Anda di halaman 1dari 11

Nama asisten : Dinda Lupitasari

Tanggal Praktikum : Rabu, 8 Maret 2023


Tanggal Pengumpulan : Jumat, 17 Maret 2023

PENENTUAN KADAR KARBOHIDRAT METODE LUFF SCHOORL


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN

Aurelia Benedikta Demira Tobing (240210210032)

Departemen Teknologi Industri Pangan Universitas Padjadjaran, Jatinangor


Jalan Raya Bandung-Sumedang Km. 21, Jatinangor, Sumedang 40600 Telp. (022)
7798844, 779570 Fax. (022) 7795780 Email: aurelia21003@mail.unpad.ac.id

ABSTRAK

Karbohidrat merupakan salah satu komponen makro pada pangan. Dimana


karbohidrat berperan sebagai sumber energi, tekstur makanan, dan serat.
Karbohidrat pada pangan berbentuk monosakarida, disakarida, dan polisakarida.
Salah satu metode pada penentuan karbohidrat, yaitu Luff Schoorl. Praktikum kali
ini bertujuan untuk menghitung kadar gula reduksi dana gula total. Hasil praktikum
menunjukkan kadar gula pereduksi masing-masing sampel yaitu, biskuit sebesar
5,77%; selai coklat sebesar 4,66%; pisang mentah sebesar 4,74%; pisang matang
sebesar 6,82%. Kadar gula total masingmasing sampel yaitu, biskuit sebesar
24,04%; selai coklat sebesar 38,50%; pisang mentah sebesar 18,83%; pisang
matang sebesar 17,88%. Kadar gula non pereduksi masing-masing sampel yaitu,
biskuit sebesar 18,27%; selai coklat sebesar 33,84%; pisang mentah sebesar
14,09%; pisang matang sebesar 11,06%.
Keywords: Gula reduksi, gula total, Karbohidrat, Luff Schoorl

PENDAHULUAN Karbohidrat juga bisa dibagi


menjadi tiga kelompok, yaitu
Karbohidrat merupakan monosakarida, disakarida, dan
sumber energi utama bagi manusia. polisakarida. Sakarida berasal dari
Karbohidrat bisa dikonsumsi dari bahasa latin dan menagcu pada rasa
makanan-makanan pokok. manis dari senyawa karbohidrat
Contohnya seperti beras, jagung, sederhana.
sagu, dan ubi. Monosakarida merupakan
Karbohidrat dapat karbohidrat sederhana, yang berarti
didefinisikan sebagai suatu senyawa molekulnya terdiri dari beberapa
yang terdiri dari molekul-molekul atom karbon saja dan tidak dapat
karbon (C), hidrogen (H), dan diuraikan dengan cara hidrolisis
oksigen (O) atau karbon dan hidrat dalam kondisi lunak menjadi
(H2 O), sehingga dinamakan karbo- karbohidrat lainnya. Monosakarida
hidrat. Kimiawi karbohidrat pada yang penting, yaitu glukosa, fruktosa,
dasarnya merupakan kimia galaktosa, dan pentose (Poedjiadi,
gabungan dari dua gugus fungsi, 1994).
yaitu gugus hidroksil dan gugus Glukosa merupakan
karbonil (Hart, 2003). Karbohidrat karbohidrat yang penting dalam
dapat digolongkan menjadi dua tubuh, karena sebagai sumber energi
macam yaitu karbohidrat sederhana bagi manusia. Glukosa dalam bentuk
dan karbohidrat kompleks. glikogen akan disimpan di dalam otot

