Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA DASAR

ACARA 1

“KARBOHIDRAT”

Disusun Oleh :

Kelompok 16

1. Nova Fahrizal Hidayat 2220701085


2. Bintang Nanggala Basa 2220701086
3. Luky Widiyanto 2220701087
4. Julian Gesang Palasmorojati 2220701088
5. Muhamad Amrudin Riziq 2220701090

Asisten : Fitri Yani Nur Khasanah

PROGRAM STUDI S-1 PETERNAKAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS TIDAR

2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan
dalam menyelesaikan laporan praktikum Biokimia ini dengan tepat waktu. Tanpa
rahmat dan pertolongan-Nya, penulis tidak akan mampu menyelesaikan laporan
praktikum Biokimia ini dengan baik. Tidak lupa shalawat serta salam tercurakan
kepada Nabi Agung Muhammad SAW yang kita nantikan syafa’atnya kelak, penulis
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Lilis, S.Pt., M.Si., selaku dosen pengampu mata kuliah Biokimia.
2. Segenap asisten praktikum Biokimia yang telah membantu penyusunan laporan
praktikum ini
Laporan praktikum Biokimia ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
Mikrobiologi. Penulis berharap laporan praktikum Biokimia ini dapat bermanfaat
bagi pembaca. Penulis menyadari laporan praktikum Biokimia ini masih perlu banyak
penyempurnaan karena kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu penulis memohon
kritik dan saran yang membangun bagi perbaikan laporan praktikum Biokimia ini.
Apabila terdapat banyak kesalahan pada laporan praktikum Biokimia ini, baik terkait
penulisan maupun isi, penulis memohon maaf. Demikian yang dapat penulis
sampaikan. Akhir kata, semoga laporan akhir praktikum Biokimia ini dapat
bermanfaat.
Penulis

Kelompok 16

ii
DAFTAR ISI

COVER ...............................................................................................................I
KATA PENGANTAR........................................................................................II
DAFTAR ISI .....................................................................................................III
DAFTAR TABEL .............................................................................................IV
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................V
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ..........................................................................................1
1.2 Tujuan ....................................................................................................... 2
1.3 Manfaat ..................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 3
2.1 Karbohidrat................................................................................................ 3
2.2 Uji Benedict............................................................................................... 4
2.3 Uji Barfoed................................................................................................ 4
BAB III MATERI DAN METODE ................................................................. 6
3.1 Materi ........................................................................................................6
3.2 Metode ...................................................................................................... 7
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...........................................................8
4.1 Hasil .......................................................................................................... 8
4.2 Pembahasan ............................................................................................. 11
BAB V KESIMPULAN ....................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 14

iii
DAFTAR TABEL

1... Tabel 1. Pengamatan Uji Benedict.................................................................11


2... Tabel 2. Pengamatan Uji Barfoed.................................................................. 12

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Larutan benedict dan glukosa 0,01 M sebelum dipanaskan..................... 8


Gambar 2. Larutan benedict dan glukosa 0,01 M setelah dipanaskan....................... 8
Gambar 3. Larutan benedict dan glukosa 0,04 M sebelum dipanaskan..................... 8
Gambar 4. Larutan benedict dan glukosa 0,04 M setelah dipanaskan....................... 8
Gambar 5. Larutan benedict dan fruktosa 0,01 M sebelum dipanaskan.................... 9
Gambar 6. Larutan benedict dan fruktosa 0,01 M setelah dipanaskan...................... 9
Gambar7 . Larutan benedict dan fruktosa 0,04 M sebelum dipanaskan.................... 9
Gambar 8. Larutan benedict dan fruktosa 0,04 M setelah dipanaskan...................... 9
Gambar 9. Larutan barefoed dan glukosa 0,01 M sebelum dipanaskan.................... 10
Gambar10. Larutan barefoed dan glukosa 0,01 M setelah dipanaskan...................... 10
Gambar 11. Larutan barefoed dan Fruktosa 0,01 M sebelum dipanaskan................. 10
Gambar 12. Larutan barefoed dan Fruktosa 0,01 M setelah dipanaskan................... 10
Gambar13. Larutan barefoed dan Laktosa 1/30 M sebelum dipanaskan................... 10
Gambar14. Larutan barefoed dan Laktosa 1/30 M setelah dipanaskan..................... 10
Gambar15. Larutan barefoed dan Sakarosa 0,01 M sebelum dipanaskan................. 11
Gambar16. Larutan barefoed dan Sakarosa 0,01 M setelah dipanaskan.................... 11

