Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

“SYSTEM KJELDAHL“

Disusun Oleh :
Nama : Marcelino Brayen R. Komaling
NIM : 711345320 085
Tingkat : 1B

POLTEKKES KEMENKES MANADO


TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
NOVEMBER – 2020
KATA PENGANTAR
Shalom, Salam sejahtera buat kita semua. Pertama-tama sebagai umat yang beragama
hendaklah kita memanjatkan Pujian, Hormat, Syukur kepada Tuhan Yang Maha Penyayang
karena atas perkenananNya semata sehingga kita bisa berada seperti sekarang ini. Penulis juga
memanjatkan puji syukur sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum dengan
judul “SYSTEM KJELDAHL“ ini dengan tepat waktu.
Adapun yang menjadi tujuan dan maksud dari penulisan makalah ini adalah tugas praktikum
sebagai seorang Mahasiswa di Teknologi Laboratorium medis, selain itu Laporan praktikum ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang bagaimana “ SYSTEM KJELDAHL” bagi
pembaca. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Dosen Bpk. Immanuel
Pasanda S.Si,M.Si yang telah memberikan tugas dan tanggung jawab ini kepada kami, sehingga
dapat menambah wawasan penulis dan juga dapat menambah pengetahuan sesuai dengan
bidang yang penulis tekuni. Penulis juga mengucapkan banyak Terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah membagi pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum ini.
Penulis menyadari bahwa, Laporan praktikum ini jauh dari kata sempurna karena pepatah
mengatakan Tak Ada Gading Yang Tak Retak yang artinya tak ada manusia yang sempurna. Oleh
karena itu kritik dan saran dari pembaca adalah sebagai acuan agar laporan praktikum ini dapat
menjadi lebih baik lagi. Atas Perhatiannya diucapkan Banyak Terima Kasih.

Kotamobagu, November 2020

Penulis
DAFTAR ISI
JUDUL Laporan …………………………………….…………………………………………..…….……….…….…….……i
KATA PENGANTAR……………………………..……………..………………………….…………………….………………ii
DAFTAR ISI………………………………………………..…………………………………………………..……….…………..iii
BAB I : PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang…………………………………..…..………..…………………………………….……………….1
I.2 Tujuan Penulisan………………………………………………………..………………….………….……………2
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Landasan Teori……………………………………….….………………..………………..……….…..…………3
II.2 Sejarah Metode Kjeldahl…………………….………………..……………………………...….….………..3
II.3 Metode Kjeldahl.........................................................................................................4
BAB III : METODE PENELITIAN
III.1 Alat dan Bahan………………………………………………..………………………………...….….………...9
III.2 Prosedur Kerja………………………………………………..…….…………………………....….….………..9
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Pengamatan……………………………………………..…….……………………...….….………..…11
IV.2 Pembahasan.. ……………………………………………..………………….………………...….….………..11
BAB V : PENUTUP
V.1 Kesimpulan..……………………………………………..………………..……………………...….….………..15
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..……………………………...….….………....16
CURRICULUM VITAE Penyusun.……………………………………………..……………………………...….….…..17
BAB I :
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Protein adalah salah satu senyawa organik yang molekulnya sangat besar dan susunannya
begitu kompleks serta merupakan polimer dari alfa asam-asam amino. Jadi, sebenarnya protein
itu sendiri bukan merupakan zat tunggal, serta molekulnya sederhana, tetapi masih merupakan
asam amino. Oleh karena itu protein tersusun atas beberapa asam amino, maka susunan dari
protein hampir sama seperti asam-asam amino yaitu C, H, O, N dan kadang-kadang tersusun
dari unsur-unsur lain seperti S, P, Fe atau Mg.
Pada manusia dan hewan, protein berfungsi sebagai pembentuk struktur tubuh merupakan
biokatalis (enzim dan hormon) yang membentuk reaksi kimia dalam tubuh seperti
metabolisme, pencernaan, pertumbuhan, ekskresi, dan konversi energi kimia ke kinerja
mekanis; protein plasma darah dan hemoglobin mengatur tekanan osmotik cairan tubuh; dan
sangat dibutuhkan pada reaksi imunologi.
Pada umumnya kadar protein di dalam bahan pangan menentukan mutu bahan pangan itu
sendiri. Protein terdapat baik dalam tubuh hewan maupun tanaman, yang kemudian terkenal
berturut-turut sebagai protein hewani dan protein nabati. Pada tubuh hewan, protein terdapat
di dalam otot atau daging, kulit, kuku dan rambut. Sedangkan pada tanaman, protein terdapat
dalam biji, daun, buah dan rhizome. Protein juga merupakan penyusun utama enzim-enzim dan
“antibodies” serta cairan-cairan tubuh seperti darah, susu dan putih telur.
Protein sangat penting bagi kelangsungan hidup suatu mahluk. Sebagai contoh setiap orang
membutuhkan protein 1 gr per kg berat badan per hari dan seperempat dari jumlah protein
tersebut sebaiknya berasal dari protein hewani. Jadi misalnya seseorang dengan berat badan 50
kg memerlukan 50 g protein per hari, maka sebanyak 12,5 g sebaiknya berasal dari protein
hewani. Satu gram protein dapat menghasilkan 4 kalori. Jadi kebutuhan protein rata-rata orang
Indonesia yang berjumlah 55 g per kapita per hari atau sama dengan 220 kalori per kapita per
hari, kira-kira merupakan 10 persen dari kebutuhan kalori orang Indonesia, yaitu 2100 kalori
per kapita per hari.
Protein tersusun atas asam amino. Dilihat dari kemampuan tubuh mensintesis asam amino,
asam amino dibagi menjadi dua golongan yaitu asam amino esensial dan asam amino non
esensial. Asam amino esensial adalah asam amino yang tidak dapat disintesis dalam tubuh,
karena itu harus disuplai dari pangan. Yang termasuk dalam asam amino esensial antara lain
isoleusin, leusin, lysine, phenilalanin, threonine, methionin, tryptophane, valin, histidin, dan
arginin. Sedangkan asam amino non esensial adalah asam amino yang dapat disintesis tubuh,
yaitu di luar asam amino esensial.
Pengolahan bahan pangan berprotein yang tidak dikontrol dengan baik dapat menyebabkan
terjadinya penurunan nilai gizi nya. Secara umum pengolahan bahan pangan berprotein dapat
dilakukan secara fisik, kimia atau biologis. Secara fisik biasanya dilakukan dengan penghancuran
atau pemanasan, secara kimia dengan penggunaan pelarut organik, pengoksidasi, alkali, asam
atau belerang dioksida dan secara biologis dengan hidrolis enzimatik atau fermentasi. Kadar
protein yang terkandung dalam setiap bahan berbeda-beda. Oleh sebab itu, pengukuran kadar
protein suatu bahan sangat diperlukan.
Metode Kjeldahl merupakan metode yang sederhana untuk penetapan nitrogen total pada
asam amino dalam suatu sampel yang mengandung protein. Prinsip penentuan kadar protein
dengan metode kjeldahl didasarkan pada penetapan kadar N total dalam sampel. Protein dalam
sampel di destruksi dengan menggunakan asam sulfat dan katalis. Hasil destruksi dinetralkan
dengan menggunakan larutan alkali dan melalui destilasi. Destilasi ditampung dalam larutan
asam borat. Selanjutnya ion- ion borat yang terbentuk di titrasi dengan menggunakan larutan
HCl.

