Anda di halaman 1dari 16

JURNAL PRAKTIKUM

BIOMOLEKUL
UJI KUALITATIF PROTEIN

Kelompok 7
1. Umar Hadi Winata (171810301024)
2. Tajriatul Jannah (171810301036)
3. Medina Rachmawati (171810301052)
4. Amanda Pramilu (171810301065)

LABORATORIUM BIOKIMIA
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2019
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Karbohidrat merupakan salah satu senyawa organik yang memiliki rumus
umum Cn(H2O)n. Karbohidrat mengandung tiga komponen utama, yaitu C
(karbon), H (hidrogen), dan O (oksigen) yang terikat dengan ikatan kovalen.
Karbohidrat dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan jumlah monomer
penyusunnya, meliputi monosakarida, oli/digosakarida, dan polisakarida.
Monosakarida adalah jenis karbohidrat yang paling sederhana, sedangkan
polisakarida yaitu jenis karbohidrat yang paling kompleks. Karbohidrat
merupakan suatu unsur makromolekul yang berfungsi sebagai salah satu sumber
energi yang utama dalam proses metebolisme dan anabolisme yang terjadi dalam
tubuh mahluk hidup. Karbohidrat sebanyak 1 gram yang dikonsumsi akan
menghasilkan energi sebesar 4 kkal (Irawan, 2007).
Jenis karbohidrat dapat dianalisa menggunakan berbagai uji karbohidrat
dengan perubahan fisik yang berbeda untuk setiap jenis karbohidrat. Uji
karbohidrat dapat dilakukan dengan metode kualitatif dan kuantitatif. Metode
kualitatif umumnya menggunakan berbagai reagen tertentu untuk
mengidentifikasi kandungan karbohidrat yang diamati, sedangkan metode
kuantitatif umumnya menggunakan olahan data untuk menentukan seberapa
banyak kadar karbohidrat dalam sampel. Metode uji karbohidrat dengan
menggunakan metode kualitatif maupun kuantitatif umumnya digunakan dalam
industri pangan dan juga bidang kedokteran untuk mengetahui kandungan
karbohidrat yang terdapat dalam sampel (Hawab, 2004).
Berdasarkan sifat-sifat karbohidrat dan reaksi-reaksi kimia yang spesifik,
karbohidrat dapat dianalisis baik secara kualitatif atau kuantitatif. Uji kualitatif
karbohidrat dibedakan atas uji umum dan uji khusus. Uji umum berlaku untuk
semua karbohidrat sedangkan uji khusus hanya berlaku untuk karbohirat tertentu.
Percobaan ini akan menguji adanya karbohidrat menggunakan uji Molisch, uji
Seliwanoff, uji Benedict, dan uji Barfoed. Pereaksi ini diteteskan pada larutan
karbohidrat dan akan memberikan respon yang sesuai dengan pereaksi yang
diberikan. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah suatu bahan
mengandung karbohidrat atau tidak, dimana uji positif yang dihasilkan berbeda-
beda tergantung jenis pereaksinya (Sumardjo, 2006).

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari uji karbohidrat ini adalah sebagai berikut
1.2.1 Bagaimana cara mengidentifikasi sampel karbohidrat dengan serangkaian
uji kimiawi karbohidrat sebagai dasar analisis kualitatif ?

1.3 Tujuan
Tujuan dilakukannya pecobaan mengenai uji karbohidrat ini adalah:
1.3.1 Mengidentifikasi karbohidrat dengan serangkaian uji kimiawi karbohidrat
sebagai dasar analisis kualitatif.