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Karbohidrat atau sakarida merupakan zat gizi yang berfungsi sebagai sumber
energi bagi tubuh. Saat mengkonsumsi karbohidrat tubuh akan memecahnya
menjadi glukosa sebagai sumber energi bagi sel, jaringan dan organ tubuh. Secara
biokimia karbohidrat mengandung gugus fungsional karbonil dan banyak gugus
hidroksil yang membentuk senyawa ini setelah hidrolisis. Karbohdirat dapat
direduksi karena memiliki gugus aldehid dan keton. Gula pereduksi adalah
golongan karbohidrat yang dapat mereduksi senyawa-senyawa penerima elektron,
contohnya glukosa dan fruktosa (Ismanilda dan Afriza, 2019).
Monosakarida berasal dari bahasa yunani, mono berarti satu dan sachar berarti
gula yang merupakan senyawa karbohidrat dalam bentuk gula yang paling
sederhana. Karena ukurannya yang kecil, monosakarida memainkan peran khusus
dalam pencernaan dan metabolisme. Monosakarida merupakan unit terkecil
karbohidrat yang bisa diserap oleh tubuh. Monosakarida juga merupakan molekul
tunggal yang berperan sebagai molekul dasar dalam pembentukan senyawa
karbohidrat kompleks. Monosakarida digolongkan menurut jumlah karbon yang
ada dan gugus fungsi karbonilnya yaitu ardehid (aldosa) dan keton (ketosa)
(Fitriana dan Fitri,2020).
Disakarida merupakan jenis molekul gula atau karbohidrat yang terdiri dari
dua monosakarida. Karbohidrat disakarida dibentuk oleh reaksi dehidrasi yang
menghilangkan molekul air dari dua monosakarida. Disakarida adalah senyawa
kristal yang larut dalam air. Monosakarida yang dikandungnya dihubungkan oleh
ikatan glikosidik yang dapat dipecah oleh enzim glikosidase. Contoh paling
umum dari disakarida adalah sukrosa, maltosa dan laktosa (Kurniawan dan
Khaerudin, 2020).
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum acara 1 “Karbohidrat“ ini adalah :

1
1. Mengetahui adanya gugus reduksi pada karbohidrat
2. Membedakan antara monosakarida dan disakarida.
1.3 Manfaat
Manfaat dari praktikum acara 1 “Karbohidrat” ini adalah :
1. Mahasiswa dapat mengetahui adanya gugus reduksi pada karbohidrat.
2. Mahasiswa dapat membedakan antara monosakarida dan disakarida.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karbohidrat
Karbohidrat merupakan kelompok senyawa yang dapat dihidrolisis menjadi
polisakarida, aldehida, dan keton. Karbohidrat pada tumbuhan adalah amilum atau
pati. Pati adalah polimer glukosa monomer yang dihubungkan oleh rantai mirip
maltosa, seperti amilosa dan amilopektin. Amilosa dapat memberikan warna biru
sedangkan amilopektin memberikan warna ungu ketika dilarutkan dalam iodin
(Nurcahyani et al 2019).
A. Monosakarida
Monosakarida terdiri dari 3-6 atom c dan tidak dapat dihidrolisis oleh
larutan asam. Berbagai jenis monosakarida adalah glukosa, fruktosa dan
galaktosa. Glukosa, juga dikenal sebagai gula anggur, ditemukan secara alami
dalam jumlah kecil pada sayuran, buah-buahan, sirup jagung, esens pohon,
dan fruktosa dalam madu. Glukosa memainkan peran yang sangat penting
dalam nutrisi. Glukosa adalah produk akhir dari pemecahan pati, sukrosa,
maltosa, dan laktosa pada hewan dan manusia. Dalam proses metabolisme,
glukosa merupakan karbohidrat yang bersirkulasi dalam tubuh dan sumber
energi dalam sel. Fruktosa, disebut gula buah, adalah gula paling manis. Gula
ini terutama terdapat pada madu dan glukosa pada buah-buahan, nektar bunga
dan juga pada sayuran. Galaktosa, terbentuk di dalam tubuh dengan memecah
laktosa (Siregar, 2014).
B. Disakarida
Disakarida mrupakan jenis molekul gula (karbohidrat) yang terdiri dari
dua monosakarida (gula sederhana). Senyawa disakarida adalah molekul
dengan 12 atom karbon dan memiliki rumus kimia C12H22O11. Karbohidrat
disakarida dibentuk oleh reaksi dehidrasi yang menghilangkan molekul air
dari dua monosakarida. Disakarida yang paling umum adalah sukrosa, maltosa,
dan laktosa. Disakarida dapat dibentuk secara alami atau buatan.