I.2 Tujuan
 Dapat mengetahui dengan jelas apa itu sebenarnya sistem kjeldahl dengan baik dan
benar.
 Dapat mengetahui dengan pasti bagaimana proses sistem kjeldahl dalam penentuan
kadar protein dalam suatu makanan dengan baik dan benar.
 Dapat menghitung kadar protein melalui sistem kjeldahl dengan baik dan benar.
BAB II :
TINJAUAN PUSTAKA
II.2 Landasan Teori
Protein berasal dari bahasa yunani, yaitu Protos yang berarti “yang paling utama” merupakan
senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-
monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Protein
berperan penting dalam struktur dan fungsi makhluk hidup dan virus. Protein merupakan suatu
zat makanan yang sangat penting diperlukan oleh tubuh karena zat ini berfungsi sebagai
sumber energi dalam tubuh serta sebagai zat pembangun dan pengatur. Protein adalah polimer
dari asam amino yang dihubungkan dengan ikatan peptida. Molekul protein mengandung
unsur-unsur yaitu C, H, O, N dan kadang-kadang tersusun dari unsur-unsur lain seperti S, P, Fe
atau Mg.
Kadar protein yang ditentukan berdasarkan cara kjeldhal disebut sebagai kadar protein kasar
(crude protein) karena terikat senyawa nitrogen. Protein akan mengalami kekeruhan terbesar
pada saat mencapai pH titik isoelektrik yaitu pH dimana protein memiliki muatan positif dan
negatif yang sama. Pada saat inilah protein mengalami denaturasi yang ditandai kekeruhan
meningkat dan timbulnya gumpalan. Prinsip dasar dari metode kjeldahl adalah protein dan
komponen organik dalam sampel di destruksi dengan menggunakan asam sulfat dan katalis.
Hasil destruksi dinetralkan dengan menggunakan larutan alkali dan melalui destilasi. Destilasi
ditampung dalam larutan asam borat. Selanjutnya ion-ion borat yang terbentuk di titrasi
dengan menggunakan larutan HCl.