1
dan hati, sedangkan glukosa dalam pendingi balik, alat pemanas, refluks,
bentuk glukosa darah akan tersimpan gelas kimia, spatula, kawat kassa.
dalam plasma darah (Lande, 2015). Bahan-bahan yang digunakan
Pentingnya mengetahui kadar adalah gula pasir, gula merah, sirup,
glukosa pada makanan agar kita dapat larutan Na2 HPO4 5%, larutan Luff
mengontrolnya. Asupan makanan Schoorl, larutan KI 30%, H2 SO4 6%,
yang mengandung kadar glukosa NaOH 0,1 N, Na Thiosulfat 0,1 N,
tinggi perlu diperhatikan supaya indikator amilum 1%, larutan
dapat mengurangi risiko penyakit poasetat 5%, HCl 0,1 N dan 4N.
degenerative, terutama pada orang
penderita penyakit diabetes mellitus Prosedur Standardisasi
(Maulana, 2012). Na2S2O3.5H2O dengan K2Cr2O7
Penentuan kadar glukosa pada Prosedur pertama, dibuat larutan
pangan dapat dilakukan dengan Na2S2O3.5H2O dan K2Cr2O7
beberapa metode, salah satunya yaitu dengan konsentrasi sebesar 0,1N.
metode Luff Schoorl. Metode Luff Prosedur kedua, larutan K2Cr2O7
Schoorl merupakan metode yang dipipet sebanyak 10 mL dan
digunakan untuk menentukan kadar dimasukkan ke dalam erlenmeyer.
karbohidrat (sukrosa) dengan Prosedur ketiga, dipipet larutan KI
menggunakan prinsip iodometri, 20% sebanyak 8 mL dan dimasukkan
yaitu proses titrasi iodium bebas ke dalam Erlenmeyer. Prosedur
dalam larutan. Metode ini keempat, dipipet larutan H2SO4 6N
menetapkan glukosa berdasarkan sebanyak 10 mL dan dimasukkan ke
sifat reduksinya terhadap ion tembaga dalam Erlenmeyer. Prosedur kelima,
(II) dalam pereaksi Luff Schoorl, larutan dititrasi dengan
sehingga dinyatakan sebagai gula Na2S2O3.5H2O hingga terjadi
pereduksi (Diyah, dkk., 2016). perubahan warna larutan menjadi
Metode ini berfungsi untuk lebih cerah. Prosedur keenam, larutan
menentukan kadar karbohidrat diteteskan indikator amilum sebanyak
sedang dan merupakan metode yang 10 tetes dan dititrasi kembali hingga
terbaik karena memiliki kesalahan terjadi perubahan warna menjadi
hanya sebesar 10% dalam mengukur warna hijau. Prosedur ketujuh,
kadar karbohidrat, sehingga metode volume titrasi dicatat.
ini lebih praktis dan murah biayanya.
Tujuan dari praktikum kali ini Preparasi Sampel
yaitu menentukan gula reduksi dan 2,5-25 gram sampel halus
gula total dengan metode Luff ditimbang dan dimasukkan ke dalam
Schoorl. labu ukur 250 ml. akuades
ditambahkan sebanyak 50 ml.
METODOLOGI ditambahkan 5 ml Pb-asetat 5%,
dikocok kuat-kuat selama satu menit.
Bahan dan alat Ditambahkan 5 ml Na Pospat 5%,
Alat-alat yang digunakan dikocok kuat-kuat lagi selama satu
adalah gelas ukus 25 ml, volume pipet menit. Ditetapkan dengan akuades
25 ml, buret 50 ml, Erlenmeyer 250 sampai mencapai tanda batas dan
ml, corong dan kertas saring, dikocok lagi. Jika sudah tercampur,

2
kemudian disaring. Filtrat sebanyak HASIL DAN PEMBAHASAN
50 ml diambil dan dievaporasikan
sampai volumenya setengah dari Gula pereduksi merupakan
volume awal (dipanaskan dengan golongan gula yang memiliki
menggunakan kawat kassa di atas kemampuan untuk mereduksi
kompor). Kemudian, didinginkan dan senyawa-senyawa penerima
dipindahkan ke dalam labu ukur 100 elektron, contohnya glukosa dan
ml. ditetapkan Kembali dengan fruktosa. Ujung gula pereduksi
akuades sampai mencapai tanda mengandung gugus aldehida atau
batas, dan dikocok. Larutan ini sudah keton bebas. Semua monosakarida
siap diuji untuk gula pereduksi (glukosam fruktosa, galaktosa) dan
(larutan A), kemudian lakukan disakarida (laktosa, maltose),
prosedur penetapan. kecuali sukrosa dan pati
(polisakarida), termasuk sebagai
Prosedur Gula Total gula pereduksi (Almatsier, 2004).
Larutan A dipipet sebanyak 50 Gula non pereduksi contohnya
ml dan ditambahkan 5 tetes indikator seperti sukrosa. Total gula
metil orange, 20 ml HCl 4N. merupakan jumlah gula pereduksi
dipanaskan dalam penangas selama dan non pereduksi (Apriyanto, dkk.,
30 menit. Didinginkan sampai 1989)Prinsip metode Luff Schoorl
suhunya mencapai 20℃. Jika sudah, yang digunakan yaitu titrasi
dipindahkan ke dalam labu ukur 100 iodometri dengan menganalisis I2
ml. dinetralkan dengan NaOH 4N. bebas untuk dijadikan dasar
ditetapkan dengan menggunakan penetapan kadar. I2 yang dibebaskan
akuades sampai mencapai tanda tersebut dititrasi dengan larutan
batas. Larutan ini merupakan sampel Na2 S2 O3 . Dimana proses iodometri
siap uji untuk penentuan kadar gula adalah proses titrasi terhadap I2
total (larutan B). bebas dalam larutan (Dewi, Suaniti,
& Putra, 2018). Apabila terdapat zat
Penentuan Kadar oksidator kuat seperti H2 SO4 dalam
Larutan yang sudah disiapkan larutan yang bersifat netral atau
tadi (larutan A atau B) dipipet sedikit asam penambahan ion iodide
sebanyak 25 ml. ditambahkan juga 25 berlebih akan membuat zat oksidator
ml larutan Luff Schoorl dan batu tersebut tereduksi dan
didih. Kemudian, direfluks selama 15 membebaskan I2 yang setara
menit. Didinginkan dan ditambahkan jumlahnya dengan banyaknya
10 ml KI 30% dan 25 ml asam sulfat oksidator. Reaksi yang terjadi pada
6N. dititrasi dengan larutan tiosulfat penentuan kandungan gula reduksi
0,1 N sampai terbentuk warna kuning dengan metode Luff Schoorl adalah
jerami. Ditambahkan 2 ml amilum sebagai berikut :
1%, dilanjutkan dengan mentitrasi
dengan Na tiosulfat 0,1 N sampai
terbentuknya warna putih susu.
Kemudian, dilakukan penetapan
terhadap blanko.
(Sumber : Dewi, Suaniti, & Putra,
2018).

