedict menjadi basa lemah. Fungsi natrium sitrat adalah
sebagai zat pengompleks yang mencegah pengendapan CuCO3 dari larutan
natrium karbonat. Kemudian, tabung reaksi disimpan di penangas air selama 3
menit, hal ini bertujuan untuk mempercepat reaksi sehingga perubahan warna
cepat terbentuk. Setelah itu, dibiarkan dingin sehingga perubahan dapat
diamati.
Jika material lokal yang diuji mengalami perubahan warna dari biru
menjadi ungu, kuning, kemerah-merahan sampai terbentuk endapan warna
merah bata maka material lokal tersebut positif mengandung karbohidrat. Hal
ini disebabkan adanya karbohidrat di dalam material lokal yang mempunyai
sifat sebagai pereduksi (Sari et al, 2022). Dari hasil pengamatan didapatkan
bahwa tabung reaksi yang berisi galaktosa dan laktosa menghasilkan reaksi
yang positif ditandai dengan perubahan warna menjadi merah bata setelah
dilakukan pemanasan. Sementara itu pada sampel sukrosa tidak terjadi
perubahan apapun yang menandakan reaksi negatif.
Persamaan reaksi uji Benedict karbohidrat dapat dilihat dari gambar
berikut:
7.3 Uji Barfoed
Pengujian yang ketiga yaitu uji Barfoed. Prinsip kerja uji Barfoed ini
sama seperti pada uji Benedict ialah mereduksi Cu2+ menjadi Cu+ oleh
karbohidrat yang mengandung aldehid dan keton bebas. Uji Barfoed ini
bertujuan untuk membedakan golongan karbohidrat monosakarida, disakarida,
dan polisakarida dengan mengontrol pH pada waktu pemanasan.
Uji ini dilakukan dengan menambahkan 1 mL reagen Barfoed kedalam
empat tabung reaksi yang berisi sampel. Kemudian, tabung reaksi disimpan
dalam penangas air mendidih selama satu menit atau lebih, digunakannya
penangas air mendidih karena suhunya yang dapat dikontrol, hal ini bertujuan
untuk mencegah terjadinya karamelisasi pada bahan yang mengandung
karbohidrat tinggi. Setelah itu dibiarkan dingin serta perubahan warna dan
endapan diamati.
Hasil pada pengujian kali ini ialah sampel uji galaktosa dan fruktosa
menghasilkan reaksi positif, ditandai dengan perubahan warna menjadi merah
dan merupakan gugus karbohidrat yang mengandung ketosa/keton atau adanya
kandungan karbohidrat monosakarida pereduksi pada sampel. Sedangkan
sampel uji sukrosa dan laktosa menghasilkan reaksi negatif, tetapi laktosa dapat
menunjukkan reaksi positif apabila dilakukan pemanasan berlebih/ lebih lama
dibandingkan yang dilakukan saat percobaan ini.
Persamaan reaksi uji Barfoed karbohidrat dapat dilihat dari gambar
berikut:
7.4 Uji Seliwanoff
Uji seliwanoff adalah uji yang bertujuan untuk membedakan gula aldosa
dan ketosa. Ketosa dibedakan dari aldosa via gugus fungsiketon atau aldehid
gula tersebut. Jika gula tersebut mempunyai gugus keton Ia adalah ketosa.
Sebaliknya jika yang mengandung gugus aldehida adalah aldosa. Prinsip tujuan
dari uji seliwanoff adalah konversi fruktosa menjadi asam lemak dan
hidroksimetilfurfural yangkemudian di kondensasi dengan resorsinol.

