Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KIMIA PANGAN

ANALISIS KARBOHIDRAT

Oleh :
SITI AISYAH RIDA BR GINTING (P01031120070)
SONYA FRISCILLIA VANESIA PANJAITAN (P01031120071)
YOPPI CANDRA MENDROFA (P01031120078)
YULI ANGGRIANI (P01031120079)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN JURUSAN GIZI
PROGRAM STUDI DIPLOMA III GIZI
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Karbohidrat adalah polihidroksi aldehid (aldosa) atau polihidroksi keton (ketosa) dan
turunannya atau senyawa yang bila dihidrolisa akan menghasilkan salah satu atau kedua
komponen tersebut di atas. Karbohidrat berasal dari bahasa Jerman yaitu Kohlenhydrote dan dari
bahasa Prancis Hidrate de Carbon yang berarti unsur karbon yang mengikat hidrogen dan
oksigen dalam perbandingan 2:1.
Karbohidrat merupakan sumber energi bagi aktivitas kehidupan manusia selain protein dan
lemak. Karbohidrat dalam makanan biasanya dalam bentuk umbi-umbian, serealia maupun dalam
batang tanaman. Selain dari sumber nabati, karbohidrat juga berasal dari pangan hewani yang
terbentuk dalam jumlah yang kecil yang melalui biosintesa glikogen dan sintesa secara kimiawi.
Beberapa zat yang termasuk golongan karbohidrat adalah gula, dekstrin pati, selulosa,
hemiselulosa, pektin, dan karbohidrat lain. Karbohidrat dikenal sebagai bentuk yang memiliki
senyawa kimia yang berbeda antara lain monosakarida, disakarida, oligosakarida dan
polisakarida. Monosakarida adalah golongan karbohidrat yang paling sederhana ukuran
molekulnya. Contoh monosakarida adalah glukosa dan fruktosa. Disakarida adalah 2 molekul
monosakarida dan melepaskan molekul air. Disakarida yang penting antara lain sukrosa, maltosa
dan laktosa. Sedangkan polisakarida terdiri dair monosakarida yang membentuk rantai polimer
dengan ikatan glikosidik. Jenis polisakarida antara lain selulosa, hemi selulosa, pektin dan lignin.
Karbohidrat dalam makanan atau sumber pangan dapat dianalisis melalui uji kualitatif
dengan metode uji Molisch, uji Fehling, uji Benedict, uji Asam Pikrat, uji Barfoed, uji
Saliwanoff, uji Bial dan uji Tauber. Pengujian secara kuantitatif dapat dilakukan antara lain
melalui metode Nelson-Somogyi, metode Lane-Eynon, metode Shaffer-Somogyi, metode
Anthrone dan metode Luff Schoorl. Salah satu aplikasi dari pengujian karbohidrat adalah analisis
gula reduksi pada pembuatan kecap lamtoro terfermentasi Aspergillus orizae dengan metode
Nelson-Somogyi secara spektrofotometri.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan karbohidrat?
2. Bagaimana metode analisis karbohidrat secara kualitatif?
3. Bagaimana metode analisis karbohidrat secara kuantitatif?
4. Bagaimana aplikasi dari metode analisis karbohidrat?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui pengertian dan penggolongan
karbohidrat, mengetahui metode analisis karbohidrat secara kualitatif dan kuantitatif, serta
mengetahui aplikasi metode analisis karbohidrat dalam sampel makanan atau bahan pangan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Karbohidrat
Karbohidrat merupakan zat organik utama yang terdapat dalam tumbuh – tumbuhan dan
biasanya mewakili 50 sampai 75 persen dari jumlah bahan keringdalam bahan makanan ternak.
Karbohidrat atau arang adalah suatu zat gizi yang fungsi utamanyas ebagai penghasil energi,
dimana setiap gramnya menghasilkan 4 kalori. Di Negara berkembang, karbohidrat di konsumsi
sekitar 70 – 80 % dari total kalori, bahkan di negara miskin bisa mencapai 90 %. Sedangkan
pada negara maju,karbohidrat dikonsumsi hanya sekitar 40 – 60 %. Karbohidrat banyak
ditemukan pada serealia (beras, gandum, jagung, kentang dan sebagainya), serta pada biji –
bijian yang tersebar di alam.Selain itu, karbohidrat juga menjadi komponen struktur penting
pada mahluk hidup dalam membentuk serat (fiber), seperti selulosa, pektin dan lignin (Sumadjo,
2009).