3
Perbedaan iodimetri dengan B. 2,5-25 gram sampel halus
iodometri yaitu caranya. Keduanya ditimbang dan dimasukkan ke dalam
menggunakan larutan titran yang labu ukur 250 ml. akuades
sama yaitu I2 . Iodimetri melakukan ditambahkan sebanyak 50 ml.
titrasi secara langsung, dimana Akuades berfungsi untuk
dititrasi dengan larutan I2 dan mengekstrak zat-zat yang terkandung
penambahan indikator kanji di awal. dalam sampel agar tidak mengganggu
Penambahan indikator kanji ini analisis. Ditambahkan 5 ml Pb-asetat
dikarenakan tidak akan 5% untuk penjernihan dengan
mengadsorbsi I2 . Sementara mengendapkan partikel gula
iodometri menggunakan cara tidak pereduksi kecuali karbohidrat (Efiah,
langsung. Dimana menggunakan 2007). Kemudian, dikocok kuat-kuat
larutan Na2 S2 O3 sebagai larutan selama satu menit. Ditambahkan 5 ml
titran keduanya. Dimana larutan Na Pospat 5%, dikocok kuat-kuat lagi
Na2 S2 O3 sudah dibakukan terlebih selama satu menit hingga terbentuk
dahulu dengan K 2 Cr2 O7 . Na2 S2 O3 endapan berwarna putih yang berarti
merupakan larutan baku sekunder Pb-asetat telah diendapkan semuanya.
yang akan digunakan ketika Ditetapkan dengan akuades sampai
mentitrasi sampel. Larutan ini perlu mencapai tanda batas dan dikocok
dibakukan terlebih dahulu karena lagi. Jika sudah tercampur, kemudian
konsentrasinya cepat berubah oleh disaring. Filtrat sebanyak 50 ml
pengaruh lingkungan, karena diambil dan dievaporasikan sampai
senyawa yang digunakan sebagai volumenya setengah dari volume
larutan sekunder umumnya tidak awal (dipanaskan dengan
stabil. menggunakan kawat kassa di atas
Penggunaan metode Luff kompor). Kemudian, didinginkan dan
Schoorl, karena metode ini dapat dipindahkan ke dalam labu ukur 100
menentukan kadar karbohidrat ml. ditetapkan Kembali dengan
sedang dan merupakan metode akuades sampai mencapai tanda
terbaik karena memiliki kesalahan batas, dan dikocok. Larutan ini sudah
sebesar 10% dalam mengukur kadar siap diuji untuk gula pereduksi
karbohidrat, serta lebih praktis dan (larutan A), kemudian lakukan
murah biayanya (Reymon, dkk., prosedur penetapan.
2019). Akan tetapi, kekurangan dari Dalam penentuan kadar gula
metode ini, yaitu dapat total, larutan A dipipet sebanyak 50
menimbulkan hasil yang kurang ml dan ditambahkan 5 tetes indikator
konsisten (Faulks & Timms, 1985). metil orange, 20 ml HCl 4N. Indikator
Metode ini juga membutuhkan methyl orange pada pembuatan gula
pekerjaan yang cukup rumit karena total bertujuan untuk menunjukkan
rangkaian alatnya yang cukup sulit perubahan warna saat pH reaksi
dan lebih banyak memakan waktu. berubah yang akan merubah warna
Penetapan kadar karbohidrat larutan menjadi oranye.dipanaskan
dengan metode Luff Schoorl diawali dalam penangas selama 30 menit.
dengan menyiapkan sampel untuk Penambahan HCl berfungsi untuk
membentuk larutan A yang nantinya hidrolisis polisakarida menjadi
akan dipakai dalam membuat larutan monosakarida dengan bantuan panas