3
C. Polisakarida
Polisakarida adalah senyawa karbohidrat kompleks yang dapat
mengandung lebih dari 60.000 molekul monosakarida yang tersusun dalam
rantai lurus dan bercabang, masing-masing cincin mampu membentuk ikatan
glikosidik. Ada tiga jenis polisakarida yaitu pati, dekstrin, glikogen dan
selulosa.
2.2 Uji benedict
Uji benedict ini spesifik untuk karbohidrat yang mempunyai gugus karbonil
bebas, yaitu semua monosakarida dan disakarida kecuali sukrosa. Reaksi yang
dapat terjadi adalah reduksi-oksidasi. Reagen yang digunakan dalam reaksi
benedict antara lain :
a. CuSO4 berfungsi sebagai penyedia ion Cu2+.
b. Na-sitrat berfungsi sebagai penghambat terjadinya endapan Cu(OH)2
atauCuCO3.
c. Na2CO3 berfungsi sebagai alkali yang mengubah gugus karbonil bebas dari
gula menjadi bentuk enol yang reaktif.
Enol yang reaktif mereduksi Cu2+ dari senyawa kompleks dengan sitrat
menjadi Cu+. Cu+ bersama OH membentuk CuOH (berwarna kuning), yang
dengan pemanasan akan berubah menjadi endapan Cu2O yang berwarna merah.
Warna yang terbentuk bervariasi mulai dari hijau, kuning, orange,merah sampai
endapan merah bata, tergantung jumlah Cu2O yang terbentuk,sehinggareaksi ini
dapat digunakan untuk menentukan adanya gula baik secara kualitatif maupun
kuantitatif (Galuh, 2018).
2.3 Uji barfoed
Uji barfoed ini memisahkan monosakarida dari disakarida dengan
menyesuaikan kondisi pengujian seperti pH dan waktu pemanasan. Dalam
pengujian ini, karbohidrat direduksi dalam lingkungan asam. Disakarida juga
memberikan hasil positif bila direbus cukup lama untuk terjadi hidrolisis. Prinsip

4
uji barfoed ini adalah ion Cu2+ (dari pereaksi barfoed) lebih cepat tereduksi
dibandingkan disakarida dengan cara mereduksi gula monosakarida dalam
lingkungan asam, menghasilkan endapan Cu2O berwarna merah bata (Dasyanti,
2013).