2.2 Analisis Kualitatif Karbohidrat


Karbohidrat dengan zat tertentu akan menghasilkan warna tertentu yg dapat dgunakan
untuk analisis kualitatif. Beberapa reaksi yg lebih spesifik dpt membedakan golongan
karbohidrat. Banyak cara untuk mengetahui atau mengidentifikasi karbohidrat dalam suatu bahan
alam, diantaranya adalah sebagai berikut (Sudarmadji, 2003):
2.2.1 Uji Molisch
Prinsip reaksi ini adalah dehidrasi senyawa karbohidrat oleh asam sulfat pekat. Dehidrasi
heksosa menghasilkan senyawa hidroksi metil furfural, sedangkan dehidrasi pentose
menghasilkan senyawa fulfural. Uji positif jika timbul cincin merah ungu yang merupakan
kondensasi antara furfural atau hidroksimetil furfural dengan a-naftol dalam pereaksi molish.Uji
molisch adalah uji kimia kualitatif untuk mengetahui adanya karbohidrat. Sampel yang diuji
dicampur dengan reagent Molisch, yaitu -naphthol yang terlarut dalam etanol 95%. Setelah
pencampuran atau homogenisasi, H 2 SO 4 pekat perlahan-lahan dituangkan melalui dinding
tabung reaksi agar tidak sampai bercampur dengan larutan atau hanya membentuk lapisan. H 2 SO 4
pekat (dapat digantikan asam kuat lainnya) berfungsi untuk menghidrolisis ikatan pada sakarida
untuk menghasilkan furfural. Furfural ini kemudian bereaksi dengan reagent Molisch,
alfanaphthol membentuk cincin yang berwarna ungu. Reaksi :
Gambar1.1.Reaksi Uji Molisch pada karbohidrat (Underwood, 1996)
KH (pentose) + H 2 SO 4 pekat → furfural → + α-naftol → warna ungu
KH (heksosa) + H 2 SO 4 pekat → HM-furfural → + α-naftol → warna ungu
Kedua macam reaksi diatas berlaku umum, baik untuk aldosa (-CHO) maupun karbohidrat
kelompok ketosa (C=O).
Prosedur kerja :
1. Masukkan 15 tetes larutan uji karbohidrat kedalam tabung rekasi yang masih kering
danbersih
2. Tambahkan 3 tetes pereaksi Molisch. Campurkan dengan baik.
3. Miringkan tabung rekasi, lalu alirkan dengan hati-hati 1 mL H 2 SO4 pekat melalui dinding
tabung supaya tidak bercampur.
4. Perhatikan terbentuknya cincin berwarna ungu pada batas antara kedua lapisan
yangmenandakan reaksi positif karbohidrat.
5. Catat hasil dan buatlah kesimpulannya.