4
pada proses pemanasann dan metil mengetahui kadar 𝐼2 yang bebas,
orange sebagai indikator asam dan maka dilakukan titrasi dengan larutan
basa. Didinginkan sampai suhunya tiosulfat 0,1 N sampai terbentuk
mencapai 20℃. Jika sudah, warna kuning jerami. Saat larutan
dipindahkan ke dalam labu ukur 100 berubah warna, ditambahkan 2 ml
ml. dinetralkan dengan NaOH 4N, amilum 1%. Amilum sebagai penentu
penambahan NaOH untuk apakah indikator proses analisa
menetralisasi larutan dari asam ke berhasil atau tidak. Dilanjutkan
netral. ditetapkan dengan dengan mentitrasi dengan Na tiosulfat
menggunakan akuades sampai 0,1 N sampai terbentuknya warna
mencapai tanda batas. Larutan ini putih susu. Dimana hasil mL
merupakan sampel siap uji untuk pemakaian tiosulfat saat titrasi ini
penentuan kadar gula total (larutan menunjukkan hasil kadar gula
B). pereduksi dan gula total.
Larutan yang sudah disiapkan Volume titrasi yang dicatat
tadi (larutan A atau B) dipipet dihitung kadar gula reduksi dan gula
sebanyak 25 ml. ditambahkan juga 25 totalnya dengan rumus berikut :
ml larutan Luff Schoorl dan batu
didih. Penambahan batu didih agar Selanjutnya yaitu menganalisa
panasnya merata, sehingga panas gula reduksi. Analisis gula reduksi
menjadi homogen pada seluruh sama dengan analisis total gula, tetapi
larutan. Kemudian, direfluks selama yang membedakan adalah tidak
15 menit. Dipanaskan diatas pemanas adanya penambahan larutan HCl,
hingga muncul endapan merah bata, NaOH, dan indikator. Pada proses ini
endapan merah ini muncul karena yang dibutuhkan adalah blanko yang
larutan Luff Schoorl mereduksi ion berperan sebagai kontrol. Pembuatan
cupri Cu2+ menjadi cupri Cu+ . blanko sama seperti proses analisis
Didinginkan dan ditambahkan 10 ml gula reduksi tetapi tanpa
KI 30% dan 25 ml asam sulfat 6N. menggunakan sampel. Penentuan
Ketika penambahan KI 30% terjadi kadar gula pereduksi dan kadar gula
reaksi I dengan Na-thiosulfat (titrasi), total bertujuan untuk menentukan
sehingga iodin dapat dibebaskan yang kadar sukrosa dalam bahan pangan.
ditandai dengan terbentuknya warna Dalam menentukan gula non
kuning pada sampel. Penambahan pereduksi, dilakukan dengan cara
𝐻2 𝑆𝑂4 berfungsi untuk melarutkan mengkurangkan gula total dengan
endapan 𝐶𝑢2 𝑂 pada sampel, gula pereduksi. Didapat hasil analisis
mengikat ion tembaga yang terbentuk sebagai berikut :
dari hasil reduksi monosakarida 𝑣0 − 𝑣1 𝑥 𝑁 𝑁𝑎2𝑆2𝑂3
𝐴=
dengan pereaksi Luff Schoorl 𝑁 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
sehingga larutan KI yang sudah
ditambahkan akan bereaksi dengan (𝐴 − 𝑎)
𝐶=𝑋+ 𝑥𝑌
tembaga sulfat. Bila terbentuk warna (𝑏 − 𝑎)
biru tua maka prosesnya sudah benar, (𝐶 𝑥 𝑓𝑝)
Gula reduksi % = 𝑊𝑠 x 100%
apabila tidak terbentuk warna biru tua (𝐶 𝑥 𝑓𝑝)
berarti larutan KI telah menguap dan Gula total % = x 100%
𝑊𝑠
proses dikatakan salah. Untuk