1.4 Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari percobaan uji karbohidrat adalah:
1.4.1 Mengetahui cara mengidentifikasi sampel karbohidrat dengan serangkaian
uji kimiawi karbohidrat sebagai dasar analisis kualitatif.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karbohidrat
Karbohidrat merupakan susunan dari atom karbon dan air. Secara umum
karbohidrat dapat didefinisikan sebagai polimer gula yang memiliki rumus
molekul Cn(H2O)n. Berdasarkan rumus molekul tersebut karbohidrat terdiri dari
atom C, H dan O. Karbohidrat merupakan suatu turunan dari aldehid atau keton
dari alkohol polihidroksi atau senyawa turunan sebagai hasil hidrolisis senyawa
kompleks. Polihidroksi didefinisikan sebagai suatu karbohidrat yang mengandung
banyak gugus hidroksil (OH). Polihidroksi-aldehid berarti jenis karbohidrat yang
mengandung banyak gugus hidroksil (OH) dan gugus aldehid, sedangkan
polihidroksi-keton berarti jenis karbohidrat yang mengandung banyak gugus
hidroksil (OH) dan gugus keton (Monruw, 2010).
Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi setiap makhluk hidup.
Tubuh manusia terdapat 4 kalori (kilojoule) energi pangan per gram yang
digunakan untuk membantu metabolisme lemak dan protein. Karbohidrat dalam
tubuh manusia dan hewan terbentuk dari beberapa asam amino diantaranya
gliserol lemak, dan sebagian besar diperoleh dari makanan yang berasal dari
tumbuhan. Karbohidrat mempunyai peranan penting dalam menentukan
karakteristik bahan makanan, misalnya rasa, warna, tekstur dan lain-lain.
Karbohidrat dibagi menjadi dua yaitu karbohidrat sederhana dan karbohidrat
kompleks (Sirajuddin et al, 2011).
2.2 Penggolongan Karbohidrat
2.2.1 Monosakarida
Monosakarida adalah karbohidrat yang sederhana, dalam arti molekulnya
hanya terdiri atas beberapa atom karbon saja dan tidak dapat diuraikan dengan
cara hidrolisis dalam kondisi lunak menjado karbohidrat lain. Kelompok
monosakarida mudah larut dalam air dan etanol. Monosakarida memiliki bentuk
kristal amorf. Monosakarida memiliki rasa yang manis, sehingga disebut juga
sebagai gula. Monosakarida dalam penamaannya selalu berakhiran –osa.
Monosakarida yang paling sederhana adalah gliseraldehida dan dihidroksiaseton.
Monosakarida yang terdiri atas empat atom karbon disebut tetrosa dengan rumus
C4H8O4 (Mc Gilvery dan Goldstein, 2006).
a) Glukosa
Glukosa adalah suatu aldoheksosa dan sering disebut dekstrosa karena
mempunyai sifat dapat memutar cahaya terpolarisasi ke arah kanan. Glukosa
terdapat dalam buah-buahan dan madu lebah. D-glukosa memiliki sifat mereduksi
reagen Benedict, Haynes, Barfoed, gula pereduksi, memberi osazon dengan
fenilhidrazina, difermentasikan oleh ragi dan dengan HNO3 membentuk asan
sakarat yang larut (Murray et al., 2009).

β-D-glukopyranosa α-D-glukopyranosa

D-glukosa
Gambar 2.1 Struktur Senyawa Glukosa
(Sumber: Lehninger, 2008)
b) Fruktosa
Fruktosa adalah suatu ketoheksosa yang mempunyai sifat memutar cahaya
terpolarisasi ke kiri dan karenanya disebut juga levulosa. Monosakarida dan
disakarida pada umumnya mempunyai rasa manis. Fruktosa mempunyai rasa lebih
manis daripada glukosa, juga lebih manis daripada gula tebu atau sukrosa.
Fruktosa dapat dibedakan dari glukosa dengan pereaksi seliwanoff, yaitu larutan
resorsinol (1,3 dihidroksi benzene) dalam asam HCl. Fruktosa berikatan dengan
glukosa membentuk sukrosa, yaitu gula yang biasa digunakan sehari-hari sebagai
pemanis, dan berasal dari tebu atau bit (Mc Gilvery dan Goldstein, 2006).
D-fruktosa β-D-fruktofuranosa α-D-fruktofuranosa
Gambar 2.2 Struktur Senyawa Fruktosa
(Sumber: Lehninger, 2008)
c) Galaktosa
Galaktosa mempunyai rasa kurang manis daripada glukosa dan kurang larut
dalam air. Galaktosa mempunyai sifat memutar bidang cahaya terpolarisasi ke
kanan. D-galaktosa mempunyai sifat mereduksi reagen Benedict, Haynes dan
Barfoed, membentuk osazon. Kondisi ini berbeda dengan dua monosakarida
sebelumnya (glukosa dan fruktosa), dengan reagen floroglusinol memberi warna
merah, dan dengan HNO3 membentuk asam musat (Beran, 2000).