2.2.2 Uji Benedict


Uji Benedict adalah uji kimia untuk mengetahui kandungan gula (karbohidrat) pereduksi
(yang memiliki gugus aldehid atau keton bebas) . Gula pereduksi meliputi semua jenis
monosakarida dan beberapa disakarida seperti laktosa, glukosa dan maltosa. Uji benedict
berdasarkan reduksi Cu2+ menjadi Cu+ oleh gugus aldehid atau keton bebas dalam suasana alkalis,
biasanya ditambahkan zat pengompleks seperti sitrat atau tatrat untuk mencegah terjadinya
pengendapan CuCO3(Lenhninger, 1982).
Uji positif ditandai dengan terbentuknya endapan merah bata, kadang disertai dengan
larutan yang berwarna hijau, merah, atau orange. Pada uji Benedict, pereaksi ini akan bereaksi
dengan gugus aldehid, kecuali aldehid dalam gugus aromatik, dan alpha hidroksi keton. Oleh
karena itu, meskipun fruktosa bukanlah gula pereduksi, namun karena memiliki gugus alpha
hidroksi keton, maka fruktosa akan berubah menjadi glukosa dan mannosa dalam suasana basa
dan memberikan hasil positif dengan pereaksi benedict. Untuk mengetahui adanya monosakarida
dan disakarida pereduksi dalam makanan, sample makanan dilarutkan dalam air, dan
ditambahkan sedikit pereaksi benedict. Dipanaskan dalam waterbath selama 4 - 10 menit. Selama
proses ini larutan akan berubah warna menjadi biru (tanpa adanya glukosa), hijau, kuning,
orange, merah dan merah bata atau coklat (kandungan glukosa tinggi). Sukrosa (gula pasir) tidak
terdeteksi oleh pereaksi Benedict. Sukrosa mengandung dua monosakrida (fruktosa dan glukosa)
yang terikat melalui ikatan glikosidik sedemikian rupa sehingga tidak mengandung gugus aldehid
bebas dan alpha hidroksi keton. Sukrosa juga tidak bersifat pereduksi(Lenhninger, 1982).
Pengamatan yang dilakukan dalam uji Benedict ini dapat dilakukan dengan mengamati
perubahan warna dan terjadinya endapan. Warna larutan dapat terlihat bermacam-macam
tergantung dari konsentrasi karbohidrat yangg dipakai, larutan dapat berwarna hijau, hijau
kebiruan dan kuning. Pada uji Benedict terhadap glukosa dan fruktosa larutan berwarna hijau
kebiruan dan terdapat endapan merah bata di dalamnya yang menandakan pengujian positif,
sedangkan pada maltosa dan laktosa larutan memiliki warna hijau kebiruan tanpa endapan merah
bata hal ini menunjukan bahwa pengujian positif terdapat gula di dalamnya, tetapi pada pengujian
terhadap sukrosa dan pati warna yang terlihat adalah biru menandakan bahwa hasil uji negatif
mengindikasikan bahwa sukrosa dan pati tidak memiliki gula pereduksi yang dapat mereduksi
reagen benedict. Berikut reaksi yang berlangsung:
R-COH + CuO → Cu2O (s) + R-COOH
atau
KH + camp Cu SO4, Na-Sitrat, Na2 CO 3 → Cu2O (endapan merah bata)
Pereaksi Benedict : Satu liter pereaksi Benedict dapat dibuat dengan menimbang sebanyak 100
gram natrium karbonat anhydrous ( Na2 CO 3), 173 gram natrium sitrat, dan 17,3 gram tembaga
(II) sulfat pentahydrate, kemudian dilarutkan dengan akuadest sebanyak 1 liter.
Prosedur kerja (Lenhninger, 1982):
1. Masukkan 3 tetes larutan uji karbohidrat kedalam tabung rekasi yang masih kering dan
bersih
2. Tambahkan 2 mL pereaksi Benedict, kemudian dikocok.
3. Masukan kedalam penangas air selama 5 menit. Amati perubahan warna endapannya.
4. Pembentukan warna endapan hijau, kuning, atau merah menunjukan reaksi positif
karbohidrat.
5. Catat hasil dan buatlah kesimpulannya.
6. Lakukan percobaan ini dengan menggunakan larutan glukosa, galaktosa, maltosa,fruktosa,
laktosa, sukrosa dan larutan amilum.

