KIMIA PANGAN
(Uji Kualitatif Karbohidrat)
Oleh :
Kelompok 6 1B
Anggota : Amelia Nur Oktaviani (10308006)
Innovation
LABORATORIUM KIMIA
PROGRAM STUDI AGROINDUSTRI
JURUSAN AGROINDUSTRI
POLITEKNIK NEGERI SUBANG
2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Mampu melakukan uji kualitatif (karbohidrat) pada bahan pangan
2. Mampu mengidentifikasi keberadaan atau ketiadaan karbohidrat dalam
suatu sampel
3. Mampu mempelajari metode uji kualitatif karbohidrat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karbohidrat
Karbohidrat merujuk pada senyawa-senyawa Polihidroksi aldehida dan
Polihidroksi keton atau zat-zat yang dapat menghasilkan derivat ini saat
dihidrolisis. Karbohidrat biasanya berupa bahan padat berwarna putih yang sulit
larut dalam pelarut organik namun dapat larut dalam air (kecuali beberapa jenis
sakarida). Sebagian besar karbohidrat yang memiliki berat molekul rendah
memiliki rasa manis, sehingga istilah gula sering digunakan untuk menggambarkan
jenis karbohidrat ini (Wibawa, 2017).
2.2 Analisis Karbohidrat
Analisis kualitatif karbohidrat umumnya dilakukan dengan memperhatikan
perubahan warna yang dipengaruhi oleh hasil degradasi gula dalam asam kuat, serta
sifat reduksi dari gugus karbonil dan oksidasi dari gugus hidroksil yang berdekatan
dengan senyawa organik tertentu. Karbohidrat yang direaksikan dengan asam kuat
seperti sulfat, klorida, dan fosfat akan membentuk produk terurai yang berwarna.
Beberapa tes kualitatif yang umum dilakukan untuk karbohidrat antara lain tes
Molish, tes Seliwanof, tes Antrone, dan tes Fenol (Andarwulan et al., 2011).
2.2.1 Uji Molish
Tes kimia sensitif Uji Molisch ini digunakan untuk mendeteksi keberadaan
karbohidrat dengan cara mengalami dehidrasi menggunakan asam sulfat atau asam
klorida sehingga menghasilkan aldehida. Aldehida tersebut akan bereaksi dengan
dua molekul fenol, biasanya α-naftol, meskipun fenol lainnya seperti resorsinol atau
timol juga dapat digunakan, dan menghasilkan senyawa berwarna merah atau ungu.
Gula reduksi akan dioksidasi oleh ion tembaga dalam larutan dan membentuk asam
karboksilat serta endapan tembaga (I) oksida yang berwarna kemerahan dalam
waktu tiga menit. Reaksi yang sama juga terjadi pada disakarida, namun dengan
kecepatan yang lebih lambat. Tes ini dapat digunakan untuk semua jenis
karbohidrat, baik monosakarida, disakarida, maupun polisakarida dan akan
memberikan hasil positif jika terbentuk cincin merah ungu akibat kondensasi antara
furfural atau hidroksimetil furfural dengan α-naftol dalam pereaksi Molisch
(Desyanti, 2013).
2.2.2 Uji Barford
Tujuan dari Uji Barfoed adalah untuk mengidentifikasi monosakarida dalam
sampel. Jika endapan berwarna oranye-merah terbentuk, itu menunjukkan adanya
monosakarida dalam sampel. Dalam suasana asam, ion Cu2+ dari reagen Barfoed
akan direduksi lebih cepat oleh gula reduksi monosakarida daripada disakarida, dan
ini akan menghasilkan Cu2O berwarna merah bata. Uji Barfoed didasarkan pada
prinsip ini. Pada uji ini, kondisi eksperimen seperti pH dan waktu pemanasan
dikendalikan untuk membedakan antara monosakarida dan disakarida. Karbohidrat
direduksi dalam suasana asam pada analisis ini. Jika disakarida didihkan dalam
waktu yang cukup lama, hingga terjadi hidrolisis dan perubahan warna, maka hasil
positif juga dapat diperoleh (Desyanti, 2013).