5
Tabel . Analisis Kadar Gula Non
Pereduksi Lalu kadar gula pereduksi sebagai
% Gula Non berikut :
Kode Sampel
Pereduksi
% Gula
Kode Sampel
Pereduksi
A Biskuit 18.26903844
A Biskuit 5.77
Selai
B 33.8418508
Coklat
Pisang B Selai Coklat 4.66
C 14.08802015
Mentah
Pisang
Pisang C 4.74
D 11.06 Mentah
Matang
Pisang
D 6.82
Kandungan gula pada nutririon Matang
facts merupakan total gula non
pereduksi. Dapat dilihat bahwa hasil Berdasarkan tabel dapat dilihat
persen gula non pereduksi pada bahwa kadar gula pereduksi pada
semua sampel lebih rendah daripada sampel, yaitu biskuit sebesar 5,77%,
persen gula yang terdapat pada selai coklat sebesar 4,66%, pisang
nutrition facts. Hal ini bisa mentah sebesar 4,74%, pisang matang
dikarenakan metode luff school dapat sebesar 6,82%. Kadar gula total pada
menimbulkan hasil yang kurang sempel, biskuit sebesar 24,04%, selai
konsisten (Faulks dan Timms, 1985). cokelat sebesar 38,50%, pisang
Kadar gula total yang dihitung mentah sebesar 18,83%, pisang
merupakan total karbohidrat pada mentah sebesar 17,88%. Kadar gula
suatu pangan. Setelah dilakukan non pereduksi sampel, biskuit sebesar
perhitungan didapat analisis nya 18,27%, selai cokelat sebesar
sebagai berikut : 33,84%, pisang mentah sebesar
14,09%, pisang matang sebesar
Tabel 2. Analisis Kadar Gula Total 11,06%.
% Gula Berdasarkan dengan Tabel
Kode Sampel Komposisi Pangan Indoensai (2017),
total
biskuit memiliki kadar karbohidrat
sebesar 75,1 gram. Kadar gula total
A Biskuit 24.04
sampel biskuit jika dibandingkan
maka sampel biskuit memiliki kadar
Selai gula total yang lebih rendah.
B 38.50
Coklat Nutritions facts biskuit meninjukkan
presentase kadar gulanya sebesar
Pisang
C 18.83 29,63%, yang berarti dibawah dari
Mentah
nutrition facts.
Pisang Selai cokelat jika dibandingkan
D 17.88
Matang dengan TKPI, kadar karbohidratnya
sebesar 64,5 gram. Dimana kadar

6
gula totalnya lebih rendah dari TKPI. Perbedaan tersebut bisa terjadi
Nutrition facts selai cokelat sebesar karena penguraian di dalam sampel
54,5%, dimana kadar gula non menjadi senyawa lain. Pengaruh
pereduksinya dibawah standar perbedaan ini bisa juga dikarenakan
nutrition facts. perubahan struktur dari larutan yang
Pisang mentah cavendish dianalisis karena singkatnya waktu
memiliki kadar gula sukrosa sebesar pendinginan setelah proses refluks
25% (Phillips, McGinty, Couture, (Sarwono, 2001). Proses pemanasan
Pehrsson, McKillop, & Fukagawa, untuk reaksi reduksi tembaga harus
2021). Jika dibandingkan, kadar gula dilakukan dengan sangat hati-hati
non pereduksi pada sampel pisang karena laju reaksi reduksi sangat
mentah memiliki nilai yang lebih dipengaruhi oleh suhu dan waktu
rendah. pemanasan. Pemanasan yang terlalu
Pisang cavendish memiliki lama bisa menyebabkan gula jadi
kadar gula total sebesar 19,6%, kadar terdestruksi dan apabila pemanasan
gula non reduksi sebesar 14,3% dan terlalu sebentar bisa menyebabkan
kadar gula pereduksi sebesar 5,3% hasil kurang reprodusibel dan
(Marriott, Robinson, & Karikari, proporsionalitas antara gula yang
1981). Dimana sampel pisang matang teroksidasi dan tembaga yang
memiliki kadar gula total dan gula etreduksi kurang konstan (P. A
non reduksi yang lebih rendah jika Shaffer & Hartmann, 1920). Proses
dibandingkan dengan literatur titrasi juga harus dilakukan jangan
tersebut. Nutrition facts pada terlalu lama karena laruta reagen
kemasan pisang matang bersifat tidak stabil sehingga mudah
menunjukkan presentase kadar gula menguap (Afriza, 2019). Pembacaan
sebesar 11,88% dapat disimpulkan titik akhir juga harus tepat, titik akhir
kadar gula non pereduksi sampel titrasi bisa tidak terlalu jelas karena
pisang di bawa standar nutritioin facts warna birunya dapat muncul kembali
pada kemasan.