2.2.3 Uji Barfoed


Uji ini untuk membedakan monosakarida dan disakarida dengan jalan mengontrol
kondisi-kondisi percobaan, seperti pH dan waktu pemanasan. Pada analisa ini, karbohidrat
direduksi pada suasana asam. Disakarida juga akan memberikan hasil positif bila didihkan cukup
lama hingga terjadi hidrolisis. Uji Barfoed menggunakan reagen Barfoed yang terdiri dari
tembaga asetat dan asam asetat glacial sebagai pereaksi. Diketahui bahwa disakarida merupakan
agen pereduksi yang lemah, mereka tidak membentuk ion kupri pada reagen Barfoed yang ada
dalam keadaan asam, sedangkan monosakarida merupakan agen pereduksi yang kuat dan mampu
membentuk ion kupri dalam reagen Barfoed dalam keadaan asam karena itu uji Barfoed ini
digunakan untuk membedakan disakarida pereduksi dengan monosakarida pereduksi dalam suatu
sampel. Pada proses pengujian, larutan dipanaskan, pemanasan terhadap sampel membantu
asamasetat glacial menghidrolisis disakarida menjadi monosakarida yang kemudian akan
mereduksi reagen, karena itu perbedaan waktu yang ada menjadi indikasi perbedaan terhadap
monosakarida pereduksi dan disakarida pereduksi. Monosakarida pereduksi ditandai dengan
terjadinya endapan merah bata kupro oksida (Cu2O) pada saat di panaskan dalam kurun waktu
dua sampai tiga menit sedangkan disakarida pereduksi di tandai dengan pembentukan endapan
merah bata kupro oksida (Cu2O) dalam kurun waktu sepuluh sampai dua belas menit. Reaksi
(Sudarmadji, 2003):
KH + camp Cu SO 4dan CH 3COOH →Cu2O endapan merah bata
Prosedur kerja :
1. Masukkan 1 mL larutan uji karbohidrat kedalam tabung rekasi yang masih kering dan
bersih.
2. Tambahkan 1 mL pereaksi Barfoed, kemudian dikocok.
3. Masukan kedalam penangas air selama 3 menit.
4. Kemudian didinginkan dalam air mengalir.
5. Bila tidak terjadi reduksi selama 5 menit, lakukan pemanasan selama 15 menit sampai
terlihat adanya reduksi.
6. Catat hasil dan buatlah kesimpulannya
7. Lakukan percobaan ini dengan larutan glukosa, galaktosa, laktosa, sukrosa dan
maltosa.

2.2.4 Uji Fehling


Pereaksi Fehling terdiriatas Fehling A (34,65 gram kuprisulfatdalam 500 mL air) dan
Fehling B (campuran 173 gram natriumhidroksidadan 125 gram kaliumtetratdalam 500 mL air),
campuran larutan fehling A dan larutan fehling B merupakan larutan berwarna biru( Sumardjo,
2006).
Pereaksi Fehling ditambah karbohidrat pereduksi, kemudian dipanaskan, akan terjadi
perubahan warna dari biru  hijau  kuning  kemerah-merahan dan akhirnya terbentuk
endapan merah bata kupro oksida bila jumlah karbohidrat pereduksi banyak.
Gambar 1. Reaksi Karbohidrat Pereduksi Dengan Pereaksi Fehling ( Sumardjo, 2006)

Dalam reaksi ini, karbohidrat pereduksi akan diubah menjadi asam onat, yang membentuk
garam karena adanya basa, sehingga pereaksi Fehling akan mengalami reduksi sehingga tembaga
yang bermuatan +2 akan berubah menjadi tembaga yang bermuatan +1 ( Sumadjo, 2006).

2.2.5 Uji Tollens


Pereaksi tollens dibuat dengan mereaksikan larutan perak nitratdenganlarutan ammonium
hidroksida secara perlahan sehingga endapan yang mula-mula terbentuk larut.

Gambar 2. Reaksi Karbohidrat Pereduksi Dan Pereaksi Tollens


Bila karbohidrat pereduksi dipanaskan dengan pereaksi tollens dalam tabung reaksi bersih,
terbentuk lapisan tipis menyerupai cermin pada bagian bawah tabung percobaan. Dalam proses
ini, karbohidrat pereduksi dioksidasi menjadi asam onat yang segera membentuk garam
Ammonium, sedangkan pereaksi tollens direduksi sehingga dibebaskan logam perak yang
melekat pada dinding menyerupai cermin (Sumardjo, 2006).

2.2.6 Uji Asam Pikrat


Asam pikrat jenuh dalam suasana basa dapat digunakan untuk menunjukkan adanya
karbohidrat pereduksi. Pada 5 mL larutan karbohidrat pereduksi ditambahkan 2-3 mL asam pikrat
dan 1 mL natrium karbonat 10%. Pada pemanasan, terjadi perubahan warna kuning menjadi
merah.