5
BAB III

MATERI DAN METODE

3.1 Materi uji benedict


Materi yang digunakan pada uji benedict yaitu :
3.1.1 Alat:
Alat yang digunakan untuk praktikum acara 1 “Karbohidrat“ kegiatan
uji benedict ini adalah :
1. Tabung reaksi 4 buah
2. Pipet tetes 5 buah
3. Waterbath / kompor listrik 1 unit
3.1.2 Bahan:
Bahan yang digunakan untuk praktikum acara 1
“Karbohidrat“ kegiatan uji benedict ini adalah :
1. Larutan benedict
2. Glukosa 0,01 M
3. Glukosa 0,04 M
4. Fruktosa 0,01 M
5. Fruktosa 0,04 M
3.2 Materi uji barfoed
Materi yang digunakan pada uji barefoed yaitu :
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan untuk praktikum acara 1
“Karbohidrat“ kegiatan uji barfoed ini adalah :
1. Tabung reaksi 4 buah
2. Pipet tetes 5 buah
3. Waterbath / kompor listrik 1 unit
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan untuk praktikum acara 1
“Karbohidrat“ kegiatan uji barfoed ini adalah :

6
1. Larutan barfoed
2. Larutan glukosa 0,01 M.
3. Larutan fruktosa 0,01 M
4. Larutan laktosa 0,03 M
3.3 Metode Uji Benedict
Metode atau cara kerja yang dilakukan pada kegiatan uji benedict
praktikum acara 1 “Karbohidrat” ini adalah :
1. 4 tabung reaksi masing-masing diisi dengan larutan benedict sebanyak 3
ml.
2. Ditambahkan masing-masing 1 ml larutan glukosa 0,01 M, larutan
glukosa 0,04 M, larutan fruktosa 0,01 M, dan larutan fruktosa 0,04 M.
3. Dipanaskan dalam air mendidih selama 10 menit.
4. Perubahan diamati dan kecepatan perubahannya dibandingkan.
3.4 Metode Uji Barfeod
Metode atau cara kerja yang dilakukan pada kegiatan uji barfoed
praktikum acara 1 “Karbohidrat” ini adalah :
1. 4 buah tabung reaksi disiapkan untuk diisi dengan larutan seperti tabel di
bawah ini :
2. Tabung no 1 larutan barfoed 5 ml di reaksikan dengna larutan glukosa 5
ml 0,01 M.
3. Tabung no 2 larutan barfoed 5 ml di reaksikan dengan larutan fruktosa 5
ml 0,01 M.
4. Tabung no 3 larutan barfoed 5 ml di reaksikan dengan larutan laktosa 5
ml 0,01 M.
5. Tabung no 4 larutan barfoed 5 ml di reaksikan dengan larutan sukrosa 5
m 0,03 M.
6. Keempat tabung dipanaskan bersama-sama di dalam air mendidih selama
30 menit.
7. Kecepatan mereduksinya satu sama lain dibandingkan.

7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 1. Pengamatan Uji Benedict

Hasil Pengamatan
Bahan Karbohidrat
No.
yang Diuji Kegiatan Waktu
Sebelum Sesudah Perubaha
n

1 ml
glukosa
0,01 M +
3 ml
Glukosa pereaksi
1. 5 menit
0,01 M benedict
+ Gambar 2. Larutan
dipanaska Gambar 1. Larutan benedict dan glukosa
n selama benedict dan glukosa 0,01 M setelah
10 menit 0,01 M sebelum dipanaskan
dipanaskan

1 ml
glukosa
0,04 M +
3 ml
Glukosa pereaksi
2. 5 menit
0,04 M benedict
+ Gambar 3. Larutan Gambar 4. Larutan
dipanaska benedict dan glukosa benedict dan
n selama 0,04 M sebelum glukosa 0,04 M
10 menit dipanaskan setelah dipanaskan

8
1 ml
fruktosa
0,01 M +
3 ml
Fruktosa pereaksi
3. 6 menit
0,01 M benedict
+
dipanaska Gambar 5. Larutan Gambar 6. Larutan
n selama benedict dan fruktosa benedict dan
10 menit 0,01 M sebelum fruktosa 0,01 M
dipanaskan setelah dipanaskan

1 ml
fruktosa
0,04 M +
3 ml
Fruktosa pereaksi
4. 6 6 menit
0,04 M benedict
+
dipanaska
n selama
Gambar7 . Larutan Gambar 8. Larutan
10 menit
benedict dan fruktosa benedict dan
0,04 M sebelum fruktosa 0,04 M
dipanaskan setelah dipanaskan