β-D-galaktosa α-D-galaktosa
D-galaktosa
Gambar 2.3 Struktur Senyawa Galaktosa
(Sumber: Lehninger, 2008)
d) Pentosa
Pentosa yang penting diantaranya adalah arabinosa, xilosa, ribosa dan 2-
deoksiribosa. Keempat pentosa ini adalah aldopentosa dan tidak terdapat dalam
keadaan bebas di alam. Arabinosa diperoleh dari gum arab dengan jalan hidrolisis,
sedangkan xilosa diperoleh dari proses hidrolisis terhadap jerami atau kayu.
Xilosa terdapat pada urine seseorang yang disebabkan oleh suatu kelainan pada
metabolisme karbohidrat. Ribosa dan deoksiribosa merupakan komponen dari
asam nukleat dan dapat diperoleh dengan cara hidrolisis (Sukatiningsih, 2010).

Gambar 2.4 Struktur Senyawa Kelompok Pentosa


(Sumber: Lehninger, 2008)
2.1.2 Disakarida (Oligosakarida)
Senyawa yang termasuk oligosakarida mempunyai molekul yang terdiri
atas beberapa molekul monosakarida. Dua molekul monosakarida yang berikatan
satu dengan yang lain, membentuk satu molekul disakarida. Oligosakarida yang
lain adalah trisakarida yaitu yang terdiri atas tiga molekul monosakarida dan
tetrasakarida yang terbentuk dari empat molekul monosakarida. Oligosakarida
yang paling banyak terdapat di alam adalah disakarida (Beran, 2000). Disakarida
dapat dibagi menjadi tiga jenis, diantaranya adalah:
a) Sukrosa
Sukrosa adalah gula yang dikenal dalam kehidupan sehari-hari, baik yang
berasal dari tebu maupun dari bit. Sukrosa terdapat pada tumbuhan lain, misalnya
dalam buah nanas dan dalam wortel. Sukrosa akan terpecah dan menghasilkan
glukosa dan fruktosa melalui proses hidrolisis. Molekul sukrosa terdapat ikatan
antara molekul glukosa dan fruktosa, yaitu antara atom karbon nomor 1 pada
glukosa dengan atom karbon nomor 2 pada fruktosa melalui atom oksigen. Kedua
atom karbon tersebut adalah atom karbon yang mempunyai gugus –OH glikosidik
atau atom karbon yang merupakan gugus aldehida pada glukosa dan gugus keton
pada fruktosa. Kondisi ini menyebabkan molekul sukrosa tidak mempunyai sifat
dapat mereduksi ion-ion Cu2+ atau Ag+ dan juga tidak membentuk osazon
(McGilvery dan Goldstein, 2006).
b) Laktosa
Laktosa adalah suatu disakarida yang terbentuk D-galaktosa dan D-gluokosa
melalui proses hidrolisis. Ikatan galaktosa dan glukosa terjadi antara atom karbon
nomor 1 pada galaktosa dan atom karbon nomor 4 pada glukosa. Peristiwa ini
menyebabkan molekul laktosa mempunyai sifat mereduksi gugus –OH glikosidik,
sehingga laktosa memiliki sifat mereduksi dan mutarotasi. Laktosa pada
umumnya mengkristal dalam bentuk . Laktosa jika dibandingkan dengan glukosa
memiliki rasa yang kurang manis. Laktosa yang dihidrolisis kemudian dipanaskan
dengan asam nitrat akan terbetuk suatu senyawa yang disebut dengan asam musat
(Armstrong, 2005).
c) Maltosa
Maltosa adalah suatu disakarida yang terbentuk dari dua molekul glukosa.
Ikatan yang terjadi ialah antara atom karbon nomor 1 dan atom karbon nomor 4,
oleh karenanya maltosa masih mempunyai gugus –OH glikosidik dan dengan
demikian masih mempunyai sifat mereduksi. Maltosa merupakan hasil antara
dalam proses hidrolisis amilum dengan asam maupun dengan enzim. Hidrolisis
amilum akan memberikan hasil akhir glukosa. Maltosa mudah larut dalam air dan
mempunyai rasa yang lebih manis daripada laktosa, tetapi kurang manis daripada
sukrosa (Murray et al., 2009).
2.2.3 Polisakarida
Polisakarida pada umumnya memiliki molekul besar dan lebih kompleks
daripada monosakarida dan oligosakarida. Molekul polisakarida terdiri atas
banyak molekul monosakarida. Polisakarida yang terdiri atas satu macam
monosakarida saja disebut homopolisakarida, sedangkan yang mengandung
senyawa lain disebut heteropolisakarida. Polisakarida pada umumnya berupa
senyawa berwarna putih dan tidak berbentuk kristal, tidak memiliki rasa manis
dan tidak memiliki sifat mereduksi. Berat molekut polisakarida bervariasi dari
beberapa ribu hingga lebih dari satu juta. Polisakarida yang dapat larut dalam air
akan membentuk larutan koloid. beberapa polisakarida yang penting diantaranya
adalah amilim, glikogen, dekstrin dan selulosa (Beran, 2000).
a) Amilum
Polisakarida ini terdapat banyak di alam, yaitu pada sebagian besar
tumbuhan. Amilum dapat disebut pati, yang terdapat pada umbi, daun, batang dan
biji-bijian. Amilum terdiri atas dua macam polisakarida yang kedua-duanya
adalah polimer dari glukosa, yaitu amilosa (kira-kira 20-28%) dan sisanya
amilopektin. Amilopektin juga terdiri atas molekul D-glukosa yang sebagian besar
mempunyai ikatan 1,4-glikosidik dan sebagian lagi memiliki ikatan 1,6-glikosidik
(Murray et al.,2009).
a. Glikogen
Glikogenjugamenghasilkan D-glukosapada proses hidrolisis, seperti amilum,
glikogen yang terlarut dalam air dapat diendapkan dengan jalan menambahkan
etanol. Endapan yang terbentuk apabila dikeringkan berbentuk serbuk putih.
Glikogen dengan iodium menghasilkan warna merah. Struktur glikogen serupa
dengan struktur amilopektin yaitu merupakan rantai glukosa yang mempunyai
cabang (McGilvery dan Goldstein, 2006)
b. Dekstrin
Amilum terpecah menjadi molekul-molekul yang lebih kecil pada reaksi
hidrolisis parsial. Pecahan inilah yang dikenal dengan nama dekstrin. Dekstrin
adalah hasil antara proses hidrolisis amilum sebelum terbentuk maltosa. Tahapan
dalam proses hidrolisis amilum serta warna yang terjadi pada reaksi dengan
iodium adalah sebagai berikut:

Gambar 2.5 Tahapan hidrolisis amilum


(Sumber: Armstrong, 2005)
c. Selulosa
Selulosa terdapat dalam tumbuhan sebagai bahan penbentuk dinding sel.
Serat kapas seluruhnya adalah selulosa. Penambahan asam encer tidak dapat
terhidrolisis, tetapi oleh asam dengan konsentrasi tinggi dapat terhidrolisis
menjadi selobiosa dan D-glukosa. Selobiosa adalah suatu disakarida yang terdiri
atas dua molekul glukosa yang berikatan glikosidik antara atom karbon 1 dengan
atom karbon 4 (Monruw, 2010).
2.3 Gula pereduksi
Senyawa karbohidrat sebagian jenisnya bersifat gula pereduksi. Gula reduksi
merupakan golongan gula (karbohidrat) yang dapat mereduksi senyawa-senyawa
penerima elektron, contohnya adalah glukosa dan fruktosa(Winarno, 2004).Sifat
gula pereduksi ini disebabkan adanya gugus aldehida dan gugus keton yang bebas,
sehingga dapat mereduksi ion-ion logam. Gugus aldehida pada aldoheksosa
mudah teroksidasi menjadi asam karboksilat dalam pH netral oleh zat
pengoksidasi atau enzim. Senyawa-senyawa yang mengoksidasi atau bersifat
reduktor adalah logam-logam oksidator seperti Cu (II). Gugus aldehida dan gugus
alkohol primer dalam zat pengoksidasi kuat akan teroksidasi membentuk asam
dikarboksilat atau asam ardalat. Gugus aldehida atau gugus keton monosakarida
dapat direduksi secara secara kimia menjadi gula alkohol, misalnya D-sorbito
yang berasal dariD-glukosa (Almatsier, 2010).
2.4 Uji Kualitatif Karbohidrat
Sifat kimia karbohidrat berhubungan dengan gugus fungsi yang terdapat pada
molekulnya, yaitu gugus –OH, gugus aldehid dan gugus keton. Semua
monosakarida dan kebanyakan disakarida umumnya dapat mereduksi senyawa
pengoksida lemah seperti Cu dalam pereaksi fehling. Karbohidrat seperti ini
disebut gula pereduksi. Karbohidrat dapat berfungsi sebagai gula pereduksi, jika
suatu karbohidrat mempunyai gugus fungsi sebagai aldehida atau gugus fungsi
hemiasetal yang dapat membuka sebagai aldehida. Ketiga glukosa tersebut, hanya
bentuk rantai terbuka (asiklik) yang dapat dioksidasi oleh peraksi fehling
(Poedjiadi, 2006). Uji kualitatif karbohidrat antara lain adalah sebagai berikut:
2.4.1 Uji Molisch
Uji Molisch adalah uji yang memiliki prinsip hidrolisis karbohidrat menjadi
monosakarida. Prinsip dasar reaksi ini adalah dehidrasi senyawa karbohidrat oleh
asam sulfat pekat. Dehidrasi heksosa menghasilkan senyawa hidroksi metil
furfural, sedangkan dehidrasi pentose menghasilkan senyawa fulfural. Kondensasi
aldehida yang terbentuk ini dengan α-naftol membentuk senyawa berwarna
khusus untuk polisakarida dan disakarida. Uji Molisch dilakukan dengan
mereaksikan larutan karbohidrat dengan reagen Molisch, yaitu larutan 5% α-naftol
dalam alkohol yang kemudian ditambahkan dengan asam sulfat pekat secara hati-
hati melalui dinding tabung reaksi. Uji yang positif apabila timbul cincin warna
ungu yang merupakan kondensasi antara furfural atau hidroksimetil furfural
dengan alpha-naftol dalam pereaksi Molisch, sedangkan warna hijau untuk
negatif. Reaksi ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu hidrolisis polisakarida dan
disakarida menjadi heksosa atau pentosa, dan diikuti oleh proses dehidrasi dan
kondensasi (Sumardjo, 2006).
2.4.2 Uji Benedict
Uji Benedict digunakan untuk menentukan monosakarida dan disakarida