Gambar 3. Uji Asam Pikrat


Reaksi yang terjadi dalam uji ini adalah oksidasi karbohidrat pereduksi menjadi asam onat dan
reduksi asam pikrat yang berwarnakuningmenjadiasampikramat yang berwaramerah( Sumardjo,
2006).

2.2.7 Uji Saliwanof


Uji Saliwanoff dipakai untuk menunjukkan adanya ketoheksosa, misalnya fruktosa.
Pereaksi Saliwanoff adalah resorsinol dalam asam klorida encer. Pendidihan fruktosa dengan
pereaksi Saliwanoff menghasilkan larutan berwara merah.

Gambar 4. Reaksi Kondensasi Hidroksi metilfurfural Dengan Resonisol


Dua tahap reaksi terjadi dalam pendidihan ini, yaitu dehidrasi fruktosa oleh HCl yang ada
dalam pereaksi Seliwanoff membentuk hidroksimetil furfural dan kondensasi
hidroksimetilfurfural yang terbentuk dengan resorsinol membentuk senyawa berwarna
merah( Sumardjo, 2006).

2.2.8 Uji Bial dan Uji Tauber


Pereaksi Bial dapat dibuat dengan melarutkan 1,5 g orsinol dala 500 Ml asam klorida
pekat, kemudian ditambah dengan 20-3- tetes ferilklorida 10%. Pereaksi Tauber dapat diperoleh
bila larutan benzidin 4% dicampur dengan asam asetat glasial. Pendidihan aldopentosa dengan
pereaksi Bial akan menghasilkan larutan berwarna hijau. Bila aldopentosa didihkan dengan
pereaks Tauber, dihasilkan warna pink sampai merah setelah didinginkan (Sumardjo, 2006).

2.3 Metode Analisis Karbohidrat secara Kuantitatif


2.3.1 Metode Lane-Eynon
Penetapan gula pereduksi dengan metode ini dilakukan secara volumetrik. Biasanya
digunakan untuk penentuan laktosa (anhidrat atau monohidrat) glukosa, fruktosa, maltosa
(anhidrat atau monohidrat) dan lainnya. Penetapan gula pereduksi dengan metode ini didasarkan
atas pengukuran volume larutan gula pereduksi standar yang dibutuhkan untuk mereduksi
pereaksi tembaga basa yang diketahui volumenya. Titik akhir titrasi ditunjukkan dengan metilen
biru yang warnanya akan hilang karena kelebihan gula pereduksi diatas jumlah yang dibutuhkan
untuk mereduksi tembaga (Day dan Underwood, 1999).

2.3.2 Metode Shaffer-Somogyi


Metode ini dapat diterapkan untuk segala jenis bahan pangan. Terutama berguna untuk
menetapkan sampel yang mengandung sedikit gula pereduksi. Gula pereduksi akan mereduksi
Cu2+ menjadi Cu+. Cu+ akan dioksidasi oleh I2 (yang terbentuk dari hasil oksidasi KI oleh KIO 3
dalam asam) menjadi Cu2+ kembali. Kelebihan I2 dititrasi dengan Na2S2O3. Dengan
menggunakan blanko, maka kadar gula pereduksi dalam sampel dapat ditentukan (Sumardji,
1989).
2.3.3 Metode Anthrone
Metode ini dapat digunakan untuk semua jenis bahan makanan. Anthrone (9,10-dihidro-9-
oxanthracena) merupakan hasil reduksi anthraquinone. Anthrone bereaksi secara spesifik dengan
karbohidrat dalam asam sulfat pekat menghasilkan warna biru kehijauan yang khas (Apriyanto,
1989).

2.3.4 Metode Munson Walker


Penentuan gula reduksi berdasarkan atas banyaknya endapan Cu 2O yang terbentuk,
kemudian dengan melihat tabel Hadmond dapat diketahui jumlah gula pereduksinya. Jumlah
Cu2O ditentukan secara gravimetris, yaitu dengan menimbang larutan endapan Cu 2O yang
terbentuk. Dapat juga ditentukan secara volumetrik yaitu dengan titrasi menggunakan larutan Na-
tiosulfat atau K-permanganat (Apriyanto, 1989).