9
Tabel 2. Pengamatan Uji Barfoed

Hasil Pengamatan
Bahan Karbohidrat yang
No.
Diuji Kegiatan Waktu
Sebelum Sesudah Perubaha
n

5 ml
glukosa
- menit
0,01 M + 5
Glukos (tidak
ml larutan
1. a 0,01 ada
barfoed +
M perubaha
dipanaskan
Gambar9. Larutan Gambar10. Larutan n)
selama 30
barefoed dan barefoed dan glukosa
menit
glukosa 0,01 M 0,01 M setelah
sebelum dipanaskan
dipanaskan

5 ml
fruktosa
- menit
0,01 M + 5
Fruktos (tidak
ml larutan
2. a 0,01 ada
barfoed +
M perubaha
dipanaskan
n)
selama 30 Gambar 11. Gambar 12. Larutan
menit Larutan barefoed barefoed dan fruktosa
dan Fruktosa 0,01 0,01 M setelah
M sebelum dipanaskan
dipanaskan

5 ml laktosa - menit
Laktos 1/30 M + 5 (tidak
3. a 1/30 ml larutan ada
M barfoed + perubah
dipanaskan an)

10
selama 30
menit Gambar13. Larutan Gambar14.
barefoed dan Larutan barefoed
Laktosa 1/30 M dan Laktosa 1/30
sebelum M setelah
dipanaskan dipanaskan

5 ml
sakarosa
- menit
0,01 M + 5
(tidak
Sakarosa ml larutan
4. ada
0,01 M barfoed +
perubah
dipanaskan Gambar15. Larutan
an)
selama 30 barefoed dan
menit Sakarosa 0,01 M Gambar16. Larutan
sebelum barefoed dan Sakarosa
dipanaskan 0,01 M setelah
dipanaskan

4.2 Pembahasan
4.2.1. Uji benedict
Karbohidrat merupakan senyawa kimia yang dibutuhkan oleh makhluk
hidup untuk melakukan metabolisme; mempertahankan kelangsungan
hidupnya. Karbohidrat dapat diuji keberadaaanya melalui beberapa tes,
beberapa tes yang lazim digunakan adalah uji benedict dan barfoed. Para
praktikum kali ini, penulis melakukan uji benedict untuk mengetahui
keberadaan gugus reduksi pada karbohidrat. Karbohidrat atau gula
memiliki dua jenis gugus reduksi yaitu gugus aldehid dan α-hidroksil keton
(Elzagheid, 2018). Cara untuk mengetahui keberadaan kedua gugus ini
adalah mereaksikannya dengan larutan benedict. Larutan benedict sendiri
mengandung ion tembaga/kupro; Cu++. Tembaga pada larutan benedict
akan direduksi oleh aldehid atau α-hidroksil keton menjadi Cu+ dan akan
membentuk Cu2O pada keadaan alkalis yang didapat dari kandungan
natrium sitrat pada larutan benedict. Tanda dari terbentuknya hasil reduksi

11
(Cu2O) adalah munculnya endapan berwarna merah pada larutan yang
diuji (Kusbandri, 2015; Fadhila dan Sulistiyawati, 2019). Hasil praktikum
penulis kali ini mengindikasikan bahwa karbohidrat atau gula yang diuji
memiliki gugus pereduksi. Hasil yang diterima penulis adalah muncul
endapan berwarna merah pada larutan yang diuji.
4.2.2. Uji barfoed
Pada praktikum kali ini, penulis tidak hanya melakukan uji benedict,
melainkan juga melakukan uji barfoed. Uji barfoed bertujuan untuk
membedakan antara monosakarida dan disakarida. Uji barfoed memiliki
prinsip dasar yang mirip dengan uji benedict yaitu pereduksian Cu++
menjadi Cu2O dengan tanda visual terbentuknya endapan merah bata pada
larutan yang diuji. Yang membedakan antara uji barfoed dan benedict
adalah pereduksian Cu++ akan lebih cepat dilakukan oleh karbohidrat
monosakarida ketimbang disakarida dalam situasi asam. Pembentukan
endapan akan mengidentifikasi manakah larutan monosakarida dan
disakarida (Kusbandri, 2015; Fadhila dan Sulitiyawati, 2019). Pada
praktikum kali ini, penulis mendapatkan hasil berupa tidak adanya endapan
yang muncul pada larutan. Hasil penulis kali ini bisa dikatakan gagal
karena larutan glukosa dan fruktosa yang merupakan gula monosakarida
(Vasudevan et al, 2013) tidak menghasilkan endapan berwarna merah
setelah dipanaskan. Alhasil, tidak ada yang dapat dijadikan pembeda antara
monosakarida dan disakarida. Kegagalan ini bisa terjadi karena karbohidrat
monosakarida tidak tereduksi dengan benar sehingga tidak menghasilkan
endapan berwarna merah setelah dipanaskan. Pereduksian yang tidak benar
bisa diakibatkan oleh kualitas larutan barfoed atau adanya kontaminasi zat
lain pada sampel yang diuji (Zuriaga-Agustí et al, 2013).