II.2 Sejarah Kjeldahl


Pada tahun 1883 Johan Kjeldahl, seorang ahli kimia berkebangsaan Denmark yang
mengembangkan metode untuk menentukan jumlah nitrogen dalam senyawa organik tertentu
menggunakan teknik laboratorium yang disebut dengan metode kjeldahl. Menemukan metode
kJeldahl untuk penentuan nitrogen, yang telah menjadi pengukuran klasik dalam kimia analitik
dan telah digunakan secara ekstensif selama 130 tahun terakhir. Dalam metode aslinya, asam
sulfat digunakan sebagai media pencernaan atau destruksi. Penggunaan katalis dalam proses
destruksi metode kjeldahl mempercepat proses oksidasi dan melanjutkan proses selanjutnya
untuk proses penentuan kadar nitrogen. Merkuri, selenium dan tembaga adalah katalis yang
pertama digunakan, meskipun untuk aplikasi tertentu dalam menentukan nitrogen digunakan
unsur titanium untuk katalisator. Pada masanya metode kjeldahl digunakan sampai sekarang
yaitu penentuan kadar nitrogen dalam industri dan perdagangan serta digunakan dalam
penentuan nitrogen di udara.
II.3 Metode Kjeldahl
Metode kjeldahl digunakan untuk menentukan kandungan nitrogen dalam sampel organik dan
anorganik. Selama kurang lebih 1 abad metode kjeldhal telah ada dan digunakan untuk
penentuan nitrogen dalam berbagai jenis sampel. Penentuan kadar nitrogen dengan metode
kjeldahl dilakukan pada makanan dan minuman, daging, pakan ternak, sereal untuk
menghitung kandungan protein dan juga digunakan untuk penentuan nitrogen dalam air
limbah, tanah, lingkungan, dan sampel jenis lainnya. Metode kjeldahl merupakan metode
standar dan merupakan metode resmi yang lazim digunakan untuk pihak industri serta sudah
diakui oleh berbagai normatif seperti AOAC, USEPA, ISO, DIN, dan organisasi ahli kimia lainnya.
Prosedur metode kjeldahl melibatkan tiga tahap utama yaitu:

A. Pencernaan (DESTRUKSI)
Tujuan dari prosedur destruksi adalah untuk memutus semua ikatan nitrogen dalam sampel
dan mengubah semua nitrogen yang terikat secara organik menjadi ion-ion amonium (NH₄ ⁺).
Karbon organik dan hidrogen membentuk karbon dioksida dan air. Dalam proses ini bahan
organik berkarbonisasi yang dapat divisualisasikan dengan transformasi sampel membentuk
busa berwarna hitam. Selama proses destilasi, busa yang berwarna hitam membusuk dan
akhirnya membentuk cairan berwarna bening menunjukan selesainya reaksi kimia. Untuk
proses ini, sampel dicampurkan dengan asam sulfat pada suhu antara 350-380 ⁰C. Semakin
tinggi suhu yang digunakan maka semakin cepat proses destilasi yang diperoleh. Kecepatan
proses destruksi dapat ditingkatkan dengan penambahan garam dan katalis ditambahkan untuk
meningkatkan kecepatan dan efisiensi prosedur destruksi. Agen pengoksidasi juga dapat
ditambahkan untuk meningkatkan kecepatan proses destruksi.
Sampel katalisator
Protein (-N) + H₂SO₄ (NH₄)₂SO₄ + CO₂ + H₂O
Sejumlah kondisi internal destruksi sangat menentukan laju reaksi dan kesempurnaan
pemecahan nitrogen menjadi amonium sulfat. Beberapa diantara kondisi tersebut antara lain
adalah pemanasan yang diberikan pada campuran destruksi, penambahan sejumlah garam
untuk meningkatkan titik didih asam, laju refleks asam sulfat pada leher labu kjeldahl, lama
destruksi dan penambahan katalis. Pengaturan salah satu kondisi tersebut akan sangat
berpengaruh pada kondisi yang lain. Kondisi destruksi yang baik diperoleh dengan
menyeimbangkan faktor-faktor tersebut dalam suatu pola yang terkontrol dan berulang. Jika
suatu sampel mengandung nitrogen nitrat atau nitrit, maka perlu dilakukan perlakuan awal
secara kimiawi untuk ikut memasukkan atau mengeluarkan sumber nitrogen pada analisa yang
dilakukan.
1. Pertimbangan Asam
Asam sulfat telah lama digunakan untuk proses destruksi sampel. Jumlah asam yang digunakan
dipengaruhi oleh ukuran dan jumlah sampel yang juga menunjukkan jumlah nitrogen. Sampel
yang banyak tentu membutuhkan jumlah asam yang lebih banyak pula. Selain itu, lama
pemanasan dan suhu yang diberikan juga berpengaruh terhadap jumlah asam yang hilang
akibat penguapan.
2. Suhu Pemanasan dan Lama Destruksi
Unsur pemanasan yang digunakan pada destruksi Kjeldahl meliputi beberapa variasi
pengaturan. Suhu pemanasan yang digunakan umumnya berpatokan pada suhu yang dapat
menyebabkan “250 ml air yang suhunya 25 °C dapat mendidih dalam waktu lima menit”.
Sampel organik umumnya menjadi hitam dan berarang selama proses destruksi ini. Reaksinya
dapat berjalan hebat pada permulaan tergantung pada matriks dan suhu pemanasan. Namun
lama kelamaan campuran destruksi menjadi jernih karena terjadinya pembentukan CO₂ akibat
dekomposisi organik. Keberadaan ion logam dapat memberikan warna pada campuran
destruksi. Hal yang perlu diperhatikan adalah jernihnya larutan tidak menunjukkan semua
nitrogen organik telah terpecah.
Setelah proses destruksi selesai sampel dibiarkan dingin hingga mencapai suhu kamar,
kemudian diencerkan dengan air dan dipindahkan ke proses unit destilasi.