yang mengandung gula reduksi. Uji Benedict berdasarkan pada gula yang
mengandung gugus aldehida atau keton bebas akan mereduksi ion Cu2+ dalam
suasana alkalis, menjadi Cu+ yang mengendap sebagai Cu2O (kuprooksida)
berwarna merah bata. Prinsip dari uji Benedict yakni mekanisme Cu2+ dari
pereaksi Benedict dalam suasana asam akan direduksi lebih cepat oleh gula
reduksi monosakarida daripada disakarida (biru) dan menghasilkan Cu2O
(kuprooksida) berwarna merah bata. Pereaksi Benedict adalah modifikasi dari
pereaksi fehling yang dicampurkan dengan campuran kupri sulfat, natrium sitrat,
dan natrium karbonat dalam 100 gram air. Uji ini biasanya ditambahkan zat
pengompleks, seperti sitrat atau tatrat untuk mencegah terjadinya pengendapan
CuCO3. Pemanasan karbohidrat pereduksi dengan pereaksi Benedict akan terjadi
perubahan warna dari biru menjadi kuning kemudian berubah menjadi kemerah-
merahan dan akhirnya terbentuk endapan merah bata yang merupakan
kuprooksida apabila konsentrasi karbohidrat pereduksi cukup tinggi. Uji positif
ditandai dengan terbentuknya larutan hijau, merah, orange atau merah bata serta
adanya endapan (Lehninger, 2008). Reaksi yang terjadi adalahs ebagai berikut:
O O
║ ║
R—C—H + Cu2+ 2OH- → R—C—OH + Cu2O
Gula Pereduksi Endapan Merah Bata
Gambar 2.6 Reaksi pada Uji Benedict
(Sumber: Lehninger, 2008)
2.4.3 Uji Barfoed
Uji Barfoed digunakan untuk menunjukkan adanya monosakarida dalam
sampel atau untuk memisahkan antara monosakarida dengan disakarida yang
dapat mereduksi ion kupri. Reagen Barfoed bersifat asam. Pemanasan karbohidrat
pereduksi dengan Barfoed terjadi reaksi oksidasi karbohidrat pereduksi menjadi
asamonat dan terjadi reaksi reduksi reagen Barfoed sebagai ion kupri (Cu+)
menjadi endapan kuprooksida. Reagen Barfoed bereaksi dengan monosakarida
untuk menghasilkan kuprioksida lebih cepat dibanding disakarida. Reagen
Barfoed yang bereakasi dengan disakarida dibutuhkan waktu yang lebih lama,
karena dibutuhkan pemecahan disakarida menjadi monosakarida terlebih dahulu.
Uji positif ditunjukkan dengan terbentuknya endapan merah orange (Murray et al.,
2009).
2.4.2 Uji Seliwanoff
Uji seliwanoff merupakan metode yang digunakan untuk membedakan gula
(karbohidrat) yang diuji masuk kategori ketosa atau aldosa. Uji ini ditemukan oleh
ahli kimia Rusia bernama Theodore Seliwanoff pada tahun 1887. Gula aldosa
memiliki gugus aldehida, sedangkan ketosa memiliki gugus keton. Prinsip dasar
dari uji ini adalah ketosa lebih cepat terdehidrasi dibandingkan aldosa saat
dipanaskan. HCl dalam reagen seliwanoff akan mendehidrasi gula menjadi
furfural yang akan bereaksi dengan resorsinol membentuk senyawa berwarna
merah ceri.
Uji ini, gula ketosa seperti fruktosa akan menghasilkan warna merah ceri,
sedangkan gula aldosa seperti glukosa akan memberikan hasil negatif dengan
tidak muncul warna merah pada larutan. Pemanasan jika tidak sesuai dengan
prosedur (lebih dari 5 menit), gula aldosa kadang akan menghasilkan warna merah
muda, sedangkan sukrosa akan menghasilkan warna merah ceri. Hal ini
dikarenakan adanya fruktosa di dalamnya dimana sukrosa merupakan gabungan
antara fruktosa dan glukosa. Hasil positif dalam uji ini berarti gula yang diuji
merupakan ketosa, sedangkan jika hasilnya negatif berarti gula yang diuji
merupakan aldosa (Lehninger, 2008).