2.2.3 Uji Benedict
Uji Benedict merupakan suatu tes kimia yang digunakan untuk mendeteksi
kandungan gula (karbohidrat) pereduksi (yang memiliki gugus aldehid atau keton
bebas). Jenis gula pereduksi meliputi monosakarida dan beberapa disakarida seperti
laktosa, glukosa, dan maltosa. Tes Benedict didasarkan pada oksidasi Cu2+ menjadi
Cu+ oleh gugus aldehid atau keton bebas dalam suasana alkalis. Biasanya
ditambahkan zat pengompleks seperti sitrat atau tatrat untuk mencegah terjadinya
pengendapan CuCO3 (Desyanti, 2013). Ketika tes ini dilakukan, akan dihasilkan
endapan berwarna merah bata yang menunjukkan adanya kandungan gula
pereduksi pada sampel. Warna endapan dapat berubah menjadi hijau, kuning, atau
merah bata tergantung pada konsentrasi gula reduksi. Semakin merah bata
warnanya, semakin tinggi konsentrasi gula reduksinya (Kusbandari, 2015).
2.2.4 Uji Seliwanof
Tujuan dari uji Seliwanoff adalah untuk mendeteksi keberadaan ketosa (jenis
karbohidrat yang mengandung gugus keton). Ketika reagen seliwanoff bereaksi
dengan HCl yang dipanaskan, terjadi perubahan menjadi asam levulinat dan 4-
hidroksilmetilfurfural. Jika suatu karbohidrat yang mengandung gugus keton
dipanaskan, maka larutannya akan berubah menjadi warna merah. Sukrosa, yang
merupakan jenis disakarida yang mudah dihidrolisis menjadi glukosa dan fruktosa,
akan memberikan hasil positif pada uji Seliwanoff. Glukosa dan jenis karbohidrat
lainnya dalam jumlah yang signifikan juga dapat menunjukkan warna yang sama
(Desyanti, 2013).
2.2.5 Uji Lugol
Uji Lugol adalah sebuah uji kimia yang digunakan untuk mendeteksi
keberadaan amilum atau pati dalam suatu larutan atau sampel. Larutan Lugol terdiri
dari air murni, iodin, dan kalium iodida. Ketika larutan Lugol ditambahkan ke
dalam suatu sampel yang mengandung amilum, maka amilum akan bereaksi dengan
iodin dan menghasilkan kompleks biru keunguan yang mudah dikenali secara
visual. Jika sampel tidak mengandung amilum, tidak akan terjadi perubahan warna
pada sampel (Trimanto. et al., 2018)
BAB III
METODOLOGI
B. Uji Barfoed
Uji Barfoed
D. Uji Selliwanof
5.1 Pembahasan
Amelia Nur Oktaviani
Praktikum Kimia Pangan kali ini mengenai analisis kualitatif
karbohidrat. Karbohidrat merupakan senyawa yang tersusun atas unsur
karbon dan air, secara kimia karbohidrat adalah senyawa
polihidroksialdehih atau polihidroksi keton, atau senyawa yang dihidrolisi
dari keduanya. Jenis karbohidrat yang digunakan yaitu karbohidrat
monosakarida dan disakarida, contohnya seperti glukosa, galaktosa,
fruktosa, sukrosa, maltosa, amilum dan laktosa. Monosakarida biasanya
disebut dengan gula sederhana karena hanya terbentuk dari satu gugus gula
penyusun dan tidak dapat dihidralisi menjadi senyawa yang lebihh
sederhana lagi karena molekulnya terdiri dari hanya beberapa atom saja.
Monosakrida yang digunakan pada praktikum ini yaitu hanya glukosa dan
fruktosa saja. Menurut Mudrwan (2016) Monosakarida adalah senyawa
yang tidak berwarna yang larut dalam air, berbentuk Kristal dan memiliki
rasa manis. Jenis monosakarida yang penting adalah glukosa atau gula yang
mempunyai enam atom karbon, dengan rumus kimia yaitu C Glukosa adaah
monosakarida yang paling umum dan senyawa organik yang paling banyak
terdapat di alam. Sedangkan Disakarida adalah Karbohidrat yang disusun
oleh dua gugus gula yang berikatan dengan ikatan glikosida, jenis disakarida
yang digunakan pada praktikum ini yaitu laktosa yang tersusun atas glukosa
dan galaktosa, sukrosa yang tersusun atas glukosa dan fruktosa, dan maltose
yang tersusun oleh glukosa dan glukosa.
Analisis karbohidrat biasanya berdasarkan pada reaksi-reaksi
perubahan warna yang dipengaruhi oleh produk-produk hasil dari
penguraian gula dalam asam kuat dengan berbagai senyawa organic yang
memiliki sifat dapat mereduksi dari gugus karbonil dan dapat mengoksidasi
dari gugus hidroksil yang berdekatan. Analisi karobohidrat biasanya
dilakukan dengan beberaja jenis pengujian karbohidrat, diantaranya uji
molisch, uji benedict, uji barfoed, uji seliwanoff, dan uji lugol. Pengujian
dengan uji benedict, barfoed, dan seliwanoff dilakukan dengan
menggunakan pemanasan dengan waktu yang telah ditentukan.