2.3.5 Metode Nelson – Somogyi


Penentuan kadar gula reduksi dengan metode Nelson – Somogyi dibuat larutan standar
dengan konsentrasi 2, 4, 6, 8, 10 mg/100ml, larutan standar tersebut masing-masing ditambah
reagen Nelson Somogyi yang berwarna biru. Penambahan reagen Nelson somogyi ini bertujuan
untuk mereduksi kupri oksida menjadi kupro oksida yang mana K-Na-tartrat yang terkandung
dalam reagen Nelson Somogyi berfungsi untuk mencegah terjadinya pengendapan kupri oksida.
Selain 5 larutan standar tersebut, dibuat juga larutan blanko dari akuades yang nantinya akan
digunakan sebagai pembanding (Sumardji, 1989).

2.3.6 Metode Luff Schoorl


Pada penentuan gula cara Luff-Schrool yang ditentukan bukannya kupro oksida yang
mengendap tetapi dengan menentukan kupri oksida dalam larutan sebelum direaksikan dengan
gula reduksi (titrasi blanko) dan sesudah direaksikan dengan sampel gula reduksi (titrasi sampel).
Penentuannya dengan titrasi menggunakan Natrium tiosulfat. Selisih titrasi blanko dengan titrasi
sampel ekuivalen dengan kupro oksida yang terbentuk dan juga ekuivalen dengan jumlah gula
reduksi yang ada dalam bahan atau larutan. Reaksi yang terjadi selama penentuan karbohidrat
cara ini mula-mula kupri oksida yang ada dalam reagen akan membebaskan iod dari garam
kalium iodida. Banyaknya iod yang dibebaskan ekuivalen dengan banyaknya kupri oksida.
Banyaknya iod dapat diketahui dengan titrasi menggunakan Natrium tiosulfat. Untuk mengetahui
bahwa titrasi sudah cukup maka diperlukan indikator amilum. Apabila larutan berubah warnanya
dari biru menjadi putih berarti titrasi sudah selesai. Agar perubahan warna biru menjadi putih
dapat tepat maka penambahan amilum diberikan pada saat titrasi hampir selesai. Setelah
diketahui selisih banyaknya titrasi blanko dan titrasi sampel kemudian dikonsultasikan dengan
tabel yang sudah tersedia yang menggambarkan hubungan antara banyaknya Natrium tiosulfat
dengan banyaknya gula reduksi (Winarno, 1995).

2.4 Analisis Karbohidrat, Protein, dan Lemak pada Pembuatan Kecap Lamtoro Gung
(Leucaena leucocephala) terfermentasi Aspergillus oryzae
Analisis karbohidrat pada biji, koji, dan moromi pada kecap lamtoro dengan cara sebagai
berikut (Rahayu dkk, 2005):
Karbohidrat dalam bentuk gula reduksi dan pati dianalisis dengan metode Nelson
Samogyi secara spektrofotometri (Sudarmadji dkk, 1984). Sampel (5 mL) ditambah 143,75 mg
enzim amilase kemudian digojok dan didiamkan selama 6 jam. Sampel (1 mL) yang ditambah
amilase dan sampel (1 mL) tanpa amilase masing-masing ditambah akuades sampai volume akhir
10 mL , kemudian diambil 1 mL ditambah dengan 9 mL akuades dan digojog dengan vorteks.
Larutan sampel (1 mL) ditambahkan 1 mL larutan Nelson (campuran larutan Nelson A dan
Nelson B; 25:1 v/v), kemudian dipanaskan dengan water bath pada suhu 100°C selama 20 menit.
Larutan sampel didinginkan sampai mencapai suhu kamar, kemudian ditambahkan 1 mL larutan
arsenomolybdat. Larutan sampel digojog, kemudian ditambahkan akuades 7 mL dan digojog lagi.
Larutan sampel diukur penyerapan (absorbansi) cahaya tampak (visible) pada panjang gelombang
540 nm. Nilai absorbansi sampel – nilai absorbansi blanko kemudian dikonversi ke mg/mL gula
reduksi berdasarkan persamaan regresi senyawa standar (glukosa) gula reduksi tanpa enzim
amilase. Kadar pati = (Kadar gula reduksi setelah diberi enzim amilase–kadar gula reduksi tanpa
enzim amilase) X 0,9.
Hasil dari analisis tersebut yakni Kadar karbohidrat yang diukur dalam penelitian ini
adalah karbohidrat dalam bentuk gula reduksi dan pati. Pati dapat dihidrolisis oleh enzim,
misalnya enzim α-amilase . A. oryzae kaya akan enzim α-amilase. Pada proses fermentasi kapang
(koji), enzim ini bekerja aktif, sehingga kadar pati berkurang dari 274,36 mg/g pada biji menjadi
260,92 mg/g pada koji (Gambar 1). Penurunan kadar pati ini diikuti peningkatan kadar gula
reduksi dari 78,38 mg/g pada biji menjadi 119,08 mg/g pada koji. Hal ini karena hidrolisis pati
oleh enzim α- amilase A. oryzae menjadi gula reduksi. Enzim α-amilase A.oryzae merombak pati
dalam biji menjadi glukosa dan maltosa dalam koji. Pemecahan amilosa akan menghasilkan
glukosa dan maltosa, sedang pemecahan amilopektin akan menghasilkan glukosa, maltosa, dan
limit dekstrin.
Aktivitas enzim α-amilase A. oryzae masih berlangsung selama fermentasi moromi. Hal
ini mengakibatkan kadar pati berkurang sehingga moromi menjadi 179,50 mg/g, sebaliknya gula
reduksi bertambah menjadi 164,29 mg/g. Penurunan kadar pati dan peningkatan kadar gula
reduksi ditunjukkan pada Gambar 5.
BAB III
KESIMPULAN