Gambar 2.7 Reaksi pada Uji Seliwanoff


(Sumber: Lehninger, 2008)
BAB 3. METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan Percobaan


3.1.1 Alat Percobaan
 Tabung reaksi dan rak
 Pipet tetes
 Water bath
 Beaker glass
 Pipet volum
 Plat tetes
3.1.2 Bahan Percobaan
 Sampel larutan karbohidrat
 Reagen Molisch
 Reagen Benedict
 Reagen Barfoed
 Reagen Iodin
 Larutan sukrosa 0,1 M
 HCl 0,1 N
 NaOH 0,1 N
 H2SO4 pekat
 Akuades
3.2 Skema Kerja
1. Eksistensi Karbohidrat-Uji Molisch

Larutan Karbohidrat

- dimasukkan sebanyak 1,5 mL ke dalam tabung reaksi


- ditetesi reagen Molisch sebanyak 3 tetes dan dikocok pelan-
pelan
- dimiringkan tabung reaksi hingga 45° dan ditambahkan 1 mL
H2SO4 pekat melalui dinding tabung reaksi
Larutan
Warna ungu

2. Esistensi Gula Pereduksi-Uji Benedict


Reagen benedict
- dimasukkan kedalam tabung reaksi sebanyak 2 ml
- ditambahkan 1,5 mL larutan karbohidrat kemudian dikocok
- ditempatkan dalam water bath mendidih selama 10 menit dan
selanjutnya dibiarkan dingin
- diamati perubahan warna dan diperhatikan bentuk endapan
yang dihasilkan

Terbentuk endapan
hijau, kuning/merah
3. Identifikasi Monosakarida Dan Disakarida-Uji Barfoed

Larutan Sampel
Karbohidrat 1,5 mL

 + 1 mL reagen Barfoed
 dipanaskan dalam water bath
mendidih selama 3 menit
 didinginkan 2 menit

Monosakarida

 dipanaskan dalam water bath


mendidih selama 15 menit

Disakarida

4. UjiSeliwanoffKetosa

ReagenSeliwanoff

- dimasukkan 5 ml dalamtabungreaksi
- ditambah 1 ml bahan yang akandiuji
- dipanaskandalam air mendidihselama 4 menit
- diamatiperubahan yang terjadi

Analisis
data

Anda mungkin juga menyukai