KESIMPULAN matang sebesar 17,88%. Kadar gula


Diperoleh kadar gula pereduksi non dihitung dengan mengurangi
yaitu, biskuit sebesar 5,77%; selai antara gula total dan gila pereduksi.
coklat sebesar 4,66%; pisang mentah Kadar gula non pereduksi sampel
sebesar 4,74%; pisang matang yaitu, biskuit sebesar 18,27%; selai
sebesar 6,82%. Kadar gula total coklat sebesar 33,84%; pisang
sampel yaitu, biskuit sebesar 24,04%; mentah sebesar 14,09%; pisang
selai coklat sebesar 38,50%; pisang matang sebesar 11,06%.
mentah sebesar 18,83%; pisang

7
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. 2004. Prinsip Dasar terhadap Ketebalan Mielium
Ilmu Gizi.Jakarta: PT Ischiadicus Tikus Putih.
Gramedia Pustaka Utama. Malang; J. Ked. Brawijaya.
Vol XXIII-I
Apriyanto, A., D. Fardiaz, N.L.
Puspitasari, Sedarnawati dan Faulks RM dan Timms SB. 1985.A
S. Budiyanto. 1989. Analisis RapidMethod for
Pangan. Pusat Antar Un Determining the
Astawan , iversitas Pangan CarbohidratComponent of
dan Gizi, IPB Dietary Fibre.Food
Made.2004.Tetap Sehat Chemistry.
dengan Produk Makanan
Serangkai Pustaka Mandiri. Hart,Harold. 2003. Kimia Organik.
Astawan , Made. 2008. Sehat Jakarta: Erlangga.
dengan Hidangan Hewani. Maulana, Bayu. 2012. “ Pengaruh
Jakarta; . Bogor . Component Berbagai Pengolahan
of Dietary Fibre Terhadap Indeks Glikemik
Dewi, N. P. P. M. S., Suaniti, N. M., Ubi Jalar (Ipomea Batatas)
& Putra, K. G. D. (2018). Cilembu”, Fakultas Ekologi
Kualitas Tuak Aren Pada Manusia, Institut Pertanian
Berbagai Waktu Perendaman Bogor, Bogor. Method for
Dengan Sabut Kelapa. Jurnal Determining the
Media Sains, 2(1). Carbohidrat

Dewi, N. P. P. M. S., Suaniti, N. M., Phillips, K. M., McGinty, R. C.,


& Putra, K. G. D. (2018). Couture, G., Pehrsson, P. R.,
Kualitas Tuak Aren Pada McKillop, K., & Fukagawa,
Berbagai Waktu Perendaman N. K. (2021). Dietary fiber,
Dengan Sabut Kelapa. Jurnal starch, and sugars in bananas
Media Sains, 2(1). at different stages of ripeness
in the retail market. Plos one,
Efiah, U. 2007. Pengaruh Pemberian 16(7), e0253366
Pb-asetat Dosis Tinggi
Poedjiadi, Anna, Titin. (2009). Press Sudarmadji, Slamet, dkk.
Dasar-dasar biokimia, Jakarta : UI- (2007).
Analisa Bahan Makanan dan ayamurasaki ) Menggunakan
Pertanian. Yogyakarta : Penerbit Metode Luff Schoorl’
Liberty Rapid Jurnal Warta Farmasi, Vol.
Reymon, Nur Saadah Daud & 8, No. 2.
Feny Alvianty (2019). Sarwono, B. (2001). Lebah madu.
‘Perbandingan Kadar Jakarta Agromedia pustaka
Glukosa pada Ubi Jalar Shaffer, P. A., & Hartmann, A. F.
Ungu (Ipomoea batatas Var (1920). J. Biol. Chem.

8
LAMPIRAN

Tabel 1. Data Hasil Kadar Gula Pereduksi

9
10
11

Anda mungkin juga menyukai