(Persamaan Reaksi Uji Seliwanoff)


Dilakukan pada uji seliwanoff adalah menyiapkan 4 tabung reaksi.
Tabung pertama diisi dengan 3 tetes fruktosa, tabung kedua diisi dengan 3 tetes
sukrosa, tabung ketiga diisidengan 3 tetes glukosa, dan tabung keempat diisi
dengan 3 tetes blanko. Setelah itu ke dalam masing-masing tabung
ditambahkan 1 mL pereaksi seliwanoff. Kemudian keempat tabung tersebut
disimpan di penangas air mendidih selama 60 detik dan diamati perubahan
warna. Tujuan pemanasan sendiri adalah untuk mempercepat terjadinya reaksi
antara glukosa fruktosa dan sukrosa dengan reagen seliwanoff. Pada uji
seliwanoff larutan yang menghasilkan warna merah berarti positif mengandung
ketosa. Dari hasil percobaan ini yang positif mengandung ketosa adalah
fruktosa dan sukrosa sedangkan glukosa dan blanko pada larutan nya tetap
kuning. Fruktosa dan sukrosa adalah karbohidrat yang memiliki gugus keton.
Jika karbohidrat yang mengandung gugus keton direaksikan dengan seliwanoff
akan menunjukkan warna merah sebagai reaksi positifnya. Adanya warna
merah merupakan hasil kondensasi dari resorsinol yang sebelumnya didahului
dengan pembentukan hidroksimetilfurfural.
Percobaan ini dilakukan untuk menunjukan bahwa uji seliwanoff
digunakan untuk membedakan antara karohidrat yang mengandung aldehid
dan keton.

7.5 Uji Pati-Iodium


Uji pati-iodium ini bertujuan untuk mendeteksi adanya pati atau tidak,
serta untuk memisahkan antara polisakarida, monosakarida, dan disakarida.
Iodium memberikan warna kompleks dengan polisakarida. Sedangkan pada
amilum akan memberikan warna biru pada iodium

(Persamaan Reaksi Uji Pati-Iodium)


Pada percobaan ini disediakan 3 tabung reaksi dan blanko, ke dalam 3
tabung reaksi dimasukkan 3 ml larutan pati 1%. Pada tabung 1 ditambahkan 2
tetes air, tabung 2 ditambahkan 2 tetes 6N HCl, dan tabung 3 ditambahkan 2
tete NaOH 6N. Kemudian, setiap tabung tersebut ditambahkan 1 tetes 0,01 M
larutan Iodium, dan tabung reaksi dipanaskan hingga terjadi perubahan warna
dan amati juga 3 ml larutan glukosa yang ditambahkan 1 tetes 0,01 larutan
Iodium.
Pada Uji pati-iodium menunjukan hasil positif jika tejadi perubahan
warna larutan menjadi biru. Kemudian larutan yang menghasilkan warna biru
adalah pada tabung 2 yang berisi pati dengan HCl. HCl atau asam klorida
adalah senyawa yang berada pada suasana asam. Pati jika berada dalam
suasana asam dan bila dipanaskan dapat terhidrolisis menjadi senyawa yang
lebih sederhana, hasilnya diuji dengan iodium yang akan memberikan warna
biru sampai tidak berwarna. Penambahan HCl pada pengujian iodium Pati
memiliki fungsi yang sama dengan pereaksi lainnya seperti HSo4. Keduanya
berfungsi untuk menghidrolisis polisakarida menjadi monosakarida
penyusunnya yang telah ditambah dengan asam klorida ketika diuji dengan
larutan iodium menunjukkan hasil yang negatif maka dapat disimpulkan bahwa
pati tidak terhidrolisis dengan sempurna (Sativa, 2008).
Tabung 3 yang berisi NaOH dengan pati menghasilkan warna bening.
Penambahan NaOH adalah untuk memberikan suasana basa bagi uji iodin. Hal
ini dikarenakan senyawa basa larut dalam air sehingga akan melepaskan panas.
Ketika dilarutkan menjadi warna bening kekuningan. Penambahan NaOH
adalah untuk memberikan suasana basa pada uji iodium penambahan NaOH
menyebabkan perubahan warna menjadi bening kekuningan. Pada pengujian
larutan iodium NaOH menghalangi terjadinya reaksi antara Pati dan iodium.
Hal ini disebabkan karena iodium bereaksi dengan basa sehingga tidak
mengalami reaksi dengan Pati. keadaan ini terjadi sebab NaOH sudah ada
dalam larutan lebih dulu bereaksi dengan iodium membentuk senyawa NaCl
dan NaOl, sehingga pada uji dengan penambahan NaOH tidak terjadi
perubahan pada larutan pati (Anonim, 2011).