12
BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum tentang percobaan uji benedict dan uji barfoed,
dapat disimpulkan bahwa pada uji barfoed tidak menghasilkan endapan warna
merah. Lrutan tidak mengalami perubahan warna, hal ini dikarenakan larutan
tidak mengalami pereduksi dengan benar atau adanya kontaminasi zat lain pada
larutan sehingga tidak adanya perubahan warna atau reaksi. Pada pengujian uji
benedict larutan berubah warna menjadi merah bata atau kuning keruh, halini
menunjukan adanya kandungan gula pereduksi seperti maltosa, laktosa
galaktosa, fruktosa, glukosa, dan sakarosa.

13
DAFTAR PUSTAKA

Elzagheid, M. I. 2018. Laboratory activities to introduce carbohydrates qualitative


analysis to college students. World journal of chemical education. vol 8 (2):
82-86.

Fadhila, N. U. H; Sulistiyawati. 2019. Testing carbohydrate substance as flash based


flipbook learning media. Prog. Internat. Conf. Sci. Engin. vol 2: 327- 330.

Fitriana, Y. A. N. Fitri, A. S. 2020. Analisis Senyawa Kimia pada Karbohidrat.


Sainteks 17(1): 45-52.

Kurniawan, N. E. Khaerudin, K. 2020. Keberhasilan Pembekuan Semen Ayam yang


Diencerkan dan Diperkaya Dengan Glukosa, Trehalosa, Sukrosa dan
Laktosa. Jurnal Veteriner, 21 (3): 476-484.

Kusbandri, A. 2015. Analisis kualitatif kandungan sakarida dalam tepung dan pati
umbi Ganyong (Canna edulis Ker.). Pharmaҫiana. vol 5 (1): 35-42.

Ismanilda. Afriza Renita.2019. Analisis Perbedaan Kadar Gula Pereduksi Dengan


Metode Lane Eynon dan Luff Schoorl Pada Buah Naga Merah (Hylocereus
Polyhizus). Jurnal Teknologi dan Pengelolaan Laboratorium. 2(2).

Nurcahyani, Endang, Nurul A. M. dan Salman F. 2019. ’Analisis kandungan


karbohidrat terlarut total planlet buncis (Phaseoulus vulgaris L.)
menggunakan metode fenol-sulfur secara in vitro’, Analytical and
Environmental Chemistry, 4 (2).

Siregar, N. S. 2014. Karbohidrat. Jurnal Ilmu Keolahragaan, 13 (2): 38-41

Vasudevan, DM; Sreekumari, S; Vaidyanathan, K. 2013. Textbook of biochemistry


for medical students 7th edition. New Delhi: Jaypee.

Zuriaga-Agustí, E; Bes-Piá, A; Mendoza-Roca, J. A; Alonso-Molina, J. L. 2013.


Influence of extraction methods on proteins and carbohydrates analysis from
MBR activated sludge flocs in view of improving EPS determination.
Separation and purification technology. vol 112: 1-10.

14

Anda mungkin juga menyukai