Uji molisch adalah pengujian kualitatif karbohidrat yang bertujuan
untuk mengetahui adanya karbohidrat yang umumnya dilakukan untuk
semua jenis karbohidrat yang akan memebrikan hasil yang positif baik itu
karbohidrat jenis monosakarida, disakarida, dan polisakarida. Prinsip reaksi
uji molisch adalah dehidrasi senyawa karbohidrat oleh asam sulfat pekat.
Dapat nyatakan positif apabila terjadi perubahan warna menjadi warna
ungu. Hasil dari pengujian molisch yang telah dilaksanakan menunjukan
hasil positif seluruhnya dari semua jenis karhohidrat. Hal ini sesuai dengan
yang di nyatakan oleh Desyanti (2013) bahwa Uji positif jika timbul cincin
merah ungu yang merupakan kondensasi antara furfural atau hidroksimetil
furfural dengan a-naftol dalam pereaksi molisch.
Uji benedict merupakan pengujian karbohidrat yang bertujuan untuk
mengetahui kandungan gula/karbohidrat pereduksi. Gula pereduksi (yang
memiliki gugus aldehid ataun keton bebas) meliputi semua jenis gula
sederhana dan beberapa disakarida, misalnya laktosa dan maltose. Uji
benedict dapat dikatakan positif apabila terjadi perubahan warna menjadi
warna merah bata atau pun tersisa endapan berwana berah bata tersebut.
Hasil praktikum yang dilakukan menunjukan bahwa yang bernilai positif
terdapat pada semua jenis monosakarida yaitu glukosa dan fruktosa, serta
beberapa disakarida yaitu laktosa dan maltose.
Uji barfoed biasanya diperuntukan untuk monosakarida dan
disakarida yang akan menghasilkan hasil positif apabila didihkan dalam
waktu yang cukup lama. Hasil praktikum menunjukan nilai positif hanya
pada karbohidrat jenis monosakarida yaitu glukosa dan fruktosa, hal ini
terjadi karena waktu pemanasan disakarida yang kurang lama sehingga
mengasilkan nilai yang negative. Uji barfoed dapat dikatakan positif apabila
menghasilkan endapan merah bata.
Uji seliwanoff bertujuan untuk mengetahui adanya ketosa
(karbohidrat yang mengandung gugus keton). Hasil positif hanya
didapatkan oleh fruktosa dan sukrosa karena mengandung gugus keton yang
dapat menghasilkan warna merah ceri pada larutanya. Sedangkan jenis
karbohidrat lainya tidak terjadi perubahan warna. Dan yang terakhir
pengujian yang dilakukan yaitu pengujian lugol. Uji lugol terdapat hasil
positif hanya pada amilum. Uji ini dapat dinyatakan positif apabila terjadi
perubahan warna ataupun terdapat endapat berwarna biru kehitaman.
1) Monosakarida
Monosakarida adalah jenis karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisis
menjadi gula yang lebih sederhana. Berdasarkan gugus fungsinya,
monosakarida dibedakan menjadi dua jenis, yaitu aldosa dengan gugus
fungsi aldehida dan ketosa dengan gugus fungsi keton. Menurut jumlah
atom karbonnya, monosakarida terdiri dari triosa, tetrosa, pentosa dan
heksosa.(Ramadhani et al., 2019)
2) Oligosakarida
Oligosakarida adalah kondensasi dari dua hingga sepuluh monosakarida.
Oligosakarida dapat berupa disakarida, trisakarida, dan tetrasakarida.