Terjadinya perubahan warna setelah dipanaskan dikarenakan pada saat


pemanasan terjadi reaksi hidrolisis. Pati yang merupakan polisakarida
tehidrolisis menjadi karbohidrat yang lebih sederhana. Amilum dari pati pada
Iodium ini menghasilkan warna biru sedangkan glikogen dan Sebagian pati
yang terhidrolisis bereaksi dengan uji iodium menghasilkan warna hitam atau
coklat merah. Semakin pekat perubahan warna maka semakin besar kandungan
polisakarida yang terkandung didalamnya, bila suatu senyawa atau larutan
dipanaskan dan diberi Iodium menjadi warna biru, maka senyawa tersebut
adalah polisakarida. (Fessenden, 1986)
VIII. Kesimpulan

8.1. Pada uji molisch untuk glukosa, arabinosa, galaktosa, fruktosa, 1% pati,
selulosa, sukrosa, maltosa, dan laktosa terjadi reaksi positif karena ditandai
dengan dihasilkannya warna ungu.

8.2 Pada uji Benedict, laktosa dan galaktosa menunjukkan reaksi positif
ditandai dengan adanya perubahan warna menjadi merah bata. Sedangkan
pada sukrosa menunjukkan hasil yang negatif.

Pada uji benedict galaktosa menunjukkan reaksi positif sehingga


termasuk ke dalam gula pereduksi, sedangkan amilum
menunjukkan reaksi negatif sehingga bukan tergolong gula
pereduksi.
8.3 Pada uji Barfoed, fruktosa dan galaktosa menunjukkan reaksi positif dengan
ditandai adanya endapan bewarna merah. Sedangkan untuk sukrosa dan
laktosa menunjukkan hasil yang negatif.

8.4 Pada uji Seliwanoff, sukrosa dan fruktosa menunjukan reaksi yang positif
dengan ditandai adanya warna kemerahan pada larutan.

8.5 Pada uji pati-iodium, yang menunjukan reaksi positif terjadi hidrolisis
adalah air dan HCl yang ditandai dengan adanya perubahan warna menjadi
biru tua. Sedangkan NaOH dan glukosa, tidak menujukan adanya hidrolisis
pati.
DAFTAR PUSTAKA

Chang. 2005. Kimia Dasar Konsep-konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta:
Erlangga.

Dasyanti, N. L. M. (2013). Metode Analisis Kualitatif Dan Kuantitatif Karbohidrat.


Kementrian

Diah Kartika Sari, et all., 2022. Bahan Ajar Praktikum Biokimia Berbasis Project
Based Learning dengan Material Lokal (PjBLLM). Palembang: Bening
Media Publishing.

Fessenden, R.J., dan J.S. Fessenden., 1986, Kimia Organik Dasar Edisi Ketiga Jilid

Kesehatan Republik Indonesia, Politeknik Kesehatan Denpasar: Denpasar.

Lehninger, A. L.( 1997).Dasar-Dasar Biokimia. Jilid I (Edisi Revisi). Erlangga :


Jakarta.

Maryam, S. (2016). Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Salemba Medika.

Murray, Robert K. Daryl K. Granner; Victor W. Rodwell. (2009). Biokimia Harper


Ed.27. Jakarta:EGC.

Sativa, Rida. 2008. Uji amilum secara kualitatif terhadap buah pisang Makassar.

Sirajuddin, S., dan Najamuddin U., (2011). Biokimia. UNHAS-Press. Makassar.

Solichatin, et. all., 2022. Ilmu Gizi Dasar. Sukoharjo: Pradina Pustaka.

Sumardjo. 2006. Pengantar Kimia. Jakarta: EGC.

Yazid Estien dan Lisda Nursanti. (2015). Biokimia Praktikum Analis Kesehatan.
Jakarta:EGC.

Anda mungkin juga menyukai