Karbohidrat merupakan sumber energi bagi aktivitas kehidupan manusia selain protein
dan lemak, dan terdiri dari gugus aldehid (aldosa) atau polihidroksi keton (ketosa). Karbohidrat
dapat dianalisa secara kualitatif dan kuantitatif. Analisa karbohidrat secara kualitatif terdiri dari
uji molisch, uji benedict, uji saliwanof, uji fehling, uji asam pikrat, uji bial, uji barfoed, uji tollen
dan uji tauber. Sedangkan analisa karbohidrat secara kuantitatif terdiri dari Metode Lane-Eynon,
Metode Shaffer-Somogyi, Metode Anthrone, Metode Munson Walker, Metode Nelson –
Somogyi, dan Metode Luff Schoorl. Contoh aplikasi analisis karbohidrat yaitu Analisis
Karbohidrat, Protein, dan Lemak pada Pembuatan Kecap Lamtoro Gung (Leucaena
leucocephala) terfermentasi Aspergillus oryzae dengan metode Nelson Samogyi secara
spektrofotometri.
DAFTAR PUSTAKA

Apriyanto,A. 1989. Analisa Pangan. Bogor : IPB Press.


Day. R. A.,Underwood. A. L. 1999. Analisa Kimia Kuantitatif. Edisi keempat. Erlannga : Jakarta.
Hutagalung, Halomoan., 2004. Karbohidrat. FakultasKedokteranUniversitas Sumatera Utara
Lehninger AL. 1982. Dasar-Dasar Biokimia Jilid 1.Suhartono MT, penerjemah. Jakarta:
Erlangga
Sudarmadji, S. 1989. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta : Liberti
Sudarmaji, Slamet. (2003). Analisis Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: Liberty
Yogyakarta
Sumardjo, Damin., 2006, Pengantar Kimia : Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan
Program Strata I Fakultas Bioeksakta. Jakarta : BukuKedokteran EGC
Underwood. 1996. Analisa Kimia Kuantitatif. Jakarta :Erlangga Universitas
Winarno, F.G.1995. Pengantar Teknologi Pangan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Rahayu, Anny, Suranto, Tjahjadi Purwoko. 2005. Analisis Karbohidrat Protein, dan Lemak
pada Pembuatan Kecap Lamtoro Gung (Leucaena leucocephala) terfermentasi
Aspergillus oryzae. Jurnal Bioteknologi 2 (1): 14-20 Mei 2005. Jurusan Biologi FMIPA
Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta

Anda mungkin juga menyukai