B. Penyulingan (Distilasi)
Merupakan tahap penambahan basa berlebih ke dalam larutan destruksi untuk mengubah NH₄⁺
menjadi NH₃ yang diikuti pemanasan dan kondensasi gas NH3 pada larutan penerima.
Campuran destruksi selanjutnya diencerkan dan dibasakan melalui penambahan NaOH. Proses
distilasi ini menghasilkan NH3 dengan bentuk persamaan :
(NH₄)₂SO₄ + 2NaOH 2NH₃ + Na₂SO₄ + 2H₂O
Labu Kjeldahl ditempatkan pada kondensor air dan dipanaskan untuk menguapkan gas NH3 dari
larutan. Ujung kondensor yang dihubungkan dengan labu yang berisi larutan penerima yang
berupa asam, baik berupa asam standar maupun asam borat. Perlakuan ini dilakukan untuk
menangkap NH3 yang diuapkan.
1. Pengenceran Larutan Destruksi
Campuran asam destruksi biasanya didinginkan dan diencerkan dengan air yang bebas amonia.
Pengenceran campuran destruksi juga bertujuan untuk mencegah terjadinya ledakan selama
proses distilasi. Pencegahan ledakan juga bisa dilakukan dengan menambahkan batu didih pada
larutan destruksi, sementara itu penambahan dua atau tiga tetes tributil sitrat bisa dilakukan
untuk mencegah terjadinya busa.
2. Penambahan NaOH
NaOH pekat (biasanya larutan NaOH 50%) ditambahkan secara perlahan ke dalam larutan yang
akan didistilasi. Umumnya, untuk tiap 5 ml asam sulfat pekat larutan destruksi, dibutuhkan 20
ml NaOH 50% untuk membuat larutan menjadi bersifat basa kuat. Labu dihubungkan dengan
kondensor sebelum proses pemanasan dan distilasi dilakukan. Untuk sampel yang tidak
memerlukan proses destruksi seperti penentuan amoniak secara langsung dalam air, sampel
disangga pada pH 9,5 dengan larutan natrium tetraborat dan natrium hidroksida untuk
mengurangi hidrolisis senyawa kompleks nitrogen organik yang ada.
3. Distilasi
Sebagian besar NH₃ didistilasi dan terperangkap ke dalam larutan asam penangkap selama 5
sampai 10 menit awal pemanasan. Tetapi, tergantung pada volume campuran destruksi dan
metode yang digunakan, 15 sampai 150 ml kondensat dapat dikumpulkan dalam labu penerima
untuk memastikan didapatnya kembali nitrogen. Perpanjangan waktu distilasi dan volume yang
dikumpulkan menghasilkan lebih banyak air yang juga akan tertampung pada larutan penerima.
Namun kelebihan air ini tidak akan mempengaruhi hasil titrasi. Waktu distilasi dan volume
distilat yang dikumpulkan harus distandarisasi. Laju distilasi dipengaruhi oleh kapasitas
pendinginan dari kondensor dan suhu air pendingin. Peralatan prakondisi diperlukan ketika
sampel yang akan ditentukan kadar nitrogennya memiliki kadar nitrogen yang sangat kecil
sebelum sampel tersebut didistilasi. Hal ini dapat dilakukan dengan mendistilasi campuran air
bebas amonia dan NaOH 50% dengan perbandingan 1:1 selama 5 menit sebelum sampel
didistilasi untuk mengurangi kontaminasi dari amonia di atmosfer.
4. Larutan Penerima
Larutan yang digunakan sebagai larutan untuk menangkap amonia merupakan asam yang bisa
berupa asam standar ataupun asam borat. Jika yang digunakan sebagai larutan penerima
adalah HCl atau H2SO4, maka akan lebih baik jika hanya ada sedikit kelebihan asam yang
tertinggal setelah NH3 didistilasi dan terperangkap untuk menghindari titrasi balik. Dengan
mengantisipasi jumlah nitrogen dalam sampel.
Konsentrasi yang tepat tidak terlalu dibutuhkan jika larutan penerima yang digunakan adalah
asam borat. Hal ini karena proses titrasi langsung menghitung jumlah amonia dalam larutan
distilat dengan menetralkan kompleks yang terbentuk antara amonia dan asam borat
(perbandingan 1:1). Jumlah asam borat yang banyak bisa ditambahkan pada larutan penerima
sehingga absorpsi amonia dapat berlangsung dengan sempurna. Volume larutan penerima
dapat ditingkatkan dengan menambahkan air bebas amonia sehingga ujung pipa pengantar bisa
tercelup ke larutan tersebut. Pipa pengantar harus selalu dibilas ke dalam labu penerima sesaat
sebelum labu tersebut dipindahkan dari perangkat distilasi. Larutan penerima harus berada
pada suhu 45⁰C selama proses distilasi untuk mencegah hilangnya amonia.