Disakarida adalah hasil kondensasi dua unit monosakarida. Contohnya
adalah laktosa, maltosa, dan sukrosa. Trisakarida adalah kondensasi dari
tiga unit monosakarida dan tetrasakarida terdiri dari empat unit
monosakarida.(Ramadhani et al., 2019)
3) Polisakarida
Polisakarida adalah hasil kondensasi lebih dari dua puluh unit
monosakarida. Polisakarida terdiri dari homopolisakarida dan
heteropolisakarida. Homopolisakarida adalah polisakarida yang terdiri dari
unit monosakarida yang sama, sedangkan heteropolisakarida terdiri dari unit
monosakarida yang berbeda.(Ramadhani et al., 2019)
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan praktikum kali ini dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Uji kualitatif karbohidrat bertujuan untuk mengidentifikasi
keberadaan karbohidrat atau gula dalam suatu sampel
2. Terdapat 5 pengujian yang dilakukan untuk mengidentifikasi
keberadaaan suatu karbohidrat yakni uji molisch dengan tujuan
untuk menguji keberadaan semua jenis gula, uji benedict untuk
menguji keberadaan gula pereduksi, uji barfoed untuk gula jenis
monosakarida, lalu uji selliwanof untuk menentukan keberadaan
gula yang tersusun dari keton dan uji lugol yang bertujuan
mengidentifikasi keberadaan gula jenis polisakarida
3. Akan ada perubahan warna dan endapan yang muncul apabila
sampel tersebut terindikasi positif
6.2 Saran
Diharapkan untuk lebih berhati hati dan mematuhi keselamatan dan
kesehatan kerja saat pelaksanaan praktikum karena pada praktikum kali ini
terdapat bahan yang berbahaya, maka diharapkan untuk lebih menguasai
prosedur kerja agar pada saat praktikum berjalan dengan lancar dan hasil
yang didapat bisa tepat dan akurat
DAFTAR PUSTAKA
Desyanti, N. L. M. (2013). Metode Analisis Kualitatif Dan Kuantitatif
Karbohidrat. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Politeknik
Kesehatan Denpasar Jurusan Analis Kesehatan, 2(2), 1–23.
https://d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net/51928255/207749486-Analisa-
Kualitatif-Dan-Kuantitatif-Karbohidrat-pdf-
libre.pdf?1487997674=&response-content-
disposition=inline%3B+filename%3DAnalisa_Kualitatif_Dan_Kuantitatif_K
arbo.pdf&Expires=1671615157&Signature=S
Fatimah, S., Surur, M. A., A’tourrohman, M., Rohmah, A., & Khumaera, F.
(2019). Praktikum Fisiologi Hewan (2019). Fisiologi Hewan, 12(6), 1–8.
Fitri, A. S., & Fitriana, Y. A. N. (2020). Analisis Senyawa Kimia pada
Karbohidrat. Sainteks, 17(1), 45.
https://doi.org/10.30595/sainteks.v17i1.8536
Guanabara, E., Ltda, K., Guanabara, E., & Ltda, K. (n.d.). No 主観的健康感を中
心とした在宅高齢者における 健康関連指標に関する共分散構造分析
Title. 1305365.
Hidayanto, A. P. (2017). Modul Praktikum Biokimia Universitas Esa Unggul.
Jurnal GuDoddy Y. (2016). Biokimia Universitas Esa Unggul. Jurnal
Gunadharma, 2–40.Nadharma, 2–40.
Monika, A. (2021). Uji Hidrolisis Pati dengan Asam Hydrolysis Test of Starch
with Acid. ResearchGate, November, 0–6.
Nurhamida Sari Siregar. (2014). Karbohidrat. Jurnal Ilmu Keolahragaan, 13(2),
38–44.
Permatasari, D. G., Muslihah, Z. V., Handriyanti, R. P., Saputri, D. K. D., &
Trisiana, A. (2020). ANALISIS ES KRIM HERBAL MELALUI SIFAT
KIMIA (KADAR AIR, KADAR PROTEIN TERLARUT dan KADAR
GULA TOTAL) dan SIFAT FISIK (UJI ORGANOLEPTIK). Jurnal Ilmu
Dan Teknologi Kesehatan, 11(1), 36–45.
https://doi.org/10.33666/jitk.v11i1.273
Ramadhani, A. Y., Saputro, A. A., Wahyuni, L., Pahlevi, M. A., & Aprianto, M.
(2019). Karbohidrat 1. Journal of Chemical Information and Modeling,
53(9), 1689–1699.
Sutamihardja, R., Yuliani, N., Laelasari, H., & Susanty, D. (2018). HIDROLISIS
ASAM PADA TEPUNG PATI UBI JALAR PUTIH (Ipomoea batatas L.)
DALAM PEMBUATAN GULA CAIR. Jurnal Sains Natural, 6(2), 77.
https://doi.org/10.31938/jsn.v6i2.163
Trimanto., Dwiyanti, D., & Indriyani, S. (2018). Morfologi, Anatomi dan Uji
Histokimia Rimpang Curcuma aeruginosa Valeton dan Zipj. Jurnal Ilmu-
Ilmu Hayati : LIPI, 17(2), 123–133.
Wibawa, A. A. P. P. (2017). Biokimia Karbohidrat. Universitas Udayana, 1–51.
BAB IV