W3 = bobot abu
W1 = bobot sampel awal
F. Pembahasan
Pada praktikum kali ini mengenai penentuan kadar abu pada
kacang tanah dengan menggunakan metode langsung yaitu pengabuan
kering. Abu adalah bahan organik sisa pembakaran sempurna pada suhu
600
o
C selama beberapa waktu. Sedangkan Kadar abu merupakan
campuran dari komponen anorganik atau mineral yang terdapat pada
suatu bahan pangan.Bahan pangan terdiri dari 96% bahan anorganik dan
air, sedangkan sisanya merupakan unsur-unsur mineral. Mineral yang ada
di dalam suatu bahan antara lain yaitu Ca, P, Fe, Na, K, Mg, S, Co, dan
Zn. Unsur juga dikenal sebagai zat organik atau kadar abu. Kadar abu
tersebut dapat menunjukan total mineral dalam suatu bahan pangan.
Bahan-bahan organik dalam proses pembakaran akan terbakar tetapi
komponen anorganiknya tidak, karena itulah disebut sebagai kadar abu.
Kandungan abu dan komposisinya tergantung pada macam bahan
dancara pengabuannya. Kadar abu ada hubungannya dengan mineral
suatu bahan. Mineral yang terdapat dalam suatu bahan dapat merupakan
dua macam garam yaitu garam-garam organik, misalnya garam dari asam
malat, oksalat, asetat, pektat dan lain-lain. Sedangkan yang kedua adalah
garam- garam anorganik, misalnya phospat, carbonat, chloride, sulfat
nitrat dan logam alkali. Sampel bahan pangan yang digunakan untuk
menghitung kadar abu adalah kacang tanah, dimana kacang tanah
mengandung macam-macam mineral yaitu potasium, fosfor, mangan,
kalsium, magnesium, zat besi, zinc, dan selenium. Fungsi dari mineral
yang terkandung dalam kacang tanah adalah untuk mencegah anemia.
Kandungan zink dan zat besi menjadikan kacang tanah sebagai makanan
pilihan untuk mengatasi anemia, membantu keseimbangan Kel Sampel
Berat Kurs (A) Berat Sampel (B) A + B A + B (Setelah) Berat Abu %
Abu (wb) % Abu (db) 9 Kacang tanah. Fungsi penambahan HCl setelah
kadar abu total yaitu untuk melarutkan senyawa-senyawa yang larut
dalam asam sehingga dalam abu yang diperoleh hanya terkandung
senyawa-senyawa yang tidak larut dalam asam. Dari data yang diperoleh
yaitu kadar abu dengan presentase 17,696%. Dengan perolehan bobot
kadar abu tidak larut asam dalam kacang tanah curah yang ada dipasar,
hal ini menunjukan indikasi bahwa pengolahan kacang tersebut kurang
baik dibandingkan dengan kadar abu kacang tanah yang tertera dari
literature. Kadar abu ini dapat mengindikasi kandungan mineral serta
proses pengolahan yang dilakukan apakah sesuai standar atau tidak.
Dapat dikatakan bahwa dari percobaan tersebut bahwa kualitas dari
kacang tanah curah dan kontaminas mineral, serta kebersihan pengolahan
tidak cukup baik. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu
seperti proses distribusi yang dilakukan saat menuju pasar.
G. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum penentuan kadar abu pada kacang
tanah dapat disimpulkan bahwa kadar abu totalnya yaitu sebesar 82,30 %.
DAFTAR PUSTAKA
Rivai, H. (1995). Asas Pemeriksaan Kimia. Universitas Indonesia Press : Jakarta.
Wunas, J. Said,S. (1986). Analisa Kimia Farmasi Kuantitatif. UNHAS : Makassar.
Dirjen POM. (1995). Farmakope Indonesia edisi IV. Departemen Kesehatan RI :
Jakarta.
Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan
Indonesia.
Anief, Moh. 2010. Ilmu Meracik Obat/Teori dan Praktik. Gadjah Mada University
Press: Yogyakarta.
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen
Kesehatan Indonesia.
Osborne, D.R ang Foogt P.1978.The Analysis of Nutrients in Foods. New York:
Academic Press.
Muchtadi, Tien R., 2011. Prof., M.S., Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Yogyakarta
: Alfabeta.