C. Titrasi
Tahap ini bertujuan untuk mengetahui jumlah amoniak dalam larutan penerima. Jumlah
nitrogen dapat dihitung dari jumlah ion amonia di dalam larutan penerima tersebut. Terdapat
dua macam titrasi yang digunakan pada proses Kjeldahl, yakni titrasi balik yang biasanya
digunakan pada Kjeldahl Makro dan titrasi langsung. Kedua metode tersebut mengindikasikan
keberadaan amonia dalam air distilat dengan menunjukkan perubahan warna dan
memungkinkan dilakukannya perhitungan konsentrasi.
1. Penentuan Nitrogen Melalui Titrasi Balik
Pada titrasi balik, amonia ditangkap dengan larutan asam yang telah distandarisasi dengan
sangat tepat pada labu penerima. Kelebihan asam pada larutan penerima menjaga pHnya tetap
rendah sehingga indikator tidak berubah warna.
2NH₃ + 2H₂SO₄ (NH₄)₂SO₄ + H₂SO₄
Kelebihan larutan asam kemudian dinetralkan dengan larutan basa yang telah distandarisasi
dengan tepat misalnya basa NaOH. Perubahan warna terjadi ketika titrasi mencapai titik
akhirnya.
(NH₄)₂SO₄ + H₂SO₄ + 2NaOH (Na)₂SO₄ + (NH₄)₂SO₄ + 2H₂O

2. Penentuan Nitrogen Melalui Titrasi Langsung


Titrasi langsung dilakukan dengan menggunakan asam borat sebagai larutan penerimanya.
Reaksi yang terjadi pada titrasi ini adalah:
NH₃ + H₃BO₃ NH₄⁺:H₂BO₃⁻ + H₃BO₃
Asam borat menangkap gas amonia dan membentuk kompleks borat. Setelah amonia
terkumpulkan, maka warna larutan penerima akan berubah.
2NH₄H₂BO₃⁻ + H₂SO₄ NH₄⁺:H₂BO₃⁻ + H₃BO₃
Penambahan asam sulfat menetralkan kompleks amonium borat sehingga perubahan warna
terjadi. Metode asam borat ini memiliki dua kelebihan yakni hanya membutuhkan satu larutan
standar untuk proses penentuan kadar nitrogen dan larutan memiliki waktu hidup yang lama.
1. Indikator
Beberapa indikator yang berbeda telah digunakan untuk dapat memberikan perbedaan warna
yang mencolok selama proses titrasi. Analis biasanya menggunakan indikator yang spesifik dan
hal ini sangat tergantung pada pilihan personal. Namun demikian, indikator yang sering
digunakan adalah campuran dari metil merah dan metilen biru. Indikator harus memiliki trayek
pH perubahan warna dimana titik ekivalen titrasi terjadi.
2. Perhitungan
Perhitungan kadar nitrogen harus disesuaikan dengan larutan penerima yang digunakan dan
faktor pengenceran selama proses distilasi. Pada persamaan di bawah, “N” menunjukkan
normalitas. “ml blank‘ adalah mililiter yang diperlukan untuk titrasi balik reagen blank jika yang
digunakan adalah asam standar, atau menunjukkan mililiter asam standar yang dibutuhkan
untuk mentitrasi larutan penerima. Ketika asam standar digunakan sebagai larutan penerima,
persamaan yang digunakan adalah :

% nitrogen=
[ ( ml asam standar × N asam )− ( ml basa standar × N basa ) ] ×1,4007
massa sampel (gr )

Jika berat sampel berupa miligram, berat molekul nitrogen harus diubah menjadi 1400,67.
Ketika asam borat digunakan sebagai larutan penerima, maka persamaan yang digunakan
adalah:
( ml asam standar−ml blank )
% nitrogen= × N asam ×14 , 007
massa sampel ( gr ) ×10

Dari perhitungan inilah didapatkan % protein yang akan dihasilkan dengan perhitungan % kasar
nitrogen, persamaannya adalah :
% Protein=% Nitrogen × faktor konvensi
BAB III :
METODE PENELITIAN
“PENETAPAN KADAR PROTEIN KACANG TANAH (Arachys Hypogeia) DENGAN BEBEPA
PERLAKUAN DENGAN METODE KJELDAHL ( JURNAL KEBIDANAN)”

III.1 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan yaitu Buret 50 ml, alat destilasi, labu erlenmeyer, beaker glass, pipet ukur,
dan labu takar.
Bahan-bahan yang digunakan yaitu kacang tanah, CuSO4 encer, NaOH encer, H₂SO₄ pekat,
NaOH 0,1 N, HCl 0,1 N, NaOH 50%, indikator fenolftalein 1%, dan aquades.

III.2 Prosedur Kerja


- Pengambilan sampel
Kacang tanah (Arachys hipogeae) diambil di daerah way serdang, liwa. Lampung barat.
- Preparasi sampel
Sampel kacang tanah mentah, kacang sangrai, kacang tanah rebus. Dihaluskan / digiling
menggunakan blender sampai halus agar tercampur dengan sempurna. Sampel ditambahkan
H₂SO₄ 15 ml. Kemudian disaring dengan kertas saring, diambil filtratnya.
- Uji Kualitatif
Larutan protein dibuat alkalis dengan NaOH encer kemudian ditambahkan larutan CuSO₄ encer.
Uji ini untuk menunjukan adanya senyawa-senyawa yang mengandung gugus amida asam yang
berada bersama gugus amida yang lain. Uji ini memberikan reaksi positif yaitu ditandai dengan
timbulnya warna merah violet atau biru violet.
- Uji kuantitatif
Tahap Destruksi
Ditimbang 1,00 gram sampel yang telah dihaluskan, dimasukan kedalam labu Kjeldahl.
Tambahkan 7,5 gram kalium sulfat dan 0,35 gram tembaga sulfat dan 15 ml asam sulfat pekat.
Panaskan semua bahan dalam labu Kjeldahl dalam lemari asam sampai berhenti berasap dan
diteruskan pemanasan sampai mendidih dan cairan sudah jernih.
Diteruskan pemanasan kurang lebih 30 menit, pemanasan dimatikan dan dibiarkan dingin.
Tambahkan 100 ml aquades dalam labu Kjeldahl yang didinginkan, kemudian ditambah Zn 200
Mg. Tambah perlahan-lahan larutan Natrium Hidroksida 50% sebanyak 50ml.
Tahap Destilasi
Pasang labu Kjeldahl dengan segera pada alat destilasi, panaskan labu Kjeldahl perlahan-lahan
sampai dua lapisan cairan tercampur, kemudian dipanaskan dengan cepat sampai mendidih.
Tampung hasil destilat dalam erlenmeyer yang telah diisi dengan larutan baku HCl 0,1 N
sebanyak 50 ml dan indicator fenolftalein 1% sebanyak 5 tetes, ujung pipa desilator dipastikan
masuk kedalam larutan asam klorida 0,1 N. Destilasi diakhiri jika tetesan detilat terakhir sudah
tidak basa.
Tahap Titrasi
Hasil destilasi dititrasi dengan NaOH 0,1 N. Titik akhir titrasi tercapai jika terjadiperubahan
warna sampai warna merah muda konstan. Kemudian dilakukan pengulangan triplo dan
penetapan blangko.
- Cara analisis data
Setelah diperoleh % N, selanjutnya dihitung kadar protein dengan mengalikan suatu faktor
konversi kacang tanah 5,46, % Kadar Protein = % Kadar Nitrogen x Faktor Konversi.
Signifikansi Perbedaan Kadar Protein Kacang Tanah dengan Berbagai Perlakuan dengan Uji
Statistik. Pada uji statistik ini dilakukan signifikansi perbedaan kadar protein dengan
menggunakan uji teknik statistik parametrik, merupakan prosedur matematis untuk menguji
hipotesis statistik. Uji ini memiliki asumsi bahwa distribusi variabel merupakan milik keluarga
parametrik dari probalitas distribusi yang telah dikenal – terdistribusi normal.
Ukuran data parametrik adalah skala yang mana memakai mean (rata-rata) sebagai nilai
tengah. Uji statistik parametrik yang digunakan adalah uji independent-Sampel T Tes. Uji ini
digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok
sampel yang berpasangan (berhubungan) jika P < 0,005 maka hasil bermakna signifikan,
sedangkan P > 0,005 maka hasil bermakna tidak signifikan. Sebuah sampel tetapi mengalami
dua perlakuan yang berbeda. Data yang digunakan biasanya berskala interval atau rasio.
penelitian ini ditentukan oleh Ho yaitu hipotesa nihil (-), dan Ha adalah hipotesis alternatif.
BAB IV :
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penetapan kadar protein total pada kacang tanah dilakukan pengujian sebanyak tiga kali
pengulangan terhadap masing-masing sampel kacang tanah. Dilakukan tiga kali pengulangan
bertujuan untuk memperoleh ketepatan analisis sehingga dapat diketahui adanya perbedaan
yang sangat kecil antara satu dengan yang lainnya dari hasil yang diperoleh dalam analisis.
Tabel 1

Hasil Penetapan Kadar Protein pada Kacang Tanah

Sampel Penggulanga Protein (%) Kadar Protein


n rata-rata (%)
1 19. 1130
A 2 19.1554 19,1007%
3 19.0339
1 15.2140
B 2 15.2097 15,2417%
3 15.3014
1 18.8107
C 2 18.9409 17,8975%
3 18.9410
1 20.0972
D 2 20.1760 20,15%
3 20.1790
Keterangan :
Sampel A : Kacang Tanah Mentah
Sampel B : Kacang Tanah Rebus
Sampel C : Kacang Tanah Goreng
Sampel D : Kacang Tanah Sangrai
Diperoleh rata-rata kadar protein total pada kacang tanah mentah 19,10%, kacang tanah rebus
15,24%, kacang tanah goreng 17,89%, kacang tanah sangrai 20,15%. Dilakukan pengujian kadar
protein pada kacang tanah dengan perlakuan berbeda bertujuan agar mendapatkan
perbandingan pada kadar total kacang tanah mentah, kacang tanah rebus, kacang tanah
goreng, dan kacang tanah sangrai. Beberapa pengolahan sampel yang berbeda mempengaruhi
nilai kadar tiap perlakuan sampel kacang tanah. Pada kandungan protein dalam penelitian.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kadar kacang tanah rebus lebih rendah karena waktu
pemasakannya yang lebih lama, dikarenakan kacang rebus butuh waktu lama sampai benar-
benar matang, kacang tanah goreng pemasakannya menggunakan minyak yang mempengaruhi
kadar protein karena panas minyak dapat menyebabkan kacang terdenaturasi sehingga kadar
protein kacang goreng lebih rendah. Dari uji kuantitatif dilakukan uji statistik untuk identifikasi
signifikasi perbedaan kadar protein dengan menggunakan Statistical Program For Social Science
(SPSS), merupakan paket program aplikasi komputer untuk menganalisis data statistic.
Analisis protein kebanyakan dilakukan pada industri makanan, baik makanan untuk manusia
maupun makanan untuk keperluan ternak. Analisa protein penting sekali karena bertujuan
untuk mengetahui jumlah kandungan protein dalam suatu makanan. Selain itu, untuk
memenuhi standar baku mutu makanan dari setiap negara. Salah satu analisa protein yang
sering digunakan adalah metode kjeldahl, yaitu makanan digesti dengan asam kuat maka ikatan
peptida akan terurai dengan melepas atom nitrogen, yang kadarnya dianalisis dengan teknik
titrasi. Kebanyakan protein dianalisa berdasarkan pada banyaknya ikatan nitrogen. Kadar
nitrogen yang diperoleh dikalikan dengan faktor pengali berdasarkan asam amino penyusun
protein tersebut.

Analisa protein dengan metode kjeldahl dilakukan dengan 3 tahapan proses, diantaranya :
Step 1 : Destruksi
Proses destruksi bertujuan untuk memecah ikatan kompleks polipeptida pada makanan
menjadi ikatan peptida yang lebih sederhana dan menghasilakan molekul air, karbondioksida,
dan amonium sulfat. Destruksi dilakuakan dengan pemanasan sampel dalam suasana asam
pada temperatur tinggi. Dalam reaksi ditambahkan katalis seperti potasium sulfsat, selenium,
titanium, copper, dll. Hasil akhir yang diinginkan adalah amonium sulfat.
Reagen yang dibutuhkan yaitu :
- 12-20 ml asam sulfat 96-68⁰C
- Hidrogen peroksida (katalis)
- Copper sulfat (katalis)
Instrumen yang digunakan yaitu :
- Digestion apparatus
- Aspirator (vaccum pump)
- Scrubber
Digestion apparatus, DK series, memanaskan dan mendestruksi sampel dari temperatur
ambient hingga 450⁰C tergantung dengan metode standar yang digunakan. Pada proses
destruksi, reaksi akan menghasilkan gas atau uap yang bersifat korosif atau asa, gas ini akan
dinetralkan dengan SMS Scrubber dan JP pump. Kedua alat ini menghindari terjadinya
kontaminasi gas pada operator, sehingga dapat diletakkan bila laboratorium tidak memiliki
fume hood. Hasil dari proses ini adalah larutan berisi amonium sulfat yang kemudian dilakukan
proses distilasi.
Step 2 : Distilasi
Distilasi merupakan proses pendidihan sampel menggunakan air dan larutan alkali, dimana uap
terbentuk didinginkan dalam kondensor kemudian ditampung sebagai destilat. Tujuan dari
proses destilasi adalah mengubah amonium sulfat yang terbentuk dalam proses destruksi
menjadi gas amonia, gas amonia ditangkap menggunakan asam sehingga menghasilkan larutan
amonium yang siap untuk dianalisa kadar nitrogennya.
Reagen yang dibutuhkan :
- Air suling bebas nitrogen
- Larutan natrium hidroksida 35%
- 25-30 ml asam borat
Instrument yang digunakan :
- Distilator
- Erlenmeyer (penampung destilat)
Distilator, merupakan instrument distilasi automatic. Air suling/aquades dan natrium hidroksida
(NaOH) dialirkan automatic ke tabung sampel sehingga sampel larut dan proses pemisahan
nitrogen oleh steam distilasi serta perubahan pH menjadi lebih basa oleh NaOH menjadikan
terjadinya perubahan NH₄⁺ (solid) menjadi NH₃ (gas). Amonia yang diperoleh kemudian dapat
dilakukan proses untuk perhitungan kadar nitrogen dengan metode titrasi.
Step 3 : Titrasi
Proses ini adalah tahapan akhir metode kjeldahl, menganalisa kadar protein dengan
menghitung banyaknya kandungan nitrogen. Titrasi dilakukan dengan menggunakan larutan
asam (asam sulfat, H₂SO₄, HCl).
Komponen Penyusun Instrument Kjeldahl

- Pemanas listrik. Pemanas 600 watt digunakan baik dalam digesti dan bagian distilasi
unit.
- Manifold Fume. Terletak di belakang unit di atas pemanas digesti, jenis ini diproduksi
dari tahan diklorinasi polyvinyl chloride kimia dan dilengkapi dengan heat Teflon putting
yang dirancang untuk mencegah kebocoran asap asam sulfat.
- Blower Fume Exhaust System. Terletak di sisi kiri unit, sistem ini menghilangkan asap
dari termos digesti.
- Air Ejector Fume Sistem Removal.
- Gauge Monitor pendingin distilasi suhu air dapat disesuaikan sesuai individu
persyaratan dengan aliran katup remote control yang terletak di bawah pemanas
destilasi. Suhu air ditunjukkan pada termometer, yang terletak di stop kontak air
manifold distilasi.
Perawatan Instrumen Kjeldahl
- Tabung kondensasi stainless steel pada alat distilasi harus benar-benar dicuci sebelum
memulai operasi.
- Dalam pengoperasian kondensor, suhu air tidak boleh melebihi 110 °F. Perhatikan selalu
termometer dan aliran air pada katup kendali.
- Peralatan dapat tetap bersih dengan mencuci dengan larutan lemah kaustik, dan
pembilasan dengan aquades.
- Menetralisir dengan soda secara berkala untuk menjaga unit tetap bersih dan mencegah
penumpukan sulfat
Keuntungan dan Kerugian dari Penggunaan Metode Kjeldahl
Keuntungan menggunakan metode kjeldhal, diantaranya :
- Secara internasional dan masih merupakan metode standar untuk perbandingan
terhadap semua metode lainnya.
- Presisi tinggi dan baik reproduktifitas telah membuat metode utama untuk estimasi
protein dalam makanan.
Kerugian menggunakan metode kjeldahl, diantaranya :
- Hanya memberikan kadar protein yang benar saja, karena semua nitrogen dalam
makanan tidak dalam bentuk protein.
- Protein yang berbeda memerlukan faktor koreksi yang berbeda karena mereka memiliki
urutan asam amino yang berbeda.
- Penggunaan asam sulfat pekat pada suhu tinggi menimbulkan bahaya yang cukup besar,
seperti halnya penggunaan beberapa kemungkinan katalis teknik memakan waktu untuk
membawa keluar.

BAB V :

PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Prinsip dasar dari metode kjeldahl adalah protein dan komponen organik dalam sampel di
destruksi dengan menggunakan asam sulfat dan katalis. Hasil destruksi dinetralkan dengan
menggunakan larutan alkali dan melalui destilasi. Destilasi ditampung dalam larutan asam
borat. Selanjutnya ion-ion borat yang terbentuk di titrasi dengan menggunakan larutan HCl.
Tahapan dari proses metode kjeldahl adalah :
- Destruksi
- Distilasi
- Titrasi
Untuk menghitung % kasar kadar nitrogen digunakan rumus :
( ml asam standar−ml blank )
% nitrogen= × N asam ×14 , 007
massa sampel ( gr ) ×10

Dari perhitungan inilah didapatkan % protein yang akan dihasilkan dengan perhitungan % kasar
nitrogen, persamaannya adalah :
% Protein=% Nitrogen × faktor konvensi
DAFTAR PUSTAKA
 Rohman, A. 2013. Analisis komponen Makanan. Penerbit Graha Ilmu. Yogyakarta.
 Shimon. 2013. Prediction of Protein Biding Regions in Disordered Proteins.
 Hartono, A. Feladita, N. Purnama, R. Ch. 2016. Penetapan Kadar Protein Kacang Tanah
(Arachys hypogeia) dengan Beberapa Perlakuan dengan Metode Kjeldahl. Vol 2, No 3.
Jurnal Kebidanan
 Fifield, F. W. Kealey, D. 2000. Principles and Practice of Analytical Chemistry 5th ed.
Blackwell Science Ltd. Berlin, Germany
 Herawati, Rina. 2011. Analisis Makanan. UNY. Yogyakarta.
 Winarno, F. G. 2012. Kimia Pangan dan Gizi. Penerbit Gramedia. Jakarta.
 https://dio.org/10.1080/10408347.2012.751786 (diakses 23 Juli 2013)
 https://www.britannia.com/science/Kjeldahl-method (diakses 15 Juni 2020)
 https://www.velp.co/en-ww/kjeldahl-method-1.aspx
Curriculum Vitae Penyusun

Data Pribadi
1. Nama Lengkap : Marcelino Brayen Robinson Komaling
2. NIM : 711345320 085
3. Tingkat : 1B
4. Jurusan : Teknologi Laboratorium Medis (TLM)
5. Tempat, Tanggal Lahir : Kotamobagu, 01 Mei 2002
6. Jenis Kelamin : Laki-Laki
7. Kewarganegaraan : Indonesia
8. Agama : Kristen Protestan
9. Status Mahasiswa : Mahasiswa Semester 1
10. Tinggi Badan : 170 cm
11. Berat Badan : 53 kg
12. Golongan Darah : O+
13. Alamat : Jl. Arif Rahman Hakim, Komp. Kuburan china
(Togop),
RT 016/RW 008, Ling V, Kec. Kotamobagu Barat,
Kota
Kotamobagu
14. No. Telp : 085261257046
15. Email : ryankomaling@gmail.com
Pendidikan Formal :
1. SD : SD Kristen II Kotamobagu ( Lulusan Thn 2013 )
2. SMP : SMP Katolik Theodorus Kotamobagu ( Lulusan Thn 2016)
3. SMA : SMA Negeri 1 Kotamobagu ( Lulusan Thn 2019)
4. PERGURUAN TINGGI : D-III Teknologi Laboratorium Medis
POLTEKKES KEMENKES MANADO (Sekarang )

Anda mungkin juga menyukai